PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PANTA

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/305735990

PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PANTAI DITINJAU DARI PENDEKATAN KELINGKUNGAN DI KABUPATEN
BLITAR, JAWA TIMUR
Conference Paper · July 2016
DOI: 10.13140/RG.2.2.31453.20963

CITATIONS

READS

0

21

1 author:
Edwin Maulana
Parangtritis Geomaritime Science Park
29 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE


Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Perencanaan Kawasan Pansela View project
Mapping of Flood Multi-Susceptibility in Bengkulu, West Borneo, Gorontalo and North Maluku. View project

Available from: Edwin Maulana
Retrieved on: 26 September 2016

PROSIDING

Seminar Nasional ke-2
Pengelolaan Pesisir
dan Daerah Aliran Sungai

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2
Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai

Editor

Diselenggarakan oleh


Ikatan Geograf
Indonesia

MPPDAS
Fakultas Geografi
UGM

Badan Informasi
Geospasial

Djati Mardiatno
Dyah R. Hizbaron
Estuning T.W. Mei
Fiyya K. Shafarani
Faizal Rachman
Yanuar Sulistiyaningrum
Widiyana Riasasi

ISBN 978-979-8786-61-7

BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI
Universitas Gadjah Mada

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR
DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2

Editor:
Djati Mardiatno
Dyah R. Hizbaron
Estuning T. W. Mei
Fiyya K. Shafarani
Faizal Rachman
Yanuar Sulistiyaningrum
Widiyana Riasasi

BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA, YOGYAKARTA

i


PROSIDING SEMINAR NASIONAL
DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2

PENGELOLAAN

PESISIR

DAN

ISBN: 978-979-8786-61-7
© 2016 Badan Penerbit Fakultas Geografi
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun
mekanis tanpa izin tertulis dari editor. Permohonan perbanyakan dan pencetakan
ulang dapat menghubungi Dyah R. Hizbaron, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 atau melalui email ke semnasmppdas@geo.ugm.ac.id
Hak kekayaan intelektual tiap makalah dalam prosiding ini merupakan milik para
penulis yang tercantum pada tiap makalahnya.


Tanggal terbit:
20 Juli 2016

Dipublikasikan oleh:
Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara, Jalan Kaliurang, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Telp:+62 274 649 2340, +62 274 589 595
Email: geografi@geo.ugm.ac.id
Website: www.geo.ugm.ac.id
Desain sampul:
Widiyana Riasasi

ii

KATA PENGANTAR
Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai ke-2 dilaksanakan di
Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tanggal
12 Mei 2016. Seminar ini diselenggarakan oleh Program Magister Perencanaan
Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) yang merupakan minat dari
Program Studi S2 Geografi. Salah satu tujuan utama seminar ini adalah untuk mendiskusikan

perkembangan dan tren penelitian pengelolaan di wilayah pesisir dan daerah aliran sungai.
Sebanyak 70 makalah yang telah direview dari tim editor ditampilkan dalam prosiding ini.
Tema dari prosiding ini dibagi menjadi tiga, antara lain
1. Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran
sungai
2. Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
3. Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam
pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
Hasil dari seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai kepadupadanan pengelolaan pesisir dan DAS yang meliputi aspek fisik, lingkungan, regulasi, tata
ruang, pemanfaatan ruang dan sumber daya. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat untuk
acuan peneliti maupun praktisi pada bidang yang terkait.
Terima Kasih

Ketua Panitia Kegiatan

Prof. Dr. rer.nat. Muh Aris Marfai, M.Sc.

iii

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... iv
Pembicara Utama
PERAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL DALAM PENGELOLAAN PESISIR DAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI ................................................................................................................. 1
PERAN DAN FUNGSI EKOSISTEM BENTANGLAHAN KEPESISIRAN DALAM
PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ........................................................ 11
TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH
ALIRAN SUNGAI ................................................................................................................................. 18
HOLOCENE SEA-LEVEL VARIABILITY IN INDONESIA .............................................................. 51
Tema 1: Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran
sungai
PEMANFAATAN METODE GALDIT DALAM PENENTUAN KERENTANAN AIRTANAH
TERHADAP INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR KOTA CILACAP .................................................... 58
IDENTIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN PURWARUPA ARDUINO UNTUK
MONITORING SAMPEL AIR OTOMATIS ........................................................................................ 68
PENDUGAAN KEBERADAAN AIRTANAH ASIN DI SEBAGIAN KABUPATEN
BANJARNEGARA, JAWA TENGAH .................................................................................................. 79
ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DENGAN AIRTANAH DI DAERAH

ALIRAN SUNGAI KAYANGAN KABUPATEN KULONPROGO .................................................... 86
UJI AKURASI APLIKASI ELECTROMAGNETIC VERY LOW FREQUENCY (EM VLF) UNTUK
ANALISIS POTENSI AIRTANAH DI PULAU SANGAT KECIL ...................................................... 96
KAJIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI BEBERAPA SUB DAS DENGAN FORMASI GEOLOGI
PEGUNUNGAN SELATAN(Studi di Sub DAS Keduang, Temon, Wuryantoro, dan Alang) ............ 106
RESPON HIDROLOGI SEBAGAI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI KAWASAN DANAU
KASKADE MAHAKAM..................................................................................................................... 117
EMBUNG SEBAGAI SARANA PENYEDIAAN AIR BAKU DI PESISIR TARAKAN TIMUR .... 129
ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL B-VALUE SEBAGAI IDENTIFIKASI POTENSI
GEMPABUMI TSUNAMI DI PULAU JAWA ................................................................................... 140
ANCAMAN BAHAYA PENGUATAN REFRAKSI GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT JEBAKAN
STRUKTUR GEOMETRI TELUK SUNGAI SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK DESA
RAWA MAKMUR KOTA BENGKULU ............................................................................................ 148
BAHAYA PENGUATAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT CEKUNGAN TELUK SUNGAI
SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK KELURAHAN PASAR BENGKULU DAN PONDOK
BESI, KOTA BENGKULU ................................................................................................................. 159
FENOMENA BANJIR BANDANG DAN PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH ............. 167
KONSEP TATA RUANG UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN PARIWISATA TERPADU DI
WILAYAH PESISIR PULAU BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH ............................... 177
ANALISIS MULTI KRITERIA UNTUK ARAHAN FUNGSI KAWASAN DI KABUPATEN

MALANG BAGIAN SELATAN ......................................................................................................... 187
ZONASI EKOSISTEM ZONA NERITIK UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN
BERKELANJUTAN DI PULAU KECIL STUDI KASUS PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU 199

iv

EFEKTIVITAS CEMARA LAUT DALAM RANGKA PENCEGAHAN EROSI ANGIN DI PANTAI
KEBUMEN .......................................................................................................................................... 204
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI DI RESERVAT
BATU BUMBUN DAS MAHAKAM ................................................................................................. 212
INDIKATOR KEANEKARAGAMAN HAYATI DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN DAS
BERKELANJUTAN (Studi Kasus Daya Dukung Lingkungan Pemanfaatan Alur Sungai Kedang
Kepala untuk Transportasi Tongkang Batubara) .................................................................................. 223
ANALISIS KETERKAITAN EKOSISTEM DI SUNGAI CODE PENGGAL JETISHARJO,
YOGYAKARTA .................................................................................................................................. 233
PERAMALAN LUAS HUTAN PENUTUP LAHAN PADA KAWASAN HUTAN KONSERVASI DI
INDONESIA TAHUN 2015 ................................................................................................................ 242
INVESTASI DAERAH DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK
KETANGGUHAN (Tingkat Kesiapan Pembangunan Sosial di Wilayah Pesisir Kulonprogo) ........... 251
PEMETAAN GEOMORFOLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BLUKAR, JAWA TENGAH

.............................................................................................................................................................. 263
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG BERBASIS UPAYA PENCEGAHAN BENCANA
KEKERINGAN DI KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BINANGA LUMBUA
KABUPATEN JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN ................................................... 270
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KEPULAUAN TANAH KEKE KECAMATAN
MAPAKASUNGGU KABUPATEN TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN .................... 280
PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA BANJIR UNTUK PENENTUAN LOKASI
PERMUKIMAN DI KECAMATAN PANDAWAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
KALIMANTAN SELATAN ................................................................................................................ 290
EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH
SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN LIMPASAN DI SUB DAS NGALE .................................... 299
ANALISIS POLA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN NILAI KOEFISIEN LIMPASAN
DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDUKUNG
PROGRAM PEMULIHAN DAS MENTAYA, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ................... 309
MONITORING PERUBAHAN MORFOLOGI HULU SUNGAI SENOWO TAHUN 2012-2014
DENGAN PEMANFAATAN DATA LiDAR DAN UAV .................................................................. 323
KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA PINGGIR SUNGAI/PARIT DI
KECAMATAN TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ............................................... 330
Tema 2: Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
VARIASI BULANAN DAERAH PREDIKSI PENANGKAPAN IKAN DI WILAYAH

PENGELOLAAN PERIKANAN RI 711 ............................................................................................. 338
STRATEGI PEMETAAN DAERAH PASANG SURUT DENGAN CITRA SATELIT YANG
DIREKAM PADA PASUT EKSTRIM ................................................................................................ 347
ANALISIS LINGKUNGAN
GIANT SEA WALL DI TELUK JAKARTA BERDASARKAN
PENDEKATAN SPASIAL .................................................................................................................. 355
KAJIAN ANALISA PENGARUH PERUBAHAN LAHAN TERHADAP LUAS DAN
KEDALAMAN GENANGAN DI SUB DAS BANG MALANG DENGAN PEMODELAN HEC
GEORAS .............................................................................................................................................. 367
PEMANFAATAN TEKNOLOGI SINGLEBEAM ECHOSOUNDER (SBES) DAN SIDE SCAN
SONAR (SSS) UNTUK PEMETAAN KEDALAMAN PERAIRAN ................................................. 380
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
WILAYAH KAWASAN
SAGARA
ANAKAN, KABUPATEN CILACAP BERDASARKAN PENDEKATAN ANALISIS LANDSKAP
.............................................................................................................................................................. 386

v

PENGELOLAAN KAWASAN KARST MELALUI PENDEKATAN KARAKTER BIOFISIK (Studi
di Sub DAS Alang Kabupaten Wonogiri) ............................................................................................ 397
ANALISIS
KEMAMPUANLAHAN
DI
DAERAH
ALIRAN
SUNGAI
PENTUNG,
KECAMATANPATUK, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ................... 408
MITIGASI BENCANA GERAKAN TANAH PADA DAS SERAYU HULU, BANJARNEGARA . 421
PENYUSUNAN BASIS DATA PETA DESA UNTUK OPTIMALISASI PERKEMBANGAN
WILAYAH KEPESISIRAN: STUDI KASUS DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK
KABUPATEN BANTUL ..................................................................................................................... 433
ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL
RUPABUMI INDONESIA .................................................................................................................. 444
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP LINGKUNGAN ATMOSFER DAN PANTAI DI
WILAYAH PESISIR PAMEUNGPEUK GARUT .............................................................................. 454
Tema 3: Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam
pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA YOGYAKARTA
TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (Kasus di Bantaran Sungai Code)
464
URGENSI KONSERVASI PASIR VULKAN DI PESISIR SELATAN DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA .................................................................................................................................. 476
LUBUK LARANGAN UJUNG TANJUNG DESA GUGUK: UPAYA PELESTARIAN
LINGKUNGAN DAN SUMBERDAYA PERIKANAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TIPE
TRANSPORTING SYSTEM .................................................................................................................. 487
KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU
KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS CIMANDIRI, JAWA
BARAT ................................................................................................................................................ 497
PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL DALAM PEMASANGAN TETENGER ZONA INTI
SEBAGAI UPAYA RESTORASI GUMUK PASIR BARKHAN ....................................................... 507
KLASIFIKASI LIMBAH HASIL BUDIDAYA PEMANFAATAN LAHAN PESISIR DI DESA
PATUTREJO PURWOREJO ............................................................................................................... 519
KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR BESI SEBAGAI UPAYA
OPTIMALISASI SUMBER DAYA ALAM TERBARUKAN DALAM KAITANNYA DENGAN
PENGELOLAAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO ................................................................ 528
WTP UNTUK KONSERVASI AIR DI KAWASAN RESAPAN SLEMAN, YOGYAKARTA ........ 534
PEMANFAATAN DELTA BARITO SEBAGAI LAHAN PERTANIAN RAWA POTENSIAL
DENGAN SISTEM BANJAR .............................................................................................................. 547
ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR PULAU GILI KETAPANG DENGAN
MENGGUNAKAN ANALISA SWOT ............................................................................................... 557
PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL BERBASIS
MASYARAKAT DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA, MALUKU ....................................... 564
OPTIMALISASI PELESTARIAN EKOWISATA MANGROVE BERBASIS LOCAL WISDOM DI
BEDUL BANYUWANGI .................................................................................................................... 582
PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PANTAI DITINJAU DARI PENDEKATAN
KELINGKUNGAN DI KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR ...................................................... 592
STRATEGI PENGHIDUPAN NELAYAN DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT
DI PANTAI DEPOK ............................................................................................................................ 603
PERAN PARIWISATA UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT WILAYAH KEPESISIRAN
TANJUNGSARI DAN TEPUS, KABUPATEN GUNUNGKIDUL ................................................... 610

vi

DAS SEBAGAI BASIS PENILAIAN MANFAAT LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG
SUMBERDAYA HUTAN ................................................................................................................... 618
ASPEK MORFOMETRI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI STUDI
KASUS DAS CITANDUY .................................................................................................................. 629
PELUANG DAN TANTANGAN REVITALISASI DAS LIMBOTO, SEBUAH PENDEKATAN
HASIL PROSES ................................................................................................................................... 638
KONFLIK
SPASIAL
PEMANFAATAN
LAHAN
DALAM MANAGEMENT DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU PROVINSI BANTEN ....... 652
KONDISI PEMBANGUNAN DESA-DESA PESISIR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .... 661
KONFLIK KEPENTINGAN DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN PESISIR
CANGGU, BALI .................................................................................................................................. 672
PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR
UTARA JAWA (Studi Kasus: Kota Semarang dan Kota Tegal) ......................................................... 689
EFEKTIFITAS TRANSPORTASI AIR ANTAR PULAU DI KABUPATEN KEPULAUAN
MERANTI ............................................................................................................................................ 703
KEHARMONISAN PEMANFAATAN RUANG PESISIR BERDASARKAN SUDUT PANDANG
LINGKUNGAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI DESA PUTUTREJO, KECAMATAN
GRABAG, KABUPATEN PURWOREJO .......................................................................................... 716
PENGELOLAAN PESISIR SELATAN SEBAGIAN KULON PROGO DAN PURWOREJO
BERDASARKAN KONDISI BANGUNAN FISIK ............................................................................ 725
STRATEGI PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERKELANJUTAN BERBASIS ANALISIS
SWOT PASKA KEGIATAN TAMBANG PASIR BESI KABUPATEN PURWOREJO, JAWA
TENGAH.............................................................................................................................................. 735
PELAJARAN BERHARGA DARI KEGIATAN TAMBANG PASIR PANTAI DI DESA SELOK
AWAR-AWAR KECAMATAN PASIRIAN - LUMAJANG.............................................................. 746
KAJIAN KOMPARATIF FAKTOR PENYEBAB PERKAWINAN ANAK DI PERKOTAAN DAN
PERDESAAN DI KABUPATEN GROBOGAN (Analisis Survei Pernikahan Dini Tahun 2011) ...... 756
KECENDERUNGAN AKSEPTOR MEMAKAI NON METODE KONTRASEPSI JANGKA
PANJANG DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
.............................................................................................................................................................. 765

vii

PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PANTAI
DITINJAU DARI PENDEKATAN KELINGKUNGAN DI
KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR
Listyo Yudha Irawan1, Puspita Indra Wardhani2, Edwin Maulana3
Aries Dwi Wahyu Rahmadana4, Junun Sartohadi5
1

Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang
2
Program Doktoral Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
3
Magister Manajemen Bencana, Universitas Gadjah Mada
4
Magister Perencanaan dan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai, Universitas Gadjah Mada
5
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Email: listyo.geo07@gmail.com, poespita.indra@gmail.com, edwinmaulana35@yahoo.com,
aries.rahmadana@gmail.com, panyidiksiti@gmail.com

ABSTRAK
Kawasan pesisir selatan Pulau Jawa memiliki potensi yang sangat luar biasa, khususnya di bidang
pariwisata. Kabupaten Blitar merupakan salah satu wilayah yang memiliki tipologi pantai yang
berpotensi untuk dikembangkan, seperti pantai-pantai di Kabupaten Malang dan Pacitan. Terdapat
kemiripan karateristik pantai di pesisir selatan Kabupaten Blitar dengan wilayah lain yaitu morfologi
pantai berbatu dan berpasir. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pemetaan potensi pantai dan
menganalisis peluang pesisir Kabupaten Blitar dalam industri pariwisata. Metode yang digunakan
adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kelingkungan. Kajian literatur dan wawancara dilakukan
untuk memperkuat hasil temuan dari penelitian.
Bagian selatan Kabupaten Blitar merupakan wilayah yang memiliki topografi berbukit dengan relief
yang kasar. Kondisi relief sangat berpengaruh dalam pengembangan pariwisata pantai di Kabupaten
Blitar. Terdapat kurang lebih empat belas pantai di lokasi penelitian yang memanjang dari Pantai Pasur
di sebelah barat hingga Pantai Jolosutro di sebelah timur. Pantai-pantai yang ada belum sepenuhnya
diketahui sebagai destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan. Desiminasi informasi yang belum
optimal menjadi penyebab keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang potensi pesisir Kabupaten
Blitar. Kekurangan dalam penyediaan infrastruktur menjadi faktor penghambat masih sedikitnya
kunjungan wisatawan. Pantai dengan dukungan fasilitas yang terbaik hingga saat ini adalah Pantai
Tambakrejo, sementara untuk pantai-pantai yang lain masih belum dikembangkan. Perbaikan di segi
infrastruktur dan promosi menjadi hal utama yang perlu dilakukan untuk pengembangan pariwisata
pantai di Kabupaten Blitar. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan solusi alternatif bagi
pengembangan pilot project terkait potensi pariwisata pantai di Kabupaten Blitar.
Kata kunci: morfologi pantai; pariwisata pantai; pendekatan kelingkungan; Kabupaten Blitar

PENDAHULUAN
Kabupaten Blitar merupakan salah satu wilayah di bagian selatan Provinsi Jawa
Timur yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Pengaruh letak geografis tersebut
berpengaruh terhadap luasnya wilayah kepesisiran yang dimiliki Kabupaten Blitar.Wilayah
kepesisiran dan pantai di Kabupaten Blitar memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hasil
identifikasi menunjukkan panjang garis pantai di Kabupaten Blitar sekitar duapuluh tujuh
592

kilometer. Pantai membentang dari Jolosutro di bagian timur hingga Pantai Pasur di bagian
barat.
Potensi pantai yang besar hingga saat ini belum sepenuhnya tersentuh dengan baik.
Sektor pariwisata khususnya pantai belum menjadi prioritas pengembangan. Belum
tergarapnya sektor pariwisata pantai dengan baik lebih disebabkan pada fokus pemerintah
dalam pengembangan sektor lain seperti pertanian. Kabupaten Blitar selama ini bertumpu
pada sektor agraris. Sendi-sendi perekonomian daerah tergantung pada sektor pertanian,
peternakan, perdagangan, dan perikanan. Sektor maritim khususnya pariwisata pantai sebagai
salah satu pengerak ekonomi masih belum diperhatikan.
Sektor pariwisata dapat memberikan pemasukan yang besar terhadap Penghasilan
Asli Daerah (PAD). Pemasukan PAD dari sektor pariwisata sudah dirasakan kawasan lain
seperti Kota Batu dan Kabupaten Lamongan serta beberapa lokasi lain di Jawa Timur.
Pengelolaan potensi pariwisata yang profesional juga dapat mendongkrak ekonomi
masyarakat sekitar lokasi pariwisata.
Pengembangan potensi dan perencaaan pariwisata pantai di Kabupaten Blitar
memerlukan kajian nyeluruh dan mendetail. Kajian potensi pariwisata pantai dapat ditinjau
dari aspek morfologi pantai dan penggunaan lahan saat ini dengan menggunakan pendekatan
kelingkungan. Pendekatan kelingkungan dipilih disebabkan pengelolaan pariwisata
berkelanjutan harus memperhatikan factor fisik dan faktor manusia. Interrelasi antara aspek
fisik dan manusia merupakan penciri pendekatan kelingkungan(Sumarmi, 2012). Aspek fisik
dalam kajian adalah wilayah kepesisiran dan pantai di Kabupaten Blitar.
Pengelolaan wilayah kepesisiran dan pantai tidak terlepas dari campur tangan
manusia. Manusia berperan sebagai perencana, pengguna, dan pengelola wilayah kepesisiran
dan pantai. Karakterisitik wilayah kepesisiran dan pantai di Kabupaten Blitar belum dikaji
baik secara keilmuan geografi maupun dalam kajian pengelolaan kepariwisataan. Pendekatan
kelingkungan dalam keilmuan geografi berupaya memadukan karakteristik lingkungan dan
wilayah dengan peran manusia sebagai perencana dan pengelola.
Penelitian tentang prospek dan tantangan pengembangan pantai ditinjau dari
pendekatan kelingkungan di Kabupaten Blitar bertujuan untuk mengidentifikasi potensi
kepesisiran dan pantai di Kabupaten Blitar. Hasil penelitian diharapkan mampu menjadi
referensi bagi pengembangan pantai di Kabupaten Blitar. Hasil akhir berupa peta tipologi
pantai beserta deskripsi masing-masing tipologi pantai guna mendukung pengembangan
pantai dengan pendekatan kelingkungan.
METODE
Penelitian yang dilakukan menggunanakan metode survei, wawancara mendalam,
dan interpretasi citra satelit. Metode survei digunakan untuk mengumpulkan data tentang
potensi pariwisata pantai di Kabupaten Blitar. Wawancara mendalam dilakukan untuk
memperoleh informasi terperinci tentang pengelolaan wisata pantai dari informan kunci.
Interpretasi citra satelit digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis bentuklahan,
tipologi pantai, dan penggunaan lahan eksisiting. Tahapan penelitian secara terperinci dapat
dibagi menjadi: pengumpulan dan persiapan data, pengolahan data, analisis data, pengecekan
lapangan, wawancara mendalam, dan penyajian hasil akhir.
Klasifikasi bentuklahan (landform) merupakan metode yang dipilih untuk
menginterpretasi tipologi pantai. Interpretasi setiap unsur geomorfologi dan karakteristik fisik
dilakukan untuk memperoleh karakteristik bentanglahan (Sartohadi, dkk, 2014). Basis data
yang digunakan dalam proses interpretasi bentuklahan meliputi: Peta Rupa Bumi Indonesia
Skala 1:25.000, Peta Geologi Skala 1:100.000, Citra SRTM 30 m, dan Citra dari BingMaps.

593

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan mengenai potensi pariwisata pantai di Kabupaten Blitar tidak akan
terlepas dari istilah pesisir dan pantai. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang mengalami
perubahan antara daratan dan lautan yang dapat memanjang secara beragam baik kearah darat
maupun laut (Sara, 2014). Pembentukan wilayah pesisir dicirikan dengan pengaruh pasang
surut yang dipengaruhi oleh faktor topografi. Sementara pantai didefinisikan sebagai zona
diantara batas air pada saat pasang terendah dan batas pada ombak yang biasanya memanjang
hingga dinding pantai/cliff (Bird,2008).
Hasil dan pembahasan dapat diperinci ke dalam prospek dan tantangan
pengembangan pantai di Kabupaten Blitar. Prospek ditinjau dari potensi kepesisiran dan
pantai, karakteristik tipologi pantai, dan penggunaan lahan eksisiting. Deskripsi tentang
tantangan dijelaskan mengenai permasalahan dan hambatan dalam pengembangan pariwisata
pantai Kabupaten Blitar. Pembahasan prospek dan tantangan pengembangan pariwisata
paantai di Kabupaten Blitar secara detail dapat dijelaskan sebagai berikut.
Potensi Kepesisiran dan Pantai di Kabupaten Blitar
Kawasan kepesisiran dan tipologi pesisir yang berbatasan langsung dengan Samudera
Hindia menyuguhkan pemandangan yang sangat indah. Bentuk tipologi pesisir Kabupaten
Blitar yang beragam juga dapat memberikan pilihan tujuan wisata bagi pengunjung. Kondisi
lingkungan yang masih alami dan menarik sangat sesuai untuk dijadikan sebuh obyek wisata
(Fandeli, 1995). Potensi kepesisiran di Kabupaten Blitar diinterpretasi berdasarkan parameter
aksesbilitas dan keterjangkauan lokasi oleh wisatawan yang akan berkunjung.
Hasil interpretasi dikuatkan dengan kajian literatur dari berbagai sumber. Hasil
analisis menunjukkan bahwa setidaknya Kabupaten Blitar memiliki empat belas destinasi
kepesisiran yang berpotensi untuk dikembangkan untuk kegiatan pariwisata. Sebaran titik
potensi pengembangan wisata Kabupaten Blitar dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Titik potensi pengembangan pariwisata kepesisiran Kabupaten Blitar (Sumber: Penulis,
2016)

Hasil analisis untuk pesisir Kabupaten Blitar menunjukkan empat belas titik potensi
pantai terdiri dari: 1) Pantai Pasur , 2) Umbul Waru, 3) Pangi, 4) Gayasan, 5) Tambakrejo, 6)
Gondomayit, 7) Jebring, 8) Wediitem, 9) Keben, 10) Serit, 11)Serang, 12) Banyu Gerah, 13)
Peh Pulo, dan 14) Jolosutro. Beberapa pantai di Kabupaten Blitar saat sekarang sudah dikenal
masyarakat lokal, seperti Pantai Tambakrejo, Gondomayit, Pangi, Pehpulo, Serang, Jolosutro
dan Umbul Waru. Beberapa pantai ini sudah mulai ramai dikunjungi masyarakat lokal Jawa
Timur pada hari libur ataupun musim liburan sekolah.
594

Tipologi Pesisir Selatan Kabupaten Blitar
Pantai Selatan Kabupaten Blitar memiliki karakteristik yang khas yang dapat
dijabarkan dari tipologi pesisir. Tipologi pesisir dihasilkan dari analisis karakteristik fisik
lahan sekitar pantai dengan melakukan interpretasi citra satelit, analisis peta dan survei
lapangan. Kajian bentanglahan menjadi dasar dalam mengidentifikasi tipologi pesisir wilayah
Kabupan Blitar. Tipologi pesisir dijabarkan secara umum untuk mengetahui karakteristik
wilayah pesisir Blitar.
Bentanglahan wilayah pesisir Blitar diidentifikasi berdasarkan morfologi, proses dan
hasil proses pembentukan pesisir. Karakteristik khas fisik wilayah pesisir Blitar diidentifikasi
menjadi dua tipe yaitu tipe berpasir dan berbatu. Geologi memberikan informasi mengenai
sumber dari material dan proses pembentukan bentangklahan.
Terdapat tiga formasi geologi di pesisir selatan Kabupaten Blitar yaitu: Aluvium,
Formasi Mandalika dan Formasi Wonosari. Aluvium terdiri dari pasir, lempung,lumpur, dan
tuf pasiran. Formasi Mandalika terdiri atas material yaitu lava andesit basalt, latit, riolit dan
dasit. Formasi Wonosari terdiri atas gamping koral, batugamping-napal-tuffan-pasiran, napal,
dan kalsirudit. Komposisi material pada aluvium lebih didominasi oleh pasiran, pada Formasi
Mandalika didominasi oleh lava andesit basil dan dasit, dan pada Formasi Wonosari
didominasi oleh material batugamping. kondisi geologi sisi Selatan Kabupaten Blitar
ditunjukan dalam gambar 2.

Gambar 2. Geologi Wilayah Pesisir Blitar (Sumber: Penulis, 2016)

Hasil proses pembentukan bentuklahan (genesis) yang saat ini dapat diamati terdapat
3 proses pembentukan. Hasil asal proses marin, solusional dan struktural yang membentuk
wilayah pesisir Blitar. Setiap hasil proses memberikan karakteristik khas pada wilayah pesisir
Blitar. Hasil proses marin memberikan ciri wilayah pantai cukup luas hingga dapat terbentuk
beting gisik. Hasil proses solusional dicirikan dengan material yang didominasi gampingan,
berpasir putih dan pantai yang terbentuk pada teluk-teluk ataupun cliff yang berbenturan
langsung dengan gelombang laut. Hasil proses struktural didominasi dengan material pasiran
andesit dan percampuran karena diapit oleh material gampingan, pantai yang terbentuk pada
teluk yang dicirikan dengan adanya laguna atau bahkan terbentuk estuari, dan ditemukan cliff
batuan beku yang bersinggungan langsung dengan gelombang laut. Genesa wilayah pesisir
Kabupaten Blitar dapat dilihat dalam gambar 3.

595

Gambar 3. Genesa Wilayah Pesisir Blitar (Sumber: Penulis, 2016)

Tipologi pesisir di Kabupaten Blitar pada umumnya merupakan wilayah pesisir yang
sempit. Tipologi pesisir Blitar diperdetail pada tipologi pantai. Penjelasan tipologi pantai
memuat informasi tentang morfologi pantai. Klasifikasi morfologi pantai secara umum dapat
dibagi berdasarkan klasifikasi (Dahuri, 2003 dalam Sara, 2014):
1. Pantai terjal berbatu
2. Pantai landai dan datar
3. Pantai dengan bukit pasir
4. Pantai beralur
5. Pantai berbatu
6. Pantai lurus di dataran pantai yang landau
7. Pantai yang terbentuk akibat proses erosi
Dasar klasifikasi pantai digunakan pada proses interpretasi citra. Hasil interpretasi
citra selanjutnya dijadikan dasar dalam survei lapangan untuk mengindentifikasi
perkembangan pariwisata pantai di Kabupaten Blitar. Informasi lokal mengenai wilayah
pesisir digunakan pendukung untuk mengidentifikasi pantai-pantai yang menjadi destinasi
wisata wilayah pesisir Blitar. Tabel 1 menunjukkan tipologi pantai Selatan Blitar yang
menjadi destinasi wisata. Pada konsidi sekarang (eksisting) pantai selatan Blitar masih banyak
yang tidak atau belum dibudidayakan dengan komposisi 43% yang dikelola atau
dibudidayakan. Tipologi pantai Selatan Blitar dapat membantu dalam menunjukkan
menunjukkan potensi kepesisiran Selatan Jawa. Tipologi setiap pantai di wilayah kajian dapat
ditunjukkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Tipologi Pantai Selatan Blitar
No
Nama Pantai
Tipologi Pesisir
1
Pasur
Berpasir

Tipologi Pantai
Pesisir berlaguna
Pesisir bergisik

2

Umbul Waru

Berpasir

Pantai bergisik

3

Pangi

Berpasir

Pesisir bergisik

4

Gayasan

Berpasir

Pesisir berlaguna

5

Tambakrejo

Berpasir

Pesisir berlaguna
Pesisir bergisik

6

Gondomayit

Berpasir

Pesisir bergisik

7

Jebring

Berpasir

Pesisir berlaguna

8

Wediitem

Berpasir

Pesisir bergisik

9

Keben

Berpasir

Pesisir bergisik

596

Proses Dominan
Pesisir endapan
sungai
Pesisir endapan
marin-eolian
Pesisir endapan
marin-eolian
Pesisir endapan
marin-eolian
Pesisir endapan
sungai
Pesisir endapan
sungai
Pesisir endapan
marin-eolian
Pesisir endapan
marin-eolian
Pesisir endapan
sungai
Pesisir endapan
marin-eolian
Pesisir endapan

Kondisi Eksisting
Tidak/ belum
dibudidayakan
Dibudidayakan
Tidak/ belum
dibudidayakan
Dibudidayakan
Tidak/ belum
dibudidayakan
Tidak/ belum
dibudidayakan
Dibudidayakan
Dibudidayakan
Dibudidayakan
Tidak/ belum
dibudidayakan
Tidak/ belum

No

Nama Pantai

Tipologi Pesisir

Tipologi Pantai

10

Serit

Berpasir

Pesisir berlaguna

11

Serang

Berpasir

Pesisir bergisik

12

Banyu Gerah

Berpasir

Pesisir bergisik

13

Pehpulo

Berbatu

14

Jolosutro

Berpasir

Pesisir ber-cliff
(tebing)
Pesisir berlaguna

Proses Dominan
marin-eolian
Pesisir endapan
sungai
Pesisir endapan
marin-eolian
Pesisir endapan
marin-eolian
Pesisir erosi
gelombang
Pesisir endapan
sungai

Kondisi Eksisting
dibudidayakan
Tidak/ belum
dibudidayakan
Dibudidayakan
Tidak/ belum
dibudidayakan
Tidak/ belum
dibudidayakan
Dibudidayakan

Sumber: Analisis (2016) dan Suprajaka dkk (2005)

Karakterisitik tipologi pantai secara umum memiliki kesamaan yakni berpasir.
Tipologi pantai berpasir dapat dibedakan menjadi dua yaitu: pantai berpasir hitam dan pantai
berpasir putih. Pantai berpasir hitam terbentuk akibat pengendapat material yang berasal
material vulkanis Gunungapi yang terbawa oleh aliran sungai. Tipe pantai berpasir hitam
mendominasi pantai bagian timur dimulai dari Pantai Jebring, Wediitem, Keben, Serit,
Serang, Banyu Gerah, Pehpulo, dan Jolosutro. Tipologi pantai berpasir hitam dapat dilihat
pada gambar 4. Pantai di Blitar selatan yang mempunyai pasir putih yaitu Pantai Umbul
Waru, Pangi, Gayasan, Tambakrejo, dan Gondomayit.
A

B

Gambar 4. A) Pantai Serang, B) Pantai Jebring
(Sumber: http://blog.reservasi.com/wisata-pantai-di-blitar dan Penulis, 2016)

Pantai yang telah dikenal sebagai destinasi utama pariwisata pantai di kabupaten
Blitar adalah Pantai Tambakrejo. Pantai Tambakrejo menjadi primadona pariwisata pantai
tidak terlepas dari jarak tempuh yang tidak terlampau jauh dari pusat Kota Blitar sekitar tiga
puluh kilometer. Jumlah wisatawan di Pantai Tambakrejo merupakan yang terbesar
dibandingkan dengan pantai-pantai yang lain di Kabupaten Blitar.
Pantai Tambakrejo dan Pantai Gondomayit berada pada lokasi yang berdekatan yang
dipisahkan oleh bukit-bukit karst. Meskipun memiliki kedekatan letak antara Pantai
Tambakrejo dan Pantai Gondomayit memiliki karakteritik pantai yang berbeda. Pantai
Tambakrejo dicirikan dengan tipe pantai bergisik sedangkan Pantai Gondomayit merupakan
tipe pantai terumbu karang. Karakteristik pantai mengakibatkan pengembangan potensi pantai
yang berbeda. Pantai berpasir putih merupakan hasil dari proses sedimen marin seperti yang
dijumpai pada pantai Tambakrejo dan Gondomayit (Gambar 5).

597

A

B

Gambar 5. A) Pantai Tambakrejo, B) Pantai Gondomayit (Sumber: Penulis, 2013)

Perbedaan dapat ditemukan di Pantai Peh Pulo yang memiliki tipologi pantai berbatu.
Tipologi pantai bertebing terjal (cliff) merupakan penciri utama Pantai Peh Pulo. Dinding Cliff
Pantai Peh Pulo mengalami abrasi terus-menerus sehingga membentuk Stack. Keberadaan
stack di pantai Peh Pulo menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Tipologi pantai
yang berbeda dari pantai-pantai yang lain di Kabupaten Blitar membuat Pantai Peh Pulo
menjadi tujuan baru destinasi wisata pantai Kabupaten Blitar. Tipologi pantai Peh Pulo dapat
dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Tipologi Pantai Peh Pulo (Sumber: Penulis, 2016)

1.1. Penggunaan Lahan Kabupaten Blitar Selatan
Kawasan pantai di Kabupaten Blitar selatan didominasi oleh perbukitan karst.
Dominasi perbukitan karst memberikan pemandangan alam yang indah dan unik karena
wisatawan dapat melihat pemandangan biru laut dan perbukitan hijau secara bersamaan
(gambar 7). Bentuk kawasan yang berbukit-bukit juga memberikan manfaat dilihat dari aspek
kebencanaan. Perbukitan yang ada di pantai selatan Jawa dapat menjadi penghalang/barrier
dan lokasi evakuasi masyarakat apabila terjadi tsunami. Potensi tsunami sangat besar terjadi
karena pantai selatan Jawa merupakan zona subduksi lempeng tektonik (Lempeng Australia
dengan Lempeng Eurasia). Tumbukan antara zona subduksi meningkatkan ancaman gempa
bumi dan tsunami di kawasan kepesisiran kabupaten Blitar.

598

Gambar 7. Bukit Karst di Wilayah Blitar Bagian Selatan (Sumber: Penulis, 2016)

Pantai di bagian selatan Kabupaten Blitar berbatasan langsung dengan Samudra
Hindia. Kondisi ini menyebabkan pantai di bagian selatan Kabupaten Blitar mempunyai
ombak besar dengan energi yang kuat. Kondisi ombak yang besar menyebabkan larangan
bagi wisatawan untuk mandi atau berenang di laut di seluruh pantai selatan Kabupaten Blitar.
Larangan ini dimaksudkan untuk menghindari adanya korban jiwa akibat terseret ombak laut
yang kuat. Meskipun demikian, wisatawan masih dapat menikmati keindahan pantai-pantai
yang ada di bagian selatan Kabupaten Blitar dengan menikmati pemandangan alam ataupun
bermain pasir dan berjalan-jalan di pinggir pantai.
Kawasan pantai Kabupaten Blitar selatan merupakan kawasan kurang subur.
Kawasan pantai Kabupaten Blitar selatan didominasi oleh batuan kapur yang menyebabkan
kondisi tanah relaif tipis dan miskin unsur hara. Kondisi yang demikian menyebabkan
kawasan pantai Kabupaten Blitar selatan sulit dikembangkan di bidang pertanian. Sebagian
besar kawasan didominasi oleh tanaman tegalan, hutan dan semak belukar. Tanaman yang
dikembangkan masyarakat yang tinggal di kawasan pantai Kabupaten Blitar bagian selatan
adalah ketela pohon, jagung dan jati. Penggunaan lahan yang ada di kawasan Blitar tersaji
dalam gambar 8.

Gambar 8. Penggunaan Lahan di Bagian Selatan Kabupaten Blitar (Sumber: Penulis, 2016)

Perubahan penggunaan lahan secara masif terjadi di pantai Tambakrejo. Pantai
Tambakrejo merupakan pilot project pengembangan kawasan kepesisiran di Kabupaten
599

Blitar. Bentuk pengembangan yang telah dan sedang dilakukan meliputi: pengembangan
pariwisata, pengembangan tempat pelelangan ikan, serta pengembangan pelabuhan.
Pengembangan pelabuhan (port) di wilayah kepesisiran di Kabupeten Blitar baru dilakukan
di Pantai Tambakrejorejo saja. Pengembangan pelabuhan dilakukan di bagian barat pantai
dengan terlebih dahulu membangun zona pecah gelombang (breaker zone). Pilot project
pengembangan pelabuhan di Pantai Tambakrejo dapat dilihat dalam gambar 9.
A

B

Gambar 9. A) Lokasi pembangunan pelabuhan di Pantai Tambakrejo, B) Pembangunan zona pecah
gelombang di sisi barat Pantai Tambakrejo (Sumber: Penulis, 2013)

Keberadaan pantai-pantai yang potensial di Kabupaten Blitar hingga saat ini masih
belum tergarap secara maksimal. Realita tersebut dapat diidentifikasi dari kondisi jalan
menuju pantai dan fasilitas seperti tempat sampah, kamar mandi dan sarana ibadah berupa
masjid/mushola. Pemenuhan fasilitas yang baik mutlak harus dipenuhi sehingga menarik
minat wisatawan untuk datang ke lokasi wisata. Beberapa kritikal faktor yang harus dipenuhi
antara lain adalah atraksi wisata, aksesibilitas aktivitas dan amenitas.
Salah satu akses jalan yang perlu diperhatikan adalah jalan menuju Pantai Peh Pulo.
Jalan menuju pantai Peh Pulo masih berupa jalan tanah dengan lebar 3-4 meter. Kondisi jalan
yang sempit mempersulit wisatawan untuk mencapai lokasi. Struktur material jalan yang
masih berupa jalan tanah juga mengakibatkan Pantai Peh Pulo sulit diakses dengan
menggunakan mobil. Jalan akan menjadi becek dan tergenang pada musim penghujan. Akses
jalan menuju pantai Peh Pulo dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Akses Jalan Menuju Pantai Peh Pulo (Sumber: Penulis, 2016)

1.2. Pendekatan Kelingkungan dalam Pengelolaan Pantai
Hasil analisis menunjukkan pantai-pantai di Kabupaten Blitar memiliki lokasi yang
berdekatan antara satu pantai dengan yang lain. Tipologi pantai memiliki kemiripan namun
dengan karakteristik kekhasan di masing-masing lokasi. Karakteristik kekhasan harus
600

ditonjolkan sebagai nilai jual setiap obyek wisata. Identitas lokasi pariwisata pantai ditandai
pula dengan keunikan lingkungan yang menjadikan daya tarik bagi pengunjung.
Pendekatan kelingkungan pada pengelolaan pantai merupakan suatu gagasan untuk
mensinergikan antara potensi pantai dengan prinsip-prinsip pengelolaan pantai berkelanjutan.
Interaksi antara lingkungan fisik dan lingkungan manusia merupakan elemen kunci dalam
pengelolaan pantai berkelanjutan. Pengelolaan berkelanjutan dalam arti memperhatikan dan
mempertimbangkan karakteristik pantai yang menitikberatkan pada sektor penyediaan
infrastruktur/ sarana dan prasana yang mendukung kegiatan pariwisata pantai. Pihak
stakeholder dalam hal ini pemerintah selaku perencana dan penetap kebijakan perlu
mempersiapkan berbagai opsi/ pilihan untuk pengembangan pantai yang pro lingkungan.
Kabupaten dapat mencontoh pengembangan pariwisata pantai seperti di Kabupaten Malang,
Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Gunung Kidul.
Beberapa lokasi pantai di wilayah Malang, Tulungagung, Pacitan, hingga Gunung
Kidul berhasil menjaga dan mempertahankan kesan pantai yang menarik, alami, dan asri.
Kesan alami dan asri yang dimiliki oleh pantai harus tetap dipertahankan. Kondisi pantai yang
masih alami dan asri diyakini dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi. Kawasan wisata
pantai di Kabupaten Gunung Kidul telah membuktikan bahwa pengelolaan pantai yang baik
antara pemerintah, penduduk lokal, dan sektor swasta telah mendatangkan banyak manfaat
salah satunya di sektor ekonomi.
Pendekatan kelingkungan dapat pula digunakan untuk pengurangan risiko bencana
untuk kawasan pantai. Pemanfaatan cemara laut untuk mencegah tsunami merupakan salah
satu bentuk usaha pengurangan risiko bencana. Hingga saat ini (2016) dari keseluruhan lokasi
kajian yang diamati hanya pantai Tambakrejo saja yang telah ditanami cemara laut untuk
mengurangi risiko bencana tsunami.
Kawasan pantai dengan yang memiliki teluk dengan tipologi landai perlu
mempersiapkan bentuk mitigasi structural pengurangan risiko bencana seperti yang ada di
Pantai Tambakrejo. Prinsip preventif dalam pengurangan risiko bencana perlu menjadi
perhatian yang selaras dengan pengembangan pariwisata pantai. Beberapa pantai di
Kabupaten Blitar memerlukan kajian pengembangan wisata pantai yang baik
mempertimbangkan letak pantai yang menghadap langsung ke Samudra Hindia.
KESIMPULAN
Pengembangan pariwisata pantai di Kabupaten Blitar memiliki prospek yang baik
seiring dengan fokus perencanaan dan pengembangan kemaritiman yang akan dicapai
pemerintah. Pemenuhan kebutuhan berupa penyediaan infrastruktur yang baik seperti jalan
perlu dilakukan dengan cepat. Percepatan pembangunan kawasan pantai dapat dilakukan
dengan membuat fokus prioritas pembangunan.
Percepatan pembangunan seperti pembangunan pelabuhan laut/ sea port mulai
dilakukan di Pantai Tambakrejo. Selain pembangunan infrastruktur berupa pelabuhan
destinasi wisata pantai di Kabupaten Blitar memrlukan akses menuju lokasi yang perlu terus
diperbaiki. Pembuatan jalur lintas selatan (JLS) yang menghubungkan wilayah-wilayah di
bagian selatan Jawa diharapkan mampu mendukung pengembangan pariwisata pantai di
Kabupaten Blitar.
Kesan alami dan asri di lokasi pantai menjadi aspek yang harus diperhatikan dalam
pengembangan pariwisata pantai di Kabupaten Blitar. Beberapa pantai seperti Pantai
Gondomayit, Peh Pulo, dan Pangi menyajikan wisata pantai yang masih alami. Destinasi
wisata yang masih memiliki kesan alami dan asri harus dirawat dan dijaga kelestarian
lingkungannya. Pendekatan kelingkungan dinilai sangat layak untuk diterapkan pada
pengelolaan pantai di Kabupaten Blitar.

601

REFERENSI
Bird, Eric, 2008, Coastal Geomorphology, West Sussex: John Wiley & Sons Ltd.
Fandeli, Chafid, 1995, Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam,Yogyakarta: Liberty.
Sara, La, 2014, Pengelolaan Wilayah Pesisir, Bandung: Alfabeta.
Sartohadi, J., Sianturi, R. S., Rahmadana, A. D. W., Maritimo, F., Wacano, D., Munawaroh, Suryani,
T., (2014), Bentang Sumberdaya Lahan Kawasan Gunungapi Ijen dan Sekitarnya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sumarmi, 2012, Pengembangan Wilayah Berkelanjutan, Malang: Aditya Media Publising.
Suprajaka., Poniman, A., Hartono. 2005. Konsep dan model penyusunan tipologi pesisir Indonesia
menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografi. GEOGRAFIA OnlineTM Malaysian Journal
of Society and Space 1 (76 - 84); © 2005, ISSN 2180-2491
http://blog.reservasi.com/wisata-pantai-di-blitar/ diakses tanggal 7 April 2016 jam 19:03

602