PENGARUH INTELEGENCE QUOTIENT (IQ), EMOTIONAL QUOTIENT (EQ), DAN SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI SISWA DI SMK SUMPAH PEMUDA 2

JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 1, Juni 2017

29

PENGARUH INTELEGENCE QUOTIENT (IQ), EMOTIONAL QUOTIENT (EQ), DAN
SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI SISWA
DI SMK SUMPAH PEMUDA 2
THE INFLUENCE OF INTELEGENCE QUOTIENT ( IQ), EMOTIONAL QUOTIENT ( EQ), AND
SPIRITUAL QUOTIENT ( SQ) TOWARD UNDERSTANDING IN ACCOUNTING LESSON OF
ACCOUNTANCY STUDENTS IN SMK SUMPAH PEMUDA 2

I.C. Kusuma, L.S.M. Rizki
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Djuanda Bogor
Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35, Kode Pos 16720, Telp/Fax : (0251) 8245155
Email : indra.Cahya.kusuma@unida.ac.id, selody.sl@gmail.com

ABSTRACT
This research is replicated from Rahman (2014) and Pasek (2015). This research aim to examine
impact of Intelectual Quotient, Emotional Quotient, and Spritual Quotient to wards Understanding of
Accountancy. This study used a survey method that uses primary data collected from questionnaires.
The population in this study were student of the Concentration of Accounting at SMK Sumpah Pemuda

2 Ciawi. The member of sample taken in this study are 31 student XII Classi. Hypotesis tets use liniear
coreelation and regression. Result of the hypothesis test indicate that Intelectual Quotient, Emitional
Quotient, and Spiritual Quotient has positive correlation with understanding of Accountancy. The
result showed simulataneous Intelectual Quotient, Emotional Quotient, and Spiritual Quotient has
significantly impact toward Understanding of Accountancy. In parcial Intelectual Quotient has a
Positive and significant impact towards Understanding of Accountancy, meanwhile Emotional
Quotient and Spiritual Quotient has not impact towards Understanding of Accountancy.
Key word: Intelectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), and
Understanding of Accountancy.
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan repilikasi dari penelitian rahman (2014) dan pasek (2015). Tujuan
penelitian ini untuk menguji pengaruh kecerdasan intelectual, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi. Penelitian ini menggunakan metode suvei
yang menggunakan data primer yang didapat dari kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa Jurusan Akuntansi di SMK Sumpah Pemuda 2 Ciawi. Jumlah sampel yang diambil 31
siswa jurusan Akuntansi Kelas XII. Uji hipotesis menggunakan korelasi dan regresi linear. Tes
menunjukan bahwa Intellectual Quotient, Emotional Quotient, dan Spiritual Quotient berkorelasi
positif dengan Pemahaman Akuntansi. Hasil analisis data menunjukan secara serempak Intellectual
Quotient, Emotional Quotient, dan Spiritual Quotient berpengaruh signifikan terhadap Pemahaman
Akuntansi. Secara parsial Intellectual Quotient memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

Pemahaman Akuntansi, sedangkan Emotional Quotient dan Spiritual Quotien tidak memiliki
pengaruh.
Kata kunci: Intelegent Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient, dan Pemahaman
Akuntansi.

30

I.C. Kusuma, L.S.M. Rizki

Pengaruh Intelegence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ)

PENDAHULUAN
Pendidikan
akuntansi
yang
diselenggarakan oleh sekolah menengah
kejuruan ditujukan untuk mendidik siswa agar
siap bekerja dibidang akunting.sudem dalam
rahmi (2010), kecemasan akan ketidakjelasan
terhadap

pemahaman
akuntansi
yang
dihasilkan oleh sekolah menengah kejuruan,
hal ini dampak dari banyaknya sekolah yang
belum mampu mendidik murid-muridnya
menguasai dengan baik ilmu pengetahuan
serta keterampilan hidip khususnya untuk
bidang akuntansi. Banyak hal harus
diperhatikan dalam dunia pendidikan untuk
menciptakan siswa yang berkualitas yang
dapat memahami pelajaran, khususnya
terhadap pemahaman akuntansi. Konsentrasi
belajar sangat diperlukan agar siswa dapat
mefokuskan dirinya
terhadap pelajaran
khususnya akuntansi.
Akuntansi merupakan pengetahuaan
yang harus dipahami oleh murid jurusan
akuntansi di sekolah. Akuntansi terbagi

menjadi beberapa mata pelajaran seperti
siklus
akuntansi,
akuntansi
keuangan,
akuntansi pajak, akuntansi biaya, aplikasi
komputer akuntansi, dan siklus akuntansi
manufaktur. Ketelitian, kesabaran, dan

keterampilan dalam menghitung sangat
diperluakan siswa dalam menguasai akuntansi.
Menurut rahmi (2013), proses pemahaman
dalam bidang studi akuntansi ini dipengaruhi
oleh Quotient yang dimiliki siswa, baik
Inttelegence Quotient (IQ), Emotional Quotient
(EQ), maupun Spiritual Quotient (SQ). Pada
saat ini banyak program pendidikan yang
hanya terfokus pada kecerdasal akal (IQ),
sementara itu yang diperlukan ialah
bagaimana cara mengembangkan kecerdasan

hati, seperti ketangguhan, optimisme, inisiatif,
dan kemampuan beradaptasi. Hal-hal tersebut
sekarang
menjadi
dasar
penilaian.
Keseimbangan antara IQ, EQ, dan SQ adalah
kunci keberhasilan belasar siswa di sekolah.
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa
jurusan Akuntansi di SMK Sumpah pemuda 2.
Masalah didalam penelitian ini adakah
kurangnya penjelasan materi di kelas, sikap
cuek
dengan
situasi
kelas,
tidak
memperhatikan tugas yang diberikan, dan
menutunnya prestasi siswa. Rata-rata nilai
UTS Mata Pelajaran Produktif Akuntansi dan

rata-rata jumlah kehadiran siswa akuntansi
siswa kelas XII pada saat berada di Kelas X dan
Kelas XII, dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 1. Rata-rata UTS Mata Pelajaran Produktif Akuntansi dan Rata-rata Kehadiaran Siswa Jurusan
Akuntansi Tahun Ajaran 2015/2017 SMK Sumpah Pemuda2
Rata-rata Nilai UTS
Mata Pelajaran Produktif Akuntansi

Rata-rata
Kehadiran

X
XI

79,80
80,00

95,35%
97,37%


XII

81,30

94,44%

Kelas

Sumber : Buku Induk SMK Sumpah Pemuda 2
Berdasarkan table 1 diatas rata-rata nilai
UTS Mata Pelajaran produkrif Akuntansi
terendah terdapat pada saat Kelas X dengan
rata-rata nilai 79,80. Nilai tertinggi terdapat
saat Kelas XII dengan rata-rata nilai 81,30,
sedamgkan nilai saat berada di Kelas XI
menmpunyai nilai rata-rata 80,00. Hal ini tidak
seperti harap guru di sekolah SMK Sumpah
Pemuda2 yang mengharapkan nilai rata-rata
kelas diatasa 85,00. Berdasarkann tabel 1

diatas juga dapat dilihat jumal rata-rata
kehadiran siswa jurusan Akuntansi pada saat
Kelas X 95,35% per pertemuan, jumlah
kehadiaran pada saat di Kelas XI sebesar
97,37% pertemuan, dan jumalah rata-rat
kehadiran saat di Kelas XII sebesar 94,44% per

pertemuan. Hal ini menunjukan tingkat
kehadiran siswa sudah baik.
Berdasarkan uraian tersebut diatas
peneliti tertarik meneliti faktor apa yang
mempengaruhi prestasi murid dalam hal ini
diwakili oleh pemahaman dalam bidang
akuntansi, selain jumlah absensi. Peneliti
tertarik untuk melaksanakan penelitian
dengan judul “ pengaruh Intellegence Quotien
(IQ), Emotional Quotien (EQ), dan Spiritual
Quotien (SQ) Terhadap Pemahaman Akuntansi
Pada Siswa SMK Sumpah Pemuda 2.
Akuntansi adalah seni dari pencatatan,

penggolaongan dan peringkasan daripada
peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian
yang setidak-tidaknya sebagian bersifat

JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 1, Juni 2017

keuangan denga tepat dan dinyatakan dalam
uang, serta penafsiran berdasarkan pencatatan
tersebut. (Munaawir, 2002:15). Menurut Kieso
(2002:2), akuntansi dapat dijelaskan secara
tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik
dari
akuntansi
:
pengidentifikasian,
pengukuran , dan pengomunikasian informasi
keuangan tentang entitas ekonomi kepada
pemakai yang berkepentingan.
Menurut siegel dalam Lubis, dkk. (2010),
Akuntansi keperilakuan adalah bagian

akuntansi yang mempelajari hubungan
perilaku manusia dengan sistem. Istilah sistem
dalam akuntansi ialah seluruh desain alat
pengendalian manajemen meliputi sistem
pengendalian, sistem penganggaran, desain
akuntansi
pertanggungjawaban,
desain
organisasi seperti tidak terpusat atau terpusat,
desai pengumpulan biaya, desain penilaian
kinerja serta pelaporan keuangan.
Pemahaman
akuntansi
menurut
Mawardi (2011) terdapat tiga konsep dasar
unsur utama yaitu aktiva, hutang, dan modal.
Dalam pengertian aktiva tidak sebatas pada
kekayaan perusahaan yang berwujud saja,
tetapi biaya yang masih harus dialokasikan
juga termasuk pengahasilan yang akan datang,

serta yang tidak berwujud.
Pemahaman
akuntansi
merupakan
sejauh
mana
kemampuan untuk memahai akuntansi baik
sebagai perangkat pengetahuan maupun
sebagai praktik.
Kecerdasan Intelektual (IQ) merupakan
pengelompokan kecerdasan manusia yang
didominasi oleh kemampuan daya pikir
rasional dan logika. Lebih kurang 80%, IQ
diturunkan dari orang tua, sedangkan
selebihnya dibangun pada usia sangan dini
yaitu 0-2 tahun kehidupan manusia yang
pertam. Sifatnya relatif digunkan sebagai
prediktor keberhasilan individu dimasa depan.
Implikasinya,
sejumlah
riset
untuk
menemukan alat tes (tes IQ) dirancang sebagai
tiket untuk memasuki dunia pendidikan
sekaligus dunia kerja (Amran, 2009:62).
Pengetian
Kecerdasan
Emosional
menurut Goleman (2005: 18) kemampuan
akademik bawaan, nilai rapor, dan pendidikan
tinggi tidak memprediksi seberapa baik
kinerja seseorang yang sudah bekerja atau
seberapa tinggi kesuksesan yang dicapai dalam
hidup.
Kecerdasan Spiritual yang ditemukan
oleh
Zohar
dan
Marshall
(2007:36)
menegaskan bahwa kecerdasan spiritual

31

adalah
landasan
untuk
membangun
kecerdasan intelektual dan emosional. Rachmi
(2010:71) menjelaskan kecerdasan spiritual
sebagai pikiran yang memiliki inspirasi, dan
penghayatan ketuhanan.
Siegel dalam Lubis, dkk. (2010),
Akuntansi
keperilakuan
(behavioral
accounting) adalah cabang akuntansi yang
mempelajari hubungan antara perilaku
manusia dengan sistem. Istilah sistem
akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti
yang luas yang meliputi seluruh desain alat
pengendalian manajemen yang meliputi sistem
pengendalian, sistem penganggaran, desain
akuntansi
pertangungjawaban,
desain
organisasi
seperti
desentralisasi
atau
sentralisasi, desain pengumpulan biaya, desain
penilaian kinerja serta pelaporan keuangan.
Secara lebih terinci ruang lingkup akuntansi
keperilakuan meliputi:
1) Mempelajari pengaruh antara perilaku
manusia terhadap desain, konstruksi, dan
penggunaan
sistem
akuntansi
yang
diterapkan dalam perusahaan, yang berarti
bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan
manajemen
mempengaruhi
sifat
pengendalian akuntansi dan desain
organisasi;
2) Mempelajari pengaruh sistem akuntansi
terhadap perilaku manusia, yang berarti
bagaimana
sistem
akuntansi
mempengaruhi motivasi, produktivitas,
pengambilan keputusan, kepuasan kerja
dan kerja sama;
3) Metode untuk memprediksi perilaku
manusia dan strategi untuk mengubahnya,
yang berarti bagaimana sistem akuntansi
dapat dipergunakan untuk mempengaruhi
perilaku.
Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan
(behavioral science), teori-teori akuntansi
keperilakuan dikembangkan dari penelitian
empiris atas perilaku manusia diorganisasi.
Dengan demikian, peranan penelitian dalam
pengembangan ilmu itu sendiri sudah tidak
diragukan lagi. Ruang lingkup penelitian di
bidang akuntansi keperilakuan sangat luas
sekali, tidak hanya meliputi bidang akuntansi
manajemen saja, tetapi juga menyangkut
penelitian dalam bidang etika, auditing
(pemeriksaan akuntan), sistem informasi
akuntansi bahkan juga akuntansi keuangan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:
74), pemahaman berasal dari kata paham yang

32

I.C. Kusuma, L.S.M. Rizki

Pengaruh Intelegence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ)

artinya pengertian; pengetahuan yang banyak.
Jika mendapat imbuhan pe-an menjadi
pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan,
(3) cara memahami atau memahamkan
(mempelajari baik-baik supaya paham).
Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman
adalah suatu proses, dan cara mempelajari
baik-baik supaya paham dan pengetahuan
banyak. Panangian (2012) menyatakan bahwa
pemahaman bukan kegiatan berpikir semata,
melainkan pemindahan letak dari dalam
berdiri disituasi atau dunia orang lain.
Mengalami kembali situasi yang dijumpai
pribadi lain didalam (sumber pengetahuan
tentang
hidup,
kegiatan
melakukan
pengalaman pikiran), pengalaman yang
terhayati. Pemahaman merupakan suatu
kegiatan
berpikir
secara
diam-diam,
menemukan dirinya dalam orang lain.
Sudaryono (2012: 44), pemahaman adalah
hasil belajar, misalnya peserta didik dapat
menjelaskan dengan susunan kalimatnya
sendiri atas apa yang dibacanya atau

didengarnya, memberi contoh lain dari yang
telah dicontohkan guru dan menggunakan
petunjuk penerapan pada kasus lain.
Pemahaman adalah kemampuan seseorang
untuk menangkap makna dan arti dari bahan
yang dipelajari, yang dinyatakan dengan
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan
atau mengubah data yang disajikan dalam
bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Sudijono
(2009: 50) mengatakan bahwa pemahaman
(Comprehension)
adalah
kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat. Dengan kata lain, memahami adalah
mengerti tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi. Dengan
demikian jelaslah, bahwa comprehension atau
pemahaman merupakan unsur psikologi yang
sangat penting dalam belajar.
Mawardi (2011), pemahaman akuntansi
terdiri dari tiga konsep dasar bagian utama
yaitu aktiva, hutang dan modal. Dalam
pengertian aktiva tidak terbatas pada
kekayaan perusahaan yang berwujud saja,
tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran
yang belum dialokasikan (deffered changes)
atau biaya yang masih harus dialokasikan pada
penghasilan yang akan datang, serta aktiva
yang tidak berwujud lainnya (intangible asset)
misalnya
goodwill,
hak
paten,
hak
menerbitkan dan sebagainya. Pemahaman

akuntansi
merupakan
sejauh
mana
kemampuan untuk memahami akuntansi baik
sebagai seperangkat pengetahuan (body of
knowledge) maupun sebagai proses atau
praktik.
Penguasaan
pengetahuan
atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka yang diberikan oleh pengajar.
Suwardjono
(2005:
4)
menyebutkan
pengetahuan akuntansi dapat dipandang dari
dua sisi pengertian yaitu sebagai pengetahuan
profesi (keahlian) yang dipraktekkan di dunia
nyata dan sekaligus sebagai suatu disiplin
pengetahuan yang diajarkan. Akuntansi
sebagai objek pengetahuan, akademisi
memandang akuntansi sebagai dua bidang
kajian yaitu bidang praktek dan teori. Teori
akuntansi tidak lepas dari praktik akuntansi
karena tujuan utamanya adalah menjelaskan
praktik akuntansi berjalan dan memberikan
dasar bagi pengembangan praktik. Akuntansi
cenderung
dikembangkan
atas
dasar
pertimbangan nilai (value judgment), yang
dipenuhi oleh faktor lingkungan tempat
akuntansi dipraktikkan. Belkaoli (2000)
menjelaskan bahwa proses penyusunan teori
akuntansi sebaiknya dilengkapi pula dengan
proses
pembuktian
(verification)
dan
pengesahan (validation) teori.
Prinsip akuntansi merupakan suatu
pedoman dalam menyusun laporan keuangan
yang secara umum dapat diterima oleh semua
pihak. Dalam praktik-praktik bisnis biasanya
sering dijumpai bahwa laporan keuangan
harus disusun dan disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum (PABU),
atau di Amerika Serikat disebut dengan GAAP
(Generally Accepted Accounting Principles).
Bidang
teori
berkepentingan
dengan
penjelasan, deskripsi, dan argumen yang
dianggap melandasi praktek akuntansi yang
semuanya dicakup dalam suatu pengetahuan
yang disebut teori akuntansi. Secara umum,
fungsi utama teori akuntansi adalah untuk
memberikan kerangka pengembangan ide-ide
baru dan membantu proses pemilihan
akuntansi (Mathews dan Parera, 1993).
Tolak ukur pemahaman akuntansi dalam
penelitian
ini
akan
diukur
dengan
menggunakan nilai mata diklat kompetensi
kejuruan akuntansi, yaitu:
a. Siklus akuntansi, termasuk didalamnya
mengelola dokumen transaksi, memposes

JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 1, Juni 2017

entri jurnal, memproses buku besar, dan
menyusun laporan keuangan.
b. Akuntansi keuangan, termasuk didalamnya
memproses dokumen dana kas kecil,
memproses dana kas di bank, mengelola
kartu piutang, mengelola kartu persediaan,
mengelola kartu aktiva tetap, dan
mengelola kartu utang.
c. Akuntansi pajak, yaitu menyiapkan surat
pemberitahuan pajak.
d. Akuntansi biaya, yaitu menyajikan laporan
harga pokok produk.
e. Aplikasi komputer akuntansi.
f. Siklus akuntansi manufaktur.
Kecerdasan intelektual (IQ) merupakan
pengkualifikasian kecerdasan manusia yang
didominasi oleh kemampuan daya pikir
rasional dan logika. Lebih kurang 80%, IQ
diturunkan
dari
orangtua,
sedangkan
selebihnya dibangun pada usia sangat dini
yaitu 0-2 tahun kehidupan manusia yang
pertama. Sifatnya relatif digunakan sebagai
prediktor keberhasilan individu dimasa depan.
Implikasinya,
sejumlah
riset
untuk
menemukan alat (tes IQ) dirancang sebagai
tiket untuk memasuki dunia pendidikan
sekaligus dunia kerja (Amran, 2009: 62).
Dwijayanti (2009: 24) menyebutkan
kecerdasan
intelektual
sebagai
suatu
kemampuan yang terdiri dari tiga ciri yaitu: a)
Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau
mengarahkan tindakan.
b) Kemampuan
untuk mengubah arah tindakan bila tindakan
itu telah dilakukan. c) Kemampuan untuk
mengkritik diri sendiri. Robins dan Judge
(2008: 57) mengatakan bahwa kecerdasan
intelektual adalah kemampuan yang di
butuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas
mental berpikir, menalar dan memecahkan
masalah.
Yani
(2011)
mengatakan
bahwa
kecerdasan intelektual adalah kemampuan
untuk memperoleh, memanggil kembali
(recall), dan menggunakan pengetahuan untuk
memahami konsep-konsep abstrak maupun
konkret dan hubungan antara objek dan ide,
serta menerapkan pengetahuan secara tepat.
Kecerdasan intelektual menurut Sternberg
(2008: 121) adalah sebagai kemampuan untuk
belajar
dari
pengalaman,
berfikir
menggunakan proses-proses metakognitif, dan
kemampuan untuk beradaptasi dengan
lingkungan sekitar.
Kecerdasan
intelektual
merupakan
kemampuan menganalisis, logika dan rasio

33

seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan
dengan keterampilan bicara, kecerdasan akan
ruang, kesadaran akan sesuatu yg tampak, dan
penguasaan matematika. IQ mengukur
kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal
baru, memusatkan perhatian pada aneka
tugas
dan
latihan,
menyimpan
dan
mengingat kembali informasi objektif, terlibat
dalam proses berfikir, bekerja dengan angka,
berpikir
abstrak
dan
analitis,
serta
memecahkan masalah dan menerapkan
pengetahuan yg telah ada sebelumnya.
(Anastasi, 2007: 220).

Goleman (2005: 18) menyatakan bahwa
kemampuan akademik bawaan, nilai rapor,
dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi
tidak memprediksi seberapa baik kinerja
seseorang sudah bekerja atau sebarapa
tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup.
Goleman (2005: 26) menyatakan bahwa
seperangkat kecakapan khusus seperti empati,
disiplin
diri,
dan
inisiatif
mampu
membedakan orang sukses dari mereka yang
berprestasi biasa-biasa saja, selain kecerdasan
akal yang mempengaruhi keberhasilan orang
dalam bekerja. Goleman (2005: 43)
mendefinisikan kecerdasan emosional adalah
kemampuan mengenali perasaan diri sendiri
dan perasaan orang lain, memotivasi diri
sendiri, serta mengelola emosi dengan baik
pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan
orang lain.
Rachmi (2010: 31) mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai kemampuan
merasakan, memahami, dan secara efektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi
sebagai sumber energi, informasi, koneksi
dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan
emosi menuntut seseorang untuk belajar
mengakui, menghargai perasaan diri sendiri
dan orang lain serta menanggapinya dengan
tepat dan menerapkan secara efektif energi
emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Melandy
dan
Aziza
(2006:42)
menyatakan bahwa, kecerdasan emosional
adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi
sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk
mengendalikan emosi sehingga memberikan
dampak yang positif. Kecerdasan emosional
dapat membantu membangun hubungan
dalam
menuju
kebahagiaan
dan
kesejahteraan.
Rachmi
(2010:
61)

34

I.C. Kusuma, L.S.M. Rizki

Pengaruh Intelegence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ)

mendefinisikan
kecerdasan
emosional
sebagai komponen yang membuat seseorang
menjadi pintar menggunakan emosinya.
Emosi manusia berada di wilayah dari
perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi
dan sensasi emosi yang apabila diakui dan
dihormati, kecerdasan emosional akan
menyediakan pemahaman yang lebih
mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri
dan orang lain. Melandy dan Aziza (2006:
44) mendefinisikan kecerdasan emosional
adalah kemampuan untuk mengenali
perasaan, meraih dan membangkitkan
perasaan
untuk
membantu
pikiran,
memahami perasaan dan maknanya, dan
mengendalikan perasaan secara mendalam
sehingga membantu perkembangan emosi.
Kecerdasan spiritual ditemukan oleh
Zohar dan Marshall pada pertengahan tahun
2000. Zohar dan Marshall (2007: 36)
menegaskan bahwa kecerdasan spiritual
adalah
landasan
untuk
membangun
kecerdasan intelektual dan kecerdasan
spiritual. Rachmi (2010: 71) mendefinisikan
kecerdasan spiritual sebagai pikiran yang
mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang
terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan yang
semua manusia menjadi bagian didalamnya.
Rachmi (2010: 78) menyebutkan
kecerdasan spiritual sebagai fakultas dimensi
non-material atau jiwa manusia. Kecerdasan
spiritual sebagai intan yang belum terasah dan
dimiliki oleh setiap insan. Manusia harus
mengenali seperti adanya lalu menggosoknya
sehingga mengkilap dengan tekad yang besar,
menggunakannya menuju kearifan, dan untuk
mencapai kebahagiaan yang abadi.
Wahab dan Umiarso (2011: 52)
menyatakan kecerdasan spritual adalah
kecerdasan yang sudah ada dalam setiap
manusia sejak lahir yang membuat manusia
menjalani hidup penuh makna, selalu
mendengarkan suara hati nuraninya, tak
pernah merasa sia-sia, semua yang dijalaninya
selalu bernilai.
Ludigdo dkk (2006: 41) menyatakan
bahwa Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
untuk
menghadapi
dan memecahkan
persoalan
makna
dan
nilai, yaitu
menempatkan perilaku dan hidup manusia
dalam konteks makna yang lebih luas dan
kaya, serta menilai bahwa tindakan atau hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan
dengan yang lain. Kecerdasan spiritual tidak

mesti berhubungan dengan
agama.
Kecerdasan spiritual mendahului seluruh
nilai spesifik dan budaya manapun, serta
mendahului bentuk ekspresi agama manapun
yang pernah ada. Namun, bagi sebagian orang
mungkin menemukan cara pengungkapan
kecerdasan spiritual melalui agama formal
sehingga membuat agama menjadi perlu.
Ginanjar
(2005:
41)
mendefinisikan
kecerdasan spiritual sebagai kemampuan
untuk memberi makna ibadah terhadap setiap
perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah
dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju
manusia yang seutuhnya dan memiliki pola
pemikiran integralistik, serta berprinsip hanya
karena
Allah.
Ginanjar
(2005:
47)
menyebutkan kecerdasan Spiritual adalah
kemampuan untuk memberi makna spiritual
terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan,
serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ
secara komprehensif.
METODE PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah siswa siswi
SMK Sumpah Pemuda 2. Lokasi penelitian ini
adalah SMK Sumpah Pemuda 2 yang terletak di
Kp. Cukanggaleuh RT. 02 RW. 05 Desa
jambuluwuk Kecamatan Ciawi Kabupaten
Bogor Pos 16760.
Desain penelitian ini ialah kualitatif yang
dikuantitatifkan bersifat asosiatif kausal, yaitu
dengan menekankan pada segi pengukuran
variabel dengan menggunakan teknik dan alat
ukur yang obyektif, yang bertujuan untuk
mencaritau hubungan antara dua variabel atau
lebih., dengan penelitian ini maka akan dapan
dibangun suatu teori yang dapat berfungsi
untuk
menjelaskan,
meramalkan
dan
mengontrol suatu gejala.
Untuk memudahkan proses analisa ,
maka penulis mengklasifikasikan variabel
penelitian sebagai berikut:
1. Veriabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi kepada dependen. Dalam
penelitian ini variabel independen adalah
IQ (Intellegency Quotien), EQ (Emotional
Quotien), dan SQ (Spiritual Quotien).
2. Variabel dependen adalah varibel yang
dapat
dipengaruhi
oleh
variabel
independen. Dalam skripsi ini varibel
dependen ialah pemahaman akuntansi.
Populiasi dalam penelitian ini adalah
siswa/i jurusan Akuntansi di SMK Sumpah
Pemuda 2 Ciawi dengan jumlah 112. Sampel
akan diambil menggunakan metode penarikan

JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 1, Juni 2017

35

Berganda, Korelasi Linier, dan Uji Hipotesis
sampel purposive sample,dimana populasi yang
menggunakan Uji F dan Unj t.
akan dijadikan sampel penelitian adalah
populasi yang memenuhi kriteria sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
tertentu yaitu siswa/i kls XII Jurusan
Akuntansi yang masih aktif sebagai siswa,
Anaslisis Regresi Linier Berganda
maka sampel dalam penlitian ini berjumlah 31
Pengujian regresi linear berganda
siswa. Metode yang digunakan untuk
berguna untuk mengetahui pengaruh variabel
mengumpulakan data adalah dengan cara
independen (IQ,EQ,dan SQ) terhadap variabel
menyebarkan kuesioner kepada seluruh
dependen. Berdasarkan pengujian diperoleh
sampel penelitian. Analisis data didalam
hasil yang disajikan dalam tabel berikut.
penelitian ini menggunakan Regresi Linier
Tabel 2. Hasil Perhitungan Linier Berganda
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
Std.
B
Beta
Error
(Constant)
28,131
8,434
IQ
,663
,182
,542
EQ
,133
,104
,198
SQ
,187
,131
,196
a. Dependent Variable: Pemahaman Akuntansi
Sumber: Hasil Olah data SPSS 20

t

Sig.

3,335
3,652
1,278
1,430

,002
,001
,212
,164

Berdasarkan hasil pada tabel diatas,
meningkatnya satu satuan variabel
dapat diperoleh persamaan regresi linier
kecerdasan emosional akan meningkat
berganda sebagai berikut:
pemahaman akuntansi sebesar 0,133.
Y = 28,31 + 0,663 X1 + 0,133X2 + 0,187X3 + e
c. b3 sebesar 0,187 artinya apabila
Persamaan regresi diatas makna sebagai
variabel kecerdasan intelektual dan
beriukut:
kecerdasan emosional sama dengan
a. Konstanta 28,131 menunjukan besarnya
nol, maka meningkatnya satu satuan
pemahaman
akuntansi
pada
saat
variabel kecerdasan spiritual akan
kecerdasan
intelektual,
kecerdasan
meningkatkan pemahaman akuntansi
emosional, dan kecerdasan spiritual sama
sebesar 0187.
dengan nol.
b. b1 sebesar 0,663 artinya apabila variabel
Koefisien Korelasi Berganda
kecerdasan emosional dan kecerdasan
Hasil pengelolaan dengan metode
spiritual sama dengan nol, maka
korelasi berganda terdapat pada tabel berikut :
Tabel.3 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
1
,785a
a. Predictors: (Constant), SQ, EQ, IQ
b. Dependent Variable: Pemahaman Akuntansi
Sumber: Hasil olahan SPSS 20
Berdasarkan Tabel 3, menyatakan bahwa
Koefisien Korelasi Berganda (R) variabel
penelitian IQ (X1), EQ (X2), dan SQ (X3) secara
bersama-sama
terhadap
Pemahaman
Akuntansi (Y) sebesar 0,785 yang berada pada
interval nilai R (0,600 – 0,7999) yang
menunjukan hubungan yang kuat dan searah.
Hal tersebut menunjukan bahwa IQ(X1),

0,617

EQ(X2), dan SQ (X3) yang baik akan
mempengaruhi peningkatan Pemahaman
Akuntansi(Y) kearah yang baik juga.
Koefisien Determinasi (Uji R2)
Koefisien Determinasi dilakukan untuk
mengetahui besarnya persentase sumbangan
pengaruh IQ (X1), EQ (X2), dan SQ

36

I.C. Kusuma, L.S.M. Rizki

Pengaruh Intelegence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ)

sebesar 61,70% sedangkan sisanya 38,30%
(X3)terhadap
Pemahaman
Akuntansi(Y).
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
Koefisien Determinasi diperoleh dengan cara
dianalisis dalam penelitian ini.
mengkuadratkan hasil koefisien korelasi dan
selanjutnya dikalikan 100% atau melihar R
Uji Hipotesis
Square (R2) pada hasil SPSS. Berdasarkan
Uji F
Table 3 diatas, nilai R Square sebesar 0,617
Hipotesis 1 (H1) dalam penelitian ini diuju
atau 61,70%. Hasil ini menunjukan bahwa
kebenarannya dengan menggunakan uji F yang
variabel IQ (X1), EQ (X2), dan SQ (X3)
terhadap
mempengaruhi
Pemahaman
Akuntasni
an dalam sajian tabel dibawah ini :
Tabel 4. Hasil Uji F
ANOVAa
Model
F
Sig.
1
14,497
,000b
a. Dependent Variable: Pemahaman Akuntansi
b. Predictors: (Constant), Spiritual Quotient, Emotional Quotient, Intelegence Quotient
Sumber :Hasil olahan SPSS 20
Hasil uji F diatas menunjukan bahwa
variabel-varieabel IQ (X1), EQ (X2), dan SQ
(X3) mempengangaruhi secara bersama-sama
terhadap Pemahaman Akuntansi (Y) sebesar
14,497. Nilai Signifikansi 0,000 lebih kecil (