INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROS

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN DISEKOLAH
Disusun oleh :
Ahmad Fadil1
Abstrak
Penulisan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang implementasi pendidikan
berbasis karakter dalam proses pelaksanaan pembelajaran (kegiatan belajar mengajar).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, normanorma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah
teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu (1)
Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, (2) Nilai
karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, (3) Nilai karakter dalam hubungannya
dengan sesama, (4) Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, dan (5) Nilai
karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan. Pendidikan karakter tidak dapat
dilaksanakan dalam bentuk mata pelajaran langsung, tapi melalui integrasi dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan mulai dari tahap kegiatan pendahuluan, inti (eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi), dan penutup.
Kata Kunci : Integrasi, pendidikan karakter, proses pelaksanaan pembelajaran
PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh

melimpah ruahnya sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusianya. Bahakan ada yang mengatakan bahwa “ Bangsa yang besar dapat dilihat dari
kualitas/karakter bangsa (manusia) itu sendiri.”
Pembangunan bangsa dan pembangunan karakter (nation and character building)
merupakan dua hal utama yang perlu dilakukan bangsa Indonesia agar dapat
mempertahankan eksistensinya. Keduanya seolah-olah merupakan dua sisi dari mata uang
yang sama. Pembangunan bangsa harus berbarengan dengan pembangunan karakter
demikian pula sebaliknya. Hal ini pula yang tersirat dalam syair lagu kebangsaan kita
“Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya.” Membangun jiwa adalah
membangun karakter manusia dan bangsa. Inti karakter adalah kebajikan (goodness) dalam
arti berpikir baik (thinking good), berperasaan baik (feeling good), dan berperilaku baik
(behaving good). Dengan demikian karakter itu akan tampak pada satunya pikiran,

1 Penulis adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab semester 1, NIM : 12420103

perasaan, dan perbuatan yang baik dari manusia-manusia Indonesia atau dengan kata lain
dari bangsa Indonesia.2
Seiring dengan kemajuan bangsa Indonesia menuju negara berkebangsaan modern
semakin tampak perlunya pendidikan karakter sebagai suatu tema utama dalam
pembangunan pendidikan nasional. Agar tidak mengulangi sejumlah kegagalan pada masa

lalu, pendidikan karakter perlu direncanakan, diimplementasikan (diterapkan), dan
dievaluasi secara sistematik.
Komitmen nasional tentang perlunya pendidikan karakter, secara imperatif tertuang
dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
Pasal 3 UU tersebut dinyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.” Jika dicermati 5 (lima) dari 8 (delapan) potensi
peserta didik yang ingin dikembangkan terkait erat dengan karakter.3
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal
tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,
beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan,
maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
KAJIAN TEORI
Pendidikan Karakter
2 Dasim Budimansyah, Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter
Bangsa (Bandung : Widya Aksara Press, 2010), hlm. 1.
3 Dasim Budimansyah, Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter
Bangsa (Bandung : Widya Aksara Press, 2010), hlm. 50.

M. Furqon Hidayatullah mengutip pendapatnya Rutland (2009: 1) yang
mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa Latin yang berarti dipahat.
Secara harfiah, karakter artinya adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, atau
reputasinya (Hornby dan Parnwell, 1972: 49).4 Hermawan Kertajaya (2010 : 3)
mendefinisikan karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.
Ciri khas tersebut adalah “asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu
tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar,
dan merespon sesuatu.5
Menurut Doni Koesoema Albertus, karakter diasosiasikan dengan temperamen yang
memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan

pendidikan dan konteks lingkungan. Karakter juga dipahami dari sudut behavioral yang
menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki oleh individu sejak lahir. Disini, karakter
dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik
tau gaya atau sifat khas dari diri seseorang, yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima dari lingkungan, misalnya pengaruh keluarga pada masa kecil dan bawaan
seseorang sejak lahir.6
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang
ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis,
kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhatihati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati,
malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti,
berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat,
dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri,
produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga
memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu
bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi
perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa
4 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta :
DIVA Press, 2011), hlm. 28-29.

5 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 11.
6 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta :
DIVA Press, 2011), hlm. 29-30.

dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya
(perasaannya).
Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004: 95), “Sebuah usaha untuk
mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif
kepada lingkungannya.” Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010: 1) :
“Sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.” Dalam
definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu : 1) proses transformasi nilai-nilai, 2)
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku.7
Nilai-nilai Karakter
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika
akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang
dikelompokkan menjadi lima nilai utama8, yaitu :

A. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan
B. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri
1.

Jujur

2.

Bertanggung Jawab

3.

Bergaya Hidup Sehat

4.

Disiplin

5.


Kerja Keras

6.

Percaya Diri

7.

Berjiwa Wirausaha

8.

Berpikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Inovatif

9.

Mandiri

10. Ingin Tahu
11. Cinta Ilmu

C. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Sesama
1.

Sadar Hak dan Kewajiban Diri dan Orang Lain

7 Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 5.
8 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta :
DIVA Press, 2011), hlm. 36.

2.

Patuh pada Aturan-aturan Sosial

3.

Menghargai Karya dan Prestasi Orang Lain

4.


Santun

5.

Demokratis

D. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan
E. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Kebangsaan
1.

Nasionalis

2.

Menghargai Keberagaman9

PEMBAHASAN
Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah
pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui

proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua
mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta
didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan
untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilainilai dan menjadikannya perilaku.
Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pelaksanaan pembelajaran
dilaksanakan mulai dari tahap kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Berikut
menggambarkan penanaman karakter melalui pelaksanaan pembelajaran.

v
Pendahuluan

Inti:
 Eksplorasi
 Elaborasi
 Konformasi

Penutup

Gambar penanaman karakter melalui pelaksanaan pembelajaran
9 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta :

DIVA Press, 2011), hlm. 36-41.

Pendahuluan
Berdasarkan Standar Proses, yang harus guru lakukan pada kegiatan pendahuluan
adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari.
3.

Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

4.

Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan nilai, membangun
kepedulian akan nilai, dan membantu internalisasi nilai atau karakter pada tahap
pembelajaran ini. Berikut adalah beberapa contoh.
a.

Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin).

b.

Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang
kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli).

c.

Berdo’a sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius).

d.

Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin).

e.

Mendo’akan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya
(contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli).

f.

Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang
ditanamkan: disiplin).

g.

Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan:
disiplin, santun, peduli).

h.

Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter.

i.

Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter
yang hendak dikembangkan.

Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, kegiatan
inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
1.

Eksplorasi
Dalam KBBI, Eksplorasi diartikan sebagai:
 Penjelajahan lapangan dng tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak (tt
keadaan), terutama sumber-sumber alam yg terdapat di tempat itu; penyelidikan;
penjajakan.
 Kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dr situasi yg baru.
 Penyelidikan dan penjajakan daerah yg diperkirakan mengandung mineral
berharga dng jalan survei geologi, survei geofisika, atau pengeboran untuk
menemukan deposit dan mengetahui luas wilayahnya.
Terkait dengan proses pembelajaran, kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yang

dilakukan siswa/peserta didik guna mendapatkan pengalaman baru di bawah bimbingan
guru.
Berikut beberapa ciri proses pembelajaran pada tahap eksplorasi :
a. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema
materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan
belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis,
kreatif, kerjasama).
b. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras).
c. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan:
kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan).
d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh
nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri).
e. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh
nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri).
2.

Elaborasi
Kegiatan elaborasi pada proses pembelajaran adalah kegiatan siswa/peserta didik

dalam menyelesaikan tugas-tugas untuk menguasai suatu kompetensi secara tekun dan
cermat di bawah bimbingan guru. Dalam tahap elaborasi guru melakukan hal-hal berikut :

a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas
tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis).
b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang
ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
c. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri,
kritis).
d. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh
nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab).
e. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai).
f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan:
jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama).
g. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri,
kerjasama).
h. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk
yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai,
mandiri, kerjasama).
i. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan
dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri,
saling menghargai, mandiri, kerjasama).
3.

Konfirmasi
Kegiatan konfirmasi dalam pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru

bersama-sama dengan siswa dalam rangka penegasan, pengesahan, atau pembenaran hasil
eksplorasi dan elaborasi. Dalam tahap konfirmasi guru melakukan hal-hal berikut :
a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan:
saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis).
b. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis).

c. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan
dan kekurangan).
d. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru :
1)

Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang
baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun).

2)

Membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli).

3)

Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis).

4)

Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang
ditanamkan: cinta ilmu).

5)

Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).

Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru :
1.

Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis).

2.

Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui
kelebihan dan kekurangan).

3.

Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang
ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis).

4.

Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

5.

Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Ada beberapa hal lain yang perlu dilakukan oleh guru untuk mendorong

dipraktikkannya nilai-nilai. Pertama, guru harus merupakan seorang model dalam karakter.
Dari awal hingga akhir pelajaran, tutur kata, sikap, dan perbuatan guru harus merupakan
cerminan dari nilai-nilai karakter yang hendak ditanamkannya.

Kedua, pemberian reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang
dikehendaki dan pemberian punishment kepada mereka yang berperilaku dengan karakter
yang tidak dikehendaki. Reward dan punishment yang dimaksud dapat berupa ungkapan
verbal dan non verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroom award) atau catatan
peringatan, dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi pengamat yang baik bagi setiap
siswanya selama proses pembelajaran.
Ketiga, harus dihindari olok-olok ketika ada siswa yang datang terlambat atau
menjawab pertanyaan dan/atau berpendapat kurang tepat/relevan. Pada sejumlah sekolah
ada kebiasaan diucapkan ungkapan Hoo … oleh siswa secara serempak saat ada teman
mereka yang terlambat dan/atau menjawab pertanyaan atau bergagasan kurang berterima.
Kebiasaan tersebut harus dijauhi untuk menumbuhkembangkan sikap bertanggung jawab,
empati, kritis, kreatif, inovatif, rasa percaya diri, dan sebagainya.
Selain itu, setiap kali guru memberi umpan balik dan/atau penilaian kepada siswa,
guru harus mulai dari aspek-aspek positif atau sisi-sisi yang telah kuat/baik pada pendapat,
karya, dan/atau sikap siwa. Guru memulainya dengan memberi penghargaan pada hal-hal
yang telah baik dengan ungkapan verbal dan/atau non-verbal dan baru kemudian
menunjukkan kekurangan-kekurangannya dengan ‘hati’. Dengan cara ini sikap-sikap
saling menghargai dan menghormati, kritis, kreatif, percaya diri, santun, dan sebagainya
akan tumbuh subur.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
tidak bisa dilakukan dalam bentuk mata pelajaran, tapi dengan diinteragasikan dalam setiap
mata pelajaran, proses pembelajaran, dan pelaksanaan pembelajaran.
Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah
pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui
proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua
mata pelajaran.
Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pelaksanaan pembelajaransupaya
efektif dapat dilaksanakan mulai dari tahap kegiatan pendahuluan, inti (eksplorasi,
elaborasi,dan konfirmasi), dan penutup.

Implementasi pendidikan karakter dapat meningkatkan kualitas pendidikan,
meningkatkan moralitas bangsa, dan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak
mulia peserta didik secara utuh sehingga menjadi manusia insan kamil. Selain itu dengan
pendidikan karakter peserta didik tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas
secara emosional dan spiritual.
Saran
Seluruh lembaga pendidikan hendaknya mulai sekarang menjadi garda terdepan
dalam melaksanakan pendidikan karakter. Dengan tidak melupakan juga peran dari
keluarga, masyarakat, dan lain sebagainya.
Kepada semua pengelola pendidikan diharapkan untuk mulai menerapkan sedikit
demi sedikit pendidikan karakter karena sasaran pendidikan bukan hanya kepintaran dan
kecerdasan, tetapi juga moral dan budi pekerti, watak, nilai, serta kepribadian yang
tangguh, unggul, dan mulia.
Seorang guru hendaknya tidak hanya berperan sebagai seorang pengajar, tetapi dia
juga harus mampu menjadi seorang teladan, inspirator, motivator, dinamisator, dan
evaluator yang kritis, inovatif, dan produktif bagi peserta didiknya.

DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah. Yogyakarta : DIVA Press.
Dharma Kesuma, dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Budimansyah, Dasim. 2010. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun
Karakter Bangsa. Bandung : Widya Aksara Press.
2010. Panduan pendidikan karakter di sekolah menengah pertama. Jakarta, kementerian
pendidikan nasional ditjen mandikdasmen direktorat pembinaan SMP 2010.
Isman. 2012. Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi pada Kegiatan Inti Pembelajaran.
http://www.gurukelas.com/2012/08/eksplorasi-elaborasi-dan-konfirmasi-pada-kegiataninti-pembelajaran.html (diakses 27 desember 2012 pukul 10.39)
Adi Leksono, Aris. 2012. Integrasi Kurikulum Berbasis Karakter Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran. http://www.pesantrennusantara.com/wawasan-islam/seputarpendidikan/130-integrasi-kurikulum-berbasis-karakter-dalam-pelaksanaanpembelajaran.html (diakses 27 desember 2012 pukul 10.06)