Studi Deskriptif Strategi Coping pada Anak Jalanan di Riau

  

Studi Deskriptif Strategi Coping pada Anak Jalanan di Riau

  Leni Armayati, Sumiati Fakultas Psikologi, Universitas Islam Riau

  

Abstract

The global crisis impact in various sectors in both the economic and social fields. Impact on

economics and declining economic growth, resulting in rising unemployment that rises on

poverty, resulting in abandoned children and homeless. The generation that most receive

their impact was a teenager. The inability of the family to meet the needs of the physical,

psychic, social and spiritual, making teens contribute to take the role by took to the streets in

order to survive. Living as street children, adolescents faced with issues that are at risk not

just on the physical but also psychological problems. Various things done teens in

overcoming problems faced as street children, referred to as coping strategies. Based on the

research issues aimed at coping strategies described on street children in Pekanbaru. This

research was conducted with descriptive quantitative approach, where data collection tools

using the scale. The sample in this research are street children assisted in the Yayasan Bina

Karya Sejahtera Pekanbaru as many as 50 people, which is determined by purposive

sampling techniques. Based on the results of data analysis with analysis deskripstif found

the level of ability of the street children are coping strategies in the medium category.

  

Coping strategies are more dominant use street children in Pekanbaru is coping strategies

that focus on emotions (emotional focused coping), the average age of adolescents who go

through life as a street child is 17 years old Keywords: coping strategies, street children

  

Abstrak

Krisis global di berbagai sektor berdampak terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi yang

mengakibatkan meningkatnya pengangguran dan kemiskinan, sehingga anak-anak terlantar

dan gelandangan semakin bertambah. Generasi yang paling banyak menerima dampaknya

adalah remaja. Ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikis, sosial

dan spiritual, membuat remaja berkontribusi untuk mengambil peran dengan turun ke jalan

untuk bertahan hidup. Hidup sebagai anak jalanan menyebabkan remaja dihadapkan dengan

isu-isu yang beresiko tidak hanya pada masalah fisik tetapi juga psikologis. Berbagai hal

dilakukan remaja dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi anak jalanan yang disebut

sebagai strategi coping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi coping pada anak

jalanan di Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif, di

mana alat pengumpulan data menggunakan skala. Sampel dalam penelitian ini adalah anak

jalanan Yayasan Bina Karya Sejahtera Pekanbaru sebanyak 50 orang, yang ditentukan oleh

teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil analisis data dengan analisis deskripstif

menemukan tingkat kemampuan anak-anak jalanan dalam strategi coping berada dalam

kategori sedang. Strategi coping yang digunakan lebih dominan adalah strategi yang

berfokus pada emosi (emotional focused coping).

  Kata kunci : strategi coping, anak jalanan, remaja

  Kemiskinan telah membawa dampak pada keterlantaran, ketunaan sosial hingga masalah sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang ekonomi maupun sosial. Dampak di bidang ekonomi seperti menurunnya pertumbuhan ekonomi, menurunnya produktivitas, lesunya perdagangan dan termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK). Dampak dibidang sosial, yang tentunya langsung dengan PHK antara lain meningkatnya jumlah pengangguran, baik pencari kerja baru maupun yang sebagai akibat dari PHK.

  Disadari bahwa kemiskinan menjadi akar masalah utama dari masalah kesejahteraan sosial. Dari ketidakmampuan memenuhi kebutuhan fisik, psikis, sosial dan spiritual, akan terjadi keterlantaran, terjadinya pemenuhan gizi buruk, pemeliharaan kesehatan yang sangat minim dan bahkan sampai pada terjadinya eksploitasi, perdagangan anak dan tindak kekerasan (Usman & Nachrowi, 2004)

  Keberadaan anak jalanan merupakan akibat langsung dari pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Anak yang merupakan bagian dari struktur keluarga, tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik, psikis, sosial dan spiritual. Anak tidak mencukupi kebutuhan makan, pendidikan, rasa nyaman hingga turun ke jalan untuk bertahan hidup. Menurut Sallahuddin (2000) anak jalanan merupakan kelompok anak yang sering ditemui di jalanan oleh masyarakat.

  Menurut Shinano (dalam Suhartini & Panjaitan, 2009) penyebab dan fenomena anak jalanan terjadi antara lain keluarga yang berantakan, penyiksaan di dalam keluarga sehingga anak lari dari keluarga, tidak mempunyai keluarga (rumah, keluarga dan sebagainya), paksaan orang tua terhadap anak untuk mencukupi kebutuhan keluarga, kemiskinan ekonomi akan informasi dan sebagainya di dalam keluarga sehingga mendorong anak untuk mandiri dengan hidup di jalanan dan juga budaya yang menganggap anak harus mengabdi pada orang tua.

  Anak jalanan khususnya perempuan rawan akan resiko yang akan mengancam keselamatan jiwanya, ancaman yang mengintai dalam kehidupan anak jalanan diberbagai tempat relatif sama antara lain di pukul, di keroyok, di peras, di todong, di palak, di tangkap, disodomi, bahkan ada yang di perkosa baik yang berasal dari keluarga atau orang lain. Situasi yang disebutkan diatas yang dialami dalam hidup anak jalanan dapat menjadi tekanan. Tekanan yang dialami anak jalanan dapat menyebabkan keadaan perasaan atau tubuh atau fisik menjadi tidak nyaman

  Menurut Blonna, Corbin, dan Greenberg (dalam Santrock, 2002) tidak semua remaja dan orang yang beranjak dewasa memberikan respons yang sama terhadap tekanan yang dialami. Beberapa remaja mungkin akan menyerah ketika mengalami tekanan dalam kehidupannya,sementara remaja lainnya mungkin akan termotivasi untuk berjuang lebih keras agar dapat menemukan solusi terhadap masalah yang dialami. Beberapa remaja lainnya mungkin berhasil menyesuaikan diri ketika menghadapi situasi yang sangat membebani. Situasi yang menekan dapat diubah menjadi kurang menekan apabila remaja mengetahui bagaimana cara mengatasinnya.

  Berdasarkan hasil penelitian Suhartini dan Panjaitan (2009), disebutkan dalam menghadapi suatu permasalahan setiap individu tentunya mempunyai bermacam-macam tindakan untuk mengatasinya salah satunya dengan cara coping. Umumnya coping stres terjadi secara otomatis begitu individu merasakan adanya situasi yang menekan atau mengancam, maka individu dituntut untuk sesegera mungkin mengatasi ketegangan yang dialaminya. Individu akan melakukan evaluasi untuk seterusnya memutuskan perilaku coping stres apa yang seharusnya ditampilkan Implementasi konsep coping diatas dengan penelitian ini adalah mengetahui gambaran strategi coping apa yang dimiliki pada anak jalanan dan kecenderungan strategi coping apa yang dipakai, apakah problem focused coping atau emotion focused coping. Bagaimana cara anak jalanan akan membuat penilaian terhadap stressor tersebut. Dinamika penilaian tersebut di bagi menjadi dua yaitu yang pertama penilaian utama, dimana individu akan membuat perkiraan terhadap stressor. Kedua, penilaian sekunder dimana individu akan memperkirakan tentang kemampuan coping untuk menghadapi situasi yang menyebabkan stres (Lazarus & Folkman, 2002)

  Berdasarkan fenomena yang ada dan melihat betapa pentingnya masalah ini untuk diangkat, maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran strategi coping pada anak jalanan di Riau dalam sebuah skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif Strategi Coping Pada Anak Jalanan di Riau“

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini, sebagaimana tujuannya untuk mendeskripsikan kecemasan sebagai variabel yang diteliti berdasarkan data secara kategorikal maka penelitian ini termasuk tipe penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang berusaha menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis mengenai populasi atau bidang tertentu dengan metode analisis data secara kuantitatif dimana data-data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak termasuk mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi (Nasution, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi coping pada anak jalanan di Riau.

  Identifikasi Variabel Penelitian

  Sebagaiamana tujuan yang dirumuskan dalam penelitian ini maka variabel dalam penelitian ini adalah : Strategi Coping Anak Jalanan

  Subjek Penelitian

  Populasi dalam penelitian ini adalah anak jalanan yang ada di Yayasan Bina Karya Sejahtera di wilayah Kota Pekanbaru sebanyak 101 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling. Menurut Hadi (2001) purposive sampling adalah pemilihan sekelompok subjek yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri dan sifat dari populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

  Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang, Penentuan jumlah sampel tersebut diatas ditentukan berdasarkan rumus Slovin (dalam Prasetyo & Jannah, 2000).

  Metode Pengumpulan Data

  Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah berupa skala. Metode ini digunakan untuk mengukur strategi coping. Dengan menggunakan skala akan diperoleh fakta atau pendapat dari subjek penelitian, karena model seperti ini bersandar pada laporan diri, pengetahuan dan keyakinan pribadi. Dasar penggunaan metode ini adalah karena subyek merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri: apa yang dinyatakan subyek adalah benar dan dapat dipercaya dan interpretasi subyek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukannya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh pembuat skala (Hadi, 1995).

  Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu bagian, yaitu: skala strategi

  

coping . Item skala strategi coping disusun dengan menggunakan model skala Likert yang

  dimodifikasi. Skala Likert menggunakan lima kategorisasi yaitu Sangat Setuju (Strongly Agree), Setuju (Agree), Ragu-ragu (Undecided), Tidak Setuju (Disagree) dan Sangat Tidak Setuju (Strongly Disagree ).

  Sementara skala dalam penelitian ini menggunakan empat kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Menurut Hadi (1995) cara ini disebut dengan modifikasi skala Likert, yaitu menghilangkan kategori jawaban yang di tengah, alasannya adalah; 1) Jawaban undecided (ragu-ragu) mempunyai arti ganda, bisa berarti belum dapat memberi jawaban atau bersikap netral diri, dalam arti setuju tidak, tidak setuju juga tidak. 2) Adanya kecenderungan responden untuk memilih jawaban yang mempunyai posisi tengah. 3) Kategorisasi SS – S – TS - STS adalah kecenderungan pendapat responden, kearah setuju, atau tidak setuju.

  Validitas Alat Ukur

  Penentuan validitas butir item di dasarkan pada indeks daya beda item minimal 0,30 (Azwar, 2001). Dengan demikian item yang memiliki indeks daya beda item < 0,30 dinyatakan gugur, sedangkan item yang memiliki indeks daya beda item > 0,30 dianggap valid. Uji validitas skala dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 18.0 for Windows.

  Reliabilitas Alat Ukur

  Besar koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai 1,00 dan tidak ada patokan yang pasti. Namun demikian besar koefisien reliabilitas semakin mendekati nilai 1,00 berarti terdapat konsistensi hasil yang semakin sempurna. Analisis keandalan skala dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach (Priyatno, 2013). Analisis hasil uji reliabilitas butir skala dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer paket Seri Program Statistik SPSS 18,0 for windows.

  Teknik Analisis Data

  Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Nasution (2011) analisis deskriptif suatu teknik analisis yang bertujuan memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti.

  Penyajian hasil analisis deskriptif umumnya berupa frekuensi dan persentase, tabulasi silang, serta berbagai bentuk grafik dan chart pada data yang bersifat kategorikal. Proses analisis data diakukan dengan bantuan komputer paket Seri Program Statistik SPSS 18,0 for windows.

  Hasil Analisis Data

  Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dengan teknik potret data, maka dapat dibuat kesimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu strategi coping anak jalanan di Riau berada pada kategori sedang.

  Hasil analisis data juga mendukung konsep perkembangan diatas, yaitu kecenderungan penggunaan strategi coping anak jalan dalam penelitian ini adalah pada emotional focused coping. Kesimpulan ini berdasarkan nilai mean dari pembagian kategori strategi coping anak jalanan, nilai

  

mean untuk kategori problem focused coping anak jalanan sebesar 38,48, sementara nilai mean

  untuk kategori emotional focused coping anak jalanan sebesar 53,36. Dalam hal ini nilai mean

  

emotional focused coping anak jalanan lebih besar dari nilai mean problem focused coping anak

jalanan.

  Strategi coping anak jalanan di dominasi oleh subjek perempuan (54%) dengan sebagian kecil konstribusi jenis kelamin laki-laki (46%). Strategi coping anak jalanan berdasarkan usia di dominasi subjek dengan usia 17 tahun sebanyak 18 anak jalanan (36%), sementara strategi coping anak jalanan untuk lamanya menjalani kehidupan sebagai anak jalanan di dominasi pada masa 2 tahun yaitu sebanyak 24 orang subjek (48%).

  

DIKSUSI

  Temuan tingkat strategi coping dalam penelitian ini yang masuk dalam kategori sedang memberikan arti dan pemahaman bahwa intensitas tingkat strategi coping anak jalanan tidak tinggi (berlebihan) akan tetapi bukan berarti juga tidak berfungi strategi coping-nya (rendah tingkat strategi coping). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan strategi coping anak jalanan dalam menghadapi disetiap masalah cenderung secara spontan tanpa ada persiapan perencanaan yang matang, bagaimana memikirkan dan berusaha mencari solusi atau menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi.

  Kecenderungan tersebut juga disebabkan anak jalanan dalam penggunaan strategi coping lebih mengandalkan ketersediaan informasi yang diberikan orang lain, walaupun tetap menggunakan sikap berhati-hati dan berusaha tenang dalam menyelesaikan masalahnya. Sebagaimana seperti hasil studi Folkman & Taylor (dalam Suhartini & Panjaitan, 2009), strategi

  

coping menunjukkan adanya usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara

  yang hati-hati, bertahap dan analitis serta seeking social support, yaitu usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dengan memanfaatkan bantuan informasi dari orang lain. Selain itu, ditemukan juga adanya indikasi penggunaan confrontative coping oleh anak jalanan, yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, kemarahan dan pengambilan resiko. Berbagai kecenderungan yang dilakukan inilah yang mendasari fungsi strategi

  coping anak jalanan pada fungsi dalam kategori sedang.

  Sementara itu fungsi strategi coping dalam hal ini menunjukkan penggunaan emotion

  

focused coping yang dominan dalam mengatasi masalah dikarenakan ketika menghadapi masalah

  anak jalanan cenderung menghindari atau mengalihkan masalah yang mereka hadapi dengan minum-minuman keras, merokok dan obat-obatan (narkoba). Selain itu, anak jalanan juga cenderung meremehkan masalah sehingga upaya keluar dari masalah tersebut lebih mengarah keperilaku yang negatif.

  Strategi coping dalam tinjauan jenis kelamin diketahui bahwa anak jalanan dengan jenis kelamin perempuan lebih menggunakan emotion focused coping dibanding anak jalanan dengan jenis kelamin laki-laki. Pemahaman ini didasari pada konstruks kepribadian bahwa perempuan lebih memiliki sensitivitas sehingga selalu muncul perasaan tidak nyaman dalam dirinya seperti takut di pukul, di peras, di palak, di tangkap, bahkan mereka takut akan kekerasan seksual.

  

KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dengan teknik potret data, maka dapat dibuat kesimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu strategi coping anak jalanan di Riau berada pada kategori sedang. Kecenderungan strategi coping dalam kategori sedang didasari tendensi kebebasan untuk mengambil tanggung jawab sebagai bagian tugas perkembangan remaja menengah dengan melakukan berbagai upaya-upaya mengatasi masalah namun masih di dominasi oleh cara-cara jangka pendek seperti pengabaian, menghindari masalah, pengalihan pada hal-hal yang lebih menyenangkan dan pemanfaatan informasi dari orang lain.

  Berdasarkan hasil penelitian ini juga, yang didasarkan pada pembahasan dan kesimpulan maka beberapa hal dapat dituliskan sebagai saran dibawah ini :

  1. Bagi Subjek (anak jalanan) Disarankan untuk bersikap proaktif dalam mengembangkan pemahaman tentang masalah dan pendekatan-pendekatan yang berorientasi solusi dengan memanfaatkan program-program pelatihan dan pengembangan diri yang diadakan pemerintah maupun masyarakat melalui yayasan-yayasan sosial. Peningkatan pemahaman diri dan keterampilan-keterampilan hidup diharapkan mampu beradaptasi dengan tuntutan dan intervensi lingkungan.

  2. Bagi Institusi (Pemerintah) Disarankan terus mengembangkan keterampilan-keterampilan hidup yang berguna bagi anak jalanan melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Harapannya adalah dengan dukungan pemerintah (Dinas Sosial) dan masyarakat anak jalanan lebih banyak memiliki pilihan-pilihan untuk masalah yang dihadapi sehingga lebih memiliki sikap yang positif terhadap masa depannya.

  3. Bagi Peneliti Selanjutnya Mengembangkan fungsi metodologis bagi yang berminat menindak lanjuti materi penelitian ini. Baik dalam pendekatan metode atau jenis penelitian dan pendekatan alat pengumpulan data penelitian, misalnya melengkapi temuan data penelitian dengan hasil wawancara dan observasi.

DAFTAR PUSTAKA

  Ajisuksmo, C.R.P. (2012). Faktor-faktor penting dalam merancang program pendidikan luar sekolah untuk anak jalanan dan pekerja anak. Makara Sosial Humaniora, 16, 36-48. Ali, M., & Asrori, M. (2005). Psikologi remaja: Perkembangan peserta didik. Jakarta : Bumi

  Aksara Anastasi, A. & Urbina, S. (1998). Psychological testing. [7th.edition]. New Jersey. : Prentice Hall International, Inc.

  Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktis. Jakarta: Renika Cipta Azwar, S. (2001). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. (2011). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baron, R.A. & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial (10th ed.). Jakarta: Erlangga Bellamy, R. (1990). Teori sosial modern perspektif Itali. Jakarta: Pustaka LP3ES.

  Carver, C.S., Scheier, M.F., & Weintraub, J.K. (1989). Assessing coping strategies: A theoretically based approach. Journal of Personality and Social Psychology, 56, 267–283. Hadi, S. (2001). Metodelogi research. Yogyakarta: Andi Offset. Hanifah, A & Unayah, N (2011). Kontribusi organisasi sosial dalam pembangunan kesejahteraan sosial [Studi kasus organisasi sosial di kota Palembang - Sumatera Selatan]. Jurnal

  Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, 16 , 85-100

  Hasanah, A. (2007). Peningkatan kesejahteraan sosial anak jalanan di terminal klaten [studi kasus pada organisasi muat di Klaten]. Skripsi [Tidak Diterbitkan]. Yogyakarta: Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

  Hawari, D (2001). Manajemen stres dan depresi. Jakarta: FKUI Hurlock, E. (1999). Psikologi perkembang, suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, [Edisi

  Kelima]. Jakarta; Penerbit Erlangga Indirawati, E. (2006) Hubungan antara kematangan beragama dengan kecenderungan strategi coping, Jurnal Psikilogi Universitas Diponegoro, 3(2). Kartono, K. (2003). Patologi sosial 2: Kenakalan remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Lazarus, S, R. & Folkman, S. (2002). Stres, appraisal and coping. New York: Library of kongress

  Cataloging in publication Data Muchammadun (2011). Yayasan peduli anak: peran serta masyarakat dalam sistem kesejahteraan dan perlindungan anak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bincang, 07, 35-43 Nasution, S. (2011). Metode research [Penelitian ilmiah]. Jakarta : Bumi Aksara Prakarsa, A. (2011). Peran lsm humus dalam pemberdayaan anak jalanan di wilayah pasar proyek bekasi timur. Skripsi [Tidak Diterbitkan]. Jakarta: Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu

  Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Prasetyo, B & Jannah, L.M. (2005). Metode penelitian kuantitatif: Teori dan aplikasi. Jakarta: PT.

  Raja Grafindo Persada Rasmun. (2004). Stres, koping, dan adaptasi. Jakarta: Sagung Seto.

  Sallahuddin, O. (2000). Anak jalanan perempuan. Semarang: Yayasan Setara. Santrock, W. J. (2002). Life span development, [Jilid 1, Edisi Kelima]. Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. (1998). Adolescence. [Seventh Edition]. USA: McGraw-Hill. Stuart, G.W & Sundeen, S.J. (2004). Principle practice of psychiatric nursing. St.Louis Missouri : Mosby Year Book Inc.

  Suhartini, T & Panjaitan, N.K. (2009). Strategi bertahan hidup anak jalanan: Kasus anak jalanan di kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi dan

  Ekologi Manusia , 87, 215-230

  Suharto, E. (2005). Membangun masyarakat memberdayakan rakyat [Kajian strategis

pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial]. Bandung: PT Refika Aditama.

Usman, H & Nachrowi, N.D. (2004). Pekerja anak di Indonesia : Kondisi determinan & eksploitasi

  [Kajian Kuantitatif]. Jakarta: Grasindo Yusuf, S. (2007). Psikologi perkembangan anak & remaja. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

  

Gambaran Gaya Hidup pada Sesama Mahasiswa Lesbian