PENGARUH ETIKA PROFESI AUDITOR PROFESION

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 3 No.1 Tahun 2015)

PENGARUH ETIKA PROFESI AUDITOR, PROFESIONALISME,
MOTIVASI, BUDAYA KERJA, DAN TINGKAT PENDIDIKAN
TERHADAP KINERJA AUDITOR JUNIOR
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Bali)
1Kadek

1I

Candra Dwi Cahyani
Gst Ayu Purnamawati, 2Nyoman Trisna Herawati
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {candracahyani44@gmail.com, ayupurnama07@yahoo.com,
aris_herawati@yahoo.com}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh etika profesi

auditor, profesionalisme, motivasi, budaya kerja, dan tingkat pendidikan terhadap
kinerja auditor junior. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi yang digunakan
adalah seluruh auditor junior kantor akuntan publik di Bali yang tergabung dalam
Institut Akuntan Publik Indonesia yang berjumlah 7 Kantor Akuntan Publik. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan
responden yaitu auditor yang mempunyai pengalaman kerja minimal dua tahun dan
sudah pernah melakukan penugasan audit. Dipilih telah bekerja dua tahun, karena
telah memiliki waktu dan pengalaman untuk beradaptasi serta menilai kondisi
lingkungan kerjanya, dengan jumlah 64 responden. Sumber data yang digunakan
adalah data primer. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner secara langsung
kepada responden.
Teknik analisis data menggunakan regresi berganda. Analisis data
menggunakan program SPSS versi 18. Metode analisis data menggunakan regresi
linear berganda
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: etika profesi auditor, profesionalisme
motivasi, budaya kerja, dan tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan
secara parsial dan simultan terhadap kinerja auditor junior.
Kata kunci: etika, profesionalisme, motivasi, pendidikan, kinerja, auditor.
Abstract
The study aimed at finding out the effect of audito’s professional ethics,

professionalism, motivation, working culture, and level of education on the junior
auditor’s performances. It was a quantitative study involving all junior auditors at
seven public accountancy offices in Bali associated in the Indonesian Public
Accouncy Institute.
The samples were selected by using purposive sampling technique involving
64 respondents of two-year working experience auditors, and they had been
assigned as auditor, since they had got enough time and experiences to adapt to the
working environment. The data were collected from a primary source by distributing
questionnaire directly to the respondents. The analysis was made by using multiple
regression supported by SPSS software version 18.
The results of the study indicated that: audito’s professional ethics,
professionalism, motivation, working culture, and level of education had a partially
and simultaneously significant and positive effect on the junior auditor’s
performances.

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 3 No.1 Tahun 2015)

Key words: ethics, professionalism, motivation, education, performances, auditor’s.


PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi ini, semakin
berkembangnya dunia bisnis dengan
prakteknya
yang
sering
sekali
menyimpang jauh dari aktivitas moral. Di
kalangan masyarakat muncul anggapan
bahwa dunia bisnis sekarang ini tidak lagi
mempertimbangkan
etika.
Padahal
pertimbangan etika sangatlah penting bagi
status profesional dalam menjalankan
aktivitasnya. Salah satu profesi yang ada
di dalam lingkungan bisnis yang
eksistensinya dari waktu ke waktu
semakin diakui oleh masyarakat bisnis itu
sendiri adalah profesi auditor.

Profesi akuntan publik merupakan
profesi kepercayaan masyarakat Mulyadi
(2009:121). Profesi auditor merupakan
profesi yang berbasis kepercayaan sebab
profesi ini ada karena masyarakat
mempunyai harapan bahwa mereka akan
melakukan tugasnya dengan selalu
menjunjung tinggi independensi, integritas,
kejujuran, serta objektivitas, sehingga jasa
yang diberikan oleh auditor tidak
memberikan suatu kerugian bagi para
pengguna jasa audit, maka dari itu bagian
akuntansi dituntut untuk dapat menyajikan
informasi yang relevan, akurat, dan tepat
waktu.
Atas dasar kebutuhan, regenerasi
dan pendistribusian tugas, suatu KAP
akan terus melakukan perekrutan auditorauditor baru yang selanjutnya mereka
akan menyandang status sebagai auditor
junior. Auditor junior adalah staf akuntan

dimana penugasan yang
diberikan
kepadanya harus disupervisi dan diawasi,
dalam hal ini yaitu auditor pemula
(Trisnaningsih,
2007).
Dalam
melaksanakan
pekerjaannya
sebagai
auditor junior, seorang auditor harus
belajar secara rinci mengenai pekerjaan
audit.
Kinerja auditor yang baik akan
meningkatkan kepercayaan masyarakat
tentang profesi akuntan. Namun, jika
auditor melakukan perilaku yang merusak
citra profesi akuntan publik maka
masyarakat akan tidak lagi percaya
kepada akuntan publik. Beberapa tahun


terakhir
telah
terjadi
penurunan
kepercayaan publik pada bisnis dan
pimpinan politik. Hal ini ditunjukkan oleh
adanya berbagai kasus yang terjadi
seperti korupsi, praktek ilegal oleh
pimpinan perusahaan, dan profesional
yang tidak kompeten. Kasus pelanggaran
pada profesi auditor telah banyak
dilakukan, mulai dari kasus Enron di
Amerika tahun 2001 sampai dengan kasus
Telkom di Indonesia sehingga membuat
kredibilitas auditor semakin dipertanyakan,
Alim, dkk (2007).
Dalam hal etika, sebuah profesi
harus memiliki komitmen moral yang tinggi
yang dituangkan dalam bentuk aturan

khusus. Aturan ini merupakan aturan main
dalam menjalankan atau mengemban
profesi tersebut, yang biasa disebut
sebagai kode etik. Kode etik harus
dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi
yang memberikan jasa pelayanan kepada
masyarakat
dan
merupakan
alat
kepercayaan bagi masyarakat luas.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa setiap profesional wajib mentaati
etika profesinya terkait dengan pelayanan
yang diberikan apabila menyangkut
kepentingan masyarakat luas. Sebagai
seorang auditor, hendaknya memiliki etika
yang baik dalam melaksanakan tugastugasnya.
Salah satu kriteria profesionalisme
pada perilaku auditor adalah ketepatan

waktu penyampaian laporan auditnya.
Guna menunjang profesionalisme sebagai
akuntan publik maka auditor dalam
melaksanakan
tugas
audit
harus
berpedoman pada standar audit yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), yakni standar umum, standar
pekerjaan
lapangan
dan
standar
pelaporan.
Motivasi dalam diri sangat penting
perannya dalam mendorong seseorang
untuk selalu meningkatkan kinerjanya.
Motivasi yang dimiliki auditor junior
mendorong

personal
auditor
junior
tersebut untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu untuk mencapai suatu
tujuan yaitu kualitas audit yang baik.

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 3 No.1 Tahun 2015)
Motivasi dapat pula dikatakan sebagai
energi untuk membangkitkan dorongan
dalam diri (Mangkunegara, 2005:93).
Sifat hierarki KAP akan membantu
meningkatkan
kompetensi.
Indviduindividu
disetiap
tingkatan
audit
mengawasi dan mereview pekerjaan
individu lain yang berada pada tingkat di

bawahnya dalam struktur organisasi itu.
Seorang asisten staf baru (auditor junior)
diawasi langsung oleh auditor senior atau
penanggung jawab. Pekerjaan asisten staf
ini selanjutnya diriview oleh penanggung
jawab serta oleh manajer dan rekan
(Arrens, 2008:37).
Keberhasilan dan kinerja seseorang
dalam suatu bidang pekerjaan banyak
ditentukan oleh tingkat penyesuaian diri
terhadap lingkungan kerja. Dalam bekerja
dan berkarya, manusia melaksanakan
semua bakat dan potensinya, sehingga
dia mentransformasikan diri sendiri dan
dunia lingkungannya untuk membudaya
(Kartono, 1992:19).
Budaya organisasi (kerja) adalah
sistem nilai-nilai yang diyakini semua
anggota organisasi dan yang dipelajari,
diterapkan, serta dikembangkan secara

berkesinambungan, berfungsi sebagai
sistem perekat, dan dapat dijadikan
sebagai
acuan
berperilaku
dalam
organisasi
untuk
mencapai
tujuan
organisasi
yang
telah
ditetapkan.
Pengembangan budaya kerja yang efektif
serta bagaimana menciptakan lingkungan
kerja yang nyaman dan kondusif, agar
karyawan dapat bekerja optimal dan dapat
mendukung
pencapaian
tujuan
perusahaan.
Dengan tingkat pendidikan yang
memadai,
seorang
auditor
dapat
menjalankan profesinya seefektif dan
seefisien mungkin. Hal ini tentu akan
berpengaruh pada kinerja yang dapat
diindikasikan dari jumlah temuan dan
kualitas hasil pemeriksaan. Pentingnya
pendidikan dalam peningkatan sumber
daya
manusia,
sangat
diperlukan.
Mengingat pendidikan memberikan andil
didalam
melakukan
pemberdayaan
organisasi
atau
pemberdayaan
masyarakat.
Hal
ini
tentu
akan
berpengaruh pada kinerja yang dapat
diindikasikan dari jumlah temuan dan

kualitas hasil pemeriksaan. Maka dari itu
dapat disimpulkan sebagai berikut.
Berdasarkan uraian pada latar
belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan
permasalahan
sebagai
berikut: (1) apakah etika profesi auditor
berpengaruh terhadap kinerja auditor
junior di Kantor Akuntan Publik di Bali, (2)
apakah profesionalisme
berpengaruh
terhadap kinerja auditor junior di Kantor
Akuntan Publik di Bali, (3) apakah motivasi
berpengaruh terhadap kinerja auditor
junior di Kantor Akuntan Publik di Bali, (4)
apakah
budaya
kerja
berpengaruh
terhadap kinerja auditor junior di Kantor
Akuntan Publik di Bali, (5) apakah tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap kinerja
auditor junior di Kantor Akuntan Publik di
Bali, (6) apakah etika profesi auditor,
profesionalisme, motivasi, budaya kerja,
dan tingkat pendidikan berpengaruh
terhadap kinerja auditor junior di Kantor
Akuntan Publik di Bali.
Dalam
rangka
menjawab
permasalahan tersebut, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah
etika profesi auditor, profesionalisme,
motivasi, budaya kerja, dan tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap kinerja
auditor junior.
Yanhari (2007) menyatakan bahwa
etika profesi berpengaruh terhadap kode
etik atau etika auditor akan mengarahkan
pada sikap, tingkah laku, dan perbuatan
auditor dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya kaitannya untuk menjaga
mutu auditor yang tinggi. Berdasarkan
uraian diatas, maka penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut: H1: Etika profesi
Auditor memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kinerja auditor junior.
Cahyasumirat (2006) menyatakan
bahwa pengabdian pada profesi dan
kewajiban sosial mempunyai hubungan
yang positif terhadap kinerja auditor.
Kewajiban sosial adalah suatu pandangan
tentang pentingnya peranan profesi serta
manfaat yang diperoleh baik masyarakat
maupun profesional karena adanya
pekerjaan tersebut (Hall, 1998 dalam
Astriyani, 2007). Kesadaran auditor demi
kelanjutan profesi dan jasa yang diberikan,
akuntansi
profesional
memikul
tanggungjawab pada klien, masyarakat,

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 3 No.1 Tahun 2015)
kolega dan pada dirinya sendiri akan
menumbuhkan
sikap
moral
untuk
melakukan pekerjaan sebaik mungkin.
Rahmawati (1997) menyatakan bahwa
kewajiban sosial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja auditor. Penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Cahyasumirat
(2006) dan Rahmawati (1997) juga
menyatakan bahwa hubungan dengan
sesama profesi berpengaruh terhadap
kinerja auditor. Berdasarkan uraian diatas,
maka penulis mengajukan hipotesis
sebagai berikut: H2: Profesionalisme
memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kinerja auditor junior.
Daryatmi (2005) menyatakan bahwa
motivasi mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap produktifitas karyawan.
Motivasi dalam diri sangat penting
perannya dalam mendorong seseorang
untuk selalu meningkatkan kinerjanya.
Motivasi yang dimiliki auditor junior
mendorong
personal
auditor
junior
tersebut untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu untuk mencapai suatu
tujuan
yaitu
kinerja
yang
baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
mengajukan hipotesis sebagai berikut: H3:
Motivasi memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap kinerja auditor
junior.
Budaya organsasi diprediksi menjadi
faktor yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan atau kegagalan
organisasi di masa mendatang. Daryatmi
(2005) menyatakan bahwa budaya
organisasi mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap produktifitas kerja
karyawan. Berdasarkan uraian diatas,
maka penulis mengajukan hipotesis
sebagai berikut: H4: Budaya kerja memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kinerja auditor junior.
Menurut
Hasan
(2003:
12)
pentingnya pendidikan dalam peningkatan
sumber daya manusia, sangat diperlukan.
Mengingat pendidikan memberikan andil
didalam
melakukan
pemberdayaan
organisasi
atau
pemberdayaan
masyarakat. Pandangan ini menjelaskan
bahwa untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, dituntut pendidikan
yang tinggi dalam menangani dan
memberikan solusi tentang dinamika kerja

yang saat ini semakin kompetitif.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Dm: Tingkat pendidikan memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap kinerja
auditor junior.
Yanhari (2007) mengatakan bahwa
etika profesi berpengaruh terhadap kode
etik atau etika auditor akan mengarahkan
pada sikap, tingkah laku, dan perbuatan
auditor dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya kaitannya untuk menjaga
mutu auditor yang tinggi. Seseorang
dikatakan
professional
apabila
pekerjannya memiliki ciri standar teknis
atau etika suatu profesi. Salah satu kriteria
profesionalisme pada perilaku auditor
adalah ketepatan waktu penyampaian
laporan
auditnya.
profesionalisme
mencerminkan sikap seseorang terhadap
profesinya.
Secara
sederhana,
profesionalisme yang diartikan perilaku,
cara, dan kualitas yang menjadi ciri suatu
profesi.
Seseorang dikatakan professional
apabila pekerjannya memiliki ciri standar
teknis atau etika suatu profesi. Penelitian
yang dilakukan oleh Daryatmi (2002)
tentang pengaruh motivasi, pengawasan
dan budaya kerja terhadap produktivitas
kerja
karyawan
menujukan
bahwa
motivasi, pengawasan dan budaya kerja
secara
bersama-sama
mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap
produktivitas kerja karyawan.
Menurut
Hasan
(2003:
12)
pentingnya pendidikan dalam peningkatan
sumber daya manusia, sangat diperlukan.
Mengingat pendidikan memberikan andil
didalam
melakukan
pemberdayaan
organisasi
atau
pemberdayaan
masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis mengajukan hipotesis sebagai
berikut: H6: Etika Profesi Auditor,
Profesionalisme, Motivasi, Budaya Kerja
dan Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap kinerja
auditor junior.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada Kantor
Akuntan Publik di wilayah Bali yang
terdaftar dalam Institut Akuntan Publik

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 3 No.1 Tahun 2015)
Indonesia (IAPI) tahun 2015 yang
seluruhnya berlokasi di Kota Denpasar.
Rancangan penelitian ini menggunakan
penelitian kuantitatif. Variabel penelitian ini
yaitu etika profesi auditor, profesionalisme,
motivasi, budaya kerja dan tingkat
pendidikan merupakan variabel bebas.
Sedangkan,
variabel
terikat
dalam
penelitian ini yaitu kinerja auditor junior.
Teknik penentuan sampel dalam hal
ini adalah dengan menggunakan metode
purposive sampling, yaitu auditor yang
bekerja pada kantor akuntan publik di Bali
yang terdaftar pada Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) tahun 2015, dengan
menggunakan pertimbangan tertentu,
yaitu
:
Auditor
yang
mempunyai
pengalaman kerja minimal dua tahun dan
sudah pernah melakukan penugasan
audit. Dipilih telah bekerja dua tahun,
karena telah memiliki waktu dan
pengalaman untuk beradaptasi serta
menilai kondisi lingkungan kerjanya
(Wibowo, 2009). Populasi dalam penelitian
ini adalah Kantor Akuntan Publik di
wilayah Bali yang terdaftar dalam Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun
2015 yang berjumlah 7 Kantor Akuntan
Publik di Bali. Jumlah responden dalam
penelitian ini adalah 64 orang responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah kuesioner yang disebar ke
responden adalah sebanyak 64 kuesioner.
Dari kuesioner yang disebar total
kuesioner yang kembali sebanyak 64
kuesioner. Dari 64 kuesioner yang kembali
pengisiannya lengkap sehingga layak
digunakan untuk diolah.
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik
deskriptif
adalah
memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata,
standar deviasi, maksimum, dan minimum.
Hasil
pengujian
statistik
deskriptif
diketahui dari 64 responden, Etika Profesi
Auditor (X1) memiliki rentang skor 39-52,
skor
minimum
sebesar
39,
skor
maksimum sebesar 52, standar deviation
sebesar 2,870, dan skor rata rata sebesar
44,98. Nilai rata-rata etika profesi
mendekati nilai minimumnya, yang artinya
variabel EPA memiliki nilai yang hampir

sama. Maka dari itu, dapat diartikan
variabel EPA memiliki nilai yang hampir
sama dilihat dari rata-rata etika profesi
auditor, nilai rata-ratanya mendekati nilai
minimum.
Variabel profesionalisme (X2) yang
diperoleh dari 64 responden memiliki
rentang skor 43-55, skor minimum
sebesar 43, skor maksimum sebesar 55,
standar deviation sebesar 3,083 dan skor
rata rata sebesar 47,72. Nilai rata-rata
profesionalisme
mendekati
nilai
maksimumnya, yang artinya variabel PRO
memiliki nilai yang hampir sama.
Variabel
motivasi
(X3)
yang
diperoleh dari 64 responden memiliki
rentang skor 35-45, skor minimum
sebesar 35, skor maksimum sebesar 45,
standar deviation sebesar 2,467 dan skor
rata rata sebesar 38,59. Nilai rata-rata
motivasi mendekati nilai minimumnya,
yang artinya variabel MOV memiliki nilai
yang hampir sama. Rata-rata variabel
MOV skor maksimum mendekati nilai ratarata.
Variabel budaya kerja (X4) yang
diperoleh dari 64 responden memiliki
rentang skor 23-31, skor minimum
sebesar 23, skor maksimum sebesar 31,
standar deviation sebesar 1,834 dan skor
rata rata sebesar 25,48. Nilai rata-rata
budaya kerja mendekati nilai minimumnya,
yang artinya variabel BK memiliki nilai
yang hampir sama.
Variabel tingkat pendidikan (Dm)
yang diperoleh dari 64 responden memiliki
rentang skor 0-1, skor minimum sebesar
0, skor maksimum sebesar 1, standar
deviation sebesar 0,175 dan skor rata rata
sebesar 0,97. Nilai rata-rata tingkat
pendidikan mendekati nilai maximumnya,
yang artinya variabel Dm memiliki nilai
yang hampir sama.
Variabel kinerja auditor junior (Y)
yang diperoleh dari 64 responden memiliki
rentang skor 29-39, skor minimum
sebesar 29, skor maksimum sebesar 39,
standar deviation sebesar 2,309 dan skor
rata rata sebesar 31,94.
Nilai rata-rata kinerja auditor junior
mendekati nilai minimumnya, yang artinya
variabel KAJ memiliki nilai yang hampir
sama. Hasil deskritif dapat dilihat pada
tabel 1.

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 3 No.1 Tahun 2015)
Tabel 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Variabel

N

EPA
PRO
MOV
BK
Dm
KAJ
Valid N (listwise)

64
64
64
64
64
64
64

Minimum Maximum Mean
39
52
44,98
43
55
47,72
35
45
38,59
23
31
25,48
0
1
,97
29
39
31,94

Std.
Deviation
2,870
3,083
2,467
1,834
,175
2,309

Sumber : data pimer yang diolah (Output SPSS), 2015
Uji Validitas dan Uji Reabilitas
Uji validitas digunakan untuk
mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Pengukuran validitas yang digunakan
dengan melakukan korelasi bivariate
antar masing- masing skor indikator
dengan total skor konstruk (Ghozali,
Imam. 2011). Berdasarkan pengujian
yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa semua variabel yang digunakan
pada penelitian ini adalah valid. Dimana
semua item pernyataan memiliki nilai r
kritis (0,30). Dapat dilihat juga dari nilai
sig. (2-tailed) pearson correlation product

moment, dimana seluruh item pernyataan
menunjukkan signifikansi lebih kecil dari
taraf signifikansi 0,05 sehingga seluruh
pernyataan dapat dikatakan valid. Hal ini
berarti bahwa semua pernyataan dalam
kuesioner
mampu
mengungkapkan
variabel yang akan diuji.
Uji reabilitas instrumen penelitian
dilakukan dengan menggunakan uji
statistik yaitu dengan menggunakan
koefisien Cronbach Alpha, apabila
Cronbach Alpha lebih besar dari 0,7
maka instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah reliabel. Hasil uji
reabilitas menunjukkan bahwa semua
variabel memiliki Cronbach Alpha lebih
besar dari 0,7.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme
Differences

64
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

,0000000
,51422932
,107
,107
-,064
,858
,453

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 3 No.1 Tahun 2015)
Sumber: data primer yang diolah (Output SPSS), 2015
Berdasarkan tabel 2, ditunjukkan
bahwa angka angka signifikansi lebih
besar dari 0,05 untuk statistic KolmogorovSmirnov.
Berdasarkan
kriteria
uji
normalitas, data terdistribusi normal jika
angka signifikansi lebih besar dari 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data
pada semua unit analisis berdistribusi
normal.
Berarti
angka
signifikansi
menunjukkan bahwa sebaran data pada
semua unit analisis berdistribusi normal.

Tabel 3. Hasil Uji Multikoloneritas
Model

Unstandardized
Coefficients
B

Standardized
Coefficients

Std. Error

Beta

1 (Constant)
2,220
1,385
EPA
,035
,027
,044
PRO
,029
,026
,039
MOV
,416
,058
,444
BK
,713
,078
,567
Dm
,253
,403
,019
a. Dependent Variable: KAJ
Sumber: data primer yang diolah (Output SPSS), 2015

Collinearity
Statistics
t
1,604
1,301
1,125
7,130
9,103
,629

Sig. Tolerance

VIF

,014
,019
,025
,000
,000
,032

1,334
1,425
4,536
4,531
1,095

,750
,702
,220
,221
,913

Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa di antara variabel bebas tidak ada
korelasi atau tidak terjadi multikolinieritas
pada model regresi linier. Jadi tidak
terdapat
multikolinieritas pada model
regresi
linier.

Berdasarkan tabel 3, diketahui
bahwa nilai VIF dari masing masing
variabel bebas lebih kecil dari 10.
Nilai korelasi di antara variabel
bebas dapat dikatakan mempunyai
korelasi yang lemah.

Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
1 (Constant)

B
-1,871

Std. Error
1,493

EPA
,032
PRO
-,024
MOV
,345
BK
,801
Dm
-,217
a. Dependent Variable: AbsKAJ
Uji Heteroskedastisitas, bertujuan
menguji apakah dalam model regresi
menjadi ketidaksamaan varian dari

,029
,028
,058
,078
,434

Beta

t
Sig.
-1,253 ,215
,039 1,082 ,284
-,032 -,864 ,391
,371 5,985 ,078
,637 10,221 ,492
-,017 -,501 ,618

residual satu pengamatan kepengamatan
yang lain.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas mempergunakan uji

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 3 No.1 Tahun 2015)
glejser (Glejser Test) yaitu meregres nilai
absolute residual terhadap variabel bebas
dan variabel dummy.
Apabila secara parsial tidak terdapat
pengaruh signifikan setiap variabel
dependen (Sig. > 0,05),
maka
dinyatakan
tidak
terdapat
heteroskedastisitas.
Hasil
pengujian

Glejser, diperoleh ternyata tidak ada
satupun variabel bebas yang berpengaruh
signifikan. Maka dari itu tidak terdapat
variabel
bebas
yang
berpengaruh
signifikan.

Tabel 5. Hasil Uji Analisis Regresi Berganda
Model

1 (Constant)
EPA
PRO
MOV
BK

Unstandardized
Coefficients
B
2,220
,035
,029
,416
,713

Standardized
Coefficients

Std. Error
1,385
,027
,026
,058
,078

Beta
,044
,039
,444
,567

t
1,604
1,301
1,125
7,130
9,103

Dm
,253
,403
,019
,629
a. Dependent Variable: KAJ
Sumber: data primer yang diolah (Output SPSS), 2015
Dari hasil regresi linear berganda
seperti yang ditunjukkan pada tabel 5,
maka persamaan etika profesi auditor,
profesionalisme, motivasi, budaya kerja,
dan tingkat pendidikan terhadap kinerja
auditor junior (KAJ) adalah:
KAJ = 2,220 + 0,035EPA + 0,029PRO +
0,416MOV + 0,713BK + 0,253DmTP + ε
Untuk menentukan besarnya masingmasing koefisien regresi digunakan
standardized beta coefficients, sebab unit
ukuran variabel independen tidak sama.
Menurut Ghozali (2011) jika ukuran
variabel independen tidak sama maka
sebaiknya interpretasi persamaan regresi
menggunakan standardized beta. Dimana
keuntungan
dengan
menggunakan
standardized
beta
adalah
mampu
mengeliminasi perbedaan unit ukuran
pada variabel.
Berdasarkan persamaan regresi linear
berganda diatas, nilai konstanta sebesar
2,220 yang berarti bahwa jika tidak ada
variabel independen yang terdiri dari etika
profesi auditor, profesionalisme, motivasi,
budaya kerja dan variabel dummy yaitu
tingkat pendidikan, maka kinerja auditor
junior memiliki nilai 2,220.

Sig.
,014
,019
,025
,000
,000
,032

Berdasarkan pada tabel 5, maka
hasil pengujian hipotesis secara parsial
diuraikan sebagai berikut: Hipotesis 1:
Etika profesi auditor mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja
auditor junior. Variabel independen etika
profesi auditor mempunyai koefisien
regresi positif dan signifikan sebesar 0,035
dan hasil uji t sebesar 1,301 dengan
tingkat signifikansi 0,019. Ini menunjukkan
bahwa variabel etika profesi auditor
secara statistik signifikan pada α = 0,05,
sehingga berdasarkan hasil tersebut
Hipotesis 1 diterima. Hipotesis 2:
Profesionalisme mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja
auditor junior. Variabel independen
Profesionalisme mempunyai regresi positif
dan sinifikan sebesar 0,029 dan uji t
sebesar 1,125 dengan tingkat signifikansi
0,025. Ini menunjukkan bahwa variabel
profesionalisme secara statistik signifikan
pada α = 0,05, sehingga berdasarkan hasil
tersebut Hipotesis 2 diterima. Hipotesis 3:
Motivasi mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja auditor junior.
Variabel independen Motivasi mempunyai
regresi positif dan sinifikan sebesar 0,416

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 3 No.1 Tahun 2015)
dan uji t sebesar 7,130 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Ini menunjukkan bahwa
variabel profesionalisme secara statistik
signifikan pada α = 0,05, sehingga
berdasarkan hasil tersebut Hipotesis 3
diterima. Hipotesis 4: Budaya kerja
mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja auditor junior. Variabel
independen Budaya kerja mempunyai
regresi positif dan sinifikan sebesar 0,713
dan uji t sebesar 9,103 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Ini menunjukkan bahwa
variabel profesionalisme secara statistik
signifikan pada α = 0,05, sehingga
berdasarkan hasil tersebut Hipotesis 4
diterima. Hipotesis 5: Tingkat pendidikan
mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja auditor junior.
Variabel independen tingkat pendidikan
mempunyai regresi positif dan sinifikan
sebesar 0,253 dan uji t sebesar 0,629
dengan tingkat signifikansi 0,032. Ini
menunjukkan
bahwa
variabel
profesionalisme secara statistik signifikan
pada α = 0,05, sehingga berdasarkan hasil
tersebut Hipotesis 5 diterima.
Pengaruh
Etika
Profesi
Auditor
terhadap Kinerja Auditor Junior.
Etika profesi merupakan landasan
etika
yang
harus
dipahami
dan
dilaksanakan oleh setiap auditor (Arens,
2003). Agoes (2004) menunjukkan kode
etik IAPI dan aturan etika Kompartemen
Akuntan Publik, Standar Profesi Akuntan
Publik (SPAP) dan standar pengendalian
mutu auditing merupakan acuan yang baik
untuk mutu auditing. Etika profesi
merupakan karakteristik suatu profesi
yang membedakan suatu profesi dengan
profesi lain, yang berfungsi untuk
mengatur tingkah laku para anggotanya
(Herawaty dan Susanto, 2009). Secara
empiris, hasil penelitian ini konsisten
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Herawati dan Susanto (2009) dan
Yanhari (2007), yang menunjukkan bahwa
etika profesi auditor mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja
auditor junior. Dimana bahwa etika profesi
berpengaruh terhadap kode etik atau etika
auditor akan mengarahkan pada sikap,
tingkah laku, dan perbuatan auditor dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya

kaitannya untuk menjaga mutu auditor
yang tinggi. Dimana bahwa etika profesi
berpengaruh terhadap kode etik atau etika
auditor akan mengarahkan pada sikap,
tingkah laku, dan perbuatan auditor dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya
kaitannya untuk menjaga mutu auditor
yang tinggi.
Pengaruh Profesionalisme terhadap
Kinerja Auditor Junior.
Istilah profesionalisme berasal dari
kata profesi yang berarti suatu pekerjaan
yang
memerlukan
pengetahuan,
mencakup
ilmu
pengetahuan,
keterampilan dan metode. Profesional
suatu kemampuan yang dilandasi oleh
tingkat pengetahuan yang tinggi dan
latihan khusus, daya pemikiran yang
kreatif untuk melaksanakan tugas-tugas
yang sesuai dengan bidang keahlian dan
profesinya Armawan (2010). Dalam hal

ini, seorang profesional dipercaya dan
dapat diandalkan dalam melaksanakan
pekerjaannya sehingga dapat berjalan
lancar, baik dan mendatangkan hasil yang
diharapkan.
Jadi
dapat
dijelaskan
hubungan antara profesionalisme auditor
dengan kinerja adalah apabila seorang
auditor memiliki profesionalisme tinggi
maka kinerjanya akan meningkat.
Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja
Auditor Junior.
Motivasi merupakan unsur penting
dalam diri manusia, yang berperan
mewujudkan keberhasilan dalam usaha
atau pekerjaan manusia. Motivasi menurut
Hasibuan (2002) adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan
kerja seseorang, agar mau bekerja sama,
bekerja efektif dan terintegrasi dengan
segala daya upayanya untuk mencapai
kepuasan.
Hasil penelitian Djumino (2005)
tersebut mengindikasikan bahwa motivasi
pegawai dalam suatu organisasi sebagai
faktor dominan dalam mendorong pegawai
bekerja dengan baik dan menghasilkan
kinerja yang maksimal, dan didukung
dengan penelitian Daryatmi (2005), yang
menyatakan bahwa motivasi berpengaruh

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 3 No.1 Tahun 2015)
positif dan signifikan terhadap produktifitas
kerja karyawan.
Motivasi yang dimiliki auditor junior
mendorong
personal
auditor
junior
tersebut untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu untuk mencapai suatu
tujuan yaitu kinerja yang baik.
Pengaruh Budaya Kerja terhadap
Kinerja Auditor Junior.
Budaya organsasi diprediksi menjadi
faktor yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan atau kegagalan
organisasi di masa mendatang. Budaya
yang merosot akan berdampak negatif
terhadap kinerja organisasi. Budaya kerja
berpengaruh langsung terhadap kinerja
pegawai, dan didukung dengan penelitian
Daryatmi (2005), yang menyatakan bahwa
budaya kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produktifitas kerja
karyawan. Budaya kerja sebagai perekat
sosial perlu diciptakan dan dihayati serta
dilaksanakannya
nilai-nilai
yang
terkandung didalamnya demi kehidupan
bersama dalam organisasi dan demi
tercapainya tujuan organisasi.
Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap
Kinerja Auditor Junior.
Pendidikan merupakan suatu alat
untuk dapat meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia. Dengan demikian,
makin tinggi jenjang pendidikan yang
dimiliki oleh seorang pegawai, berarti
makin luas wawasan dan pengetahuan
yang dimiliki. Pegawai yang mempunyai
jenjang pendidikan yang tinggi akan
berbeda
dengan
pegawai
yang
mempunyai jenjang pendidikan rendah
dalam melaksanakan aktivitas kerjanya.
Secara empiris, hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wijayanti (2010) yang
menyatakan bahwa tingkat pendidikan
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap kinerja karyawan. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
berdampak pada kualitas kerja seorang
auditor. Semakin tinggi tingkat pendidikan
yang dimiliki akan berdampak pada
semakin tinggi pula profesionalisme yang
dimiliki oleh auditor tersebut. Maka dari itu,
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan yang dimiliki maka
kinerja auditor semakin tinggi dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pengaruh
Etika
Profesi
Auditor,
Profesionalisme,
Motivasi,
Budaya
Kerja, dan Tingkat Pendidikan terhadap
Kinerja Auditor Junior.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengaruh positif dan signifikan antara
etika profesi auditor, profesionalisme,
motivasi, budaya kerja, dan tingkat
pendidikan terhadap kinerja auditor junior.
Persamaan regresi hasil analisis regresi
linear ganda KAJ = 2,220 + 0,035EPA +
0,029PRO + 0,416MOV + 0,713BK +
0,253DmTP + ε punya arah koefisien
positif, yang menunjukkan bahwa etika
profesi auditor, profesionalisme, motivasi,
budaya kerja, dan tingkat pendidikan
berpengaruh positif terhadap kinerja
auditor junior. Dalam meningkatkan
kinerja, dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat tentang profesi akuntan,
terdapat
banyak
faktor
yang
mempengaruhi kinerja auditor junior dalam
meningkatkan kepercayaan masyarakat
tentang profesi akuntan. Pertama, etika
profesi auditor, kedua profesionalisme,
ketiga motivasi, keempat budaya kerja,
kelima tingkat pendidikan dimana apabila
kelima faktor tersebut dimiliki oleh seorang
auditor, maka kinerja auditor junior
terhadap kinerjanya akan menghasilkan
hasil kinerja yang maksimal sesuai
dengan apa yang diharapkan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya pengaruh etika profesi
auditor, profesionalisme, motivasi, budaya
kerja dan tingkat pendidikan terhadap
kinerja auditor junior. Berdasarkan hasil
analisis
data
dan
pembahasan
sebelumnya.
maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: (1) terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan antara etika
profesi auditor terhadap kinerja auditor
junior adalah diterima. (2) terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan
antara profesionalisme terhadap kinerja
auditor junior. (3) terdapat pengaruh yang

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 3 No.1 Tahun 2015)
positif dan signifikan antara motivasi
terhadap kinerja auditor junior. (4) terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan
antara budaya kerja terhadap kinerja
auditor junior. (5) terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara tingkat
pendidikan terhadap kinerja auditor junior.
(6) terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara etika profesi auditor,
profesionalisme, motivasi, budaya kerja,
dan tingkat pendidikan terhadap kinerja
auditor junior.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dan
untuk penelitian selanjutnya, adapun
saran yang ingin disampaikan adalah
sebagai berikut: (1) Penelitian ini hanya
meneliti enam variabel dan sampel yang
digunakan hanya auditor yang bekerja
pada kantor akuntan publik di Bali yang
terdaftar pada Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) tahun 2015, peneliti
selanjutnya hendaknya meneliti juga
auditor pemerintahan atau auditor internal.
(2)
Teknik
pengumpulan
data
menggunakan
penyebaran kuesioner
secara langsung, peneliti selanjutnya
hendaknya menggunakan juga metode
pengumpulan data wawancara sehinnga
informasi yang didapat lebih akurat dan
lengkap.
(3)
Peneliti
selanjutnya
disarankan untuk memperluas populasi
penelitian, yaitu dengan menambah
jumlah auditor responden yang bekerja
pada Kantor Akuntan Publik dan tidak
hanya yang berada di wilayah Denpasar
saja, sehingga diperoleh hasil penelitian
yang tingkar generalisasinya lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti.
2007. Pengaruh Kompetensi dan
Independensi terhadap Kualitas
Audit dengan Etika Auditor sebagai
Variabel
Moderasi.
Simposium
Nasional Akuntansi X, Makassar. 2628 juli 2007.
Arrens, AlvinA., Mark S. Beasly, and
Randal J. Elder. 2008. Auditing and
Assurance Service an Integrated

Apporoach, 12th edition. New Jersey:
Pearson Education International.
Armawan, Made Yudi. 2010. Pengaruh
Profesionalisme,
Etika
Profesi,
Tingkat Pendidikan dan Pengalaman
Kerja pada Kinerja Pengawas
Koperasi sebagai Internal Auditor
(Studi Survei pada Koperasi Simpan
Pinjam di Kecamatan Denpasar
Selatan). Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana.
Astriyani, Ni Wayan. 2007. Pengaruh
Profesionalisme Auditor terhadap
Tingkat
Materialitas
dalam
Pemeriksaan Laporan Keuangan
pada Kantor Akuntan Publik di Bali.
Skripsi.
Fakultas
Ekonomi
Universitas Udayana.
Bahri, Syamsul. 2009.
Pengaruh
Motivasi, Tindakan Supervisi, dan
Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Auditor Junior (Studi Empiris pada
Kantor Akuntan Publik di DKI
Jakarta). Skripsi. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif HidayaTullah.
Cahyasumirat, Gunawan. 2006. Pengaruh
Profesionalisme
dan
Komitmen
Organisasi Terhadap Kinerja Internal
Auditor, Dengan Kepuasan Kerja
Sebagai Variabel Intervening. Tesis.
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Diponegoro.
Daryatmi. 2005. Pengaruh Motivasi,
Pengawasan Dan Budaya Kerja
Terhadap
Produktivitas
Kerja
Karyawan Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat Badan Kredit
Desa
Kabupaten
Karanganyar.
Artikel
Daryatmi.
Karanganyar.
Vol.9, No 2 Hlm 72-89. Jurnal Hasil
Penelitian. Ums.ac.id.
Gani, Achmad. 2006. Pengaruh Gaya
Kepemimpinan, Budaya Organisasi
dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Organisasi. Disertasi. Universitas
Brawijaya Malang.

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 3 No.1 Tahun 2015)
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate
dengan
Program
SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponogoro.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005.
Evaluasi Kinerja SDM. Cetakan
Pertama. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Gibson, James L. Ivancevich, Jhon M dan
James
H
Donnelly.
2001.
Organisasi:
Perilaku-StukturProses. Jakarta: Erlangga.

Martina, Kompiang. 2013. Pengaruh
Independensi, Profesionalisme, dan
Etika Profesi terhadap Kinerja
Auditor pada Kantor Akuntan Publik
di Bali. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana.

Hafizurrachman HM. DR., dr., MPH. 2007.
Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Atasan, Lingkungan Kerja, dan
Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Kepala Program Studi Kesehatan
dan Kedokteran Pada Perguruan
Tinggi Swasta Wilayah Kopertis III
Disertasi. Jakarta, UNJ.
Hardjana,
Agus.
2002.
Pekerja
Profesional. Yogyakarta: Kanisius.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2013 Daftar
kantor Akuntan Publik di Bali.
Tersedia di: www.iaiglobal.or.id,
[diakses tanggal 20 Desember
2014].
Jusup, Al. Haryono. 2001.
(Pengauditan).
Edisi
Yogyakarta: STIE YKPN.

Auditing.
ke-1.

Kalbers, Lawrence P., dan Fogarty,
Timothy J. 1995. Professionalism Its
Consequences: A Study of Internal
Auditors. Auditing: A Journal of
Practice. Vol. 14. No. 1, 64-86
Kartono, Kartini. 1994. Psikologo Sosial
untuk Manajemen, Perusahaan, dan
Industri. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Laksmi. 2010. Pengaruh supervisi,
profesionalisme, tingkat pendidikan
dan pengalaman kerja pada kinerja
auditor BPK RI Perwakilan Provinsi
Bali. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi.
Edisi ke-10. Yogyakarta: ANDI