PERANAN 4A DI DUSUN SADE LOMBOK TENGAH

PENGANTAR PARIWISATA
PERANAN ATTRACTION, ACCESSIBILITY, AMENITIES,
ANCILLARIES, DAN COMMUNITY INVOLVEMENT DI DUSUN SADE
LOMBOK TENGAH

Anggota Kelompok :
Siti Anggriana

1512014015

Asriatul Hadi

1512014016

I Gede Diyana Putra

1512014018

Danang Umarohazi

1512014035


Ahmad Fauzan Mansyur

1512014052

Fakultas Pariwisata
Universitas Udayana
2015

Peranan Attraction, Accessibility, Amenities, Ancillaries, dan
Community Involvement di Dusun Sade Lombok Tengah

ABSTRAK
Dusun Sade terletak di kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah.
Dusun ini dikenal sebagai dusun yang mempertahankan adat suku Sasak. Bisa
dibilang, Sade adalah cerminan suku asli Sasak Lombok. Yah, walaupun listrik
dan program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dari
pemerintah sudah masuk ke sana, Dusun Sade masih menyuguhkan suasana
perkampungan asli pribumi Lombok. Pada paper ini akan dibahas mengenai
peranan attraction, accessibility, amenities, ancillaries, dan community

involvemen di Dusun Sade. Harapan kami semoga dengan paper ini pembaca
ataupun masyarakat luas mengetahui Dusun Sade dan memberikan efek secara
tidak langsung untuk desa demi kemajuan pariwisata di daerah ini.

I.

PENDAHULUAN

Saat ini pariwisata sudah dikembangkan sebagai industri di setiap negara
di dunia. Perhatian pada sektor pariwisata kini sudah semakin lebar hal ini
disebabkan karena masyarakat mulai sadar bahwa pariwisata mendatangkan
manfaat dan keuntung ekonomi bagi negara – negara yang menerima kedatangan
wisatawan (tourist receiving countries). Demikian pula di Indonesia, pemerintah
menginginkan untuk mengembangkan pariwisata sebagai suatu industri untuk
menunjang tingkat kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan
pemerataan pendapatan masyarakat.
Lombok sebagai tempat yang menyimpan sejuta panorama indah beserta
budaya sasak yang tersohor namun banyak orang masih belum mengetahui harta
karun tersebut dan itu menarik untuk kita jelajahi. Pertumbuhan kepariwisataan
yang tidak terkendali sebagai akibat dari perencanaan yang tidak baik , tentunya

akan menimbulkan dampak yang sangat buruk dan dapat menimpa semua pihak
yang berkecimpung dalam kegiatan pariwisata tersebut. Seperti yang diungkapkan
Yoeti (2008;47) pelaku pariwisata harus menyadari akan pentingnya perencanaan
dalam pengembangan pariwisata sebagai suatu industri agar sesuai dengan apa
yang telah dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki, baik itu
ditinjau dari segi ekonomi, sosial, budaya, juga lingkungan hidup. Dalam tulisan
ini akan membahas mengenai potensi Dusun Sade melalui pendekatan attraction,
accessibility, amenities, ancillaries, dan community involvement.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Arti dari istilah pariwisata belum banyak diungkapkan oleh para ahli
bahasa dan pariwisata di Indonesia. Kata pariwisata berasal dari bahasa
Sansekerta , terdiri dari dua suku kata, yaitu “ pari” dan “ wisata” . Pari
berarti banyak, berkali-kali atau berputarputar, sedangkan wisata berarti
perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan
secara berkali-kali atau berkeliling.
Sihite, 2000:63 mengungkapkan bahwa:
“pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan dengan menggunakan
alat transportasi darat, laut, dan udara yang dilkukan oleh orang –

orang dari suatu tempat ke tempat lain, dalam waktu yang terbatas
dengan maksud tertentu dan yang merupakan suatu kegiatan alamiah
yang terjadi dalam urutan kehidupan manusia, guna memenuhi
keinginan batin yang beraneka ragam (kesehatan, kesegaran,
ketenangan, kebahagiaan,dan lain –lain)”.
Definisi kepariwisataan berdasarkan butir 3, pasal 1 mengenai
ketentuan umum dalam UU RI No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan adalah
sebagai berikut ;
“kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah,
pemerintah daerah, dan pengusaha”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu
kegiatan perjalanan dari negara asal ke suatu negara lainnya dalam kurun waktu
lebih dari 24 jam yang dilakukan suatu individu atau kelompok dengan tujuan
bersenang – senang tanpa bertujuan untuk mencari nafkah.
Secara garis besar, geografi pariwisata di bagi menjadi supply dan
demand. Demand adalah seorang atau kelompok individu yang melakukan
pariwisata ke suatu tempat (tourist) dengan tourism motivation ataupun tourist

motivation. Sedangkan supply adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh
negara/daerah penerima wisatawan. Pariwisata terbentuk melalui hubungan antara
supply dan demand tersebut. Kedua hal tersebut saling mempengaruhi satu sama
lainnya, jika di suatu negara tidak ada supply maka otomatis tidak akan ada
wisatawan yang berkunjung ke negara tersebut. Begitu pula jika di suatu
negara tidak ada wisatawan, maka supply yang dimilikinya tidak akan
berkembang. Ada lima jenis supply yaitu tourist attraction, accessibility,
amenities, ancillaries, dan community involvement.

Tourist attraction sangat mempengaruhi wisatawan atau jumlah
wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi pariwisata.Tourist attraction ada
yang bersifat natural dan ada pula yang bersifat kultural. Hal ini sangat
menarik perhatian wisatawan, semakin khas dan menarik sebuah tourist attraction
akan semakin banyak pula wisatawan yang ingin melihat atau
mengunjunginya. Seiring dengan permintaan wisatawan, maka berkembanglah
tourist attraction buatan manusia, misalnya taman bermain, dan sebagainya.
Accessibility merupakan suatu hal vital yang sangat mempengaruhi
kunjungan wisatawan. Jika di suatu daerah tidak tersedia aksesibilitas yang
mencukupi, seperti bandar udara, pelabuhan dan jalan raya maka tidak akan ada
wisatawan yang mengunjungi daerah tersebut.

Amenities merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam pariwisata.
Amenities ini adalah fasilitas-fasilitas seperti hotel, transportasi, restaurant, spa,
dan yang lainnya. Jika di suatu daerah tidak terdapat amenities yang mencukupi,
maka wisatawan tidak akan betah berkunjung di tempat tersebut. Amenities ini
sangat dipengaruhi oleh permintaan dan harapan konsumen.
Ancillaries adalah hal-hal pendukung, misalnya warung-warung kecil dan
tourist information centre. Adanya hal-hal pendukung ini disebabkan oleh
wisatawan yang berkunjung ke suatu tempat karena hal-hal tersebut
dibutuhkan oleh wisatawan dan dirasa dapat menghasilkan keuntungan.
Community involvement adalah keterlibatan atau dukungan
masyarakat, kontribusi pemerintah serta pihak swasta dalam kegiatan pariwisata.
Community involvement ini sangat mempengaruhi kunjungan wisatawan.
Masyarakat harus dapat mendukung jalannya kegiatan pariwisata ini. Jika
masyarakat tidak mendukung atau melakukan tindakan-tindakan anarkis
seperti pencurian, perampokan, pengeboman, pembunuhan, maka wisatawan
tidak akan berani mengunjungi daerah tersebut. Sebaliknya, jika masyarakat
bersikap baik dan ramah terhadap tamu, maka tourist akan betah tinggal di
daerah tersebut.

III.


PEMBAHASAN

Dusun Sade adalah salah satu dusun di desa Rembitan, Pujut, Lombok
Tengah. Dusun ini dikenal sebagai dusun yang mempertahankan adat suku Sasak.
Suku Sasak Sade sudah terkenal di telinga wisatawan yang datang ke Lombok.
Ya, Dinas Pariwisata setempat memang menjadikan Sade sebagai desa wisata. Ini
karena keunikan Dusun Sade dan suku Sasak yang jadipenghuninya. Sebagai desa
wisata, Sade punya keunikan tersendiri. Meski terletak persis di samping jalan
raya aspal nan mulus, penduduk Dusun Sade di Rembitan, Lombok Tengah masih
berpegang teguh menjaga keaslian desa.Bisa dibilang, Sade adalah cerminan suku
asli Sasak Lombok. Yah, walaupun listrik dan program Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dari pemerintah sudah masuk ke sana, Dusun
Sade masih menyuguhkan suasana perkampungan asli pribumi Lombok. Berikut
ulasan peran dari attraction, accessibility, amenities,ancillaries, dan community
involvement sehingga dusun Sade telah menjadi desa wisata sejak 1975.

A. Attraction
Tourist attraction sangat mempengaruhi wisatawan atau jumlah wisatawan
yang berkunjung ke suatu destinasi pariwisata. Semakin bagus tourist

attractionnya, semakin banyak wisatawan yang akan mengunjunginya sehingga
tourist attraction itu akan semakin berkembang. Tourist attraction ada yang
bersifat natural dan ada pula yang bersifat kultural. Hal ini sangat menarik
perhatian wisatawan, semakin khas dan menarik sebuah tourist attraction akan
semakin banyak pula wisatawan yang ingin melihat atau mengunjunginya.
Adapun budaya – budaya suku sasak yang masih dilestarikan dalam dusun Sade
adalah arsitektur setiap rumahnya, upacara adat merarik, nyongkolan, peresean,
dan bau nyale.
a) Bale
Rumah tradisional Dusun Sade terbuat dari bambu sebagai penyangganya,
anyaman bambu sebagai temboknya, ijuk jerami sebagai atapnya, dan tanah
sebagai alasnya. Pintu rumah dibuat rendah sekitar 150 cm. jika kita masuk maka
posisi badan akan menunduk dan ternyata pintu ini dibuat agar orang yang masuk
rumah ini harus menunjukkan kesopanan dan rasa hormat terhadap pemilik
rumah. Di dekat pintu ini ada tiga anak tangga kecil yang melambangkan Wetu
Telu (tiga waktu) dalam kehidupan manusia, yaitu: lahir, berkembang, dan wafat.
Lantai rumah ini terbuat dari bahan-bahan alami campuran dari tanah, getah kayu
banjar, dan abu dari hasil jerami yang dibakar. Nah yang paling unik dari Dusun
Sade adalah agar lantai makin rekat mereka mengepel lantai rumah dengan
kotoran kerbau. Cara tersebut sudah ada sejak jaman dahulu, mengingat awalnya

suku Sasak menganut kepercayaan animisme yang percaya bahwa membersihkan
lantai dengan kotoran kerbau dapat membuat rumah lebih bersih dan suci. Saat
ini, meski masyarakat sudah beragama Islam, cara tersebut masih dipertahankan.
Terdapat sebuah dapur dimana tungku untuk memasak yang terbuat dari tanah dan
menyatu dengan lantainya. Di dalam ruagan ini tidak ada jendela maka asap

membumbung ke atap hingga membekas hitam. Tidak jauh dari tungku terdapat
ruang dengan dinding bilik bambu yang merupakan ruang tidur. Selain bale, ada
juga lumbung yang disebut Berugak yang digunakan untuk menyimpan hasil
panen padi.
b) Upacara Adat Merarik
Merarik atau selarian adalah bahasa sasak yang artinya menikah, di daerah
Lombok sendiri upacara pernikahan. Caranya cukup sederhana, gadis pujaan itu
tidak perlu memberitahukan kepada kedua orangtuanya. Bila ingin menikah, gadis
itu dibawa. Mencuri gadis dengan melarikan dari rumah menjadi prosesi
pernikahan yang lebih terhormat dibandingkan meminta kepada orang tuanya.
Ada rasa ksatria yang tertanam jika proses ini dilalui. Namun jangan lupa aturan,
mencuri gadis dan melarikannya biasanya dilakukan dengan membawa beberapa
orang kerabat atau teman. Selain sebagai saksi kerabat yang dibawa untuk
mencuri gadis itu sekalian sebagai pengiring dalam prosesi itu. Dan gadis itu tidak

boleh dibawa langsung ke rumah lelaki, harus dititipkan ke kerabat laki-laki.
Setelah sehari menginap pihak kerabat, laki-laki mengirim utusan ke pihak
keluarga perempuan sebagai pemberitahuan bahwa anak gadisnya dicuri dan kini
berada di satu tempat tetapi tempat menyembunyikan gadis itu dirahasiakan, tidak
boleh diketahui keluarga perempuan. ‘Nyelabar’, istilah bahasa setempat untuk
pemberitahuan itu, dan itu dilakukan oleh kerabat pihak lelaki tetapi orangtua
pihak lelaki tidak diperbolehkan ikut. Rombongan ‘nyelabar’ terdiri lebih dari 5
orang dan wajib mengenakan pakaian adat. Rombongan tidak boleh langsung
datang kekeluarga perempuan. Rombongan terlebih dahulu meminta izin pada
Kliang atau tetua adat setempat, sekedar rasa penghormatan kepada kliang, datang
pun ada aturan rombongan tidak diperkenankan masuk ke rumah pihak gadis.
Mereka duduk bersila dihalaman depan, satu utusan dari rombongan itu yang
nantinya sebagai juru bicara menyampaikan pemberitahuan. Singkat cerita setelah
hal tersebut dilakukan maka besoknya akan dilakukan sebuah prosesi ijab kaboul
untuk mengesahkan pernikahan dua pasangan tersebut.

c) Nyongkolan
Nyongkolan adalah sebuah kegiatan adat yang menyertai rangkaian acara
dalam prosesi perkawinan pada suku sasak. Kegiatan ini berupa arak-arakan
kedua mempelai dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai wanita, dengan

diiringi keluarga dan kerabat mempelai pria, memakai baju adat, serta rombongan
musik gamelan atau kelompok penabuh rebana, atau disertai Gendang beleq pada
kalangan bangsawan. Dalam pelaksanaannya, karena faktor jarak, maka prosesi
ini tidak dilakukan secara harfiah, tetapi biasanya rombongan mulai berjalan dari
jarak 1-0,5 km dari rumah mempelai wanita.Tujuan dari prosesi ini adalah untuk
memperkenalkan pasangan mempelai tersebut ke masyarakat, terutama pada
kalangan kerabat maupun masyarakat dimana mempelai perempuan tinggal,
karena biasanya seluruh rangkaian acara pernikahan dilaksanakan di pihak
mempelai laki-laki. Sebagian peserta dalam prosesi ini biasanya membawa
beberapa benda seperti hasil kebun, sayuran maupun buah-buahan yang akan
dibagikan pada kerabat dan tetangga mempelai perempuan nantinya.

d) Peresean
Peresean merupakan kesenian Bela diri. Peresean sudah ada sejak jaman
kerajaan-kerajaan di Lombok, awalnya adalah semacam latihan pedang dan
perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran. Pada perkembangannya hingga
kini senjata yang dipakai berupa sebilah rotan dengan lapisan aspal dan pecahan
kaca yang dihaluskan, sedangkan perisai (Ende) terbuat dari kulit lembu atau
kerbau. Setiap pemainnya/pepadu dilengkapi dengan ikat kepala dan kain panjang.
Kesenian ini tak lepas dari upacara ritual dan musik yang membangkitkan
semangat untuk berperang. Pertandingan akan dihentikan jika salah satu pepadu
mengeluarkan darah atau dihentikan oleh juri. Walaupun perkelahian cukup seru
bahkan tak jarang terjadi cidera hingga mengucurkan darah didalam arena., tetapi
diluar arena sebagai pepadu yang menjunjung tinggi sportifitas tidak ada dendam
diantara mereka.
e) Bau Nyale
Salah satu kebudayaan suku Sasak di Lombok adalah tradisi Bau Nyale. Ini
merupakan salah satu tradisi sekaligus identitas suku Sasak. Bau Nyale selalu
dilakukan secara rutin setiap tahun. Tradisi ini sebenarnya sudah dilakukan sejak
lama dan dilakukan secara turun temurun. Berdasarkan isi babad, Bau Nyale
mulai dikenal masyarakat dan diwariskan sejak sebelum abad 16. Bau Nyale
berasal dari bahasa Sasak. Dalam bahasa Sasak, Bau artinya menangkap
sedangkan Nyale adalah nama sejenis cacing laut. Jadi sesuai dengan namanya,
tradisi ini kegiatan menangkap nyale yang ada di laut. Cacing laut yang disebut
dengan Nyale ini termasuk dalam filum Annelida. Nyale hidup di dalam lubanglubang batu karang yang ada dibawah permukaan laut. Uniknya, cacing-cacing
nyale tersebut hanya muncul ke permukaan laut hanya dua kali setahun.Tradisi
Bau Nyale merupakan sebuah kegiatan yang dihubung-hubungkan dengan
kebudayaan setempat. Bau Nyale berawal dari legenda lokal yang
melatarbelakangi yakni tentang kisah Putri Mandalika.

B. Accesibility
Accessibility merupakan suatu hal vital yang sangat mempengaruhi
kunjungan wisatawan. Jika di suatu daerah tidak tersedia aksesibilitas yang
mencukupi, seperti bandar udara, pelabuhan dan jalan raya maka tidak akan ada
wisatawan yang mengunjungi daerah tersebut. Wisatawan pulalah yang
mempengaruhi perkembangan accessibility di suatu daerah. Jika suatu daerah
memiliki potensi pariwisata, maka harus disediakan aksesibilitas yang memadai
sehingga daerah tersebut dapat dikunjungi tourist. Akses menuju Dusun Sade
sudah baik dengan aspal dan lokasi Dusun Sade sendiri sudah dipinggir jalan.
Kami akan menjelaskan 2 rute menuju Dusun Sade.

a) Akses Melalui Jalur Udara
Akses menuju Dusun Sade Desa Rambitan cukup mudah. Melalui jalur
udara dari Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali bisa langsung naik pesawat
menuju ke Bandara Selaparang, Mataram sekitar 15 menit. Alternatif lain adalah
melalui bandara internasional Lombok (bil) yang lokasinya lebih dekat dengan
Dusun sade. Waktu yang diperlukan menuju Dusun Sade dari Bandara
Internasional Lombok sekitar 20 menit dengan menggunakan taksi.
b) Akses Melalui Jalur Laut
Melalui jalur laut, bisa dicapai menggunakan kapal feri dari Pelabuhan
Padangbai, Bali menuju Pelabuhan Lembar kurang lebih 4 jam. dari Pelabuhan
Lembar bisa melanjutkan ke Kota Mataram yang jaraknya sekitar 70 km dari kota
Mataram. Dari Kota Mataram tepatnya di Terminal Mandalika, menggunakan
transportasi umum berupa bis langsung menuju ke Praya yaitu Ibukota Kabupaten
Lombok Tengah. Dari Praya lanjut ke Dusun Sade dengan angkutan umum berupa
angkot, mini bus atau naik ojek kurang lebih setengah jam. Lalu dilanjutkan
dengan jalur darat ke Dusun Sade Desa Kerambitan.

C. Amenities
Amenities merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam pariwisata.
Amenities ini adalah fasilitas-fasilitas seperti hotel, transportasi, restaurant, spa,
dan yang lainnya. Jika di suatu daerah tidak terdapat amenities yang mencukupi,
maka wisatawan tidak akan betah berkunjung di tempat tersebut. Amenities ini
sangat dipengaruhi oleh permintaan dan harapan konsumen. Fasilitas-fasilitas
inilah yang menyebabkan wisatawan merasa betah dan nyaman berada di suatu
destinasi pariwisata. Jika amenitiesnya tidak berkualitas dan mencukupi, maka
wisatawan tidak akan tertarik untuk mengunjungi daerah tersebut. Begitu pula
sebaliknya, jika tidak ada wisatawan maka amenities pun tidak akan berkembang
karena tidak ada pemasukan atau keuntungan. Fasilitas penunjang kegiatan
kepariwisataan di Dusun Sade masih sangat minim karena pembangunan
akomodasi home stay tidak ada. Jadi wisatawan masih belum bisa untuk
menginap di areal Desa Wisata Sade ini. Di Dusun Sade fasilitas pendukung yang
ada berupa minimarket. Fasilitas penunjang seperti restaurant masih kurang dan
hanya sedikit restaurant di wilayah Desa Kerambitan, fasilitas hiburan seperti
Diskotik ataupun Bar susah ditemukan di daerah ini. Pembangunan Bandara
Internasional Lombok diharapkan mampu mendorong kegiatan kepariwisataan di
Dusun Sade mengingat jarak tempuh Bandara dengan Dusun Sade hanya 20
menit.

D. Ancillaries
Ancillaries adalah hal-hal kecil atau pendukung, misalnya warung-warung
kecil dan tourist information centre. Adanya hal-hal pendukung ini disebabkan
oleh wisatawan yang berkunjung ke suatu tempat karena hal-hal tersebut
dibutuhkan oleh wisatawan dan dirasa dapat menghasilkan keuntungan.

Contohnya, di suatu kawasan pariwisata terdapat pedagang-pedagang asongan
yang menjual makanan, minuman, maupun souvenir. Hal itu merupakan inisiatif
pedagang yang timbul karena adanya wisatawan yang ingin membeli barang
dagangannya. Disisi lain, ancillaries ini juga dibutuhkan oleh para tourist yang
menginginkan kemudahan. Di Dusun Sade terdapat banyak warung kecil, tourist
information serta guide yang menunggu dan siap menjelaskan apapun tentang
suku sasak dan Dusun Sade khususnya.
Pemerintah melalui ‘Gerakan Sadar Wisata 2011’ telah mencanangkan
Kegiatan serta berbagai program kerja yang berpusat di Dusun Sade, Kecamatan
Pujut, Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu terobosan promosi yang
sangat efektif, mengingat Desa Sade telah menjadi model desa wisata yang sudah
cukup dikenali para wisatawan mancanegara maupun domestik dan diharapkan
mampu mendorong kemajuan pariwisata di wilayah Nusa Tenggara Barat. Kaum
akademisi, pelaku usaha pariwisata, asosiasi pariwisata, kelompok seni, LSM,
pekerja media massa, pelajar dan tokoh masyarakat, juga berperanserta dalam
Gernas sadar wisata itu.

E. Comunnity Involvement
Penataan fisik dan struktur desa tersebut tidak lepas dari budaya yang
dipegang teguh oleh masyarakat Dusun Sade dan budaya masyarakatnya juga
sudah berlaku turun temurun. Banyak wisatawan yang datang dapat menikmati
suasana desa dan masuk kerumah mereka untuk melihat kerajinan–kerajinan yang
penduduk desa buat. Sehingga untuk tinggal berlama lama disini sangatlah
menyenangkan. Hal ini dapat terjadi tidak lain karena kesadaran penyelenggara
kegiatan pariwisata untuk melibatkan masyarakat lokal Desa Wisata Sade
berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan Desa Wisata ini.
Wujud nyata kontribusi wisatwan terhadap masyarakat Dusun Sade secara
langsung adalah kegiatan ekonomi(home industry) dimana masyarakat setempat
selain bertani mereka juga menenun kain, menjual berbagai aksesoris/cinderamata
khas dari kampung sade seperti : Pernak- pernik berupa manik-manik, seperti
kalung-kalung, gelang, dan cincin.

IV.

PENUTUP

Kesimpulan
Keterkaitan attraction, accessibilty, amenities, ancillary, dan community
involvement merupakan suatu pilar penting yang saling terkait dalam menarik
minat wisatawan untuk berkenujung ke destinasi wisata tersebut, sehingga tercipta
suatu kegiatan pariwisata yang sangat berperan sebagai penggerak perekonomian
daerah. Melalui kajian attraction, accessibilty, amenity, ancillary, dan community
involvement bahwa pemerintah dan masyarakat memerlukan kerjasama dan usaha
yang lebih keras dalam memaksimalkan 5 pilar tersebut sehingga dapat
memberikan sebuah nilai tambah atau keunikan yang mengundang wisatawan
untuk berkunjung. Adapun ulasan singkat kajian 5 pilar tersebut antara lain;
a) Attraction
Arsitektur setiap rumah di Dusun ini, upacara adat merarik, nyongkolan,
peresean, dan bau nyale sebagai bentuk dari attraction yang bersifat natural. Hal
ini sangat menarik perhatian wisatawan, semakin khas dan menarik sebuah tourist
attraction akan semakin banyak pula wisatawan yang ingin melihat atau
mengunjunginya.
b) Accessibility
Akses menuju Dusun Sade sudah baik dengan aspal dan lokasi Dusun Sade
sendiri sudah dipinggir jalan. Terdapat Bandara Internasional yang mampu
ditempuh selama 20 menit dari Dusun Sade merupakan suatu hal vital yang sangat
mempengaruhi kunjungan wisatawan. Jika di suatu daerah tidak tersedia
aksesibilitas yang mencukupi, seperti bandar udara, pelabuhan dan jalan raya
maka tidak akan ada tourist yang mengunjungi daerah tersebut.
c) Amenities
Dalam pengadaan amenities demi kenyamanan wisatawan, Desa Wisata
Dusun Sade masih sangat minim karena pembangunan akomodasi home stay tidak
ada. Jadi wisatawan masih belum bisa untuk menginap di areal Desa Wisata Sade
ini. Di Dusun Sade fasilitas pendukung yang ada berupa minimarket. Fasilitas
penunjang seperti restaurant masih kurang dan hanya terdapat 1 restaurant di
wilayah Desa Kerambitan, fasilitas hiburan seperti Diskotik ataupun Bar susah
ditemukan di daerah ini.
d) Ancillararies
Tourist information serta guide yang siap menjelaskan apapun tentang suku
sasak dan Dusun Sade khususnya merupakan hal kecil yang mendukung kegiatan
kepariwisataan di Dusun Sade serta memudahkan wisatwan.

e) Community Involvement
Penataan fisik dan struktur desa tersebut tidak lepas dari budaya yang
dipegang teguh oleh masyarakat Dusun Sade dan budaya masyarakatnya juga
sudah berlaku turun temurun. Banyak wisatawan yang datang dapat menikmati
suasana desa dan masuk kerumah mereka untuk melihat kerajinan – kerajinan
yang penduduk desa buat. Sehingga untuk tinggal berlama lama disini sangatlah
menyenangkan. Hal ini dapat terjadi tidak lain karena kesadaran penyelenggara
kegiatan pariwisata untuk melibatkan masyarakat lokal Desa Wisata Dusun Sade
berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan Desa Wisata ini.

DAFTAR PUSTAKA

geografi pariwisata program pasca sarjana kajian pariwisata (ddip) universitas
udayana 2011,putu ratih pertiwi
Masyarakat
dan
Kebudayaan
Suku
Sasak,
tersedian
online:
http://ihsangagah.blogspot.com/2012/02/masyarakat-dan-kebudayaan-suku-sasakdi.html
Sistem Sosial Masyrakat Sasak di Pulau Lombok, tersedia online di:
http://blackbox45.blogspot.com/2011/11/sistem-sosial-masyarakat-sasak-dipulau.html