Hadapi Tantangan Pemikiran Kontemporer d

Hadapi Tantangan Pemikiran Kontemporer dengan Islamisasi Ilmu
Pengetahuan dan Penanaman Akhlakul- Karimah dalam Jiwa Generasi
Muda Islam saat ini, dan Masa yang akan Datang.
Saat ini,umat Islam sedang

dihadapkan dengan masalah ilmu

pengetahuan.begitu juga dengan kesadaran manusia Barat yaitu merupakan cara
pandang yang mengandalkan akal semata-mata hanya untuk membimbing
manusia mengarungi kehidupan dengan cara melihat kehidupan yang realitas dan
kebenaran secara bersamaan,yaitu selalu memandang segala sesuatu

secara

mendua, seperti agama dan politik, ilmu dan agama, jiwa dan raga, dan lain
sebagainya.Inilah pemikiran-pemikiran barat yang jelas ingin memporakporandakan ummat Islam di seluruh penghujung dunia ini.
Tidak cukup dengan itu,bahkan juga memisahkan agama dari unsur-unsur
yang lainnya.Akibatnya, yang menentukan apakah sesuatu yang benar atau
tidak,baik atau buruk dan seterusnya adalah manusia.Bahkan agama tidak lagi
menjadi ukuran dan dasar dari cara pandang terhadap segala sesuatu.
Akhir-akhir ini, masyarakat sangat resah karena pemelencengan ilmu

pengetahuan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.Orang-orang inilah
yang memiliki berbagai macam pemikiran yang sengaja memadukannya dengan
budaya Barat untuk mengikis sedikit demin sedikit keimanan dalam diri setiap
umat Islam. Banyak dari masyarakat Indonesia sendiri yang mengeluh karena
mendapatkan pengetahuan-pengetahuan yang tidak sesuai dengan agama, atau
yang biasa kita sebut dengan sekularisasi ilmu. Disinilah orang-orang Barat mulai
merealisasikan pemikiran-pemikiran kontemporer mereka, bahkan sekarang sudah
terang-terangan dalam penyebarannya.
Sekulerisasi ilmu juga melahirkan kesalahan yang sangat fatal. Misalnya, yang
dituntut mampu membaca dan memahami Alquran, hanya mereka yang belajar di
pesantren atau kampus Islam. Mereka yang belajar di luar kedua lembaga pendidikan itu,
tidak ada urusan dengan bisa atau tidak membaca dan memahami Alquran. Bahkan sama
sekali awam soal agama dan ibadah, juga tidak menjadi soal.Karena agama dan ibadah
itu

bukan

bidang

kajian


mereka.

Jelaslah, ilmu hendak dilepaskan sama sekali dari agama. Mempelajari ilmu hanya untuk
ilmu itu sendiri.

Padahal ,tidak ada satu urusan di dunia ini yang boleh dilepaskan dari agama.
Jika agama tidak menjadi pondasi tegaknya segala sendi kehidupan, akibatnya ketinggian
ilmu seolah terus berpacu dengan maraknya berbagai kasus seperti kita lihat di negeri ini:
KKN, tawuran, narkoba, kekerasan, perselingkuhan, pelecehan seksual, dan kebejatan
moral lain.Akhlak tidak lagi menjadi hal yang penting dalam kehidupan para pelajar,
bahkan mereka telah jauh dari yang kita sebut sebagai akhlak al- karimah, atau akhlak,
budi pekerti mulia yang seharusnya menjadi pondasi dan pijakan bagi seluruh generasi
muda di Indonesia ini.Akhlak bukan hal utama lagi.
Buktinya,ketika salah seorang murid ditanya tentang cita-citanya spontan ia
menjawab“Besok kalo udah besar, saya ingin menjadi ahli ilmu agama”. Itulah jawaban
seorang murid ketika ditanya tentang cita-citanya kelak. Jawaban demikian boleh jadi
lumrah belaka. Tetapi jika dicermati, segera terasa pandangan terhadap ilmu yang perlu
dikaji kembali, yaitu munculnya istilah ilmu agama menandakan seolah ada ilmu nonagama.
Anggapan selanjutnya, biasanya bahwa belajar ilmu agama itu berpahala,

sedangkan belajar ilmu non agama tidak akan berpahala.Semestinya tidak ada istilah ilmu
agama.Agama bukan ilmu,tapi melainkan ilmu adalah bagian dari agama.Agama yang
melahirkan ilmu.Dan setiap ilmu harus ditegakkan di atas pondasi agama.Semestinya
tidak ada istilah ilmu agama. Agama bukan ilmu, melainkan ilmu adalah bagian dari
agama.
Surah Al-Mujadilah ayat 11 tegas menyatakan bahwa ilmu harus diawali dengan
iman yang artinya:
“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kamu
beberapaderajat.”
tetapi sebagian orang menganggap bahwa ilmu agama sebatas ilmu pelajaran fiqh, tauhid,
aqidah, tasawuf,tarikh, akhlak, bahasa arab, dan pelajaran lainya seperti Ilmu geografi,
ekonomi, psikologi, filsafat, sastra, biologi, fisika, matematika, kimia, dan sejenisnya
dipandang sebagai bukan ilmu agama, atau bahkan tidak ada kaitannya dengan agama
Dari penjabaran-penjabaran diatas menunjukkan sekulerisasi ilmu yang muncul
dengan pemikiran-pemikiran kontemporer di dalamnya dan juga sebagai pendamping
didalamnya kini telah sampai dimasa kita saat ini. Seperti yang telah kita ketahui, Islam
memandang ilmu secara utuh dan menyatu. Umat Islam dianjurkan untuk menuntut ilmu.

Dan Allah akan mengangkat derajat orang-orang berilmu tanpa dibedakan jenis ilmunya.
Yang penting ilmu tersebut harus tegak di atas keimanan.


Hal ini tentunya menciptakan sebuah pertanyaan yang muncul dari fikiran
kita, bagaimana pemikiran-pemikiran Barat itu sendiri sampai dapat mengakar di
Negara kita ini? Mengapa sampai terjai sekularisme? Dan mengapa semua itu bisa
terjadi? semua itu tidak lain karena ilmu yang dimiliki dan juga dikembangkan
oleh umat Islam saat ini telah berada dibawah kekuasaan ilmu pengetahuan Barat
yang sekuler serta pemikiran yang sekuler pula.Maka dari itu ilmu pengetahuan
kontemporer yang sudah ditangan orang Islam harus di-Islamkan.
Disini kita juga harus mengerti arti dari islamisasi itu sendiri, khususnya
dalam bidang ilmu pengetahuan.seperti pendapat Abu Sulayman yang mencoba
mendefinisikan Islamisasi sebagai keinginan untuk menata ulang ilmu
pengetahuan, kultur dan beradaban, guna mengendalikan pergerakan Islam dan
karakter ummat islam untuk merencanakan dakwah-dakwah.
Secara eksplisit, Al-Attas memberikan sebuah definisi mengenai Islamisasi
sebagai pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-sosial
(yang bertentangan dengan Islam) dan dari belenggu faham sekuler terhadap
pikiran dan bahasa. Mengingat tentang penjelasan sebelumnya mengenai
pengaruh sekularisasi, maka definisi yang diajukan al-Attas ini secara praktis
dianggap sangat jelas dan tegas. Karena, ia menjabarkan bagaimana proses
dewesternisasi seharusnya berlangsung.

Hal ini berarti, kegiatan apapun yang mencakup proses pengeliminasian
hal-hal sekular yang secara spontan datang dari worldview seorang muslim, sudah
dapat dikatakan sebagai sebuah proses Islamisasi.
Oleh karena itu, islamisasi ilmu pengetahuan masa kini sangatlah
penting.Maksudnya adalah,apa yang perlu dan harus di islamkan adalah
pandangan dunia umat Islam yang sekarang telah terkontaminasi oleh ideologiideologi bentukan worldview Barat.Adapun predikat kata “masa kini atau
kontemporer”digunakan,disebabkan ilmu pengetahuan yang diperoleh Islam pada
zaman dahulu,yaitu dari Yunani dan India telah terislamkan.sedangkan keilmuwan

yang hadir pada masa kejayaan Barat inilah yang bermasalah dan jelas sangat
menyimpang sehingga perlu untuk diislamkan.
Selain itu, kewajiban kita adalah untuk selalu menanamkan akhlak dalam
diri kita masing-masing, sehingga menjadi pondasi dan pijakan untuk melangkah
kapan dan kemanapun.Karena jika kita sudah memiliki akhlak yang mulia, maka
kita

tidak

akan


terpengaruh

oleh

pemikiran-pemikiran

Barat

yang

memelencengkan, bahkan menyesatkan.Tidak cukup sampai disitu, namun juga
mempersiapkan diri untu menjadi seorang pendidik yang tidak hanya peduli
dengan pendidikan tapi juga selalu peduli terhadap pendidikan akhlak atau budi
pekerti.Terutama pendidik bagi anak-anak kita yang akan menjadi generasi yang
diharapkan dan dibanggakan Bangsa dan Negara I tahun-tahun dan masa yang
akan datang.
Nama: Nimas Wahyu Mahardika
TTL: Pacitan,12 Agustus 1996
Asal: Pacitan
Asal Kampus: UNIDA PUTRI

Fakultas: Tarbiyah
Program Studi: Pendidikan Bahasa Arab