HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE DARAH PETANI (Studi Pada Petani Penyemprot Hama Padi dan Petani Penyemprot Hama Sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod Kabupaten Tabanan dan Buleleng Propinsi

  SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE DARAH PETANI

  (Studi Pada Petani Penyemprot Hama Padi dan Petani Penyemprot Hama

  Sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod Kabupaten Tabanan dan Buleleng Propinsi Bali) Oleh NI NYOMAN KARIANI NIM 100431561 UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2006

i

  PENGESAHAN

  Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

  Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) Pada tanggal 6 Juli 2006

  Mengesahkan Universitas Airlangga

  Fakultas Kesehatan Masyarakat Dekan,

  Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr., M.OH., SpOk NIP.130517177

  Tim Penguji:

  1. Meirina Ernawati, drh., M.Kes

  2. Lucia Yovita Hendrati, S.KM., M.Kes 3. A. Siswanto, dr.

  ii

  SKRIPSI

  Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

  Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat

  Universitas Airlangga Oleh

  NI NYOMAN KARIANI NIM 100431561 Surabaya, Juli 2006 Mengetahui : Menyetujui Ketua Bagian Pembimbing Dr. Chatarina U.W., dr., M.S., M.PH Lucia Yovita Hendrati, S.KM., M.Kes NIP.131290054 NIP. 132129144

  iii

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga dapat terselesainya skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE DARAH PETANI (Studi Pada Petani Penyemprot Hama Padi dan Petani Penyemprot Hama Sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng Propinsi Bali).

  Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Lucia Yovita Hendrati, S.KM., M.Kes., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran hingga terwujudnya skripsi ini.

  Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan pula kepada yang terhormat:

  1. Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr., M.OH., SpOk, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.

2. Dr. Chatarina U.W., dr., M.S., M.PH., selaku Ketua Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

  3. Semua Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga minat Epidemiologi Lapangan yang telah memberikan bekal studi sehingga menjadi acuan dalam penulisan skripsi ini.

  4. Dr. Dewa Ketut Oka, selaku Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali yang telah memberikan kesempatan serta dukungan dana kepada kami untuk melanjutkan studi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.

  5. Suami tercinta I Dewa Made Suwena serta Nanda Ayu & Krisna tersayang yang menunggu dengan sabar dan setia serta memberikan dukungan secara moril maupun materiil dalam mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.

  iv

  6. Rekan-rekan Mahasiswa seperjuangan khususnya konsentrasi Epidemiologi Lapangan Universitas Airlangga yang memberikan masukan maupun saran dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

  7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

  Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan pahala atas semua swadarma yang telah diberikan dan selalu memberikan jalan yang terang dan terbaik bagi kita semua. Semoga skripsi ini berguna, baik bagi diri kami sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.

  .

  Surabaya, Juli 2006

  v

  ABSTRACT

  Pesticides are poisons which are hazardous and even very hazardous to human health. There fore, the safe use of pesticides should be given priority. A report of WHO indicated that 500.000-1.000.000 persons (all over the world) had been poisoned/intoxicated with pesticides, and approximately 5000-10.000 persons per year had fatal effect. In 1999, cases of pesticides acute poisoning were found in 41,43 % of farmers in Bali and Java provinces. Cholinesterase activity is affected by factors such as toxicity, duration of exposure, concentration, individual response, health status, and nutritional status.

  The purposes of this study were to study and analyze associates between duration of exposure, knowledge, behavior and cholinesterase activity. This was an observational analytical study with cross sectional approach. The samples of this study were 77 farmers spraying pesticide on paddy and vegetable farms in Kerobokan and Sari Kelod villages. Independent variable include duration of exposure, knowledge and behavior, whereas the dependent variable was cholinesterase activity. The association between these two variables were tested by Chi-Square test ( α = 0,05) and Logistic Regression test.

  The result of this study indicated that the majority of respondents (68,8%) had normal cholinesterase activity. There were significant association between duration of exposure (p<0,005; OR = 15,845), working hours ( 4 hours per day) ( p<0,05; OR = 24,691), (3 hours per day) (p<0,05; OR= 27,021), knowledge (p<0,05; OR=6,152), behavior (p<0,05; OR=23,294), and cholinesterase activity.

  Based on the results of this study, it can be summarized that duration of exposure, knowledge, and behavior are significantly associated with

  cholinesterase activity. It is recommended that the Public Health Center in

  Kerobokan and Sari Kelod villages provide information/MSDS and training on the hazards of pesticides as well as their preventive measures.

  Key word: cholinesterase activity, farmers, pesticides.

  

vi

  ABSTRAK

  Pestisida adalah racun yang sangat berbahaya bagi manusia, karenanya faktor keamanan dalam pemakaian pestisida perlu mendapat prioritas. Data dari WHO menunjukkan 500.000 hingga 1.000.000 orang per tahun di seluruh dunia telah mengalami keracunan pestisida. Sekitar 5.000-10.000 orang per tahun diantaranya mengalami dampak yang sangat fatal. Kasus keracunan akut di Propinsi Bali dan Jawa untuk petani mencapai 41,43% (1988). Aktivitas

  cholinesterase dipengaruhi oleh faktor-faktor: tingkat bahaya suatu zat kimia,

  lama pemaparan, konsentrasi, respon individu, seringnya petani mengikuti pertemuan teknis dibidang pertanian, kondisi anemia, status gizi, tingkat kesehatan

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis lama pemaparan, pengetahuan serta perilaku dihubungkan dengan aktivitas

  cholinesterase .

  Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah bagian dari petani penyemprot hama padi dan bagian dari petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod. Variabel bebas adalah lama pemaparan, pengetahuan dan perilaku sedangkan variabel terikat adalah aktivitas cholinesterase. Uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan

  α = 0,05 dan Regresi Logistic

  Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar responden yaitu (68,8%) memiliki aktivitas cholinesterase normal. Ada hubungan antara aktivitas

  cholinesterase dengan lama pemaparan (p< 0,05; OR=15,845), lama menyemprot

  4 jam/hari (p<0,05; OR=24,691), lama menyemprot 3 jam/hari (p<0,05; OR=27,021) dengan pengetahuan (p <0,05; OR = 6,152), perilaku (p<0,05; OR=23,294).

  Kesimpulan dari penelitian ini adalah lama pemaparan, pengetahuan dan perilaku ada hubungannya dengan aktivitas cholinesterase darah. Disarankan Puskesmas yang mewilayahi Dusun Kerobokan dan Sari Kelod mengadakan penyuluhan tentang bahaya pestisida dan upaya meminimalkan dampak pestisida terhadap kesehatan.

  Kata kunci: Aktivitas cholinesterase, petani, pestisida

  vii

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. iii KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv ABSTRACT .............................................................................................................. vi ABSTRAK ................................................................................................................. vii DAFTAR ISI.............................................................................................................viii DAFTAR TABEL...................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiii DAFTAR SINGKATAN ...........................................................................................xiv

  BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 I.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1 I.2. Identifikasi Masalah............................................................................. 5 I.3. Pembatasan Masalah............................................................................. 6 I.4. Perumusan Masalah ............................................................................. 7 BAB II TUJUAN DAN MANFAAT......................................................................... 8 II.1. Tujuan Umum ....................................................................................... 8 II. 2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 8 II. 3. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9 BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 10 III.1. Pengertian Pestisida............................................................................ 10 III.2. Penggolongan Pestisida ..................................................................... 11 III.3. Karakteristik pestisida ........................................................................ 13 III.4. Cara Kerja Racun Pestisida ................................................................ 16 III.5. Bahaya Pestisida Terhadap Kesehatan ............................................... 18 III.6. Cholinesterase .................................................................................... 25 III.7. Faktor – faktor Yang Dapat Mempengaruhi Aktivitas Cholinesterase .................................................................................. 26 III.8. Penjamah Pestisida ............................................................................ 32 III.9. Pengamanan Penggunaan Pestisidai …………….............................. 32 III.10 Cara Pencegahan dan Pertolongan Pertama Kecelakaan ................... 35 III.11. Upaya Kesehatan Kerja ...................................................................... 37 BAB IV KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS............................................... 40 IV.1. Kerangka Konseptual ........................................................................ 40 IV.2. Hipotesis ............................................................................................. 41 BAB V METODE PENELITIAN ............................................................................. 43 V.1. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian................................................ 43 V.2. Populasi Penelitian ............................................................................. 43 V.3. Sampel , Besar Sampel, Cara Penentuan Sampel dan Cara Pengambilan Sampel........................................................... 44

  viii

  V.4. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 46

  V.5. Variabel Cara Pengukuran dan Definisi Operasional........................ 46

  V.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ......................................... 49

  V.7. Teknik Analisa Data ........................................................................... 50

  BAB VI. HASIL PENELITIAN ............................................................................... 51 VI.1. Gambaran Umum ............................................................................... 51 VI.2. Karakteristik, Lama Pemaparan, Pengetahuan dan Perilaku Petani Penyemprot Hama ................................................................... 54 VI.3. Aktivitas Cholinesterase Menurut Jenis Petani.................................. 59 VI.4. Hubungan Lama Pemaparan Dengan Aktivitas Cholinesterase ....... 60 VI.5. Hubungan Pengetahuan Dengan Aktivitas Cholinesterase ............. 62 VI.6. Hubungan Perilaku Dengan Aktivitas Cholinesterase ....................... 64 BAB VII. PEMBAHASAN ...................................................................................... 67 VII.1. Gambaran Umum ............................................................................... 67 VII.2. Karakteristik, Lama Pemaparan, Pengetahuan dan Perilaku Petani Penyemprot Hama ................................................................... 67 VII.3. Aktivitas Cholinesterase Menurut Jenis Petani ................................ 70 VII.4. Hubungan Lama Pemaparan Dengan Aktivitas Cholinesterase......... 73 VII.5. Hubungan Pengetahuan Dengan Aktivitas Cholinesterase .............. 75 VII.6. Hubungan Perilaku Dengan Aktivitas Cholinesterase ....................... 77 BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 81 VIII.1. Kesimpulan......................................................................................... 81 VIII.2. Saran – saran ...................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 84

  

ix

  DAFTAR TABEL Nomor Judul Tabel Halaman V.1. Difinisi Operasional dan Cara Pengukuran......................................

  46 VI.1. Batas-batas wilayah Desa Mekarsari dan Pancasari, tahun 2005 .....

  51 VI.2 Luas wilayah Desa Mekarsari dan Desa Pancasari tahun 2005.........

  52 . VI.3. Keadaan geografis Desa Mekarsari dan Desa Pancasari tahun 2005 .

  52 VI.4. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Mekarsari dan Desa Pancasari...................................................................................

  53 . VI.5. Distribusi penduduk berdasarkan golongan umur di Desa Mekarsari dan Desa Pancasari 2005 ..................................................

  53 VI.6. Jenis pestisida yang dipergunakan oleh petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006 ...................................

  54 VI.7. Distribusi frekuensi umur petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  55 VI.8 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  56 VI.9. Distribusi frekuensi masa kerja petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  56 VI.10. Distribusi frekuensi lama menyemprot petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  57 VI.11. Distribusi frekuensi menyemprot petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  58 VI.12 Distribusi frekuensi petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  58

  x

  Nomor Judul Tabel Halaman

  VI.13 Distribusi frekuensi perilaku petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  59 VI.14. Hubungan aktivitas cholinesterase dengan jenis petani di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006....................

  60 VI.15. Hubungan masa kerja dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  60 VI.16. Hubungan lama menyemprot dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  61 VI.17. Hubungan frekuensi menyemprot dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  62 VI.18. Faktor-faktor pengetahuan petani penyemprot hama dihubungkan dengan aktivitas cholinesterase di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  63 VI.19. Hubungan pengetahuan dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  64 VI.20. Faktor-faktor perilaku petani penyemprot hama dihubungkan dengan aktivitas cholinesterase di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  64 VI.21 Hubungan perilaku dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  65 VI.22. Rekapan hasil analisis antara lama pemaparan pengetahuan dan perilaku petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006......................................................

  66 VII.1 Penelitian pembanding berdasarkan variabel pengetahuan tentang Pestisida tahun 2006 ..........................................................................

  76 VII.2. Penelitian pembanding berdasarkan variabel perilaku dalam penanganan pestisida tahun 2006 .......................................................

  78

  xi

  DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Halaman

  III..1. Reaksi Cholinesterase………………………………………………..26

  IV.1. Kerangka Konseptual penelitian…………………………………. 40

  xii

  

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. Hasil pemeriksaan aktivitas cholinesterase darah petani

  Penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod Tahun 2006.

  2. Rekapan hasil penelitian petani penyemprot hama padi dan penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006.

  3. Hubungan jenis petani dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006.

  4. Hubungan lama pemaparan dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006.

  5. Hubungan pengetahuan dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006.

  6. Hubungan perilaku dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006.

  7. Pedoman wawancara penelitian hubungan lama pemaparan pengetahuan dan perilaku dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006.

  8. Peta Desa Mekarsari dan Desa Pancasari.

  

xiii

DAFTAR ARTI LAMBANG SINGKATAN DAN ISTILAH

  Daftar Arti Lambang % = persen

  = Lebih besar sama dengan ≥ > = Lebih dari < = Kurang dari Daftar Singkatan Menkes = Menteri Kesehatan PPM & PLP = Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman APD = Alat Pelindung Diri WIB = Waktu Indonesia Bagian Barat WHO = World Health Organization

  ILO = International Labour Organization Dep.Kes.RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia DDT = Dichloro Difenil Trichloretan Kg = Kilogram LD 50 = Lethal Dose 50 LC 50 = Lethal Concentration 50 CHP = Chlorinated Hydrocarbon Pesticides SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas PHT = Pengendalian Hama Terpadu BPTP = Balai Proteksi Tanaman Pangan OPT = Organisme Pengganggu Tanaman SGOT = Serum Glutamic Oksaloacetic Transaminase SGPT = Serum Glutamic Pyruvic Transaminase LDH = Laktic Dehydrogenase

  ISDP = Integrated Swamp Development Project

  xiv

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangun kesehatan diselenggarakan berasaskan perikemanusiaan

  yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata. Perikehidupan dalam keseimbangan, serta kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri. Menurut Undang- undang no 23 tahun 1992 upaya kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dalam pembangunan kesehatan tersebut dihadapkan pada beban ganda yaitu masalah “tradisional” yang berhubungan dengan penyakit menular dan masalah kesehatan “modern” yang berhubungan dengan dampak negatif pembangunan yang dewasa ini di dominasi oleh penyakit-penyakit yang berhubungan dengan lingkungan. Salah satu masalah tersebut adalah gangguan terhadap kesehatan manusia yang diakibatkan oleh pengelolaan pestisida yang kurang tepat, karenanya faktor keamanan dalam pemakaian pestisida perlu mendapatkan prioritas. Sangat disayangkan, di Indonesia kesadaran akan keselamatan kerja bagi pengguna pestisida masih sangat rendah, barangkali hal ini disebabkan dampak keracunan pestisida baru akan terlihat dalam jangka panjang. Data yang dikumpulkan WHO menunjukkan 500.000 hingga 1.000.000 orang per

  1 tahun di seluruh dunia telah mengalami keracunan pestisida. Sekitar 5.000- 10.000 orang per tahun diantaranya mengalami dampak yang sangat fatal, seperti kanker, cacat, kemandulan, dan liver. Pesticide Action Network (PAN) melaporkan bahwa seluruh pekerja wanita pada sebuah perkebunan di Malaysia telah mengidap penyakit kulit akibat sering bersentuhan dengan pestisida (Novizan, 2002).

  Pemakaian pestisida selama musim tanam untuk tanaman padi selama 3 tahun (2002-2005) cenderung menurun yaitu pada tahun 2003 sebanyak 5.837,65 kg/liter, tahun 2004 sebanyak 4.913,22 kg/liter, dan pada tahun 2005 sebanyak 4.590,85 kg/liter. Pemakaian pestisida untuk tanaman sayuran cenderung berfluktuasi dan meningkat tajam yaitu pada tahun 2003 sebanyak 251.00kg/.liter, pada tahun 2004 sebanyak 196 kg/liter dan tahun 2005 sebanyak 586,90 kg/liter (BPTP, 2005).

  Daerah penyebaran penggunaan pestisida semakin meningkat. Penggunaan pestisida tersebut pada umumnya dapat memberikan manfaat serta dukungan terhadap keberhasilan pembangunan dibidang pertanian, kehutanan, perkebunan dan kesehatan masyarakat. Disisi lain penggunaan pestisida yang salah dapat berakibat buruk terhadap manusia dan lingkungan.

  Karena itu pengelolaan pestisida harus aman sehingga dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungannya dapat diminimalkan.

  Untuk mengatur pengelolaan pestisida yang memenuhi persyaratan kesehatan, pemerintah telah menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1350/Menkes/SK/XII/2001 tentang pengelolaan pestisida (Depkes, 2003)

  Salah satu sasaran pengamanan pestisida adalah petani diantaranya petani padi dan petani sayuran. Peranan petani padi dalam menghasilkan padi sedemikian besar peranannya, karena hampir 70% kalori dan protein berasal dari biji-bijian yang terpenting adalah padi, karena sekitar 55% kalori dan 50% protein berasal dari padi. Demikian pentingnya peranan beras sebagai sumber pangan, menyebabkan upaya-upaya untuk meningkatkan produksi beras terus dikembangkan. Teknologi pengembangan produksi dilakukan melalui pengairan, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk dan pestisida, sehingga pestisida telah menjadi tumpuan dan harapan bagi tiap usaha pengendalian tanaman (Alit, 2003). Menurut pengalaman Arijaya yang diperoleh dari hasil wawancara menyatakan dalam pertumbuhan sampai memanen padi intensitas penyemprotan bisa mencapai 4-10 kali tiap musim panen di dalam satu produksi.

  Tanaman sayuran sebagai bahan kelengkapan makanan pokok nasi, besar sekali manfaatnya baik sebagai sumber gizi maupun untuk menambah selera makan. Dalam pertumbuhan sampai mendapatkan hasil sayuran kobis intensitas penyemprotan bisa mencapai 20-30 kali tiap musim panen di dalam satu produksi. Pada dosis tertentu penumpukan pestisida di dalam tubuh amat berbahaya bagi kesehatan sebab bahan kimia penyusun pestisida adalah racun.. Dalam jangka panjang akumulasi bahan kimia tersebut akan menyebabkan kanker dan janin yang cacat (www.geogle.5-9- 2005). Suatu ilustrasi dapat digambarkan dalam kasus proyek pengembangan rawa terpadu Integrated Swamp Development Project (ISDP) menyebutkan

  92% dari petani di Sumatra dan Kalimantan yang tergabung dalam proyek

  ISDP melaporkan bahwa mereka mengalami pusing, mual, muntah-muntah, pandangan mata kabur, ruam, gatal-gatal kulit, tenggorokan seperti terbakar, nyeri dada, gemetar, dan sulit bernafas setelah menggunakan pestisida ( 5-9-2005). Kasus keracunan akut di Jawa dan Bali untuk petani mencapai 41,43% (Soeprapto,1999). Hasil penelitian terhadap petani penyemprot hama sayuran di Bali, dari 22 orang yang diperiksa 5 orang (22,73%) keracunan ringan dengan aktivitas cholinesterase darah 62,5% (Tambun, 2001).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi keracunan akibat pestisida, adalah tingkat bahaya suatu zat kimia, dosis (kadar dan lama paparan) dan respon individu. Berdasarkan hasil percobaan lapangan Achmadi terhadap petani, hasilnya menunjukkan penggunan pestisida jenis organofosfat selama 1 jam dengan takaran yang seragam memperoleh hasil bahwa hal-hal yang berhubungan dengan keracunan pestisida adalah umur petani, penggunaan baju lengan panjang dan celana panjang (lebih tertutup). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi aktivitas cholinesterase adalah seringnya petani mengikuti pertemuan teknis dibidang pertanian, kondisi anemia, status gizi, tingkat infeksi kronis (Depkes, 1994), konsentrasi dan lama pemaparan dengan pestisida mempengaruhi tingkat keracunan (Siswanto, 1991) serta faktor lingkungan suhu (Siswanto, 1988).

  Penggunakan alat pelindung diri pada petani penyemprot hama akan mempengaruhi tingkat pemaparan dengan pestisida yang berarti menghalangi terabsorpsinya pestisida tersebut ke dalam tubuh.

  Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka perlu diadakan pengkajian lebih mendalam mengenai hubungan antara lama pemaparan, pengetahuan, dan perilaku petani penyemprot hama padi maupun petani penyemprot hama sayuran terhadap aktivitas cholinesterase.

I.2. Identifikasi Masalah

  Dusun Kerobokan merupakan salah satu sentral petani padi di Desa Mekarsari, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, sedangkan Dusun Sari Kelod merupakan sentral petani sayuran di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Jumlah petani padi di Desa Mekarsari sebanyak1.794 orang (45%) dari 3.982 orang, sedangkan jumlah petani sayuran di Desa Pancasari 1.263 orang (40 %) orang dari 3.179 orang. Bertani padi merupakan salah satu mata pencaharian pokok Dusun Kerobokan sedangkan bertanam sayuran merupakan salah satu mata pencaharian pokok Dusun Sari Kelod. Hasil sayuran dijual ke Pasar Pancasari, Pasar Candikuning dan Pasar Baturiti. Dalam proses menghasilkan produksi, petani padi maupun petani sayuran hampir selalu berhubungan dengan pestisida, sehingga kemungkinan besar petani padi maupun petani sayuran mengalami keracunan pestisida.

  Hasil penelitian terhadap petani penyemprot hama sayuran di Bali, dari 22 orang yang diperiksa 5 orang (22,73%) keracunan ringan dengan aktivitas cholinesterase darah 62,5% (Tambun, 2001).

  Melihat perilaku petani padi maupun petani sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod dalam menyemprot tanaman menggunakan pestisida, mengganggap bahwa pekerjaan menyemprot merupakan pekerjaan rutin yang sudah lama ditekuni dan seolah-olah tidak mendapatkan bahaya, hal ini dapat diamati perilaku petani tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap saat menyemprot maupun saat pencampuran pestisida. Dari keadaan tersebut peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian tentang lamanya pemaparan, pengetahuan serta perilaku petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran terhadap pestisida, dihubungkan dengan aktivitas cholinesterase darah kedua kelompok petani tersebut.

  I.3. Pembatasan Masalah

  Dalam hal ini peneliti hanya membatasi pada faktor karakteristik (umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan), lamanya pemaparan (masa kerja, lama menyemprot, frekuensi menyemprot), pengetahuan (jenis pestisida, takaran, jenis APD, arah penyemprotan, penyimpanan pestisida, jalan masuk pestisida, kepedulian terhadap orang lain terhadap pestisida) perilaku (konsentrasi pestisida, kebiasaaan memakai alat pelindung diri saat menyemprot dan saat pencampuran, kebiasaan merokok, makan, minum saat menyemprot, kebiasaan mandi dengan sabun setelah menyemprot, gejala keracunan pestisida yang pernah dialami) pada petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran.

  I.4. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

  1.Apakah ada hubungan antara lama pemaparan dengan aktivitas

  cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan

  Dusun Sari Kelod?

  2. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan di Dusun Sari Kelod ?.

  3. Apakah ada hubungan antara perilaku dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan di Dusun Sari Kelod ?.

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT II.1. Tujuan Penelitian

   1. Tujuan Umum

  Mempelajari hubungan antara lama pemaparan, pengetahuan dan perilaku dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan, Desa Mekarsari, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan dan di Dusun Sari Kelod, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali.

   2. Tujuan Khusus

  a. Mengkaji karakteristik, lama pemaparan pestisida, pengetahuan dan perilaku pada petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan di Dusun Sari Kelod.

  b. Mengukur darah responden untuk mengetahui aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama serta menganalisis menurut jenis petani di Dusun Kerobokan dan di Dusun Sari Kelod.

  c.

  Menganalisis hubungan antara lama pemaparan dengan aktivitas

  cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod.

  d.

  Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan aktivitas

  cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod.

  8 e. Menganalisis hubungan antara perilaku dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod.

II.2.Manfaat Penelitian 1.

  Bagi petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan di Dusun Sari Kelod sebagai bahan masukan dalam usaha meminimalkan dampak negatif dari pestisida khususnya dampak bagi kesehatan.

  2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan dan Buleleng melalui Dinas Kesehatan Kabupaten, sebagai masukan dalam rangka mengevaluasi, merencanakan, mengembangkan program pembinaan dan pengawasan bagi petani, khususnya petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan di Dusun sari Kelod.

  3. Bagi Fakultas dan peneliti sebagai kajian penelitian dalam rangka mengembangkan keilmuan dibidang Epidemiologi terutama aktivitas

  cholinesterase melalui pemeriksaan darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan di Dusun Sari Kelod.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA III.1. Pengertian Pestisida Pestisida adalah bahan beracun dan berbahaya yang bila tidak

  dikelola dengan bijaksana dapat menimbulkan dampak negatif, yang akhirnya secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia (Depkes, 1994). Upaya pengamanan pestisida ditujukan untuk mencegah dan menanggulangi dampak negatif pengelolaan pestisida terhadap kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan melalui usaha-usaha pengawasan terhadap tempat pengelolaan pestisida dan pengendalian terhadap pencemaran dan keracunan pestisida (Depkes, 1986).

  Menurut Mukono (2000) secara harfiah pestisida berarti “pest

  killing agent ” atau bahan pembunuh hama. Kemudian batasan operasional

  pestisida berkembang menjadi “semua bahan yang digunakan untuk membunuh, mencegah, mengusir, mengubah hama dan atau bahan yang digunakan untuk merangsang, mengatur dan mengendalikan tumbuhan”.

  Menurut Depkes (2003) yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk :

  1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian –bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.

  2. Memberantas rerumputan.

  10

  3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan, mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk.

  4. Memberantas atau mencegah hama–hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak.

  5. Memberantas atau mencegah hama-hama air.

  6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.

  7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

III.2. Penggolongan Pestisida

  Pestisida sebagai sarana untuk mengendalikan jasad pengganggu dapat digolongkan dalam berbagai cara sesuai peruntukannya yaitu: berdasarkan sifat kimia, formulasi, jasad pengganggu sasaran (hama, penyebab penyakit, gulma dan vector penyakit), zat pengatur tubuh dan defolian (peluruh daun).

1. Penggolongan Berdasarkan Jenis Sasaran Hama

  Menurut Mukono (2000) penggolongan pestisida berdasarkan jenis sasaran hama adalah Rodentisida (racun binatang mengerat), Insektisida, Herbisida, Fungisida dan Bakterisida, Nematisida, Zat pengatur tumbuh, Defolian. a. Rodentisida Terdapat lima senyawa anorganik yang digunakan sebagai racun tikus yaitu seng fosfida, arsen trioksida, kalium fosfat, forforus dan barium karbonat. Dua bentuk senyawa fosforus yaitu yang berwarna merah tidak berbahaya, sedangkan yang berwarna kuning atau putih dapat merusak hati, ginjal, jantung dan juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan tubuh secara cepat sehingga sangat berbahaya bagi manusia.

  b. Insektisida Insektisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga. Senyawa insektisida terdiri dari beberapa golongan berdasarkan susunan rumus bangunnya, diantaranya adalah organoklorin, organofosfat dan karbamat.

  c. Herbisida Herbisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi gulma (tanaman pengganggu).

  d. Fungisida dan Bakterisida Adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan jamur patogen, tetapi senyawa ini juga dapat digunakan untuk mengendalikan bakteri dan kuman lain pada tanaman.

  e. Nematisida Berdasarkan cara penggunaan nematisida dapat dibagi dalam dua golongan yaitu yang penggunaannya sebagai fumigan dan yang bukan fumigan. Fumigan merupakan cara pengendalian yang mula-mula digunakan untuk membasmi cacing tanah dan jasad pengganggu lain yang berada dalam tanah.

  f. Zat pengatur tumbuh Meskipun senyawa ini bukan merupakan pestisida dalam arti yang sebenarnya, tetapi karena senyawa ini digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman serta mengatur pembuahan, maka dapat juga digolongkan ke dalam pestisida.

  g. Defolian Defolian adalah senyawa peluruh daun yang mempunyai sifat dapat mempercepat luruhnya daun tumbuhan seperi pada kapas, kedelai, anggur atau tomat sehingga memudahkan untuk pemanenan hasil.

III.3. Karakteristik Pestisida

  Menurut Novizan (2002) dalam menentukan jenis pestisida yang tepat, perlu diketahui karakteristik pestisida, yang meliputi efektivitas, selektivitas, fitotoksisitas, residu, persistensi, Lethal Dose (LD 50) dan kompatabilitas.

   1. Efektivitas

  Merupakan daya bunuh pestisida terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT). Pestisida yang bagus seharusnya memiliki daya bunuh yang cukup untuk mengendalikan OPT dengan dosis yang tidak terlalu tinggi, sehingga memperkecil dampak buruknya terhadap lingkungan.

   2. Selektivitas

  Selektivitas sering disebut dengan istilah spektrum pengendalian, merupakan kemampuan pestisida membunuh beberapa jenis organisme. Pestisida yang disarankan dalam program pengendalian hama tanaman (PHT) adalah pestisida yang bersifat selektif atau berspektrum sempit.

  Berarti pestisida tersebut hanya membunuh OPT sasaran dan tidak berbahaya untuk organisme lain dan aman bagi musuh alami OPT.

   3. Fitotoksisitas

  Fitotoksisitas merupakan suatu sifat yang menunjukkan potensi pestisida untuk menimbulkan efek keracunan bagi tanaman yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal setelah aplikasi pestisida. Pestisida yang sebaiknya digunakan adalah pestisida dengan fitotoksisitas yang rendah.

  Beberapa jenis pestisida jika diaplikasikan dengan cara yang tidak tepat akan merusak tanaman. Penyemprotan fungisida pada saat suhu udara sangat panas akan menyebabkan daun tanaman menjadi kuning dan layu. Penyemprotan herbisida 2,4 D padi antara tanaman padi seharusnya tidak menimbulkan gulma yang tumbuh, kerusakan pada padi, jika menggunakan dosis dan konsentrasi yang disarankan pada labelnya.

   4. Residu

  Residu adalah racun yang tinggal pada tanaman setelah penyemprot hamaan yang akan bertahan sebagai racun sampai batas waktu tertentu.

  Jenis residu pestisida terlalu lama bertahan pada bagian tanaman yang disemprot akan berbahaya bagi manusia dan mahluk hidup lain, karena residu pestisida akan termakan oleh manusia saat megkonsumsi hasil pertanian. Jika racun pestisida terlalu cepat hilang dari bagian tanaman yang disemprot, pestisida akan kehilangan efektivitasnya dalam pengendalian OPT.

   5. Persistensi

  Persistensi adalah kemampuan pestisida bertahan dalam bentuk racun di dalam tanah. Pestisida yang mempunyai persistensi tinggi akan sangat berbahaya karena dapat meracuni lingkungan. Pestisida dengan bahan aktif eldrin dan dieldrin dapat bertahan di dalam tanah dan aktif dalam bentuk racun selama 10 tahun, karena itu jenis ini dilarang oleh pemerintah.

   6. Resistensi

  Resistensi merupakan kekebalan OPT terhadap aplikasi suatu jenis pestisida. Jenis pestisida yang mudah menyebabkan resistensi OPT sebaiknya tidak digunakan.

   7. LD 50 dan LC 50

  LD 50 berarti dosis yang dapat mematikan 50% dari jumlah mamalia percobaan (biasanya tikus). Program PHT menginginkan pestisida dengan LD 50 yang tinggi artinya hanya pada dosis yang sangat tinggi pestisida tersebut dapat mematikan mamalia. Dengan kata lain daya racunnya terhadap manusia dan binatang lain lebih rendah.

  Menurut Siswanto (1991) Lethal Concentration (LC 50) suatu zat adalah aktivitas atau konsentrasi (ppm) zat kimia tersebut dalam udara yang diharapkan dapat menyebabkan kematian pada 50 % binatang percobaan dari suatu group spesies yang tepapar (melalui inhalasi atau penghirupan) aktivitas tersebut pada waktu tertentu. Klasifikasi pestisida menurut WHO dapat dilihat pada tabel III.1. berikut: Tabel III.1. Klasifikasi pestisida menurut WHO LD 50 (mg/kg BB, tikus)

  Tingkat bahaya Oral Dermal Padat Cairan Padat Cairan

  IA =sangat bahaya <5 <20 <10 <40

  IB =bahaya tinggi 5-50 20-200 10-100 40-400

  II =bahaya sedang 50-500 200-2000 100-1.000 400-4000

  III =bahaya rendah >500 >2000 >1000 >4000

  Sumber: Siswanto, 1991

8. Kompatabilitas

  Kompatabilitas adalah kesesuaian suatu jenis pestisida untuk Informasi tentang jenis pestisida yang dapat dicampur dengan pestisida tertentu biasanya terdapat pada label di kemasan pestisida.

  III. 4. Cara Kerja Racun Pestisida Menurut Novizan (2002) cara kerja racun pestisida meliputi racun kontak, racun pernafasan, racun lambung, racun sistemik.

1. Racun Kontak

   Pestisida jenis ini akan bekerja dengan baik jika terkena atau kontak

  langsung dengan bagian tubuh OPT sasaran, sehingga sebaiknya dipakai untuk OPT yang berada di permukaan tanaman. Insektisida jenis ini tidak begitu efektif untuk mengendalikan OPT yang berpindah-pindah dan terbang, seperti belalang dan kumbang, kecuali jika serangga jenis ini hinggap pada tanaman yang masih menyimpan residu pestisida, sehingga terjadi kontak antara serangga dan insektisida. Insektisida jenis ini sangat efektif untuk mengendalikan serangga yang menetap seperti ulat, grapyak, kutu daun, dan semut, karena begitu disemprotkan, insektisida langsung menyentuh tubuh hama.

  Selain pada insektisida, cara kerja seperti ini dimiliki oleh fungisida dan herbisida. Herbisida racun kontak hanya mematikan bagian gulma yang terkena semprot, sehingga penyemprotan hama harus merata dan hanya cocok digunakan untuk gulma yang tidak berkembang biak melalui perakaran seperti gulma berdaun lebar.

   2. Racun Pernafasan

  Cara kerja racun pernafasan hanya dimiliki oleh insektisida dan rodentisida. Pestisida jenis ini dapat membunuh serangga jika terhirup melalui organ pernafasannya. Waktu aplikasinya menjadi penentu keberhasilan pengendalian dengan pestisida jenis ini.

  Jika pestisida ini disemprotkan bukan pada waktu puncak aktivitas hama, efektivitasnya akan berkurang. Racun pernafasan sering juga disebut fumigan dan sering digunakan untuk mengendalikan hama gudang. Fumigan juga dapat dipakai untuk melakukan sterilisasi tanah untuk mematikan hama yang ada di dalam tanah.

   3. Racun Lambung

  Racun yang terdapat di dalam pestisida ini baru bekerja jika bagian tanaman yang telah disemprotkan termakan oleh OPT, sehingga racun yang ada pada permukaan daun ikut terrmakan. Beberapa insektisida dan rodentisida bekerja dengan cara ini.

   4. Racun Sistemik

  Cara kerja seperti ini dapat dimiliki oleh insektisida, fungisida, dan herbisida. Racun sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan pada bagian tanaman akan terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun sehingga dapat membunuh OPT yang berada di dalam jaringan tanaman seperti jamur dan bakteri. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati setelah memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah disemprot. Bagian tanaman atau cairan tanaman menjadi racun lambung bagi serangga. Sehingga sangat tepat untuk mengendalikan serangga penggerek yang berada di dalam batang. Racun sistemik memiliki toksisitas yang lebih rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan yang lain. Sedangkan pada herbisida, jenis sistemik dapat mematikan bagian tanaman yang berada di atas dan di bawah permukaan tanah, sehingga sangat tepat untuk mengendalikan gulma yang menyebar melalui organ yang ada di bawah tanah, seperti teki dan alang-alang.

   5. Herbisida Purna-tumbuh dan Pra-tumbuh

  Pada herbisida dikenal kelompok herbisida purna-tumbuh (post

  emergence ) dan herbisida pra tumbuh (pre emergence). Herbisida purna

  tumbuh hanya dapat mematikan gulma yang telah tumbuh dan memiliki organ yang sempurna seperti akar, cabang dan daun. Sedangkan herbisida pra tumbuh mematikan biji gulma yang belum berkecambah.