Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Penyemprot pada Penggunaan Pestisida di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Tahun 2013

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI PENYEMPROT PADA PENGGUNAAN PESTISIDA DI DESA

SUGIHEN KECAMATAN DOLAT RAYAT TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH :

NIM. 091000071 FLORENTINA FLISIA SB

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI PENYEMPROT PADA PENGGUNAAN PESTISIDA DI DESA

SUGIHEN KECAMATAN DOLAT RAYAT TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 091000071 FLORENTINA FLISIA SB

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

Abstrak

Pestisida merupakan bahan kimia untuk memberantas hama tanaman. Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana dapat membahayakan kesehatan. Kabupaten Karo merupakan sentra pertanian yang petaninya banyak menggunakan pestisida.

Penelitian ini bersifat deskriptif dan bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan petani penyemprot pada penggunaan pestisida di Desa Sugihen, Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tahun 2013.

Hasil penelitian diperoleh pengetahuan respondenbahwa pestisida yang digunakan harus sesuai dengan sasaran (100%), insektisida berbeda dengan fungisida (86,7%), penyimpanan pestisida yang baik (96,7%), pencampuran pestisida di tempat terbuka (60%), waktu penyemprotan pestisida (100%), penggunaan APD (100%), dosis penggunaan pestisida (96,7%), pembuangan wadah pestisida (43,3%), pestisida membahayakan kesehatan manusia (100%). Sikap responden yang setuju pestisida harus terdaftar (63,3%), pestisida harus disimpan di wadah aslinya (90%), mengaduk pestisida menggunakan alat bantu (100%), penyemprotan mengikuti arah angin (93,3%), pemakaian APD penting (100%), tidak boleh makan, minum, dan merokok selama penyemprotan (96,7%), sisa campuran pestisida tidak boleh disimpan (90%), setelah menyemprot petani harus segera mandi (100%).Tindakan responden membeli pestisida di toko berizin (100%), menyimpan pestisida di gubuk (90%), tidak menyesuaikan jarak waktu penyemprotan dengan anjuran (96,7%), tetap menyemprot meskipun angin kencang (96,7%), menyemprot tanpa memperhatikan arah angin (86,7%). Penggunaan APD topi dan pakaian lengan panjang (96,7%), kegiatan yang dilakukan selesai menyemprot adalah mencuci tangan dengan air (86,7%) dan merokok (80%), sisa wadah pestisida dijual ke tempat penampungan barang bekas (66,7%).

Secara umum tindakan petani masih banyak yang salah, sehingga perlu diadakan penyuluhan dan pemeriksaan enzim cholinesterase secara rutin.


(5)

Abstract

Pesticide is chemical compound , which is used to eradicate plant’s pest. The use of pesticides that are not as recommended may cause negative impact on health. Karo Regency is one of agricultural centre where the farmers used pesticides.

This study was a descriptive research which is aimed to find the description of farmers knowledge, attitude, and practice in the use of pesticides in Sugihen Viilage, Dolat Rayat Sub District, Karo Regency in 2013.

Result showed respondent’s knowledge : pesticides must be used according to the target (100%), insecticide is different with fungicide (86,7%), the right storage of pesticides (96,75%), pesticide must be mixed in outdoor (60%), the right time of spraying pesticide (100%), the use of APD (100%), dose of pesticide (96,7%), how to manage pesticides container (43,3%), pesticide gave negative effect to human health (100%). Respondent’s attitude : pesticides must be registered (63,3%), pesticides must be stored in their original containers (90%), using a tool to mix the pesticide (100%), follow the wind direction when spraying pesticide (93,3%), using APD is important (100%), eating, drinking, and smoking aren’t allowed when spraying pesticide (96,7%), the waste of mixed pesticide must be disposed (90%), farmers should take a bath after spraying pesticides (100%). Respondent’s practice : Buying pesticides in a legal shop (100%), keeping the pesticide in a werehouse (90%), time interval for spraying aren’t being adjusted, kept spraying pesticide though there is a high wind (96,7%), spraying pesticide without considering wind ward (86,7%), the use of hat and overalls clothes (96,7%), the most activity after spraying pesticides are washing their hand (86,7%) and smoking (80%), the waste of pesticide’s container is sold to shelter secondhand goods (66,7%).

Generally, there were many poorly action of using pesticide by farmers so it is important to give them counseling and checking the level of enzyme cholinesterase regularly.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Florentina Flisia SB

Tempat/Tanggal Lahir : Kabanjahe, 16 Juli 1991

Agama : Katolik

Status : Belum Menikah

Jumlah Bersaudara : 4 (Empat) orang

Alamat : Jalan Katepul No. 18A Kabanjahe

Riwayat Pendidikan

1. SD St. Xaverius 1 Kabanjahe, 1997 - 2003. 2. SMP Negeri 1 Kabanjahe, 2003 - 2006. 3. SMA Negeri 1 Kabanjahe, 2006 - 2009.

4. Universitas Sumatera Utara Program Studi Kesehatan Masyarakat, 2009 – 2013.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Penyemprot pada Penggunaan Pestisida di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Tahun 2013” yang menjadi salah satu syarat meraih gelar Sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku pembimbing pertama dan Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes selaku pembimbing kedua yang telah memberikan banyak bimbingan, perhatian, dan petunjuk demi terselesaikannya skripsi ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik penulis sekaligus Tim Penguji Skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Kepala Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


(8)

5. Seluruh staf pengajar FKM USU serta dosen Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

6. Bapak Agustiar Kemit selaku Kepala Desa Sugihen yang telah memberikan izin melakukan penelitian skripsi ini.

7. Seluruh petani penyemprot di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat yang telah meluangkan waktunya memberikan informasi yang dibutuhkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Megang Sembiring dan Ibunda Murnihati Br. Ginting, terima kasih untuk doa, dukungan semangat, kesabaran, dan kasih sayangnya yang berlimpah. Kalian adalah my biggest spirit untuk meraih kesuksesanku kelak.

9. Kakak tercinta, Elsy Brahmana dan Anita Brahmana serta adikku Ebenezer Brahmana, terima kasih untuk dukungan doa dan suntikan semangatnya.

10. Rekan seperjuangan di Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Alin, Reza, Deby, Kk Najah, Kk Nadya, Dunter, Kk Evia, Mayan, Rozi , Wita, Kk Mian, bg Henokh.

11.Sahabat setia penulis, Pana, Christi, dan teman terbaik, Mareza, terima kasih untuk waktu, tenaga dan pikiran, serta motivasinya selama pengerjaan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga dengan penuh kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.


(9)

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... Riwayat Hidup ... Kata Pengantar ... Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... Daftar Lampiran ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pestisida ... 8

2.2. Klasifikasi Pestisida ... 9

2.2.1. Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Sasaran ... 10

2.2.2.Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Aktivitas Kerjanya ... 11

2.2.3. Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Struktur Zat Kimianya ... 12

2.3. Formulasi Pestisida ... 14

2.3.1. Formulasi Cair ... 14

2.3.2. Formulasi Padat ... 16

2.3.3. Padatan Lingkar ... 18

2.4. Aplikasi Pestisida ... 19

2.4.1. Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) ... 21

2.4.2. Metode Aplikasi Pestisida ... 22

2.4.3. Teknik Aplikasi Pestisida ... 25

2.4.3.1.Memilih Pestisida ... 25

2.4.3.2. Menyimpan Pestisida ... 26

2.4.3.3. Mencampur Pestisida ... 26

2.4.3.4. Menyemprot Pestisida ... 28

2.4.3.5. Membuang Pestisida ... 29

2.5. Keracunan Pestisida ... 30

2.6. Perilaku ... 31

2.6.1. Pengetahuan (Knowledge) ... 33

2.6.2. Sikap (Attitude) ... 35


(10)

2.7. Kerangka Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 38

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.3. Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1. Populasi ... 38

3.3.2. Sampel ... 38

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 39

3.4.1. Data Primer ... 39

3.4.2. Data Skunder ... 39

3.5. Definisi Operasional... 39

3.6. Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.1.1. Letak Geografis ... 41

4.1.2. Demografi ... 41

4.1.3.Inventarisasi Pestisida di Kabupaten Karo Tahun 2012 ... 43

4.2. Hasil Penelitian ... 44

4.2.1. Data Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan Terakhir, Waktu Kerja, dan Lama Kerja ... 44

4.2.1.1. Jenis Kelamin Responden ... 44

4.2.1.2. Umur ... 45

4.2.1.3. Tingkat Pendidikan Responden ... 46

4.2.1.4. Waktu Kerja ... 46

4.2.1.5. Lama Kerja ... 47

4.2.2. Data Perilaku Responden ... 47

4.2.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 47

4.2.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ... 50

4.2.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan ... 52

BAB V PEMBAHASAN ... 55

5.1. Karakteristik Responden ... 55

5.2. Perilaku ... 56

5.2.1. Pengetahuan ... 56

5.2.2. Sikap ... 61

5.2.3. Tindakan ... 62

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 68


(11)

Daftar Pustaka ... 71

DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 42

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 43

Tabel 4.4. Jenis Pestisida yang Beredar di Kabupaten Karo dan Telah Terdaftar ... 44

Tabel 4.4. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Jenis Kelamin... 44

Tabel 4.5.Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Kelompok Umur ... 45

Tabel 4.6. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46

Tabel 4.7. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Waktu Kerja ... 46

Tabel 4.8. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Lama Kerja ... 47

Tabel 4.9. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Pengetahuan ... 48

Tabel 4.10. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Sikap ... 50


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Matriks Data Penelitian

Lampiran 3 : Dokumentasi Penelitian

Lampiran 4 : Inventarisasi Pestisida di Kabupaten Karo

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian


(13)

Abstrak

Pestisida merupakan bahan kimia untuk memberantas hama tanaman. Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana dapat membahayakan kesehatan. Kabupaten Karo merupakan sentra pertanian yang petaninya banyak menggunakan pestisida.

Penelitian ini bersifat deskriptif dan bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan petani penyemprot pada penggunaan pestisida di Desa Sugihen, Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tahun 2013.

Hasil penelitian diperoleh pengetahuan respondenbahwa pestisida yang digunakan harus sesuai dengan sasaran (100%), insektisida berbeda dengan fungisida (86,7%), penyimpanan pestisida yang baik (96,7%), pencampuran pestisida di tempat terbuka (60%), waktu penyemprotan pestisida (100%), penggunaan APD (100%), dosis penggunaan pestisida (96,7%), pembuangan wadah pestisida (43,3%), pestisida membahayakan kesehatan manusia (100%). Sikap responden yang setuju pestisida harus terdaftar (63,3%), pestisida harus disimpan di wadah aslinya (90%), mengaduk pestisida menggunakan alat bantu (100%), penyemprotan mengikuti arah angin (93,3%), pemakaian APD penting (100%), tidak boleh makan, minum, dan merokok selama penyemprotan (96,7%), sisa campuran pestisida tidak boleh disimpan (90%), setelah menyemprot petani harus segera mandi (100%).Tindakan responden membeli pestisida di toko berizin (100%), menyimpan pestisida di gubuk (90%), tidak menyesuaikan jarak waktu penyemprotan dengan anjuran (96,7%), tetap menyemprot meskipun angin kencang (96,7%), menyemprot tanpa memperhatikan arah angin (86,7%). Penggunaan APD topi dan pakaian lengan panjang (96,7%), kegiatan yang dilakukan selesai menyemprot adalah mencuci tangan dengan air (86,7%) dan merokok (80%), sisa wadah pestisida dijual ke tempat penampungan barang bekas (66,7%).

Secara umum tindakan petani masih banyak yang salah, sehingga perlu diadakan penyuluhan dan pemeriksaan enzim cholinesterase secara rutin.


(14)

Abstract

Pesticide is chemical compound , which is used to eradicate plant’s pest. The use of pesticides that are not as recommended may cause negative impact on health. Karo Regency is one of agricultural centre where the farmers used pesticides.

This study was a descriptive research which is aimed to find the description of farmers knowledge, attitude, and practice in the use of pesticides in Sugihen Viilage, Dolat Rayat Sub District, Karo Regency in 2013.

Result showed respondent’s knowledge : pesticides must be used according to the target (100%), insecticide is different with fungicide (86,7%), the right storage of pesticides (96,75%), pesticide must be mixed in outdoor (60%), the right time of spraying pesticide (100%), the use of APD (100%), dose of pesticide (96,7%), how to manage pesticides container (43,3%), pesticide gave negative effect to human health (100%). Respondent’s attitude : pesticides must be registered (63,3%), pesticides must be stored in their original containers (90%), using a tool to mix the pesticide (100%), follow the wind direction when spraying pesticide (93,3%), using APD is important (100%), eating, drinking, and smoking aren’t allowed when spraying pesticide (96,7%), the waste of mixed pesticide must be disposed (90%), farmers should take a bath after spraying pesticides (100%). Respondent’s practice : Buying pesticides in a legal shop (100%), keeping the pesticide in a werehouse (90%), time interval for spraying aren’t being adjusted, kept spraying pesticide though there is a high wind (96,7%), spraying pesticide without considering wind ward (86,7%), the use of hat and overalls clothes (96,7%), the most activity after spraying pesticides are washing their hand (86,7%) and smoking (80%), the waste of pesticide’s container is sold to shelter secondhand goods (66,7%).

Generally, there were many poorly action of using pesticide by farmers so it is important to give them counseling and checking the level of enzyme cholinesterase regularly.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Badan Pusat Statistik mencatat terjadi peningkatan jumlah penduduk Indonesia sejak tahun 1930 sampai 2010. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan kebutuhan pangan nasional meningkat sehingga pertanian menjadi sektor yang penting untuk dikembangkan. Sementara peningkatan jumlah penduduk ini berbanding terbalik dengan lahan pertanian yang semakin menipis. Di samping itu, keberadaan organisme pengganggu tanaman juga menjadi ancaman terhadap produksi pertanian. Untuk menyiasati hal ini pemerintah melakukan kebijakan intensifikasi pertanian.

Salah satu kegiatan dalam intensifikasi pertanian adalah pemberantasan hama dan penyakit tanaman dengan menggunakan pestisida. Pestisida secara harfiah dapat diartikan sebagai pembunuh hama (pest : hama; cide : membunuh) (Djojosumarto,2000). Pestisida sering digunakan sebagai pilihan utama memberantas hama karena daya bunuhnya tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat untuk diketahui (Wudianto,2001).

Pestisida memiliki peranan besar dalam meningkatkan produksi pertanian. Berdasarkan pengalaman di Amerika Latin dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan produksi hingga 40% pada tanaman cokelat. Di Pakistan pestisida membantu peningkatan produksi tebu sebesar 33%, dan berdasarkan catatan FAO


(16)

penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil 50% pada tanaman kapas (Sudarmo, 1992).

Di samping memiliki banyak manfaat bagi sektor pertanian, aplikasi pestisida memiliki potensi bahaya yang besar baik terhadap manusia, hewan, maupun lingkungan. Adapun segi bahaya dari pestisida adalah gangguan kesehatan pada pekerja, keracunan, kebakaran, dan pencemaran lingkungan hidup.

Banyak penelitian yang telah menunjukkan hubungan antara penggunaan pestisida dengan gangguan kesehatan yang diderita pekerja. Menurut WHO, keracunan pestisida baik yang disengaja maupun tidak disengaja merupakan masalah yang serius pada komunitas pertanian di Negara miskin dan berkembang. Diperkirakan sekitar 250.000 kematian terjadi karena keracunan pestisida setiap tahunnya. (WHO,2008)

Menurut data kesehatan Pekanbaru tahun 2007 ada 446 orang orang meninggal akibat keracunan pestisida setiap tahunnya dan sekitar 30% mengalami gejala keracunan karena kurang memahami cara menggunakan pestisida dengan benar. (anonim,2010)

Selain berdampak bagi manusia, penggunaan pestisida yang kurang bijaksana juga dapat mencemari lingkungan. Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Khozanah Munawir pada tahun 2005. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar total pestisida pada bulan Juni antara tidak terdeteksi – 30,615 ppt (ngll) dan bulan September berkisar antara ttd – 0,365 ppt. Jumlah ini sudah melewati ambang


(17)

batas yang diperbolehkan untuk kehidupan biota laut yang ditetapkan oleh Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

Program pengamanan yang masih kurang memadai di tingkat petani menjadi faktor penting yang menyebabkan gangguan kesehatan pada petani itu sendiri. Di samping itu, para petani sering menggunakan pestisida bukan atas dasar keperluan mengendalikan hama secara indikatif, melainkan dengan cara ‘cover blanket system’, dimana ada atau tidak ada hama tanaman terus disemprot dengan racun yang membahayakan. Pestisida telah digunakan sebagai ‘asuransi’ bahwa tanaman yang dipelihara tetap aman (Depkes,2006). Padahal Penjelasan Undang-undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman pasal 20 ayat 1 menyatakan bahwa penggunaan pestisida sebagai sistem pengendalian hama hanya bisa digunakan sebagai alternatif terakhir. Pengendalian hama non-pestisida harus didahulukan dan diutamakan. (Untung,2003). Perilaku penggunaan pestisida yang berlebihan seperti itu justru menyebabkan masalah baru yakni adanya residu pestisida pada produk pertanian dan pada akhirnya membahayakan petani dan masyarakat luas (Depkes,2006).

Sejak tahun 1973 sampai sekarang Pemerintah banyak sekali mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pestisida, diantaranya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida; Keputusan Menteri Pertanian Nomor 763 Tahun 1998 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Tetap Pestisida; KepMen Pertanian Nomor 949 tentang Pestisida Terbatas; dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 42 Tahun 2007 tentang Pengawasan Pestisida.


(18)

Pengawasan pestisida dilakukan dengan tujuan: melindungi kesehatan manusia; melindungi kelestarian alam; menjamin mutu dan efektivitas pestisida; dan memberikan perlindungan kepada produsen, pengedar dan pengguna pestisida. (Deptan,2007) Meskipun banyak peraturan yang telah dikeluarkan, praktek penggunaan pestisida yang tidak benar oleh sebagian besar petani masih terjadi di lapangan (Untung,2007)

Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra pertanian bagi Sumatera Utara terutama tanaman hortikultura jenis sayur-sayuran dan buah-buahan. Pertanian merupakan mata pencaharian terbanyak di masyarakat Karo. Hasil pertanian dari kabupaten ini tidak hanya dipasarkan ke dalam negeri tetapi juga luar negeri. Kabupaten Karo terdiri dari 13 kecamatan dimana masing-masing kecamatan memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Salah satunya adalah Kecamatan Dolat Rayat.

Kecamatan Dolat Rayat mempunyai penduduk sebanyak 8374 jiwa, dan 5925 diantaranya bekerja sebagai petani (BPS Karo, 2012). Petani ini tersebar di tujuh desa yang berada di bawah pemerintahan Kecamatan Dolat Rayat. Salah satu desa yang memiliki petani cukup banyak adalah Desa Sugihen. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo (2012), hampir semua penduduk Desa Sugihen bekerja sebagai petani. yaitu sebanyak 477 jiwa dari total 566 jiwa penduduk.

Proses kerja petani dalam menggunakan pestisida terdiri dari pemilihan, penyimpanan, pencampuran, penyemprotan, dan pembuangan pestisida. Pertama, petani membeli pestisida di toko, biasanya mereka tidak melihat apakah toko memiliki izin operasi atau tidak. Pestisida yang telah dibeli kemudian disimpan di


(19)

sekitar lahan pertanian mereka. Sebelum melakukan penyemprotan, pestisida dicampur terlebih dahulu, baik dengan air maupun dengan pestisida lain yang berbeda jenis dan fungsinya. Pencampuran pestisida dilakukan pada wadah seperti ember agar mudah melihat apakah campuran pestisida sudah merata atau belum. Setelah itu dilakukan penyemprotan pestisida pada tanaman. Frekuensi penyemprotan berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman. Misalnya, pada tanaman tomat yang masih muda, dilakukan penyemprotan setiap dua hari sekali. Namun apabila cuaca sedang buruk, penyemprotan dilakukan setiap hari. Luas areal penyemprotan berkisar 500 sampai 1000 m2 dan waktu yang dibutuhkan umumnya berkisar satu sampai dua jam. Setelah selesai melakukan penyemprotan, sisa pestisida dibuang ke sekitar lahan pertanian, dan petani penyemprot segera mencuci tangan dengan sabun.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan melalui pengamatan langsung pada petani di Desa Sugihen, didapatkan bahwa beberapa perilaku petani terhadap penggunaan pestisida masih kurang tepat. Baik sebelum melakukan penyemprotan, ketika melakukan penyemprotan maupun setelah penyemprotan. Sebagian besar petani di Desa Sugihen tidak memperhatikan dosis dan takaran yang dianjurkan dari pestisida yang digunakan. Mereka mencampur pestisida sesuai takaran mereka sendiri. Selain itu, petani juga mengaduk campuran pestisida dengan tangan apabila di sekitar mereka tidak terdapat kayu atau alat yang bisa digunakan untuk mengaduk. Beberapa petani mengaku sengaja melebihkan takaran pestisida yang digunakan agar lebih efektif membunuh hama tanaman. Ketika melakukan penyemprotan petani tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap. Kebanyakan petani hanya menggunakan pakaian lengan panjang, dan tidak menggunakan masker, topi, dan


(20)

sepatu. Selain itu, petani juga kurang memperhatikan arah angin. Petani seringkali tidak langsung mandi setelah melakukan penyemprotan. Hal ini dikarenakan penyemprotan biasanya dilakukan di pagi hari dan setelah menyemprot mereka masih harus melakukan aktivitas lain seperti menyiangi tanaman. Sebelum melanjutkan pekerjaan, petani biasanya hanya mencuci tangan dan kemudian beristirahat sebentar sambil merokok di sekitar lahan pertanian. Petani biasanya mandi pada sore hari setelah selesai melakukan pekerjaan di ladang mereka.

Menurut hasil wawancara dengan petani, beberapa petani mengaku sering merasakan gatal di kulit, pusing, dan mual setelah melakukan penyemprotan. Tetapi karena gejala itu tidak begitu mengganggu mereka biasanya tidak terlalu mempermasalahkannya. Melihat kondisi tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan petani pada penggunaan pestisida di Desa Sugihen.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan, sikap, dan tindakan petani penyemprot pada penggunaan pestisida di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum


(21)

Adapun yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan petani penyemprot terhadap penggunaan pestisida di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan petani penyemprot pada penggunaan pestisida.

2. Untuk mengetahui sikap petani penyemprot pada penggunaan pestisida 3. Untuk mengetahui tindakan petani penyemprot pada penggunaan pestisida

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi petani agar mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan perilaku penggunaan pestisida yang benar.

2. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam menerapkan teori yang dipelajari selama perkuliahan terkait dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam penggunaan pestisida.

3. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak terkait untuk melakukan penelitian lanjutan untuk promosi kesehatan dalam penggunaan pestisida


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pestisida

Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama, dan cide berarti pembunuh. Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama (Subiyakto,1991).

Dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tertulis pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman,bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;

b. Memberantas rerumputan;

c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;

d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk;


(23)

e. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak;

f. Memberantas atau mencegah hama-hama air;

g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan;

h. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang dimaksud dengan Pestisida adalah zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta organism renik, atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman.

Sedangkan menurut The United States Federal Environmental Pesticide Control Act, dalam buku Sudarmo, 1992, pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematode cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik, yang dianggap hama, kecuali virus, bacteria atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.


(24)

Pestisida mempunyai sifat fisik, kimia, dan daya kerja yang berbeda-beda sehingga dikenal banyak sekali macam pestisida. Pestisida dapat diklasifikasikan menurut berbagai cara sesuai dengan kepentingannya, yaitu berdasarkan organisme sasaran, aktivitas kerja, dan struktur kimianya.

2.2.1. Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Sasaran yang Akan Dikendalikan a. Insektisida berfungsi mematikan semua jenis serangga. Contohnya Bacilus

thuringiensis, diafentiuron, karbofuron, metidation, dan siromazin.

b. Akarisida berfungsi membunuh tungau atau kutu. Contohnya akrinotrin, dikofol,dan heksatiazok.

c. Mulluskisida berfungsi membunuh siput. Contohnya metahdehida, morestan,dan brestan 60.

d. Rodentisida berfungsi membunuh binatang pengerat seperti tikus. Contohnya brodifakum, kumaklor, klorofasinon, dan kumatetralil.

e. Fungisida berfungsi membunuh jamur atau cendawan. Fungisida dapat bersifat fungitoksik (membunuh jamur) atau fungistatik (menekan pertumbuhan jamur). Contohnya difenokonazol, maneb, mankozeb, dan

metalaksil.

f. Bakterisida berfungsi membunuh bakteri. Contohnya agrept, agrimycin, bacticin, dan tetrasiklin.

g. Nematisida berfungsi membunuh nematoda. Contohnya etrefos, natrium metham, dan sianazin.


(25)

h. Herbisida berfungsi membunuh gulma atau tumbuhan pengganggu. Contohnya gramoxon, basta 200 AS, dan esteron 45 .

i. Algisida berfungsi membunuh alga. Contohnya dimanin.

j. Avisida berfungsi sebagai pembunuh atau penolak burung. Contohnya

Avitrol.

k. Larvisida berfungsi membunuh larva. Contohnya fenthion.

l. Piscisida berfungsi membunuh ikan. Contohnya sqouxin,dan chemish 5 EC. ()

2.2.2. Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Aktivitas Kerjanya

Dilihat dari aktivitas kerjanya dalam membunuh hama, pestisida dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Racun perut

Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya digunakan untuk membunuh serangga pengunyah, penjilat, dan penggigit. Daya bunuhnya melalui perut. Ada empat cara pokok penggunaannya, yaitu :

− Meracun makanan serangga

− Mencampur racun dengan bahan-bahan yang disukai serangga dan menempatkannya di tempat-tempat yang disukai sasaran

− Menyebar racun di tempat jalan lewat hewan sasaran, sehingga racun akan menempel pada anggota tubuh sasaran, dan jika dibersihkan dengan mulut akan masuk ke saluran pencernaannya.


(26)

b. Racun kontak

Racun kontak biasanya digunakan untuk membunuh serangga yang mempunyai bagian mulut untuk menggigit dan mengambil makanannya dari bawah permukaan daun atau bagian tanaman lainnya yang tidak terkena racun yang disemprotkan atau ditebarkan pada permukaan tanaman. Pestisida jenis ini membunuh sasaran dengan masuk ke dalam tubuh melalui kulit, atau menembus saluran darah. Racun jenis ini dapat digunakan dalam bentuk cairan atau tepung.

c. Racun gas

Racun pernapasan adalah pestisida yang bekerja lewat saluran pernapasan. Serangga akan mati bila menghirup racun dalam jumlah yang cukup. Jenis pestisida ini biasanya di gunakan hanya pada ruangan tertutup. (Subiyakto, 1991)

2.2.3. Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Struktur Zat Kimianya

Berdasarkan struktur kimianya, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Bina Perlindungan Tanaman (1993) menggolongkan pestisida menjadi :

a. Pestisida Golongan Organokorin

Golongan pestisida ini terdiri dari karbon, klorin, dan hidrogen. Beberapa bahan aktif golongan ini telah dilarang penggunaannya di Indonesia karena sangat berbahaya bagi kehidupan maupun lingkungan. Hal ini disebabkan organoklorin meninggalkan residu yang sulit terurai dan dapat terakumulasi dalam rantai makanan. Organoklorin sangat stabil baik di


(27)

tanah, air, maupun di dalam jaringan tanaman dan hewan. Pestisida ini tidak mudah terurai oleh mikroorganisme, enzim, panas atau sinar ultraviolet. Tiga sifat utama golongan ini adalah : merupakan racun yang universal; degradasinya berlangsung sangat lambat; dan larut dalam lemak. Jika masuk ke dalam tubuh manusia maka pestisida ini akan berpengaruh terhadap susunan syaraf terutama membran syaraf dan terakumulasi di dalam lemak. Yang termasuk ke dalam golongan organoklorin adalah DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroetana), HCH (Hexaclorocyclohexane), cyclodines, dan Polychloroterpane.

b. Pestisida golongan organofosfat

Golongan ini sering disebut organic phosphates yang merupakan derivat dari phosphoric acid. Struktur kimia dan cara kerjanya berhubungan erat dengan gas saraf dan sangat toksik bagi hewan bertulang belakang. Pestisida ini bersifat non persisten dan tidak stabil sehingga dapat menggantikan organoklorin. Jalur masuk pestisida ini ke dalam tubuh adalah melalui kulit, mulut, saluran pencernaan, dan pernapasan. Di dalam darah pestisida ini akan berikatan dengan ezim kholinesterase yang berfungsi mengatur kerja saraf. Yang termasuk ke dalam golongan pestisida ini adalah tetraethyl pyrophosphate, parathion, dan diazinon. c. Pestisida golongan karbamat

Sifat pestisida ini mirip dengan golongan organofosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, tetapi cepat diturunkan dan dieliminasi. Pestisida ini masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan pernapasan.


(28)

Bahan aktif ini akan memengaruhi aktivitas enzim kholinesterase apabila masuk ke dalam tubuh. Beberapa pestisida yang termasuk golongan ini yaitu Karbaril dan Methanil telah dilarang penggunaannya. Namun masih banyak formulasi pestisida berbahan aktif golongan Carbamat, misalnya

Fungisida Previcur, Toksin 500 F, Curater 3 G, Dicarzonil 25 Sp.

d. Pestisida golongan senyawa biprilidium

Bahan aktif yang termasuk golongan ini adalah Paraquat diklarida yang terkandung dalam Herbisida gramoxone.

e. Pestisida golongan arsen

Bahan aktif yang termasuk golongan ini adalah Arsen Pentoksida, Kemirin dan Arsen Pentoksida Dihidrat, yang digunakan untuk insektisida rayap kayu dan rayap tanah. Umumnya masuk kedalam tubuh melalui mulut dan pernafasan.

2.3. Formulasi Pestisida

Formulasi pestisida tidak dijual begitu saja dalam bentuk yang murni. Bahan aktif murni biasanya bersifat sangat beracun dan sulit larut dalam air sehingga penggunaannya di lapangan tidak efektif. Karena itu, bahan aktif pestisida biasanya diformulasikan terlebih dahulu dengan cara mencampur bahan-bahan pembantu, seperti solvent (bahan pelarut), emulsifier (bahan pembuat emulsi), diluents (bahan pembasah atau pengencer), carrier (bahan pembawa), dan kadang synergist (bahan


(29)

untuk meningkatkan efikasi pestisida). Secara umum formulasi pestisida dapat dibedakan menjadi formulasi cair dan formulasi padat. (Djojosumarto, 2008)

2.3.1. Formulasi Cair

Formulasi pestisida bentuk cair biasanya terdiri dari pekatan yang dapat diemulsikan (EC), pekatan yang larut dalam air (SL), pekatan dalam air (AC), pekatan dalam minyak (OC), aerosol (A), dan gas yang dicairkan (LG).

a. Pekatan yang dapat diemulsikan (emulsifiable concentrate)

Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleh singkatan ES (Emulsifiable Solution), WSC (Water Soluble Concentrate), E (Emulsifiable), S (Solution). Komposisi pestisida cair biasanya terdiri atas tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata.

b. Pekatan yang larut dalam air

Formulasi yang larut dalam air atau Water Soluble Concentrate (SL) merupakan formulasi cair yang terdiri dari bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur baik dengan air. Formulasi ini sebelum digunakan terlebih dahulu diencerkan dengan air, kemudian disemprotkan. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode SL di belakang nama dagangnya.

c. Pekatan dalam air

Formulasi pekatan dalam air atau Aqueous Concentrate (AC) merupakan pekatan pestisida yang dilarutkan dalam air. Biasanya pestisida yang


(30)

diformulasikan sebagai pekatan dalam air adalah bentuk garam dan herbisida asam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang termasuk golongan ini mempunyai kode AC di belakang nama dagangnya.

d. Larutan dalam minyak

Pekatan dalam minyak atau Oil Miscible Concentrate (OL) adalah formulasi cair yang mengandung bahan aktif dalam konsentrasi tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatic seperti xilin stsu nafta. Formulasi ini biasanya digunakan setelah diencerkan dalam hidrokarbon yang lebih murah seperti solar kemudian disemprotkan atau dikabutkan (fogging). Pestisida yang termasuk formulasi ini biasanya mempunyai kode OL di belakang nama dagangnya.

e. Aerosol

Formulasi ini adalah formulasi cair yang mengandung bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut organik. Ke dalam larutan ini ditambahkan gas yang bertekanan dan kemudian dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi kemasan yang siap pakai dan dibuat dalam konsentrasi yang rendah. Pestisida formulasi ini mempunyai kode A di belakang nama dagangnya.

f. Gas yang dicairkan atau Liquefied Gases

Formulasi ini adalah pestisida bahan aktif dalam bentuk gas yang dipampatkan pada tekanan dalam suatu kemasan. Formulasi pestisida ini digunakan dengan cara fumigasi ke dalam ruangan atau tumpukan bahan makanan atau penyuntikan ke dalam tanah. Pestisida yan termasuk formulasi ini mempunyai kode LG di belakang nama dagangnya. (Deptan, 2011)


(31)

2.3.2. Formulasi Padat a. Butiran (granulars)

Butiran umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan. Formulasi butiran ini hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Pada nama belakang pestisida biasanya tercantum singkatan G atau WDG (Water Dispersible Granule).

b. Pekatan Debu

Pekatan debu atau Dust Concentrate (DC) adalah tepung kering yang mudah lepas dengan ukuran 75 mikron, yang mengandung bahan aktif dalam konsentrasi yang cukup tinggi, berkisar 25% - 75%. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode DC di belakang nama dagangnya.

c. Debu (Dust)

Komposisi pestisida formulasi debu biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa. Dalam bidang pertanian pestisida jenis ini jarang digunakan karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja pestisida yang dapat mengenai sasaran. Ukuran partikel debu kurang dari 70 mikron. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode D di belakang nama dagangnya.

d. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (Wettable Powder)

Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat yang harus dibasahi dengan air terlebih dahulu sebelum digunakan untuk memberantas jasad sasaran. Hasil


(32)

campurannya dengan air berbentuk suspense. Pestisida jenis ini tidak larut dalam air melainkan hanya bercampur saja. Oleh karena itu sewaktu menyemprot harus sering-sering mengaduk atau menggoyang tangki penyemprot.

e. Tepung yang larut dalam air (water-soluble powder)

Pestisida ini mirip dengan Wettable Powder dimana dalam penggunaannya harus ditambahkan air. Perbedaannya terletak pada kelarutannya dalam air.

Wettable powder tidak larut dalam air sedangkan water-soluble powder larut dalam air. Kandungan bahan aktif formulasi ini biasanya tinggi.

f. Umpan

Formulasi umpan atau Block Bait adalah campuran bahan aktif pestisida dengan bahan penambah yang inert. Formulasi ini biasanya berbentuk bubuk, pasta, atau butiran. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode BB di belakang nama dagangnya.

g. Tablet

Formulasi ini ada 2 macam, bentuk pertama tablet yang terkena udara akan menguap menjadi fumigant. Bentuk ini akan digunakan untuk fumigasi di gudang atau perpustakaan. Pestisida dalam formulasi ini mempunyai kode TB di belakang nama dagangnya. Sedangkan formulasi kedua adalah tablet yang merupakan umpan racun perut untuk membunuh kecoa.


(33)

Formulasi padatan lingkar adalah campuran bahan aktif pestisida dengan serbuk gergaji kayu dan perekat yang dibentuk menjadi padatan yang melingkar. Formulasi ini mempunyai kode MC di belakang nama dagangnya. (Deptan, 2011)

2.4. Aplikasi Pestisida

Teknik aplikasi pestisida pertanian mempelajari cara mengaplikasikan pestisida pertanian agar mendapatkan hasil yang optimal dengan risiko yang sekecil-kecilnya. Teknik aplikasi memegang peranan penting dalam upaya pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) secara kimiawi karena teknik aplikasi ini merupakan “jembatan penghubung” antara produk perlindungan tanaman (pestisida) dan OPT sasarannya. Oleh karena itu penggunaan pestisida harus memperhatikan tiga azas berikut (Djojosumarto,2000):

a. Penggunaan secara legal, yakni penggunaan pestisida pertanian yang tidak bertentangan dengan semua peraturan yang berlaku di Indonesia.

b. Penggunaan secara benar, yaitu penggunaan pestisida sesuai dengan metode aplikasinya, sehingga pestisida yang diaplikasikan mampu menampilkan efikasi biologisnya yang optimal. Dengan kata lain, penggunaan pestisida harus efektif dan mampu mengendalikan OPT sasaran seperti yang dinyatakan dalam label atau petunjuk penggunaannya.


(34)

1. Penggunaan pestisida yang mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan risiko (risk management), untuk menjamin keselamatan pengguna, konsumen, dan lingkungan.

2. Penggunaan pestisida sejalan dengan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu (PHT)

3. Penggunaan pestisida yang bijaksana juga berarti penggunaan pestisida yang ekonomis dan efisien.

Sedangkan dalam Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida yang dikeluarkan Deptan (2011), dikatakan penggunaan pestisida secara bijaksana adalah penggunaan pestisida yang mengikuti lima prinsip, yaitu:

1. Tepat Sasaran

Tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan dikendalikan, sebaiknya tentukan pula unsur-unsur abiotisnya.

2. Tepat Jenis

Setelah diketahui hasil analisis agro ekosistem, maka dapat ditentukan jenis pestisida yang harus digunakan, misalnya: untuk hama serangga gunakan insektisida, untuk tikus gunakan rodentisida.

3. Tepat Waktu

Waktu pengendalian yang paling tepat harus ditentukan berdasarkan : 3.1.Stadium rentan dari hama yang menyerang tanaman, misalnya


(35)

3.2.Kepadatan populasi yang paling tepat untuk dikendalikan, lakukan aplikasi pestisida berdasarkan Ambang Kendali atau Ambang Ekonomi.

3.3.Kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida pada saat hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik.

3.4.Lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. 4. Tepat Dosis

Gunakan dosis yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh Menteri Pertanian. Untuk itu, bacalah label kemasan Pestisida. Jangan melakukan aplikasi pestisida dengan dosis yang melebihi atau kurang sesuai dengan anjuran, karena dapat menimbulkan dampak negatif. 5. Tepat Cara

Lakukan aplikasi pestisida dengan cara yang sesuai dengan formulasi pestisida dan anjuran yang ditetapkan.

2.4.1. Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) a. Pestisida Digunakan sebagai Alternatif Terakhir

Penggunaan pestisida hendaknya dilakukan sebagai alternatif terakhir apabila alternatif pengendalian lain yang digunakan tidak berhasil. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari/mengurangi pencemaran terhadap lingkungan dan mengurangi residu.

b. Pengendalian Hama dengan Pestisida Dilakukan Berdasarkan Nilai Ambang Pengendalian (AP) atau Ambang Ekonomi (AE). Ambang Ekonomi adalah batas populasi hama atau kerusakan oleh hama yang


(36)

digunakan sebagai dasar untuk digunakannya pestisida. Diatas AE populasi hama telah mengakibatkan kerugian yang nilainya lebih besar daripada biaya pengendalian.

Cara-cara petani dalam mengambil keputusan berdasarkan ambang pengendalian atau ambang ekomoni dilakukan melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).

c. Menggunakan Pestisida yang Terdaftar dan Diijinkan Menteri Pertanian Tidak dibenarkan menggunakan pestisida yang tidak terdaftar dan tidak mendapat ijin dari Menteri Pertanian, karena tidak diketahui kebenaran mutu dan efektivitasnya serta keamanan bagi lingkungan.

d. Menggunakan Pestisida Sesuai dengan Jenis Komoditi dan Jenis Organisme Sasaran yang Diijinkan

Pemberian ijin dilakukan berdasarkan terpenuhinya oersyaratan criteria teknis yang meliputi pengujian fisiko-kimia, pengujian efikasi, dan pengujian toksisitas. Dengan demikian penggunaan pestisida harus sesuai dengan komoditi dan jenis organisme sasaran yang diijinkan.

e. Memperhatikan Dosis dan Anjuran yang Tercantum pada Label

Efektivitas penggunaan pestisida diperoleh melalui penggunaan dosis yang tepat. Ketidaktaatan dalam menggunakan dosis pestisida dapat menyebabkan resistensi yang akan semakin merugikan petani.

f. Memperhatikan Kaidah-Kaidah Keselamatan dan Keamanan Penggunaan Pestisida


(37)

Menyadari bahwa pestisida adalah bahan kimia beracun, maka penggunaannya harus dilakukan decara hati-hati sesuai ketentuan yang dianjurkan, seperti menggunakan alat pelindung diri dan lain-lain. (Deptan 2011)

2.4.2. Metode Aplikasi Pestisida

Pestisida dapat diaplikasikan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa cara pengaplikasian pestisida yaitu:

a. Penyemprotan (Spraying)

Metode ini merupakan cara paling banyak digunakan oleh petani di Indonesia. Diperkirakan 75 % penggunaan pestisida dilakukan dengan cara penyemprotan, baik penyemprotan di darat (ground spraying) maupun penyemprotan di udara (aerial spraying).Dalam penyemprotan pestisida dicampur dengan air terlebih dahulu.

b. Pengasapan (Fogging)

Pengasapan adalah penyemprotan pestisida dengan volume ultra rendah dengan menggunakan ukuran droplet yang sangat halus. Pada metode ini pestisida biasanya dicampur dengan solvent (minyak) dan dipanaskan sehingga membentuk kabut asap atau fog. Cara ini banyak digunakan untuk pengendalian hama gudang dan penegndalian vektor lingkungan. c. Penghembusan (Dusting)


(38)

Cara penghembusan dilakukan pada pestisida yang berbentuk tepung hembus (Dust). Alat yang digunakan adalah alat penghembus yang disebut

duster. Aplikasi formulasi ini hanya untuk pengendalian hama di gudang. d. Penaburan granula (Granule Distribution)

Metode ini digunakan untuk mengaplikasikan pestisida berbentuk butiran. Penaburan dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan kondisinya, yaitu:

1. Disebar langsung di sekitar pekarangan tanaman, 2. Di lubang tanam,

3. Di sekitar leher akar, atau

4. Dicampur dengan media tanam untuk budidaya dalam pot. e. Perawatan benih (seed dressing)

Perawatan benih adalah cara aplikasi pestisida untuk melindungi benih sebelum ditanam agar kecambah dan tanaman muda tidak diserang oleh hama dan penyakit. Cara penggunaannya adalah dengan menaburkan pestisida ke dalam kantung plastik dan memasukkan benih ke dalamnya kemudian dikocok hingga benih terselimuti pestisida. Pestisida yang digunakan adalah formulasi SD dan ST.

f. Pencelupan (Dipping)

Pencelupan dilakukan dengan mencelupkan bahan tanaman (bibit, cangkok, atau stek) ke dalam larutan pestisida.


(39)

Fumigasi digunakan untuk melindungi hasil panen (misalnya biji-bijian) dari kekrusakan karena hama atau penyakit di tempat penyimpanan. Fumigant dimasukkan ke dalam gudang yang selanjutnya akan membentuk gas beracun untuk membunuh organisme sasaran.

h. Injeksi (Injection)

Metode ini dilakukan dengan memasukkan pestisida ke dalam batang tanaman, baik dengan menggunakan alat khusus (injector atau infus) maupun dengan mengebor batang tanaman.

i. Penyiraman (Drenching)

Penyiraman dilakukan dengan menuangkan pestisida di sekitar akar tanaman untuk mengendalikan hama atau penyakit di daerah perakaran. j. Pengolesan

Hal ini dilakukan dengan mengoleskan pestisida pada batang tanaman yang terinfeksi, misalnya terserang jamur. (Djojosumarto,2000).

2.4.3. Teknik Aplikasi Pestisida

Pestisida memiliki sifat racun yang dapat membahayakan makhluk hidup dan merusak lingkungan. Oleh karena itu penggunaannya harus dilakukan dengan berhati-hati. Menurut Djojosumarto (2008), penggunaan pestisida meliputi kegiatan berikut :

2.4.3.1. Memilih Pestisida

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pestisida yang akan digunakan. Pertama adalah jenis organisme pengganggu yang menjadi sasaran.


(40)

Hal ini penting karena masing-masing pestisida hanya manjur terhadap organisme tertentu saja. Kedua, pastikan formulasi pestisida yang paling tepat digunakan pada tanaman. Pemilihan formulasi ini hendaknya disesuaikan dengan alat yang akan digunakan untuk mengaplikasikan pestisida. Bila alat yang dimiliki adalah alat penyemprot, maka sebaiknya memilih pestisida dengan formulasi cair. Bila tidak ada alat sama sekali, maka pilih pestisida yang dengan formulasi butiran. Ketiga, memilih pestisida dalam kemasan kecil agar habis sekali pakai. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko bahaya keracunan selama penyimpanan. Keempat, memilih pestisida yang terdaftar dan telah mendapat izin dari Departemen Pertanian yang dilengkapi wadah atau pembungkus asli dan label resmi. Hal ini dilakukan karena pestisida yang tidak berlabel resmi tidak dijamin kemanjurannya.

2.4.3.2. Menyimpan Pestisida

Pestisida harus selalu disimpan dalam keadaan baik, dengan wadah atau pembungkus asli, tertutup rapat, tidak bocor atau rusak. Sertakan pula label asli beserta keterangan yang jelas dan lengkap. Disimpan di tempat yang khusus dan dikunci sehingga terhindar dari jangkauan anak-anak, jauh dari tempat makanan, minuman, dan api. Ruangan penyimpanan sebaiknya memiliki ventilasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung, dan tidak terkena hujan. Hal tersebut dapat menyebabkan menurunnya kemanjuran pestisida. di dalam ruang penyimpanan pestisida juga sebaiknya disediakan air, sabun atau detergen, serta pasir, serbuk gergaji, kapur, atau tanah untuk menyerap pestisida apabila sewaktu-waktu pestisida


(41)

tersebut tumpah.sebaiknya tersedia juga wadah yang kosong untuk mengganti wadah pestisida yang bocor (Sudarmo,1992).

2.4.3.3. Mencampur Pestisida

Dua macam atau lebih pestisida apabila dicampur bisa menimbulkan interaksi sinergik, aditif, atau antagonistik. Pestisida yang bila dicampur menimbulkan reaksi antagonistik berarti pestisida tersebut tidak dapat dicampur. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pencampuran pestisida adalah sifat asam basanya. Pestisida yang sama-sama bersifat asam atau sama-sama bersifat basa apabila dicampur tidak akan membentuk senyawa garam. Timbulnya senyawa garam pada pencampuran dapat mengurangi daya bunuh pestisida. (Wudianto,2001)

Menurut Djojosumiarto (2000), pencampuran pestisida yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Sasarannya berbeda, misalnya pada suatu pertanaman di saat yang bersamaan didapati penyakit dan hama.

b. Pestisida yang diicampur tidak menimbulkan efek buruk, misalnya tidak menggumpal, tidak “membakar” tanaman.

c. Pencampuran dilakukan untuk menimbulkan sinergisme atau memperkuat efikasi pestisida tersebut.

d. Pencampuran dilakukan untuk memperluas spectrum pengendalian hama, misalnya pencampuran fungisida dan herbisida.

e. Pencampuran dilakukan untuk memecahkan OPT yang sudah resisten atau menunda resistensi.


(42)

Sedangkan pencampuran yang tidak boleh dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Sasarannya sama b. Bahan aktifnya sama

c. Pencampuran menimbulkan efek buruk, seperti fototoksik, antagonisme, atau penggumpalan

d. Dikhawatirkan akan menimbulkan cross resistance e. Pencampuran membahayakan keselamatan kerja

2.4.3.4. Menyemprot Pestisida

Sebelum disemprotkan, formulasi pestisida biasanya dicampur dengan air. Pencampuran dengan air sebaiknya dilakukan di tempat dengan sirkulasi udara yang lancar. Di tempat tertutup pestisida memiliki daya racun lebih tinggi sehingga dapat mengakibatkan keracunan melalui pernapasan. Selain itu, pencampuran pestisida sebaiknya dilakukan jauh dari anak-anak.

Untuk mencampur pestisida dengan air, pertama buka tutup kemasan dengan hati-hati agar pestisida tidak berhamburan atau memercik mengenai bagian tubuh. Setelah itu tuangkan ke dalam gelas ukur, timbangan, atau alat pengukur lain dalam drum atau ember khusus. Tambahkan air sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan. Pencampuran pestisida sebaiknya tidak dilakukan di dalam tangki penyemprot karena sulit memastikan apakah pestisida sudah tercampur sempurna atau belum. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika penyemprotan adalah:


(43)

a. Pada waktu menyemprot, pelaksana harus memakai perlengkapan keamanan seperti sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang, topi, sepatu kebun, dan masker bersih untuk menutup hidung selama penyemprotan.

b. Jangan menyemprot ketika angin kencang karena dapat menyebabkan pestisida tidak mengenai sasaran. Penyemprotan sebaiknya dilakukan searah dengan arah angin agar mengurangi risiko terkena pestisida.

c. Waktu paling baik untuk penyemprotan adalah pada waktu terjadi aliran udara naik yaitu antara pukul 08.00 – 11.00 WIB dan sore hari pada pukul 15.00 – 1800 WIB.

d. Selama penyemprotan tidak dibenarkan makan, minum, atau merokok. e. Penyemprot sebaiknya telah berusia dewasa, sehat, tidak ada bagian tubuh

yang luka, dan dalam keadaan tidak lapar.

f. Pada area yang telah disemprot pestisida dipasang tanda bahaya.

g. Seorang penyemprot tidak dibenarkan melakukan penyemprotan secara terus menerus lebih dari empat jam dalam sehari. (Deptan, 2011)

2.4.3.5. Membuang Sisa Pestisida

Setelah melakukan aplikasi pestisida, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Sisa campuran pestisida atau larutan semprot tidak dibiarkan/disimpan terus di dalam tangki, karena lama-kelamaan akan menyebabkan tangki berkarat atau rusak. Sebaiknya sisa tersebut disemprotkan kembali pada


(44)

tanaman hingga habis. Tidak membuang sisa cairan semprot di sembarang tempat, karena akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

b. Cuci tangki yang telah kosong dan peralatan lainnya sebersih mungkin sebelum disimpan. Simpan peralatan semprot yang telah dicuci terpisah dari dapur, tempat makanan, kamar mandi, dan kamar tidur, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

c. Air bekas cucian sebaiknya tidak mencemari saluran air, kolam ikan, sumur, sumber air, atau lingkungan perairan lainnya.

d. Memusnahkan/ membakar kantong/wadah bekas pestisida atau bekas pestisida, atau menguburnya ke dalam tanah di tempat yang aman.

e. Cuci pakaian yang digunakan selama penyemprotan pestisida.

f. Setelah selesai bekerja dengan pestisida segera cuci tangan dan mandi dengan air bersih dan menggunakan sabun. (Djojosumiarto, 2000)

2.5. Keracunan Pestisida

Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara sedikit demi sedikit dan mengakibatkan keracunan kronis, dan dapat pula berakibat racun akut apabila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang cukup (Wudianto,2001).

Ada 2 tipe keracunan yang ditimbulkan pestisida, yaitu (Quijano, 1999): 1. Keracunan akut

Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsungpada saat itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala, pusing, mual, sakitdada, muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebih,


(45)

kram, diare, sulit bernafas,pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan kematian.Berdasarkan luas keracunan yang ditimbulkan keracunan akut dapat dibagi 2efek, yaitu:

a. Efek lokal, terjadi bila efek hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkenakontak langsung dengan pestisida. Biasanya berupa iritasi, seperti rasa kering,kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan kulit, mataberair, batuk, dan sebagainya.

b. Efek sistemik muncul bila pestisida masuk ke dalam tubuh manusia danmempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida keseluruh bagian dari tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut,hati, lambung, otot, usus, otak, dan syaraf.

2. Keracunan kronis

Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatanmembutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang inidapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terkenapestisida. Pestisida memberikan dampak kronis pada sistem syaraf, hati, perut, systemkekebalan tubuh, keseimbangan hormon, kanker. Bayi juga dapat terkena pestisidaketika diberi ASI, dapat terjadi jika ibunya terkena pestisida.

2.6. Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau


(46)

aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diaati oleh pihak luar (Notoatmodjo,2007)

Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan) dari luar. Oleh karena itu, perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut merespon. Skinner membedakan respon tersebut menjadi dua yaitu:

1. Respondent respons atau reflective, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation karena memperkuat respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

1. Perilaku tertutup (covert behavior), yaitu respon yang terselubung atau tertutup terhadap stimulus. Respon ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut.

2. Perilaku terbuka (overt behavior), yaitu respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka yang dengan mudah dapat dilihat orang lain.

Respon yang diberikan terhadap stimulus sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain pada orang yang bersangkutan. Meskipun stimulusnya sama tapi respon yang diberi satu orang bisa saja berbeda dengan orang lain. Faktor-faktor


(47)

yang membedakan respon disebut determinan perilaku. Menurut Notoatmodjo dalam buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan (2003), terdapat dua determinan perilaku, yaitu:

1. Determinan internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, emosional, dan jenis kelamin. 2. Determinan eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, dan politik.

Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia menjadi tiga domain, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Di dalam perkembangannya, teori Blum ini diimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu:

2.6.1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk suatu tindakan seseorang (over behavior).

1. Proses adopsi perilaku

Menurut Rogers (1974), sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.


(48)

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

Ada enam tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif, yakni:

a. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis (Analysis), diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.


(49)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden.

2.6.2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo,2003)

1. Komponen sikap

Dalam Allport (1954) seperti yang dikutip Notoatmodjo (2003), dijelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak. 2. Berbagai tindakan sikap

Sikap memiliki beberapa tingkatan, yakni:

a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

b. Merespon (responding), diartikan bahwa orang mau memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.


(50)

c. Menghargai (valuing), diartikan bahwa orang mau mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible), diartikan bahwa orang mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan menanyakan pendapat atau pernyataan responden tentang suatu objek, sedangkan pengukuran tidak langsung dilakukan dengan memberikan hipotesis-hipotesis dan kemudian menanyakan pendapat responden.

2.6.3. Praktik atau Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum tentu terwujud menjadi tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi tindakan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas, dan dukungan pihak lain. Praktik mempunyai beberapa tingkatan, yakni:

a. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respons terpimpin (guided respons), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme (Mecanism), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar dan secara otomatis menjadi kebiasaan.


(51)

d. Adopsi (Adoption), adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Pengukuran tindakan dapat dilakukan dengan wawancara atau observasi langsung terhadap kegiatan responden. (Notoatmodjo,2003)

2.7. Kerangka Pikir

Tindakan Penggunaan

Pestisida - Pemilihan - Penyimpanan - Pencampuran - Penyemprotan Sikap


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan petani penyemprot pada penggunaan pestisida di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo. Waktu penelitian adalah Februari s/d Juni 2013.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani penyemprot di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo.


(53)

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Pada penelitian ini, sampel yang akan diambil adalah petani penyemprot yang kebetulan sedang menyemprot di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo pada saat penelitian. Menurut Kasjono (2009) dalam buku “Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan”, jumlah sampel minimal untuk penelitian yang bersifat deskriptif adalah 30 sampel. Oleh karena itu peneliti mengambil sampel sebanyak 30 petani penyemprot pada penelitian ini.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner tentang penggunaan pestisida yang dimodifikasi dari beberapa skripsi mengenai penggunaan pestisida.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Camat dan Kantor Kepala Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo. Data sekunder ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum dari Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat.


(54)

3.5. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui petani tentang penggunaan pestisida

2. Sikap adalah cara petani memandang atau dasar anggapan petani terhadap penggunaan pestisida

3. Tindakan adalah kegiatan yang dilakukan petani sehubungan dengan penggunaan pestisida

4. Petani penyemprot adalah masyarakat yang pekerjaannya bertani dan melakukan kegiatan penyemprotan pestisida pada saat penelitian berlangsung.

5. Pemilihan adalah kegiatan memilih pestisida yang akan digunakan untuk menyemprot tanaman

6. Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan pestisida sebelum atau setelah digunakan.

7. Pencampuran adalah kegiatan memadukan pestisida baik dengan pestisida lain atau dengan air

8. Penyemprotan adalah kegiatan mengaplikasikan pestisida ke tanaman. 9. Pembuangan adalah kegiatan membuang sisa pestisida setelah selesai

digunakan


(55)

Data dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan program SPSS 17 untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam penggunaan pestisida.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Desa Sugihen merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo dengan luas wilayah 53,5 ha. Desa ini berjarak 3,5 km dari ibukota kecamatan, dan 18 km dari Kota Kabanjahe sebagai ibukota Kabupaten. Desa Sugihen berada pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut dengan temperatur 230C – 260C, dan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Dolat Rayat b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Aji Julu c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ujung Sampun d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Melas

4.1.2. Demografi 1. Jumlah Penduduk


(56)

Jumlah penduduk di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat pada tahun 2013 adalah 566 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 196 KK.

2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tahun 2013

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 275 48,6

2 Perempuan 291 51,4

Jumlah 566 100,0

Sumber : Profil Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 275 jiwa (48,6%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 291 jiwa (52,4%).

3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tahun 2013

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. Belum sekolah 23 4,1

2. Tidak tamat SD 156 27,6

3. SD 272 48,1

4. SMP 60 10,6


(57)

6. PT 20 3,5

Jumlah 566 100,0

Sumber : Profil Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan paling banyak adalah SD yaitu 272 orang (48,1%) dan tingkat pendidikan paling sedikit adalah Perguruan Tinggi yaitu 20 orang (3,5%).

4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Distribusi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tahun 2013

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1. Petani 477 84,3

2. PNS/Swasta 7 1,2

3. Pedagang 13 2,3

4. Dll 69 12,2

Jumlah 566 100,0

Sumber : Profil Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.3. di atas dapat dilihat bahwa penduduk paling banyak bekerja sebagai petani yaitu 477 orang (84,3%), dan yang paling sedikit bekerja sebagai PNS/pegawai swasta yaitu 7 orang (1,2%).

4.1.3. Inventarisasi Pestisida di Kabupaten Karo Tahun 2012

Jenis pestisida yang terbanyak beredar di toko pestisida di Kabupaten Karo adalah insektisida yaitu 89 merek dagang dan pestisida yang jumlahnya terkecil adalah surfaktan (lem tanaman yang dicampur dengan pestisida agar pestisida yang


(58)

disemprotkan tidak mudah jatuh dari tanaman) dan ZPT (Zat Perangsang Tumbuh) yaitu sejumlah 5 merek dagang.

Jenis pestisida yang beredar di Kabupaten Karo dan telah terdaftar di Dinas Pertanian dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Jenis Pestisida yang beredar di Kabupaten Karo dan telah terdaftar di Dinas Pertanian

No. Jenis Pestisida Jumlah Merek Dagang

1. Fungisida 59

2. Insektisida 82

3. Herbisida 31

4. Akarisida, Bakterisida, Moluskisida, Nematisida dan Rodentisida

9

5. Surfaktan dan ZPT 5

Jumlah 186

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Data Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan Terakhir, Waktu Kerja, dan Lama Kerja

Data umum responden meliputi: jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, waktu kerja, dan lama kerja. Secara garis besar data umum responden di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat adalah sebagai berikut :

4.2.1.1. Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai jenis kelamin responden seperti pada tabel 4.5. berikut ini :


(59)

Tabel 4.5. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tahun 2013

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Laki – laki 27 90

2 Perempuan 3 10

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.5. di atas, diperoleh distribusi petani penyemprot di Desa Sugihen mayoritas adalah Laki – laki 27 orang (90%).

4.1.1.2. Umur

Distribusi responden berdasarkan umur di Desa sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut :

Tabel 4.6. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tahun 2013

No Umur (Tahun) Jumlah %

1 17 – 22 3 10

2 23 – 28 5 16,7

3 29 – 34 4 13,3

4 35 – 40 3 10

5 41 – 46 4 13,3

6 47 – 52 4 13,3

7 53 – 58 6 20

8 >58 1 3,3

Jumlah 30 100

Sesuai dengan tabel 4.6. diatas, diperoleh distribusi petani penyemprot pestisida terbanyak pada kelompok umur 53 -58 tahun (20%) dan terendah pada kelompok umur >58 tahun (3,3%).


(60)

4.1.1.3. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut :

Tabel 4.7. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tahun 2013

No Pendidikan Terakhir Jumlah %

1 SD 8 26,7

2 SMP 5 16,7

3 SMA 14 46,6

4 D3 – S1 3 10

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.7. di atas, diperoleh petani penyemprot di Desa Sugihen terbesar memiliki tingkat pendidikan SMA (46,6%), sedangkan terkecil pendidikan D3 - S1.

4.1.1.4. Waktu Kerja

Rata-rata waktu kerja responden dalam sehari dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut :

Tabel 4.8. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Waktu Kerja di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tahun 2013

No Waktu Kerja (Jam) Jumlah %

1 ≤4 25 83,3

2 >4 5 16,7


(61)

Berdasarkan tabel 4.8. di atas, diperoleh waktu kerja ≤4 Jam menyemprot pestisida di Desa Sugihen sejumlah 83,3%, sedangkan waktu kerja menyemprot >4 jam sejumlah 16,7%.

4.1.1.5. Lama Kerja

Lamanya responden bekerja dalam hal penggunaan pestisida dapat dilihat pada tabel 4.9. berikut :

Tabel 4.9. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Lama Kerja di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tahun 2013

No Lama Kerja (Tahun) Jumlah %

1 1 – 6 11 36,7

2 7 – 12 3 10

3 13 – 18 2 6,7

4 19 – 24 7 23,3

5 25 – 30 6 20

6 >30 1 3,3

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.9. di atas, diperoleh lama kerja petani penyemprot pestisida pada rentang 1 – 6 tahun sejumlah 36,7%, 7 – 12 tahun sejumlah 10%, 13 – 18 tahun sejumlah 6,7% 19 – 24 tahun sejumlah 23,3%, 25 – 30 tahun sejumlah 20%, dan > 30 tahun sejumlah 3,3%.

4.2.2. Data Perilaku Responden


(62)

Distribusi petani penyemprot berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.10. berikut:

Tabel 4.10. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Pengetahuan di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tahun 2013

No. Indikator Pengetahuan Jumlah

N %

1. Pestisida harus sesuai dengan organisme sasaran

- Tahu 30 100,0

Jumlah 30 100,0

2. Pestisida jenis insektisida berbeda dengan fungisida - Tahu

- Tidak tahu

26 4

86,7 13,3

Jumlah 30 100,0

3. Penyimpanan pestisida harus di ruangan khusus dan jauh dari jangkauan anak-anak

- Tahu - Tidak tahu

29 1

96,7 3,3

Jumlah 30 100,0

4. Pencampuran atau pengenceran pestisida harus di ruangan terbuka

- Tahu - Tidak tahu

18 12

60,0 40,0

Jumlah 30 100,0

5. Tidak semua jenis pestisida dapat dicampur - Tahu

- Tidak tahu

12 18

40,0 60,0

Jumlah 30 100,0

6. Waktu penyemprotan yang baik adalah pagi dan sore hari

- Tahu 30 100,0

Jumlah 30 100,0

7. APD harus digunakan pada saat mencampur, menyemprot, dan mencuci peralatan

- Tahu 30 100,0


(63)

8. Dosis penggunaan harus sesuai label - Tahu

- Tidak tahu

29 1

96,7 3,3

Jumlah 30 100,0

9. Wadah pestisida yang telah habis harus dikubur atau dibakar

- Tahu - Tidak tahu

13 17

43,3 56,7

Jumlah 30 100,0

10. Pestisida bisa mematikan organisme lain di sekitar tanaman

- Tahu - Tidak tahu

27 3

90,0 10,0

Jumlah 30 100,0

11. Pestisida dapat membahayakan kesehatan manusia yang terpapar

- Tahu 30 100,0

Jumlah 30 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keseluruhan responden (30 orang) mengetahui bahwa pestisida yang digunakan harus sesuai dengan organisme sasaran, 26 orang (86,7%) responden mengetahui pestisida jenis insektisida berbeda dengan fungisida, 29 orang (96,7%) mengetahui bahwa pestisida harus disimpan di ruangan khusus yang terhindar dari sinar matahari langsung, dan jauh dari jangkauan anak-anak, 18 orang (60%) responden mengetahui bahwa pencampuran dan pengenceran pestisida harus dilakukan di ruangan terbuka, 18 orang (60%) responden mengatakan tidak semua jenis pestisida dapat dicampur ketika diaplikasikan ke tanaman, 30 orang (100%) responden mengetahui waktu penyemprotan pestisida yang baik adalah pada pagi hari pukul 08.00 – 11.00 WIB atau sore hari pukul 15.00 – 18.00 WIB, 30 orang (100%) responden mengetahui bahwa alat pelindung diri harus digunakan pada saat


(64)

mencampur, menyemprot, dan mencuci peralatan yang digunakan untuk menyemprot pestisida, 29 orang (96,7%) responden mengatakan bahwa dosis penggunaan pestisida harus sesuai dengan keterangan pada label, 13 orang (43,3%) responden mengetahui bahwa wadah pestisida yang telah habis harus dikubur, 27 orang (90%) responden mengetahui bahwa pestisida bisa mematikan oraganisme lain di sekitar tanaman, dan 30 orang (100%) responden mengetahui bahwa pestisida dapat membahayakan kesehatan manusia yang terpapar.

4.2.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap

Distribusi petani penyemprot berdasarkan sikap dapat dilihat pada tabel 4.11. berikut:

Tabel 4.11. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Sikap di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tahun 2013

No. Indikator Sikap Jumlah

N %

1. Pestisida yang dipergunakan harus terdaftar atau memiliki izin

- Setuju - Tidak setuju

19 11

63,3 36,7

Jumlah 30 100,0

2. Pestisida disimpan di wadah asli beserta label - Setuju

- Tidak setuju

27 3

90,0 10,0

Jumlah 30 100,0

3. Pengadukan harus menggunakan alat bantu

- Setuju 30 100,0

Jumlah 30 100,0

4. Pencampuran beberapa pestisida tidak boleh dilakukan jika tidak ada anjuran pada label kemasan

- Setuju - Tidak setuju

17 13

56,7 43,3


(65)

Jumlah 30 100,0 5. Penyemprotan sebaiknya mengikuti arah angin

- Setuju - Tidak setuju

28 2

93,3 6,7

Jumlah 30 100,0

6. Penyemprotan tidak boleh dilakukan saat angin kencang - Setuju

- Tidak setuju

21 9

70,0 30,0

Jumlah 30 100,0

7. Pemakaian APD perlu saat pencampuran dan penyemprotan pestisida

- Setuju 30 100,0

Jumlah 30 100,0

8. Tidak boleh makan, minum, merokok selama penyemprotan

- Setuju - Tidak setuju

29 1

96,7 3,3

Jumlah 30 100,0

9. Sisa campuran pestisida tidak boleh disimpan - Setuju

- Tidak setuju

27 3

90,0 10,0

Jumlah 30 100,0

10. Setelah melakukan penyemprotan sebaiknya segera mandi

- Setuju 30 100,0

Jumlah 30 100,0

11. Pakaian yang digunakan saat menyemprot harus segera dicuci

- Setuju - Tidak setuju

26 4

86,7 13,3

Jumlah 30 100,0

Hasil penelitian yang terlihat pada tabel diatas menunjukkan bahwa 19 orang (63,3%) responden setuju pestisida yang dipergunakan harus terdaftar atau meliliki izin dari dinas pertanian, 27 orang (90%) responden setuju pestisida harus disimpan di wadah aslinya beserta label dan keterangan lengkap, 30 orang (100%) responden setuju campuran pestisida harus diaduk menggunakan alat bantu seperti kayu atau


(66)

bambu, 17 orang (56,7%) responden setuju pencampuran beberapa jenis pestisida tidak dapat dilakukan apabila tidak ada anjuran tertulis pada kemasan pestisida, 28 orang (93,3%) responden setuju penyemprotan dilakukan mengikuti arah angin, 21 orang (70%) responden setuju penyemprotan tidak boleh dilakukan pada saat angin kencang, 30 orang (100%) responden setuju pemakaian APD penting pada saat pencampuran dann penyemprotan pestisida, 29 orang (96,7%) responden setuju tidak boleh makan, minum, dan merokok selama penyemprotan, 27 orang (90%) responden setuju bahwa sisa campuran pestisida tidak boleh disimpan, 30 orang responden (100%) setuju bahwa setelah melakukan penyemprotan petani harus segera mandi, dan 26 orang (86,7%) responden setuju bahwa pakaian yang digunakan saat menyemprot harus segera dicuci.

4.2.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan

Distribusi petani penyemprot berdasarkan sikap dapat dilihat pada tabel 4.12. berikut:

Tabel 4.12. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Tindakan di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tahun 2013

No. Indikator Tindakan Jumlah

N %

1. Tempat membeli pestisida

- Toko berizin 30 100,0

Jumlah 30 100,0

2. Tempat menyimpan pestisida - Gubuk/gudang - Rumah

27 3

90,0 10,0

Jumlah 30 100,0


(67)

- Label kemasan - Pengalaman pribadi

2 28

6,7 93,3

Jumlah 30 100,0

4. Jarak waktu penyemprotan - Sesuai label

- Tidak sesuai label

1 29

3,3 96,7

Jumlah 30 100,0

5. Tindakan yang dilakukan apabila pestisida terkena wajah pada saat aplikasi

- Dicuci dengan air mengalir - Dibersihkan dengan tangan

3 27

10,0 90,0

Jumlah 30 100,0

6. Yang dilakukan apabila angin bertiup kencang saat menyemprot

- Berhenti sampai tidak ada angin - Terus menyemprot

1 29

3,3 96,7

Jumlah 30 100,0

7. Cara menyemprot

- Sesuai arah angin - Bolak-balik

4 26

13,3 86,7

Jumlah 30 100,0

8. Penggunaan APD pada saat

menyemprot: - Topi

- Pakaian lengan panjang - Masker

- Sepatu - Kacamata - Sarung tangan

Ya 29 29 3 5 1 2 % 96,7 96,7 10,0 16,7 3,3 6,7 Tidak 1 1 27 25 29 28 % 3,3 3,3 90 83,3 96,7 93,3 9. Perlakuan terhadap sisa campuran pestisida

- Dibuang jauh dari sumber air - Dibuang di sembarang tempat

N 1 29 % 3,3 96,7

Jumlah 30 100,0

10. Tindakan setelah selesai menyemprot: - Mandi pakai sabun dan ganti

baju

- Mencuci tangan saja - Merokok

- Melanjutkan pekerjaan

Ya 3 26 24 16 % 10,0 86,7 80,0 53,3 Tidak 27 4 6 14 % 90,0 13,3 20,0 46,7 11. Perlakuan terhadap wadah pestisida

yang telah habis :


(68)

- dikubur

- dijual ke penampungan barang bekas

- dibakar

- dibuang begitu saja

6 20 6 4 20,0 66,7 20,0 13,3 24 10 24 26 80,0 33,3 80,0 86,7

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keseluruhan responden (30 orang) membeli pestisida di toko berizin, 27 orang (90%) responden menyimpan pestisida di di gubuk, 2 orang (6,7%) responden mencampur pestisida berdasarkan pada label kemasan, hanya 1 orang (3,3%) responden yang menyesuaikan jarak waktu penyemprotan dengan anjuran pada label kemasan, 3 orang (10%) responden mencuci wajah dengan air mengalir apabila terkena pestisida pada saat menyemprot, 1 orang (3,3%) responden yang berhenti sejenak apabila angin bertiup kencang pada saat menyemprot, 4 orang (13,3%) menyemprot sesuai arah angin, 22 orang (73,3%) responden selalu menggunakan APD pada saat melakukan penyemprotan, 29 orang (96,7%) responden menggunakan topi, 29 orang (96,7%) responden menggunakan pakaian lengan panjang, 3 orang (10%) responden menggunakan masker, 5 orang (16,7%) responden menggunakan sepatu, 1 orang (3,3%) responden menggunakan kacamata, 2 orang (6,7%) responden menggunakan sarung tangan pada saat menyemprot, hanya 1 orang (3,3%) responden yang membuang sisa pestisida jauh dari sumber air, 3 orang (10%) responden mandi menggunakan sabun dan mengganti pakaian setelah selesai menyemprot, 26 orang (86,7%) responden hanya mencuci tangan, 24 orang (80%) responden merokok, dan 16 orang (53,3%) responden melanjutkan pekerjaan lain setelah selesai menyemprot, 6 orang (20%) responden mengubur wadah pestisida yang telah habis digunakan, 20 orang (66,7%) responden


(69)

menjual wadah pestisida yang telah habis ke tempat penampungan barang bekas, 6 orang (20%) responden membakar wadah tempat pestisida yang telah habis, dan 4 orang (13,3) responden membiarkan begitu saja wadah pestisida yang telah habis di sekitar lahan pertanian.

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dilihat meliputi: jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, waktu kerja, dan lama kerja.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kegiatan pengelolaan pestisida sebagian besar dilakukan oleh petani laki-laki. Berdasarkan wawancara diperoleh bahwa pengelolaan pestisida ini dilakukan petani laki-laki karena proses penyemprotan membutuhkan tenaga yang besar baik untuk menggendong alat pompa yang beratnya sekitar 21 kg, maupun untuk menyemprotkan pestisida ke tanaman.

Berdasarkan karakteristik umur responden paling banyak berada pada usia 53-58 tahun yaitu sebanyak 6 orang. Hal ini menunjukkan bahwa banyak petani yang telah lanjut usia namun tetap melakukan pekerjaan menyemprot. Padahal pada usia lanjut daya tahan tubuh manusia mulai menurun. Hal ini berarti petani memiliki risiko tinggi terhadap kejadian keracunan pestisida.

Berdasarkan karakteristik pendidikan responden paling banyak berada pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 14 orang (46,6%) dan paling sedikit berada pada tingkat pendidikan D3-S1 yaitu sebanyak 3 orang (10%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilki tingkat pendidikan yang cukup baik.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Stroberi Di Desa Dolat Rayat Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo

8 63 83

Pengetahuan, Sikap, Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Aktifitas Cholinesterase Pada Darah Di Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Tahun 2005

0 31 77

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida

0 7 98

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Sayuran dalam Penggunaan Pestisida di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara

1 3 75

Tindakan Petani Penyemprot Pestisida di Desa Pantai Cermin Kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat Tahun 2015

3 37 82

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 5 12

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 1 17

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

1 7 4

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Penyemprot pada Penggunaan Pestisida di Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rayat Tahun 2013

0 0 12