PENANGANAN DAN PENGAWASAN PERPAJAKAN DAL (1)

PENANGANAN DAN PENGAWASAN PERPAJAKAN DALAM RANGKA INTENSIFIKASI DI
BIDANG E-COMMERCE
(STUDI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MALANG SELATAN)
Anita Aprilia
Endang Siti Astuti
Nila Firdausi Nuzula
(Program Studi Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas
Brawijaya, Malang, [email protected])
Abstract
The globalization era has very board impact on the development of human activities, including business and trade.
The correct development in trading activity is the use of electronic media for sellers to offer products and for buyers
to purchase them. This phenomenon is called as e-commerce. This study to describe and analyse the efforts of
Taxation Office in Malang (Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan) in handling and supervising ecommerce taxation. This study found that Directorat General of Taxation (Direktorat Jenderal Pajak) has classified
several models of e-commerce, that helps the officers to manage the taxation aspect. This study also found some such
as the low compliance level of difficulties tax payers to report their activities and the lack of supporting taxation
system and regulationon e-commerce.
Keywords: e-commerce, handling and supervision, taxation.
PENDAHULUAN
Era globalisasi menuntut masyarakat

berkembang, Indonesia memiliki trend yang


untuk selalu memberikan sebuah terobosan

cukup baik terhadap perdagangan melalui

baru dalam setiap bidang kegiatannya. Pada

jaringan elektronik. Sistem online yang mudah

dasarnya, proses itulah yang membuat umat

dan sederhana dianggap sebagai sarana aman

manusia

dalam melakukan transaksi perdagangan.

menjadi

menghadapi


lebih

untuk
segi

Kecenderungan masyarakat Indonesia

sosial,

dari transaksi online semakin besar. Potensi yang

maupun budaya. Salah satu dampak yang

didapat dari adanya transaksi e-commerce ini

dihasilkan

oleh


terciptanya

teknologi

ekonomi,

dunia global.

kreatif

kesehatan,

pendidikan,

adalah

cukup memberikan peluang baru bagi beberapa

Teknologi


sektor. Baik dari sisi bisnis, peraturan, maupun

internet memiliki efek besar pada perdagangan

segi perpajakannya. Data mengenai jumlah

global

transaksi e-commerce juga mempertegas bahwa

dalam

perangkat

era

Baik dari

hal


lunak

globalisasi
internet.

layanan,
komputer,

yang

meliputi

produk-produk

hiburan, layanan informasi, informasi teknik,

adanya

potensi


baru

yang

harus

digali.

Khususnya pada sektor perpajakan.

lisensi produk, layanan finansial dan layanan
perdagangan dunia tercatat lebih dari $40
milyar Amerika, dan transaksi yang tercipta
terjadi secara online (Ustadiyanto, 2001:33).
Kemajuan di bidang teknologi, komputer, dan
telekomunikasi

mendukung

perkembangan


pada transaksi perdagangan. Dengan internet

Nilai Transaksi Online

tenaga ahli (Ustadiyanto, 2001:32). Pada saat ini

8
6
4
2
0

pelaku bisnis tidak lagi mengalami kesulitan

2010 2011 2012 2013 2014

dalam memperoleh informasi apapun, untuk

Tahun


menunjang

aktivitas

bisnisnya

(Irnawati,

2011:95).
Perubahan bentuk perdagangan secara
konvensional

menuju sistem

online adalah

sebuah perkembangan yang perlu disesuaikan
dengan keadaan sebuah negara. Indonesia
sendiri

peraturan

masih
yang

membutuhkan
mendukung

beberapa
terciptanya

transaksi secara online. Pemerintah setidaknya
mampu mempelajari terhadap implikasi yang
terjadi di dalam sistem perdagangan secara
elektronik atau e-commerce. Sebagai negara

Data Jumlah
Transaksi
Online di
Indonesia

(dalam
Triliun
Rupiah)

Gambar 1. Data Nilai Transaksi E-commerce di
Indonesia
Trend di atas menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan untuk nilai transaksi
online di Indonesia. Pada tahun 2012 terlihat
bahwa nilai transaksi online mencapai 2,5 triliun
rupiah. Pada tahun 2014 akan diproyeksikan
mencapai 7,2 triliun rupiah. Meningkat sekitar
tiga kali lipat dari nilai transaksi online pada
tahun 2012. Jumlah transaksi tersebut diperoleh
dari sekitar 6% dari 50 juta pengguna internet di
Indonesia yang berbelanja secara online.

Di dalam sistem perpajakan Indonesia

bahwa segala dokumen yang dikeluarkan dari


terdapat hal yang dapat dilakukan sebagai

sistem perdagangan dunia maya adalah legal

bentuk

dan

proses

dalam

penanganan

dan

dapat

dipergunakan

untuk

laporan

pengawasan yaitu upaya intensifikasi pajak.

keuangan sebagai bukti fisik atas pelaporannya.

Intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi

Sesuai dengan ketentuan tersebut, maka tidak

penggalian penerimaan pajak terhadap objek

ada alasan apapun bagi para pelaku e-commerce

serta subjek pajak yang telah tercatat atau

untuk menghindari kewajiban perpajakannya.

terdaftar

dalam

administrasi

(Direktorat

Mengacu dari berbagai permasalahan

Jenderal Pajak) DJP (Vergina, 2009:1). Tujuan

pada transaksi e-commerce, kota Malang, Jawa

adanya

adalah

Timur merupakan kota dengan sektor industri

dalam

yang baik. Masyarakat kota Malang semakin

intensifikasi

mengintensifkan

pajak

semua

usaha

meningkatkan penerimaan pajak, khususnya

aktif

dalam hal ini adalah Wajib Pajak pelaku usaha

perdagangannya,

online. Wajib Pajak yang dimaksud adalah

maupun melalui jaringan media elektronik.

mereka yang telah memenuhi syarat sebagai

Dalam salah satu Sidang Paripurna Gotong

subjek pajak. Subjek Pajak adalah Orang Pribadi

Royong Kotapraja Malang pada tahun 1962

atau Badan yang menerima atau memperoleh

menghasilkan Tri Bina Cita kota Malang dengan

penghasilan. Menurut Undang-Undang PPh,

ditetapkannya kota Malang sebagai kota pelajar,

subjek pajak terdiri dari orang pribadi, badan,

kota industri dan kota pariwisata. Ketiga pokok

BUT. Transaksi e-commerce merupakan salah

tersebut menjadi landasan masyarakat kota

satu objek yang perlu adanya instensifikasi

Malang

pajak.

perekonomian (www.kotaMalang.go.id, 2011),
Melihat potensi yang cukup besar dari

data grafik tentang nilai transaksi e-commerce,
maka

perlu

adanya

pengawasan

dan

giat

dalam
baik

untuk

melakukan
secara

usaha

konvensional

mengembangkan

sektor

yang akan membuat kawasan kota Malang
memiliki perekonomian yang baik.

dan

Transaksi

menjadi

e-commerce

fokus

penanganan secara simultan kepada setiap

pemilihan

wajib pajak yang melakukan transaksi

kegiatannya. Perdagangan yang tampak akan

e-

tema

yang

penting

karena

commerce pada sistem perdagangannya. Potensi

sulit

besar pada e-commerce ini dikarenakan model

mengandalkan pada perdagangan secara fisik

perdagangan yang berbeda dari bisnis secara

atau konvensional saja. Persoalan ini menjadi

konvensional. Seseorang akan dengan mudah

lebih rumit karena pelaku-pelaku bisnis tersebut

memilih barang yang akan dibeli dari tempat

mengambil ranah di dunia maya. Alhasil, untuk

dimanapun

Lalu

orang pribadi dan badan yang melakukan

rekening

transaksi e-commerce akan lebih sulit daripada

penjual dan barang diantar langsung ke tempat

memeriksa wajib pajak dengan perlakuan bisnis

pembeli.

secara konvensional.

dengan

mengirimkan

akses

sejumlah

internet.

uang

ke

dilacak,

jika

pihak

DJP

hanya

Di dalam Undang-Undang Republik

Tujuan penelitian ini adalah untuk

Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 pasal 5 tentang

mendeskripsikan dan menganalisis penanganan

Informasi

dan pengawasan yang dilakukan oleh Kantor

selanjutnya

dan

Transaksi

disebut

UU

Elektronik
ITE

yang

dikemukakan

Malang

Selatan

bahwasanya subjek pelaku untuk kegiatan e-

terhadap potensi perpajakan dalam

rangka

commerce adalah orang yang telah melakukan

intensifikasi perpajakan di bidang e-commerce.

perbuatan hukum secara nyata untuk kegiatan

Penelitian

perdagangannya,

masukan pihak DJP dalam rangka peningkatan

dokumen

dalam

elektronik

kedudukannya

adalah

hal
dari

ini

adanya

e-commerce

disetarakan

dengan

dokumen yang dibuat di atas kertas. Selain itu,
kelegalan dokumen yang dilakukan oleh para
pengusaha online dibahas di dalam Surat
Direktur Jenderal Pajak nomor S-702/PJ.332/2006
tentang legalitas dokumen dari transaksi ecommerce. Isi dari surat tersebut menunjukkan

Pelayanan

masukan

Pajak

ini
dari

Pratama

diharapkan
pajak

dapat

untuk

Pendapatan Belanja Negara (APBN).

menjadi
Anggaran

TINJAUAN TEORI

transaksi elektronik, khususnya dalam hal

Pajak

pembuktian dan hal yang terkait dengan
Pajak

menurut

Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui
sistem eletronik.

Perpajakan

Permasalahan yang lebih luas terjadi

sebagaimana telah diubah dengan Undang-

pada bidang keperdataan karena transaksi

Undang Nomor 16 tahun 2000 sebagaimana

elektronik untuk kegiatan perdagangan melalui

telah beberapa kali diubah terakhir dengan

sistem elektronik telah menjadi bagian dari

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 yang

perniagaan nasional dan internasional. Dalam

selanjutnya

adalah

kegiatan e-commerce telah didukung dalam UU

yang

ITE pasal 5 bahwa dokumen elektronik yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang

dijadikan sebagai alat atau bukti perdagangan

bersifat

yang sah di mata hukum merupakan salah satu

Umum

dan

Tata

Cara

disebut

kontribusi

wajib

UU

KUP

kepada

memaksa

negara

berdasarkan

Undang-

Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

hal

secara

perpajakan. Bahwasanya kegiatan e-commerce

langsung

keperluan

dan

negara

digunakan

bagi

untuk

sebesar-besarnya

yang

telah

merupakan

memperluas

kegiatan

aspek

perdagangan

dari

dimana

kemakmuran rakyat.

pelaku usaha yang terlibat wajib menaati

E-commerce

peraturan perundang-undangan yang ada.

E-commerce
merupakan

suatu

pada

dasarnya

kontak

transaksi

Sementara

itu,

di

dalam

Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun

perdagangan antara penjual dan pembeli

2014

dengan menggunakan media internet. Jadi

selanjutnya disebut dengan UU Perdagangan,

proses

yang dimaksud dengan perdagangan adalah

pemesanan

transaksi

barang,

hingga

pembayaran

pengiriman

barang

dikomunikasikan melalui internet.

Pasal

1

tentang

Perdagangan

yang

tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi
barang atau jasa di dalam negeri dan melampaui

Dilihat dari jenis transaksinya, e-

batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan

commerce dikelompokan menjadi dua segmen

hak atas barang atau jasa untuk memperoleh

yaitu, business to business e-commerce (B2B e-

imbalan atau kompensasi. Pada kegiatan e-

commerce) dan business to consumer (B2C). B2B

commerce terjadi sebuah transaksi perdagangan

e-commerce adalah transaksi perdagangan

yang dilakukan melalui jaringan elektronik.

melalui internet yang dilakukan oleh dua

Pada UU Perdagangan Pasal 65 ayat (1)

atau lebih perusahaan. Transaksi dagang

bahwasanya

tersebut sering disebut sebagai Enterprise

memperdagangkan barang atau jasa dengan

Resouces Planning (ERP) ataupun supply chain

menggunakan

Sedangkan

management.
merupakan

transaksi

B2C

sistem
data

atau

usaha

yang

elektronik
informasi

wajib
secara

lengkap dan benar. Data atau informasi yang

internet antara penjual barang konsumsi

ditujukan adalah identitas dan legalitas pelaku

dengan konsumen (end user) (Ustadiyanto,

usaha, persyaratan mengenai teknis barang

2001:12). Terdapat pula e-commerce yang

yang ditawarkan, kualifikasi jasa, harga dan

dikelompokkan menjadi beberapa segmen

cara pembayaran, maupun cara penyerahan

yaitu,

barang tersebut. Pada UU Perdagangan Pasal

cash

on

beli

menyediakan

pelaku

melalui

metode

jual

e-commerce

setiap

delivery

(COD),

maupun toko online.

115 disebutkan pula mengenai ketentuan pidana

Beberapa hal selanjutnya yang menjadi

di sana dijelaskan bahwa setiap pelaku usaha

tugas dari pemerintah untuk menggabungkan

yang

beberapa Undang-Undang yang telah dibuat

dengan menggunakan sistem elektronik yang

guna mempertegas adanya kegiatan e-commerce.

tidak sesuai dengan data atau informasi akan

UU ITE telah menegaskan bahwasanya pada

dipidana paling lama 12 tahun dan pidana

saat ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang

denda paling banyak Rp. 12.000.000.000,00.

memperdagangkan

barang

atau

jasa

Secara

Terlihat bahwasanya untuk kegiatan e-

internasional digunakan untuk istilah hukum

commerce ini telah didukung oleh Undang-

yang terkait dengan pemanfaatan teknologi

Undang yang dikeluarkan negara, yaitu UU ITE

informasi

Permasalahan

dan UU Perdagangan. Hal ini dimaksudkan

hukum yang seringkali terjadi dan tengah

bahwasanya e-commerce merupakan kegiatan

dihadapi

yang sah di mata hukum. Mulai dari pendirian

dikenal

dengan

dan

telematika.

komunikasi.

adalah

penyampaian

hukum

ketika

informasi,

terkait

dengan

komunikasi

dan

usahanya, para pelaku usaha yang terlibat,

transaksi antara penjual dan pembeli, sampai
pada

dokumen

secara

elektronik

yang

Dalam penelitian kualitatif standar pada
derajat kepercayaan dan kebenaran dari hasil

digunakan. Hal ini terkait pula dengan Undang-

penelitian

Undang perpajakan dimana segala kegiatannya

keabsahan

data.

merupakan

keabsahan

data

subjek

dan

objek

pajak

yang

dilakukan

dengan

Dalam

adanya

menetapkan

diperlukan

teknik

menjadi kewajiban dari para pelaku usaha yang

pemeriksaan.

terlibat.

pemeriksaan didasarkan atas sifat kriteria

Pelaksanaan

teknik

yang digunakan, yaitu: derajat kepercayaan,
METODE PENELITIAN

kepastian, dan kebergantungan (Moleong,

Penelitian ini menggunakan metode
penelitian

deskripsi

dengan

pendekatan

kualitatif. Lokasi penelitian berada di Kantor
Pelayanan

Pajak

Pratama

Malang

Selatan

dengan basis wilayah perpajakan pada daerah
Klojen, Sukun, dan Kedungkandang.

Sumber

data yang digunakan adalah dengan proses
wawancara

kepada

para

informan

atau

narasumber yaitu Account Representative (AR).
Hal ini dikarenakan AR merupakan ujung
tombak dari pihak DJP kepada para Wajib Pajak
terkait dengan kewajiban perpajakannya. Serta
data sekunder atau data pendamping di dapat
melalui dokumen berupa UU PPh, UU PPN dan
PPnBM, UU ITE, UU Perdagangan, dan Surat
Edaran Nomor SE-62/PJ/2013 tentang Penegasan
Ketentuan

Perpajakan

atas

Transaksi

E-

2007:326).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Perpajakan di dalam transaksi e-commerce
pada KPP Pratama Malang Selatan
Mekanisme transaksi e-commerce dan aspek
perpajakan
Pihak
pengawasan

Teknik analisa data yang digunakan
pada penelitian ini adalah dengan mencari dan

selama

penelitian

berlangsung,

dan

dokumentasi. Hal itu dilakukan dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori yang
telah dibuat sebelumnya, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan akan
dipelajari serta membuat kesimpulan yang
mudah dipahami oleh orang lain. Selanjutnya,
untuk tahapan dalam analisa data di lapangan
yang dilakukan untuk penelitian ini adalah
menurut model Miles dan Huberman. Berikut
adalah gambar tahapan analisis data model
Interaktif oleh Miles dan Huberman.

serta

mengadakan

penanganan

terhadap

langkah yang tepat di dalam penerapannya. Hal
tersebut karena pada subjek dan objek pajak
adalah pihak-pihak yang terlibat di dalam dunia
maya yang secara fisik sulit untuk ditemukan.
Kegiatan e-commerce sendiri merupakan kegiatan
perdagangan

yang
Para

menggunakan
pelakunya

jaringan

tidak

dapat

diindentifikasi langsung secara fisik, karena
kegiatannya yang berada di dunia maya.
Dari sana terlihat bahwasanya masih

menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan di lapangan

dalam

perpajakan di bidang e-commerce memerlukan

elektronik.

commerce.

DJP

perlu adanya pengawasan serta penanganan
yang dilakukan dalam aspek perpajakan di
bidang e-commerce. Permasalahan yang terjadi
adalah terletak pada siapa subjek dan apa objek
pajak

yang

melekat

pada

transaksi

ini.

Diperlukan pemahaman yang lebih terkait
mekanisme

serta

aspek

perpajakan

yang

melekat untuk kegiatan e-commerce ini. Datadata laporan keuangan yang terjadi di dalam
suatu objek perpajakan menjadi penanganan
yang mendapatkan sedikit kesulitan dalam hal
pengenaan perpajakan. Di dalam e-commerce
tidak

ada

perbedaan

dengan

transaksi

perdagangan secara konvesional, hanya saja
karena transaksi yang digunakan melalui media
elektronik, maka menjadi hal yang penting
dalam penegasan aspek perpajakannya.
Sesuai dengan Surat Edaran DJP Nomor
SE-62/PJ/2013 tentang Penegasan Ketentuan
Perpajakan atas Transaksi E-commerce, disana
telah dijelaskan bahwasanya perlu adanya
pengoptimalan dalam potensi penerimaan pajak
Gambar 2. Proses Analisis Data Model

dari transaksi e-commerce. Secara garis besar,

Interaktif Miles dan Huberman

karena model transaksi yang cukup sederhana

Sumber: Miles and Michael A. Huberman,1992

serta kegiatan yang dapat dilakukan dimana
saja, maka transaksi ini menjadi daya tarik

tersendiri

bagi

para

pelakunya.

Dalam

4. Online Retail

penanganan yang telah dilakukan oleh pihak

E-commerce dalam kategori ini paling

DJP terdapat empat model transaksi e-commerce

banyak digunakan oleh pelaku usaha online di

beserta aspek perpajakannya. Keempat model

Indonesia. Seperti halnya melakukan kegiatan

transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

promosi dan penjualan melalui jejaring media

1. Online Marketplace

sosial.

Transaksi

model

ini

Online

merupakan

Retail

kegiatan

merupakan

menjual barang atau jasa yang dilakukan oleh

kegiatan untuk menyediakan tempat usaha di

Penyelenggara Online Retail sekaligus sebagai

Mal Internet sebagai tempat Online Marketplace

Online Retail Merchant (penjual) kepada Pembeli

Merchant (penjual) dalam hal menjual barang

di situs Online Retail. Untuk model e-commerce

atau jasa kepada pembeli yang bertransaksi

ini

melalui Mal Internet. Dalam hal bertransaksi

penjual yang ikut serta dalam hal bertransaksi

dengan model e-commerce ini menggunakan

atas barang atau jasa yang dipajang di dalam

penyelenggara juga berfungsi sebagai

pihak ketiga sebagai rekening escrow account

media online. Contoh model e-commerce ini

bank Penyelenggara Online Marketplace. Pihak

adalah Bhinneka.com. Pihak-pihak yang terkait

penyelenggara

di

akan

membayarkan

hasil

dalam

kegiatan

transaksi

ini

adalah

penjualan barang atau jasa kepada penjual

Penyelenggara Online Retail sekaligus sebagai

dengan terlebih dahulu melakukan pemotongan

Online Retail Merchant (penjual) dan Pembeli.

fee

atas

hasil

yang

didapatkan.

Pembeli

membayarkan barang atau jasanya melalui

Penanganan terhadap pajak di bidang e-

rekening

commerce

Penyelenggara.

Contoh

model

e-

comerce ini adalah zalora.com. Pihak-pihak yang
terkait

dalam

transaksi

penyelenggara

Online

model

Penanganan yang dilakukan oleh para

ini

adalah

AR pada KPP Pratama Malang Selatan memuat

Marketplace,

Online

dari berbagai klasifikasi model bisnis masing-

Marketplace Merchant (penjual), dan Pembeli

masing transaksi e-commerce. Para Wajib Pajak

2. Classified Ads

pelaku usaha online dilakukan pemungutan oleh

Transaksi pada jenis model e-commerce

pihak fiskus berdasarkan aspek perpajakan atas

ini merupakan kegiatan untuk menyediakan

kegiatan dagangnya. Baik dari segi penjualan,

tempat atau waktu guna memajang content (teks,

pembelian, pajak atas pertambahan nilai barang

grafik, video penjelasan, informasi dan lain-lain)

atau jasa tersebut maupun seluruh proses yang

berupa barang atau jasa bagi Pengiklan untuk

berkaitan dengan pemungutan pajak yang

memasang

kepada

sebelumnya telah diatur di dalam Undang-

Pengguna Iklan melalui situs yang disediakan

Undang Perpajakan. Aspek perpajakan tersebut

oleh

iklan

yang

Penyelenggara

ditujukan

Classified

Ads.

Baik

berlaku bagi setiap pihak-pihak yang berkaitan

Pengguna

Iklan

akan

dengan penyelenggaraan kegiatan e-commerce.

bertransaksi secara mandiri, tidak terdapat

Para pelakunya merupakan subjek dan objek

pihak ketiga yang membantu dalam hal proses

yang

pembayaran barang atau jasa yang akan dijual.

memiliki aspek perpajakan yang dikenakan.

Pengiklan

maupun

Penyelenggara Classified Ads hanya sebagai
tempat

bagi

dalam

kegiatan

perdagangannya

Selain itu penanganan untuk transaksi ecommerce ini adalah sesuai dengan transaksi

promosi barang atau jasa yang akan dijual.

pada perdagangan secara konvensional. Tidak

Contoh Classified Ads adalah Berniaga.com.

ada perbedaan dalam hal pemungutannya, yaitu

Pihak-pihak yang terkait dalam transaksi model

sesuai dengan peraturan perundang-undangan

ini

yang

Penyelenggara

hal

dalam

proses

adalah

Pengiklan

di

Classified

Ads,

berlaku.

Hanya

saja

penerapannya

Pengiklan, dan Pengguna Iklan.

terhadap para pelaku bisnis di bidang e-

3. Daily Deals

commerce membutuhkan proses penangkapan

E-commerce

dalam

kategori

ini

atau

penjaringan

data

yang

cukup

sulit.

merupakan penyediaan kegiatan usaha berupa

Keadaan para pelaku yang menggunakan media

situs Daily Deals yang berfungsi sebagai tempat

dunia maya, menyebabkan pihak DJP menjadi

Daily Deals Merchant (penjual), dalam hal

kesulitan. Berikut adalah flowchart penanganan

menjual barang atau jasa kepada para Pembeli

perpajakan bagi AR terhadap Wajib Pajak

dengan menggunakan Voucher sebagai sarana

pelaku e-commerce.

pembayaran. Pihak-pihak yang terkait di dalam
model transaksi jenis ini adalah Penyelenggara
Daily Deals, Daily Deals Merchant dan Pembeli.

Wajib Pajak Pelaku
E-commerce

Account Representative

Seksi Pelayanan

Meneliti dan
memeriksa berkas.
Baik untuk SPT
Tahunan, Masa dan
Laporan Keuangan

Mulai

Tidak

Membuat surat
Tidak
himbauan
kepada
Wajib Pajak atas SPT
yang dilaporkan

Ya

Mengisi
formulir untuk
Surat
Pemberitahuan
Tahuan atau
Masa

Membuat tanda
terima kepada Wajib
Pajak atas
penyerahan Laporan
SPT

Formulir SPT
Tahunan dan
Masa

Tanda Terima
Penyerahan SPT

Surat
Himbauan

Meneliti pembetulan
atas kesalahan
tersebut.

Memperbaiki
kesalahan yang
terdapat pada
Surat Himbauan

SPT benar, lengkap,
dan jelas

Selesai

Gambar 3. Flowchart Penanganan Perpajakan Pelaku E-commerce
Pengawasan AR
AR

merupakan

ujung

tombak

dari

surat

kabar.

Hal

ini

bertujuan

untuk

pelayanan yang dilakukan oleh pihak DJP

mengembangkan dan meningkatkan potensi

kepada para Wajib Pajak. Salah satu tugas dan

dari e-commerce di KPP Pratama Malang Selatan

tanggungjawab

melalui pengawasan yang dilakukan para AR..

dari

AR

adalah

meneliti

pengawasan kepatuhan formal Wajib Pajak serta

Prosedur atau skema pengawasan dalam

melakukan penelitian dan analisa kepatuhan

rangka intensifikasi perpajakan terhadap e-

material Wajib Pajak atas pemenuhan kewajiban

commerce dapat dijelaskan melalui flowchart di

perpajakannya. Maka, secara tidak langsung

bawah ini. Hal ini bertujuan guna menganalisis

pengawasan

potensi

upaya yang dilakukan AR terhadap Wajib Pajak

perpajakan yang sesuai dengan wilayahnya

pelaku usaha e-commerce. Selain itu kegiatan

merupakan

pengawasan di dalam perpajakan menjadi tolak

atas

pemenuhan

tanggungjawab

dari

para

AR

tersebut.
Proses pengawasan yang dilakukan para
AR adalah dengan melakukan penggalian data,
melalui data internal yang telah dimiliki oleh
DJP sesuai dengan basis wilayah perpajakannya.
Maupun melalui kegiatan pencarian data pelaku
e-commerce dengan data dari internet maupun

ukur dalam proses intensifikasi yang terjadi
untuk terus mengamankan penerimaan negara
melalui pajak.

Account Representative

Wajib Pajak Pelaku E-commerce

Mulai

Melaksanakan kewajiban perpajakan
seperti menghitung, menyetor, dan
melaporkan pajaknya.

Menggali potensi melalui data internal
DJP atau data eksternal seperti media
internet, surat kabar.
Dokumen
Perpajakan: Kartu
NPWP, SPT

Data Wajib Pajak
pelaku e-commerce

Selesai

Gambar 4. Flowchart Pengawasan Perpajakan di Bidang E-commerce

Faktor

Pendukung

dan

Penghambat

melakukan

pengawasan

dan

penanganan

Penanganan dan Pengawasan dalam Rangka

kepada Wajib Pajak pelaku usaha online.

Intensifikasi di Bidang E-commerce

b.

Kepatuhan dan Kesadaran Wajib Pajak
Pelaku Usaha Online

1. Faktor Pendukung
Adanya Klasifikasi mengenai E-commerce

Beberapa permasalahan yang terjadi

DJP telah menggarap untuk pengawasan

pada dunia perpajakan di Indonesia adalah

serta penanganan bagi para pelaku usaha online.

pada kepatuhan dan kesadaran dari Wajib

Perpajakan bagi para pelaku usaha online pada

Pajak. Dalam hal ini para Wajib Pajak pelaku

dasarnya adalah sama dengan penanganan

usaha online masih memiliki kesadaran yang

untuk para pedagang secara konvesional. Baik

rendah dalam hal kewajiban perpajakannya.

untuk perhitungan pada PPh, PPN, maupun

Seperti untuk pemenuhan pelaporan perpajakan

PPnBM. Maka dari itu, DJP telah membuat Surat

dalam

Edaran Nomor SE-62/PJ/2013 tentang Penegasan

Tahunan,

Ketentuan

produk hukum pajak lainnya.

Perpajakan

Atas

Transaksi

E-

c.

commerce.
Surat Edaran ini juga bertujuan untuk

hal

pengisian

Surat

Pemberitahuan

Surat Pemberitahuan Masa,

dan

Peraturan Perpajakan mengenai Transaksi
E-commerce
Tidak

menambah pengetahuan bagi para pegawai

adanya

peraturan

khusus

pajak dalam hal melakukan pengawasan serta

mengenai sistem perpajakan pada transaksi e-

penanganan perpajakan di bidang e-commerce.

commerce juga

Baik secara model bisnis dari masing-masing

dalam pemenuhan potensi perpajakan di sektor

transaksi

perdagangan

e-commerce

sampai

pada

aspek

menjadi
jenis

ini.

faktor

penghambat

Sistem

e-commerce

perpajakan yang akan menjadi subjek serta

memiliki skema yang berada di jaringan dunia

objek

maya,

pajak.

Hal

itu

dilakukan

untuk

jika pemerintah

belum siap untuk

mempermudah dalam penyampaian kewajiban

penyediaan sistem yang tepat maka aspek yang

perpajakan dari para Wajib Pajak pelaku usaha

lain akan terkendala pula.

online.
Pembahasan

2. Faktor Penghambat

Mekanisme

a. Sistem Internal DJP

kegiatan

dalam

Aspek Perpajakan

permasalahan pengawasan serta penanganan

E-commerce

Faktor

penghambat

di

e-commerce

dikelompokkan

dalam
menjadi

perpajakan di bidang e-commerce ada pada

beberapa segmen yaitu, business to consumer

sistem internal yang berada di DJP. Data-data

(B2C), metode cash on delivery (COD), maupun

perpajakan yang tersedia merupakan bagian

toko online. Sesuai dengan karakteristik yang

dari analisa dan penelitian yang dilakukan oleh

terdapat di dalam penegasan untuk e-commerce

para AR maupun petugas pajak lainnya dalam

dalam perpajakan, masing-masing memiliki
model bisnis yang berbeda sesuai dengan

segmen karakeristik dari

e-commerce.

Pada

pihak

DJP

untuk

praktiknya, terdapat beberapa model dalam

transaksi

penyelenggaraan transaksi e-commerce. DJP telah

perpajakannya.

yang

memastikan

berlangsung

mengenai

beserta

aspek

menyampaikan hal tersebut di dalam Surat

Pengawasan dari para AR juga sudah

Edaran Nomor SE-62/PJ/2013, mengenai model

dilakukan dalam rangka pemenuhan kewajiban

bisnis yang terjadi.

perpajakan bagi Wajib Pajak pelaku usaha

Segmentasi yang ada pada e-commerce
telah

disesuaikan

dengan

mekanisme

online. Pengawasan secara menyeluruh kepada
Wajib Pajak pelaku usaha online dan sistem

perpajakan yang telah berlaku. Pihak DJP

fasilitas

berusaha membuat skema yang berlangsung

meningkatkan potensi perpajakan dari transaksi

pada

Hal

e-commerce. Pengawasan tersebut berlaku dalam

tersebut bertujuan untuk meningkatkan Wajib

hal pemantauan terhadap maraknya berdagang

Pajak pelaku usaha online untuk penerimaan

dan berbelanja secara online. Kemudahan yang

Negara serta menciptakan kondisi bisnis di

didapat baik dari sisi penjual maupun pembeli

Indonesia khususnya pada e-commerce secara

meningkatkan proses bisnis untuk e-commerce.

masing-masing

jenis

e-commerce.

pendukung

dari

DJP

mampu

baik dan teratur. Aspek perpajakan pada setiap

Secara garis besar, pengawasan para

proses bisnisnya menjadi landasan yang penting

pegawai pajak khususnya AR dalam menangani

bagi fiskus dalam melakukan penelitian untuk

permasalahan

para Wajib Pajak pelaku usaha online.

wilayahnya

perpajakan
menjadi

masing-masing

tolak

ukur

dalam

perlakuan terhadap e-commerce. Upaya yang
Pengawasan Perpajakan di Bidang E-commerce

telah dilakukan masih bersifat manual dengan

Transaksi e-commerce merupakan objek

akses informasi yang tersedia, sebagai contoh

dan subjek pajak yang dapat dipungut atas

media internet, surat kabar dan media informasi

pajaknya. Strategi perpajakan di bidang e-

lainnya. Selayaknya, pihak DJP membuat sistem

commerce seharusnya memiliki perlakuan yang

khusus dalam hal pengawasan yang nantinya

berbeda untuk sistem dalam hal pengawasan.

akan

Pemerintah

melaksanakan tanggungjawabnya pada masing-

sebagai

aktor

dalam

pembuat

membantu

para

AR

masing

bertanggungjawab

pengawasan yang dilakukan akan terjadi secara

kewenangan

atas

melakukan

pemungutan

pajak

di

perpajakannya.

untuk

kebijakan, dalam hal ini adalah DJP yang
untuk

wilayah

bagi

Sehingga,

sistematis dan terukur.

Indonesia. Pengawasan perpajakan dilakukan
secara menyeluruh untuk pemungutan pajak di

Penanganan Perpajakan di Bidang E-commerce
Aspek perpajakan pada penanganan di

bidang e-commerce di Indonesia.
Kemunculan transaksi e-commerce di

bidang e-commerce merupakan hal yang sama

Indonesia menyebabkan trend baru di negara

pada

aspek

perpajakan

berkembang ini. Aspek ekonomi khususnya

perdagangan secara konvensional. Hal tersebut

perpajakan menjadi fokus pemerintah untuk

terletak pada PPh, PPN, PPnBM, dan Bea

menghimpun pendanaan untuk APBN. Namun,

Materai. Aspek perpajakan ini dikenakan atas

pengawasan menjadi permasalahan tersendiri

kegiatan transaksi yang dilakukan. Hal tersebut

bagi DJP dalam perkembangan bisnis di dunia

akan

maya. E-commerce menjadi media perdagangan

meneliti Wajib Pajak pelaku usaha online.

mempermudah

untuk

pihak

fiskus

bidang

dalam

yang cukup efektif bagi masyarakat. Kebutuhan

Untuk PPh dapat dihitung berdasarkan

akan informasi secara cepat dapat didapat

peredaran usaha, penghasilan lain, maupun

melalui media elektronik, disanalah e-commerce

penghasilan bruto. PPN dapat dikenakan atas

berkembang.

penyerahan dari Jasa Kena Pajak atau Barang

Pengawasan yang terpenting adalah

Kena Pajak dan Bea Meterai terjadi pada saat

berasal dari sistem yang dimiliki dan dibuat

para pelaku berkaitan dengan persetujuan

oleh DJP serta pemerintah. Fasilitas pendukung

dokumen elektronik mengenai syarat maupun

untuk keamanan dirasa perlu disesuaikan untuk

tata cara pembelian dan penjualan. Hal tersebut

menjaring para pelaku usaha online yang masih

digunakan untuk penanganan pajak di bidang e-

belum terdaftar sebagai Wajib Pajak. Para

commerce

pelaku

Pemberitahuan Tahunan, Surat Pemberitahuan

tersebut

himbauan

seharusnya

mengenai

mendapatkan

perpajakan

yang

dalam

hal

pengisian

Surat

Masa, dan Surat Pemberitahuan Masa PPN.

berlangsung. Data-data mengenai identitas dari

Penanganan perpajakan terkait dengan

para pelaku usaha online wajib dimiliki oleh

transaksi e-commerce memberikan ruang bagi

pemenuhan potensi perpajakan. Secara umum

rangka intensifikasi dengan memberikan

penanganan yang sama diberikan untuk Wajib

pelayanan yang baik serta pemahaman dari

Pajak pelaku usaha online. Aspek perpajakan

para AR kepada Wajib Pajak, baik secara

yang timbul merupakan kewajiban dari Wajib

administrasi

Pajak

commerce,

untuk

melaksanakan

perpajakannya

sesuai

kewajiban

dengan

peraturan

perpajakan,

dan

aspek

mekanisme

perpajakan

e-

yang

melekat di dalamnya.

perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

3. DJP telah membuat klasifikasi serta aspek

Penanganan para AR kepada Wajib Pajak

perpajakan yang melekat pada kegiatan

pelaku

dalam

bisnis e-commerce. Hal tersebut termuat di

meningkatkan penerimaan pada KPP Pratama

dalam Surat Edaran dari Direktorat Jenderal

Malang Selatan.

Pajak

usaha

berpotensi

online

Dampak yang akan dihasilkan dengan
adanya penanganan terhadap transaksi ini
adalah

perubahan

ekonomi.

Untuk

Nomor

Penegasan

SE-62/PJ/2013

Ketentuan

mengenai

Perpajakan

atas

Transaksi E-commerce.
Faktor pendukung dan penghambat dalam

pembangunan sistem keamanan bagi para

pengawasan

pelaku usaha online, sistem perpajakan untuk

terhadap transaksi e-commerce di wilayah kota

peningkatan

Malang.

penerimaan

negara,

maupun

dan

penanganan

perpajakan

membangun kesadaran para Wajib Pajak pelaku

1. Faktor pendukung yang mampu menunjang

usaha online untuk melaksanakan kewajiban

pengawasan serta penanganan perpajakan di

perpajakannya.

bidang e-commerce adalah adanya klasifikasi
model

bisnis

e-commerce

dan

aspek

KESIMPULAN DAN SARAN

perpajakan oleh DJP melalui Surat Edaran

Kesimpulan

Nomor SE-62/PJ/2013. Hal tersebut bertujuan

Dari data dan pembahasan

yang telah

untuk membantu pegawai pajak dalam

dipaparkan, maka sebenarnya terdapat potensi

memahami transaksi e-commerce dan aspek

perpajakan

perpajakan yang melekat di dalamnya.

yang

berasal

dari

intensifikasi

terhadap adanya transaksi e-commerce. Beberapa

2. Faktor Penghambat dalam hal pengawasan

kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian

dan penanganan perpajakan atas transaksi e-

ini adalah sebagai berikut:

commerce adalah keberadaan sistem Internal

Pengawasan

perpajakan

dari DJP yang belum mampu memberikan

terhadap transaksi e-commerce di wilayah kota

dan

penanganan

kebutuhan data yang tepat untuk para

Malang.

pelaku usaha online dan peredaran transaksi

1.

Penanganan yang dilakukan oleh KPP

yang terjadi, sehingga pegawai pajak dapat

Pratama Malang Selatan terhadap para

melakukan

pelaku

terhadap para pelaku usaha online tersebut.

usaha

online

adalah

dengan

melakukan pelaksanaan peraturan yang

3. Faktor

penelitian

Penghambat

dan

himbauan

selanjutnya

pada

sesuai dengan peraturan perpajakan pada

pengawasan dan penanganan perpajakan di

umumnya, seperti PPh, PPN, PPnBM, dan

bidang e-commerce di KPP Pratama Malang

Bea

Selatan

Meterai.

perpajakan

Penanganan
adalah

pada

sama

aspek
dengan

adalah

kesadaran

Wajib

tingkat
Pajak

kepatuhan
tersebut

dan
untuk

penanganan perpajakan pada perdagangan

menjalankan kewajiban perpajakan. Adanya

secara konvensional.

hubungan yang baik antara Wajib Pajak

2. Pengawasan pada KPP Pratama Malang
Selatan terhadap perpajakan di bidang emasih

commerce

terkendala

dalam

hal

melacak atau tracking para pelaku usaha

kontribusi

yang

maksimal baik dari potensi penerimaan
maupun sistem perpajakan yang ada.
4. Selanjutnya, faktor penghambat yang ada
adalah peraturan perpajakan khusus untuk

informasi yang ada, seperti media internet,

transaksi e-commerce. Dibutuhkan regulasi

jejaring

yang tepat guna penanganan perpajakan di

masih

sosial,

Pelacakan

memberikan

yang

dilakukan

terlibat.

mampu

media

online

yang

pelaku usaha online dan para pegawai pajak

berkutat

surat

kabar

pada
dan

media

informasi lainnya. Minimnya data yang
tersedia
eksternal

baik

secara
DJP

internal
belum

maupun
mampu

mengidentifikasi para pelaku usaha online
tersebut.

Pengawasan

dilakukan

dalam

bidang e-commerce.

Saran
Saran yang dapat diberikan dalam hal
penanganan dan pengawasan perpajakan di

DAFTAR PUSTAKA
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

bidang e-commerce adalah sebagai berikut:

sebagaimana telah beberapa kali diubah

1. Memastikan pada para Wajib Pajak baru

terakhir

pelaku usaha
sosialisasi

online

terkait

agar

mendapatkan

perpajakan

mengenai

transaksi e-commerce. Sosialisasi dilakukan
oleh setiap AR dalam rangka intensifikasi
terhadap wilayahnya kepada pelaku usaha
online. Hal ini dilaksanakan agar para pelaku

dengan

Undang-Undang

Nomor 16 tahun 2009.
Mathew B. Miles, dan Michael A. Huberman.
(1992), Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber Metode-Metode Baru terjemahan
Tjejep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI press.

usaha online sadar terhadap kewajiban dan
Moleong,

hak perpajakannya.
2. AR pada KPP Pratama Malang Selatan aktif
dalam menjaring Wajib Pajak baru pelaku

L.

(2007),

Kualitatif,

Metodologi

Bandung:

PT

Penelitian
REMAJA

ROSDAKARYA.

usaha online dengan cara melakukan tracking
di media sosial maupun jejaring media
internet lainnya. Dapat juga melalui data

Ustadiyanto, R. (2001), Framework e-commerce,
Yogyakarta: ANDI.

internal DJP atau media surat kabar. Selain
itu,

pihak

DJP

seharusnya

telah

mempersiapkan sistem yang terintegrasi
dengan baik terhadap peredaran usaha yang
dilakukan oleh pelaku usaha online tersebut,
agar pengawasan dan penanganan dapat
dimaksimalkan.
3. Pihak DJP dapat bekerjasama dengan pihak
Bank untuk melakukan pengawasan pada
para Wajib Pajak pelaku usaha online,
arsitektur perbankan yang ada seharusnya
memungkinkan pihak DJP untuk dapat
melakukan pengawasan atas aliran transaksi
yang terjadi dalam e-commerce.
4. Pihak

DJP

dapat

bekerjasama

dengan

organisasi yang menaungi para pelaku ecommerce.

Contohnya

pada

Asosiasi

Irnawati, D. (2011). Pemanfaatan E-commerce
dalam Dunia Bisnis. Jurnal Ilmiah Orasi
Bisnis. Politeknik Negeri Sriwijaya, pp.
95
Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor
SE-62/PJ/2013

tentang

Penegasan

Ketentuan Perpajakan atas Transaksi Ecommerce.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2004 tentang Perdagangan.

E-

commerce Indonesia (idEA), yaitu wadah

Undang-Undang

Nomor

7

Tahun

1983

yang didirikan untuk pelaku industri e-

sebagaimana telah beberapa kali diubah

commerce. Diciptakannya asosiasi ini guna

terakhir

menunjang kebutuhan pengembangan untuk

Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

transaksi e-commerce serta sumber daya

Penghasilan.

dengan

Undang-Undang

manusia yang berada di dalamnya.
5. KPP Pratama Malang Selatan selaku kantor
yang memiliki tugas dan fungsi untuk
melakukan
pengawasan

penyuluhan,

pelayanan,

kepada

Wajib

dan
Pajak

Vergina, dan Ratna J. 2009. Pengaruh
Ekstensifikasi dan Instensifikasi Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Palembang Ilir Barat. Jurnal. STIE MDP.

diharapkan melakukan penelitian berupa
klasifikasi terhadap model e-commerce dari

Website Kota Malang. (2011). Tri Bina Cita Kota

para Wajib Pajak pelaku usaha e-commerce di

Malang, (online), diakses pada tanggal 27

wilayah kota Malang. Hal ini berguna untuk

Desember 2013 darihttp://G:/Pemerintah

memudahkan dalam hal pengawasan dan

Kota Malang Sekilas Malang Tri Bina

penanganan

Cita.htm

dalam

rangka

intensifikasi

untuk aspek perpajakan dari masing-masing
model bisnis e-commerce yang berlangsung.