RITME TUBUH DAN KONDISI MENTAL RITME TUB

RITME TUBUH DAN KONDISI MENTAL
RITME TUBUH DAN KONDISI MENTAL

A. Ritme Biologis
Ritme biologis adalah fluktuasi periodik yang kurang lebih teratur dalam sistem
biologis kita; ritmr ini mungkin memiliki implikasi psikologis, dan mungkin juga tidak.
Entrainment adalah sinkronisasi ritme biologis dengan indikasi eksternal, seperti fluktuasi
sinar matahari. Endogen dihasilkan dari dalam tubuh dan bukan oleh faktor eksternal.
Ritme sirkadian adalah sebuah ritme biologis dengan lama periode (dari puncak
hingga kembali ke puncak) sekitar 24 jam. Ritme sirkadian ditemukan pada tumbuhtumbuhan, hewan, serangga, dan juga manusia. Ritme ini menunjukkan proses adaptasi dari
organisme terhadap banyak perubahan yang terjadi karena rotasi bumi pada porosnya, seperti
perubahan cahaya, tekanan udara, dan temperatur. Ritme sirkadian dikendalikan oleh jam
biologis, yang terletak dalam sebuah bagian kecil di hipotalamus yang berbentuk seperti tetes
air yang isinya berupa kumpulan sel dan disebut sebagai suprachiasmatic nucleus (SCN).
Jalur saraf dari reseptor-reseptor khusus yang terletak di belakang mata mengantarkan
informasi ke SCN dan memungkinkan SCN merespon perubahan cahaya atau kegelapan
sekitar. Kemudian SCN mengirimkan pesan membuat otak dan tubuh kita beradaptasi dengan
perubahan-perubahan ini. SCN mengatur fluktuasi tingkat hormon dan cairan neurotransmiter
dan kemudian keduanya menyediakan umpan balik yang mempengaruhi kerja dan fungsi
SCN. Contoh: malam hari salah satu hormon yang dikendalikan oleh SCN, melatonin
dilepaskan oleh kelenjar pineal yang terletak di bagian dalam otak. Ketika tidur di ruang yang

gelap, kadar melatonin meningkat, dan ketika bangun di pagi hari di ruang yang cukup
terang, kadar melatonin akan turun. Melatonin adalah hormon yang dilepaskan oleh kelenjar
pineal;yang berperan menjaga waktu biologis yang sesuai dengan siklus gelap-terang.
Melatonin juga digunakan untuk membantu orang-orang dengan gangguan insomnia dan
menyesuaikan siklus terjaga-tidur pada mereka yang buta, yaitu mereka yang kekurangan
persepsi mengenai cahaya ataupun mereka yang produksi melatoninnya tidak normal.

Dalam keadaan normal, ritme-ritme yang diatur oleh SCN biasanya tersinkronisasi
satu sama lain. Meskipun puncak dari setiap ritme tidak bersamaan, namun seirama satu sama
lain. Bila kita mengetahui kapan sebuah ritme mencapai puncak, maka kita dapat
memprediksikan kapan puncak ritme lainnya. Saat rutinitas harian kita berubah, ritme
sirkadian kita mungkin tidak akan sejalan atau mengganggu ritme yang lainnya.
Desinkronisasi internal sering terjadi ketika kita terbang melewati beberapa zona waktu. Pola
tidur dan terjaga biasanya dapat menyesuaikan diri dengan cepat, tetapi siklus temperatur dan
hormon biasanya membutuhkan beberapa hari untuk kembali ke kondisi normal. Kelelahan
akibat perjalanan ini bisa mempengaruhi tingkat energi, keterampilan mental, dan koordinasi
motorik.
Desinkronisasi internal dapat terjadi pada para pekerja yang harus menyesuaikan diri
dengan jadwal kerja barunya. Hal ini ditandai dengan tingkat efisiensi yang menurun, sering
merasa lelah dan mudah terganggu. Lebih rentan terhadap kecelakaan kerja, dan mengalami

gangguan tidur maupun gangguan pencernaan. Ritme sirkadian dapat berbeda antara satu
individu dengan individu yang lain akibat adanya pengaruh perbedaan faktor genetis. Ritme
sirkadian dapat dipengaruhi oleh rasa sakit, stres, kelelahan, kegembiraan, olahraga, obatobatan, waktu makan, dan pengalaman biasa sehari-hari.

B. Dunia Tidur
Menurut para ilmuwan kebutuhan waktu tidur seseorang tergantung dari faktor gen.
Orang dengan gen yang dikenal sebagai ABCC9, misalnya, memerlukan waktu 30 menit
lebih lama untuk tidur setiap malam dibandingkan dengan yang lain.
Hasil penelitian itu diungkapkan oleh sejumlah ilmuwan dari Universitas Edinburgh, Inggris,
dan Universitas Ludwig Maximilians di Munchen, Jerman.
Temuan mereka didasarkan pada penelitian pola tidur manusia dan gen lalat.
Menurut mereka, waktu tidur lalat tanpa gen ABCC9 tiga jam lebih sedikit dibandingkan lalat
tanpa gen ABCC9.
Para ilmuwan mengatakan keberadaan gen tersebut pada manusia menjelaskan
mengapa sebagian orang tidur lebih dari delapan jam, yang dijadikan patokan rata-rata jam
tidur normal dalam penelitian.
"Kecenderungan tidur lebih pendek atau lebih lama seringkali terjadi pada keluarga
meskipun kenyataannya jumlah jam tidur seseorang juga dapat dipengaruhi faktor usia, garis
lintang, musim, dan ritme tubuh," ujar Dr Jim Wilson dari Universitas Edinburgh.


Rata-rata satu dari lima orang Eropa mempunyai gen ABCC9. Lebih dari 10.000
orang di sejumlah negara Eropa terlibat dalam penelitian dan memberikan informasi seputar
berapa lama mereka tidur setiap malam dan juga memberikan sampel darah untuk keperluan
analisa DNA.
Mereka juga menemukan bahwa perubahan jumlah jam siang karena perubahan
musim pada lokasi yang terletak pada garis lintang berbeda-beda tampaknya juga
mempengaruhi jumlah kebutuhan tidur seseorang.
Bagaimanapun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh musim
dan letak geografi yang sebenarnya.
Tim ilmuwan dari Jerman dan Inggris juga mengatakan hasil penelitian mereka
penting karena kurang tidur biasanya terkait dengan banyak masalah kesehatan, termasuk
obesitas dan penyakit jantung.

C. Dunia Mimpi
Setiap budaya memiliki teori masing-masing mengenai mimpi. Dalam beberapa
budaya, mimpi dipercaya terjadi ketika roh atau jiwa menimbulkan tubuh fisik untuk
berpetualang menjelajahi dunia atau berbicara dengan para dewa. Pada budaya lainnya,
mimpi dianggap sebagai pengungkapan masa yang akan datang. Seorang ahli Tao dari Cina
pada abad ketiga sebelum masehi mencoba berpikir tentang kenyataan yang mungkin
mengenai dunia mimpi. Dia bercerita bahwa ia bermimpi menjadi seekor kupu-kupu yang

sedang terbang keberbagai tempat. “tiba-tiba saya terjaga dan saya tetaplah Chuang Tzu”.
Apakah Chuang Tzu bermimpi bahwa ia adalah kupu-kupu, atau apakah kupu-kupu yang
bermimpi bahwa ia adalah Chuang Tzu.
Selama bertahun-tahun, para peneliti percaya bahwa setiap orang pernah bermimpi,
dan bahkan kebanyakan orang yang mengatakan tidak pernah bermimpi, pasti dapat
melaporkan terjadinya mimpi saat ia dibangunkan pada tidur REM. Meskipun demikian, ada
beberapa kasus yang sangat langka dari beberapa orang yang tampaknya sama sekali tidak
pernah bermimpi. Kebanyakan dari individu ini mengalami gangguan atau cedera pada otak.
Dalam mimpi, pusat perhatian kita adalah diri kita sendiri, walaupun terkadang kejadian
diluar diri, seperti bunyi sirene, yang melengking, dapat mempengaruhi isi mimpi. Ketika
mimpi sedang berlangsung, mimpi tersebut dapat terlihat sangat hidup dan jelas namun dapat
juga terlihat samar-samar, mimpi juga dapat bersifat menakutkan namun dpat

DAFTAR PUSTA

P.J Pinel, john, edisi buku ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2009

http:Illogwe/ity.about..com.IodIsleepIaIcircadian.htm;