ANALISIS LAPORAN ARUS KAS UNTUK MENGUKUR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan perlu mengetahui perkembangan kegiatan usahanya dari waktu ke waktu agar dapat diketahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran dan perlu mengetahui keadaan keuangan pada saat tertentu. Hal ini dapat dilihat melalui laporan pertanggung jawaban pimpinan perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan ini dapat digunakan untuk menilai hasil- hasil yang dicapai oleh perusahaan pada masa yang lalu dan juga dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan pada masa yang akan datang.

Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang terdiri beberapa lembar kertas berisi angka-angka. Namun dibalik angka-angka tersebut tersimpan berbagai informasi mulai dari aktiva riil, aktiva keuangan, kewajiban perusahaan, laba perusahaan, hingga prediksi ke depan apa yang akan dialami oleh perusahaan. Secara umum laporan keuangan perusahaan mencakup neraca, laporan laba/rugi dan laporan arus kas (Kamaludin, 2011 : 34).

34

Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai aliran dana perusahaan. Laporan arus kas bermanfaat untuk mencapai tujuan. Lebih jauh lagi, laporan keuangan diharapkan bisa memberikan informasi mengenai likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan perusahaan, dan kemampuan operasional perusahaan. Laporan arus kas bermafaat karena memberikan informasi yang bisa memenuhi tujuan di atas. Laporan arus kas apabila digunakan bersama laporan keuangan lainnya akan membantu pihak eksternal mengalisis : (1) kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas masa mendatang yang positif, (2) kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya dan membayar dividen, (3) kebutuhan perusahaan akan pendanaan eksternal, (4) alasan terjadinya perbedaan-perbedaan antara laba bersih perusahaan dengan penerimaan dan pengeluaran kasnya, (5) aspek kas dan nonkas dari transaksi investasi dan pendanaan selama periode tertentu (Mamduh dan Halim, 2007 : 59).

Laporan aliran kas bertujuan untuk melihat efek kas dari kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Aktivitas operasi meliputi semua transaksi dan kejadian lain yang bukan merupakan kegiatan investasi atau pendanaan. Ini termasuk transaksi yang melibatkan produksi, penjualan, penyerahan barang atau penyerahan jasa. Aktivitas investasi meliputi pemberian kredit, pembelian atau penjualan investasi jangka panjang seperti pabrik dan peralatan. Aktivitas pendanaan meliputi transaksi untuk

Laporan arus kas perusahaan dapat digunakan sebagai suatu alat analisis keuangan yang sangat penting bagi pimpinan perusahaan, dimana maka akan dapat diketahui berapa besar dana yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan dan dapat memungkin perusahaan untuk beroperasi seefisien mungkin serta dapat mengontrol kesulitan keuangannya. Laporan arus kas merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kas yang telah digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, apakah pengalokasian aliran kas masuk dan aliran kas keluar tepat dan efisien. Hal tersebut akan menimbulkan dampak dari aliran kas perusahaan, dimana jika kas perusahaan terlalu kecil akan mengakibatkan kekurangan dana yang dapat menyebabkan terganggunya aktivitas operasional perusahaan serta tidak likuidnya perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Namun jika kas yang ada diperusahaan terlalu besar akan menyebabkan kelebihan dana akan menghambat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggung jawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan

Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka berikut disajikan data laporan arus kas PT. Kimia Farma periode 2006 – 2010 sebagai sumber informasi yang kemudian akan menjadi dasar analisis data dalam penelitian ini, sebagai berikut :

Tabel 1.01

Laporan Arus Kas PT Kimia Farma. Tbk

Tahun 2006 – 2010 (Di sajikan dalam Rupiah)

Arus Kas dari : 1. Aktivitas Operasi

80.854.083.654 139.119.874.007 2. Aktivitas Investasi

(32.217.331.823) (13.325.407.522) 3. Aktivitas Pendanaan

(106.771.524.982) (24.169.880.974) Kenaikan (penurunan)

Bersih kas dan setara

221.955.781.752 163.821.008.601 Kas dan setara kas akhir

Kas dan setara kas awal tahun

Sumber : Bursa Efek Indonesia 2011

Dari data tersebut di atas, laporan arus kas PT. Kimia Farma (Persero). Tbk merupakan laporan ukuran arus kas untuk tiga aktivitas utama dalam aktivitas usaha yaitu : operasi, investasi, dan pendanaan. Pertama, aktivitas operasi, kas bersih yang diperoleh dari aktivitas ini menurun pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 55.512.643.134 jika dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar Rp. 140.242.601.504, dan selanjutnya mengalami kenaikan pada tahun 2009 dan tahun 2010. Dari urian kondisi arus kas operasi PT. Kimia Farma, Tbk. diatas, sesungguhnya

Kedua, arus kas dari kegiatan investasi, kas bersih yang dikeluarkan untuk aktivitas ini meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 28.202 146.346 dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp. 23.016.238.433, demikian halnya pada tahun 2008 dan 2009 terjadi penurunan arus kas dari kegiatan investasi yang kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2010. Fenomena ini jelas menggambarkan kegiatan perusahaan dalam melakukan kegiatan penjualan dan pembelian aset tetap dan investasi dalam efek oleh perusahaan yang diharapkan dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan sehingga nilai kas ini cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun sebagai akibat dari kegiatan investasi yang memiliki risiko yang besar dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan.

Ketiga, arus kas dari kegiatan pendanaan, kas bersih yang digunakan untuk aktivitas ini turun menjadi sebesar Rp. 13.177.968.742 dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp. 39.710.337.141, dan pada tahun 2008 naik menjadi sebesar Rp. 56.314.439.339 Miliar, dibandingkan tahun 2007 sebesarRp. 13.177.968.742. selanjutnya pada tahun 2009 naik menjadi sebesar Rp.106.771.524.982 sampai dengan tahun 2010 arus kas ini mengalami kenaikan. Berdasarkan kondisi arus kas aktivitas pendanaan

38

PT. Kimia Farma Tbk diatas, cara mendistribusikan, menarik dan mendapatkan dana untuk mendukung aktivitas usaha sedikit mengalami masalah pada tahun 2007, dan kemudian terjadi perbaikan pola pengelolaannya pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Peningkatan yang terjadi dari aktivitas pendanaan ini bersumber dari aktivitas perolehan pinjaman dan pelunasan dana dengan obligasi dan pinjaman lainnya.

Melihat kondisi dari laporan arus kas PT. Kimia Farma Tbk diatas, sesungguhnya perusahaan dihadapkan pada masalah kedekatan asset dan kewajiban pada kas atau likuiditas perusahaan yang merupakan ukuran kemampuan untuk membayar kewajiban saat jatuh tempo. Meski arus kas yang dihasilkan untuk mendapatkan laba perusahaan meningkat tetapi hal ini bukan menjadi ukuran mutlak dari keberhasilan perusahaan dalam pengelolaan keuangannya karena perusahaan senantiasa dihadapkan pada masalah penyelesaian kewajiban-kewajibannya.

Sebagaimana uraian sebelumnya dikatakan bahwa laporan arus kas apabila digunakan bersama laporan keuangan lainnya akan membantu pihak eksternal menganalisis keadaan keuangan perusahaan, maka untuk mendukung analisis yang berkaitan dengan laporan arus kas, berikut disajikan ringkasan laporan keuangan PT. Kimia Farma (Persero). Tbk sebagai berikut :

Tabel 1.02 Ringkasan Laporan Keuangan PT Kimia Farma. Tbk Tahun 2006 – 2010 (Dalam Rupiah)

Aktiva lancar

1.020.884.466.060 1.139.548.849.755 Aktiva tdk lancar

544.946.800.214 517.742.984.557 Total Aktiva

955.315.100.096 1.114.028.943.712 Laba/Rugi Sebelum

PPh Badan

99.729.820.584 178.611.238.352 Sumber : Bursa efek Indonesia tahun 2010

Dari data tabel 1.01 tersebut di atas, aktiva lancar PT. Kimia Farma pada tahun 2007 naik menjadi sebesar Rp. 893,45 miliar dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp. 750,93 miliar. Pada tahun 2009 aktiva lancar naik menjadi sebesar Rp.1,02 triliun dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp.950,62 miliar. Pada tahun 2010 aktiva lancar naik sebesar Rp. 1,14 triliun dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp. Rp.1,02 triliun. Berdasarkan data diatas, dapat dikatakan bahwa aktiva lancar PT. Kimia Farma Tbk mengalami kenaikan dari tahun ke tahun mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Hal ini memperlihatkan aktivitas perusahaan yang kondusif dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Berdasarkan dari data diatas, pos aktiva tidak lancar perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar Rp. 493,29 miliar dibandingkan pada tahun 2006 sebesar Rp. 510,65 miliar, tetapi pada tahun

40

2008 aktiva tidak lancar mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp. 495,05 miliar dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar Rp.493,29 miliar, pada tahun 2009 aktiva tidak lancar juga mengalami kenaikan sebesar Rp.544,95 miliar dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp. 495,05, Aktiva tidak lancar pada tahun 2010 turun sebesar Rp. 517,74 miliar dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp.544,9. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa fenomena kenaikan dan penurunan pada aktiva lancar sesungguhnya adalah perusahaan lebih mengutamakan penempatan dana investasi pada aktiva lancar yang umumnya berjangka waktu pendek dengan tujuan dapat segera menghasilkan uang yang peruntukannya disamping meningkatkan kesejahteraan pemilik tetapi juga untuk menjaga likuiditas perusahaan.

Total aktiva perusahaan mengalami peningkatan dari tahun ketahun mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, kontribusi tebesar dari peningkatan total aktiva perusahaan sesungguhnya berasal dari aktiva lancar perusahaan dimana pada tahun 2008 total aktiva perusahaan meningkat sebesar Rp. 1,45 triliun dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar Rp. 1,39 triliun, dan seterusnya sampai dengan tahun 2010 total aktiva memperlihatkan trend perkembangan yang positif setiap tahunnya. Sementara itu, jumlah kewajiban dan ekuitaspun memperlihatkan peningkatan dari tahun ketahun mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Meskipun jumlah kewajiban dari tahun ketahun cenderung mengalami kenaikan akan tetapi berdasarkan data laporan keuangan

41

diatas, dapat dilihat keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan laba usahanya dari hasil lain-lain yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba bersih perusahaan setiap tahunnya secara signifikan di mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Berdasarkan hal tersebut, dampak keuangan perusahaan dari prestasi pencapaian laba perusahaan merupakan gambaaran dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan. Peningkatan laba bersih perusahaan ini memungkinkan bagi perusahaan untuk menjaga stabilitas keuangannya, disamping juga untuk memenuhi kewajiban mensejahterakan para pemilik perusahaan.

Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan kajian pada analisa laporan arus kas perusahaan untuk mengukur likuiditas PT. Kimia Farma, Tbk. sehingga dengan melihat ringkasan laporan keuangan diatas, untuk sementara dapat dilihat bagaimana perusahaan menjaga likuiditasnya dari aspek pengalokasian dana pada aktiva lancar yang diharapkan dapat menghasilkan keuntungan dalam jangka pendek dari aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Laporan Arus Kas Untuk Mengukur Likuiditas Pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimanakah tingkat likuiditas perusahaan berdasarkan laporan arus kas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat likuiditas pada PT. Kimia Farma (Persero). Tbk dengan menggunakan analisis laporan arus kas.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis, Penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk menambah pengetahuan penulis, khususnya dibidang keuangan perusahaan yang menyangkut aspek likuiditas perusahaan berdasarkan analisis laporan arus kas.

2. Bagi Akademisi, Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dimasa yang akan datang.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini terbagi dalam enam bab, yang sistematikanya adalah sebagai berikut : Bab I : PENDAHULUAN

43

Memuat Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II : TINJAUAN PUSTAKA Memuat tentang Pengertian Manajemen Keuangan, Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan, Pengertian Laporan Keuangan, Pengertian Laporan Arus Kas, Tujuan dan Kegunaan Laporan Arus Kas, Klasifikasi Arus Kas, Pengertian Rasio Keuangan, Analisis Laporan Arus Kas, serta Pengertian Likuiditas

Bab III : METODE PENELITIAN Memuat uraian tentang Pemilihan Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Alat Analisis dan Cara Pengukurannya.

Bab IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Memuat uraian tentang Sejarah singkat PT. Kimia Farma (Persero), Tbk, visi misi dan tujuan perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan, ruang lingkup usaha, struktur organisasi, tata kelola manajemen perusahaan, serta produk dan layanan.

Bab V : PEMBAHASAN Memuat uraian tentang deskriptif hasil penelitian, perhitungan rasio arus kas, pengukuran serta pembahasan.

Bab VI : PENUTUP

Memuat tentang kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Keuangan

1. Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.

Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap perusahaan, tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi : keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan (Weston dan Copeland, 1992 : 2).

Menurut Horne dan Washowich (1997 : 2) manajemen keuangan adalah : “Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh”.

Subjek dari bidang keuangan perusahaan tidak hanya terbatas pada bagaimana bisnis diorganisir untuk memperoleh dana, bagaimana dana tersebut didapatkan serta bagaimana dana tersebut dimanfaatkan. Namun subjeknya dapat pula mencakup hal-hal mengenai praktek-

2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan

Menurut Harmono (2009 : 6) Fungsi manajemen keuangan dapat dirinci ke dalam tiga bentuk kebijakan perusahaan, yaitu : (1) Keputusan investasi, adalah keputusan yang diambil oleh manajer

keuangan dalam pengalokasian dana dalam bentuk investasi yang dapat menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Keputusan ini akan tergambar dari aktiva perusahaan dan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan yaitu perbandingan antara current assets dengan fixes assets.

(2) Fungsi pendanaan, adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber- sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaan. Keputusan pendanaan akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan yang akan mempengaruhi financial structure maupun capital structure.

(3) Fungsi dividen, merupakan bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan manajemen keuangan dalam menentukan

Setiap fungsi harus mempertimbangkan tujuan perusahaan; mengoptimalkan kombinasi tiga kebijakan keuangan yang mampu meningkatkan nilai kekayaan bagi para pemegang saham. Ketiga fungsi manajemen keuangan harus mempertimbangkan yang membawa dampak sinergis terhadap harga saham perusahaan di pasar. (Harmono, 2009 : 6)

Menurut Weston dan Copeland (1995 : 3 ) : “Fungsi manajemen keuangan adalah menyangkut keputusan

tentang penanaman modal, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden pada suatu perusahaan ”.

Pendapat lain yang dikemukakan Weston dan Copeland (1995 : 21) : “Fungsi utama manajemen keuangan adalah merencanakan,

memperoleh dan menggunakan dana untuk menghasilkan kontribusi maksium terhadap operasi yang efisien dari suatu organisasi. Sedangkan tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (maximumtion wealth of stockholder) melalui maksimalisasi nilai perusahaan. Tujuan ini dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh di masa mendatang ”.

B. Pengertian Laporan Keuangan

Salah satu proses akuntansi adalah penyusunan laporan keuangan perusahaan. Dalam hasil ini penyusunan laporan keuangan tersebut harus dilakukan menurut tata cara yang telah ditentukan dan lazim berlaku serta diterima oleh umum, dan di Indonesia harus sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).

Menurut Sundjaja dan Barlian (2001 : 47) laporan keuangan adalah : “Suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses

akuntasi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data atau aktivitas-aktivitas ”

Menurut Munawir (2002: 2) menyatakan bahwa : “Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat

digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas

pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut ”.

Menurut Eugne F, Brigham dan Joel F. Houston (2001: 78) bahwa :

“Laporan keuangan melaporkan posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu dan operasinya selama beberapa periode yang lalu. Akan tetapi riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan dividen masa depan ”.

Ikatan akuntansi Indonesia (IAI) (2004 : 2) dalam standar akuntansi keuangan menyebutkan bahwa : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan ”.

Menurut Harahap (2007 : 105) :

“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca atau laporan laba / rugi, atau hasil usaha, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan ”.

Menurut Mamduh 2003 : 12) : “Laporan keuangan pada dasarnya ingin melaporkan kegiatan-

kegiatan pendanaan dan kegiatan operasional sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan ”.

Ada tiga laporan keuangan dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan yaitu neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Neraca memberikan gambaran mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas para pemilik perusahaan untuk periode trertentu. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan informasi dari neraca dan laporan laba rugi utnuk menggambarkan sumber penggunaan kas selama periose tertentu dalam sejarah hidup perusahaan (Keown, 2001 : 107)

Sofyan Syafri Harahap (1998: 189) berpendapat bahwa : “Analisis laporan keuangan dijelaskan melalui arti masing-masing

kata. Analisis yaitu menguraikan suatu unit menjadi berbagai unit yang lebih kecil. Sedangkan laporan keuangan adalah neraca, laporan laba, arus kas, dan dana. Dengan menggabungkan dua pengertian ini, maka analis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan mejadi unit informas yang lebih kecil dan melihat hubungannya bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi

C. Pengertian Laporan Arus Kas

Kas sangat diperlukan oleh setiap perusahaan baik itu perusahaan swasta maupun perusahaan milik pemerintah. Pada umumnya kas diperlukan perusahaan karena tiga alasan yaitu untuk transaksi, untuk berjaga-jaga dan untuk spekulasi guna mengambil keuntungan kalau kesempatan ada. Karena alasan itulah perusahaan dituntut untuk mempunyai ketersediaan kas yang cukup dan juga perusahaan harus bisa mengelola arus kas tersebut.

Pengertian arus kas menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:257), yaitu: “Arus kas merupakan suatu laporan yang memberikan informasi

yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan: operasi, penbiayaan dan investasi”.

Pengertian arus kas menurut Harry Supangkat (2003:33) yaitu : „‟Ringkasan mengenai transaksi dalam bentuk kas yang berasal dari

tiga macam kegiatan yang dilakukan perusahaan yaitu Kegiatan Operasi, Kegiatan Investasi dan Kegiatan Pendanaan”.

Menurut Dewi Astuti (2004:23) laporan arus kas yaitu: “Suatu laporan yang mengungkapkan informasi mengenai arus kas

dimasa lampau maupun arus kas yang dianggarkan”.

Menurut Darsono dan Ashari (2005:90), mengemukakan bahwa: “Arus Kas yaitu suatu laporan yang memuat informasi tentang sumber dan pengguanaan kas perusahaan selama periode tertentu, misalnya satu bulan atau satu tahun”

Melakukan manajemen kas merupakan tugas yang sulit karena pelaksanaannya harus dilakukan secara tepat. Apabila kas yang dimiliki terlalu sedikit, maka kegiatan tidak dapat dilakukan dengan baik karena kas tidak cukup untuk membiayai kegiatan perusahaan. Tetapi sebaliknya apabila perusahaan memiliki kas yang terlalu banyak maka akan timbul kesan bahwa perusahaan tidak dapat memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh pengembalian yang lebih besar, sebab dalam keadaan normal tingkat pengembalian uang kas akan sangat rendah.

D. Tujuan dan Kegunaan Laporan Arus Kas

1. Tujuan Laporan Arus Kas

Tujuan utama dari laporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode. Tujuan keduanya adalah memberikan informasi atas dasar kas mengenai aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Menurut Keiso dan Weygant (2002 : 247) tujuan laporan arus kas adalah sebagai berikut :

b) Menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban. Kemampuan membayar deviden dan kebutuhannya dan pendanaan ekstern.

c) Menilai alasan antara perbedaan laba bersih dan penerimaan serta pembayaran kas yang berkaitan.

d) Menilai pengaruh pada posisi keuangan suatu perusahaan dan transaksi investasi dan pendanaan kas serta non kasnya selama satu periode.

2. Kegunaan Laporan Arus Kas

Laporan arus kas berguna secara internal bagi manajemen dan secara eksternal bagi para pemodal dan kreditur. Dengan mengadakan analisa informasi arus kas, pihak manajemen akan mengetahui apakah kebijakan yang telah dilakukan berjalan dengan baik dalam hal memperoleh serta menggunakan kas tersebut pada suatu periode tertentu.

Selain itu laporan arus kas juga dapat digunakan untuk menentukan kebijakan deviden, menilai efisiensi dan efektivitas setiap departemen serta mengukur kinerja setiap departemen yang telah diserahi wewenang, mengevaluasi imbas dan kebijakan pokok investasi dan pendanaan, serta memperoleh informasi yang relevan dalam penyusunan anggaran biaya, anggaran pendapatan maupun anggaran laba rugi untuk

Bagi pihak eksternal perusahaan, laporan arus kas ini akan membantu para pemodal, kreditur, dan pihak lainnya dalam menilai berbagai aspek dari posisi keuangan perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Keiso (2002), kegunaan laporan arus kas bagi pihak eksternal yaitu : 1) Menilai kinerja perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih pada

masa yang akan datang 2) Menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, kemampuan membayar deviden, dan kebutuhan pendanaan ekstern. 3) Penilaian atas alasan perbedaan antara laba bersih dengan kas bersih dari penerimaan serta pembayaran kas yang berkaitan. 4) Menilai pengaruh posisi laporan keuangan perusahaan dari transaksi

investasi dan pendanaan kas dan non kas selama satu periode.

E. Klasifikasi Arus Kas (Cash Flows)

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:258) mengemukakan bahwa dalam penyajiannya Laporan Arus Kas ini memisahkan transaksi arus kas dalam tiga kategori yaitu:

1. Kas yang berasal dari/digunakan untuk kegiatan operasional.

2. Kas yang berasal dari/digunakan untuk kegiatan investasi.

3. Kas yang berasal dari/digunakan untuk kegiatan keuangan/ pembiayaan.

Untuk menentukan mana arus kas yang masuk ketiga golongan yaitu Operasi, Investasi dan Pembiayaan, dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Kegiatan Operasional Semua transaksi yang berkaitan dengan laba yang dilaporkan dalam Laporan Laba/Rugi dikelompokkan dalam golongan ini. Demikian juga Arus Kas Masuk lainnya yang berasal dari kegiatan operasional, misalnya:

a) Penerimaan dari langganan;

b) Penerimaan dari piutang bunga;

c) Penerimaan deviden;

d) Penerimaan refund dari supplier. Arus Kas Keluar misalnya berasal dari:

a) Kas yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa yang akan dijual;

b) Bunga yang dibayar atas utang perusahaan;

c) Pembayaran pajak penghasilan;

d) Pembayaran gaji.

2. Kegiatan Investasi Disini dikelompokkan transaksi kas yang berhubungan dengan perolehan fasilitas investasi dan nonkas lainnya yang digunakan oleh

Arus kas yang diterima misalnya dari:

a) Penjualan aktiva tetap;

b) Penjualan surat berharga yang berupa investasi;

c) Penagihan pinjaman jangka panjang (tidak termasuk bunga jika ini merupakan kegiatan investasi);

d) Penjualan aktiva lainnya yang digunakan dalam kegiatan produksi (tidak termasuk persediaan). Arus kas keluar dari kegiatan ini misalnya adalah:

a) Pembayaran untuk mendapatkan aktiva tetap;

b) Pembelian investasi jangka panjang;

c) Pemberian pinjaman pada pihak lain;

d) Pembayaran untuk aktiva lain yang digunakan dalam kegiatan produktif seperti hak paten (tidak termasuk persediaan yang merupakan persediaan operasional).

3. Kegiatan Pembiayaan Kelompok ini menyangkut bagaimana kegiatan kas diperoleh untuk membiayai perusahaan termasuk operasinya. Dalam kategori ini, arus kas masuk merupakan kegiatan mendapatkan dana untuk

Contoh arus kas masuk misalnya adalah:

a) Pengeluaran saham;

b) Pengeluaran wesel;

c) Penjualan obligasi;

d) Pengeluaran surat hipotek, dan lain-lain. Arus kas keluar misalnya;

a) Pembayaran dividen dan pembagian lainnya yang diberikan kepada pemilik;

b) Pembelian saham pemilik (treasury stock);

c) Pembayaran utang pokok dana yang dipinjam (tidak termasuk bunga karena dianggap sebagai kegiatan operasi).

F. Pengertian Rasio Keuangan

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan penilaiann terhadap sesuatu dengan menggunakan berbagai metode dan standarisasi. Begitu juga untuk penilaian suatu perusahaan, kita dapat melakukan penilaian dengan berbagai metode, salah satu metode yang dikenal adalah analisis rasio.

Menurut Sofyan Syafri Harahap, (2006:297) rasio keuangan adalah

“Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti) ”.

Menurut Lyn M Fraser dan Aileen Ormiston, (2008 : 346) : “Rasio keuangan adalah perhitungan yang dilakukan untuk

menstandarisasikan, menganalisis, dan membandingkan data keuangan yang dinyatakan hubungan ”.

Menurut Harahap (2007 : 297) : “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil

perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti) ”.

Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

Menurut Sugiono (2009 : 64) : “Yang dimaksud dengan analisis rasio adalah suatu angka yang

menunjukkan hubungan antar unsur-unsur dalam laporan keuangan ”.

G. Jenis Rasio

Dalam buku analisis laporan keuangan Jumingan (2009 : 120) berdasarkan sumber datanya, dari mana rasio itu dibuat, maka rasio itu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1) Rasio-rasio neraca (balance sheet rations) yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio), rasio tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, ratio tetap dengan utang jangka panjang dan sebagainya.

2) Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement rations), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto, operating ratio, dan sebagainya.

3) Rasio-rasio antar laporan (inter-statement rations), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata, dan sebagainya.

Menurut Weston dan Brigham (1981 : 138) rasio keuangan dapat digolongkan menjadi enam kategori, yaitu sebagai berikut :

1. Rasio likuiditas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

2. Rasio leverage, bertujuan mengukur sejauh mana kebutuhan keuangan perusahaan dibelanjai dengan dana pinjaman. Misalnya rasio total utang dengan total aktiva (total debt to total assets ratio), kelipatan keuntungan terhadap dalam menutup beban bunga (time interest earned), kemampuan keuntungan dalam menutup beban tetap (fixed charge coverage ), dan sebagainya.

3. Rasio aktivitas, bertujuan mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana. Misalnya Inventory turnover, average collectio period, total assets turnover, dan sebagainya.

4. Rasio profitabilitas, bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan. Misalnya profit margin on sales, return on total assets, return on net worth, dan sebagainya.

5. Rasio pertumbuhan, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian dan industri.

6. Rasio valuasi, bertujuan mengukur performance perusahaan secara keseluruhan, karena rasio ini merupakan pencerminan dari rasio risiko dan rasio imbalan hasil.

Menurut Hamptom (1980 : 110), rasio keuangan dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut :

1. Rasio likuiditas, bertujuan menguji kecukupan dana, solvency perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi. Yang termasuk rasio likuiditas misalnya rasio lancar (current rasio), ratio tunai (quick ratio), perputaran piutang (receivables turnover ), perputaran persediaan (inventory turnover).

2. Rasio profitabilitas bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Misalnya margin keuntungan (profit margin), margin laba bruto (gross profit margin ), perputaran aktiva (operating assets turnover), imbalan hasil dari investasi (return on investment), rentabilitas modal sendiri (return on equity ), dan sebagainya.

3. Rasio pemilikan, berkaitan langsung atau tidak langsung dengan keuntungan dan likuiditas. Membantu pemilik saham dalam mengevaluasi aktivitas dan kebijaksanaan perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham di pasaran. Misalnya keuntungan per lembar saham (earning per share), nilai buku per lembar saham (book value per share ), rasio utang dengan modal sendiri (capital structure ratio), rasio deviden dan sebagainya.

H. Pengertian Likuiditas

Menurut Agus Sartono (2004:116) mengemukakan bahwa :

“Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, dan persediaan”.

Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajban jangka pendek. (Darsono dan Ashari, 2005 : 74).

Dalam Bukunya Darsono dan Ashari (2005 : 74), jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan yaitu terdiri dari:

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Aktiva Lancar

Rumus = x 100%

Hutang Lancar

Current Ratio adalah perbandingan antara harta lancar dengan hutang lancar. Ratio ini menunjukkan seberapa besar hutang lancar dijamin oleh harta lancar. Apabila perusahaan mempunyai current ratio

2 : 1 atau 200% ini berarti bahwa setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin dengan 2 aktiva lancar. Rasio lancar atau current ratio, merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.

2. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio)

Harta Lancar – Persediaan

Rumus = x 100%

Hutang Lancar

61

Quick ratio atau acid-test ratio merupakan perbandingan likuiditas yaitu dengan membandingkan harta lancar setelah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Persediaan barang harus dikeluarkan dari perhitungan karena dianggap kurang likuid dibandingkan dengan elemen harta lancar yang lain. Untuk menjadi kas, persediaan harus dijual dahulu agar menjadi piutang, baru kemudian berubah menjadi kas.

3. Rasio Kas (cash ratio)

Kas + Surat Berharga

Rumus =

x 100%

Hutang Lancar

Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

I. Analisis Laporan Arus Kas

Dalam bukunya Darsono (2005 : 91) menyatakan bahwa : “Semakin banyak perusahaan yang mencantumkan laporan arus kas

ke dalam laporan keuangan tahunan ”.

Analisis laporan arus kas ini menggunakan komponen neraca dan laba rugi sebagai alat analisis rasio.

1. Rasio Arus Kas Operasi (AKO) Rasio arus kas operasi menghitung kemampuan arus kas operasi dalam membayar kewajiban lancar.

Kas Operasi Jumlah Arus

AKO =

Kewajiban Lancar

Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa rasio arus kas operasi berada di bawah satu yang berarti terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar, tanpa menggunakan arus kas dari aktivitas lain. Dalam perusahaan, aktivitas normal adalah aktivitas utama yang merupakan kegiatan yang terus menerus.

2. Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga (CKB) Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang yang telah ada. Rasio ini diperoleh dengan arus kas dari operasi tambah pembayaran bunga, dan pembayaran pajak dibagi pembayaran bunga.

Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak CKB =

Bunga

3. Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar berdasarkan arus kas operasi bersih. Rasio ini diperoleh dengan arus kas operasi ditambah dividen kas dibagi dengan hutang lancar.

Arus Kas Operasi + Dividen Kas

CKHL =

Hutang Lancar

4. Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka 5 tahun mendatang. Rasio ini diperoleh dengan (laba sebelum pajak dan bunga minus pembayaran pajak minus pembayaran bunga – pengeluaran modal) dibagi (rata-rat hutang yang jatuh tempo setiap tahun selama lima tahun).

EBIT – Bunga – Pajak – Aset Tetap KAK = Rata-rata Hutang Lancar selama 5 tahun

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pemilihan Lokasi Penelitian

Objek penelitian ini adalah PT. Kimia Farma (Persero). Tbk sebagai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode penelitian dari tahun 2006 – 2010, dengan alasan sebagai berikut :

1. PT. Kimia Farma (Persero). Tbk merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangannya setiap tahun di media massa.

2. Bahwa PT. Kimia Farma(Persero), Tbk., menyediakan data laporan keuangan arus kas yang diperlukan dalam penelitian ini yang diterbitkan oleh otoritas bursa dalam hal ini Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka atau data yang dapat dihitung serta dapat dianalisis secara sistematis. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan dan laporan arus kas pada perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk periode 2006 – 2010.

2. Sumber Data Adapun sumber data dalam penelititan ini adalah data sekunder, yaitu data laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan oleh otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website Bursa Efek Indonesia.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Penelitian kepustakaan, yaitu pengumpulan dasar-dasar teori dan penelitian terdahulu, serta segala informasi yang berkaitan dengan penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, seperti informasi didapat di internet maupun lainnya.

2. Studi dokumentasi, adalah pengumpulan data yang dilakukan pada subjek penelitian melalui dokumen-dokumen laporan keuangan dan dokumen pendukung lainnya dari perusahaan.

D. Alat Analisis

Untuk mengukur likuiditas perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk, digunakan rasio laporan arus kas. Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 91), yaitu sebagai berikut :

1. Rasio Arus Kas Operasi (AKO)

Jumlah Arus Kas Operasi

AKO =

Kewajiban Lancar

Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa rasio arus kas operasi berada di bawah satu yang berarti terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar, tanpa menggunakan arus kas dari aktivitas lain. Dalam perusahaan, aktivitas normal adalah aktivitas utama yang merupakan kegiatan yang terus menerus.

2. Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga (CKB)

Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak

CKB =

Bunga

3. Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL)

Arus Kas Operasi + Dividen Kas

CKHL =

Hutang Lancar

4. Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK) EBIT – Bunga – Pajak – Pengeluaran Modal

KAK = Rata-rata Hutang Lancar selama 5 tahun

E. Cara Pengukuran

Menurut Alwi (1993:109) menyatakan bahwa untuk mengetahui sejauh mana kondisi finansial perusahaan saat ini, diperlukan suatu cara evaluasi. Dalam hal ini ada dua model evaluasi finansial yang dapat

1. Analisis trend Analisis trend adalah adalah analisis perkembangan rasio finansial perusahaan dalam beberapa tahun yaitu perbandingan antara suatu rasio saat sekarang dengan rasio yang sama pada waktu yang lampau. Analisis ini sering disebut sebagai analisis historis (Historical Analysis).

2. Norma Industri Norma industri adalah rata-rata rasio yang dihasilkan dari beberapa perusahaan yang sejenis yang dapat dijadikan sebagai alat pengukur bagi perusahaan yang bersangkutan. Rasio ini disebut sebagai rasio industri. Pengkuran rasio keuangan terhadap rasio keuangan industri akan menunjukkan sejauh mana kondisi keuangan perusahaan saat ini di bandingkan dengan para pesaing dalam industri yang sama.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1.1.1. Sejarah Singkat PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

Kimia Farma merupakan perusahaan perintis dalam industri farmasi Indonesia. Awal mula berdirinya perusahaan dapat dilihat balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat.

69

PT. Kimia Farma juga telah melakukan ekspansi bisnisnya tidak hanya di tingkat nasional tapi juga mulai memasuki tingkat perdagangan internasional. Produk-produk Kimia Farma yang mencakup produk obat jadi dan sediaan farmasi serta bahan baku obat seperti Iodine dan Quinine telah memasuki pasar dinegara : Eropa, India, Jepang, Taiwan and New Zealand. Produk jadi dan kosmetik telah di pasarkan ke Yaman, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Vietnam, Sudan, and Papua New Guinea. Demikian juga untuk produk-produk herbal yang berasal dari bahan alami juga telah dipersiapkan proses registrasinya untuk memasuki pasar baru seperti : Filipina, Myanmar, Pakistan, Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain and Bangladesh. Produk Herbal merupakan target utama korporasi untuk periode mendatang mengingat banyaknya peminat dan pembeli potensial yang telah menunjukkan minat untuk melakukan hubungan bisnis dengan perusahaan.

1.1.2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan o Visi Perusahaan

“Komitmen pada peningkatan kualitas kehidupan, kesehatan dan lingkungan”.

o Misi Perusahaan

Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif.

Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek.

Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan mengembangkan sistem informasi perusahaan

o Maksud dan Tujuan Perusahaan

Maksud dan tujuan perusahaan ialah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya kegiatan usaha dibidang industri kimia, farmasi, biologi dan kesehatan serta industri makanan dan minuman dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Untuk mencapai maktud dan tujuan diatas, perseroan melaksanakan kegiatan usaha, baik dilakukan sendiri atau kerjasama dengan pihak lain, sebagai berikut : 

Mengadakan, menghasilkan, mengolah bahan kimia, farmasi, biologi dan lainnya yang diperlukan guna pembuatan sediaan farmasi, kontrasepsi, kosmetik, obat tradisional, alat kesehatan, produk makanan/minuman dan produk lainnya termasuk bidang perkebunan dan pertambangan yang ada hubungannya dengan produksi diatas.

Memproduksi produk unggulan baik dari pengembangan sendiri maupun kerja sama dengan pihak luar.

Menyelenggarakan kegiatan pemasaran, perdagangan, dan distribusi dari hasil produksi seperti diatas, baik hasil produksi sendiri maupun hasil produksi pihak ketiga, termasuk barang umum, baik di dalam maupun di luar negeri, serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha perseroan.

Berusaha dibidang jasa, yang berhubungan dengan kegiatan usaha perusahaan, serta upaya dan sarana pemeliharaan dan pelayanan kesehatan pada umumnya, termasuk jasa konsultasi kesehatan

Jasa penunjang lainnya termasuk pendidikan, penelitian, dan pengembangan sejalan dengan maksud dan tujuan perusahaan, baik yang dilakukan sendiri maupun kerjasama dengan pihak lain.

1.1.3. Ruang Lingkup Usaha

PT. Kimia Farma Tbk (Persero), Tbk adalah perusahaan publik yang bergerak di bidang infustri Farmasi. PT. Kimia Farma dibentuk pada tanggal 16 Agustus 1971, Pengelola saat ini :  Direktur Utama : M. Sjamsul Arifin  Direktur Keuangan : Rusdi Rosman  Direktur Pemasaran: Agus Anwar  Direktur Produksi: Jisman Siagian  Direktur Umum & Personalia : Zurbandi

Sebagai perusahaan publik sekaligus BUMN, Kimia Farma berkomitmen penuh untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik

PT. Kimia Farma Tbk. merupakan sebuah perusahaan pelayanan kesehatan yang terintegrasi, bergerak dari hulu ke hilir, yaitu : industri, marketing, distribusi, ritel, laboratorium klinik dan klinik kesehatan.

Dengan dukungan kuat Riset dan Pengembangan, segmen usaha yang dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang punggung dari segmen industri, dimana kelimanya telah mendapat sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan sertifikat ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 14001 dari institusi luar negeri. (Llyod's, SGS, TUV).

Hasil produksi yang di buat oleh Pabrik Farmasi perusahaan baik produk obat-obat kimia, Formulasi dan herbal, dibagi dalam 6 (enam) lini produksi yaitu etikal, obat bebas, generik, narkotika, lisensi dan bahan baku. Sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya Kimia Farma berkomitmen untuk memastikan pasokan obat generik yang tetap ke pasar dalam negeri sesuai dengan misi perusahaan.

Dalam menjalankan usaha, perseroan mengacu pada nilai-nilai perusahaan “I CARE” (Innovative, Costumer First, Accountancility, Responsobility, Eco Friendly ) yang menjadi pedoman dalam berkarya demi

I (Innovative), memiliki budaya berpikir of the box dan membangun produk unggulan

C (Customer First), mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja/mitra.

A (accountability), bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme, Integritas dan kerja sama

R (Responsibility), memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran dan dapat diandalkan.

E (Eco Friendly), menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa layanan yang ramah lingkungan.

1.1.4. STRUKTUR ORGANISASI

Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, yaitu sebagai berikut :

Bagan Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

Direktur Utama

ur Pemasaran

ur Produksi

ur

ur Keuangan

Sekretaris Intern

Satuan pengawas Pengem- bangan

Plant Jakarta

Plant Bandung

Perusahaan

Bisnis

Manajer SPI Anak

Manajer Manajer

Bisnis Internasional

Produksi

Produksi

Perusahaan SDM

Umum & Pengelolaan Aset

Suplay Chain

n Mutu

n Mutu

Marketing CHP

Manajer Plant Semarang