PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HU

1

PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN
MASYARAKAT HUKUM ADAT DAN REDD+
William Sabandar

THE PEOPLE

of 4

illio s of I do esia’s populatio depe d o forest a d
natural resources services
50 of the 120 millions are indigenous people
(Masyarakat Hukum Adat/MHA)

In total 50-70 millions of the populations are MHA
(Source: People Alliance of the Archipelago or Aliansi Masyarakat Adat Nusantara)

Nawa Cita - Komitmen pada Perlindungan dan Pengakuan
Masyarakat Hukum Adat (PPMHA))
Berdaulat dalam bidang Politik, Butir 9

Kami berkomitmen melindungi dan memajukan
hak-hak masyarakat adat. Dalam kebijakan
perlindungan dan pemajuan hak-hak masyarakat
adat kami akan memberi penekanan pada 6
prioritas utama:
a. Meninjau ulang dan menyesuaikan seluruh
peraturan perundang-undangan terkait
PPMHA
b. Lanjutkan proses legislasi RUU PPMHA
c. Proses legislasi lainnya seperti RUU
Pertanahan, dll berjalan sesuai norma
PPMHA
d. Mendorong inisiatif penyusunan RUU untuk
penyelesaian konflik agraria
e. Akan membentuk komisi independen untuk
mempersiapkan kebijakan dan kelembagaan
serta mengurus PPMHA
f. Penerapan UU Desa untuk operasionalisasi
PPMHA
3


4

KETIMPANGAN DAN KONFLIK
Pengelolaan Hutan dan Lahan Indonesia

Realitas: Pemanfaatan dan Penggunaan
Kawasan Hutan Produksi indonesia (s/d Januari 2011)
Usaha Bisnis Besar
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Hutan Alam (IUPHHK-HA)

24,88 juta hektar

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Hutan Tanaman (IUPHHK-HT)

9,39 juta hektar

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Restorasi Ekosistem (IUPHHK-RE)

0,19 juta hektar

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu Hutan Tanaman (IUPHHBK-HT)

0,022 juta hektar

Perkebunan

5,93 juta hektar

Pertambangan

0,62 juta hektar

Total

41,032 juta hektar


+

98,37%
Usaha Bisnis Kecil
Hutan Tanaman Rakyat

0,63 juta hektar

Hutan Desa

0,0034 juta hektar

Hutan Kemasyarakatan

0,043 juta hektar

Total

0,676 juta hektar


+

1,62%
Sumber: Permenhut NoP.49/Menhut-II/2011 tentang RKTN Tahun 2011-2030

5

HTI: 227 Perusahaan
Pengelolaan
Hutan
Berbasis
Masyarakat

Perkebu
nan
Swasta:

11.499 Kepala
Keluarga (KK)


2.178
Perusahaan

Petani Tanpa
Lahan:

13.572.000 KK

Usaha Tani
Rakyat:

23.728.000 KK

Mengua
sai

26.000.000 ha

10.300.000 ha


240.000 ha

Mengua
sai

16.000.000
ha

Mengua
sai
Mengua
sai

0 ha
21.500.000
ha

PERKEBUNAN


Perusahaan: HPH: 304
Perusahaan

Mengua
sai
Mengua
sai

KEHUTANAN

Ketimpangan Penguasaan Hutan dan Kebun

Sumber: Sirait, Fauzi, Safitry , dan Pradhan

Konflik Agraria Dalam Jumlah
1970-2001: 1.753 Konflik , tersebar di 2.834 desa/kec/286 kabupaten/kota;
korban jiwa ratusan.

121


33

33

18

26
6

32

7

27

6

58

157


13

9
175

54

169
27

484

99

19

13

48


44

Diolah dari: Konsorsium Pembaruan Agraria/KPA (bekerjasama dng Murdoch &
Flinder University), 2013

28

Konflik Agraria Pada Sektor Tahun 2013
201
3

Sumber : KPA, 2014

Faktor Penyebab Konflik di 5 Taman Nasional
Kutai

8
1

Perambahan hutan dan
pencurian SDA

Sebangau

Lemahnya penegakan
hukum

2

Alih fungsi kawasan

0

Penggunaan kekerasan
Kayan Mentarang

0

Perusakan lingkungan

0

Tata batas
Kerinci Seblat

Pencurian SDA

2
1

Perambahan hutan
TNTN

4
3
0

2

4

6

8

10

PERBAIKAN TATA KELOLA HUTAN
DAN LAHAN MELALUI REDD+

PETA JALAN;
MENUJU PENYEMPURNAAN TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN
6- PENGUATAN

KOORDINASI
PENEGAKAN HUKUM
MELALUI
PENDEKATAN MULTI
DOOR

PENGAWASAN
& PENEGAKAN
HUKUM

7- RESOLUSI KONFLIK

PEMANFAATAN
5 PENYEMPURNAAN TATA

PERENCANAAN
1 GERAKAN SATU PETA

KELOLA PERIZINAN
- Program Penataan
Perizinan
- Penyempurnaan Perizinan
Kebun dan HGU

2 PERCEPATAN PENGUKUHAN
KAWASAN HUTAN (DAN PPH)

3 PROGRAM NASIONAL PPMHA
4 PETA JALAN PEMBARUAN
HUKUM
11

PETA JALAN MENUJU PENYEMPURNAAN
TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN
1. GERAKAN SATU PETA

4. PETA JALAN PEMBARUAN
HUKUM

2. PERCEPATAN
PENGUKUHAN KAWAN
HUTAN (DAN PPH)

3. PROGRAM NASIONAL
PPMHA

5. PENYEMPURNAAN TATA
KELOLA PERIZINAN

6. PENGUATAN KOORDINASI
PENEGAKAN HUKUM
MELALUI PENDEKATAN
MULTI DOOR
RESOLUSI KONFLIK

7. RESOLUSI KONFLIK

13

1. GERAKAN SATU PETA: Sebuah Gerakan
Menuju…

Referensi

satu

Standar
Database
Geoportal

2. PERCEPATAN PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN
MELALUI PENGAKUAN DAN PEMBUKTIAN HAK (PPH)
• Mekanisme

yang
digulirkan
sebagai
solusi
penyelesaian masalah yang ditemukan saat proses
penatabatasan.

• Ditujukan untuk dapat menjadi sebuah “media” yang

menyediakan ruang dialog dan negosiasi antara pihak
yang mengajukan klaim dan pihak pemerintah
sebagai penguasa untuk mencapai sebuah jalan
keluar yang berkeadilan.

4. Peta Jalan Pembaruan Hukum
Proses Saat Ini
Prioritas legislasi yang harus diperkuat atau direvisi
adalah :
• Memperkuat legeslasi terkait pengakuan dan perlindungan
Masyarakat Hukum Adat
• Penguatan regulasi terkait perlndungan lahan gambut,

termasuk standar lingkungan hidup dan KLHS;
• Memperkuat peraturan menteri kehutanan terkait klaim

dan verifikasi dalam proses pengukuhan
• Peraturan Presiden atau MoU mengenai sistem perizinan

terpadu
• Optimalisasi UU Nomor 18 Tahun 2013 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Kerusakan Hutan;
• Revie proses HGU

Penguatan Prosedur dan mekanisme untuk memperkuat
atau merevisi legeslasi
• Pembangunan sistem database legeslasi yang terintegrasi

khususnya berkaitan dengan sumber daya alam dan
lingkungan hidup.

15

16

5. PENYEMPURNAAN TATA KELOLA PERIZINAN
Sistem/Satu Informasi
Perizinan (SIP)

Audit Perizinan

• Pembangunan infrastruktur
SIP

• Pembentukan Pedoman
Audit Legalitas Izin

• Pengumpulan dan digitalisasi
dokumen

• Pelaksanaan Audit Legalitas
Izin (dokumen dan lapangan)

• Perbaikan pengarsipan

• Evaluasi Sistem Perizinan

• Sosialisasi SIP

• Penyusunan Rekomendasi
(perbaikan kebijakan dan
penertiban izin)

• Penerbitan kebijakan
implementasi SIP

Tindak Lanjut
Rekomendasi
• Penertiban izin yang
bermasalah
• Penyelesaian
konflik/tumpang tindih
lahan
• Perbaikan kebijakan dan
harmonisasi peraturan

OUTCOME
• Data izin yang lengkap & mutakhir, serta dapat diakses pusat dan daerah (termasuk satu peta izin)
• Sistem perizinan online yang memperbaiki tata kelola perizinan dan terintegrasi (mengadopsi
Keterbukaan Informasi Perizinan)
• Iklim investasi yang baik (memberikan kepastian hukum dan bebas konflik)
• Peraturan hukum yang harmonis antara pusat dan daerah, serta mendukung tata kelola perizinan
• Emisi GRK turun, ekonomi tumbuh & kesejahteraan rakyat meningkat
Catatan:
Untuk tahap awal, program dilakukan terhadap Perizinan Bidang Pertambangan dan Perkebunan

5. Sistem Informasi Perizinan (SIP)
Sistem Informasi Perizinan (SIP) adalah sistem
pengelolaan data permohonan, evaluasi,
verifikasi, pemberian dan pengawasan izin
yang berbasis dalam jaringan (online).
PEMKAB

PENGUSAHA

SIP ON-LINE
PENGAWAS
DAN PENEGAK
HUKUM

Pemkab
a/l: Itjen, Distamben,
Dishut, Disbun.

PEMPROV
a/l: Itjen, Distamben,
Dishut, Disbun.

PEMBERI IZIN
BIG

ONE MAP

PEMPROV

K/L PUSAT
a/l:
Kementan,
KemenESDM,
KLH,
Kemenhut.

K/L PUSAT
a/l: Kemendagri,
Kementan, KemenESDM,
KLH, Kemenhut, Kepolisian,
Kejaksanaan, KPK.

18

3. PPMHA DAN REDD+

19

Pasca Putusan 35/2012
• Pada 16 Mei 2013, MK mengeluarkan Putusan

No.35/PUU-X/2012. Dalam Putusan ini MK menghapus
kata “negara” dari frasa “hutan adat negara,” yang
mengembalikan pengelolaan hutan adat kepada
masyarakat hukum adat (MHA).
• Putusan bersejarah ini perlu diikuti dengan berbagai

kebijakan dan tindakan Pemerintah yang mencakup
perubahan terhadap proses, pendekatan dan pengakuan
hak MHA untuk menindaklanjuti Putusan dimaksud;
• Sementara kondisi di lapangan …

20

• Terdapat hak-hak atas tanah dan izin-izin yang sudah

dikeluarkan di atas wilayah MHA;
• Saat ini terjadi reklaim tanah atas nama “MHA”;
• Tidak terdapat kejelasan penyelesaian klaim MHA
sehingga di lapangan muncul banyak konflik horisontal;

21

Perkembangan Terakhir  UU 6/2014 tentang Desa
• Terbitnya UU 6/2014 tentang Desa mengatur lebih lanjut

pengakuan atas kekayaan tradisional dan hak asal usul
masyarakat hukum adat dan akan dituangkan ke dalam
bentuk peraturan daerah yang menguatkan secara legal
hak pengelolaan kekayaan alam milik masyarakat adat
termasuk hutan adat

22

PPMHA dan REDD+
• Ketiadaan kepastian tenurial mempengaruhi tingkat

deforestasi dan degradasi hutan dan lahan gambut;
• Absennya kepastian tenurial menyulitkan kepastian hukum
bagi efektivitas pelaksanaan program REDD+ ke depan;

23

Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum
Adat : Aksi yang diperlukan
1. Mengembangkan kapasitas serta membuka ruang partisipasi MHA yang

aktif dalam pelaksanaan berbagai program dan kegiatan pemerintahan;
2. Mendorong percepatan terwujudnya sinkronisasi dan harmonisasi
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan dan
pengakuan MHA termasuk namun tidak terbatas pada kriteria penetapan
keberadaan, mekanisme pengakuan dan kriteria penetapan pemetaan MHA;
3. Mendorong terwujudnya peraturan perundang-undangan yang menjadi
landasan hukum bagi perlindungan dan pengakuan MHA, termasuk namun
tidak terbatas pada Rancangan Undang-Undang (RUU) Perlindungan dan
Pengakuan Masyarakat Hukum Adat (PPMHA) dan RUU Pertanahan
melalui partisipasi aktif pemerintah dalam proses penyusunan kedua RUU
dimaksud;
4. Mendorong pemerintah daerah untuk melaksanakan pendataan keberadaan
MHA beserta wilayahnya melalui proses inventarisasi dan penetapan dengan
Peraturan Daerah;

24

Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum
Adat: Aksi yang diperlukan
5. Menginventarisir dan mengupayakan penyelesaian berbagai konflik

yang terkait dengan keberadaan MHA sekaligus dapat mengantisipasi
potensi konflik dimasa mendatang guna menjamin kepastian hukum atas
perlindungan hak setiap warga negara;
6. Melaksanakan pemetaan dan penataan terhadap penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah yang terintegrasi dan berkeadilan
dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat termasuk MHA;
7. Memperkuat kapasitas kelembagaan dan kewenangan berbagai pihak
termasuk pihak yang bertanggungjawab dan bertugas untuk melakukan
pengakuan dan perlindungan MHA di pusat dan daerah;

25

Pemetaan Partisipatif : Peta Indikatif Wilayah Adat
untuk ‘dijemput bola’ oleh Pemerintah

Sumber :
JKPP/AMAN

26

Rekan OMS turut berinisiatif membuat SOP
Pemetaan Partisipatif terintegrasi

27

Kepedulian Pemerintah terhadap
Masyarakat
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Pemerintah Pusat
Kehutanan
Hukum Adat dalam bentuk peraturan
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 68 Tahun 2010
tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang

Kementerian Dalam Negeri
Permendagri 52 tahun 2014 Menteri
Dalam Negeri tentang Pedoman
Pengakuan Dan Perlindungan
Masyarakat Hukum Adat melalui
Direktorat Jenderal Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa pada 7 Juli
2014

•Edaran Menteri Kehutanan agar Bupati
dan Walikota mendata kemungkinan
masyarakat adat di daerah mereka dan
meminta daerah segera terbitkan peta
masyarakat adat
•Pedoman Tata Cara Pengakuan
Keberadaan MHA, Kearifan Lokal, dan
Hak MHA yang akan disosialisasikan di
seluruh Pemprov/Kab/Kota
Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN
SE KBPN NO.
3/SE/IV/2014Penetapan Eksistensi
Masyarakat Hukum Adat Dan Tanah
Ulayat (MHA dikuatkan Perda
Provinsi)

28

PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN
MASYARAKAT HUKUM ADAT DAN REDD+
William Sabandar