MAKALAH NARSIS NASIONALISME DAN RESOLUSI
MAKALAH NASIONALISME DAN RESOLUSI KONFLIK ETNIS
PARTAI POLITIK DAN NASIONALISME
Oleh:
- Loviandi Agung S. Bandoro (1106083284)
- Jehian Ginting
(1106083561)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang politik, sosial-ekonomi dan kebudayaan yaitu muncul dan
berkembangnya gerakan nasionalisme Indonesia juga disebabkan oleh kemajuan-kemajuan di
bidang politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan bangsa Indonesia. Terutama kemajuannya di
bidang politik; yang menjadi pembicaraan kita kali ini yaitu mulai munculnya kegiatan
gerakan atau partai-partai nasionalis yang ingin menumbangkan dominasi politik kaum
imperialis dan kolonialis Belanda (Barat). Kekuasaan kaum pribumi pada masa itu
terkungkung oleh pengaruh politik kolonial Belanda yang ketat dan kejam. Praktek-praktek
penyalahgunaan kekuasaan dan pelecehan hak asasi manusia sering mewarnai kehidupan
politik pemerintahan kolonial, maka golongan nasionalis tampil menyuarakan aspirasi
masyarakat yang terjajah.
Sejak Indonesia memilih untuk memerdekakan dirinya pada 17 Agustus 1945, tidak
sedikit permasalahan yang menimpa bangsa dan negara ini. Perkembangan politik di
Indonesia begitu hebat semenjak Negara Indonesia kita Merdeka pada Tahun 1945 dimana
partai-partai politik silih berganti sampai dengan sekarang. Munculnya partai politik tentu
harus kita sambut dengan tangan terbuka karena Indonesia adalah negara Demokrasi. Yang
jadi masalah sekarang ini adalah arti nasioanalisme yang harusnya buat negara tetapi
sekarang seolah-olah nasionalisme tersebut hanya untuk Partai. Kita bisa melihat hampir
semua anggota Dewan menyuarakan kepentingan untuk rakyat tetapi setelah kita lihat
ternyata adalah rakyat yang berpihak ke partainya.
Nasionalisme yang menjadi api membara membakar semangat kita menjalani hidup
pasca kemerdekaan pun mulai kita pertanyakan kehangatannya. Pengertian kita dan
kepedulian kita mengenai nasionalisme pun mulai pudar. Nasionalisme sebagai ikatan kita di
tengah perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan habis digerogoti oleh pihak-pihak
yang mengambil kesempatan dalam mencapai tujuan pribadi dan kelompoknya.
Sikap nasionalisme hanya ditunjukan apabila nampang dilayar kaca tapi tanpa
implementasi dilapangan tidak ada sama sekali. Hal ini ditunjukan oleh kaum elit negara
yang seharusnya dapat memberikan contoh kepada rakyatnya.
Gambaran ini dapat dilihat banyaknya bendera parpol yang masih berkibar dijalanan
yang sering kita lewati. Jalanan dipenuhi dengan berbagai macam bendera parpol tetapi
minim bendera merah putih. Seharusnya para elit politik yang nantinya akan menjadi
pemimpin di negara ini harus dapat memberikan contoh untuk menunjukan sikap
nasionalisme. Apabila calon pemimpin yang notabene berasal dari parpol bertindak demikian
bagaimana rakyat akan peduli dengan pemimpinnya. Banyak yang beranggapan partai politik
hanya mementingkan diri sendiri dan golongannya. Akan tetapi tidak mempunyai sikap untuk
kepentingan rakyat apalagi pada negara. Ini dapat dilihat bagaimana sulitnya untuk menganti
bendera partai politik dengan bendera merah putih walaupun hanya sementara. Rakyat kecil
saja dengan susah payah berusaha memperinganti HUT kemerdekaan RI dengan mengelar
berbagai kegiatan dan kemeriahan merah putih akan tetapi disaingi partai politik yang
memamerkan bendera partainya.
I.II Rumusan Masalah
Apa itu partai politik?
Apa itu nasionalisme?
Apa hubungan antara partai politik dan nasionalisme?
Bagaimana sejarah serta perkembangan partai politik akan pengaruhnya terhadap
nasionalisme?
I.II Tujuan
Menjelaskan latar belakang partai politik
Korelasi yang ada diantara partai politik dengan nasionalisme
BAB II
ISI
Partai Politik
Ada semacam konsensus di kalangan ilmuwan politik, terutama yang mempelajari
demokratisasi, bahwa partai politik adalah instrumen sentral dalam demokrasi. Partai politik
merupakan ‘the nerve centre of democracy’. Partai politik adalah prasyarat atau kelengkapan
suatu negara demokrasi. Di negara demokrasi diperlukan partai politik yang bebas baik dalam
program-programnya maupun kader-kadernya.
Definisi dari partai politik adalah Kumpulan orang-orang yang terorganisir, memiliki
nilai dan kepentingan yang sama, bertujuan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan
politik (biasanya) melalui cara-cara yang konstitusional. Terorganisir artinya memiliki
keanggotaan yang jelas. Diikat oleh suatu nilai dan kepentingan (baca: ideologi) yang
berfungsi untuk memperoleh dan mempertahankan dukungan. Bertujuan untuk berkuasa atau
memerintah. Menang melalui pemilu (cara demokrasi konstitusional).1
Definisi lainnya tentang partai politik, secara operasional partai politik di definisikan
sebagai asosiasi sekelompok warga negara yang memiliki pandangan dan kepentingan yang
kurang lebih sama, bertujuan merebut kekuasaan dan mempengaruhi kebijakan, serta ikut
serta dalam pemilihan umum untuk memperjuangkan pandangan, kepentingan dan tujuan
tersebut. Secara undang-undang no. 2 tahun 2011, partai politik didefinisikan sebagai suatu
organisasi politik, yang dibentuk oleh sekelompok Warga Negara Indonesia, secara sukarela,
atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita, untuk memperjuangkan atau membela
kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indinesia Tahun 1945.
Partai politik didirikan untuk menjalankan beberapa fungsi. Pertama ada fungsi
sosialisasi politik, dimana partai politik menanamkan dan mengajarkan nilai-nilai serta
norma-norma yang baik dalam berpolitik (etika politik yang baik). Fungsi rekrutmen politik,
yaitu menarik dan mengambil tenaga potensial untuk dijadikan kader politik untuk kemudian
dijadikan pemimpin. Fungsi komunikasi politik, yaitu partai politik dijadikan sebagai
1 Miriam Budiardjo, 2003: 160-161
perantara keinginan masyarakat dan kebijakan pemerintah. Fungsi pengelolaan konflik,
dimana partai politik ikut turun tangan (baca: membantu bukan ikut campur belaka) dalam
memecahkan berbagai masalah yang ada didalam masyarakat (penengah pemerintah dan
rakyat)2. Fungsi pendidikan politik, fungsi pemeliharaan konstituen, fungsi perwakilan
politik, fungsi regenerasi politik, fungsi seleksi kepemimpinan, serta fungsi pembuatan
kebijakan.3
Sistem kepartaian juga berbeda-beda. Jika berdasarkan jumlah, ada 4 sistem
kepartaian yaitu sistem tanpa partai, sistem partai tunggal, sistem dwi-partai, dan sistem
multi-partai. Jika berdasarkan tinkat kompetisinya, sistem kepartaian juga dibedakan menjadi
4, yaitu Monolitic party systems, Dominant party systems, Hegemonic party systems, dan
Competitive party systems.
Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan
sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia. Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa kebenaran politik
atau legitimasi politik dimana kebenaran politik itu dikatakan bersumber dari kehendak
rakyat.
“Nationalism” dalam kamus Webster dinyatakan sebagai ‘loyalty and devotion to a
nation especially as expressed in an exalting of one nation above all others with primary
emphasis on promotion of its culture and interests’.
Nasionalisme adalah orientasi yang menunjukkan adanya kesetiaan dan pengabdian
untuk suatu bangsa, dinyatakan dalam sikap kebanggaan terhadap bangsa sendiri khususnya
sisi kultur dan kepentingan bangsa.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot.
Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak
beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong
mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari
sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan ini
pun tampak pula dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang
2 Reilly, 2008: 4
3 Andrew Heywood, 1997: 233
atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasanya aman dari serangan musuh dan musuh
itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.
Menurut Hans Kohn, dalam bukunya yang berjudul Nasionalisme, Arti dan
Sedjarahnya, adalah salah satu dari kekuatan yang menentukan dalam sejarah modern.
Berasal dari Eropa Barat abad ke 18, selama abad ke 19 telah tersebar di seluruh Eropa dan
dalam abad ke 20 dan telah menjadi suatu pergerakan sedunia.
Definisi dari nasionalisme itu sendiri menurut hans Kohn adalah kondisi jiwa, dimana
loyalitas tertinggi individu ditujukan bagi negara bangsanya. Sementara menurut Carlton
Hayes adalah sebuah kondisi kejiwaan yang menyatakan bahwa loyalitas seseorang terhadap
negara-nasionalnya dalam bentuk ide maupun fakta adalah superior dibandingkan dengan
loyalitas yang lain.
Nasionalisme sendiri dibagi dalam beberapa bentuk:
Nasionalisme Kewarganegaraan, adalah sejenis nasionalisme dimana negara
memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya. Teori ini mula-mua
dibangun oleh J. J. Rosseau yang berjudul Du Contract Sociale.
Nasionalisme Etnis, adalah adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Diprakarsai oleh
oleh Johann Gottfried Von Herder dengan konsep Volk (rakyat).
Nasionalisme Romantik, hampir menyerupai nasionalisme etnis, hanya saja
Nasionalisme romantik abergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati
idealisme romantik.
Nasionalisme Budaya, dimana negara mendapat kedaulatan politik dari budaya, bukan
berdasarkan ras, suku, etnis, atau sifat keturunan lainnya. Contohnya adalah rakyat
Tiongkok.
Nasionalisme Kenegaraan, adalah nasionalisme kewarganegaraan yang digabungkan
dengan nasionalisme etnis. Sangat mengutamakan kejayaan negara, dimana dalam
penerapannya sangat mengutamakan kejayaan negara dan terkadang berbenturan
dengan prinsip masyarakat demokrasi, dimana sangat mengutamakan terbentuknya
national state tersendiri yang jauh lebih baik. Nasionalisme kenegaraan yang kuat
secara sistematis akan selaras dengan konflik kesetiaan masyarakat. Contohnya adalah
Nazisme Jerman, serta nasionalisme Turki kontemporer.
Nasionalisme Agama, dimana negara mendapat legitimasi politik dari agama. Tetapi
tidak selamanya nasionalisme agama itu menjadi tujuan utama, tetapi ada tujuan lain
selain agama itu sendiri yaitu menciptakan negara yang merdeka, hanya saja agama
digunakan sebagai simbol pemersatu.
Jika dilihat dari aspek historis, Hutchinson dan Smith mengatakan bahwa definisi
nasionalisme sendiri dari zaman klasik hingga modern setidaknya selalu memuat tiga aspek,
yaitu Autonomus, Unity, dan Identity. Autonomus atau otonomi mengacu kepada satu prinsip
atau logika pemikiran yang menjelaskan nasionalisme adalah satu pemikiran yang
menganggap bahwa nation adalah satu entitas komunitas yang mampu berdiri sendiri secara
utuh. Dan seperti dalam konteks perkembangan sejarah, kemampuan biasa mengacu pada
upaya setiap nation untuk mendirikan satu self government.
Unity atau kesatuan adalah unsur dalam pemikiran nasionalisme yang menerangkan
bahwa suatu nation adalah suatu komunitas yang hidup dalam kesatuan sejarah atau nasib
yang sama. Dimana dengan keberadaanya, nasionalisme dapat mengikat setiap individu yang
berbeda-beda berdasarkan ras, etnis, maupun kelas-kelas ekonomi berada dalam sebuah
komunitas bernama nation. Dan ketiga Identity atau identitas adalah satu unsur yang
menyertakan nasionalisme sebagai sebuah paham pembeda antara satu komunitas dengan
komunitas lainnya. Dalam hal ini Nasionalisme selalu memiliki muatan primordialis yang
selalu menguatkan perbedaan antara “Us” dan “Them”.4 Teori nasionalisme itu sendiri
mengalami perkembangan-perkembangan.
Partai Politik dan Nasionalisme
Sejarah pergerakan nasional adalah bagian dari sejarah Indonesia meliputi periode
tahun 1908, ialah tahun berdirinya Boedi Oetomo sebagai organisasi nasional, sampai tahun
1942, tahun pecahnya perang pasifik. Budi Utomo adalah organisasi pergerakan modern yang
pertama di Indonesia dengan memiliki struktur organisasi pengurus tetap, anggota, tujuan dan
4 Hutcitson. J. and Smith A.D. Oxford Readers.Nationalism.(Oxford : Oxford University Press.1994) Hal. 5
juga rencana kerja dengan aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan. Budi utomo pada saat
ini lebih dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu STM yang memiliki siswa yang suka
tawuran, bikin rusuh, bandel, dan sebagainya. Biasanya anak sekolah tersebut menyebut
dengan singkatan Budut / Boedoet (Boedi Oetomo). Pada artikel kali ini yang kita sorot
adalah Budi Utomo yang organisasi jaman dulu, bukan yang STM.
Budi Utomo didirikan oleh mahasiswa STOVIA dengan pelopor pendiri Dr. Wahidin
Sudirohusodo dan Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang bertujuan untuk memajukan
Bangsa Indonesia, meningkatkan martabat bangsa dan membangkitkan Kesadaran Nasional.
Tanggal 20 Mei 1908 biasa diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional Indonesia.
Sebagai suatu organisasi yang baik, Budi Utomo memberikan usulan kepada pemerintah
Hidia Belanda sebagai mana berikut ini :
1. Meninggikan tingkat pengajaran di sekolah guru baik guru bumi putera
maupun sekolah priyayi.
2.
Memberi beasiswa bagi orang-orang bumi putera.
3. Menyediakan lebih banyak tempat pada sekolah pertanian.
4. Izin pendirian sekolah desa untuk Budi Utomo.
5. Mengadakan sekolah VAK / kejuruan untuk para bumi putera dan para
perempuan.
6. Memelihara tingkat pelajaran di sekolah-sekolah dokter jawa.
7. Mendirikan TK / Taman kanak-kanak untuk bumi putera5.
8. Memberikan kesempatan bumi putra untuk mengenyam bangku pendidikan di
sekolah rendah eropa atau sekolah Tionghoa - Belanda.
Kongres pertama budi utomo diadakan di Yogyakarta pada oktober 1908 untuk
mengkonsolidasikan diri dengan membuat keputusan sebagai berikut :
5 Bumi Putera yang dimaksud disini bukan bank atau lembaga keuangan bisnis lainnya, tetapi yang dimaksud
dengan bumi putera disini adalah warga pribumi yang pada zaman dahulu dianggap sebagai warga tingkat
rendah dibanding warga ras eropa, cina, arab, dan lain-lainnya.
1. Tidak mengadakan kegiatan politik.
2. Bidang utama adalah pendidikan dan kebudayaan.
3. Terbatas wilayah jawa dan madura.
4. Mengangkat R.T. Tirtokusumo yang menjabat sebagai Bupati Karanganyar
sebagai ketua.
Pemerintah Hindia-Belanda mengesahkan Budi Utomo sebaga badan hukum yang sah karena
dinilai tidak membahayakan, namun tujuan organisasi Budi Utomo tidak maksimal karena
banyak hal, yakni :
1. Mengalami kesulitan dinansial
2. Kelurga R.T. Tirtokusumo lebih memperhatikan kepentingan pemerintah kolonial
daripada rakyat.
3. Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata.
4. Keluarga anggota-anggota dari golongan mahasiswa dan pelajar.
5. Bupati-bupati lebih suka mendirikan organisasi masing-masing.
6. Bahasa belanda lebih menjadi prioritas dibandingkan dengan Bahasa Indonesia.
7. Pengaruh golongan priyayi yang mementingkan jabatan lebih kuat dibandingkan yang
nasionalis.
Nasionalisme di Indonesia, seperti juga di Negara-negara asia tenggara lainnya,
mempunyai basis historis pada masa kolonilalisme, maka sifat antikolonialisme menjadi
bagaian utamanya. Oleh karena itu, ada interdependensi antara nasionalisme dan
kolonialisme pada umumnya dan juga terasa adanya pengaruh timbal balik, terutama antara
nasionalisme yang sedang tumbuh dan politik kolonial beserta ideologi kolonialnya.
Nasionalisme anti kolonial digunakan untuk menjelaskan nasionalisme pada bangsabangsa di Asia dan Afrika pada masa kolonialisme dahulu. Berbeda dengan nasionalisme
yang telah teraplikasi di Eropa barat dimana kondisi bangsa disana telah jauh lebih kokoh,
muncullah definisi baru yang mengantisipasi gejolak nasionalisme dunia timur khususnya di
Asia, dimana nasionalisme menginspirasi setiap orang atau bangsa untuk membangun sebuah
negara yang merdeka serta menentukan pilihannya sendiri. (Cobban 1944: 4).
Para ilmuwan sosial sperti Rupert Emerson dengan para sarjana lain yang sealiran
menginterpretasi kebangkitan nasionalisme Asia dan Afrika sebagai Nasionalisme anti
kolonial (Emerson 1962: 295-239). Plamenantz mengkategori nasionalisme menjadi dua
yaitu : (1) Nasionalisme barat : Nasionalisme di dalam masyarakat yang telah maju, sebagai
upaya mengatasi situasi yang tidak menguntungkan, dan (2) nasionalisme timur : sebagai
upaya mengatasi keterbelakangan dengan cara meniru barat, tetapi memusuhi barat.6
Dalam definisi-definsi nasionalisme yang berkembang pada masa ini, postulat filsafat
Kantian yang menyatakan bahwa manusia adalah bebas ketika ia mematuhi hukum moral
yang ia temukan dari dalam dirinya sendiri, bukan dari dunia eksternal, menjadi sumber
referensi yang banyak digunakan (Ellie Kedourue. 1971: 23). Maka tak heran jika kemudian
hipotesa yang dipeloporkan oleh kalangan ilmuwan yang berasal dari periode ini menjelaskan
bahwa: jika sebuah bangsa atau rakyat diberikan sebuah hak self determination, secara
otomatis mereka seharusnya dapat menentukan sendiri keberadaan negaranya, menentukan
sendiri bentuk nation state nya. Konsep maupun definisi nasionalisme anti kolonial ini adalah
sumber bagi banyak studi nasionalisme bagi belahan dunia yang mengalami masa-masa
kolonialisme hingga pertengahan abad XX.
Tetapi pada tahun 70- 80 an mulai banyak perdebatan mengenai definisi nasionalisme
anti kolonial, terutama yang ditujukan pada kuatnya elemen politis yang terdapat di
dalamnya. Hosbawn menyebutkan bahwa ada beberapa factor yang melekat dalam paham
nasionalisme anti kolonial yang sangat memungkinkan untuk menjadikannya bertolak
belakang dengan keinginan masyarakat luas. Adapun faktor-faktor yang dijelaskannya adalah
sebagai berikut:
Pertama, pemaknaan nasionalisme dalam sebuah nation state seringkali hanya
dilakukan oleh kelompok-kelompok politik teratas (elit) tanpa mengikutsertakan kelompokkelompok bangsa yang mayoritas sehingga menyebabkan nasionalisme sering dipergunakan
sebagai alat propaganda-propaganda politik penguasa demi kepentingannya. Kedua, karena
6 Plamenantz, Nationalism: The Nature and Evolution of an idea. Dalam Rusli Karim. M. Arti dan Keberadaan
Nasionalisme Dalam Analisis CSIS Tahun XXV edisi Maret-April ( Jakarta : CSIS. 1996). Hal. 97
nasionalisme bukan merupakan paham atau ide yang memiliki landasan kriteria-kriteria
objektif, maka tidak ada pula batasan-batasan objektif yang termuat didalamnya. Semuanya
mengandung unsur subjektivitas sehingga banyak negara yang belum mampu mendesainnya
sedemikian baik dalam sebuah sistem negara. Ketiga, sebagai sebuah bagian dari proses
dialektika sejarah, nasionalisme sangat bergantung kepada proses-proses politik, ekonomi,
dan budaya yang terdapat dalam sebuah kurun waktu, sehingga rentan untuk berubah.
Pergerakan nasional di Indonesia dalam arti umum dapat dianggap sebagai suatu
regenerasi. pergerakan ini bukanlah pergerakan yang hanya terbatas pada bidang politik tatapi
melitputi juga bidang ekonomi, sosial, dan kultural. Sifat universal dari fenomena ini
meneyabakan pergerakan itu mempunyai aspek multidimensional. Karena mengalami
regenerasi ini, maka para partsipan menjadi sadar akan segala sesuatu, baik yang lama
maupun yang modern. semunya didorong ke arah kemajuan dan terlibat pada semua kegiatan
secara aktif.
Pergerakan nasional sebagai bentuk revivalisme dalam hubungan-hubungan
masyarakat kolonial sudah barang tentu mengalami politikalisasi, dan bahkan sejak taraf
pertamanya pergerakan itu sudah jelas menunjukan orientasi politik umum. Di tanah jajahan
kepentingan ekonomi dan politik terjalin erat antara satu dengan lainnya: dominasi politik
melindungi erat monopoli ekonomi modal colonial dan menggunakan pemerintahan colonial
sebagai alat kekuasaan. Sejak itu disadari bahawa kekuasaan poltik diperlukan untuk
memkasa pemerintah colonial memperlihatkan kesejahteraan rakyat. Aspriasi politik,
meskipun belum jelas formulasinya, telah tampak pada waktu itu Boedi Oetomo didirikan.
Dengan perkataan lain dapat dinyatakan lain dapat dinyatakan bahwa organisasi ini
menghendaki turut ambil bagian dalam mengatur penghidupan rakyat dan memperbaiki
nasibnya. Di sisi lain dengan berdirinya volksraad maka keinginan-keinginan politik dapat
disalurkan dengan resmi kepada pemerintah kolonial. Pengalaman pengalaman di dalan
volksraad menimbulkan keyakinan bahwa melalui koperasi usaha usaha rakyat tidak akan
terlindungi, sehingga golongan nasionalis menganggap sangat perlu menyusun kekuatan
rakyat untuk mengambil alih kekuasaan politik. Formulasi tujuan politik ini makin lama juga
makin terperinci. Perhimpunan Indonesia, organisasi-organisasi mahasiswa Indonesia di
negeri belanda, membuat analisis yang tepat mengenai hubungan-hubungan colonial dan
mengambil resolusi bahwa pergerakan nasional harus menuju ke Indonesia merdeka, sedang
kerja sama dengan kaum penjajah ditolak.
Bila kita mempelajari nasionalisme, akan tampak jelaslah bahwa ada pertumbuhan
konsep yang besar dan pendekatan-pendekatannya bermacam-macam. Apa yang menarik
perhatian kita dalam hubungan ini ialah banwa secara luas disetujui bahwa nasionalisme
dalam beberapa pengertian asal mula dan perkembangannya bersifat historis sehingga sejarah
pergerakan nasional menjadi inti akibat-akibatnnya bebeda-beda tegantung pada keadaan
keadaan historis. Nasionalisme sebagai fenomena historis timbul sebagai jawban terhadap
kondisi-kondisi historis, politik, ekonomi, dan sosial tertentu. Penyelidikan tentang
nasionalisme sebagai sutatu fenomena yang serba kompleks memerlukan pula pendekatan
yang multidisipliner. Dengan demikian, akan terjadi jelas apek multidimensionalnya. Untuk
mengenal sifat sifat khas nasionalisme sudah barang tentu unsur unsur pembentukan perlu
pula diselidiki dengan menggunakan multiple approach seperti tersebut diatas.
Masalah yang sedang kita hadapi kali ini adalah kebalikan daripada masa lalu. Dulu
pada masa kebangkitan nasional, yang namanya nasionalisme betul-betul menyatukan rakyat.
Meskipun sesungguhnya tetap terbagi ke dalam beberapa golongan, namun tingkat
fragmatisme yang kecil telah memperbesar terjadinya peluang untuk konsolidasi nasional,
alias bersatunya kekuatan nasional. Dulu aspirasi rakyatlah yang menghidupkan organisasiorganisasi nasionalis itu. Namun sekarang diperlukan kesadaran, penyediaan tempat untuk
menampung, menggabungkan serta merealisasikan aspirasi rakyat.
Jika begini terus wajar jika anarkisme semakin berkembang di Indonesia. Partai
politik sebagai sumber tokoh-tokoh politik di Indonesia kurang senyawa dengan aspirasi
warga. Dalam berbagai kasus pemicu nasionalisme misalnya, hampir tidak ada tokoh-tokoh
politik yang bersuara dan kalau pun ada sangat jauh dari pewakilan emosi warga.
Dalam kasus pengibaran bendera OPM oleh Australia dan tindakan-tindakan politikus
Belanda yang menggembar-gemborkan RMS misalnya, tidak ada reaksi apa pun dari para
politisi.Sangat jauh dari yang diharapkan. Lihat bagaimana negara-negara Barat memanggil
pulang duta besarnya dari Iran.
Tokoh Indonesia harus berani mengambil dua gertakan untuk memenuhi emosi warga,
1. Memulangkan diplomat Australia, Belanda dari Indonesia dan memanggil pulang
diplomat Indonesia dari Australia Belanda.
2. Memperkuat kerjasama dengan Cina. Aksi tersebut tidak perlu direalisasikan. Tetapi
cukup menjadi sekedar gertakan.
Kita dapat melihat, anggota-anggota parlemen negara Barat pun sering menggertak
Indonesia dengan berbagai macam gertakan, padahal kita tahu itu semua cuma gertakan.
Tetapi meski hanya gertakan, sudah cukup untuk melampiaskan kedongkolan warganya.
Beberapa politisi Indonesia mewarisi nama-nama besar para pahlawan Indonesia,
tetapi karakter mereka sungguh beda. Kita lihat bagaimana Soekarno berhasil menyalurkan
aspirasi warga Indonesia masa lampau dengan gaya pendekatan Cina, keluar dari PBB dan
sebagainya. Memang ada konsekuensi yang dianut, tetapi emosi dan harga diri bangsa perlu
ditegakkan walaupun cuma oleh basa-basi gertakan sambel belaka. Setidaknya sedikit
memuaskan daripada tidak sama sekali.
Hal ini juga yang lama-lama semakin memecah masyarakat ke dalam golongangolongan kecil yang banyak diantaranya yang serupa tapi tak sama. Mari kita lihat jumlah
partai politik di Indonesia. Pada era reformasi pada tahun 1999 terdapat sebanyak 148 partai,
48 di antaranya menjadi peserta pemilu. pada tahun 2004, jumlah partai yang terdaftar 261
partai, 24 partai di antaranya menjadi peserta pemilu. pada pemilu 2009 jumlah partai politik
terdaftar sebanyak 64, 38 di antaranya menjadi peserta pemilu.
Kondisi perpecahan golongan ini semakin dewasa ini semakin baik. Adanya
penyederhanaan partai dengan persyaratan-persyaratan yang terus bertambah memaksa
partai-partai kecil untuk merger menjadi ukuran yang lebih besar. Untuk pemilu 2014 nanti,
Mahkamah Konstitusi telah menyiapkan kebijakan baru lagi untuk mengurangi jumlah suara
yang terlalu terpecah. Yaitu dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 khususnya pasal 8
mengenai partai peserta pemilu sebagai pembicaraan kita kali ini. Semoga saja kebijakan
yang dikeluarkan dapat berfungsi dengan sebaik mungkin dan memberikan manfaat yang
berkelanjutan sehingga dapat semakin mempercepat dilaksanakannya pemilu serentak setelah
2014 nanti.
Isi daripada undang-undang tersebut adalah
UU no 8 tahun 2012
Pasal 8
(1) Partai Politik Peserta Pemilu pada Pemilu terakhir yang memenuhi ambang batas
perolehan suara dari jumlah suara sah secara nasional ditetapkan sebagai Partai Politik
Peserta Pemilu pada Pemilu berikutnya.
(2) Partai politik yang tidak memenuhi ambang batas perolehan suara pada Pemilu
sebelumnya atau partai politik baru dapat menjadi Peserta Pemilu setelah memenuhi
persyaratan:
a)
Berstatus badan hukum sesuai dengan Undang-Undang tentang Partai Politik;
b)
Memiliki kepengurusan di seluruh provinsi;
c)
Memiliki kepengurusan di 75% (tujuh puluh lima persen) jumlah
kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan;
Memiliki kepengurusan di 50% (lima puluh persen) jumlah kecamatan di
d)
kabupaten/kota yang bersangkutan;
Menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan
e)
perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat;
Memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang atau 1/1.000 (satu
perseribu) dari jumlah Penduduk pada kepengurusan partai politik
sebagaimana dimaksud pada huruf c yang dibuktikan dengan kepemilikan
f)
kartu tanda anggota;
Mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada tingkatan pusat, provinsi,
g)
h)
dan kabupaten/kota sampai tahapan terakhir Pemilu;
Mengajukan nama, lambang, dan tanda gambar partai politik kepada KPU; dan
Menyerahkan nomor rekening dana Kampanye Pemilu atas nama partai politik
kepada KPU.
Undang-undang ini juga telah meminta untuk dilakukan pengujian, pada hari Rabu, 29
Agustus 2012, sesuai dengan apa yang diberitakan oleh harian kompas.
JAKARTA, KOMPAS.com -- Pada Rabu siang, MK memutuskan permohonan pengujian
atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 mengenai Pemilu Anggota DPR, DPD, dan
DPRD. Seluruh parpol memiliki kursi di DPR ataukah tidak, mesti mengikuti verifikasi untuk
menjadi peserta Pemilu 2014. Selain itu, ambang batas parlemen sebesar 3,5 persen
dinyatakan hanya berlaku untuk pemilu anggota DPR, sementara tak ada ambang batas
parlemen untuk pemilu anggota DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
Putusan MK tersebut sekaligus merupakan momentum untuk melakukan evaluasi basis
konstituen parpol dan menyusun strategi baru dalam hal pemenangan pemilu. “Kalau
organisasi parpol tidak rapi dan wellorganized maka (parpol) susah untuk menambah suara.”
Rabu (29/8/2012) di Jakarta.
Namun tetap saja masih banyak partai yang memprotes kebijakan tersebut karena
mungkin mereka merasa diberatkan dengan persyaratan-persyaratan yang semakin kompleks
itu. Namun menurut kami, mereka yang protes itu adalah mereka yang tidak layak. Kalau
untuk pemenuhan syarat saja mereka tidak siap, lebih baik bubar saja atau merger dengan
partai yang lain. Mereka protes sebab mereka takut tidak sanggup memenuhi persyaratan.
BAB III
KESIMPULAN
Nasionalisme pada periode pembentukan lebih terikat pada aspek-aspek subjektif
daripada aspek-aspek objektif. Mengutip pernyataan Ernest Rennant yang mengakui
nasionalisme sebagai paham yang pada dasarnya tidak memuat kriteria objektif yang tidak
akan dapat terukur. Kenyataan sejarahnya dimulai sebagai fakta-fakta konseptual, kemudian
berkembang perlahan lahan ke bentuk yang lebih kongkret dan menjadi fakta fakta sosiopsikologis
bedasar
atas
unsur-unsur
komponenya
menunjukan
tingkatan-tingkatan
perkembangan nasionalisme pada semua aspeknya dan pada variasi jawaban nasionalisme
terhadap kolonialisme. Tiga aspek nasionalisme aspek kognitif, aspek orientasi tujuan/nilai
dan aspek-spek afektif dapat diterapkan sebagai kriteria perbedaan kategori-kategori yang
menggambarkan tipologi berbagai organisasi pergerakan nasional. Bahkan tak salah pula jika
kita menilai bahwa nasionalisme sebagai paham yang irasional.
Meski telah banyak para teoritisi dengan latar belakang paradigma keilmuan sejak
zaman klasik hingga kontemporer mencoba memberikan pengertian mengenai apa itu
nasionalisme, namun tetap saja penjelasan mengenai apa itu nasionalisme tetap berada pada
wilayah abu-abu.7 Nasionalisme dikembalikan ke dasar eksistentisnya; terutama nasionalisme
sebagai suatu ide pada semua bentuknya perlu diselidiki keselarasanya dan hubungannya
dalam konteks sistuasional realitas sejarah tertentu. Manifestasi-manisfestasinya harus
dihubuhngkan dengan masing-masing kelompok sosial yang mendukungnya, perubahanperubahan strukutural harus diterangkan sejalan dengan dinamisme kelompok dan derajat
integrasinya. Terutama sekali lagi ditekankan bahwa partai politik memiliki pengaruh yang
nyata dalam kehidupan negara sehingga partai politik harus menjunjung tinggi persatuan
7 Baca pernyataan Smith dan Hutcitson yang menyatakan bahwa salah satu kesulitan besar dalam mempelajari
nasionalisme adalah karena tidak pernah adanya satu definisi yang benar-benar bisa disepakati oleh semua
kalangan. Hutcitson. J. and Smith A.D. Oxford Readers.Nationalism.(Oxford : Oxford University Press.1994)
nasional, mengurangi perpecahan suara dan menjalankan fungsi partai politik dengan baik
dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam, 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (bab 13)
http://nasional.kompas.com/read/2012/08/29/19024394/Putusan.MK.Solidkan.Jaringan.Organisasi.
Parpol Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://angkringan.web.id/index.php/serba-serbi/71-nasionalisme-partai-politik-rendah
pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
Diunduh
http://opini.ghobro.com/1/post/2011/11/nasionalisme-partai-politik.html Diunduh pada hari Senin,
15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://www.anneahira.com/nasionalisme.htm Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul
13.00 WIB
http://www.nationalismproject.org/links/scotland.htm Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012,
pukul 13.00 WIB
http://organisasi.org/organisasi-pergerakan-nasional-budi-utomo-menghadapi-kekuasaan-kolonialhindia-belanda-tahun-1908 Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=7598#.UH0PCFKnjIU
Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_perundangan&id=3683&task=detail&catid=1&Itemid=42&tahun=2012 Diunduh pada
hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://www.haluankepri.com/news/politik/33407-uu-no-8-tahun-2012-.html Diunduh pada hari
Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/flip_2011/4601003/files/search/searchtext.xml Diunduh pada
hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://www.pergerakankebangsaan.org/?p=867 Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul
13.00 WIB
http://www.perludem.or.id/index.php?option=com_k2&view=item&id=298:catatan-atas-tiga-kalipemilu-paska-reformasi-1998&Itemid=123 Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00
WIB
PARTAI POLITIK DAN NASIONALISME
Oleh:
- Loviandi Agung S. Bandoro (1106083284)
- Jehian Ginting
(1106083561)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang politik, sosial-ekonomi dan kebudayaan yaitu muncul dan
berkembangnya gerakan nasionalisme Indonesia juga disebabkan oleh kemajuan-kemajuan di
bidang politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan bangsa Indonesia. Terutama kemajuannya di
bidang politik; yang menjadi pembicaraan kita kali ini yaitu mulai munculnya kegiatan
gerakan atau partai-partai nasionalis yang ingin menumbangkan dominasi politik kaum
imperialis dan kolonialis Belanda (Barat). Kekuasaan kaum pribumi pada masa itu
terkungkung oleh pengaruh politik kolonial Belanda yang ketat dan kejam. Praktek-praktek
penyalahgunaan kekuasaan dan pelecehan hak asasi manusia sering mewarnai kehidupan
politik pemerintahan kolonial, maka golongan nasionalis tampil menyuarakan aspirasi
masyarakat yang terjajah.
Sejak Indonesia memilih untuk memerdekakan dirinya pada 17 Agustus 1945, tidak
sedikit permasalahan yang menimpa bangsa dan negara ini. Perkembangan politik di
Indonesia begitu hebat semenjak Negara Indonesia kita Merdeka pada Tahun 1945 dimana
partai-partai politik silih berganti sampai dengan sekarang. Munculnya partai politik tentu
harus kita sambut dengan tangan terbuka karena Indonesia adalah negara Demokrasi. Yang
jadi masalah sekarang ini adalah arti nasioanalisme yang harusnya buat negara tetapi
sekarang seolah-olah nasionalisme tersebut hanya untuk Partai. Kita bisa melihat hampir
semua anggota Dewan menyuarakan kepentingan untuk rakyat tetapi setelah kita lihat
ternyata adalah rakyat yang berpihak ke partainya.
Nasionalisme yang menjadi api membara membakar semangat kita menjalani hidup
pasca kemerdekaan pun mulai kita pertanyakan kehangatannya. Pengertian kita dan
kepedulian kita mengenai nasionalisme pun mulai pudar. Nasionalisme sebagai ikatan kita di
tengah perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan habis digerogoti oleh pihak-pihak
yang mengambil kesempatan dalam mencapai tujuan pribadi dan kelompoknya.
Sikap nasionalisme hanya ditunjukan apabila nampang dilayar kaca tapi tanpa
implementasi dilapangan tidak ada sama sekali. Hal ini ditunjukan oleh kaum elit negara
yang seharusnya dapat memberikan contoh kepada rakyatnya.
Gambaran ini dapat dilihat banyaknya bendera parpol yang masih berkibar dijalanan
yang sering kita lewati. Jalanan dipenuhi dengan berbagai macam bendera parpol tetapi
minim bendera merah putih. Seharusnya para elit politik yang nantinya akan menjadi
pemimpin di negara ini harus dapat memberikan contoh untuk menunjukan sikap
nasionalisme. Apabila calon pemimpin yang notabene berasal dari parpol bertindak demikian
bagaimana rakyat akan peduli dengan pemimpinnya. Banyak yang beranggapan partai politik
hanya mementingkan diri sendiri dan golongannya. Akan tetapi tidak mempunyai sikap untuk
kepentingan rakyat apalagi pada negara. Ini dapat dilihat bagaimana sulitnya untuk menganti
bendera partai politik dengan bendera merah putih walaupun hanya sementara. Rakyat kecil
saja dengan susah payah berusaha memperinganti HUT kemerdekaan RI dengan mengelar
berbagai kegiatan dan kemeriahan merah putih akan tetapi disaingi partai politik yang
memamerkan bendera partainya.
I.II Rumusan Masalah
Apa itu partai politik?
Apa itu nasionalisme?
Apa hubungan antara partai politik dan nasionalisme?
Bagaimana sejarah serta perkembangan partai politik akan pengaruhnya terhadap
nasionalisme?
I.II Tujuan
Menjelaskan latar belakang partai politik
Korelasi yang ada diantara partai politik dengan nasionalisme
BAB II
ISI
Partai Politik
Ada semacam konsensus di kalangan ilmuwan politik, terutama yang mempelajari
demokratisasi, bahwa partai politik adalah instrumen sentral dalam demokrasi. Partai politik
merupakan ‘the nerve centre of democracy’. Partai politik adalah prasyarat atau kelengkapan
suatu negara demokrasi. Di negara demokrasi diperlukan partai politik yang bebas baik dalam
program-programnya maupun kader-kadernya.
Definisi dari partai politik adalah Kumpulan orang-orang yang terorganisir, memiliki
nilai dan kepentingan yang sama, bertujuan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan
politik (biasanya) melalui cara-cara yang konstitusional. Terorganisir artinya memiliki
keanggotaan yang jelas. Diikat oleh suatu nilai dan kepentingan (baca: ideologi) yang
berfungsi untuk memperoleh dan mempertahankan dukungan. Bertujuan untuk berkuasa atau
memerintah. Menang melalui pemilu (cara demokrasi konstitusional).1
Definisi lainnya tentang partai politik, secara operasional partai politik di definisikan
sebagai asosiasi sekelompok warga negara yang memiliki pandangan dan kepentingan yang
kurang lebih sama, bertujuan merebut kekuasaan dan mempengaruhi kebijakan, serta ikut
serta dalam pemilihan umum untuk memperjuangkan pandangan, kepentingan dan tujuan
tersebut. Secara undang-undang no. 2 tahun 2011, partai politik didefinisikan sebagai suatu
organisasi politik, yang dibentuk oleh sekelompok Warga Negara Indonesia, secara sukarela,
atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita, untuk memperjuangkan atau membela
kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indinesia Tahun 1945.
Partai politik didirikan untuk menjalankan beberapa fungsi. Pertama ada fungsi
sosialisasi politik, dimana partai politik menanamkan dan mengajarkan nilai-nilai serta
norma-norma yang baik dalam berpolitik (etika politik yang baik). Fungsi rekrutmen politik,
yaitu menarik dan mengambil tenaga potensial untuk dijadikan kader politik untuk kemudian
dijadikan pemimpin. Fungsi komunikasi politik, yaitu partai politik dijadikan sebagai
1 Miriam Budiardjo, 2003: 160-161
perantara keinginan masyarakat dan kebijakan pemerintah. Fungsi pengelolaan konflik,
dimana partai politik ikut turun tangan (baca: membantu bukan ikut campur belaka) dalam
memecahkan berbagai masalah yang ada didalam masyarakat (penengah pemerintah dan
rakyat)2. Fungsi pendidikan politik, fungsi pemeliharaan konstituen, fungsi perwakilan
politik, fungsi regenerasi politik, fungsi seleksi kepemimpinan, serta fungsi pembuatan
kebijakan.3
Sistem kepartaian juga berbeda-beda. Jika berdasarkan jumlah, ada 4 sistem
kepartaian yaitu sistem tanpa partai, sistem partai tunggal, sistem dwi-partai, dan sistem
multi-partai. Jika berdasarkan tinkat kompetisinya, sistem kepartaian juga dibedakan menjadi
4, yaitu Monolitic party systems, Dominant party systems, Hegemonic party systems, dan
Competitive party systems.
Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan
sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia. Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa kebenaran politik
atau legitimasi politik dimana kebenaran politik itu dikatakan bersumber dari kehendak
rakyat.
“Nationalism” dalam kamus Webster dinyatakan sebagai ‘loyalty and devotion to a
nation especially as expressed in an exalting of one nation above all others with primary
emphasis on promotion of its culture and interests’.
Nasionalisme adalah orientasi yang menunjukkan adanya kesetiaan dan pengabdian
untuk suatu bangsa, dinyatakan dalam sikap kebanggaan terhadap bangsa sendiri khususnya
sisi kultur dan kepentingan bangsa.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot.
Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak
beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong
mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari
sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan ini
pun tampak pula dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang
2 Reilly, 2008: 4
3 Andrew Heywood, 1997: 233
atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasanya aman dari serangan musuh dan musuh
itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.
Menurut Hans Kohn, dalam bukunya yang berjudul Nasionalisme, Arti dan
Sedjarahnya, adalah salah satu dari kekuatan yang menentukan dalam sejarah modern.
Berasal dari Eropa Barat abad ke 18, selama abad ke 19 telah tersebar di seluruh Eropa dan
dalam abad ke 20 dan telah menjadi suatu pergerakan sedunia.
Definisi dari nasionalisme itu sendiri menurut hans Kohn adalah kondisi jiwa, dimana
loyalitas tertinggi individu ditujukan bagi negara bangsanya. Sementara menurut Carlton
Hayes adalah sebuah kondisi kejiwaan yang menyatakan bahwa loyalitas seseorang terhadap
negara-nasionalnya dalam bentuk ide maupun fakta adalah superior dibandingkan dengan
loyalitas yang lain.
Nasionalisme sendiri dibagi dalam beberapa bentuk:
Nasionalisme Kewarganegaraan, adalah sejenis nasionalisme dimana negara
memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya. Teori ini mula-mua
dibangun oleh J. J. Rosseau yang berjudul Du Contract Sociale.
Nasionalisme Etnis, adalah adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Diprakarsai oleh
oleh Johann Gottfried Von Herder dengan konsep Volk (rakyat).
Nasionalisme Romantik, hampir menyerupai nasionalisme etnis, hanya saja
Nasionalisme romantik abergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati
idealisme romantik.
Nasionalisme Budaya, dimana negara mendapat kedaulatan politik dari budaya, bukan
berdasarkan ras, suku, etnis, atau sifat keturunan lainnya. Contohnya adalah rakyat
Tiongkok.
Nasionalisme Kenegaraan, adalah nasionalisme kewarganegaraan yang digabungkan
dengan nasionalisme etnis. Sangat mengutamakan kejayaan negara, dimana dalam
penerapannya sangat mengutamakan kejayaan negara dan terkadang berbenturan
dengan prinsip masyarakat demokrasi, dimana sangat mengutamakan terbentuknya
national state tersendiri yang jauh lebih baik. Nasionalisme kenegaraan yang kuat
secara sistematis akan selaras dengan konflik kesetiaan masyarakat. Contohnya adalah
Nazisme Jerman, serta nasionalisme Turki kontemporer.
Nasionalisme Agama, dimana negara mendapat legitimasi politik dari agama. Tetapi
tidak selamanya nasionalisme agama itu menjadi tujuan utama, tetapi ada tujuan lain
selain agama itu sendiri yaitu menciptakan negara yang merdeka, hanya saja agama
digunakan sebagai simbol pemersatu.
Jika dilihat dari aspek historis, Hutchinson dan Smith mengatakan bahwa definisi
nasionalisme sendiri dari zaman klasik hingga modern setidaknya selalu memuat tiga aspek,
yaitu Autonomus, Unity, dan Identity. Autonomus atau otonomi mengacu kepada satu prinsip
atau logika pemikiran yang menjelaskan nasionalisme adalah satu pemikiran yang
menganggap bahwa nation adalah satu entitas komunitas yang mampu berdiri sendiri secara
utuh. Dan seperti dalam konteks perkembangan sejarah, kemampuan biasa mengacu pada
upaya setiap nation untuk mendirikan satu self government.
Unity atau kesatuan adalah unsur dalam pemikiran nasionalisme yang menerangkan
bahwa suatu nation adalah suatu komunitas yang hidup dalam kesatuan sejarah atau nasib
yang sama. Dimana dengan keberadaanya, nasionalisme dapat mengikat setiap individu yang
berbeda-beda berdasarkan ras, etnis, maupun kelas-kelas ekonomi berada dalam sebuah
komunitas bernama nation. Dan ketiga Identity atau identitas adalah satu unsur yang
menyertakan nasionalisme sebagai sebuah paham pembeda antara satu komunitas dengan
komunitas lainnya. Dalam hal ini Nasionalisme selalu memiliki muatan primordialis yang
selalu menguatkan perbedaan antara “Us” dan “Them”.4 Teori nasionalisme itu sendiri
mengalami perkembangan-perkembangan.
Partai Politik dan Nasionalisme
Sejarah pergerakan nasional adalah bagian dari sejarah Indonesia meliputi periode
tahun 1908, ialah tahun berdirinya Boedi Oetomo sebagai organisasi nasional, sampai tahun
1942, tahun pecahnya perang pasifik. Budi Utomo adalah organisasi pergerakan modern yang
pertama di Indonesia dengan memiliki struktur organisasi pengurus tetap, anggota, tujuan dan
4 Hutcitson. J. and Smith A.D. Oxford Readers.Nationalism.(Oxford : Oxford University Press.1994) Hal. 5
juga rencana kerja dengan aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan. Budi utomo pada saat
ini lebih dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu STM yang memiliki siswa yang suka
tawuran, bikin rusuh, bandel, dan sebagainya. Biasanya anak sekolah tersebut menyebut
dengan singkatan Budut / Boedoet (Boedi Oetomo). Pada artikel kali ini yang kita sorot
adalah Budi Utomo yang organisasi jaman dulu, bukan yang STM.
Budi Utomo didirikan oleh mahasiswa STOVIA dengan pelopor pendiri Dr. Wahidin
Sudirohusodo dan Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang bertujuan untuk memajukan
Bangsa Indonesia, meningkatkan martabat bangsa dan membangkitkan Kesadaran Nasional.
Tanggal 20 Mei 1908 biasa diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional Indonesia.
Sebagai suatu organisasi yang baik, Budi Utomo memberikan usulan kepada pemerintah
Hidia Belanda sebagai mana berikut ini :
1. Meninggikan tingkat pengajaran di sekolah guru baik guru bumi putera
maupun sekolah priyayi.
2.
Memberi beasiswa bagi orang-orang bumi putera.
3. Menyediakan lebih banyak tempat pada sekolah pertanian.
4. Izin pendirian sekolah desa untuk Budi Utomo.
5. Mengadakan sekolah VAK / kejuruan untuk para bumi putera dan para
perempuan.
6. Memelihara tingkat pelajaran di sekolah-sekolah dokter jawa.
7. Mendirikan TK / Taman kanak-kanak untuk bumi putera5.
8. Memberikan kesempatan bumi putra untuk mengenyam bangku pendidikan di
sekolah rendah eropa atau sekolah Tionghoa - Belanda.
Kongres pertama budi utomo diadakan di Yogyakarta pada oktober 1908 untuk
mengkonsolidasikan diri dengan membuat keputusan sebagai berikut :
5 Bumi Putera yang dimaksud disini bukan bank atau lembaga keuangan bisnis lainnya, tetapi yang dimaksud
dengan bumi putera disini adalah warga pribumi yang pada zaman dahulu dianggap sebagai warga tingkat
rendah dibanding warga ras eropa, cina, arab, dan lain-lainnya.
1. Tidak mengadakan kegiatan politik.
2. Bidang utama adalah pendidikan dan kebudayaan.
3. Terbatas wilayah jawa dan madura.
4. Mengangkat R.T. Tirtokusumo yang menjabat sebagai Bupati Karanganyar
sebagai ketua.
Pemerintah Hindia-Belanda mengesahkan Budi Utomo sebaga badan hukum yang sah karena
dinilai tidak membahayakan, namun tujuan organisasi Budi Utomo tidak maksimal karena
banyak hal, yakni :
1. Mengalami kesulitan dinansial
2. Kelurga R.T. Tirtokusumo lebih memperhatikan kepentingan pemerintah kolonial
daripada rakyat.
3. Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata.
4. Keluarga anggota-anggota dari golongan mahasiswa dan pelajar.
5. Bupati-bupati lebih suka mendirikan organisasi masing-masing.
6. Bahasa belanda lebih menjadi prioritas dibandingkan dengan Bahasa Indonesia.
7. Pengaruh golongan priyayi yang mementingkan jabatan lebih kuat dibandingkan yang
nasionalis.
Nasionalisme di Indonesia, seperti juga di Negara-negara asia tenggara lainnya,
mempunyai basis historis pada masa kolonilalisme, maka sifat antikolonialisme menjadi
bagaian utamanya. Oleh karena itu, ada interdependensi antara nasionalisme dan
kolonialisme pada umumnya dan juga terasa adanya pengaruh timbal balik, terutama antara
nasionalisme yang sedang tumbuh dan politik kolonial beserta ideologi kolonialnya.
Nasionalisme anti kolonial digunakan untuk menjelaskan nasionalisme pada bangsabangsa di Asia dan Afrika pada masa kolonialisme dahulu. Berbeda dengan nasionalisme
yang telah teraplikasi di Eropa barat dimana kondisi bangsa disana telah jauh lebih kokoh,
muncullah definisi baru yang mengantisipasi gejolak nasionalisme dunia timur khususnya di
Asia, dimana nasionalisme menginspirasi setiap orang atau bangsa untuk membangun sebuah
negara yang merdeka serta menentukan pilihannya sendiri. (Cobban 1944: 4).
Para ilmuwan sosial sperti Rupert Emerson dengan para sarjana lain yang sealiran
menginterpretasi kebangkitan nasionalisme Asia dan Afrika sebagai Nasionalisme anti
kolonial (Emerson 1962: 295-239). Plamenantz mengkategori nasionalisme menjadi dua
yaitu : (1) Nasionalisme barat : Nasionalisme di dalam masyarakat yang telah maju, sebagai
upaya mengatasi situasi yang tidak menguntungkan, dan (2) nasionalisme timur : sebagai
upaya mengatasi keterbelakangan dengan cara meniru barat, tetapi memusuhi barat.6
Dalam definisi-definsi nasionalisme yang berkembang pada masa ini, postulat filsafat
Kantian yang menyatakan bahwa manusia adalah bebas ketika ia mematuhi hukum moral
yang ia temukan dari dalam dirinya sendiri, bukan dari dunia eksternal, menjadi sumber
referensi yang banyak digunakan (Ellie Kedourue. 1971: 23). Maka tak heran jika kemudian
hipotesa yang dipeloporkan oleh kalangan ilmuwan yang berasal dari periode ini menjelaskan
bahwa: jika sebuah bangsa atau rakyat diberikan sebuah hak self determination, secara
otomatis mereka seharusnya dapat menentukan sendiri keberadaan negaranya, menentukan
sendiri bentuk nation state nya. Konsep maupun definisi nasionalisme anti kolonial ini adalah
sumber bagi banyak studi nasionalisme bagi belahan dunia yang mengalami masa-masa
kolonialisme hingga pertengahan abad XX.
Tetapi pada tahun 70- 80 an mulai banyak perdebatan mengenai definisi nasionalisme
anti kolonial, terutama yang ditujukan pada kuatnya elemen politis yang terdapat di
dalamnya. Hosbawn menyebutkan bahwa ada beberapa factor yang melekat dalam paham
nasionalisme anti kolonial yang sangat memungkinkan untuk menjadikannya bertolak
belakang dengan keinginan masyarakat luas. Adapun faktor-faktor yang dijelaskannya adalah
sebagai berikut:
Pertama, pemaknaan nasionalisme dalam sebuah nation state seringkali hanya
dilakukan oleh kelompok-kelompok politik teratas (elit) tanpa mengikutsertakan kelompokkelompok bangsa yang mayoritas sehingga menyebabkan nasionalisme sering dipergunakan
sebagai alat propaganda-propaganda politik penguasa demi kepentingannya. Kedua, karena
6 Plamenantz, Nationalism: The Nature and Evolution of an idea. Dalam Rusli Karim. M. Arti dan Keberadaan
Nasionalisme Dalam Analisis CSIS Tahun XXV edisi Maret-April ( Jakarta : CSIS. 1996). Hal. 97
nasionalisme bukan merupakan paham atau ide yang memiliki landasan kriteria-kriteria
objektif, maka tidak ada pula batasan-batasan objektif yang termuat didalamnya. Semuanya
mengandung unsur subjektivitas sehingga banyak negara yang belum mampu mendesainnya
sedemikian baik dalam sebuah sistem negara. Ketiga, sebagai sebuah bagian dari proses
dialektika sejarah, nasionalisme sangat bergantung kepada proses-proses politik, ekonomi,
dan budaya yang terdapat dalam sebuah kurun waktu, sehingga rentan untuk berubah.
Pergerakan nasional di Indonesia dalam arti umum dapat dianggap sebagai suatu
regenerasi. pergerakan ini bukanlah pergerakan yang hanya terbatas pada bidang politik tatapi
melitputi juga bidang ekonomi, sosial, dan kultural. Sifat universal dari fenomena ini
meneyabakan pergerakan itu mempunyai aspek multidimensional. Karena mengalami
regenerasi ini, maka para partsipan menjadi sadar akan segala sesuatu, baik yang lama
maupun yang modern. semunya didorong ke arah kemajuan dan terlibat pada semua kegiatan
secara aktif.
Pergerakan nasional sebagai bentuk revivalisme dalam hubungan-hubungan
masyarakat kolonial sudah barang tentu mengalami politikalisasi, dan bahkan sejak taraf
pertamanya pergerakan itu sudah jelas menunjukan orientasi politik umum. Di tanah jajahan
kepentingan ekonomi dan politik terjalin erat antara satu dengan lainnya: dominasi politik
melindungi erat monopoli ekonomi modal colonial dan menggunakan pemerintahan colonial
sebagai alat kekuasaan. Sejak itu disadari bahawa kekuasaan poltik diperlukan untuk
memkasa pemerintah colonial memperlihatkan kesejahteraan rakyat. Aspriasi politik,
meskipun belum jelas formulasinya, telah tampak pada waktu itu Boedi Oetomo didirikan.
Dengan perkataan lain dapat dinyatakan lain dapat dinyatakan bahwa organisasi ini
menghendaki turut ambil bagian dalam mengatur penghidupan rakyat dan memperbaiki
nasibnya. Di sisi lain dengan berdirinya volksraad maka keinginan-keinginan politik dapat
disalurkan dengan resmi kepada pemerintah kolonial. Pengalaman pengalaman di dalan
volksraad menimbulkan keyakinan bahwa melalui koperasi usaha usaha rakyat tidak akan
terlindungi, sehingga golongan nasionalis menganggap sangat perlu menyusun kekuatan
rakyat untuk mengambil alih kekuasaan politik. Formulasi tujuan politik ini makin lama juga
makin terperinci. Perhimpunan Indonesia, organisasi-organisasi mahasiswa Indonesia di
negeri belanda, membuat analisis yang tepat mengenai hubungan-hubungan colonial dan
mengambil resolusi bahwa pergerakan nasional harus menuju ke Indonesia merdeka, sedang
kerja sama dengan kaum penjajah ditolak.
Bila kita mempelajari nasionalisme, akan tampak jelaslah bahwa ada pertumbuhan
konsep yang besar dan pendekatan-pendekatannya bermacam-macam. Apa yang menarik
perhatian kita dalam hubungan ini ialah banwa secara luas disetujui bahwa nasionalisme
dalam beberapa pengertian asal mula dan perkembangannya bersifat historis sehingga sejarah
pergerakan nasional menjadi inti akibat-akibatnnya bebeda-beda tegantung pada keadaan
keadaan historis. Nasionalisme sebagai fenomena historis timbul sebagai jawban terhadap
kondisi-kondisi historis, politik, ekonomi, dan sosial tertentu. Penyelidikan tentang
nasionalisme sebagai sutatu fenomena yang serba kompleks memerlukan pula pendekatan
yang multidisipliner. Dengan demikian, akan terjadi jelas apek multidimensionalnya. Untuk
mengenal sifat sifat khas nasionalisme sudah barang tentu unsur unsur pembentukan perlu
pula diselidiki dengan menggunakan multiple approach seperti tersebut diatas.
Masalah yang sedang kita hadapi kali ini adalah kebalikan daripada masa lalu. Dulu
pada masa kebangkitan nasional, yang namanya nasionalisme betul-betul menyatukan rakyat.
Meskipun sesungguhnya tetap terbagi ke dalam beberapa golongan, namun tingkat
fragmatisme yang kecil telah memperbesar terjadinya peluang untuk konsolidasi nasional,
alias bersatunya kekuatan nasional. Dulu aspirasi rakyatlah yang menghidupkan organisasiorganisasi nasionalis itu. Namun sekarang diperlukan kesadaran, penyediaan tempat untuk
menampung, menggabungkan serta merealisasikan aspirasi rakyat.
Jika begini terus wajar jika anarkisme semakin berkembang di Indonesia. Partai
politik sebagai sumber tokoh-tokoh politik di Indonesia kurang senyawa dengan aspirasi
warga. Dalam berbagai kasus pemicu nasionalisme misalnya, hampir tidak ada tokoh-tokoh
politik yang bersuara dan kalau pun ada sangat jauh dari pewakilan emosi warga.
Dalam kasus pengibaran bendera OPM oleh Australia dan tindakan-tindakan politikus
Belanda yang menggembar-gemborkan RMS misalnya, tidak ada reaksi apa pun dari para
politisi.Sangat jauh dari yang diharapkan. Lihat bagaimana negara-negara Barat memanggil
pulang duta besarnya dari Iran.
Tokoh Indonesia harus berani mengambil dua gertakan untuk memenuhi emosi warga,
1. Memulangkan diplomat Australia, Belanda dari Indonesia dan memanggil pulang
diplomat Indonesia dari Australia Belanda.
2. Memperkuat kerjasama dengan Cina. Aksi tersebut tidak perlu direalisasikan. Tetapi
cukup menjadi sekedar gertakan.
Kita dapat melihat, anggota-anggota parlemen negara Barat pun sering menggertak
Indonesia dengan berbagai macam gertakan, padahal kita tahu itu semua cuma gertakan.
Tetapi meski hanya gertakan, sudah cukup untuk melampiaskan kedongkolan warganya.
Beberapa politisi Indonesia mewarisi nama-nama besar para pahlawan Indonesia,
tetapi karakter mereka sungguh beda. Kita lihat bagaimana Soekarno berhasil menyalurkan
aspirasi warga Indonesia masa lampau dengan gaya pendekatan Cina, keluar dari PBB dan
sebagainya. Memang ada konsekuensi yang dianut, tetapi emosi dan harga diri bangsa perlu
ditegakkan walaupun cuma oleh basa-basi gertakan sambel belaka. Setidaknya sedikit
memuaskan daripada tidak sama sekali.
Hal ini juga yang lama-lama semakin memecah masyarakat ke dalam golongangolongan kecil yang banyak diantaranya yang serupa tapi tak sama. Mari kita lihat jumlah
partai politik di Indonesia. Pada era reformasi pada tahun 1999 terdapat sebanyak 148 partai,
48 di antaranya menjadi peserta pemilu. pada tahun 2004, jumlah partai yang terdaftar 261
partai, 24 partai di antaranya menjadi peserta pemilu. pada pemilu 2009 jumlah partai politik
terdaftar sebanyak 64, 38 di antaranya menjadi peserta pemilu.
Kondisi perpecahan golongan ini semakin dewasa ini semakin baik. Adanya
penyederhanaan partai dengan persyaratan-persyaratan yang terus bertambah memaksa
partai-partai kecil untuk merger menjadi ukuran yang lebih besar. Untuk pemilu 2014 nanti,
Mahkamah Konstitusi telah menyiapkan kebijakan baru lagi untuk mengurangi jumlah suara
yang terlalu terpecah. Yaitu dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 khususnya pasal 8
mengenai partai peserta pemilu sebagai pembicaraan kita kali ini. Semoga saja kebijakan
yang dikeluarkan dapat berfungsi dengan sebaik mungkin dan memberikan manfaat yang
berkelanjutan sehingga dapat semakin mempercepat dilaksanakannya pemilu serentak setelah
2014 nanti.
Isi daripada undang-undang tersebut adalah
UU no 8 tahun 2012
Pasal 8
(1) Partai Politik Peserta Pemilu pada Pemilu terakhir yang memenuhi ambang batas
perolehan suara dari jumlah suara sah secara nasional ditetapkan sebagai Partai Politik
Peserta Pemilu pada Pemilu berikutnya.
(2) Partai politik yang tidak memenuhi ambang batas perolehan suara pada Pemilu
sebelumnya atau partai politik baru dapat menjadi Peserta Pemilu setelah memenuhi
persyaratan:
a)
Berstatus badan hukum sesuai dengan Undang-Undang tentang Partai Politik;
b)
Memiliki kepengurusan di seluruh provinsi;
c)
Memiliki kepengurusan di 75% (tujuh puluh lima persen) jumlah
kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan;
Memiliki kepengurusan di 50% (lima puluh persen) jumlah kecamatan di
d)
kabupaten/kota yang bersangkutan;
Menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan
e)
perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat;
Memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang atau 1/1.000 (satu
perseribu) dari jumlah Penduduk pada kepengurusan partai politik
sebagaimana dimaksud pada huruf c yang dibuktikan dengan kepemilikan
f)
kartu tanda anggota;
Mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada tingkatan pusat, provinsi,
g)
h)
dan kabupaten/kota sampai tahapan terakhir Pemilu;
Mengajukan nama, lambang, dan tanda gambar partai politik kepada KPU; dan
Menyerahkan nomor rekening dana Kampanye Pemilu atas nama partai politik
kepada KPU.
Undang-undang ini juga telah meminta untuk dilakukan pengujian, pada hari Rabu, 29
Agustus 2012, sesuai dengan apa yang diberitakan oleh harian kompas.
JAKARTA, KOMPAS.com -- Pada Rabu siang, MK memutuskan permohonan pengujian
atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 mengenai Pemilu Anggota DPR, DPD, dan
DPRD. Seluruh parpol memiliki kursi di DPR ataukah tidak, mesti mengikuti verifikasi untuk
menjadi peserta Pemilu 2014. Selain itu, ambang batas parlemen sebesar 3,5 persen
dinyatakan hanya berlaku untuk pemilu anggota DPR, sementara tak ada ambang batas
parlemen untuk pemilu anggota DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
Putusan MK tersebut sekaligus merupakan momentum untuk melakukan evaluasi basis
konstituen parpol dan menyusun strategi baru dalam hal pemenangan pemilu. “Kalau
organisasi parpol tidak rapi dan wellorganized maka (parpol) susah untuk menambah suara.”
Rabu (29/8/2012) di Jakarta.
Namun tetap saja masih banyak partai yang memprotes kebijakan tersebut karena
mungkin mereka merasa diberatkan dengan persyaratan-persyaratan yang semakin kompleks
itu. Namun menurut kami, mereka yang protes itu adalah mereka yang tidak layak. Kalau
untuk pemenuhan syarat saja mereka tidak siap, lebih baik bubar saja atau merger dengan
partai yang lain. Mereka protes sebab mereka takut tidak sanggup memenuhi persyaratan.
BAB III
KESIMPULAN
Nasionalisme pada periode pembentukan lebih terikat pada aspek-aspek subjektif
daripada aspek-aspek objektif. Mengutip pernyataan Ernest Rennant yang mengakui
nasionalisme sebagai paham yang pada dasarnya tidak memuat kriteria objektif yang tidak
akan dapat terukur. Kenyataan sejarahnya dimulai sebagai fakta-fakta konseptual, kemudian
berkembang perlahan lahan ke bentuk yang lebih kongkret dan menjadi fakta fakta sosiopsikologis
bedasar
atas
unsur-unsur
komponenya
menunjukan
tingkatan-tingkatan
perkembangan nasionalisme pada semua aspeknya dan pada variasi jawaban nasionalisme
terhadap kolonialisme. Tiga aspek nasionalisme aspek kognitif, aspek orientasi tujuan/nilai
dan aspek-spek afektif dapat diterapkan sebagai kriteria perbedaan kategori-kategori yang
menggambarkan tipologi berbagai organisasi pergerakan nasional. Bahkan tak salah pula jika
kita menilai bahwa nasionalisme sebagai paham yang irasional.
Meski telah banyak para teoritisi dengan latar belakang paradigma keilmuan sejak
zaman klasik hingga kontemporer mencoba memberikan pengertian mengenai apa itu
nasionalisme, namun tetap saja penjelasan mengenai apa itu nasionalisme tetap berada pada
wilayah abu-abu.7 Nasionalisme dikembalikan ke dasar eksistentisnya; terutama nasionalisme
sebagai suatu ide pada semua bentuknya perlu diselidiki keselarasanya dan hubungannya
dalam konteks sistuasional realitas sejarah tertentu. Manifestasi-manisfestasinya harus
dihubuhngkan dengan masing-masing kelompok sosial yang mendukungnya, perubahanperubahan strukutural harus diterangkan sejalan dengan dinamisme kelompok dan derajat
integrasinya. Terutama sekali lagi ditekankan bahwa partai politik memiliki pengaruh yang
nyata dalam kehidupan negara sehingga partai politik harus menjunjung tinggi persatuan
7 Baca pernyataan Smith dan Hutcitson yang menyatakan bahwa salah satu kesulitan besar dalam mempelajari
nasionalisme adalah karena tidak pernah adanya satu definisi yang benar-benar bisa disepakati oleh semua
kalangan. Hutcitson. J. and Smith A.D. Oxford Readers.Nationalism.(Oxford : Oxford University Press.1994)
nasional, mengurangi perpecahan suara dan menjalankan fungsi partai politik dengan baik
dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam, 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (bab 13)
http://nasional.kompas.com/read/2012/08/29/19024394/Putusan.MK.Solidkan.Jaringan.Organisasi.
Parpol Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://angkringan.web.id/index.php/serba-serbi/71-nasionalisme-partai-politik-rendah
pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
Diunduh
http://opini.ghobro.com/1/post/2011/11/nasionalisme-partai-politik.html Diunduh pada hari Senin,
15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://www.anneahira.com/nasionalisme.htm Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul
13.00 WIB
http://www.nationalismproject.org/links/scotland.htm Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012,
pukul 13.00 WIB
http://organisasi.org/organisasi-pergerakan-nasional-budi-utomo-menghadapi-kekuasaan-kolonialhindia-belanda-tahun-1908 Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=7598#.UH0PCFKnjIU
Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_perundangan&id=3683&task=detail&catid=1&Itemid=42&tahun=2012 Diunduh pada
hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://www.haluankepri.com/news/politik/33407-uu-no-8-tahun-2012-.html Diunduh pada hari
Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/flip_2011/4601003/files/search/searchtext.xml Diunduh pada
hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00 WIB
http://www.pergerakankebangsaan.org/?p=867 Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul
13.00 WIB
http://www.perludem.or.id/index.php?option=com_k2&view=item&id=298:catatan-atas-tiga-kalipemilu-paska-reformasi-1998&Itemid=123 Diunduh pada hari Senin, 15 oktober 2012, pukul 13.00
WIB