BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Evaluasi Penerapan Perangkat Keamanan Koleksi di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Perpustakaan Perguruan Tinggi

  

 

 

   

  Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademik, perpustakaan sekolah tinggi. Pada dasarnya bertujuan untuk membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program Tri Dharma Perguruan Tinggi.

  Menurut Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang dikutip oleh Hasugian (2009, 79) bahwa “Perpustakaan perguruan tinggi sebagai perpustakaan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tinggi yang layanannya diperuntukkan sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan”.

  Sedangkan menurut Reitzyang dikutip oleh Hasugian (2009, 79) mendefenisikan perpustakaan perguruan tinggi adalah:

  A library or library system established, administered, and funded by a university to meet the information, research, and curriculum needs of its students, faculty, and staff. Dalam defenisi ini perpustakaan perguruan tinggi

  adalah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang dibangun, diadministrasikan dan didanai oleh sebuah universitas untuk memenuhi kebutuhan informasi, penelitian dan kurikulum dari mahasiswa, fakultas dan stafnya.

  Dari uraian di atas dapat diketahuibahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi untuk memenuhi kebutuhan sivitas akademika dari perguruan tinggi yang bersangkutan.

2.1.1 TujuanPerpustakaan Perguruan Tinggi

  Setiap melaksanakan suatu kegiatan harus memiliki tujuan, begitu juga dengan perpustakaan perguruan tinggi harus memiliki tujuan yang sesuai dengan lembaga perguruan tinggi tersebut.

  Menurut Sulistyo-Basuki (1993, 52) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut: a.

  Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. b.

  Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pasca sarjana dan pengajar.

  c.

  Menyediakan ruangan belajar bagi pengguna perpustakaan.

  d.

  Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pengguna.

  e.

  Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga industri lokal. Sedangkan menurut Hasugian (2009, 80): Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia yaitu untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, koleksi perpustakaan perguruan tinggi benar-benar diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan dan pelaksanaan Tri Dharma itu. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya tujuan penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk memenuhi informasi sivitas akademika, serta menyediakan sumber-sumber informasi ilmiah bagi masyarakat perguruan tinggi tersebut agar pelaksanaan program kegiatan berjalan dengan lancar dan berkualitas.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi Dalam pencapaian tujuan yang baik harus didukung juga dengan fungsinya.

  Menurut Sulistyo-Basuki (1991, 107), fungsi utama perpustakaan perguruan tinggi adalah: a.

  Fungsi Edukatif, perpustakaan membantu mengembangkan potensi mahasiswa dengan sistem pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum pendidikan.

  b.

  Fungsi Informasi, perpustakaan membantu mahasiswa dalam memperoleh informasi sebanyak-banyaknya melalui penelusuran informasi yang ada di perpustakaan.

  c.

  Fungsi Penelitian, dalam hal ini perpustakaan menyediakan sejumlah informasi yang diperlukan agar proses penelitian dosen, mahasiswa, dan staf non edukatif dapat dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari perpustakaan.

  d.

  Fungsi Rekreasi atau Hiburan, mahasiswa dapat mengandalkan perpustakaan untuk mengurangi ketegangan setelah lelah belajar dengan bahan bacaan ringan dan menghiburkan di perpustakaan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di

  

    perguruantinggi tersebut dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.

2.2 Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi

  Salah satu unsur pokok perpustakaan adalah koleksi, karena pelayanan tidak dapat berjalan maksimal apabila tidak diiringi dengan koleksi yang memadai. Demikian halnya dengan perpustakaan perguruan tinggi harus menyediakan koleksi yang relevan dengan kebutuhan penggunanya baik itu mahasiswa, dosen, peneliti maupun pengguna lainya.

  Dalam Pasal 1 Ayat 2 UU No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan “Koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan/ atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan”.

  Koleksi perpustakaan merupakan faktor utama dalam mendirikan suatu perpustakaan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Sutarno (2006, 113) bahwa “Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama (pilar) sebuah perpustakaan”. Selain itu Siregar (2002:03) “Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada pengguna, guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi”.

  Sedangkan menurut Darmono (2001: 60) “Koleksi adalah sekumpulan rekaman informasi dalam berbagai bentuk tercetak (buku, malajah, surat kabar) dan bentuk tidak tercetak (bentuk mikro, bahan audio visual, peta)”.

  Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa koleksi merupakan bahan pustaka dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam dalam berbagai media yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi.

2.2.1Fungsi Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi

  Koleksi perpustakaan merupakan unsur utama dalam penyelenggaraan layanan perpustakaan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

  Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004, 40) Fungsi koleksi perpustakaan adalah:

  

 

 

  

 

 

  a.

  Fungsi Pendidikan, untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dan relevan.

  b.

  Fungsi Penelitian, untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir.

  c.

  Fungsi Referensi, fungsi ini melengkapi kedua fungsi di atas dengan menyediakan bahan-bahan referensi di berbagai bidang dan alat-alat bibliografis yang diperlukan untuk penelusuran informasi.

  d.

  Fungsi Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi menetapkan pusat informasi bagi masyarakat disekitarnya. Fungsi ini berhubungan dengan program pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia lain.

  Dari uraian di atas dapat diketehui bahwa koleksi perpustakaan mempunyai fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan umum. Maka jelaslah bahwa koleksi perpustakaan merupakan unsur pokok perpustakaan yang harus dibina secara teratur dan terencana.

2.2.2Jenis-Jenis Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi

  Perpustakaan yang memiliki fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan umum, yang memberikan informasi kepada pemustakanya, sebaiknya harus memiliki koleksi bahan pustaka yang dapat menunjang terwujudnya fungsi tersebut.

  Menurut Bafadal (2008, 27) “Koleksi perpustakaan ada bermacam-macam, hal ini tergantung darimana kita meninjaunya”. Sedangkan menurut Soeatminah (1992, 25) Jenis bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan menurut bentuk fisiknya dapat dikelompokkan di dalam 2 bentuk, yaitu: 1.

  Koleksi Tercetak a.

  Buku Menurut penyajian isinya, buku dapat dikelompokkan kepada: 1) Buku Teks atau monografi, biasanya membahas satu masalah. 2) Buku Fiksi yaitu buku rekaan, tidak nyata, seperti cerpen, novel,dll. 3)

  Buku Referensi/ Rujukan yaitu buku yang isinya disusun dan diolah secara tertentu (misalnya menurut abjad), biasanya dipakai tempat bertanya atau mencari informasi, tidak untuk dibaca secara keseluruhan dari awal sampai akhir misalnya: kamus, ensiklopedi, sumber biografi, sumber ilmu bumi (atlas), bibliograsi (penulisan mengenai buku), buku tahunan (almanak), buku petunjuk (buku alamat), buku pegangan (handbook), buku kumpulan indeks,buku kumpulan abstrak (yang memuat judul artikel).

  a.

  Majalah b. Surat Kabar c. Brosur d. Peta 2.

  Koleksi Rekaman Kaset, slide, film, VCD, DVD, dll. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa jenis-jenis koleksi perpustakaan tergolong menjadi 2 bentuk yaitu koleksi tercetak dan koleksi rekaman. Koleksi tersebut akan digunakan sebagai media pendidikan, penelitian, referensi dan umum.

2.3Hakekat Keamanan Perpustakaan

  Keamanan sangat penting diperhatikan dalam menunjang kenyamanan di perpustakaan. Untuk itu, agar dapat mengevaluasi keamanan di perpustakaan Universitas Sumatera Utara, sebaiknya dijelaskan mengenai defenisi dan jenis keamanan koleksi, prinsip menjaga keamanan koleksi, penyalahgunaan koleksi perpustakaan, dan perlindungan keamanan koleksi perpustakaan.

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, 48) “Keamanan didefenisikan sebagai keadaan bebas dari bahaya.”Sedangkan menurut Anggoro (2003, 2) dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional VII “Keamanan sebagai suasana bebas dari segala bentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan.”

  Sedangkan menurut Sarno (2009, 187) “Keamanan adalah suatu upaya untuk mengamankan aset informasi terhadap ancaman yang mungkin timbul.” Dari uraian di atas dapat diketahui bahwapengertian keamanan adalah sebuah kondisi yang bebas dari ancaman bahaya dari hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat merugikan seseorang ataupun institusi.

2.3.1 Perangkat Keamanan Koleksi

  Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada satupun koleksi perpustakaan yang dapat keluar tanpa melalui pemeriksaan staf perpustakaan, yaitu menggunakan perangkat keamanan seperti tattle tape, security

  

 

 

  

gate, cctv dan didukung juga dengan peranan pustakawan bagian sirkulasi dan

satpam (security) dalam mendukung penggunaan perangkat keamanan tersebut.

2.3.1.1 Tattle Tape

  Tattle Tape adalah sistem keamanan yang digunakan pada koleksi perpustakaan, yang dirancang sebaik mungkin agar tidak mudah diketahui oleh pengguna keberadaannya.

  Menurut Paul (2010) “Tattle Tapeadalah perlindungan bijaksana untuk koleksi dengan media magnetik, dimana strip sangat peka saat proses check-in dan

  check-out, alat ini dijamin untuk kehidupan item yang mereka lindungi.”

  Menurut Paul (2010) strip keamanan dan aplikator terbagi atas: 1.

   Tattle Tape security strips DCD-2

  Strip ini dirancang untuk CD dan DVD. Proses strip ini dilakukan dengan dua strip yang diletakkan pada permukaan CD dan DVD yang mencegah dan melindungi permukaan CD dan DVD. Strip ini tidak akan mengganggu performa saat pemutaran CD dan DVD.

  2. Tattle Tape security strips B2

  Strip dua sisi dirancang untuk diletakkan diantara halaman buku dan halaman majalah. Garis ekstra panjang membuat strip ini lebih mudah untuk disisipkan ke dalam sisi buku yang paling dalam, sehingga membuat strip ini tidak mudah untuk terdeteksi.

  3. Tattle Tape security strips B1

  Strip satu sisi ini dirancang untuk buku dengan cover yang keras. Strip ini dapat dengan mudah disisipkan ke dalam sisi buku dan benar-benar tersembunyi.

  4. Tattle Tape security strips SB-3

  Strip ini dirancang untuk kaset yang tidak memiliki kotak. Strip ini disembunyikan pada label yang dapat di print dengan judul atau informasi lainnya. Menurut MalaccaElab (2005) Keuntungan penggunaan tattle tape adalah: 1.

  Teknologi 3M Tattle Tape telah dimanfaatkan oleh perpustakaan di dunia untuk memberikan pengamanan maksimal terhadap koleksi perpustakaan.

  2. Dapat dengan mudah dan cepat diaktifkan dan non aktifkan kembali selama proses pengembalian dan peminjaman koleksi.

  3. Strip sangat tipis (adhesive di dua sisi) dirancang khusus untuk buku dan majalah.

  4. Strip dilengkapi dengan liner yang cukup panjang ini mempermudah pengguna untuk mengaplikasikan strip sehingga strip tidak dapat terdeteksi dengan mudah.

  

 

 

2.3.1.2 Security Gate

  

 

 

  Maka dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tattle tape merupakan perangkat untuk melindungi koleksi bahan perpustakaan yang akan dibawa keluar perpustakaan. Semua jenis bahan perpustakaan dapat dipasang tattle tape dengan ukuran dan bentuk yang berbeda.

  Perkembangan perpustakaan yang menerapkan security gate membawa dampak pada pelayanan yang efektif yaitu sangat membantu kerja pustakawan dan proses sirkulasi peminjaman buku oleh pemustaka. Penerapan ini juga bersifat bersahabat dengan tidak harus melepas atribut pakaian seperti jaket dan tas, pemustaka akan merasa lebih nyaman dengan berkunjung ke perpustakaan tanpa aturan yang risih.

  Menurut Nashihuddin (2011): Security Gate menggunakan sistem Electronic Article Surveillance (EAS) Gantry, yaitu teknologi yang diterapkan di perpustakaan untuk pintu masuk pengunjung elektronik yang dapat mendeteksi dan menolak pengguna perpustakaan yang tidak terdaftar sebagai anggota perpustakaan. Dengan kata lain, kalau pengguna ingin meminjam koleksi/buku maka harus menjadi anggota perpustakaan, tentunya harus sesuai dengan prosedur dan persyaratan yang sudah ditentukan oleh perpustakaan.

  MalaccaElab (2005) Keuntungan penggunaan security gate adalah: 1.

  Proteksi security yang tinggi untuk semua koleksi perpustakaan.

2. Lebar koridor mengikuti standar ADA 3.

  Pilihan suara alarm memainkan pesan pilihan 4. Penghitung trafik terintegrasi 5. Tidak membutuhkan aplikasi server 6. Tersedia dalam warna abu-abu gelap dan terang.

  Untuk sistem kerjanya, perangkat security elektronik ini mendeteksi secara otomatis dengan gelombang radio untuk setiap buku yang dipinjam ke luar perpustakaan. Akan tetapi, jika buku yang dipinjam tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan (ada kesalahan teknis dari pengguna) maka alarm akan berbunyi.

2.3.1.3 CCTV (Closed Circuit Television)

  Pemasangan sistem keamanan elektronik, seperti penggunaan kamera pengintai (CCTV) merupakan suatu cara memantau kegiatan pengguna di dalam perpustakaan dan merekam sistem keamanan, mencegah kejahatan, dan menjamin keamanan. Petugas perpustakaan dapat menggunakan CCTV untuk mengidentifikasi pengunjung maupun pustakawan, memantau area kerja, mencegah pencurian, dan menjaga keamanan fasilitas lainnya. Teknologi CCTV berkembang dengan cepat dan menjadi salah satu sistem keamanan paling penting dan ekonomis di perpustakaan.

  Menurut Innes (2009):

  CCTV (Closed Circuit Television) adalah kamera yang menggunakan

  internet protokol untuk mengirimkan data gambar dan sinyal kendali atas

  Fast Ethernet Link . Sejumlah kamera CCTV biasanya ditempatkan

  bersama-sama dengan perekam video digital (DVR) atau jaringan perekam video digital (NVR) untuk membentuk sistem pengawasan video. Menurut Negara (2011): Keuntungan menggunakan CCTV adalah CCTV memiliki kemampuan merekam dan mengamati objek dengan baik serta mampu memberikan informasi secara real-time. Namun penggunaan CCTV ini memiliki kelemahan yaitu pengawasan pada monitor harus dilakukan tanpa henti agar petugas keamanan dapat mengetahui kejadian yang terjadi secara aktual. Menurut McComb yang dikutip oleh Syaikhu (2011) Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem keamanan CCTV di perpustakaan meliputi: a.

  Menentukan aplikasi utama dari sistem CCTV.

  b.

  Memahami letak dan karakteristik ruangan yang akan dipantau.

  c.

  Memilih fitur dan jenis kamera.

  d.

  Menentukan lokasi terbaik untuk melihat monitor, e. Menentukan jenis media penyimpanan/ sistem peralatan pengarsipan.

  Dari uraian di atas dapat diketahui bahwaCCTV (Closed Circuit Television) adalah kamera pengintai yang digunakan untuk menyelidiki atau mengawasi suatu tempat yang dianggap rawan dari bahaya. Maka sebelum dirancang, informasi tata letak area yang akan dipantau harus ditentukan. Informasi ini berguna untuk menempatkan kamera pada lokasi yang tepat, untuk menentukan tinggi atau lebar, dan arah pandang setiap lokasi kamera.

  

 

 

2.3.1.4 Pelayanan Sirkulasi

  

 

 

  7. Bertanggung jawab atas segala berkas peminjaman.

  Satpam adalah satuan pengamanan yang melindungi dan mengamankan lingkungan/ kawasan kerjanya dari setiap gangguan keamanan dan ketertiban. Menurut Wikipedia (2014) “Satpam adalah satuan kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/ proyek/ badan usaha untuk melakukan keamanan fisik (physical security) dalam rangka penyelenggaraan keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya.”

  11. Tugas lainnya terutama yang berhubungan dengan peminjaman. Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa layanan sirkulasi merupakan kegiatan menyeluruh dari setiap pengguna yang mempergunakan jasa layanan perpustakaan. Kegiatan yang terdapat pada layanan ini meliputi pengawasan, pendaftaran sebagai anggota, pminjaman,pengembalian, penagihan, pemberian sanksi denda atas pelanggaran yang berkenaan dengan koleksi yang terlambat dikembalikan serta bertugas mengawasi para pengguna yang masuk dan keluar dari perpustakaan.

  10. Mengawasi urusan penitipan tas, jas, mantel, dan sebagainya milik pengunjung perpustakaan.

  9. Peminjaman antar perpustakaan.

  8. Membuat statistik peminjaman.

  6. Tugas yang berkaitan dengan peminjaman buku, khususnya buku hilang atau rusak.

  Layanan sirkulasi merupakan tempat masuk dan keluarnya bahan perpustakaan. Layanan sirkulasi berperan langsung sebagai sarana peminjaman, pengembalian, perpanjangan.

  5. Mengeluarkan surat peringatan bagi buku yang terlambat dikembalikan.

  4. Menarik denda bagi buku yang terlambat dikembalikan.

  3. Meminjamkan serta mengembalikan buku dan memperpanjang waktu peminjaman.

  2. Pendaftaran anggota, perpanjangan anggota, dan pengunduran diri anggota perpustakaan.

  1. Mengawasi pintu masuk dan keluar perpustakaan.

  Menurut Sulistyo-Basuki (1993, 257) tugas yang harus dilaksanakan oleh perpustakaan dalam mengawasi proses kegiatan sirkulasi adalah:

2.3.1.5 Satpam (Security)

  

 

 

  Menurut Daidonatus (2013): Fungsi satpam adalah segala usaha atau kegiatan mengamankan dan melindungi asset serta lingkungan perusahaan dari setiap gangguan keamanan, ketertiban,serta pelanggaran hukum dari luar maupun dari dalam yang antara lain berupa pencurian, perampokan, pencopetan, penodongan, penipuan, dan penyerobotan.

  Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa satpam adalah kelompok petugas yang mengamankan dan melindungi asset serta lingkungan perusahaan dari setiap gangguan keamanan, ketertiban, serta pelanggaran hukum dari luar maupun dari dalam.

2.3.2 Prinsip-Prinsip Menjaga Keamanan Koleksi

  Dalam melakukan pengelolaan koleksi, perpustakaan sering menemukan permasalahan, diantaranya adalah dalam melakukan perlindungan dan menjaga keamanan koleksi perpustakaan. Keahlian seorang pustakawan dalam menjaga perlindungan dan keamanan perpustakaan sangat diperlukan. Pustakawan harus cepat merespon setiap permasalahan yang mungkin terjadi, serta mempelajari cara penanggulangan sebuah permasalahan yang ada, seperti mencegah kerusakan dan kehilangan koleksi yang dapat membawa dampak kerugian.

  Menurut Liston (1993, 10) ada beberapa cara suatu institusi dalam menjaga keamanan, diantaranya:

  1. Menunjuk satu orang untuk melakukan koordinasi upaya-upaya perlindungan. Tugas ini haruslah diberikan kepada orang yang memiliki akses langsung ke suatu institusi dan memiliki wewenang yang cukup untuk bertindak di dalam kondisi darurat bila tidak adanya kepala institusi atau pemegang otoritas lainnya.

  2. Menetapkan aturan umum untuk pengunjung.

  Suatu institusi perlu menetapkan suatu aturan umum dan menginformasikannya kepada pengunjung mengenai aturan dan saran yang harus dipatuhi, contohnya mengenai pengunjung yang harus berhati-hati terhadap koleksi yang mudah rusak dan sedapat mungkin menjaga koleksi tersebut. Staf juga harus melakukan pengawasan terhadap pengunjung.

  3. Memberikan aturan-aturan mengenai perilaku staf/ karyawan.

  Peraturan ini penting di dalam melakukan penyediaan akses ke tempat pengolahan koleksi dan ruangan yang hanya ditujukan untuk staf. Staf pun juga akan diberikan akses untuk menangani koleksi masuk dan tempat penyimpanan koleksi.

  4. Memperkecil resiko yang diakibatkan dari kebakaran, banjir, vandalisme, pencahayaan, suhu ruangan, dan lain-lain.Adanya pelarangan untuk merokok di area institusi, penggunaan pencahayaan yang tidak terkendali pada properti dan bangunan maupun penggunaan perangkat listrik bawah tanah dan sejenisnya. Penerapan untuk mematikan listrik apabila tidak diperlukan juga dapat dilakukan.

  5. Merencanakan apa yang harus dilakukan dalam menanggapi setiap keadaan darurat.Staf harus diajarkan mengenai tindakan apa saja yang harus mereka lakukan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kemudian, mereka harus mempraktikkannya dengan staf penanggulangan bencana berkoordinasi dengan pihak luar mengenai upaya penyelesaiannya, seperti anggota pemadam kebakaran, polisi, dan pihak medis.

  Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip menjaga keamanan koleksi adalah menunjuk satu orang untuk melakukan koordinasi upaya-upaya perlindungan, menetapkan aturan umum untuk pengunjung, memberikan aturan-aturan mengenai perilaku staf/karyawan, memperkecil resiko yang diakibatkan dari kebakaran, banjir, dll, dan merencanakan apa yang harus dilakukan dalam menanggapi setiap keadaan darurat.

2.3.3 Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan

  Pada perpustakaan perguruan tinggi, koleksi perpustakaan pada umumnya dilayankan dengan sistem terbuka kepada pengguna. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada pengguna untuk memilih langsung bahan pustaka yang diinginkan pada rak. Penggunapun akan memiliki alternatif lain seandainya bahan pustaka yang dikehendaki tidak ada, maka pengguna dapat memilihi bahan pustaka yang lain yang sesuai. Namun hal yang sangat disayangkan dari dilaksanakannya sistem layanan terbuka ini adalah timbulnya tindakan penyalahgunaan koleksi oleh pengguna.

2.3.3.1 Tindakan Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan Perpustakaan sangat rawan terhadap tindakan penyalahgunaan koleksi.

  Penyalahgunaan koleksi perpustakaan dapat mengakibatkan kerugian bagi perpustakaan.

  Menurut Obiagwu yang dikutip oleh Syaikhu (2011, 36) Tindakan penyalahgunaan koleksi dapat digolongkan menjadi empat macam yaitu:

1. Theft (pencurian)

  

    Pencurian adalah tindakan mengambil bahan pustaka tanpa melalui prosedur yang berlaku di perpustakaan dengan atau tanpa bantuan orang lain. Pencurian bermacam-macam jenisnya, dari pencurian kecil-kecilan sampai yang besar. Bentuk pencurian yang sering terjadi adalah menggunakan kartu perpustakaan curian.

  2. Mutilation (perobekan) Perobekan adalah tindakan pemotongan, penghilangan, drai artikel, ilustrasi dari jurnal, majalah, buku, ensiklopedia dan lain-lain tanpa atau dengan menggunakan alat.

  3. Unauthorized Borrowing (peminjaman tidak sah) Peminjaman tidak sah adalah kegiatan pengguna yang melanggar ketentuan peminjaman. Tindakan ini meliputi pelanggaran batas waktu pinjam, pelanggaran jumlah koleksi yang dipinjam, membawa pulang bahan pustaka dari perpustakaan tanpa melaporkannya ke petugas/ pustakawan, meskipun dengan maksud untuk mengembalikannya dan membawa pulang bahan-bahan yang belum diproses dari bagian pelayanan teknis. Bentuk lain peminjaman tidak sah adalah peredaran buku yang tersembunyi di dalam perpustakaan untuk kepentingan tertentu atau pribadi.

  4. Vandalism (vandalisme) Vandalisme adalah tindakan perusakan bahan pustaka dengan menulisi, mencorat-coret, memberi tanda khusus, membasahi, membakar dan lain- lain. Mengenalkan virus secara sengaja pada program komputer atau menekan disket database juga termasuk perbuatan vandalis.

  Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa tindakan penyalahgunaan koleksi perpustakaan ada empat macam yaitu pencurian, perobekan, peminjaman tidak sah, vandalisme.

2.3.3.2 Kerugian Akibat Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan

  Penyalahgunaan koleksi dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi perpustakaan. Menurut pendapat Ajick (2005, 5): Kerugian dibagi atas dua yaitu kerugian secara finansial dan kerugian secara sosial. Kerugian secara finansial yaitu kerugian yang dirasakan oleh perpustakaan dalam hal dana yang harus dikeluarkan untuk mengganti koleksi yang rusak, memperbaiki kerugian kertas dan menjaga kualitas bahan pustaka. Kerugian sosial adalah yang dialami oleh perpustakaan karena adanya koleksi yang rusak antara lain adalah berkurangnya kepercayaan atau dapat memberi suatu citra (image) yang kurang baik terhadap perpustakaan sebagai gudang informasi. Misalnya tindakan mutilasi yang dapat menimbulkan rasa marah dan frustasi pengguna yang menginginkan suatu artikel di suatu majalah yang ternyata tidak ada karena telah dirobek oleh orang lain.

  

    Pengguna terkadang harus menunggu beberapa hari untuk memperoleh informasi dari bahan pustaka yang diinginkan karena harus menunggu perbaikan koleksi tersebut oleh pustakawan.

  Menurut Constantinou yang dikutip oleh Syaikhu (201, 505) bahaya tindakan penyalahgunaan koleksi sangat berbahaya karena akan berdampak buruk bagi perpustakaan, antara lain: a.

  Terhalangnya transfer informasi dan ilmu pengetahuan serta kemajuannya.

  b.

  Terganggunya iklim pendidikan.

  c.

  Biaya preservasi bahan pustaka yang meningkat.

  d.

  Mengurangi bahkan menghilangkan keindahan koleksi.

  e.

  Berdampak sosial pada lingkungan dan diri objek misalnya menularnya kebiasaan melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi kepada orang lain. Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa kerugian akibat penyalahgunaan koleksi perpustakaan terbagi atas dua yaitu kerugian secara finansial dan kerugian secara sosial.

2.3.3.3 Upaya Pencegahan Terhadap Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan

  Upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan koleksi sangat perlu untuk dilakukan di perpustakaan. Upaya pencegahan terhadap tindakan penyalahgunaan koleksi dapat dilakukan untuk meminimalkan jumlah koleksi yang dirusak.

  Menurut Ajick (2008, 7) ada beberapa upaya di dalam melakukan tindakan pencegahan penyalahgunaan koleksi, yaitu: a.

  Mengatur tata ruang layanan koleksi perpustakaan sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan pengguna melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi dengan leluasa.

  b.

  Menciptakan keadaan perpustakaan yang kondusif baik itu untuk membaca ataupun untuk belajar sehingga menciptakan kenyamanan bagi pengunjung perpustakaan.

  c.

  Menyediakan fasilitas mesin fotocopy yang memadai, dengan harga yang terjangkau dan hasil yang memuaskan.

  d.

  Menambah jumlah eksemplar koleksi yang banyak dibutuhkan oleh pengguna.

  e.

  Menempatkan pengawas (pustakawan) secukupnya di ruang layanan koleksi yang memungkinkan untuk dengan leluasa mengawasi seluruh ruangan dan untuk berpatroli berkeliling ke seluruh ruangan baca koleksi untuk memonitor hal-hal yang tidak diinginkan.

  f.

  Memeriksa setiap koleksi yang telah selesai dipinjam oleh pengguna.

  

 

 

  

 

 

  g.

  Pemasangan poster-poster yang berisi larangan melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi.

  h.

  Memberi pengarahan kepada pengguna tentang bahaya dan kerugian akibat tindakan penyalahgunaan koleksi melalui program bimbingan pembaca. i.

  Memberlakukan sanksi yang tegas bagi pelaku tindakan penyalahgunaan koleksi, dan meminta kepada pengguna jika melihat seseorang melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi di perpustakaan untuk segera melaporkan hal itu kepada pustakawan yang terdekat. j.

  Membekali staf perpustakaan dengan pengetahuan yang cukup mengenai preservasi bahan pustaka. k.

  Pemasangan sistem keamanan elektronik misalnya penggunaan kamera pengintai untuk memantau kegiatan pengguna di dalam perpustakaan. l.

  Pemasangan denah dan petunjuk (rambu-rambu) perpustakaan yang memudahkan pengguna dalam mencari informasi. Syaikhu (2011) mengatakan untuk mengurangi risiko tindakan penyalahgunaan koleksi perpustakaan, perlu diperhatikan tiga aspek yaitu: a.

  Keamanan fisik (physical security) perpustakaan Mencakup arsitektur, staf keamanan, dan perangkat keras seperti perlindungan pada pintu dan jendela.

  b.

  Penggunaan teknologi keamanan Seperti barcode, radio frequency identification (RFID), microdots, dan closed circuit television (CCTV).

  c.

  Kebijakan keamanan, prosedur, dan rencana. Dari uraian di atas dapat dinyatakanbahwa upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan koleksi adalah dengan lebih meningkatkan keamanan baik dari pustakawan maupun kemanan di lingkungan perpustakaan terutama pada daerah- daerah yang rawan akan terjadinya penyalahgunaan koleksi perpustakaan.