Evaluasi Penerapan Perangkat Keamanan Koleksi di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

(1)

EVALUASI PENERAPAN PERANGKAT KEAMANAN KOLEKSI DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Studi Ilmu

Perpustakaan dan Informasi

OLEH

ELISABETH TAMBUNAN 100709087

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Tambunan, Elisabeth. 2014. Evaluasi Penerapan Perangkat Keamanan Koleksi Di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Medan: Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan perangkat keamanan koleksi Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Medan. Indikator-indikator perangkat keamanan tersebut adalah Tattle Tape, Security Gate, CCTV, Layanan Sirkulasi, Koordinator Satpam, Koleksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan perangkat tattle tape, security gate, CCTV pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara sudah baik, tetapi masih memiliki kekurangan karena tidak ada staf yang memonitoring layar monitor CCTV. Dari segi sumber daya manusianya, tugas layanan sirkulasi, koordinator satpam dalam menjaga keamanan koleksi sudah baik di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Medan.

 

Kata Kunci : Keamanan, Keamanan Koleksi, Perangkat Keamanan, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Medan.

         


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang diberikan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penerapan Perangkat Keamanan Koleksi Di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara”. Skripsi ini merupakan tugas akhir peneliti untuk menyelesaikan pendidikan pada Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus dan teristimewa peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda Sahala Tambunan Bsc dan Ibunda Endang Sirait, S.Pd, yang banyak mendukung dan mendoakan serta berkorban, baik tenaga maupun materi sehingga peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan hingga selesai. Pada kesempatan ini juga peneliti dengan segala ketulusan dan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M. A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M. Pd. Selaku Ketua Jurusan Program Studi S-1 Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Himma Dewiyana,S.T.,M.Hum. Selaku Sekretaris Jurusan Program Studi S-1 Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos,M.I.Kom. Selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.

5. Seluruh staf pengajar pada Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah mendidik peneliti selama

perkuliahan.

6. Seluruh staf Perpustakaan USU Medan yang telah banyak memberikan data dan informasi yang dibutuhkan peneliti selama penyusunan skripsi. 7. Adik-adikku tersayang Vanessa Tambunan dan Andre Tambunan.

8. Buat teman terdekat dan sahabat saya, Dede, Shoya, Tanti, Yona, Sepdita, Dina, Dortua, Ima, Mikha, makasih buat kalian udah selalu mendukung


(4)

aku disaat aku malas untuk mengerjakan skripsi ini hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan baik dari segi isi, bahasa, maupun penulisannya. Maka dari itu peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 24 Juli 2014

Peneliti,

Elisabeth Tambunan

NIM 100709087

                           


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR LAMPIRAN………..vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Ruang Lingkup ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 5

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 5

2.2 Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 7

2.2.1 Fungsi Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 7

2.2.2 Jenis-Jenis Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 8

2.3 Hakekat Keamanan Perpustakaan ... 9

2.3.1 Perangkat Keamanan Koleksi ... 9

2.3.2 Prinsip-Prinsip Menjaga Keamanan Koleksi ... 14

2.3.3 Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Lokasi Penelitian ... 19

3.3 Latar Penelitian (Setting) ... 19

3.4 Unit Analisis ... 20

3.5 Proses Penelitian ... 20

3.5.1 Mengidentifikasi Informan ... 20

3.5.2 Jenis dan Sumber Data ... 21

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data... 21

3.5.4 Teknik Analisis Data ... 22

3.5.5 Keabsahan Data ... 23


(6)

4.1 Perangkat Keamanan Koleksi di Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara... ... 25

4.1.1 Tattle Tape ... 25

4.1.2 Security Gate ... 26

4.1.3 CCTV (Closed Circuit Television) ... 27

1.1.4Security ... 28

4.1.5 Layanan Sirkulasi ... 29

4.1.6 Keamanan Koleksi di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara ... 29

4.2 Rangkuman Hasil Penelitian ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 48  

                       


(7)

DAFTAR TABEL


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bentuk Pedoman Wawancara...34

Lampiran 2 Bentuk Pedoman Wawancara...35

Lampiran 3 Bentuk Pedoman Wawancara...36

Lampiran 4 Bentuk Pedoman Wawancara...37

Lampiran 5 Bentuk Pedoman Wawancara... 38

Lampiran 6 Bentuk Pedoman Wawancara...39


(9)

ABSTRAK

Tambunan, Elisabeth. 2014. Evaluasi Penerapan Perangkat Keamanan Koleksi Di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Medan: Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan perangkat keamanan koleksi Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Medan. Indikator-indikator perangkat keamanan tersebut adalah Tattle Tape, Security Gate, CCTV, Layanan Sirkulasi, Koordinator Satpam, Koleksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan perangkat tattle tape, security gate, CCTV pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara sudah baik, tetapi masih memiliki kekurangan karena tidak ada staf yang memonitoring layar monitor CCTV. Dari segi sumber daya manusianya, tugas layanan sirkulasi, koordinator satpam dalam menjaga keamanan koleksi sudah baik di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Medan.

 

Kata Kunci : Keamanan, Keamanan Koleksi, Perangkat Keamanan, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Medan.

         


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang bertugas untuk mengumpulkan, menyimpan, mengorganisir berbagai bahan perpustakaan sistematis dan memeliharanya agar dapat digunakan oleh pengguna dengan baik. Perpustakaan menyediakan koleksi yang terdiri dari beraneka ragam bidang ilmu pengetahuan. Hal tersebut sesuai dengan kebutuhan informasi pemustaka karena kebutuhan pemustaka di dalam perpustakaan menjadi perhatian yang utama.Pada era ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting, untuk itu peranan perpustakaan sangat penting bagi kalangan pemustaka sebagai media pembelajaran dan penyedia informasi. Pemustaka dapat dengan mudah memperoleh informasi yang dibutuhkan di perpustakaan. Oleh sebab itu perpustakaan harus menyediakan informasi dalam berbagai media, baik media cetak (buku, majalah, jurnal) maupun non-cetak (compact disc, kaset, video, dll), media- media tersebut yang menjadi koleksi perpustakaan.

Koleksi bahan pustaka sangat mendukung kegiatan di dalam perpustakaan, koleksi bahan pustaka yang baik dan lengkap akan mendukung keberlangsungan kegiatan di perpustakaan tersebut. Apabila koleksi pada perpustakaan memenuhi kebutuhan pemustaka, maka pemustaka akan rajin berkunjung menggunakan bahan pustaka.Oleh sebab itu, perpustakaan harus menjaga kondisi keamanan, terutama keamanan koleksi perpustakaan.

Keamanan koleksi merupakan sub bidang preservasi koleksi. Keamanan merupakan salah satu cara yang dapat melestarikan koleksi bahan pustaka. Ancaman terhadap keamanan yang sering dilakukan seorang pemustaka adalah pencurian, perobekan, dan vandalisme (tindakan perusakan bahan pustaka dengan menulisi, mencorat-coret, memberi tanda khusus, atau membasahi buku). Maka untuk menghindari hal itu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara menggunakan perangkat teknologi keamanan. Perangkat teknologi keamanan yang digunakan oleh perpustakaan yaitu tattle tape, security gate, dan CCTV (Closed Circuit Television). Perangkat keamanan seperti tattle tape langsung


(11)

ditempelkan di koleksi perpustakaan sedangkan security gate, dan CCTV (Closed

Circuit Television) akan diletakkan di tempat yang memungkinkan pemustaka

melakukan tindakan penyalahgunaan bahan pustaka, tetapi selain perangkat keamanan tersebut peran pustakawan bagian sirkulasi dan satpam juga sangat berperan dalam menjaga keamanan koleksi perpustakaan karena pustakawan di bagian sirkulasilah yang memerintah pengguna untuk kembali ke bagian sirkulasi apabila alarm berbunyi. Apabila ada yang melakukan tindak penyalahgunaan koleksi seperti pencurian maka satpam yang bertugas untuk mengejar pengguna tersebut.

Namun menurut fakta yang diperoleh dari petugas Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, masih ada pengguna yang melakukan tindak penyalahgunaan bahan pustaka seperti pencurian, perobekan, dan vandalisme (tindakan perusakan bahan pustaka dengan menulisi, mencorat-coret, memberi tanda khusus, atau membasahi buku) meskipun perpustakaan Universitas Sumatera Utara telah menggunakan perangkat teknologi keamanan pada perpustakaan tersebut.

Menurut hasil statistik yang dilakukan oleh Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, jumlah pemustaka yang datang ke perpustakaan dalam tahun 2013 berjumlah 1.472.602 orang. Berdasarkan jumlah pengunjung yang begitu banyaknya, tidak dapat dipungkiri masih ada koleksi yang hilang atau sobek meskipun telah dipasang alat keamanan. Jumlah keseluruhan koleksi tercetak yang hilang pada tahun 2013 adalah sebanyak 580 buku, sedangkan buku yang mengalami rusak ringan sebanyak 8426 buku dan yang mengalami rusak berat sebanyak 396 buku. Hal ini diketahui dari kartu bebas pustaka mahasiswa tingkat akhir saat mengurus kartu bebas pustaka dari perpustakaan. Kasus perobekan lembaran bahan pustaka juga masih banyak terjadi di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Itu diketahui ketika seorang pemustaka hendak menggunakan koleksi tersebut, dan halaman pada buku tersebut sudah disobek oleh pemustaka sebelumnya.

Dari pengamatan awal penulis, pada tahun 2013 Perpustakaan Universitas Sumatera Utara memiliki koleksi sebanyak 204.086 judul dan 641.871 eksemplar. Seorang pemustaka dapat meminjam buku sebanyak 5 eksemplar dalam kurun waktu 2 minggu. Kemudian adanya jenis koleksi yang hanya dapat dibaca di


(12)

perpustakaan yang tidak dapat dibawa pulang, seperti koleksi buku referensi, koleksi deposit, koleksi majalah dan jurnal, biasanya justru memicu penyalahgunaan koleksi di perpustakaan. Walaupun di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara sudah disediakan layanan mesin fotocopy untuk memfotocopy koleksi yang tidak dapat dibawa pulang, tetapi masih banyak terjadi kecurangan.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini sangat penting untuk diteliti, sehingga penulis tertarik untuk meneliti penerapan perangkat keamanan koleksi di perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan menetapkan judul “Evaluasi Penerapan Perangkat Keamanan Koleksi Perpustakaan Universitas Sumatera Utara”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan Perangkat Keamananyang sudah diterapkan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan perangkat keamanan mempengaruhi keamanan koleksi di perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakantentang keamanan koleksi.

2. Peneliti, agar dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya dalam topik yang sama dan aspek yang berbeda.

3. Penulis, untuk menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai penerapan perangkat keamanan koleksi pada perpustakaan.


(13)

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini berada pada ruang lingkup evaluasi penerapan perangkat keamanan koleksi. Dengan demikian objek penelitiannya adalah:

a. Perangkat keamanan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. b. Koleksidi Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademik, perpustakaan sekolah tinggi. Pada dasarnya bertujuan untuk membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Menurut Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang dikutip oleh Hasugian (2009, 79) bahwa “Perpustakaan perguruan tinggi sebagai perpustakaan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tinggi yang layanannya diperuntukkan sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan”.

Sedangkan menurut Reitzyang dikutip oleh Hasugian (2009, 79) mendefenisikan perpustakaan perguruan tinggi adalah:

A library or library system established, administered, and funded by a university to meet the information, research, and curriculum needs of its students, faculty, and staff.Dalam defenisi ini perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang dibangun, diadministrasikan dan didanai oleh sebuah universitas untuk memenuhi kebutuhan informasi, penelitian dan kurikulum dari mahasiswa, fakultas dan stafnya.

Dari uraian di atas dapat diketahuibahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi untuk memenuhi kebutuhan sivitas akademika dari perguruan tinggi yang bersangkutan.

2.1.1 TujuanPerpustakaan Perguruan Tinggi

Setiap melaksanakan suatu kegiatan harus memiliki tujuan, begitu juga dengan perpustakaan perguruan tinggi harus memiliki tujuan yang sesuai dengan lembaga perguruan tinggi tersebut.

Menurut Sulistyo-Basuki (1993, 52) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut:

a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa.


(15)

b. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pasca sarjana dan pengajar.

c. Menyediakan ruangan belajar bagi pengguna perpustakaan.

d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pengguna.

e. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga industri lokal.

Sedangkan menurut Hasugian (2009, 80):

Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia yaitu untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, koleksi perpustakaan perguruan tinggi benar-benar diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan dan pelaksanaan Tri Dharma itu.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya tujuan penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk memenuhi informasi sivitas akademika, serta menyediakan sumber-sumber informasi ilmiah bagi masyarakat perguruan tinggi tersebut agar pelaksanaan program kegiatan berjalan dengan lancar dan berkualitas.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Dalam pencapaian tujuan yang baik harus didukung juga dengan fungsinya. Menurut Sulistyo-Basuki (1991, 107), fungsi utama perpustakaan perguruan tinggi adalah:

a. Fungsi Edukatif, perpustakaan membantu mengembangkan potensi mahasiswa dengan sistem pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum pendidikan.

b. Fungsi Informasi, perpustakaan membantu mahasiswa dalam

memperoleh informasi sebanyak-banyaknya melalui penelusuran informasi yang ada di perpustakaan.

c. Fungsi Penelitian, dalam hal ini perpustakaan menyediakan sejumlah informasi yang diperlukan agar proses penelitian dosen, mahasiswa, dan staf non edukatif dapat dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari perpustakaan.

d. Fungsi Rekreasi atau Hiburan, mahasiswa dapat mengandalkan

perpustakaan untuk mengurangi ketegangan setelah lelah belajar dengan bahan bacaan ringan dan menghiburkan di perpustakaan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di


(16)

perguruantinggi tersebut dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.

2.2 Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Salah satu unsur pokok perpustakaan adalah koleksi, karena pelayanan tidak dapat berjalan maksimal apabila tidak diiringi dengan koleksi yang memadai. Demikian halnya dengan perpustakaan perguruan tinggi harus menyediakan koleksi yang relevan dengan kebutuhan penggunanya baik itu mahasiswa, dosen, peneliti maupun pengguna lainya.

Dalam Pasal 1 Ayat 2 UU No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan “Koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan/ atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan”.

Koleksi perpustakaan merupakan faktor utama dalam mendirikan suatu perpustakaan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Sutarno (2006, 113) bahwa “Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama (pilar) sebuah perpustakaan”. Selain itu Siregar (2002:03) “Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada pengguna, guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi”.

Sedangkan menurut Darmono (2001: 60) “Koleksi adalah sekumpulan rekaman informasi dalam berbagai bentuk tercetak (buku, malajah, surat kabar) dan bentuk tidak tercetak (bentuk mikro, bahan audio visual, peta)”.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa koleksi merupakan bahan pustaka dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam dalam berbagai media yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi.

2.2.1Fungsi Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Koleksi perpustakaan merupakan unsur utama dalam penyelenggaraan layanan perpustakaan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004, 40) Fungsi koleksi perpustakaan adalah:


(17)

a. Fungsi Pendidikan, untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dan relevan.

b. Fungsi Penelitian, untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir.

c. Fungsi Referensi, fungsi ini melengkapi kedua fungsi di atas dengan menyediakan bahan-bahan referensi di berbagai bidang dan alat-alat bibliografis yang diperlukan untuk penelusuran informasi.

d. Fungsi Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi menetapkan pusat

informasi bagi masyarakat disekitarnya. Fungsi ini berhubungan dengan program pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia lain.

Dari uraian di atas dapat diketehui bahwa koleksi perpustakaan mempunyai fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan umum. Maka jelaslah bahwa koleksi perpustakaan merupakan unsur pokok perpustakaan yang harus dibina secara teratur dan terencana.

2.2.2Jenis-Jenis Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan yang memiliki fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan umum, yang memberikan informasi kepada pemustakanya, sebaiknya harus memiliki koleksi bahan pustaka yang dapat menunjang terwujudnya fungsi tersebut.

Menurut Bafadal (2008, 27) “Koleksi perpustakaan ada bermacam-macam, hal ini tergantung darimana kita meninjaunya”.

Sedangkan menurut Soeatminah (1992, 25) Jenis bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan menurut bentuk fisiknya dapat dikelompokkan di dalam 2 bentuk, yaitu:

1. Koleksi Tercetak a. Buku

Menurut penyajian isinya, buku dapat dikelompokkan kepada: 1) Buku Teks atau monografi, biasanya membahas satu masalah. 2) Buku Fiksi yaitu buku rekaan, tidak nyata, seperti cerpen, novel,dll. 3) Buku Referensi/ Rujukan yaitu buku yang isinya disusun dan

diolah secara tertentu (misalnya menurut abjad), biasanya dipakai tempat bertanya atau mencari informasi, tidak untuk dibaca secara keseluruhan dari awal sampai akhir misalnya: kamus, ensiklopedi, sumber biografi, sumber ilmu bumi (atlas), bibliograsi (penulisan mengenai buku), buku tahunan (almanak), buku petunjuk (buku


(18)

alamat), buku pegangan (handbook), buku kumpulan indeks,buku kumpulan abstrak (yang memuat judul artikel).

a. Majalah b. Surat Kabar c. Brosur d. Peta

2. Koleksi Rekaman

Kaset, slide, film, VCD, DVD, dll.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa jenis-jenis koleksi perpustakaan tergolong menjadi 2 bentuk yaitu koleksi tercetak dan koleksi rekaman. Koleksi tersebut akan digunakan sebagai media pendidikan, penelitian, referensi dan umum.

2.3Hakekat Keamanan Perpustakaan

Keamanan sangat penting diperhatikan dalam menunjang kenyamanan di perpustakaan. Untuk itu, agar dapat mengevaluasi keamanan di perpustakaan Universitas Sumatera Utara, sebaiknya dijelaskan mengenai defenisi dan jenis keamanan koleksi, prinsip menjaga keamanan koleksi, penyalahgunaan koleksi perpustakaan, dan perlindungan keamanan koleksi perpustakaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, 48) “Keamanan didefenisikan sebagai keadaan bebas dari bahaya.”Sedangkan menurut Anggoro (2003, 2) dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional VII “Keamanan sebagai suasana bebas dari segala bentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan.”

Sedangkan menurut Sarno (2009, 187) “Keamanan adalah suatu upaya untuk mengamankan aset informasi terhadap ancaman yang mungkin timbul.”

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwapengertian keamanan adalah sebuah kondisi yang bebas dari ancaman bahaya dari hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat merugikan seseorang ataupun institusi.

2.3.1 Perangkat Keamanan Koleksi

Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada satupun koleksi perpustakaan yang dapat keluar tanpa melalui pemeriksaan staf perpustakaan, yaitu menggunakan perangkat keamanan seperti tattle tape, security


(19)

gate, cctv dan didukung juga dengan peranan pustakawan bagian sirkulasi dan satpam (security) dalam mendukung penggunaan perangkat keamanan tersebut.

2.3.1.1 Tattle Tape

Tattle Tape adalah sistem keamanan yang digunakan pada koleksi perpustakaan, yang dirancang sebaik mungkin agar tidak mudah diketahui oleh pengguna keberadaannya.

Menurut Paul (2010) “Tattle Tapeadalah perlindungan bijaksana untuk koleksi dengan media magnetik, dimana strip sangat peka saat proses check-in dan check-out, alat ini dijamin untuk kehidupan item yang mereka lindungi.”

Menurut Paul (2010) strip keamanan dan aplikator terbagi atas:

1. Tattle Tape security strips DCD-2

Strip ini dirancang untuk CD dan DVD. Proses strip ini dilakukan dengan dua strip yang diletakkan pada permukaan CD dan DVD yang mencegah dan melindungi permukaan CD dan DVD. Strip ini tidak akan mengganggu performa saat pemutaran CD dan DVD.

2. Tattle Tape security strips B2

Strip dua sisi dirancang untuk diletakkan diantara halaman buku dan halaman majalah. Garis ekstra panjang membuat strip ini lebih mudah untuk disisipkan ke dalam sisi buku yang paling dalam, sehingga membuat strip ini tidak mudah untuk terdeteksi.

3. Tattle Tape security strips B1

Strip satu sisi ini dirancang untuk buku dengan cover yang keras. Strip ini dapat dengan mudah disisipkan ke dalam sisi buku dan benar-benar tersembunyi.

4. Tattle Tape security strips SB-3

Strip ini dirancang untuk kaset yang tidak memiliki kotak. Strip ini disembunyikan pada label yang dapat di print dengan judul atau informasi lainnya.

Menurut MalaccaElab (2005) Keuntungan penggunaan tattle tape adalah: 1. Teknologi 3M Tattle Tape telah dimanfaatkan oleh perpustakaan di

dunia untuk memberikan pengamanan maksimal terhadap koleksi perpustakaan.

2. Dapat dengan mudah dan cepat diaktifkan dan non aktifkan kembali selama proses pengembalian dan peminjaman koleksi.

3. Strip sangat tipis (adhesive di dua sisi) dirancang khusus untuk buku dan majalah.

4. Strip dilengkapi dengan liner yang cukup panjang ini mempermudah pengguna untuk mengaplikasikan strip sehingga strip tidak dapat terdeteksi dengan mudah.


(20)

Maka dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tattle tape merupakan perangkat untuk melindungi koleksi bahan perpustakaan yang akan dibawa keluar perpustakaan. Semua jenis bahan perpustakaan dapat dipasang tattle tape dengan ukuran dan bentuk yang berbeda.

2.3.1.2 Security Gate

Perkembangan perpustakaan yang menerapkan security gate membawa dampak pada pelayanan yang efektif yaitu sangat membantu kerja pustakawan dan proses sirkulasi peminjaman buku oleh pemustaka. Penerapan ini juga bersifat bersahabat dengan tidak harus melepas atribut pakaian seperti jaket dan tas, pemustaka akan merasa lebih nyaman dengan berkunjung ke perpustakaan tanpa aturan yang risih.

Menurut Nashihuddin (2011):

Security Gate menggunakan sistem Electronic Article Surveillance (EAS) Gantry, yaitu teknologi yang diterapkan di perpustakaan untuk pintu masuk pengunjung elektronik yang dapat mendeteksi dan menolak pengguna perpustakaan yang tidak terdaftar sebagai anggota perpustakaan. Dengan kata lain, kalau pengguna ingin meminjam koleksi/buku maka harus menjadi anggota perpustakaan, tentunya harus sesuai dengan prosedur dan persyaratan yang sudah ditentukan oleh perpustakaan.

MalaccaElab (2005) Keuntungan penggunaan security gate adalah:

1. Proteksi security yang tinggi untuk semua koleksi perpustakaan. 2. Lebar koridor mengikuti standar ADA

3. Pilihan suara alarm memainkan pesan pilihan 4. Penghitung trafik terintegrasi

5. Tidak membutuhkan aplikasi server

6. Tersedia dalam warna abu-abu gelap dan terang.

Untuk sistem kerjanya, perangkat security elektronik ini mendeteksi secara otomatis dengan gelombang radio untuk setiap buku yang dipinjam ke luar perpustakaan. Akan tetapi, jika buku yang dipinjam tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan (ada kesalahan teknis dari pengguna) maka alarm akan berbunyi.

2.3.1.3 CCTV (Closed Circuit Television)

Pemasangan sistem keamanan elektronik, seperti penggunaan kamera pengintai (CCTV) merupakan suatu cara memantau kegiatan pengguna di dalam


(21)

keamanan. Petugas perpustakaan dapat menggunakan CCTV untuk mengidentifikasi pengunjung maupun pustakawan, memantau area kerja, mencegah pencurian, dan menjaga keamanan fasilitas lainnya. Teknologi CCTV berkembang dengan cepat dan menjadi salah satu sistem keamanan paling penting dan ekonomis di perpustakaan.

Menurut Innes (2009):

CCTV (Closed Circuit Television) adalah kamera yang menggunakan

internet protokol untuk mengirimkan data gambar dan sinyal kendali atas

Fast Ethernet Link. Sejumlah kamera CCTV biasanya ditempatkan

bersama-sama dengan perekam video digital (DVR) atau jaringan perekam video digital (NVR) untuk membentuk sistem pengawasan video.

Menurut Negara (2011):

Keuntungan menggunakan CCTV adalah CCTV memiliki kemampuan

merekam dan mengamati objek dengan baik serta mampu memberikan informasi secara real-time. Namun penggunaan CCTV ini memiliki kelemahan yaitu pengawasan pada monitor harus dilakukan tanpa henti agar petugas keamanan dapat mengetahui kejadian yang terjadi secara aktual.

Menurut McComb yang dikutip oleh Syaikhu (2011) Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem keamanan CCTV di perpustakaan meliputi:

a. Menentukan aplikasi utama dari sistem CCTV.

b. Memahami letak dan karakteristik ruangan yang akan dipantau. c. Memilih fitur dan jenis kamera.

d. Menentukan lokasi terbaik untuk melihat monitor,

e. Menentukan jenis media penyimpanan/ sistem peralatan pengarsipan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwaCCTV (Closed Circuit Television) adalah kamera pengintai yang digunakan untuk menyelidiki atau mengawasi suatu tempat yang dianggap rawan dari bahaya. Maka sebelum dirancang, informasi tata letak area yang akan dipantau harus ditentukan. Informasi ini berguna untuk menempatkan kamera pada lokasi yang tepat, untuk menentukan tinggi atau lebar, dan arah pandang setiap lokasi kamera.


(22)

2.3.1.4 Pelayanan Sirkulasi

Layanan sirkulasi merupakan tempat masuk dan keluarnya bahan perpustakaan. Layanan sirkulasi berperan langsung sebagai sarana peminjaman, pengembalian, perpanjangan.

Menurut Sulistyo-Basuki (1993, 257) tugas yang harus dilaksanakan oleh perpustakaan dalam mengawasi proses kegiatan sirkulasi adalah:

1. Mengawasi pintu masuk dan keluar perpustakaan.

2. Pendaftaran anggota, perpanjangan anggota, dan pengunduran diri anggota perpustakaan.

3. Meminjamkan serta mengembalikan buku dan memperpanjang waktu peminjaman.

4. Menarik denda bagi buku yang terlambat dikembalikan.

5. Mengeluarkan surat peringatan bagi buku yang terlambat dikembalikan. 6. Tugas yang berkaitan dengan peminjaman buku, khususnya buku hilang

atau rusak.

7. Bertanggung jawab atas segala berkas peminjaman. 8. Membuat statistik peminjaman.

9. Peminjaman antar perpustakaan.

10.Mengawasi urusan penitipan tas, jas, mantel, dan sebagainya milik pengunjung perpustakaan.

11.Tugas lainnya terutama yang berhubungan dengan peminjaman.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa layanan sirkulasi merupakan kegiatan menyeluruh dari setiap pengguna yang mempergunakan jasa layanan perpustakaan. Kegiatan yang terdapat pada layanan ini meliputi pengawasan, pendaftaran sebagai anggota, pminjaman,pengembalian, penagihan, pemberian sanksi denda atas pelanggaran yang berkenaan dengan koleksi yang terlambat dikembalikan serta bertugas mengawasi para pengguna yang masuk dan keluar dari perpustakaan.

2.3.1.5 Satpam (Security)

Satpam adalah satuan pengamanan yang melindungi dan mengamankan lingkungan/ kawasan kerjanya dari setiap gangguan keamanan dan ketertiban. Menurut Wikipedia (2014) “Satpam adalah satuan kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/ proyek/ badan usaha untuk melakukan keamanan fisik

(physical security) dalam rangka penyelenggaraan keamanan swakarsa di


(23)

Menurut Daidonatus (2013):

Fungsi satpam adalah segala usaha atau kegiatan mengamankan dan melindungi asset serta lingkungan perusahaan dari setiap gangguan keamanan, ketertiban,serta pelanggaran hukum dari luar maupun dari dalam yang antara lain berupa pencurian, perampokan, pencopetan, penodongan, penipuan, dan penyerobotan.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa satpam adalah kelompok petugas yang mengamankan dan melindungi asset serta lingkungan perusahaan dari setiap gangguan keamanan, ketertiban, serta pelanggaran hukum dari luar maupun dari dalam.

2.3.2 Prinsip-Prinsip Menjaga Keamanan Koleksi

Dalam melakukan pengelolaan koleksi, perpustakaan sering menemukan permasalahan, diantaranya adalah dalam melakukan perlindungan dan menjaga keamanan koleksi perpustakaan. Keahlian seorang pustakawan dalam menjaga perlindungan dan keamanan perpustakaan sangat diperlukan. Pustakawan harus cepat merespon setiap permasalahan yang mungkin terjadi, serta mempelajari cara penanggulangan sebuah permasalahan yang ada, seperti mencegah kerusakan dan kehilangan koleksi yang dapat membawa dampak kerugian.

Menurut Liston (1993, 10) ada beberapa cara suatu institusi dalam menjaga keamanan, diantaranya:

1. Menunjuk satu orang untuk melakukan koordinasi upaya-upaya

perlindungan. Tugas ini haruslah diberikan kepada orang yang memiliki akses langsung ke suatu institusi dan memiliki wewenang yang cukup untuk bertindak di dalam kondisi darurat bila tidak adanya kepala institusi atau pemegang otoritas lainnya.

2. Menetapkan aturan umum untuk pengunjung.

Suatu institusi perlu menetapkan suatu aturan umum dan menginformasikannya kepada pengunjung mengenai aturan dan saran yang harus dipatuhi, contohnya mengenai pengunjung yang harus berhati-hati terhadap koleksi yang mudah rusak dan sedapat mungkin menjaga koleksi tersebut. Staf juga harus melakukan pengawasan terhadap pengunjung.

3. Memberikan aturan-aturan mengenai perilaku staf/ karyawan.

Peraturan ini penting di dalam melakukan penyediaan akses ke tempat pengolahan koleksi dan ruangan yang hanya ditujukan untuk staf. Staf pun juga akan diberikan akses untuk menangani koleksi masuk dan tempat penyimpanan koleksi.


(24)

4. Memperkecil resiko yang diakibatkan dari kebakaran, banjir, vandalisme, pencahayaan, suhu ruangan, dan lain-lain.Adanya pelarangan untuk merokok di area institusi, penggunaan pencahayaan yang tidak terkendali pada properti dan bangunan maupun penggunaan perangkat listrik bawah tanah dan sejenisnya. Penerapan untuk mematikan listrik apabila tidak diperlukan juga dapat dilakukan.

5. Merencanakan apa yang harus dilakukan dalam menanggapi setiap keadaan darurat.Staf harus diajarkan mengenai tindakan apa saja yang harus mereka lakukan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kemudian, mereka harus mempraktikkannya dengan staf penanggulangan bencana berkoordinasi dengan pihak luar mengenai upaya penyelesaiannya, seperti anggota pemadam kebakaran, polisi, dan pihak medis.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip menjaga keamanan koleksi adalah menunjuk satu orang untuk melakukan koordinasi upaya-upaya perlindungan, menetapkan aturan umum untuk pengunjung, memberikan aturan-aturan mengenai perilaku staf/karyawan, memperkecil resiko yang diakibatkan dari kebakaran, banjir, dll, dan merencanakan apa yang harus dilakukan dalam menanggapi setiap keadaan darurat.

2.3.3 Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan

Pada perpustakaan perguruan tinggi, koleksi perpustakaan pada umumnya dilayankan dengan sistem terbuka kepada pengguna. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada pengguna untuk memilih langsung bahan pustaka yang diinginkan pada rak. Penggunapun akan memiliki alternatif lain seandainya bahan pustaka yang dikehendaki tidak ada, maka pengguna dapat memilihi bahan pustaka yang lain yang sesuai. Namun hal yang sangat disayangkan dari dilaksanakannya sistem layanan terbuka ini adalah timbulnya tindakan penyalahgunaan koleksi oleh pengguna.

2.3.3.1 Tindakan Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan

Perpustakaan sangat rawan terhadap tindakan penyalahgunaan koleksi. Penyalahgunaan koleksi perpustakaan dapat mengakibatkan kerugian bagi perpustakaan.

Menurut Obiagwu yang dikutip oleh Syaikhu (2011, 36) Tindakan penyalahgunaan koleksi dapat digolongkan menjadi empat macam yaitu:


(25)

Pencurian adalah tindakan mengambil bahan pustaka tanpa melalui prosedur yang berlaku di perpustakaan dengan atau tanpa bantuan orang lain. Pencurian bermacam-macam jenisnya, dari pencurian kecil-kecilan sampai yang besar. Bentuk pencurian yang sering terjadi adalah menggunakan kartu perpustakaan curian.

2. Mutilation (perobekan)

Perobekan adalah tindakan pemotongan, penghilangan, drai artikel, ilustrasi dari jurnal, majalah, buku, ensiklopedia dan lain-lain tanpa atau dengan menggunakan alat.

3. Unauthorized Borrowing (peminjaman tidak sah)

Peminjaman tidak sah adalah kegiatan pengguna yang melanggar ketentuan peminjaman. Tindakan ini meliputi pelanggaran batas waktu pinjam, pelanggaran jumlah koleksi yang dipinjam, membawa pulang bahan pustaka dari perpustakaan tanpa melaporkannya ke petugas/ pustakawan, meskipun dengan maksud untuk mengembalikannya dan membawa pulang bahan-bahan yang belum diproses dari bagian pelayanan teknis. Bentuk lain peminjaman tidak sah adalah peredaran buku yang tersembunyi di dalam perpustakaan untuk kepentingan tertentu atau pribadi.

4. Vandalism (vandalisme)

Vandalisme adalah tindakan perusakan bahan pustaka dengan menulisi, mencorat-coret, memberi tanda khusus, membasahi, membakar dan lain-lain. Mengenalkan virus secara sengaja pada program komputer atau menekan disket database juga termasuk perbuatan vandalis.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa tindakan penyalahgunaan koleksi perpustakaan ada empat macam yaitu pencurian, perobekan, peminjaman tidak sah, vandalisme.

2.3.3.2 Kerugian Akibat Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan

Penyalahgunaan koleksi dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi perpustakaan.

Menurut pendapat Ajick (2005, 5):

Kerugian dibagi atas dua yaitu kerugian secara finansial dan kerugian secara sosial. Kerugian secara finansial yaitu kerugian yang dirasakan oleh perpustakaan dalam hal dana yang harus dikeluarkan untuk mengganti koleksi yang rusak, memperbaiki kerugian kertas dan menjaga kualitas bahan pustaka. Kerugian sosial adalah yang dialami oleh perpustakaan karena adanya koleksi yang rusak antara lain adalah berkurangnya kepercayaan atau dapat memberi suatu citra (image) yang kurang baik terhadap perpustakaan sebagai gudang informasi. Misalnya tindakan mutilasi yang dapat menimbulkan rasa marah dan frustasi pengguna yang menginginkan suatu artikel di suatu majalah yang ternyata tidak ada karena telah dirobek oleh orang lain.


(26)

Pengguna terkadang harus menunggu beberapa hari untuk memperoleh informasi dari bahan pustaka yang diinginkan karena harus menunggu perbaikan koleksi tersebut oleh pustakawan.

Menurut Constantinou yang dikutip oleh Syaikhu (201, 505) bahaya tindakan penyalahgunaan koleksi sangat berbahaya karena akan berdampak buruk bagi perpustakaan, antara lain:

a. Terhalangnya transfer informasi dan ilmu pengetahuan serta

kemajuannya.

b. Terganggunya iklim pendidikan.

c. Biaya preservasi bahan pustaka yang meningkat. d. Mengurangi bahkan menghilangkan keindahan koleksi.

e. Berdampak sosial pada lingkungan dan diri objek misalnya menularnya kebiasaan melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi kepada orang lain.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa kerugian akibat penyalahgunaan koleksi perpustakaan terbagi atas dua yaitu kerugian secara finansial dan kerugian secara sosial.

2.3.3.3 Upaya Pencegahan Terhadap Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan Upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan koleksi sangat perlu untuk dilakukan di perpustakaan. Upaya pencegahan terhadap tindakan penyalahgunaan koleksi dapat dilakukan untuk meminimalkan jumlah koleksi yang dirusak.

Menurut Ajick (2008, 7) ada beberapa upaya di dalam melakukan tindakan pencegahan penyalahgunaan koleksi, yaitu:

a. Mengatur tata ruang layanan koleksi perpustakaan sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan pengguna melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi dengan leluasa.

b. Menciptakan keadaan perpustakaan yang kondusif baik itu untuk membaca ataupun untuk belajar sehingga menciptakan kenyamanan bagi pengunjung perpustakaan.

c. Menyediakan fasilitas mesin fotocopy yang memadai, dengan harga yang terjangkau dan hasil yang memuaskan.

d. Menambah jumlah eksemplar koleksi yang banyak dibutuhkan oleh pengguna.

e. Menempatkan pengawas (pustakawan) secukupnya di ruang layanan koleksi yang memungkinkan untuk dengan leluasa mengawasi seluruh ruangan dan untuk berpatroli berkeliling ke seluruh ruangan baca koleksi untuk memonitor hal-hal yang tidak diinginkan.


(27)

g. Pemasangan poster-poster yang berisi larangan melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi.

h. Memberi pengarahan kepada pengguna tentang bahaya dan kerugian akibat tindakan penyalahgunaan koleksi melalui program bimbingan pembaca.

i.Memberlakukan sanksi yang tegas bagi pelaku tindakan penyalahgunaan koleksi, dan meminta kepada pengguna jika melihat seseorang melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi di perpustakaan untuk segera melaporkan hal itu kepada pustakawan yang terdekat.

j.Membekali staf perpustakaan dengan pengetahuan yang cukup mengenai preservasi bahan pustaka.

k. Pemasangan sistem keamanan elektronik misalnya penggunaan kamera pengintai untuk memantau kegiatan pengguna di dalam perpustakaan. l.Pemasangan denah dan petunjuk (rambu-rambu) perpustakaan yang

memudahkan pengguna dalam mencari informasi.

Syaikhu (2011) mengatakan untuk mengurangi risiko tindakan penyalahgunaan koleksi perpustakaan, perlu diperhatikan tiga aspek yaitu:

a. Keamanan fisik (physical security) perpustakaan

Mencakup arsitektur, staf keamanan, dan perangkat keras seperti perlindungan pada pintu dan jendela.

b. Penggunaan teknologi keamanan

Seperti barcode, radio frequency identification (RFID), microdots, dan closed circuit television (CCTV).

c. Kebijakan keamanan, prosedur, dan rencana.

Dari uraian di atas dapat dinyatakanbahwa upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan koleksi adalah dengan lebih meningkatkan keamanan baik dari pustakawan maupun kemanan di lingkungan perpustakaan terutama pada daerah-daerah yang rawan akan terjadinya penyalahgunaan koleksi perpustakaan.

             


(28)

 

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.

Menurut Moleong (2007, 6):

Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

3.2 Lokasi Penelitian

Peneliti memilih Perpustakaan Universitas Sumatera Utara sebagai objek penelitian karena Perpustakaan Universitas Sumatera Utara memiliki perangkat keamanan yang lengkap. Lokasi penelitian berada di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1, Medan Kode Pos 20155.

3.3 Latar Penelitian (Setting)

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang berdiri pada tahun 1970 beralamat di Jl. Perpustakaan No. 1 Medan. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara memiliki luas bangunan 6. 090 m2.. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara memiliki koleksi dengan jumlah 204.086 judul dan 641.871 eksemplar.

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara sebagai unit pelayanan informasi yang memberikan informasi kepada penggunanya yaitu mahasiswa dan dosen. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara memiliki sumber daya manusia sebagai pegawai perpustakaannya. Adapun sumber daya manusia yang menjadi pegawai Perpustakaan Universitas Sumatera Utara adalah 117 orang staf yang terdiri dari18 orang tenaga Fungsional Pustakawan dan 40 orang PNS dan 58 orang adalah tenaga honorer.


(29)

yang diterapkan adalah 1 unit security gate, 466.122 koleksi yang menggunakan tattle tape, dan 24 unit CCTV (Closed Circuit Television). 

3.4Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Menurut Arikunto (2002, 121) “Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian sedangkan subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti.” Maka unit analisis yang akan diteliti adalah pustakawan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang berkompeten di bidang penggunaan perangkat keamanan koleksi.

3.5 Proses Penelitian

Adapun proses penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi informan, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan keabsahan data. Hal-hal tersebut akan diuraikan dalam pembahasan berikut.

3.5.1 Mengidentifikasi Informan

Dalam penelitian ini yang dimaksud informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti. “Teknik pengambilan informan dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yaitu dengan pustakawan yang berkompeten tentang perangkat keamanan koleksi sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti Sugiyono” (2010,218-219)”.


(30)

Tabel 3.1 Identifikasi Informan

Kode Informan Pendidikan Jabatan

BDT Informan 1 S1 Kepala Sub. Bidang Dukungan Teknis

DSA Informan 2 S1 Kepala Sub. Divisi Sistem Automasi

DPBJ Informan 3 S1 Divisi Pengadaan Buku & Jurnal

DLY Informan 4 D3 Divisi Layanan Sirkulasi

KS Informan 5 SMA Koordinator Satpam

DLP Informan 6 S1 Divisi Layanan Pengguna

3.5.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu hasil dari wawancara dan pengamatan penulis, seperti sikap dan pemahaman dari pustakawan yang berkompeten tentang keamanan koleksi, yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data.

2. Data sekunder, yaitu data yang mendukung data primer dan diperoleh melalui studi kepustakaan seperti: buku, jurnal, dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti melakukan teknik : 1. Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data atau keterangan lisan dari seseorang yang disebut informan melalui suatu percakapan yang sistematis dan terorganisasi. Pada penelitian ini, digunakan teknik wawancara mendalam. Beberapa pustakawan yang berkompeten dalam bidang keamanan koleksi dipilih kemudian dilakukan wawancara mendalam dengan bentuk kurang terstruktur.

Pustakawan yang berkompeten tentang keamanan koleksi di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara akan diwawancarai mengenai seberapa bagaimanakahpenerapan perangkat keamanan mempengaruhi keamanan koleksi di perpustakaan Universitas Sumatera Utara.Pedoman wawancara juga diperlukan


(31)

agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian, pedoman wawancara juga disusun berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Observasi

Nasution dalam Sugiyono (2010, 226) menyatakan bahwa “Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.”

Proses pelaksanaan pengumpulan data observasi dalam penelitian ini termasuk pada observation non participant, dalam observasi ini peneliti terpisah dari kegiatan yang diobservasi. Peneliti hanya mengamati dan mencatat apa saja yang terjadi tentang penerapan perangkat keamanan koleksi. Observasi jenis ini berguna dalam menggali informasi yang dianggap oleh informan sulit untuk dibahas atau tidak menyenangkan.

Peneliti akan mengamati kesesuaian informasi yang ada di lapangan dengan data yang diberikan oleh informan. Tujuannya adalah melihat apakah informasi yang sudah diberikan oleh informan itu benar atau tidak. Dalam hal ini, peneliti melihat kondisi fisik koleksi perpustakaan dan melihat persentase pemasangan tattle tape yang telah dipasang.

3.5.4 Teknik Analisis Data

  Menurut Miles (1984, 23) menyatakan bahwa teknik dalam penelitian dilakukan dengan:

1. Data koleksi 2. Reduksi data

3. Penyajian data/ analisis data setelah pengumpulan data 4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Proses analisis data dimulai dengan menelaah dan memahami seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan atau dari tempat kejadian/peristiwa, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan karya ilmiah. Dari proses tersebut setelah dipahami maka terbentuk suatu kesimpulan. analisis data dalam penelitian ini dilakukan didalam suatu proses. Jadi pelaksanaan analisis mulai dilakukan


(32)

ketika pengumpulan data ini dikerjakan dan dilakukan secara intensif yaitu, ketika sudah meninggalkan lapangan. Melakukan analisis membutuhkan usaha pemusatan perhatian serta pengerahan tenaga dan juga pikiran peneliti.

3.5.5Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik penggumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Metode triangulasi merupakan salah satu metode yang paling umum di pakai dalam uji validitas penelitian kualitatif, triangulasi dilakukan berdasarkan wawancara dengan informan dan studi dokumentasi oleh peneliti dalam mengamati kejadian fakta yang terdapat dilapangan.

Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Triangulasi Data

Menggunakan berbagai sumber data seperti hasil wawancara dan hasil observasi. Peneliti dalam hal ini mewawancarai informan yakni pustakawan yang berkompeten tentang perangkat keamanan koleksi di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan data yang lebih lengkap disertai dengan observasi tentang penerapan perangkat keamanan koleksi yang dilakukan oleh peneliti pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

2. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang di kumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori yang telah dijelaskan pada bab II akan digunakan untuk menguji hasil daridata yang terkumpul serta diperkuat dengan artikel, jurnal, dan buku yang mengulas tentang keamanan koleksi.

3. Triangulasi Metode

Triangulasi metode, yaitu menggunakan 2 strategi: (1) pengecekan terhadap derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data, penulis melakukan wawancara dan observasi


(33)

pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan beberapa cara yaitu melakukan wawancara kepada pustakawan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, melakukan observasi langsung ke Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, melakukan analisis menggunakan teori yang berbeda untuk memastikan keabsahan data serta merujuk hasil data yang terkumpul, melakukan pengecekan terhadap hasil penelitian.


(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perangkat Keamanan Koleksi di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara menerapkan beberapa perangkat keamanan dan sumber daya manusia untuk menjaga keamanan koleksinya, diantaranya:

4.1.1 Tattle Tape

Kategori pertama yang diperoleh dari hasil transkip wawancara dengan kelima informan adalah Tattle Tape. Tattle Tape adalah pita magnetik yang diletakkan pada koleksi perpustakaan yang bertujuan untuk menjaga keamanan koleksi tersebut. Dalam hal ini perpustakaan semakin dimudahkan dalam menjaga keamanan koleksinya dengan adanya tattle tape ini. Tattle tape ini diletakkan di dalam koleksi langsung. Ini sesuai dengan pernyataan BDTdan DPBJsebagai berikut:

“...Tattle Tape ini ditempelkan di dalam koleksi langsung, cuman gak usah dipaparkan langsunglah ya di halaman berapa karena itu rahasia. Itu cuman diketahui oleh pustakawan di bagian pengadaan aja. Karena kalau ada yang tahu, bisa aja pengguna itu merobek lembaran itu...”

“...Di Perpustakaan USU ini tattle tape digunakan hanya untuk koleksi yang bisa dipinjam keluar gedung perpustakaan aja. Kalo misalnya koleksi deposit jurnal audio visual, tidak digunakan...”

Dari pernyataan di atas diketahui bahwa Tattle Tape sangat membantu perpustakaan dalam menjaga keamanan koleksinya. Pustakawan tidak harus selalu mengawasi pengguna yang datang ke perpustakaan, karena tattle tape yang dipasang di dalam koleksi apabila keluar tanpa melalui prosedur peminjaman di bagian sirkulasi maka alarm akan berbunyi. Tapi penggunaan Tattle Tape ini juga memiliki kendala. Ini sesuai dengan pernyataan BDTsebagai berikut:


(35)

Dari pernyataan di atas diketahui bahwa Tattle Tape sangat membantu pihak perpustakaan dalam menjaga keamanan koleksinya. Walaupun perpustakaan memiliki kendala tetapi itu tidak menghambat proses penggunaan tattle tape di Perpustakaan USU.

4.1.2 Security Gate

Kategori kedua yang dapat dibuat dari hasil coding dengan hasil transkip wawancara adalah Security Gate. Security Gate merupakan alat yang mendeteksi buku yang keluar dari gedung perpustakaan secara otomatis yang apabila buku keluar tanpa berdasarkan prosedur maka alarm akan berbunyi.

Pada zaman yang semakin maju dan canggih pekerjaan atau tugas pustakawan sudah semakin dimudahkan. Pustakawan tidak perlu mengawasi ketat pengguna yang masuk dan keluar dari gedung perpustakaan. Untuk Perpustakaan USU sendiri sudah menggunakan perangkat keamanan Security Gate sehingga lebih memudahkan tugas pustakawan dalam menjaga keamanan koleksi yang keluar dari gedung perpustakaan. Ini sesuai dengan pernyataan DSAsebagai berikut:

“...kalau dulu sih sebelum Perpustakaan USU belum menggunakan perangkat keamanan security gate ini, yang menjaga keamanan koleksi perpustakaan ini ya pustakawannya. Tapi kita ketahui sendiri, pasti masalah keefektifan jelas lebih efektif setelah menggunakan perangkat keamanan security gate ini...”

Dari pernyataan di atas dapat diketehui bahwa Perpustakaan USU sangat terbantu dengan adanya perangkat kemanan security gate ini. Setiap koleksi yang keluar dari dalam gedung akan selalu terdeteksi oleh perangkat kemanan ini tanpa harus ada pengawasan lebih dari pihak perpustakaan. Tetapi perangkat keamanan

security gate ini merupakan jenis perangkat elektronik yang harus terhubung

dengan daya atau energi listrik dalam proses kerjanya. Apabila energi listrik padam maka perangkat keamanan security gate ini tidak dapat bekerja, ini sesuai dengan pendapat DSAsebagai berikut:

“...perangkat keamanan security gate ini memang sangat membantu sekali ya dalam menjaga keamanan di pintu keluar gedung perpustakaan. Tapi kita ketahui sendiri perangkat ini harus menggunakan energi listrik, kita


(36)

lihat sendiri di kota Medan ini sering terjadi pemadaman listrik yang berkepanjangan. Itu aja sih kendala penggunaan security gate ini...”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa hadirnya perangkat keamanan security gate sangat membantu perpustakaan dalam menjaga keamanan koleksi yang keluar dari gedung perpustakaan.

4.1.3 CCTV (Closed Circuit Television)

Kategori ketiga yang dapat dibuat dari hasil coding dengan hasil transkip wawancara adalah CCTV (Closed Circuit Television). CCTV (Closed Circuit

Television) merupakan kamera video digital yang berfungsi untuk memantau

keadaan dalam suatu tempat, sehingga dapat mencegah terjadinya kejahatan atau dapat dijadikan barang bukti dari tindakan kejahatan yang telah terjadi.

Pada era yang semakin maju dan canggih pekerjaan atau tugas pustakawan sudah semakin dimudahkan. Pustakawan tidak perlu mengawasi secara terus menerus aktivitas pengguna yang sedang menggunakan fasilitas perpustakaan. Untuk Perpustakaan USU sendiri sudah menggunakan perangkat keamanan CCTV (Closed Circuit Television) sehingga lebih memudahkan tugas pustakawan dalam menjaga keamanan koleksi tanpa harus mengawasi kejadian-kejadian yang terjadi di gedung perpustakaan. Ini sesuai dengan pernyataan DSAsebagai berikut:

“...CCTV ini diletakkan di titik untuk semua ruangan atau area dari lantai atas hingga lantai dasar...”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui CCTV sudah diletakkan di titik-titik ruangan perpustakaan, namun di Perpustakaan USU masih belum ada orang yang secara khusus mengawasi dan memantau perangkat CCTV tersebut, sehingga dalam pengawasan dan pemantauan CCTV belum dilakukan secara maksimal. CCTV yang ada di Perpustakaan USU digunakan untuk merekam saja dan belum sepenuhnya diawasi. CCTV baru akan dilihat jika ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Ini sesuai dengan pernyataan DSAsebagai berikut:

“...yaa, itu masalahnya, CCTV belum diawasin atau dipantau secara terus menerus. Jadi fungsinya hanya merekam kejadian-kejadian yang terjadi pada saat itu tanpa ada pemantauan dari pihak perpustakaan...”


(37)

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa CCTV yang sudah diletakkan pada titik-titik ruangan perpustakaan hanya sebatas merekam tanpa ada pemantauan secara terkhusus oleh pihak perpustakaan. Kemudian diketahui CCTV juga menggunakan engergi listrik sama halnya dengan security gate. Apabila energi listrik padam maka CCTV tidak dapat digunakan secara maksimal di seluruh titik-titik ruang di perpustakaan. Ini sesuai dengan pernyataan DSAsebagai berikut:

“...kalau listrik padam CCTV di perpustakaan ini tidak bekerja secara maksimal. Memang sih Perpustakaan USU ini menggunakan genset, tapi aliran listrik tersebut hanya untuk lantai 1 dan lantai 2. Sehinga segala kejadian-kejadian yang terjadi di lantai 3 dan lantai 4 tidak dapat terekam oleh CCTV...”

Dapat disimpulkan bahwa penggunan CCTV untuk lantai 3 dan lantai 4 tidak berfungsi saat listrik padam. Sehingga keamanan koleksi belum dapat dipantau secara maksimal oleh pihak perpustakaan.

1.1.4 Security

Kategori keempat yang dapat dibuat dari hasil coding dengan hasil transkip wawancara adalah security. Security juga sangat berperan dalam menjaga keamanan di perpustakaan, karena apabila ada tindakan vandalisme di perpustakaan maka security juga yang turun tangan dalam menangani kejadian tersebut. Ini sesuai dengan pernyataan KS sebagai berikut:

“...ya selama saya bekerja sebagai security disini, saya pernah menemui seorang pengguna yang melempar buku dari jendela...”

Dari pendapat di atas dapat diketahui selain penggunaan perangkat

keamanan, security juga sangat berperan dalam menjaga keamanan di

Perpustakaan USU ini. Karena apabila ada tindak vandalisme maka security yang langsung turun tangan mengamankan kejadian tersebut. Ini sesuai juga dengan pernyataan KSsebagai berikut:

“...kalau ada tindakan penyalahgunaan di perpustakaan, ya pengguna yang melakukan itu akan dikenakan sangsi seperti denda sesuai dengan apa yang dilakukannya...”

Dapat diketahui bahwa apabila pengguna melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi, maka akan dikenakan sangsi seperti denda sesuai apa yang telah dilakukannya.


(38)

4.1.5 Layanan Sirkulasi

Kategori kelima yang dapat dibuat dari hasil coding dengan hasil transkip wawancara adalah layanan sirkulasi. Layanan sirkulasi juga sangat berperan dalam menjaga keamanan di perpustakaan, karena lokasi layanan sirkulasi berada di dekat perangkat keamanan security gate. Jadi apabila pengguna melewati gerbang security gate tersebut dan alarm berbunyi maka pustakawan layanan sirkulasi akan memanggil pengguna tersebut dan menganjurkan untuk kembali ke bagian sirkulasi untuk memeriksa kembali koleksi yang hendak dibawa keluar. Ini sesuai dengan pernyataan DLSsebagai berikut:

“...misalnya kalau ada pengguna yang keluar dari gerbang security gate dan alarm berbunyi, kami akan menyuruh pengguna tersebut kembali lagi ke bagian sirkulasi biar kami bisa periksa kembali apa yang salah...” Dapat diketahui bahwa pustakawan bagian sirkulasi juga membantu dalam menjaga keamanan karena letak bagian sirkulasi dekat dengan letak alat pengaman security gate.

4.1.6 Keamanan Koleksi di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Kategori keenam yang dapat dibuat dari hasil coding dengan hasil transkip wawancara adalah koleksi. Koleksi juga sangat berperan dalam keberlangsungan aktivitas di perpustakaan. Oleh sebab itu keamanan koleksi sangat dibutuhkan agar informasi yang dibutuhkan oleh pengguna bisa didapatkan di perpustakaan. Ini sesuai dengan pernyataan DLP sebagai berikut:

“...tentu saja keamanan koleksi di sebuah perpustakaan itu sangat dibutuhkan. Kita tahu sendiri kan kalau perpustakaan itu adalah gudang informasi, kalau informasi yang kita inginkan tidak kita peroleh otomatis kita tidak puas. Kalau di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara inikeamanannya sih lumayan terkontrol. Perpustakaan USU ini uda menerapkan perangkat keamanan untuk menjaga koleksinya. Tetapi masih ada terkadang beberapa orang yang mau melakukan penyalahgunaan, seperti merobek lembaran buku...”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa keamanan koleksi sangat dibutuhkan dalam sebuah perpustakaan. Karena perpustakaan merupakan gudang informasi, oleh sebab itu juga terkadang pengguna melakukan tindak penyalahgunaan koleksi. Ini sesuai dengan pernyataan DLP sebagai berikut:

“...iya terkadang masih ada aja mahasiswa yang melakukan tindak penyalahgunaan koleksi, misalnya merobek halaman. Apalagi halaman


(39)

yang bergambar dan berwarna, koleksi tersebut yang biasanya disobek oleh pengguna. Karena kalau di fotocopy gambarnya kurang jelas...”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa masih ada pengguna yang melakukan tindak penyalahgunaan koleksi, seperti merobek halaman bergambar. Hal tersebut jelas-jelas sangat merugikan pihak perpustakaan. Ini sesuai dengan pernyataan DLP sebagai berikut:

“...kalau ada pengguna yang ketauan melakukan tindak penyalahgunaan koleksi, jelas diberikan sangsi oleh pihak perpustakaan. sangsi yang diberikan seperti denda sesuai apa yang telah dilakukannya...”

Dapat diketahui bahwa keamanan koleksi sangat dibutuhkan di dalam sebuah perpustakaan, karena koleksi merupakan inti dari sebuah perpustakaan. Apabila ada pengguna yang melakukan tindak penyalahgunaan koleksi, maka akan diberikan sangsi yang sepantasnya atas tindakan yang telah dilakukannya seperti denda.

4.2 Rangkuman Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan melalui proses analisa data serta melakukan triangulasi maka dapat diketahui apakah indikator-indikator perangkat keamanan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang mencakup tattle tape, security gate, CCTV (Closed Circuit Television), security, layanan sirkulasi.

Indikator pertama yaitu Tattle Tape. Tattle Tape memberikan kemudahan bagi perpustakaan dalam menjaga keamanan koleksinya. Karena alarm akan berbunyi apabila koleksi yang telah menggunakan tattle tape dibawa keluar tanpa melalui prosedur peminjaman yang tepat.

Indikator kedua yaitu Security Gate. Dapat disimpulkan bahwa hadirnya perangkat keamanan Security Gate sangat membantu perpustakaan dalam menjaga keamanan koleksi yang keluar dari gedung perpustakaan. Karena alarm security gate ini akan berbunyi apabila ada yang membawa koleksi keluar tanpa melalui transaksi peminjaman di bagian sirkulasi.

Indikator ketiga yaitu CCTV (Closed Circuit Television). Dapat

disimpulkan bahwa CCTV sangat membantu pihak perpustakaan dalam


(40)

merekam aktifitas yang terjadi di dalam gedung perpustakaan. Namun masih memiliki kekurangan karena tidak ada yang mengawasi CCTV tersebut sehingga pihak perpustakaan tidak mengetahui apa saja kejadian-kejadian yang terjadi di perpustakaan secara real-time. Begitu juga apabila energi listrik sedang padam maka penggunaan CCTV ini tidak bekerja secara maksimal.

Indikator keempat yaitu Security. Security juga sangat berperan dalam menjaga keamanan di perpustakaan. Karena security langsung turun tangan apabila ada pengguna yang melakukan penyalahgunaan koleksi seperti mencuri koleksi perpustakaan.

Indikator kelima yaitu Layanan Sirkulasi. Layanan sirkulasi juga berperan dalam menjaga keamanan koleksi di perpustakaan. karena letak bagian sirkulasi berdekatan dengan perangkat keamanan security gate. Jadi kalau ada pengguna yang keluar dan alarm berbunyi, maka pustakawan bagian sirkulasi yang menghimbau pengguna tersebut untuk kembali lagi ke bagian sirkulasi untuk menon-aktifkan alarm tattle tape.

Indikator keenam yaitu Keamanan Koleksi. Koleksi sangat berperan sekali dalam suksesnya sebuah perpustakaan. Karena apabila koleksi di perpustakaan tersebut lengkap, maka akan banyak pengunjung yang datang ke perpustakaan tersebut. Oleh sebab itu perpustakaan juga sebaiknya menerapkan perangkat keamanan untuk menjaga koleksinya, karena tidak dapat dipungkiri masih ada pengguna yang tega melakukan tindak penyalahgunaan koleksi.


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Perpustakaan USU memiliki banyak jenis koleksi, sehingga dari banyak jenis koleksi tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa koleksi di Perpustakaan USU ini tidak lepas dari penyalahgunaan koleksi. Maka untuk mencegahnya Perpustakaan USU menggunakan beberapa perangkat keamanan yang bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunan koleksi. Perangkat keamanan koleksi yang digunakan di Perpustakaan USU ini ada yang ditempelkan langsung pada koleksi tersebut seperti tattle tape, dan ada juga yang diletakkan di titik-titik ruang perpustakaan yang memungkinkan pengguna untuk melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi dan pintu keluar perpustakaan seperti security gate dan CCTV. Untuk staf perpustakaan, security dan pustakawan layanan sirkulasi juga membantu dalam menjaga keamanan di perpustakaan.

Penggunaan tattle tape, security gate, dan pemasangan CCTV dapat mengurangi resiko kehilangan koleksi yang dimiliki perpustakaan walaupun resiko kehilangan tersebut belum sepenuhnya berhasil ditangani. Hal ini dapat dilihat dari Laporan Kinerja Perpustakaan pada tahun 2013 yang masih menunjukkan banyaknya koleksi yang hilang.

5.2 Saran

1. Perpustakaan, diharapkan kepada pihak Perpustakaan Universitas Sumatera Utara lebih memaksimalkan lagi penggunaan perangkat keamanan koleksi di perpustakaan, seperti lebih memonitoring kamera

CCTV supaya tindakan-tindakan penyalahgunaan koleksi di

perpustakaan dapat diketahui secara real-time. Kemudian bagi pustakawan bagian sirkulasi agar lebih berhati-hati lagi dalam melakukan pengaktifan dan pengnon-aktifan koleksi perpustakaan.

2. Peneliti selanjutnya, diharapkan adanya penelitian lanjutan yang membahas mengenai Perangkat Keamanan Koleksi pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, hal ini dikarenakan belum ada yang


(42)

melakukan penelitian secara mendalam mengenai Perangkat Keamanan Koleksi ini.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ajick. Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan di Perguruan Tinggi. 2008. http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_print.php?nid=17 (diakses May 21, 2014).

Akhmad Syaikhu, Sevri Andrian Ginting. “Keamanan Koleksi Perpustakaan.” Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol.20 No.1, 2011: 36.

Anggoro, Koesnanto. “Keamanan Nasional, Pertahanan Negara, dan Ketertiban Umum.” Makalah Pembanding Seminar Hukum Nasional VIII, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dan HAM Republik Indonesia, 2003: 2.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Bafadal, Ibrahim. 2008. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Bahasa, Tim Penyusun Kamus Pusat. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.

----. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Crawford, John. 2000. Ed. 2. Evalution of Libraries and Information Services. London: Aslib, the association for information management and information management international.

Daidonatus. 2013. Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan Satpam.

daidonatus.wordpress.com/2013/07/21/tugas-pokokfungsi-dan-peranan-satpam/

Darmono. 2001. Manajemegn dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Hasugian, Jonner. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan: USU Press, 2009.

Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 2004. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. 2008. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.


(44)

Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2007.

Liston, David. Museum Security and Protection: A Handbook For Cultural Heritage Institutions. London: ICOM, 1993.

MalaccaElab. 2005. Pengembangan Sistem Keamanan & Pelayanan. Jakarta: Batuah Infotama Sakti.

Milles, M. B. and Huberman, M. A. Qualitative Data Analysis. London: Sage Publication, 1984.

Nashihuddin, Wahid. 2011. Mesin Sirkulasi Mandiri Book Drop.

http://www.pdii.lipi.go.id/read/2011/08/08/mesin-sirkulasi-mandiri-%E2%80%9Cbook-drop%E2%80%9D.html.

Negara, Neo Orta. Arief Rahman. 2011. Perancangan Active Surveillance Camera Dalam Otomasi Pengawasan Gedung. Surabaya: ITS Press.

Paul. 3M Library Systems. 2010.

http://multimedia.3m.com/mws/mediawebserver?mwsId=66666UgxGCu

NyXTtNxfX4xT6EVtQEcuZgVs6EVs6E666666--&fn=Why%20Tattle%20Tape%20Strips.pdf.

Riyanarto Sarno, Irsyat Iffano. Sistem Manajemen Keamanan Informasi. Surabaya: ITS Press, 2009.

Sarno, R. 2009. Audit Sistem & Teknologi Informasi, Surabaya: ITS Press. Siregar, Belling. 2002. Pembinaan Koleksi Perpustakaan. Medan: USU Press Soeatminah. Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta:

Kanisius, 1992.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.

----. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.

Sutarno, NS. 2006. Manajemen Perpustakaan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto

Umar, Husein. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Wikipedia. 2011. Satuan Pengamanan. id.wikipedia.org/wiki/Satuan_pengamanan  


(45)

Lampiran 1 : Bentuk Pedoman Wawancara

 

PEDOMAN WAWANCARA PUSTAKAWAN BIDANG DUKUNGAN TEKNIS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pertanyaan:

Tattle tape

1. Untuk koleksi apa sajakah tattle tape ini digunakan?

2. Untuk koleksi buku di halaman berapakah tattle tape ini digunakan? 3. Adakah kendala dalam penggunaan tattle tape tersebut?

Kode : BDT

Informan : Pustakawan Bidang

Dukungan Teknis Perpustakaan USU


(46)

Lampiran 2 : Bentuk Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA DIVISI SISTEM AUTOMASI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pertanyaan

a. Security Gate

1. Bagaimana penggunaan security gate di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara?

2. Sebelum security gate, alat keamanan apa yang digunakan oleh perpustakaan untuk menjaga keamanan?

3. Adakah kendala dalam penggunaan security gate tersebut?

b. CCTV

1. Di titik manakah CCTV tersebut diletakkan?

2. Apakah layar monitor CCTV tersebut selalu diawasi oleh pihak perpustakaan?

3. Adakah kendala dalam penggunaan CCTV tersebut?

Kode : DSA

Informan : Divisi Sistem Automasi


(47)

Lampiran 3 : Bentuk Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA DIVISI PENGADAAN BUKU DAN JURNAL PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pertanyaan:

Tattle tape

1. Untuk koleksi apa sajakah tattle tape ini digunakan?

2. Untuk koleksi buku di halaman berapakah tattle tape ini digunakan? 3. Adakah kendala dalam penggunaan tattle tape tersebut?

Kode : DPBJ

Informan : Divisi

Pengadaan Buku dan Jurnal


(48)

Lampiran 4 : Bentuk Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA DIVISI LAYANAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pertanyaan

1. Menurut anda bagaimanakah keamanan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara ini?

2. Pernahkah anda melihat terjadi penyalahgunaan koleksi?

3. Apa yang dilakukan apabila ada pengguna yang lewat dari pintu security gate dan alarmnya berbunyi? dan apa yang menyebabkan itu?

Kode : DLY

Informan : Divisi

Layanan Sirkulasi


(49)

Lampiran 5 : Bentuk Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA KOORDINATOR SATPAM PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pertanyaan

1. Menurut anda bagaimanakah keamanan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara ini? Pernahkah anda menemui pengguna yang melakukan penyalahgunaan terhadap koleksi perpustakaan?

2. Apabila di Perpustakaan ini ada yang ketahuan melakukan vandalisme, apakah sanksi yang akan diberikan perpustakaan terhadap pengguna tersebut?

3. Apakah semenjak adanya perangkat keamanan seperti tattle tape, security gate, cctv kejadian vandalisme di perpustakaan ini berkurang?

   

Kode : KS

Informan : Koordinator


(50)

Lampiran 6 : Bentuk Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA PUSTAKAWAN DIVISI LAYANAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pertanyaan:

1. Bagaimana kondisi keamanan koleksi di Perpustakaan Universitas Sumatera ini?

2. Pernahkah ada pengguna yang melakukan penyalahgunaan koleksi di Perpustakaan ini?

3. Kalau ada tindak penyalahgunaan koleksi, apa sangsi yang diberikan oleh perpustakaan?

Kode : DLP

Informan : Divisi

Layanan Pengguna


(51)

LAMPIRAN 7

TRANSKIP WAWANCARA

Hari/Tanggal : Rabu, 23 Juli 2014

Waktu : 09.25 WIB

Lokasi : Ruangan Bagian Pengadaan

Keterangan

P : Peneliti

BDT dan DPBJ: Informan 1 dan Informan 3

P : Selamat Pagi Pak, Selamat Pagi Kak. BDT : Iya selamat pagi, ada apa ya?

P : Sebelumnya saya anak ilmu perpustakaan pak. Saya sedang skripsi, saya memilih objek penelitian saya di Perpustakaan USU ini pak.

BDT : Oh iya jadi apa yang bisa bapak bantu dengan skripsimu?

P : Skripsi yang saya angkat mengenai perangkat keamanan koleksi di Perpustakaan USU pak. Makanya saya mau wawancara sedikit sama bapak mengenai perangkat keamanan koleksi di perpustakaan ini pak.

BDT : Ya jadi apa yang ingin kamu tanyakan mengenai perangkat keamanan? P : Kalau di Perpustakaan USU ini perangkat keamanan koleksi apa saja

yang digunakan?

BDT : Perpustakaan USU ini udah mengunakan perangkat keamanan seperti

CCTV, Security gate, dan Tattle Tape.Kebetulan bapak lumayan

mengetahui mengenai tattle tape tersebut.

P : Kalau di Perpustakaan USU ini kalau bisa tahu tattle tape itu ditempelkan untuk jenis koleksi apa aja?


(52)

DPBJ : Kalau di Perpustakaan USU ini tattle tape hanya ditempelkan pada koleksi yang dapat dibawa keluar gedung perpustakaan atau bisa di pinjam aja.

P : Lalu untuk koleksi deposit, koleksi jurnal, koleksi audio visual dll, tattle tape ini tidak digunakan ?

DPBJ : Tidak digunakan dek

P : Oh gitu ya kak, trus kalau untuk koleksi buku, tattle tape ini ditempelkan di bagian mananya kak?

BDT : Kalau untuk koleksi buku, tattle tape ini ditempelkan pada halamannya. Tapi halamannya tidak bisa bapak paparkan disini ya karena itu rahasia pustakawan bagian pengadaan. Staf perpustakaan USU ini aja belum tentu tahu tattle tape itu ditempelkan di halaman berapa karena emang itu rahasia.

P : Oh begitu ya pak.

BDT : Iya karna kalau ada yang tahu bisa aja dia merobek di lembaran di halaman itu, otomatis kalau dia keluar dari gerbang security gate alarmnya tidak berbunyi.

P : Jadi pak, kalau kendala dalam penggunaan tattle tape ini kira-kira ada gak pak?

BDT : Kalau kendala yang sampai mengganggu sekali tidak adak, paling terkadang dalam pemesanan barangnya lama. Itu aja tapi tidak sampai mengganggu kok.

P : Iya pak, hanya itu sih yang mau saya tanyakan pak. Makasih buat waktu bapak dan kakak.

BDT, DPBJ: Iya sama-sama. P : Permisi Pak, Kak. BDT,DPBJ: Iya silahkan..

Hari/Tanggal : Rabu, 23 Juli 2014

Waktu : 11.30 WIB


(53)

Keterangan

P : Peneliti

DSA : Informan 2

P : Selamat Siang Pak.

DSA : Iya selamat siang, ada yang bisa bapak bantu?

P : Sebelumnya saya perkenalkan diri dulu ya pak, nama saya Elisabeth, saya anak ilmu perpustakaan.

DSA : Oh jadi ada perlu apa dengan Bapak?

P : Gini pak, saya lagi nyusun skripsi. Skripsi saya membahas mengenai perangkat keamanan koleksi di Perpustakaan USU ini pak.

DSA : Iya kenapa dengan masalah prangkat keamanannya?

P : Saya ingin mewawancarai bapak mengenai perangkat keamanan apa saja yang digunakan Perpustakaan USU untuk menjaga koleksinya?

DSA : Perangkat yang digunakan ada security gate, ada CCTV dan ada Tattle Tape.

P : Sebelum perpustakaan USU ini menggunakan Security gate untuk

menjaga keamanan koleksinya pak, kira-kira apa yang dilakukan Perpustakaan USU ini untuk menjaga keamanannya?

DSA : Kalau dulu sih sebelum ada security gate ini, yang seutuhnya menjaga keamanan koleksi di perpustakaan ini adalah pustakawannya. Makanya semenjak digunakannya perangkat keamanan itu disini, tugas pustakawan semakin dibantu sehingga pustakawan tidak harus selalu memantau apa saja yang dilakukan si pengguna di ruang perpustakaan.

P : Oh gitu ya pak. Jadi pustakawan langsung yang turun tangan untuk menjaga keamanan dulunya, berarti sekarang sangat terbantu kali lah ya pak.

DSA : Iya tentu sangat terbantu pastinya.


(54)

DSA : Kalau kendala sih tidak begitu ada, cuman kita tahu sendiri security gate ini kan barang elektronik, tentunya membutuhkan aliran listrik. Kita tahu sendiri di Medan ini sering mati lampu yang berkepanjangan, itu aja sih yang sedikit menjadi kendala. Tapi kita antisipasi kok untuk menggunakan genset.

P : Oh iya pak. Jadi kalau kamera CCTV pak? Di letakkan di bagian mana aja pak?

DSA : Kalau kamera CCTV itu diletakkan di titik-titik untuk semua ruangan atau area. Dari lantai 1 sampai lantai 4.

P : Trus ada gak staf yang bertugas untuk memonitoring kamera CCTV itu pak?

DSA : Kalau itu tidak ada staf yang trus memonitoringnya.

P : Jadi kalau ada pengguna yang melakukan penyalahgunaan di ruang baca contohnya pak seperti merobek lembaran yang bergambar gitu kan pak, staf perpustakaan belum tentu tahu kan pak. Karena si pengguna hanya merobek lembarnya.

DSA : Itu juga sih yang jadi kendalanya.

P : Iya pak, jadi kalau ada yang merobek pustakawan belum tentu tahu kan pak.

DSA : Memang karena belum ada yang memonitoring kamera CCTV tersebut. P : Trus pak, kalau saya lihat kalau listrik padam, untuk lantai 3 dan 4 itu

listrik tetap padam.

DSA : Iya genset kita cuman sanggup untuk lantai 1 dan 2 saja. Lagian transaksi dilakukan di lantai 1 dan 2 juga.

P : Berarti CCTV di lantai 3 dan 4 gak berfungsi iya kan pak? Kalau ada melakukan penyalahgunaan tidak dapat terpantau kamera CTTV.

DSA : Iya begitulah, mungkin karena kita punya keterbatasan dana untuk membeli genset dengan kekuatan yang lebih lagi.

P : oh begitu ya pak, hanya itu aja sih pak yang ingin saya wawancarai. DSA : Oh iya

P : Makasih banyak ya pak sudah meluangkan sedikit waktunya untuk saya wawancarai.


(1)

Keterangan

P : Peneliti

DSA : Informan 2

P : Selamat Siang Pak.

DSA : Iya selamat siang, ada yang bisa bapak bantu?

P : Sebelumnya saya perkenalkan diri dulu ya pak, nama saya Elisabeth,

saya anak ilmu perpustakaan.

DSA : Oh jadi ada perlu apa dengan Bapak?

P : Gini pak, saya lagi nyusun skripsi. Skripsi saya membahas mengenai

perangkat keamanan koleksi di Perpustakaan USU ini pak. DSA : Iya kenapa dengan masalah prangkat keamanannya?

P : Saya ingin mewawancarai bapak mengenai perangkat keamanan apa saja

yang digunakan Perpustakaan USU untuk menjaga koleksinya?

DSA : Perangkat yang digunakan ada security gate, ada CCTV dan ada Tattle Tape.

P : Sebelum perpustakaan USU ini menggunakan Security gate untuk

menjaga keamanan koleksinya pak, kira-kira apa yang dilakukan Perpustakaan USU ini untuk menjaga keamanannya?

DSA : Kalau dulu sih sebelum ada security gate ini, yang seutuhnya menjaga keamanan koleksi di perpustakaan ini adalah pustakawannya. Makanya semenjak digunakannya perangkat keamanan itu disini, tugas pustakawan semakin dibantu sehingga pustakawan tidak harus selalu memantau apa saja yang dilakukan si pengguna di ruang perpustakaan.

P : Oh gitu ya pak. Jadi pustakawan langsung yang turun tangan untuk

menjaga keamanan dulunya, berarti sekarang sangat terbantu kali lah ya pak.

DSA : Iya tentu sangat terbantu pastinya.


(2)

DSA : Kalau kendala sih tidak begitu ada, cuman kita tahu sendiri security gate ini kan barang elektronik, tentunya membutuhkan aliran listrik. Kita tahu sendiri di Medan ini sering mati lampu yang berkepanjangan, itu aja sih yang sedikit menjadi kendala. Tapi kita antisipasi kok untuk menggunakan genset.

P : Oh iya pak. Jadi kalau kamera CCTV pak? Di letakkan di bagian mana

aja pak?

DSA : Kalau kamera CCTV itu diletakkan di titik-titik untuk semua ruangan atau area. Dari lantai 1 sampai lantai 4.

P : Trus ada gak staf yang bertugas untuk memonitoring kamera CCTV itu

pak?

DSA : Kalau itu tidak ada staf yang trus memonitoringnya.

P : Jadi kalau ada pengguna yang melakukan penyalahgunaan di ruang baca

contohnya pak seperti merobek lembaran yang bergambar gitu kan pak, staf perpustakaan belum tentu tahu kan pak. Karena si pengguna hanya merobek lembarnya.

DSA : Itu juga sih yang jadi kendalanya.

P : Iya pak, jadi kalau ada yang merobek pustakawan belum tentu tahu kan

pak.

DSA : Memang karena belum ada yang memonitoring kamera CCTV tersebut.

P : Trus pak, kalau saya lihat kalau listrik padam, untuk lantai 3 dan 4 itu

listrik tetap padam.

DSA : Iya genset kita cuman sanggup untuk lantai 1 dan 2 saja. Lagian transaksi dilakukan di lantai 1 dan 2 juga.

P : Berarti CCTV di lantai 3 dan 4 gak berfungsi iya kan pak? Kalau ada

melakukan penyalahgunaan tidak dapat terpantau kamera CTTV.

DSA : Iya begitulah, mungkin karena kita punya keterbatasan dana untuk membeli genset dengan kekuatan yang lebih lagi.

P : oh begitu ya pak, hanya itu aja sih pak yang ingin saya wawancarai.

DSA : Oh iya

P : Makasih banyak ya pak sudah meluangkan sedikit waktunya untuk saya


(3)

DSA : Iya sama-sama

P : Permisi pak

DSA : Silahkan

Hari/Tanggal : Senin, 4 Agustus 2014

Waktu : 10.10 WIB

Lokasi : Layanan Sirkulasi

Keterangan

P : Peneliti

DLS : Informan 4

P : Selamat pagi kak

DLS : Iya selamat pagi, ada apa dek?

P : Saya anak ilmu perpustakaan kak, lagi mengadakan penelitian disini.

DLS : Oh iya jadi apa yang bisa kakak bantu?

P : Gini kak saya membahas mengenai perangkat keamanan koleksi. Jadi

saya membahas seperti security gate ini kak. Karena letak lokasi bagian sirkulasi dekat dengan perangkat security gate kak.

DLS : Iya jadi apa yang mau ditanyakan dek?

P : Pernahkah kakak temui seorang pengguna lewat dari gerbang security

gate ini dan alarm berbunyi? DLS : Oh itu pernah terjadi dek.

P : Trus apa yang dilakukan kak?

DLS : Kami langsung menyuruh sipengguna untuk kembali ke bagian peminjaman untuk memeriksa kembali koleksi yang dibawa keluar.


(4)

DLS : Terkadang dek pita magnetik yang di dalam buku itu belum opltimal di non-aktifkan. Itu yang menyebabkan alarm berbunyi.

P : Oh gitu ya kak

DLS : iya dek, ada yang mau ditanyakan lagi?

P : Itu aja sih kak, makasih ya kak udah meluangkan sedikit waktunya untuk

saya wawancara. DLS : Iya dek sama-sama

P : Permisi ya kak

DLS : Iya dek silahkan

Hari/Tanggal : Rabu, 6 Agustus 2014

Waktu : 10.00 WIB

Lokasi : TPT

Keterangan

P : Peneliti

KS : Informan 5

P : Selamat pagi pak

KS : Iya selamat pagi

P : Saya anak ilmu perpustakaan pak, mau wawncara sikit sama bapak.

KS : Wawancara apa itu?

P : Gini pak, saya sedang penelitian disini. Saya mau bertanya sedikit

tentang keamanan di perpustakaan usu ini.

KS : Oh ya silahkan

P : Langsung aja ya pak, selama bapak bekerja disini pernahkah bapak

mengetahui ada pengguna perpustakaan yang melakukan penyalahgunaan koleksi di perpustakaan usu ini?


(5)

KS : Pernah sih ada mahasiswa yang melempar buku dari jendela, ternyata temannya udah nunggu di bawah.

P : Jadi itu gimana pak?

KS : Kalau ada yang melakukan penyalahgunaan di perpustakaan ini mereka

akan dikenakan sangsi atau denda sesuai penyalahgunaan apa yang telah dilakukannya.

P : Oh begitu ya pak.

KS : Ya

P : Itu aja sih pak yang ingin saya tanyakan, makasih ya pak uda meluangkan

sedikit waktunya untuk saya wawancara.

KS : Oh iya sama-sama

P : Permisi ya pak

KS : Silahkan

Hari/Tanggal : Kamis, 7 Agustus 2014

Waktu : 10.00 WIB

Lokasi : Ruang Baca

Keterangan

P : Peneliti

DLP : Informan 6

P : Selamat pagi Bu

DLP : Iya selamat pagi

P : Saya anak ilmu perpustakaan Bu, mau wawancara sikit sama ibu.

DLP : Wawancara apa itu?

P : Gini Bu, saya sedang penelitian disini. Saya mau bertanya sedikit tentang


(6)

DLP : Oh ya silahkan

P : Begini bu, menurut ibu sendiri bagaimana kondisi keamanan koleksi di

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara ini bu?

DLP : Kalau menurut ibu pribadi, keamanan koleksi di perpustakaan usu ini baik kok.

P : Pernah gak bu ada pengguna yang melakukan penyalahgunaan koleksi di

perpustakaan usu ini bu? DLP : Kadang masih ada juga sih

P : Penyalahgunaan seperti apa itu bu?

DLP : Terkadang masih ada pengguna yang mencoret halaman buku, itukan sudah termasuk peyalahgunaan koleksi.

P : Jadi apa tindakan perpustakaan apabila ada terjadi penyalahgunaan

seperti itu bu?

DLP : Ya kalau ketahuan jelas ada sangsi lah ya, seperti denda. Tapi kami sering mendapatkan koleksi buku yang sudah dicoretin cuman kami tidak mengetahui siapa pengguna yang melakukan itu.

P : Oh begitu ya bu, itu aja sih sedikit yang mau saya tanyakan bu.

DLP : Iya gak mengapa, kalau ada pertanyaan lagi bisa ditanyakan kok.

P : Iya bu, makasih udah meluangkan sedikit waktunya untuk wawancara

saya.

DLP : Gak kenapa, sama-sama.

P : Permisi Bu

DLP : Silahkan