REVIEW PERSPEKTIF TEMATIK DAN ANALITIK

Neola Hestu Prayogo
University of Brawijaya, Faculty of Social and Political Sciences
Oktober 2014

REVIEW PERSPEKTIF TEMATIK DAN
ANALITIS PADA KEBIJAKAN LUAR NEGERI
AMERIKA SERIKAT
Abstrak
Dalam tulisan ini dibahas mengenai tematik dan perspektif analitis pada kebijakan luar
negeri Amerika Serikat. Tulisan ini dibagi menjadi dua bagian, dengan bagian pertama
membahas mengenai tematik dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang terdiri dari dan
bagian yang kedua memberikan perspektif analitis dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
Pada tematik kebijakan luar negeri AS, dibahas mengenai American Centuries yakni peran AS
dyang semakin terlihat pada abad 20an. Kemudian dilanjutkan dengan Grand Stratetegy AS
dalam Second American Centurie, strategi ini digunakan untuk menjaga stabilitas dan keamanan
AS pasca perang dunia, perang dingin dan terutama pasca serangan 9/11. Serangan 9/11 inilah
yang membuat banyak perubahan pada arah kebijakan luar negeri AS.
Kemudian Lanjut pada bagian perspektif analitis ini digunakan untuk menjelasn sumbersumber dari kebijakan luar negeri AS. Dalam pembuatan kebijakan AS berasl dari banyak
sumber yang ada. Sumber-sumber tersebut antara lain societal Sources, Governmental Sources,
Role Sources, dan Individual Source. Selain itu terdapat juga berbagai macam sumber dari
kebijakan luar negeri Amerika Serikat.

Sebagai sebuah negara besar yang paling berpengaruh dalam dunia politik internasional,
Amerika Serikat tentu akan berusaha untuk mengejar dan menjaga kepentingan nasional
(national interest) negaranya. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kepentingan - kepentingan
nasional negaranya tersebut, AS akan selalu mengejar kepentingan - kepentingan tersebut, baik
yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Situasi politik di dalam
maupun di luar negeri jelas akan berpengaruh terhadap kondisi dan situasi suatu pemerintahan,
tidak terkecuali pemerintah AS.

Kata Kunci: Amerika Serikat, terorisme, perang, kepentingan nasional, kebijakan luar
negeri, tematic, analitis, counter factual reasoning, societal Sources,
Governmental Sources, Role Sources, dan Individual Source
I. Pendahuluan

Politik Luar Negeri suatu negara dipastikan mengarah kepada promosi kepentingan
nasionalsuatu negara termasuk juga negara Amerika Serikat. Tindakan-tindakan Amerika Serikat
initercermin dari serangkaian kebijakan luar negeri Amerika Serikat terkait
kompetisiekonomi,memperkuat pertahanan di perbatasan negara-negara, mewujudkan
perdamaian ,kebebasan, dan upaya perluasan ideologi demokrasi. Namun pada dasarnya politik
luar negeritidak pernah pernah bersifat tetap, politik luar negeri harus merespon dan
merumuskankebijakan sesuai dengan kepentingan nasional dan peluang dalam hubungan

internasional
Menurut James N Rosenau, kebijakan luar negeri digunakan untuk menganalisa dan
mengevakuasi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal yang mempengaruhi kebijakan luar
negeri suatu negara terhadap negara lain. Sedangkan menurut K. J. Holsti, kebijakan luar negeri
adalah tindakan atau gagasan yang dirancang oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan
masalah atau mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan, yaitu dalam kebijakan sikap
atau tindakan dari negara lain. Gagasan kebijakan luar negeri, dapat dibagi menjaadi empat
komponen dari yang umum hingga kearah yang lebih spesifik yaitu orientasi kebijakan luar
negeri, peran nasional, tujuan, dan tindakan.
Ciri utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS) sejak tahun 1940-an dibentuk
oleh dua tradisi besar dalam ilmu hubungan internasional, yaitu realis dan liberalis. Tradisi realis
berkembang selama era Perang Dingin, di mana tujuan utama tradisi ini dimaksudkan untuk
melakukan politik pembendungan (containment policy) terhadap Uni Soviet yang dinilai
membahayakan supremasi kekuasaan AS di dunia. Sementara itu, tradisi liberalis berkembang di
era pasca-Perang Dingin, di mana tujuan utama kebijakan luar negeri AS diarahkan untuk
melakukan ekspansi kebebasan/demokrasi ke seluruh penjuru dunia. Dalam penerapan kebijakan
luar negerinya, Amerika
Dalam perkembangan kebijakan luar negeri AS, Amerika melewati yang namnaya
Amerika Century. Amerika Century adalah karakterisasi abad ke-20 yang sebagian besar
didominasi oleh Amerika Serikat dalam hal politik, ekonomi dan budaya. Pengaruh Amerika

Serikat 'tumbuh sepanjang abad ke-20, tapi menjadi sangat dominan setelah berakhirnya Perang
Dunia II, ketika hanya dua negara adidaya yang tersisa, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Setelah
pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991, Amerika Serikat tetap satunya negara adidaya di
dunia, dan menjadi hegemon. Setelah berakhirnya peran dingin, Amerika kembali lagi
mengeluarkan Second American Century yang merupakan buntut dari kejadian 9/11. Akibat
kejadian tersebut, Amerika memfokuskan kebijakan luar negerinya untuk melawan teroris.
Second American Cnetury itu menggunakan Grand Strategi sebagai modal untuk mencapai
tujuannya.
Akibat dari tragedi 9/11 inilah yang merubah total pada orientasi kebijakan luar negeri
Amerika dengan membentuk Second American Century dengan menggunakan Grand Strategi
demi menjaga stabilitas dan keamanan dari Amerika Serikat itu sendiri. Dla mpembuatan
kebijakan luar negeri Amerika berasala dari banyak sumber yang saling berkaitan. Sumbersumber tersebut sangat mempengaruhi dapat terlaksananya atau tidaknya kebijakan luar negeri
yang Amerika bentuk.

II. Pembahasan
American Centuries

Yang disebut sebagai American Centuries adalah dimana peran Amerika yang semakin
terlihat pada abad ke 20an. Dilihat dari kemerdekaan Amerika Serikat yaitu sejak tahun 1776,
Amerika Serikat banyak sekali terlibat dalam fenomena global. Dimulai dari keterlibatan

Amerika Serikat pada Perang Dunia I, dan Perang Dunia II hingga menjadi pemenang dalam
Perang Dingin. American Centuries ini didukung pula dengan kecanggihan teknologi dan
kekuatan ekonomi yang mencapai level global mendukung untuk menguatkan kekuatan militer
Amerika Serikat. Sehingga Amerika Serikat muncul sebagai Negara superpower. Tidak hanya
itu, Amerika Serikat semakin unjuk gigi dengan adanya Soft Power yang dikenalkan oleh Joseph
S. Nye (2004) dimana soft power includes the attraction of America’s culture, values, and
political beliefs and the ability of the United States to establish rules and institutions it
favors[ CITATION Ueg08 \l 1033 ]. Sehingga soft power ini membuat Amerika Serikat
menyelipkan nilai – nilai demokrasi dan kapitalisme tersebar ke seluruh dunia.
Dari fenomena – fenomena dunia yang terjadi, dengan segala konsekuensi yang ada, juga
mempengaruhi tindakan Amerika Serikat tidak hanya di bidang politik saja, namun juga pada
ekonomi dan militernya. Tentu saja, hal ini tidak luput dari nilai dasar yang Amerika Serikat
pegang, yaitu liberalism dan idealism (pada awalnya). Dari nilai-nilai inilah yang membawa para
presiden Amerika Serikat dalam menentukan tindakan yang di aplikasikan dalam berbagai
kebijakan Hal ini dapat dilihat pada pemerintahan Woodrow Wilson, dimana pada tahun 1971
Amerika Serikat berperang melawan Jerman untuk menciptakan dunia yang aman dengan
demokrasi sebagai jaminan politik independensi dan integritas territorial. Selanjutnya juga pada
pemerintahan Franklin D. Roosevelt yang menunjukkan nilai dasar dari keterlibatan Amerika
Serikat pada Perang Dunia II adalah sebagai upaya untuk menjamin 4 kebebasan, yaitu freedom
of speech and expression, freedom of worship, freedom from want, and freedom from

fear[ CITATION Ueg08 \l 1033 ]. Selain itu, runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989 di
bawah pemerintahan George H. W Bush juga sebagai persaingan dalam kekuatan dan posisi
Internasional, yaitu Perang Dingin.
Pada awalnya nilai dasar pada Pemerintahan Wilson adalah idealism, berubah menjadi
political realism, yang fokus pada kekuatan, yang menghasilkan “Containtment Policy” dalam
menghadapi Uni Soviet. Hingga pada periode dari berakhirnya Perang Dingin hingga Tragedi
9/11, Amerika Serikat menerapkan yang namanya Grand Strategy yang bertujuan untuk
menggunakan instrumen militer untuk mencapai tujuan suatu Negara yang direalisasikan pada
Kebijakan Luar Negeri (Art, 2003). Dalam menentukan grand strategy ini menurut Robert J. Art
menyebutkan terdapat 6 kepentingan nasional Amerika Serikat yang akan dibahas lebih detail
pada sub topik selanjutnya.
Semakin berjalannya waktu dan dengan adanya globalisasi yang turut berkontribusi
dalam penyebaran demokrasi dan pasar ekonomi Amerika Serikat, yang menyebabkan
homogenisasi social dan budaya di berbagai belahan dunia. Perkembangan teknologi yang
sangat cepat, menyebabkan dunia ini seakan borderless dan seiringan juga dengan makin
berkembangnya isu keamanan sebagai akibat dari globalisasi tersebut. Sehingga hal tersebut
berdampak pada penerapan kebijakan luar negeri untuk menjaga kepentingan nasional Amerika
Serikat itu sendiri. Sebagai dampak dari globalisasi juga, perkembangan teknologi yang semakin
cangih, berdampak pada canggihnya persenjataan yang dapat menyerang keamandan dan
pertahanan Negara lain. Pasca tragedi 9/11, Amerika Serikat semakin menggalakkan war against

terrorism atau war on terrorism, dimana akan memerangi terorisme baik skala domestic maupun
internasional. Berikut pula akan dijelaskan mengenai strategi dan adaptasi dari dampak
globalisasi terhadap pengaplikasian kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
Grand Strategi Amerika Serikat dalam second American century

Kebijakan pertahanan merupakan bagian dari kebijakan luar negeri dan keamanan
nasional Amerika Serikat. Dasar strategi yang digunakan adalah politik realisme dan liberal
internationalisme. Kebijakan luar negeri Amerika Serikat menenkankan pada kekuatan dan
kerjasama internasional. Robert Art menganalisa 8 tujuan “Grand Strategies” , yaitu
[ CITATION Eug03 \l 1033 ] :
1. Dominion
2. Isolationism
3. Offshore balancing
4. Containment
5. Collective security
6. Global collecting security & cooperative security
7. Regional collective security
8. Selective engagement
Strategi ini dilakukan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan diantara lain untuk
mempertahakankan stabilitas keamanan Amerika Serikat setalah Perang Dunia, Perang dingin

dan peristiwa 9/11. Beberapa strategi akan dijelaskan lebih lebih lanjut dalam tulisan ini yang
memiliki pengaruh dalam strategi yang dilakukan Amerika Serikat dalam kebijakan luar
negerinya. Terdapat 5 strategi yang dianggap tepat diaplikasikan dalam kebijakan luar negeri dan
keamanan nasional AS :
a. Selective engagement
Art menjelaskan bahwa strategi ini lebih disukai untuk mewujudkan kepentingan
nasional dan tujuan. Strategi ini bertujuan untuk mempertahankan kunci aliansi
amerika Serikat dan forward-based forces. Hal ini huga bertujuan untuk menjaga
kekuatan militer Amerika Serikat.[ CITATION Eug03 \l 1033 ] Berdasarkan asumsi
militer AS, strategi ini menekankan militer AS seharusnya bertindak secara
multilateral dan bukan unilateral sehingga meskipun kemungkinan beban dan resiko
yang ditimbulkan lebih besar namun strategi yang mengandalkan aliansi akan
mempermudah pengaturan dan tindakan. Selective engagement mencari transparasi
dalam hubungan militer, mengurangi penggunaan senjata, melakukan pengontrolan
dalam penggunaan senjata nuklir, biolgis dan sejata kimiawi. Strategi ini
menekankan pada kehati – hatian dalam menggunakan kekuatan militer. Selective
engagement lebih tangguh, adaptable dan efektif. [ CITATION Rob13 \l 1033 ]
b. Neo – isolationism
Strategi berfokus pada penolakan terhadap keterlibatan pada area global. Neo –
isolation merupakan strategi dimana diharapkan Amerika Serikat dijauhkan dari

keterlibatan asing. neo – isolation sangat berbeda dengan kebijakan luar negeri dan
keamanan nasional. Amerika Serikat dianggap sebagai Negara superpower. Setelah
kejadian 9/11 neo – isolationist berpendapat bahwa AS sebaiknya mengurangi
keterlibatan dalam area global karena semakin berkurang keterlibatan maka akan
berkurang kemungkinan menjadi target. Namun pendukung neo – isolasionisme tidak
sepenuhnya mengusulkan pengunduran diri total. Salah satu cara mengisolasikan diri
adalah dengan menjauhkan diri dari organisasi dunia. Hal ini dapat diartikan sebagai
pengurangan multilateralisme.
c. Neoconservatism
Pengunduran diri dalam organisasi internasional merupakan hal yang popular dalam
kalangan isolasionis. Namun neokonservatif menentang mengahindari konflik yang
terjadi dengan manarik diri dari area global. Perekonomian dunia melalui ekspor,
arus populasi yang besar, kombinasi teknologi dan transnasionalisme menghapus
segala hambatan dalam dunia yang global. Krauthammer sebagai seorang
neokonservatif menjelaskan democratic globalism adalah strategi yang paling tepat

untuk menjadi unipollar dimana tidak akan oleh Negara lain. Democratic globalism
didefinisikan sebagai kebijakan luar negeri yang menegaskan bahwa kepentingan
nasional bukan sebagai kekuatan tetapi sebagai nilai dan identitas sebagai nilai
tertinggi. Strategi ini dilihat sebagai mesin sejarah untuk mencapai kebebasan.

d. Doktrin Bush
Secara garis besar Doktrin Bush merujuk pada serangkaian kebijakan luar negeri
yang dijalankan oleh Presiden George W. Bush setelah peristiwa 9/11[ CITATION
12Ap \l 1057 ]. Kebijakan luar negeri ini terdiri dari 3 yaitu pertama, adalah strategi
defensif melalui preemptive war atau dimana Amerika Serikat harus menyerang lebih
dahulu sebelum serangan musuh mendekat. Serangan ini telah dibuktikan dengan
keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Irak (2003); bagaimana Amerika Serikat
menyerang Irak terutama Saddam Hussein yang diduga memiliki senjata pemusnah
massal (WMD). Kebijakan pertama ini dianggap paling kontroversial karena hal ini
membawa Amerika Serikat untuk ikut serta dalam menginvasi tiap negara yang
memiliki ladang terorisme atau ancaman lainnya yang tidak hanya membahayakan
Amerika Serikat melainkan juga seluruh dunia. Amerika Serikat memiliki justifikasi
dimana hal ini merupakan self defense nya dari berbagai ancaman. Namun disamping
memenuhi tujuan tersebut Amerika Serikat seakan setali tiga uang dimana dalam
membasmi negara ladang terorisme seperti Afghanistan, Amerika Serikat juga
sekaligus mempromosikan nilai demokrasi dan liberty di negara yang belum
menganut paham tersebut. Ini juga bisa dilihat sebagai strategi Amerika Serikat
dalam menghadapi ancaman terorisme terutama di kawasan Timur Tengah. Selain itu
juga Amerika Serikat pun gencar untuk mengusahakan program nuclear proliferation
dan pembendungan terhadap weapon mass destruction yang dirasa dapat

mengancam. Karena kebijakan preemtive war ini juga termasuk pada penyerangan
terhadap ancaman terorisme maka hal ini seringkali dikaitkan dengan kebijakan war
on terrorism yang juga dipopulerkan oleh George W. Bush.
Selanjutnya kebijakan kedua Bush adalah Unilaterisme yang merujuk pada
“a tendency to opt out of a multilateral framework (whether existing or proposed) or
to act alone in addressing a particular global or regional challenge rather than
choosing to participate in collective action”[ CITATION Dav03 \l 1057 ]. Hal ini
berarti Amerika Serikat memilih untuk bertindak secara individual daripada
bekerjasama dengan negara lain dalam menghadapi ancaman. Misalnya ketika
Amerika Serikat memutuskan untuk mundur dari anti-ballistic missile treaty pada
desember 2001 yang menurut Rupert Cornwell (The Independent,UK): “a move that
clears the way for the development of its own missile defense system, but which will
exacerbate fears of a new surge of American unilateralism”[ CITATION Dav03 \l
1057 ]. Kebijakan ketiga adalah hegemoni atau primacy dimana power didominasi
oleh Amerika Serikat untuk melampaui tantangan yang datang dari negara lain
maupun kelompok negara. Apalagi paska perang dingin Amerika Serikat telah
menunjukkan kalau dialah yang menjadi negara superpower. Sampai saat ini kita
bisa melihat bagaimana Amerika serikat dengan arus globalisasi yang dibawa
membuat Amerika Serikat adalah geographically proximate bagi seluruh dunia.
Disini juga dijelaskan bagaimana hegemoni dianggap sebagai grand strategi of

dominion yaitu ketika dunia diubah seperti apa yang diinginkan oleh Amerika
Serikat namun untuk mempertahankan dominasi ini dibutuhkan pengeluaran yang
besar dimana Amerika Serikat sebagai hegemon harus dapat mengontrol negara
negara yang dihegemoninya baik secara politik maupun militer. Selanjutnya Stanley
Hoffmann (2003) dari Harvard menyimpulkan doktrin Bush ini kemudian
menjelaskan keinginan Amerika Serikat untuk bebas dari pengekangan dunia

internasional termasuk pada keputusannya untuk membatasi diri dari keterlibatan
organisasi regional maupun internasional.
e. Wilsonian Liberalism
Mantan senator dari partai Demokrat yaitu Gary Hart ditahun 2004 menanggapi
masalaah terorisme yang mengancam keamanan nasional Amerika Serikat dengan
mengajukan gagasan yang berbeda dengan para neokonservatif lainnya dimana
menurutnya paska peristiwa 9/11 memberikan kesempatan yang tepat bagi
terciptanya grand strategy Amerika Serikat yang baru. Untuk itu Hart mengajukan
pemilihan soft power daripada military atau hard power. Hal ini disertai dengan
premisnya dimana Amerika Serikat sebagai pemimpin didunia dimana kepemimpinan
tersebut membutuhkan adanya revolutionary world. Hal ini sebagai prinsip yang
mendasar sebagai bagian terpenting dari sumber dan kekuatannya yang harus
diwujudkan hanya dengan terciptanya republik yang demokratis. Jadi secara garis
besar sejatinya kepemimpinan Amerika Serikat didunia hanya dapat diwujudkan jika
negara negara didunia sudah menjadi negara yang demokratis dan grand strategy
baru seperti melalui soft power ini dapat dipakai dalam menanggapi ancaman
terorisme dunia.
Toward Explanation
Dalam menghadapi situasi politik dan kondisi tertentu, maka suatu pemerintahan akan
membuat kebijakan, dimana kebijakan-kebijakan yang dibuat guna menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh pemerintahan, kebijakan itu dapat berupa suatu tujuan untuk mencapai
kepentingan nasional atau sebagai suatu respon atas situasi dan kondisi yang terjadi.[ CITATION
Ira12 \l 1057 ] Contohnya: kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat terhadap aksi teroris
dalam tragedi 9/11. [ CITATION Nol12 \l 1057 ]
Munculnya terorisme yang merajalela ini sejak berakhirnya perang dingin, dimana
setelah perang dingin berakhir banyak sekali kekerasan dan praktik terorisme yang terajdi yang
memberikan efek tersendiri bagi korban. Trauma yang sangat mendalam sebagai akibat aksi dari
serangan-serangan terorisme tersebut membuat Amerika Serikat sangat reaksioner dalam
sikapnya menghadapi isu terorisme yang berkembang saat ini. Amerika Serikat sangat cepat
merespon terhadap setiap isu terorisme. Hal ini tercermin dari kebijakan-kebijakan politik luar
negerinya yang berusaha mencari simpati dunia internasional dalam kampanye pemberantasan
jaringan terorisme.
Semenjak berakhirnya perang dingin yang menghasilkan kekerasan dan terorisme
berhasil mendapatkan respon dari pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin oleh G.W.Bush.
Strategi untuk menghadapi aksi kekerasan dan terorisme menjadi fokus utama kebijakan yang
diciptakan oleh pemerintah Amerika Serikat.[ CITATION EUG08 \l 1057 ] Pemerintahan yang
dipimpin oleh Bush ini menekankan bahwa strategi kebijakan luar negeri yang difokuskan untuk
menghadapi terorisme ini agar selalu dijalankan oleh tiap presiden selanjutnya, hal ini
menunjukan bahwa adanya keambisiusan tujuan dalam kebijakan ini. Kebijakan luar negeri
Amerika Serikat pun dipercaya sebagai produk yang tidak hanya bermanfaat untuk kepentingan
nasional mereka saja namun juga bermanfaat bagi pihak lain yang tentunya mendukung
kebijakan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat itu sendiri.
Sebagai sebuah negara besar yang paling berpengaruh dalam dunia politik internasional,
Amerika Serikat tentu akan berusaha untuk mengejar dan menjaga kepentingan nasional (
national interest ) negaranya. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kepentingan - kepentingan

nasional negaranya tersebut, AS akan selalu mengejar kepentingan - kepentingan tersebut, baik
yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Situasi politik di dalam
maupun di luar negeri jelas akan berpengaruh terhadap kondisi dan situasi suatu pemerintahan,
tidak terkecuali pemerintah AS.
Dalam menyikapi dinamika politik yang berkembang baik di kancah domestik maupun
dari dunia internasional, tidak hanya AS akan tetapi semua negara di dunia akan selalu
berusaha mempertahankan kedaulatan negaranya. Peristiwa 9/11 yang menyerang wilayah
Amerika Serikat yaitu serangan ke gedung World Trade Center (WTC) dan Pentagon memaksa
pemerintah Amerika Serikat mengambil sikap tegas untuk merespon serangan terhadap wilayah
dan warga Amerika Serikat dari para teroris.[ CITATION Nol12 \l 1057 ] Pasca serangan
tersebut pemerintah Amerika Serikat kemudian mengeluarkan beberapa strategi. Dalam strategi
tersebut terdapat satu kebijakan Amerika Serikat untuk memerangi terorisme baik dalam skala
domestik maupun internasional. Berselang beberapa bulan Amerika Serikat kemudian secara
khusus mebuat kebijakan untuk menangani terorisme. Kebijakan tersebut yang kemudian lebih
dikenal dengan War On Terror yang dijadikan landasan Amerika Serikat dalam memerangi
terorisme internasional.
II. Perspektif Analitis Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat

Sumber dari Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat

Gambar kerangka analisis diatas adalah untuk menjelaskan dan menganalisa sumber dari
kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Seperti yang bisa kita lihat pada kerangka analisis yang
dibuat oleh Eugene di diatas yang merupakan adaptasi dari analisis kerangka kerja pertama dari
ahli politik yakni James N. Rosenau. Kerangka analisis tersebut menjukkan bagaimana sumbersumber yang ada mempengaruhi dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri Amerika.
Gambar di atas menggambarkan corong teorits yang menunjukkan bagaimana lima sumber

kolektif membentuk apa yang dilakukan Amerika Serikat di luar negeri. Gambar tersebut
menjelaskan input dalam pengambilan kebijakan luar negeri yakni eksternal, sosial, pemerintah,
peran dan individu yang membentuk sebuah kerangka analisis. Dalam proses pembuatan
kebijakan luar negeri sangatlah komplex, karena banyaknya parstisipan yang ikut terlibat.
Berikut adalah sumber-sumber dalam pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat :


Sumber Eksternal
Kategori sumber internasional ini mengacu pada atribut dari sistem internasional dan
karakteristik serta perilaku dari negara dan aktor non negara dalam mempengaruhi
kebijakan luar negeri Amerika. Aktor non negara ini dapat berupa I-NGO maupun MNC.
Sumber ekternal ini dapat berupa permasalahan yang terjadi di dunia internsional atau
tindakan dari aktor-aktor internasional yang mempengaruhi proses pembuatan kebijakan
Amerika, contohnya adalah seperti yang saat ini terjadi di Semenanjung Korea, dimana
saat ini Kore Utara sedang bersiaga dan siap meluncurkan nuklirnya ini ke Amerika dan
Korsel, hal ini tentu sangat mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika. Dimana
Amerika langsung bergerak cepat dengan mengirimkan pasukan militernya di Korsel dan
menjadikan Korea Utara sebagai coomon enemy bagi Amerika dan sekutunya.



Societal Source
Kategori societal source terdiri dari karakteristik social domestic dan system politik yang
membentuk orientasi menuju dunia. Hal ini menjadi penting jika mengingat kembali
bahwa politik luar negeri merupakan perpanjangan tangan dari kepentingan nasional
yang ingin dicapai oleh suatu negara. Sedikitnya, terdapat dua variabel domestik yang
mempengaruhi pembuatan kebijakan luar negeri suatu negara, yakni opini publik dan
politik dalam negeri negara itu sendiri. Di mana kedua variabel ini dijelaskan oleh
Robinson yang lebih banyak mengangakat opini publik dan peran media serta artikel
Fearon yang membahas mengenai politik domestik. Sebagai contoh dimana opini
masyarakat Amerika Serikat dapat mempengaruhi kebijakan AS dalam keterkaitannya
dengan Perang Vietnam dan Perang Iraq. Kedua perang ini menimbulkan kritik dari
masyarakat AS sendiri yang kemudian kritik ini membawa pemerintah AS untuk
mengakhiri perang tersebut.



Governmental Sources
Sumber-sumber dari pemerintahan merupakan aspek-aspek dari struktur pemerintah yang
membatasi atau menambah suara-suara dalam pembuatan kebijakan luar negeri Amerika



Role Sources
Sumber-sumber peran merupakan hal yang penting karena pembuat keputusan
dipengaruhi oleh tingkah laku social dan norma-norma yang legal dalam peran yang
dipegang oleh seseorang. Posisi pembuat keputusan memegang tingkah laku mereka dan
masukan bagi kebijakan luar negeri.



Individual Sources
Sumber-sumber individu merupakan karakteristik seseorang yang mempengaruhi tingkah
laku dan pembuatan kebijakan luar negeri. Seperti karakteristik seorang presiden yang
berpengaruh terhadap tingkah laku politik luar negerinya.

Beragam Sumber Dari Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sejarah dan bagaimana kebijakan luar
negeri Amerika Serikat, bagaimana pula pengambil keputusan di suatu negara menghadapi

berbagai macam masalah yang kemudian mempengaruhi pembentukkan kebijakan luar negeri.
Maka kita dapat menganalisanya melalui multicausal perspective. Disini kita dapat
melakukannya dengan menggunakan strategi counterfactual reasoning atau bisa dibilang
sebagai strategi dimana kita menggunakan berbagai macam pertanyaan yang secara efektif dapat
menemukan variabel utama yang kemudian mengantarkan kita untuk berspekulasi mengenai apa
yang terjadi. Dengan strategi ini contohnya dapat menjawab dominasi kebijakan luar negeri
Amerika Serikat di era perang dingin yaitu politik pembendungan terhadap Uni Soviet. Kenapa
hal tersebut dapat berlangsung dalam kurun waktu yang lama? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut kita dapat menganalisanya melalui beberapa level analisis yaitu pertama adalah level
sistem internasional dimana hadirnya senjata nuklir dan ketakutan akan serangan nuklir dari Uni
Soviet membuat status quo dalam kebijakan Amerika Serikat yang dibentuk untuk mengatasi
ketakutan tersebut. Pertanyaan yang muncul di level ini contohnya apakah tindakan Amerika
Serikat di era perang dingin ini dapat berbeda jika keadaan dunia internasional pun berbeda?
Di level kedua yaitu level negara atau pemerintah, pertanyaan yang akan muncul dapat
berupa akankah kebijakan luar negeri Amerika Serikat akan terus berganti secara cepat jika saja
dalam pembentukkannya kebijakan luar negeri tidak didominasi presiden dan anggota legislatif
jika sebaliknya adanya keseimbangan diantara eksekutif dan legislatif berdasarkan konstitusi
1960an. Level ketiga adalah individu, dimana individu disini memiliki power, entah itu
presidennya, senator,atau menteri luar negerinya. Contoh pertanyaan yaitu akankah landasan
kebijakan Amerika Serikat paska perang akan menjadi sangat anti komunis jika saja Franklin D.
Roosevelt masih berkuasa dalam periode keempatnya? Atau jika kita relasikan dengan misalnya
John Kerry memenangkan pemilihan presiden tahun 2004 dan menggantikan Bush, apakah
beliau akan bisa merubah opini dunia terkait perang di Irak dengan meyakinkan aliansi Amerika
Serikat untuk turut serta dalam perang di Irak?. Sejatinya counterfactual historiography ini
berbasis pada premis “what if”. Sayangnya premis seperti ini biasanya jarang memberikan
jawaban yang jelas. Namun premis ini tidak sepenuhnya salah karena hal ini justru memancing
sikap aware kita dalam menemukan sebab-akibat dalam masalah sehingga kita dapat
memikirkan beberapa kemungkinan dan pengaruhnya. Hal ini juga dapat menjawab mengapa
Amerika Serikat dapat bertindak seperti itu dalam hubungannya dengan kebijakan luar
negerinya.
Looking ahead
Kebijakan luar negeri Amerika Serikat mengalami banyak perubahan dan diselesaikan
tantangan serta kesempatan baik didalam maupun diluar. Nilai kebebasan, demokrasi,
perdamaian dan kemakmuran yang menghidupan kebijakan luar negeri Amerika Serikat tidak
selalu dihasilkan dari tujuan dan taktik yang sama dalam menyelesaikan perubahan situasi.
Namun komponen tersebut memiliki ketahanan dalam berkontribusi secara konsisten dalam
waktu lama dala kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
Multiple sources dari kebijakan luar negeri mendesak ruang gerak pembuat keputusan.
Mereka memimpin explorasi dari kebijakan luar negeri secara tekun dan berkelanjuatan dalam
menurunkan order “spatial magnitude” melalui bebrapa kategori yaitu external environment,
menguji societal sources, mengatur pembuatan kebijakan kemudian kembali fokus pada peran
sumberdaya dan yang terakhir adalah penjelasan hasi kebijakan luar negeri. Dimasa yang akan
datang akan nada penyelidikan tentang interrelationships antara sumberdaya dan kebijakan luar
negeri Amerika Serikat yang memberikan dampak dalam pada era yang baru.

III. Kesimpulan

Dalam menyikapi dinamika politik yang berkembang baik di kancah domestik maupun
dari dunia internasional, tidak hanya AS akan tetapi semua negara di dunia akan selalu
berusaha mempertahankan kedaulatan negaranya. Peristiwa 9/11 yang menyerang wilayah
Amerika Serikat yaitu serangan ke gedung World Trade Center (WTC) dan Pentagon memaksa
pemerintah Amerika Serikat mengambil sikap tegas untuk merespon serangan terhadap wilay ah
dan warga Amerika Serikat dari para teroris.[ CITATION Nol12 \l 1057 ] Pasca serangan
tersebut pemerintah Amerika Serikat kemudian mengeluarkan beberapa strategi. Dalam strategi
tersebut terdapat satu kebijakan Amerika Serikat untuk memerangi terorisme baik dalam skala
domestik maupun internasional. Berselang beberapa bulan Amerika Serikat kemudian secara
khusus mebuat kebijakan untuk menangani terorisme. Kebijakan tersebut yang kemudian lebih
dikenal dengan War On Terror yang dijadikan landasan Amerika Serikat dalam memerangi
terorisme internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Art, R. J. (2003). http://books.google.co.id/books?
id=cJDJ0iL_da0C&pg=PA122&lpg=PA122&dq=selective+engagement+strategy+adalah&source=
bl&ots=LfDTicoR2Q&sig=6KvZnqLHIBvOAilK8vgyGLix-o8&redir_esc=y. Dipetik April 30, 2013
David M. Malone, Y. F. (2003). Unilateralism and U.S. Foreign Policy: International Perspectives.
Boulder: Lynne Rienner.
EUGENE R. WITTKOPF, C. M. (2008). American Foreign Policy Pattern and Process, Seventh
Edition. Belmont: Michael Rosenberg.
Eugene R. Wittkopf; Christopher M. Jones;Charles W. Kegley, Jr.,. (2003). American Foreign
Policy Pattern and Process. Belmont: Thomson Wadsworth.
Iran Indonesian Radio. (2012 , Oktober). Dipetik May 1, 2013, dari IRIB world service:
http://indonesian.irib.ir/telisik/-/asset_publisher/k0Z8/content/id/5212182
Rachmat. (2012, April 5). Dipetik April 30, 2013, dari
httprachmat.staff.ugm.ac.idkuliahPLNASbushdoctrine.pdf
Redd, N. T. (2012, September 06). livescience. Dipetik April 1, 2013, dari
http://www.livescience.com/22994-world-trade-center.html