ISLAM DI ANDALUSIA DAN PENGARUHNYA TERHA

ISLAM DI ANDALUSIA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISSANCE
DI EROPA

MAKALAH
Dibuat Dalam Rangka Memenuhi tugas Mata Kuliah
Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
Yang Diampu Oleh : Prof. Dr. Muslich Sabir, M.A
Oleh :
Akhlis Nur Fu’adi
NIM : 1400018019

PROGRAM MAGISTER STUDI ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.


Latar Belakang Masalah
Andalusia, pernah bertorehkan tinta emas, puncak dari peradaban
yang bernafaskan nilai-nilai Islam. Daratan Andalusia menjadi saksi selama
kurang lebih delapan abad Islam membangun sebentuk kehidupan masyarakat
yang mengagumkan, pada masa tersebut Islam pernah mengalami masa
kejayaan. Kejayaan Islam ini diperlihatkan dengan berbagai kemajuankemajuan dalam banyak bidang seperti bidang ilmu pengetahuan, politik,
ekonomi, teknologi dan masih banyak yang lainnya.
Andalusia (Spanyol Islam) adalah negeri yang subur, Kesuburan itu
mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak
menghasilkan pemikir. Spanyol merupakan tempat paling utama dan
jembatan emas bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam dan hasil-hasil
kebudayaan Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial,
perekonomian, maupun peradaban antar negara. Orang-orang Eropa
menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada dibawah kekuasaan Islam
jauh meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang
pemikiran dan sains. Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini
banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahan Islam yang
berkembang di periode klasik.
Berbagai peristiwa dalam sejarah telah menunjukkan peranan dan
kontribusi peradaban Islam untuk kemajuan peradaban dunia, khususnya

dunia Eropa yang sebelumnya berada dalam kegelapan di bawah kungkungan
gereja. Hal ini dapat dilihat dari masuknya Islam ke Spanyol yang merupakan
bagian dari Benua Eropa. Kehadiran Islam di Spanyol telah membawa Eropa
mencapai renaissaince.
Dalam makalah ini, akan kami bahas mengenai, bagaimana proses
masuk dan berkembangnya Islam di Andalusia, kemajuan apa saja yang telah
dicapai umat Islam di Andalusia, bagaimana pengaruh peradaban Islam di
Andalusia terhadap Renaissance di Eropa?
BAB II
PEMBAHASAN

17/10/2014

1

1.

Masuknya Islam di Andalusia
Andalusia terletak di Benua Eropa Barat Daya, dengan batas-batas di
Timur dan Tenggara adalah Laut Tengah, di Selatan Benua Afrika yang

terhalang oleh selat Gibraltar, di Barat Samudra Atlantik dan di Utara oleh
Teluk Biscy. Jazirah ini dulu bernama Iberia (kurang lebih 93% wilayah
Spanyol, sisanya Portugal). Spanyol diduduki umat Islam pada masa Khalifah
Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus, dimana sebelumnya umat Islam telah menguasai
Afrika Utara dan menjadikannya salah satu Propinsi dari Dinasti Bani
Umayyah. Pada masa Al-Walid itu, beliau mengangkat Musa Ibn Nusair
sebagai gubernur di Afrika Utara.
Sebelum Andalusia dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di
kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan
Romawi, yaitu kerajaan Ghotik yang diperintah oleh seorang raja yang lalim
yaitu Raja Roderik yang memerintah dengan tangan besi. Kondisi sosial
masyarakat Andalusia menjelang penaklukan Islam sangat memprihatinkan.
Pada masa itu masyarakat terpopularisasi dalam beberapa kelas sesuai dengan
latar belakang sosialnya, sehingga ada masyarakat kelas satu, dua dan tiga.
Kelompok kelas satu yakni penguasa, terdiri atas Raja, para pangeran,
pembesar Istana, pemuka agama, dan tuan tanah besar. Kelas dua terdiri atas
tuan-tuan tanah kecil. Kelompok kelas tiga terdiri atas para budak, termasuk
budak tani yang nasibnya tergantung pada tanah, pengembala, nelayan,
pandai besi, orang yahudi, dan kaum buruh dengan imbalan makan dua kali

sehari (M. Abdul karim, 2007: 228).
Dengan adanya kasta tersebut mengakibatkan rakyat kelas dua dan tiga
sangat tertindas, mental dan perilakunya merosot. Demi mempertahankan
hidup, mereka harus mencari nafkah dengan jalan membunuh, merampas,
atau membajak. Kondisi ini menyebabkan rakyat Spanyol menderita dan
tertekan, mereka sangat merindukan datangnya kekuatan ratu adil sebagai
sebuah kekuatan yang mampu mengeluarkan mereka saat itu. Kerinduan
mereka akhirnya menemukan momentumnya ketika kedatangan Islam di
Spanyol.

17/10/2014

2

Dalam penaklukan Spanyol terdapat terdapat tiga pahlawan Islam yang
dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana, mereka
adalah Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad, dan Musa Ibn Nusair. Perluasan
kekuasaan Bani Umayyah ke Spanyol diawali dari rintisan Tharif Ibn Malik
yang berhasil menguasai ujung paling selatan Eropa. Upaya ini kemudian
dilanjutkan oleh Thariq Ibn Ziyad yang berhasil menguasai ibu kota Spanyol

Toledo. Kemudian ia juga menguasai Archidona, Elfira, dan Cordova. bahkan
Raja Roderik (Raja terakhir Visighotik) berhasil ia kalahkan pada tahun 711
M. Keberhasilan Thariq dalam melumpuhkan penguasa di Spanyol dalam
sejarah Islam dicatat sebagai acuan resmi penaklukan Spanyol oleh Islam.
Kemudian ekspansi ini dilanjutkan pada waktu yang sama oleh Musa Ibn
Nusair yang akhirnya mampu menguasai Spanyol bagian barat yang belum
pernah dilalui oleh Thariq tanpa memperoleh perlawanan yang berarti.
Keberhasilan ekspansi ini akhirnya bermuara dengan dikuasainya seluruh
wilayah Spanyol ke tangan Islam. Pada saat itu, Kekhalifahan Dinasti
Umayyah pada masa Khalifah Al-Walid hanya menjadikan daerah Spanyol
sebagai sebuah keamiran saja, Ia menunjuk Musa Ibn Nusair sebagai Amir di
sana (Samsul Nizar, 2011: 77).
2.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Andalusia
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak begitu
mudah. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor ekstern dan
intern yang sangat menguntungkan.
Faktor ekstern, suatu kondisi yang terdapat di dalam Negeri Andalusia
sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi

sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang
menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi ke
dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap
tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran
Monofisit. Apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama
Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa
dibaptis menurut agama Kristen. Sedangkan yang tidak bersedia disiksa dan
dibunuh secara brutal.

17/10/2014

3

Faktor intern, suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa.
Beberapa tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh
yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Mereka pun
cakap, berani dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tidak kalah
pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan oleh tentara Islam, yaitu
toleransi, persaudaraan, dan tolong-menolong. Sikap toleransi agama dan

persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin menyebabkan
penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di wilayah tersebut (Syamsul
Munir. A, 2010: 166-168).
3.

Perkembangan Islam di Andalusia
Sejak pertama kali Islam menginjakkan kaki di daerah Spanyol hingga
masa jatuhnya, Islam memiliki peranan yang sangat penting dan besar dalam
perkembangan peradaban Islam di sana. Islam di Spanyol berjaya dan
berkuasa selama kurang lebih delapan abad dan itu merupakan waktu yang
sangat lama untuk mengembangkan Islam. Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah
panjang Islam di Spanyol dapat dibagi menjadi beberapa periode :
1) Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Andalusia berada di bawah pemerintahan para
wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus. Pada periode ini Andalusia secara politis belum stabil,
gangguan keamanan masih banyak terjadi dibeberapa wilayah, hal ini
ditandai dengan masih adanya ancaman musuh Islam dari penguasa
setempat. Periode ini adalah periode peletakan dasar, asas dan tujuan
ekspansi Islam di Andalusia.

2) Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Andalusia berada di bawah pemerintahan yang
bergelar Amir tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang
ketika itu dipegang oleh Dinasti Abbasyiyah yang berpusat di Baghdad.
Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol Tahun 138
H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil. Dia adalah keturunan Bani
Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas, ketika Bani Abbas

17/10/2014

4

berhasil menaklukan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia
berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasapenguasa Dinasti Umayyah pada masa ini adalah : Abd Al Rahman AlDakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd Rahman Al-Ausath, Muhammad Ibn
Abd Al-Rahman, Munzir Ibn Muhammad dan Abdullah Ibn Muhammad
(Badri Yatim, 2014: 95).
Al-Dakhil dapat dikatakan sebagai Founding Father Daulah
Umayyah di Andalusia. Kemajuan yang dicapai pada periode ini, baik
dalam bidang politik maupun peradaban, antara lain: Abd Al-Rahman AlDakhil, mendirikan Masjid Cordoba dan sekolah-sekolah di kota besar
Spanyol. Hisyam, dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam.

Hakam, dikenal sebagai pembaharu dibidang kemiliteran. Sedangkan
Abd Rahman Al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
Pemikiran filsafat mulai masuk pada periode ini, ia mengundang para
ahli dari dunia Islam lainnya sehinga kegiatan ilmu pengetahuan di
Spanyol mulai semarak.
3) Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd Al-Rahman
III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “Raja-Raja Kelompok”
yang dikenal dengan sebutan “Muluk Al-Thawaif”. Pada periode ini,
Andalusia diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan
gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada
Abdurrahman III bahwa Al-Muktadir khalifah daulat Bani Abbas di
Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya Sendiri. Menurut
penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan
Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat, saat ini
merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang
telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih.
Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah
besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abd AlRahman Al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II
(976-1009 M).


17/10/2014

5

Pada periode ini, umat Islam Andalusia mencapai puncak kejayaan
dan kemajuan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd
Al-Rahman An-Nasir mendirikan Universitas Cordoba, perpustakaannya
memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga juga seorang kolektor
buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat
menikmati kesejahteraan dan kemakmuran, pembangunan kota
berlangsung cepat (Badri Yatim, 2014: 96-97).
4) Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini Spanyol terpecah lebih dari tiga puluh negara
kecil di bawah perintah raja-raja golongan atau “Al-Mulukuth Thawaif”,
yang berpusat di suatu kota, seperti Sevilla, Cordoba, Toledo, dan
sebagainya. Pada periode ini umat Islam di Spanyol mengalami
pertikaian internal (Abuddin Nata, 2010: 262).
Ironisnya, kalau terjadi perang saudara diantara pihak-pihak yang
bertikai itu ada yang meminta bantuan kepada Raja-Raja Kristen. Untuk

pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil
inisiatif penyerangan.
5) Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini meskipun Spanyol Islam masih terpecah dalam
beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yaitu
kekuasaan Dinasti Murabithun dan Dinasti Muwahhidun :
a.

Dinasti Murabithun (1086-1143 M)
Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan
agama yang didirikan oleh Yusuf Ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada
tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat
di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa
Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan
mempertahankan negerinya dari serangan orang-orang Kristen. Ia
dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil
mengalahkan Castillia. Karena perpecahan dikalangan raja-raja
muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan
ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah Ibn

17/10/2014

6

Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M kekuasaan
Dinasti Murabithun berakhir baik di Afrika utara maupun di Spanyol
dan digantikan oleh Dinasti Muwahhidun.
b. Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M)
Dinasti ini berpusat di Afrika Utara yang didirikan oleh
Muhammad Ibn Tumart. Pada masa ini telah berdiri kerajaan kecil
yang kuat yaitu di Negeri Balansia (Valensia) dan Marsiah (Marcia).
Dinasti ini datang ke Andalusia di bawah pimpinan Abd Al-Mun’im.
Dinasti ini mengalami banyak kemajuan dimana kota-kota penting
yakni Cordoba, Almeria, dan Granada jatuh di bawah kekuasaannya.
Akan tetapi, tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami
kemunduran. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh
kemenangan besar di Las Navas De Tolesa. Kekalahan yang dialami
Dinasti Muwaahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk
meninggalkan Andalusia dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M.
Dalam kondisi demikian umat Islam tidak mampu bertahan dari
serangan-serangan Kristen yang besar. Tahun 1238 M, Cordoba jatuh
ke tangan penguasa Kristen dan disusul Sevilla jatuh pada tahun
1248 M. Hampir seluruh Andalusia kecuali Granada lepas dari
kekuasaan Islam.
6) Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, umat Islam hanya berkuasa di daerah Granada di
bawah Dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban Islam kembali
mengalami kemajuan seperti pada zaman Abd Al-Rahman An-Nasir.
Akan tetapi, secara politik Dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang
kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol
ini juga berakhir, karena perselisihan kalangan istana dalam perebutan
kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada
ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai pengantinya
menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan.
Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh
Muhammad Ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada

17/10/2014

7

Ferdenan dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini
dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta
(Ahmad Syalabi, 1979: 78).
Kerjasama Abu Abdullah Muhammad dengan dua penguasa
Kristen tersebut, sebagai awal berakhirnya kekuasaan Islam di Andalusia.
Tentu saja, Ferdenan dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan
besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya
ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Andalusia. Abu Abdullah
tidak mampu menahan serangan orang Kristen tersebut dan pada
akhirnya Abu Abdullah mengaku kalah. Abu Abdullah Muhammad
menyerahkan kekuasaannya kepada Ferdenan dan Isabella dan
kemuadian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian, berakhirlah
kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu
dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan
Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam
di daerah ini (Harun Nasution, 1985: 82).
4.

Kemajuan dibidang Peradaban dan Ilmu Pengetahuan
Islam di andalusia telah mencatat satu lembaran peradaban dan
kebudayaan yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan
sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab
ke Eropa. Berdasarkan literatur-literatur yang membahas sejarah peradaban
Islam, secara garis besar kemajuan-kemajuan yang dicapai umat Islam di
Andalusia baik di bidang peradaban dan ilmu pengetahuan adalah sebagai
berikut :

a.

Kemegahan Pembangunan Fisik
1. Kordoba
Kordoba adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang
kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. ketika Ad-Dakhil
berkuasa, Cordoba menjadi ibu kota negara. Ia membangun kembali
kota ini dan memperindahnya, serta membangun benteng di

17/10/2014

8

sekeliling kota dan istananya. Supaya kota ini mendapatkan air
bersih digalinya danau yang airnya didatangkan dari pegunungan.
Air danau itu selain dialirkan melalui pipa ke istana dan rumahrumah penduduk juga dialirkan melalui parit-parit ke kolam-kolam
dan lahan-lahan pertanian.
Zaidan (t.t) berpendirian bahwa, penduduk Cordoba (termasuk
daerah pinggiran) pada masa Al-Manshur Ibn Abi Amir kira-kira dua
juta orang, bangunannya berjumlah 124.503 buah, terdiri dari
113.000 rumah penduduk, 430 buah istana, 6.300 rumah pegawai
negeri, 3.873 buah masjid dan 900 buah pemandian umum
(sebagaimana dikutip oleh Maman A. Malik Sya’roni, 2004: 86).
Seluruh jalan di Cordoba pada waktu itu sudah diperkeras dengan
batu dan diterangi lampu pada waktu malam. Bandingkan dengan
London yang 700 tahun kemudian hampir belum ada sebuah lentera
pun yang menerangi jalan di sana.
Diantara kebanggan kota Cordoba lainnya adalah
a. Al-Qashr Al-Kabir, kota satelit yang di dalamnya terdapat
b.

gedung-gedung istana megah.
Rushafat, istana yang dikelilingi oleh taman yang di sebelah

c.

barat laut Cordoba.
Masjid Jami’ Cordoba, dibangun tahun 170 H/786 M yang
hingga kini masih tegak.

d.

Al-Zahra, kota satelit di bukit pegunungan Sierra Monera pada
tahun 325 H/936 M. Kota ini dilengkapi dengan masjid tanpa
atap (kecuali mihrabnya) dan air mengalir di tengah masjid,
danau kecil yang berisi ikan-ikan yang indah, taman hewan
(margasatwa), pabrik senjata, dan pabrik perhiasan (Jaih
Mubarok, 2004: 71).

2.

Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di
spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan arab dan pemikir
Islam. Posisi Cordoba diambil alih oleh Granada dimasa-masa akhir
kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya
terkenal diseluruh Eropa. Istana Al-Hamra yang indah nan megah

17/10/2014

9

adlaha pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana
itu dikeliling taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang
kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan
kota dan istana Al-Zahra, istana Al-Gazar, menara Girilda, dan lainlain (Badri Yatim, 2014:105).
b. Kemajuan Intelektual
Penaklukan Islam atas Andalusia memberikan dampak positif yang
luar biasa, Andalusia dijadikan tempat ideal dan pusat pengembangan
ilmu pengetahuan.
1.

Bidang Filsafat
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol
adalah Abu Bakr Muhammad Ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal
dengan Ibn Bajjah, di lahirkan di Saragosa ia pindah ke Sevilla dan
Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam
usia yang masih muda. Seperti Al-Farabi dan Ibn Sina di timur,
masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis.
Magnum opusnya adalah Tadbir Al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr Ibn Tufail, penduduk asli
Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat
dalam usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah
kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal
adalah Hay Ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke 12 M menjadi saksi munculnya seorang
pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam
Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordoba. lahir tahun 1126 M dan
meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam
menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam
menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat
dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah Al-Mujtahid
(Badri Yatim, 2014: 101-102).

2.

Bidang Sains

17/10/2014
10

Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia
dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas Ibn Farnas
termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah orang
pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu (A. Syalabi,
1979: 86)
Ibrahim Ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi.
Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong
modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintangbintang. Ahmad Ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang
obat-obatan. Umm Al-Hasan Bint Abi Ja’far dan saudara perempuan
Al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita
(Nata, 2010: 267-268).
Dalam bidang sejarah dan geografi, Ibn Jubair dari Valencia
(1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim di Mediterania
dan Sicilia. Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai
Samudera Pasai dan China. Ibn Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun
riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus
Filsafat Sejarah (Yatim, 2014: 102).
3.

Bidang Fiqih
Spanyol Islam dikenal menganut Madzhab Maliki, adalah Ziyad
Ibn Abd Al-Rahman orang yang memperkenalkan madzhab ini di
sana. Perkembangan selanjutnya dilanjutkan Ibn Yahya yang sempat
menjadi qadhi pada masa Hisyam Ibn Abd Rahman. Ahli fiqih
lainnya diantaranya adalah Abu Bakr Ibn Al-Quthiyah, Munzir Ibn
Sa’id Al-Baluthi, dan Ibn Hazm.

4.

Bidang Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai
kecemerlangannya dengan tokohnya Al-Hasan Ibn Nafi’ yang
dijuluki Zarzab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan,
Zarzab selalu tampil menunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal
sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada
17/10/2014

11

anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budakbudak sehingga kemasyhuran tersebut tersebar luas (A. Syalabi,
1979: 88).
5.

Bidang Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam
pemerintahan Islam di Spanyol. Bahkan, penduduk asli Spanyol
menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli
dan mahir dalam bahasa arab. Baik ketrampilan berbicara maupun
tata bahasa. Mereka itu antara lain, Ibn Sayyidih, Ibn Malik
pengarang kitab Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili,
Abu Al Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Gharnati (Yatim, 2014:
103).

c.

Faktor-Fakor Pendukung Kemajuan peradaban
1. Dukungan dari para penguasa. Kemajuan Spanyol Islam sangat
ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan
berwibawa serta mencintai ilmu pengetahuan, juga memberikan
dukungan dan penghargaan terhadap para ilmuwan dan
2.

cendekiawan.
Adanya beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota di
Spanyol yang sangat terkenal (Universitas Cordova, Sevilla, Malaga
dan Granada) serta di bangunnya perpustakaan yang mempunyai

3.

koleksi buku-buku yang begitu banyak.
Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung timur sampai ujung
barat wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan bermacam
gagasan. Ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah
dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan

4.

budaya (Majid Fakhri, 1986: 356).
Adanya persaingan antara Abbasiyah di Baghdad dan Bani Umayyah
di Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban.
Kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya
Universitas Cordova yang menyaingi Universitas Nizhamiyah di
Baghdad yang merupakan persaingan positif tidak selalu dalam
bentuk peperangan.
17/10/2014

12

5.

Al-Badi’ (1969) sebagaimana dikutip Yatim (2014: 106-107)
berpendirian bahwa, Perpecahan politik pada masa Muluk AtThawaif dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban.
Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan,
kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap Dinasti di Malaga,
Toledo, Sevilla, Granada dan lain-lain berusaha menyaingi Cordoba.
Kalau sebelumnya Cordoba merupakan satu-satunya pusat ilmu dan
peradaban Islam di Spanyol, Muluk At-Thawaif berhasil mendirikan
pusat-pusat peradaban baru yang diantaranya justru lebih maju.

d. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Peradaban Islam di
Andalusia
Kedigdayaan Islam di Andalusia hanya mampu bertahan kurang
dari delapan abad saja, kalau dihitung memang waktu yang cukup
panjang dan terjadinya beberapa kali pergantian dinasti. Namun pada
akhirnya datang juga masa yang ditakuti yaitu masa-masa kehancuran,
yang sampai hari ini umat Islam masih belum bisa bangkit dari
keterpurukan itu.
Diantar penyebab luluhnya peradaban Islam di Andalusia adalah:
1.

Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara
sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan menagih upeti dari
kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka
mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki
tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata (Yatim, 2014: 107)
Keadaan seperti ini dapat diprediksi, bahwa kelengahan umat
Islam termasuk toleransi dan wewenang yang diberikan kepada umat
Kristen dapat dimanfaatkan untuk mencari kelemahan umat Islam
saat mereka lengah.

2.

Tidak adanya ideologi pemersatu
Istilah Ibad dan Muwalladun, suatu ungkapan yang dinilai
merendahkan. Hal ini terjadi hingga abad ke 10 M atas perlakuan
penguasa muslim sebagaimana politik yang dijalankan Bani
17/10/2014

13

Umayyah terhadap penduduk pribumi yang muallaf, mereka
diperlakukan tidak sama seperti tempat-tempat daerah taklukan
Islam lainnya.
Kelompok etnis non Arab terutama etnis Salvia dan Barbar,
sering menggerogoti dan merusak perdamaian.
3.

Krisis ekonomi
Diparuh kedua masa Islam di Andalusia, para penguasa lebih
memperhatikan membangun kota dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan lupa menata perekonomia, sehingga melemahkan
ekonomi negara dan kekuatan militer secara politik.

4.

Peralihan kekuasaan yang tidak jelas
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris.
Bahkan, karena inilah Bani Umayyah di Andalusia runtuh dan
Muluk At-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat
kekuasaan Islam terakhir di Andalusia jatuh ke tangan Ferdinand dan
Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.

5.

Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain.
Pemerintah Spanyol jauh dari daerah Islam lain mengakibatkan
jauhnya jauhnya dukungan dari daerah lain kecuali dari Afrika Utara
yang dibatasi oleh laut, sementara daerah sekitarnya adalah daerah
yang dikuassai kaum Nasrani yang selalu iri dan merasa direndahkan
oleh etnis Arab. Maka Islam Spanyol, selalu berjuang sendirian tanpa
mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak
adanya kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan
Kristen di sana (Yatim, 2014: 108).

5.

Pengaruh Peradaban Andalusia terhadap Renaissance di Eropa
Selama berabad-abad Barat dikuasai doktrin gereja yang cenderung
menolak kajian ilmu pengetahuan dan budaya berfikir atau filsafat yang
pernah berkembang pada masa sebelumnya di Yunani. Sementara itu, ketika
dunia Barat berada pada masa kegelapan, terutama dibidang ilmu
17/10/2014
14

pengetahuan akibat dari doktrin gereja, dunia Islam sibuk melakukan
pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sehingga
melahirkan peradaban yang bernilai tinggi.
Kondisi ini yang menyebabkan banyak para ilmuwan Eropa yang haus
akan ilmu pengetahuan, keluar dari negaranya. Perkenalan mereka dengan
dunia Islam menyebabkan mereka kagum dengan kebijaksanaan pemerintah
dan semangat umat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Ketertarikan
itu menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka untuk lebih mengetahui dan
sekaligus menggali khazanah keilmuwan dunia Islam. Mereka berupaya
untuk mentransfer ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia Islam ke
Eropa, dengan jalan menterjemahkan sejumlah buku-buku. Pentransferan
ilmu yang dimaksud juga mereka lakukan dengan mengirim sejumlah
mahasiswa mereka untuk belajar di dunia Islam. Salah satu tempat yang
mereka tuju adalah Spanyol Islam (Nizar, 2011:90).
Pengaruh ilmu pengetahuan dan peradaban Islam di Eropa yang
berlangsung abad 12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali
(renaissance) pusaka Yunani di Eropa abad ke 14 M. berkembangnya
pemikiran Yunani di Eropa ini melalui terjemahan-terjemahan Arab yang
dipelajari dan diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Yang terpenting
diantaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). Ibn Rusyd
melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan perfikir. Ia
mengulas peikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang
yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian
Islam terhadap Pantheisme dan Anthropomorphisme Kristen. Demikian besar
pengaruhnya di Eropa hingga Eropa timbul gerakan Averroeisme yang
menuntut kebebasan berpikir.
Pengaruh peradaban Islam, termasuk didalamnya pemikiran Ibn Rusyd
ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar
di Universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordoba, Sevilla,
Malaga, Granada, Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif
menerjemahkan buku karya ilmuwan muslim. Pusat penterjemahan itu adalah
Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan
universitas yang sama. Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris
17/10/2014
15

yang didirikan pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn
Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas.
Di dalam universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari Universitas Islam
diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, ilmu filsafat. Pemikiran filsafat
yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn
Rusyd (Zainal Abidin Ahmad, 1975: 148-149).
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang
kejam, tetapi ia telah membina gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakangerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik
(Renaissance) pada abad ke 14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi
pada abad ke 16 M, Rasionalisme pada abad ke 17 M, dan pencerahan
(Aufklaerung) pada abad ke 18 M (Yatim, 2014: 110).

BAB III
PENUTUP
1.

Kesimpulan
Selama berabad-abad, ketika kemakmuran dan kesejahteraan menjadi
bagian yang seolah tak terpisahkan dari kehidupan duniawi kaum Muslimin,
maka mulailah penyakit hawa nafsu duniawi menggerogoti para
pemimpinnya. Kesalehan dan ketaqwaan berganti dengan kefoya-foyaan,
keadilan berganti dengan keserakahan, begitulah seterusnya. Sampai pada
gilirannya, sesama pemimpin kaum Muslimin saling bersaing dan menyerang
guna memperkuat posisi dan pasokan nikmat-nikmat duniawi. Bani Umayyah
II tumbang digerus oleh Dinasti Murabitun, Dinasti Murabitun pada
gilirannya tumbang oleh Dinasti Muwahhidun, dan bercerai-berai para
pemimpin dalam kerajaan-kerajaan kecil disana. Saling bersaing diantara
mereka, tak segan kemudian musuh pun diajak serta untuk menghantam pihak
yang semestinya menjadi saudara. Begitulah, sebagian kerajaan Islam itu
17/10/2014
16

meminta bantuan kerajaan Katolik di Utara, kerajaan Katolik di Perancis
untuk menghantam sesama kerajaan Islam.
Runtuhnya Andalusia menjadi pelajaran penting, bahwa kekuasaan
sehebat apapun, jika ia terjerumus dalam gemerlap kemewahan dunia yang
melalaikan, akan berakhir dengan keruntuhan. Jika selama kurang dari 800
tahun lamanya kekuasaan Islam di Andalusia bisa runtuh dan beralih menjadi
imperium Kristen, maka bagaimana dengan negara kita Indonesia?
Demikianlah makalah kami selesaikan, dengan penuh keterbatasan dan
kekurangan. Kami menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, Kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah-makalah kami
selanjutnya. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi khazanah
ilmu pengetahuan.

2.

Daftar Pustaka
Yatim, Badri, 2014, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Karim, M. Abdul, 2007, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
Nizar, Samsul, 2011, Sejarah Pendidikan Islam (Menelusuri Jejak Sejarah
Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia), Jakarta:
Kencana
Nata, Abuddin, 2010, Sejarah Pendidikan Islam, Pada Periode Klasik dan
Pertengahan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Syalabi, Ahmad, 1979, Mausu’ah Al-Tarikh Al-Islami Wa Al-Hadharah AlIslamiyah, Jilid 4, Kairo: Maktabah Al Nahdhah Al-Mishriyah
Nasution, Harun, 1985, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I,
Jakarta: UI Press, Cetakan Kelima
Sodiqin, Ali Dkk, 2004, Sejarah Peradaban Islam, Dari Masa Klasik Hingga
Modern, Yogyakarta: LESFI
Mubarok, Jaih, 2004, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani
Quraisy
Fakhri, Majid, 1986, Sejarah Filsafat Islam (Terjemahan), Mulyadi
Kartanegara, Jakarta: Pustaka Jaya
Ahmad, Zaenal Abidin, 1975, Riwayat Hidup Ibn Rusyd, Jakarta: Bulan
Bintang
Amin, Samsul Munir, 2010, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah

17/10/2014
17