PENYAKIT HATI DAN PENYAKIT MORAL
PENYAKIT HATI DAN PENYAKIT MORAL
I. PENDAHULUAN
Di era sekarang ini kemajuan teknologi dan informasi sangat berkembang
dengan cepat. Namun, teknologi dan informasi yang berkembang tidak selamanya
memberikan dampak yang baik, melainkan semakin merosotnya keimanan
seseorang. Faktanya yang sering kita jumpai adalah banyaknya penyelewengan
moral.
Moral erat kaitannya dengan hati. Jika hati seseorang baik maka baiklah pula
seluruh tingkah lakunya. Penyakit-penyakit hati dan penyakit moral ini lebih
mengganggu dan lebih berbahaya, lebih parah dan lebih buruk daripada penyakitpenyakit tubuh ditinjau dan berbagai segi dan arah. Yang paling merugikan dan
paling besar bahayanya ialah karena penyakit hati mendatangkan mudarat atas
seseorang dalam agamanya, yaitu modal kebahagiaannya di dunia dan di akhirat;
dan bermudarat bagi akhiratnya, yaitu tempat kediaman yang baqa, kekal, dan
abadi. Adapun penyakit tubuh tidaklah mendatangkan mudarat atas seseorang
kecuali di dunianya yang fana yang lagi hina, serta tubuhnya yang menjadi
sasaran penyakit akan hancur luluh dalam waktu yang cepat.
II. PERMASALAHAN
1. Bagaimana penyakit hati dan penyakit moral?
2. Bagaimana dampak penyakit hati dan peyakit moral dalam pandangan Psikologi
Islam?
3. Bagaimana cara mengobati penyakit hati dan penyakit moral dalam perspektif
Islam?
III. PEMBAHASAN
1. Penyakit Hati dan Penyakit Moral
Istilah Qolbu memiliki dua makna: Pertama, yaitu sepotong ‘daging’
berbentuk buah sanaubar yang terletak di bagian kiri dada, di dalamnya terdapat
rongga berisi darah hitam dan di situ pula sumber atau pusat ruh. Kedua, hati
(qalb, kalbu) adalah sebuah latifah (sesuatu yang amat halus dan lembut, tidak
kasat mata tidak berupa dan tidak dapat diraba yang bersifat robbani ruhani.
Latifah tersebut sesungguhnya adalah jati diri manusia atau hakikatnya. Hati
tersebut adalah bagian (komponen) utama manusia yang berpotensi menyerap
(memiliki daya tangkap atau persepsi) yang dapat mengetahui dan mengenal, yang
ditujukan
kepadanya
segala
pembicaraan,
penilaian,
kecaman
dan
pertanggungjawaban.
Jadi, yang dinamakan Penyakit Hati adalah apabila sifat buruk yang telah
tumbuh dan menguasai hati sehingga menyebabakan seseorang memiliki sifat
yang tercela. Penyakit ini disebabkan karena terlalu mencintai dunia sehingga
menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya dan menjadi perhatian yang terbesar
bagi hidupnya, selain itu lupa akan Allah dan tidak pernah membaca Al-Qur’an. 1
[1] Contoh penyakit hati yang sering terjadi diantaranya: Riya’ dalam amal
sebagai penyakit hati adalah Riya’ dalam perbuatan yang merupakan amal akhirat
yang seharusnya untuk tujuan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan
mengagumkan-Nya, tetapi beralih menjadi motivasi duniawi. Misalnya beribadah
karena ingin mendapat pujian orang, ingin mendapat upah material atau sebagai
kedok atas pribadi sesungguhnya yang buruk.
Takabbur adalah sifat yang menyombongkan diri karena merasa dirinya
mempunyai banyak kelebihan dan menganggap orang lain mempunyai banyak
kekurangan. Sifat ini disebabkan karena menganggap dirinya memiliki kemuliaan
dunia dan memandang orang lain dengan kerendahan dan kehinaan dunia.2[2]
Adapun akibat yang ditimbulkan dari sifat ini antara lain adalah: pertama,
Allah akan menyiksa orang-orang yang memiliki sikap takabbur dengan siksaan
yang pedih dan mereka juga tidak memperoleh perlindungan dan pertolongan dari
azab dan kemurkaan Allah. Kedua, orang-orang yang sombong adalah orangorang yang mengingkari ayat-ayat atau hukum-hukum Allah dan pintu langit telah
tertutup untuk mereka serta mereka tidak akan masuk ke dalam surga. Ketiga,
1
2
orang-orang yang sombong adalah penghuni neraka, karena selalu mendustakan
ayat-ayat Allah, dan lain sebagainya.
Mudah marah atau tahawur, sifat ini akan mengkondisikan seseorang menjadi
pemarah dan bertindak sewenang-wenang, mentang-mentang ingin menegakkan
kebenaran. Penyebab penyakit tahawur, dorongan nafsu sabai’yah (nafsu serigala)
untuk mendapatkan segala yang diingkan, komunikasi tidak harmonis dengan
orang lain yang diakibatkan fitnah, guyon, kebohongan atau pelanggaran hak atas
orang lain.3[3]
Sifat Ujub muncul dari anggapan seseorang atas keagungan semua amal
shaleh yang dilakukannya. Ujub berarti perasaan dengan kebaikan, amal ibadah
yang melupakan keikhlasan.
Dengki adalah sifat tidak senang kepada orang lain jika orang tersebut
mendapatkan nikmat, kebaikan dan kedamaian dan senantiasa berupaya untuk
merebut semua kebahagian orang tersebut. Allah SWT telah mengajarkan kepada
Rasullah agar terhindar dari pendengki atau melepaskan diri dari sifat dengki
tersebut, yaitu dengan membaca surah Al-falaq dan An-naas. Alangkah mulianya
jika seseorang yang ingin terlepas dari sifat dengki dengan mengamalkan kedua
surah tersebut.4[4]
Sedangkan yang dinamakan moral atau akhlak yaitu suatu keadaan yang
melekat pada jiwa manusia yang lahir dari perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa melalui proses pemikiran pertimbangan atau penelitian, sifat berfikir atau
watak yang terjabarkan dalam bentuk: berfikir, berbicara, bertingkah laku dan
sebagainya, sebagai ekspresi jiwa.
Jadi penyakit Moral adalah serangkaian
perilaku manusia yang telah menyimpang dari koridor fitrah yang murni, bersih,
dan suci dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Dalam terminology Islam klasik, gangguan kepribadian disebut dengan
akhlak tercela (Akhlak Madzmumah) sebagai kebalikan dari akhlak yang terpuji
(akhlak mahmudah). Menurut Al-Gazali, penyakit Moral yaitu
الخلق الخبيثة امراض القلوب واسقام النفوس
3
4
“Akhlak yang buruk merupakan penyakit hati dan penyakit jiwa
Beberapa dari penyakit moral yaitu Zina, Menuduh Zina (fitnah), pencuri,
perampokan, meminum minuman keras, pemberontakan terhadap pemerintah,
semua ini telah di nash dalam al-Qur’an. Beberapa contoh dari penyakit moral
yang ada di masyarakat khususnya di Indonesia adalah sebagai berikut:
a.
Korupsi, adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan
b.
publik yang dipercayakan kepada mereka.
Pelacuran atau prostitusi, adalah penjualan jasa seksual, seperti seks oral, atau
hubungan seks, untuk mendapatkan uang. Seseorang yang menjual jasa seksual
disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah Pekerja Seks Komersial
c.
(PSK).
Minuman beralkohol, adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah
bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Mereka
yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan perilaku, misalnya ingin
berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, dan tidak mampu menilai
realitas.5[5]
Timbulnya Penyakit Hati dan Penyakit Moral pada manusia disebabkan oleh
dua faktor, yaitu:
1) Faktor Internal atau factor yang berasal dari diri manusia itu sendiri
a. Qolbu, sebagai pusat kepribadian manusia mengalami sakit, karena potensi yang
ada tidak diaktualisasikan sebagaimana fungsinya. Hati yang sakit akan
menjadikan batin orang tersebut menderita. Akan tetapi jika ada orang yang tidak
merasakan batinnya sakit, bahkan ia bangga dengan perbuatan dosanya maka
hatinya tidak hanya sakit melainkan mengalami kematian.
b. Hawa nafsu manusia, yang berupa ghadhab yang memiliki rangsangan agresif,
dan syahwat yang memiliki rangsangan seksual.
c. Orientasi dan motivasi hidup Materialisme (Cinta Dunia), sehingga tidak ada
ruang untuk mengembangkan aspek-aspek spiritual atau kerohania. Sabda Nabi:”
cinta dunia merupakan puncak dari segala kesalahan”. (HR Al-Baihaqi).
2) Faktor Eksternal, factor yang berasal dari luar individu.
5
a. Godaan Syaitan, yang membisikkan hal yang buruk pada diri manusia sehingga
manusia tidak mampu menjadi dirinya sendiri. godaan ini menimbulkan anganangan yang kosong, sehingga menimbulkan kemalasan dan bisikan jahat.
b. Makanan dan minuman yang mengandung syubhat dan haram, termasuk pakaian
dan tempat tinggal dan haram. Mengonsumsi hal-hal yang haram mengakibatkan
kemalasan dalam beribadah, banyak menganggur, mengurangi kedekatan pada
Allah, dan menyia-nyiakan waktu.6[6]
2. Dampak Penyakit Hati dan Penyakit Moral dalam Pandangan Psikologi
Islam
Penyakit Hati merupakan sebuah gejala yang menjadikan penghalang untuk
mendekatkan diri pada Allah, dalam pandangan Psikologi Islam hati harus
mempunyai filter agar mampu terhindar dari penyakit hati. Apabila hati sudah
melekat kuat terhadap kecintaan duniawi maka hawa nafsu yang mengendalikan
kehidupannya.
Meskipun telah berusaha untuk mengobatinya dan kembali pada suatu
kehidupan yang islami, akan tetapi hal itu sangat sulit dilakukan. Walaupun ia
dapat kembali pada kehidupan yang islami ia akan sulit bersikap istiqamah. Hal
tersebut dikarenakan hatinya telah keras, hitam dan lemah, sehingga tidak
tergugah hatinya mengenai peristiwa-peristiwa di sekitarnya. Keadaan demikian
menjadikan orang mempunyai hati yang sakit sehingga sulit menilai secara jujur
apapun yang ada di hadapannya, apabila terus dibiarkan akan semakin menutup
pintu hatinya, sehingga hati menjadi mati, tidak dapat membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk dan keduanya tidak memiliki nilai sama sekali.
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 7
عللى أ لبملصاغرغهمم غغلشالوةة لول لههمم
عللى لسممغعغهمم لو ل
عللى هقهلوغبغهمم لو ل
لختللم الل لهه ل
ب ل
ل
عغظيمة
علذا ة
Artinya: Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka dan
penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang Amat berat. (QS. AlBaqarah: 7).
Dengan demikian hati tidak mampu lagi menerima cahaya kebenaran, dan
tidak menganal Tuhannya. Hati seperti ini menurut Dr. Ahmad Farid dalam
6
bukunya tazkiyat an nufus, senantiasa berada dan berjalan bersama hawa
nafsunya, walaupun itu dibenci dan dimurkai Allah.
Penyakit moral merupakan sebuah tindakan yang muncul akibat dari gejolak
penyakit hati. Hal tersebut dikarenakan redupnya cahaya qalbu sehingga manusia
terjerumus ke arah perilaku yang buruk dan tercela, yang pada hakikatnya dapat
menghancurkan kehidupanya baik dunia maupun akhirat.7[7]
3. Cara-Cara Mengobati Penyakit Hati dan Penyakit Moral
Dalam Islam pengembangan kesehatan hati terintegrasi dalam pengembangan
pribadi (moral) pada umumnya. Dengan demikian dalam islam nyatalah betapa
pentingnya pengembangan pribadi untuk meraih kualitas insan yang arif. Yang
otaknya sarat dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, bersemayam dalam kalbunya
iman dan taqwa kepada Allah. Sikap dan perilakunya benar-benar merealisasikan
nilai-nilai keislaman, yang mantap dan teguh serta berwatak terpuji.
Dalam hal ini Islam memberikan alternatif-alternatif untuk mengobati penyakit
hati dan penyakit moral, sehingga menjadikan seseorang memiliki pribadi yang
berkualitas di antaranya adalah:
Pertama adalah hidup secara islami, dalam arti berusaha secara sadar untuk
mengisi kegiatan sehari-hari dengan hal-hal yang bermanfaat dan sesuai dengan
nilai-nila akidah, syari’ah dan akhlak, aturan-aturan Negara, norma-norma
kehidupan bermasyarakat dan sekaligus berusaha untuk menjauhi hal-hal yang
dilarang agama dan aturan-aturan yang berlaku.
Cara hidup serupa kalau dilaksanakan secara konsisten, maka tanpa terasa dan
secara alamiah akan berkembang dalam diri seseorang, kebiasaan-kebiasan, sifatsifat terpuji dan islami dalam kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat.
Kedua adalah melakukan latihan intensif yang bercorak psikoedukatif. Dala
pendidikan dan psikologi banyak sekali dikembangkan program dan paket-paket
latihan
pelatihan
jiwa,
pengembangan
pribadi
seperti
pengenalan
dan
pengembangan diri, menjadi orang tua efektif, dan komunikasi lintas budaya.
Semuanya dilakukan untuk meningkatkan aspek-aspek psiko-sosial yang positif
dan mengurangi aspek-aspek negatif, baik yang masih merupakan potensi ataupun
yang sudah teraktualisasi dalam perilaku. Sudah tentu paket-paket pelatihan yang
7
hampir semuanya berasal dari budaya barat tersebut harus dimodifikasi secara
mendasar dengan landasan dan warna islam.
Ketiga untuk meningkat kualitas pribadi hingga mendekati citra ideal adalah
pelatihan
disiplin
diri
yang
lebih
berorientasi
spiritual-religius,
yakni
mengintesifkan dan meningkatkan kualitas ibadah. Dengan meningkatnya kualitas
ibadah seseorang tentu akan meningkatkan keimanan seseorang, dengan ini akan
muncul hati yang tegas dan tegar, jika berhadapan dengan bentuk-bentuk
penyimpangan dari iman atau taqwa. Dari hati yang demikan, akan muncul sikap
yang dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah berdasar sistem
nilai iman atau taqwa tersebut. Dengan demikian, segala perilakunya dikontrol
oleh hati yang jernih.8[8]
Selain berbagai cara yang telah dijelaskan di atas, terdapat beberapa cara
yang pernah dilakukan oleh nabi Muhammad SAW yaitu dengan psikoterapi
ilahiyyah yaitu suatu terapi nagi jiwa manusia yang diformulasikan dengan tauhid.
Diantara psikoterapi tersebut diantaranya adalah
a. Urgensi subjek pembimbing
b. Menuntut pada totalitas dalam pemahaman, penghayatan, pengamalan, dan
pengalaman agama
c. Menutamakan pada pendidikan moral, mental dan spiritual
d. Menanamkan nilai-nilai kebenaran yang esensial
e. Menuntut pada target suatu pendidikan yang hakiki.9[9]
IV. ANALISA
Zaman sekarang ini moral bangsa mengalami banyak kemunduran. Terutama
pada generasi muda yang moralnya sungguh memprihatinkan. Keadaan ini dapat
terjadi karena beberapa faktor yang mengakibatkan tidak diikutinya aturan serta
norma yang berlaku. Masa muda memang jiwa yang labil dan mempunyai jiwa
yang kompetitif.
Alangkah baiknya jika kelabilan dan kekompetitifan tersebut diinterpretasikan
ke dalam aspek yang lebih positif. Tidak hanya untuk menunjukkan keunggulan
dan kepuasan diri sendiri. Karena jika hal tersebut mengarah kenegatif, akan
timbullah penyakit hati dan penyakit moral.
8
9
Mengingat begitu maraknya penyakit hati dan penyakit moral yang sedang
berkembang di masyarakat, maka perlu adanya alternatif penyembuhan
diantaranya dengan konsep Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Yang pertama dengan
konsep Takhalli yaitu membersihkan diri dengan cara menghindari hal-hal yang
negatif dengan cara senantisa menjauhi hal-hal yang berbau maksiat lahir maupun
batin dan menjauhi kemungkaran. Yang kedua dengan konsep Tahalli yaitu
menghiasi diri dengan sifat dan sikap yang terpuji. Misalnya saja dengan
mananamkan sifat sabar, tawakal dan lain-lain. Selain itu dapat pula dengan cara
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Setelah kita membersihkan jiwa dari sifatsifat tercela lalu menghiasi diri dengan sifat-sifat yang terpuji, maka kita akan
merasakan bahwa kita dekat dengan Allah SWT.
V. KESIMPULAN
1. Penyakit hati adalah apabila sifat buruk yang telah tumbuh dan menguasai hati
sehingga menyebabkan seseorang memiliki sifat yang tercela. Penyakit Moral
adalah serangkaian perilaku manusia yang telah menyimpang dari koridor fitrah
yang murni, bersih, dan suci dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
2. Dampak yang ditimbulkan dari penyakit hati dan moral dalam pandangan
Psikologi Islam manusia tidak dapat membedakan mana yang baik dan buruk
sehingga seseorang lebih mementingkan masalah duniawi saja.
3. Cara mengatasi Penyakit Hati dan Penyakit Moral adalah hidup secara islami,
meningkatkan kualitas pribadi hingga mendekati citra ideal, mengutamakan
pendidikan moral, mental, dan spiritual tauhid, mencurahkan fungsi fitrah
indrawi, fitrah rasio maupun fitrah qolbu, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aba Firdaus al-Hawani dan Sri Harini, Menejemen Terapi Qolbu, Media Insani,
Yogyakarta, 2002
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, PT Radja Grafindo Persada, Jakarta,
2006
Abdullah Gymnastiar, Aku Bisa! MQ untuk Melejitkan Potensi, MQS Publishing,
Bandung, 2004
Amir Said Azzairi, Manajemen Kalbu Kiat Sufi Menghentikan Kemaksiatan, Mitra
Pustaka, Yogyakarta, 2002
Hamdani Bakhran Adz-Dzaky,Konseling dan Psikoterapi Islam,Fajar Pustaka
Baru,Yogyakarta, 2002
Hanna Djumhanna Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi
Islami, Pustaka Belajar Offset, Yogyakarta, 1997
Rifaat Syauqi Nawawi, dkk, Metodologi Psikologi Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2000
Uwes Al-Qorni, 60 penyakit hati, PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung, 2000
I. PENDAHULUAN
Di era sekarang ini kemajuan teknologi dan informasi sangat berkembang
dengan cepat. Namun, teknologi dan informasi yang berkembang tidak selamanya
memberikan dampak yang baik, melainkan semakin merosotnya keimanan
seseorang. Faktanya yang sering kita jumpai adalah banyaknya penyelewengan
moral.
Moral erat kaitannya dengan hati. Jika hati seseorang baik maka baiklah pula
seluruh tingkah lakunya. Penyakit-penyakit hati dan penyakit moral ini lebih
mengganggu dan lebih berbahaya, lebih parah dan lebih buruk daripada penyakitpenyakit tubuh ditinjau dan berbagai segi dan arah. Yang paling merugikan dan
paling besar bahayanya ialah karena penyakit hati mendatangkan mudarat atas
seseorang dalam agamanya, yaitu modal kebahagiaannya di dunia dan di akhirat;
dan bermudarat bagi akhiratnya, yaitu tempat kediaman yang baqa, kekal, dan
abadi. Adapun penyakit tubuh tidaklah mendatangkan mudarat atas seseorang
kecuali di dunianya yang fana yang lagi hina, serta tubuhnya yang menjadi
sasaran penyakit akan hancur luluh dalam waktu yang cepat.
II. PERMASALAHAN
1. Bagaimana penyakit hati dan penyakit moral?
2. Bagaimana dampak penyakit hati dan peyakit moral dalam pandangan Psikologi
Islam?
3. Bagaimana cara mengobati penyakit hati dan penyakit moral dalam perspektif
Islam?
III. PEMBAHASAN
1. Penyakit Hati dan Penyakit Moral
Istilah Qolbu memiliki dua makna: Pertama, yaitu sepotong ‘daging’
berbentuk buah sanaubar yang terletak di bagian kiri dada, di dalamnya terdapat
rongga berisi darah hitam dan di situ pula sumber atau pusat ruh. Kedua, hati
(qalb, kalbu) adalah sebuah latifah (sesuatu yang amat halus dan lembut, tidak
kasat mata tidak berupa dan tidak dapat diraba yang bersifat robbani ruhani.
Latifah tersebut sesungguhnya adalah jati diri manusia atau hakikatnya. Hati
tersebut adalah bagian (komponen) utama manusia yang berpotensi menyerap
(memiliki daya tangkap atau persepsi) yang dapat mengetahui dan mengenal, yang
ditujukan
kepadanya
segala
pembicaraan,
penilaian,
kecaman
dan
pertanggungjawaban.
Jadi, yang dinamakan Penyakit Hati adalah apabila sifat buruk yang telah
tumbuh dan menguasai hati sehingga menyebabakan seseorang memiliki sifat
yang tercela. Penyakit ini disebabkan karena terlalu mencintai dunia sehingga
menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya dan menjadi perhatian yang terbesar
bagi hidupnya, selain itu lupa akan Allah dan tidak pernah membaca Al-Qur’an. 1
[1] Contoh penyakit hati yang sering terjadi diantaranya: Riya’ dalam amal
sebagai penyakit hati adalah Riya’ dalam perbuatan yang merupakan amal akhirat
yang seharusnya untuk tujuan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan
mengagumkan-Nya, tetapi beralih menjadi motivasi duniawi. Misalnya beribadah
karena ingin mendapat pujian orang, ingin mendapat upah material atau sebagai
kedok atas pribadi sesungguhnya yang buruk.
Takabbur adalah sifat yang menyombongkan diri karena merasa dirinya
mempunyai banyak kelebihan dan menganggap orang lain mempunyai banyak
kekurangan. Sifat ini disebabkan karena menganggap dirinya memiliki kemuliaan
dunia dan memandang orang lain dengan kerendahan dan kehinaan dunia.2[2]
Adapun akibat yang ditimbulkan dari sifat ini antara lain adalah: pertama,
Allah akan menyiksa orang-orang yang memiliki sikap takabbur dengan siksaan
yang pedih dan mereka juga tidak memperoleh perlindungan dan pertolongan dari
azab dan kemurkaan Allah. Kedua, orang-orang yang sombong adalah orangorang yang mengingkari ayat-ayat atau hukum-hukum Allah dan pintu langit telah
tertutup untuk mereka serta mereka tidak akan masuk ke dalam surga. Ketiga,
1
2
orang-orang yang sombong adalah penghuni neraka, karena selalu mendustakan
ayat-ayat Allah, dan lain sebagainya.
Mudah marah atau tahawur, sifat ini akan mengkondisikan seseorang menjadi
pemarah dan bertindak sewenang-wenang, mentang-mentang ingin menegakkan
kebenaran. Penyebab penyakit tahawur, dorongan nafsu sabai’yah (nafsu serigala)
untuk mendapatkan segala yang diingkan, komunikasi tidak harmonis dengan
orang lain yang diakibatkan fitnah, guyon, kebohongan atau pelanggaran hak atas
orang lain.3[3]
Sifat Ujub muncul dari anggapan seseorang atas keagungan semua amal
shaleh yang dilakukannya. Ujub berarti perasaan dengan kebaikan, amal ibadah
yang melupakan keikhlasan.
Dengki adalah sifat tidak senang kepada orang lain jika orang tersebut
mendapatkan nikmat, kebaikan dan kedamaian dan senantiasa berupaya untuk
merebut semua kebahagian orang tersebut. Allah SWT telah mengajarkan kepada
Rasullah agar terhindar dari pendengki atau melepaskan diri dari sifat dengki
tersebut, yaitu dengan membaca surah Al-falaq dan An-naas. Alangkah mulianya
jika seseorang yang ingin terlepas dari sifat dengki dengan mengamalkan kedua
surah tersebut.4[4]
Sedangkan yang dinamakan moral atau akhlak yaitu suatu keadaan yang
melekat pada jiwa manusia yang lahir dari perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa melalui proses pemikiran pertimbangan atau penelitian, sifat berfikir atau
watak yang terjabarkan dalam bentuk: berfikir, berbicara, bertingkah laku dan
sebagainya, sebagai ekspresi jiwa.
Jadi penyakit Moral adalah serangkaian
perilaku manusia yang telah menyimpang dari koridor fitrah yang murni, bersih,
dan suci dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Dalam terminology Islam klasik, gangguan kepribadian disebut dengan
akhlak tercela (Akhlak Madzmumah) sebagai kebalikan dari akhlak yang terpuji
(akhlak mahmudah). Menurut Al-Gazali, penyakit Moral yaitu
الخلق الخبيثة امراض القلوب واسقام النفوس
3
4
“Akhlak yang buruk merupakan penyakit hati dan penyakit jiwa
Beberapa dari penyakit moral yaitu Zina, Menuduh Zina (fitnah), pencuri,
perampokan, meminum minuman keras, pemberontakan terhadap pemerintah,
semua ini telah di nash dalam al-Qur’an. Beberapa contoh dari penyakit moral
yang ada di masyarakat khususnya di Indonesia adalah sebagai berikut:
a.
Korupsi, adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan
b.
publik yang dipercayakan kepada mereka.
Pelacuran atau prostitusi, adalah penjualan jasa seksual, seperti seks oral, atau
hubungan seks, untuk mendapatkan uang. Seseorang yang menjual jasa seksual
disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah Pekerja Seks Komersial
c.
(PSK).
Minuman beralkohol, adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah
bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Mereka
yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan perilaku, misalnya ingin
berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, dan tidak mampu menilai
realitas.5[5]
Timbulnya Penyakit Hati dan Penyakit Moral pada manusia disebabkan oleh
dua faktor, yaitu:
1) Faktor Internal atau factor yang berasal dari diri manusia itu sendiri
a. Qolbu, sebagai pusat kepribadian manusia mengalami sakit, karena potensi yang
ada tidak diaktualisasikan sebagaimana fungsinya. Hati yang sakit akan
menjadikan batin orang tersebut menderita. Akan tetapi jika ada orang yang tidak
merasakan batinnya sakit, bahkan ia bangga dengan perbuatan dosanya maka
hatinya tidak hanya sakit melainkan mengalami kematian.
b. Hawa nafsu manusia, yang berupa ghadhab yang memiliki rangsangan agresif,
dan syahwat yang memiliki rangsangan seksual.
c. Orientasi dan motivasi hidup Materialisme (Cinta Dunia), sehingga tidak ada
ruang untuk mengembangkan aspek-aspek spiritual atau kerohania. Sabda Nabi:”
cinta dunia merupakan puncak dari segala kesalahan”. (HR Al-Baihaqi).
2) Faktor Eksternal, factor yang berasal dari luar individu.
5
a. Godaan Syaitan, yang membisikkan hal yang buruk pada diri manusia sehingga
manusia tidak mampu menjadi dirinya sendiri. godaan ini menimbulkan anganangan yang kosong, sehingga menimbulkan kemalasan dan bisikan jahat.
b. Makanan dan minuman yang mengandung syubhat dan haram, termasuk pakaian
dan tempat tinggal dan haram. Mengonsumsi hal-hal yang haram mengakibatkan
kemalasan dalam beribadah, banyak menganggur, mengurangi kedekatan pada
Allah, dan menyia-nyiakan waktu.6[6]
2. Dampak Penyakit Hati dan Penyakit Moral dalam Pandangan Psikologi
Islam
Penyakit Hati merupakan sebuah gejala yang menjadikan penghalang untuk
mendekatkan diri pada Allah, dalam pandangan Psikologi Islam hati harus
mempunyai filter agar mampu terhindar dari penyakit hati. Apabila hati sudah
melekat kuat terhadap kecintaan duniawi maka hawa nafsu yang mengendalikan
kehidupannya.
Meskipun telah berusaha untuk mengobatinya dan kembali pada suatu
kehidupan yang islami, akan tetapi hal itu sangat sulit dilakukan. Walaupun ia
dapat kembali pada kehidupan yang islami ia akan sulit bersikap istiqamah. Hal
tersebut dikarenakan hatinya telah keras, hitam dan lemah, sehingga tidak
tergugah hatinya mengenai peristiwa-peristiwa di sekitarnya. Keadaan demikian
menjadikan orang mempunyai hati yang sakit sehingga sulit menilai secara jujur
apapun yang ada di hadapannya, apabila terus dibiarkan akan semakin menutup
pintu hatinya, sehingga hati menjadi mati, tidak dapat membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk dan keduanya tidak memiliki nilai sama sekali.
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 7
عللى أ لبملصاغرغهمم غغلشالوةة لول لههمم
عللى لسممغعغهمم لو ل
عللى هقهلوغبغهمم لو ل
لختللم الل لهه ل
ب ل
ل
عغظيمة
علذا ة
Artinya: Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka dan
penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang Amat berat. (QS. AlBaqarah: 7).
Dengan demikian hati tidak mampu lagi menerima cahaya kebenaran, dan
tidak menganal Tuhannya. Hati seperti ini menurut Dr. Ahmad Farid dalam
6
bukunya tazkiyat an nufus, senantiasa berada dan berjalan bersama hawa
nafsunya, walaupun itu dibenci dan dimurkai Allah.
Penyakit moral merupakan sebuah tindakan yang muncul akibat dari gejolak
penyakit hati. Hal tersebut dikarenakan redupnya cahaya qalbu sehingga manusia
terjerumus ke arah perilaku yang buruk dan tercela, yang pada hakikatnya dapat
menghancurkan kehidupanya baik dunia maupun akhirat.7[7]
3. Cara-Cara Mengobati Penyakit Hati dan Penyakit Moral
Dalam Islam pengembangan kesehatan hati terintegrasi dalam pengembangan
pribadi (moral) pada umumnya. Dengan demikian dalam islam nyatalah betapa
pentingnya pengembangan pribadi untuk meraih kualitas insan yang arif. Yang
otaknya sarat dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, bersemayam dalam kalbunya
iman dan taqwa kepada Allah. Sikap dan perilakunya benar-benar merealisasikan
nilai-nilai keislaman, yang mantap dan teguh serta berwatak terpuji.
Dalam hal ini Islam memberikan alternatif-alternatif untuk mengobati penyakit
hati dan penyakit moral, sehingga menjadikan seseorang memiliki pribadi yang
berkualitas di antaranya adalah:
Pertama adalah hidup secara islami, dalam arti berusaha secara sadar untuk
mengisi kegiatan sehari-hari dengan hal-hal yang bermanfaat dan sesuai dengan
nilai-nila akidah, syari’ah dan akhlak, aturan-aturan Negara, norma-norma
kehidupan bermasyarakat dan sekaligus berusaha untuk menjauhi hal-hal yang
dilarang agama dan aturan-aturan yang berlaku.
Cara hidup serupa kalau dilaksanakan secara konsisten, maka tanpa terasa dan
secara alamiah akan berkembang dalam diri seseorang, kebiasaan-kebiasan, sifatsifat terpuji dan islami dalam kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat.
Kedua adalah melakukan latihan intensif yang bercorak psikoedukatif. Dala
pendidikan dan psikologi banyak sekali dikembangkan program dan paket-paket
latihan
pelatihan
jiwa,
pengembangan
pribadi
seperti
pengenalan
dan
pengembangan diri, menjadi orang tua efektif, dan komunikasi lintas budaya.
Semuanya dilakukan untuk meningkatkan aspek-aspek psiko-sosial yang positif
dan mengurangi aspek-aspek negatif, baik yang masih merupakan potensi ataupun
yang sudah teraktualisasi dalam perilaku. Sudah tentu paket-paket pelatihan yang
7
hampir semuanya berasal dari budaya barat tersebut harus dimodifikasi secara
mendasar dengan landasan dan warna islam.
Ketiga untuk meningkat kualitas pribadi hingga mendekati citra ideal adalah
pelatihan
disiplin
diri
yang
lebih
berorientasi
spiritual-religius,
yakni
mengintesifkan dan meningkatkan kualitas ibadah. Dengan meningkatnya kualitas
ibadah seseorang tentu akan meningkatkan keimanan seseorang, dengan ini akan
muncul hati yang tegas dan tegar, jika berhadapan dengan bentuk-bentuk
penyimpangan dari iman atau taqwa. Dari hati yang demikan, akan muncul sikap
yang dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah berdasar sistem
nilai iman atau taqwa tersebut. Dengan demikian, segala perilakunya dikontrol
oleh hati yang jernih.8[8]
Selain berbagai cara yang telah dijelaskan di atas, terdapat beberapa cara
yang pernah dilakukan oleh nabi Muhammad SAW yaitu dengan psikoterapi
ilahiyyah yaitu suatu terapi nagi jiwa manusia yang diformulasikan dengan tauhid.
Diantara psikoterapi tersebut diantaranya adalah
a. Urgensi subjek pembimbing
b. Menuntut pada totalitas dalam pemahaman, penghayatan, pengamalan, dan
pengalaman agama
c. Menutamakan pada pendidikan moral, mental dan spiritual
d. Menanamkan nilai-nilai kebenaran yang esensial
e. Menuntut pada target suatu pendidikan yang hakiki.9[9]
IV. ANALISA
Zaman sekarang ini moral bangsa mengalami banyak kemunduran. Terutama
pada generasi muda yang moralnya sungguh memprihatinkan. Keadaan ini dapat
terjadi karena beberapa faktor yang mengakibatkan tidak diikutinya aturan serta
norma yang berlaku. Masa muda memang jiwa yang labil dan mempunyai jiwa
yang kompetitif.
Alangkah baiknya jika kelabilan dan kekompetitifan tersebut diinterpretasikan
ke dalam aspek yang lebih positif. Tidak hanya untuk menunjukkan keunggulan
dan kepuasan diri sendiri. Karena jika hal tersebut mengarah kenegatif, akan
timbullah penyakit hati dan penyakit moral.
8
9
Mengingat begitu maraknya penyakit hati dan penyakit moral yang sedang
berkembang di masyarakat, maka perlu adanya alternatif penyembuhan
diantaranya dengan konsep Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Yang pertama dengan
konsep Takhalli yaitu membersihkan diri dengan cara menghindari hal-hal yang
negatif dengan cara senantisa menjauhi hal-hal yang berbau maksiat lahir maupun
batin dan menjauhi kemungkaran. Yang kedua dengan konsep Tahalli yaitu
menghiasi diri dengan sifat dan sikap yang terpuji. Misalnya saja dengan
mananamkan sifat sabar, tawakal dan lain-lain. Selain itu dapat pula dengan cara
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Setelah kita membersihkan jiwa dari sifatsifat tercela lalu menghiasi diri dengan sifat-sifat yang terpuji, maka kita akan
merasakan bahwa kita dekat dengan Allah SWT.
V. KESIMPULAN
1. Penyakit hati adalah apabila sifat buruk yang telah tumbuh dan menguasai hati
sehingga menyebabkan seseorang memiliki sifat yang tercela. Penyakit Moral
adalah serangkaian perilaku manusia yang telah menyimpang dari koridor fitrah
yang murni, bersih, dan suci dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
2. Dampak yang ditimbulkan dari penyakit hati dan moral dalam pandangan
Psikologi Islam manusia tidak dapat membedakan mana yang baik dan buruk
sehingga seseorang lebih mementingkan masalah duniawi saja.
3. Cara mengatasi Penyakit Hati dan Penyakit Moral adalah hidup secara islami,
meningkatkan kualitas pribadi hingga mendekati citra ideal, mengutamakan
pendidikan moral, mental, dan spiritual tauhid, mencurahkan fungsi fitrah
indrawi, fitrah rasio maupun fitrah qolbu, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aba Firdaus al-Hawani dan Sri Harini, Menejemen Terapi Qolbu, Media Insani,
Yogyakarta, 2002
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, PT Radja Grafindo Persada, Jakarta,
2006
Abdullah Gymnastiar, Aku Bisa! MQ untuk Melejitkan Potensi, MQS Publishing,
Bandung, 2004
Amir Said Azzairi, Manajemen Kalbu Kiat Sufi Menghentikan Kemaksiatan, Mitra
Pustaka, Yogyakarta, 2002
Hamdani Bakhran Adz-Dzaky,Konseling dan Psikoterapi Islam,Fajar Pustaka
Baru,Yogyakarta, 2002
Hanna Djumhanna Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi
Islami, Pustaka Belajar Offset, Yogyakarta, 1997
Rifaat Syauqi Nawawi, dkk, Metodologi Psikologi Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2000
Uwes Al-Qorni, 60 penyakit hati, PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung, 2000