PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF T

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF
TIPE JIGSAW DAN MODELPEMBELAJARAN LANGSUNG
( DIRECT INSTRUCTION )
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
DI SMP DUTA BANGSA JAKARTA BARAT
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Matematika

Disusun oleh :
SUMIATY
NPM : 20108300012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA
JAKARTA
2013

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penyusunan

proposal skripsi yang berjudul meningkatkan hasil belajar ini dapat terselesaikan.
Proposal skripsi yang berjudul “Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Dan Model Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction) terhadap
hasil belajar matematika kelas VII pada Standar Kompetensi segitiga di SMP Duta
Bangsa Jakarta Barat ” ini ditulis guna memenuhi tugas sebagai syarat melakukan
penelitian dan penyusunan skripsi di STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua

pihak

yang

telah

memberikan

bantuan

kepada


penulis

dalam

menyelesaikan proposal skripsi ini, terutama kepada :
1. Dr. H. Sugiharto, selaku Ketua STKIP Kusuma Negara Jakarta.
2. Dr. Hj. Sri Rahayu Pudjiastuti, M.Pd., sebagai Pembantu Ketua I STKIP
Kusuma Negara Jakarta.
3. Drs. Suharto, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan Matematika STKIP Kusuma
Negara Jakarta.
4. Ir. Sutan Deni Johan, MM., sebagai pembimbing yang telah memberikan
motivasi dan membimbing dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staf STKIP Kusuma Negara Jakarta yang telah banyak
memberikan dukungan dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
6. Saudara dan temanku yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi
dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan
dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun demi kesempurnaan penulis dimasa yang akan datang.

ii

Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan proposal skripsi ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi penulis khususnya dan bagi dunia pendidikan
pada umumnya.
Jakarta, September 2013
Penulis

iii

DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………...
LEMBAR PENGESAHN
KATA PENGANTAR ......................................................................................

i

DAFTAR ISI ....................................................................................................


ii

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................

1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................

2

C. Pembatasan Masalah .................................................................................


3

D. Perumusan Masalah ..................................................................................

3

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................

4

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESA

PENELITIAN
A. Deskripi Teori ...........................................................................................

5

1. Hakikat Hasil Belajar ..........................................................................


5

2. Hakikat Model Pembelajaran Tipe Jigsaw .........................................

9

3. Hakikat Model Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction )............ 11
4. Materi / Matematika ........................................................................... 14
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar .............. 15
6. Materi yang terkait dengan penelitian ................................................ 17
B. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 18
C. Hipotesis Tindakan ................................................................................... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ................................................................................. 19
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 19

C. Metode Penelitian ................................................................................ 19
D. Desain Penelitian ................................................................................. 20
E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............................ 20

1. Populasi ........................................................................................... 20
2. Sampel Penelitian ............................................................................ 21
3. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 21
iv

F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 21
1. Instrumen .........................................................................................
2. Pengujian Instrumen ........................................................................
G. Teknik Analisis Data ............................................................................
H. Hipotesis Statistik ................................................................................

v

21
21
24
29

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkembangnya suatu negara sangatlah ditentukan oleh kualitas dan
kuantitas dari komponen yang ada didalamnya yaitu masyarakat, sebagai panentu
masa depan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehimgga
sebagai salah satu sarana dalam memajukan dan mencerdaskan bangsa adalah
diwujudkan dengan adanya pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan melalui
pembelajaran tidak terlepas dari upaya memberdayakan potensi siswa sebagai
peserta didik dan sebagai bagian dari masyarakat belajar. Proses pembelajaran
disekolah saat ini sedapat mungkin dilaksanakan dan dikembangkan berdasarkan
strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Sejalan dengan upaya tersebut
perlu penerapan strategi yang efektif dan mengaktifkan siswa,sehingga siswa
dapat menemukan hubungan antara informasi – informasi yang mereka pelajari.
Merosotnya kualitas pendidikan banyak mendapatkan sorotan dari
masyarakat, para pendidik serta pemerintah, sehingga pendidikan hendaknya
melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah)
dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik dalam menerima
materi pelajaran yang berpengaruh pada prestasi siswa. Prestasi ini tentunya
merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak
menyentuh ranah dimensi prestasi didik itu sendiri,yaitu bagaimana sebenarnya

belajar itu. Dalam arti yang substansial,bahwa proses pembelajaran hingga dewasa
ini masih memberikan dominasi guru dan kurang memberi akses bagi anak didik
untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.
Dalam pembelajaran umum, khususnya matematika, sangatlah di perlukan
banyak strategi pembelajaran yang tepat dan dapat melibatkan siswa seoptimal
mungkin, baik secara intelektual maupun emosional. Sehingga siswa atau peserta
didik lebih memahami jelas dan tidak terkesan abstrak dengan apa yang dipelajari
didalam kelas, karena pengajaran Matematika menekankan pada keterampilan
1

proses juga bahwa Matematika merupakan ilmu pasti yang moderat dan strategis
yang terletak kehidupan sehari-hari. Melalui pelajaran Matematika siswa
diharapkan dapat mengembankan pola berpikir ilmiahnya yang mencakup sikap
jujur dan obyektif terhadap fakta serta sikap ingin tau yang selalu berkembang,
yang kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.
Jika melihat pada pelaksanaan pembelajaran di kelas, penggunaan
pembelajaran yang bervariasi masih sangat rendah dan guru cenderung
menggunakan metode ceramah dan mengurangi ketertarikan siswa pada setiap
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Hal ini mungkin disebabkan
kurangnya penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangatlah di perlukan

untuk meningkatkan kemampuan profesional guru serta penyerapan materi
pembelajaran

oleh

siswa.

Sedangkan

pembelajaran

student

centered

membutuhkan proses belajar dan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan
kurikulum yang mendukung pembelajaran, untuk mengembangkan pembelajar
yang mandiri yang mampu memberdayakan kemampuan berpikir kritis peserta
didik.
Oleh karenanya peneliti ingin mengetahui apakah perbedaan suatu

pembelajaran yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dan model pembelajaran langsung ( Direct Instruction )
yang dapat membantu siswa untuk mendapatkan hasil belajar seperti yang
diharapkan
Dari permasalahan diatas maka penulis mengdakan penelitian dengan
judul:
“ Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan Model Pembelajaran
Langsung ( Direct Instruction ) terhadap hasil belajar matematika di SMP Duta
Mas Jakarta Barat.”
3

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas maka beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut
1. Apakah penting mempelajari pelajaran matematika ?

2. Apakah semua murid kelas VII mengalami kesulitan dalam belajar
matematika ?
3. Apakah penggunaan model pembelajaran jigsaw akan berpengaruh pada
hasil belajar siswa ?
4. Apakah model Direct Instruction mempunyai pengaruh terhadap hasil
belajar matematika ?
5. Apakah model pembelajaran Jigsaw dan Direct instruction dapat
diterapkan di semua sekolah?
6. Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran Jigsaw dengan model
pembelajaran Direct Instruction ?
7. Apakah keunggulan atau kelemahan dari model pembelajaran Jigsaw dan
model pembelajaran Direct Instrution ?
8. Apakah perbedaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan model
pembelajaran lansung, terhadap hasil belajar matematika di kelas VII SMP
Duta Mas Jakarta Barat ?
C. Pembatasan Masalah.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini hanya dibatasi pada perbedaan model pembelajaran dengan
menggunakan tipe Jigsaw dan model pembelajaran langsung (Direct Instruction )
terhadap hasil belajar matematika di kelas VII SMP Duta Mas Jakarta Barat.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalm penelitian
ini adalah tentang model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model
pembelajaran langsung ( Direct Instruction ) terhadap hasil belajar matematika di
kelas VII SMP Duta Mas Jakarta Barat

4

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa penelitian ini berguna untuk memenuhi salah satu syarat
mencapai gelar sarjana pendidikan dan meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi saat mengajar.
2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi guru sebagai
bahan pertimbangan dalam menerapkan strategi pembelajaran untuk
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.
3. Bagi masyarakat pada umumnya hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan penelitian lebih lanjut bagi yang ingin meneliti masalah
pendidikan

BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESA
PENELITIAN
A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan
tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit
(tersembunyi). Teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi antara lain
teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum dan modulmodul pengembangan kurikulum. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari
kegiatan psikis dan fisis,yang saling bekerja sama secara terpadu dan
komprehensif integral. Sejalan dengan itu belajar dapat dipahami sebagai usaha
untuk berlatih supaya mendapatkan suatu kepandaian. Dalam implementasinya,
belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku,dan
ketrmpilan dengan cara mengolah bahan ajar. Para ahli psikologi atau guru-gurul
pada umumnya memandang belajar kelakuan yang berubah. Pandangan ini
memisahkan pengertian yang tegas antara proses belajar dengan kegiatan yang
semata-mata bersifat hafalan.1
Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa
perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan,perubahan itu pada
pokoknya didapatkan kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha
yang disengaja.

Aliran psikologi kognitif menganggap bahwa belajar pada

dasarnya merupakan peristiwa mental, bukan behavioral yang bersifat jasmaniah.
Menurut Gagne (1970), mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan
yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah terus menerus, bukan
hanya disebabkan oleh proses

pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu

situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia
1 Dr.H.Syaiful Sagala, konsep dan makna pembelajaran.(Jakarta : Bumi
Aksara,2000)

5

6

mengalami situasi tersebut ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi. Gagne
berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan luar dimana
keduanya saling berinteraksi.2
Sedangkan menurut pendapat Carl R. Rogers (ahli psikoterapi)
menerangkan bahwa praktek belajar menitik beratkan pada segi pengajaran, bukan
pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan
dan siswa hanya menghafal pelajaran.
Jerome s. Brunner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan
kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean (coding). Berbagai
kategori-kategori saling berkaitan sedemikian rupa sehingga setiap individu
mempunyai

model

yang unik tentang alam. A;asan pentingnya guru

memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran adalah
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar, siswa tidak
harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna bagi masyarakat modern berarti belajar tentang prosesproses belajar.keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan
melakukan pengubahan diri secara terus-menerus.
5. Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung
jawab dalam proses belajar.
6. Belajar

mengalami

(experiential

learning)

dapat

terjadi

bila

siswa

mengevaluasi dirinya sendiri.
7. Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguhsungguh3.
perubahan tingkah laku bukan dilihat dari perubahan sifat-sifat fisik misalnya
tinggi dan berat badan, kekuatan fisik misalkan untuk mengangkat. Yang terjadi
sebagai satu perubahan fisiolagis dalam besar otot atau efesiensi dari proses2 Ibid,h.17
3 Ibid,h.42

7

proses sirkulasi dan respirasi. Perubahan ini tidak termasuk belajar, perilaku
berbicara, menulis, bergerak, dan lainnya memberi kesempatan kepada manusia
untuk mempelajari perilaku-perilaku seperti berpikir, merasa, mengingat,
memecahkan masalah, berbuat kreatif dan lainnya, perubahan ini termasuk hasil
belajar. Sedangkan istilah pengalaman membatasi macam-macam perubahan
perilaku yang dapat dianggap mewakili belajar.
Proses lain yang menghasilkan perubahan perilaku, yang tidak termasuk
belajar

adalah

kematangan, yaitu perubahan perilaku disebabkan oleh

pertumbuhan dan perkembangan diri dari organisma-organisma secara fisiologis.
Pemikiran belajar mengacu pada proses :
1. Belajar tidak hanya sekedar menghapal, siswa harus mengkontruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri.
2. Anak belajar dan mengalami, anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
3. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi
dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan
(subject matter)
4. Pengetahuan tidak bisa dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi
yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
5. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
6. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
7. Proses belajar dapat mengubah struktur otak, perubahan strktur otak itu
berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan
keterampilan seseorang.
Belajar merupakan proses terbentuknya tingkah laku baru yang disebabkan
individu merespon lingkungannya. Melalui pengalaman pribadi yang tidak
termasuk kematangan. Pertumbuhan atau instink. Belajar sebagai proses akan
terarah kepada tercapainya tujuan (goal oriented) dari pihak siswa maupun dari

8

pihak guru. Tujuan itu dapat diidentifikasi dan bahkan dapat diarahkan sesuai
dengan maksud pendidikan.4
Secara harfiah pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari,
dan perbuatan menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Pembelajaran
merupakan suatu proses atau upaya menciptakan kondisi belajar dalam
mengembangkan kemampuan minat dan bakat siswa secara optimal, sehingga
kompetensi dan tujuan belajar dapat tercapai.
Kompetensi dan tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal apabila
pemilihan dan pendekatan metode, strategi, dan model-model pembelajaran tepat
dan disesuaikan dengan materi. Tingkat kemampuan siswa, karakteristik siswa.
Kemampuan sarana dan prasarana dan kemampuan guru dalam menerapkan
secara tepat guna pendekatan, metode, strategi, dan model-model pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran guru dapat selektif dalam menerapkan, memilih atau
menggabungkan beberapa pendekatan, metode, strategi, dan model-model
pembelajaran.5
Pembelajaran merupakan suatu proses terjadinya interaksi belajar dan
mengajar dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa unsur, baik
unsur ekstrinsik maupun intrinsik yang melekat pada diri siswa dan guru termasuk
lingkungan. Penjelasan ini sejalan dengan undang-undang No 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa pembelajaran
adalah proses interksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada satu
lingkungan belajar6.
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang dapat menciptakan kondisi
yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik dalam suatu kegiatan
dapat perilaku pada diri peserta didik sebagai hasil dari suatu pengalaman.7

4 Ibid,h.39
5 Prof.Dr. La Iru S.H,Si dan La Ode Safiun S.Pd, M.Pd. Analisis penerapan
pendekatan,metode,strategi dan model-model pembelajaran. DIY : Multi
presindo
6 Undang-undang 2003 nomor 20 tahun 2003 tentang sistim pendidikan
nasional
7 Dimyati dan Mujiono Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka
Cipta,2006). H.135

9

Istilah

matematika

dari

bahasa

yunani

“mathein”

yang

artinya

mempelajari. Matematika timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan manusia
yang berhubungan dengan ide, proses, penalaran. Matematika tidak hanya
berhubungan dengan secara operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai suatu
istilah

yang disebut ilmu kuantitas. Lebih lanjut Jujun S. Suriasumantri

berpendapat “matematika memungkinkan ilmu yang mengalami perkembangan
dari tahap kualitatif ketahap kuantitatif”.8
Sebagai pendidik atau pengajar senantiasa ingin mengetahui apakah tujuan
yang diharapkan sudah tercapai dan sejauh manakah pelajaran atau materi yang
diberikan kepada siswa dapat dipahami dengan melihat dari hasil yang didapatkan
oleh para siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250), hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan
pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada
jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil
belajar merupakan saat terselesainya bahan pelajaran.
Menurut Hamalik (2006 : 30), hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan
teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga
kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan afektif. Perinciannya adalah
sebagai berikut :
1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6
aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
penilaian.
2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi 5
jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai9.
8 Jujun S. Suria Sumamtri. Filsafat Ilmu. (Jakarta : Sinar Harapan.1984). H.143
9 Juprimalino. Blogspot.com/2012.02/definisi pengertian hasil
belajar,html.12.05

10

Penilaian proses pembelajaran dilakukan secara terus – menerus pada tiap
pertemuan
Dengan mengacu pada semua indikator yang telah ditetapkan pada setiap
kompetensi dasar (KD). Dari hasil penilaian beberapa pertemuan pada
pembelajaran kompetensi dasar (KD) akhirnya akan diperoleh suatu gambaran
pencapaian kompetensi tiap peserta didik yang mencakup semua indikatornya.
2. Hakikat Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
Arihi,L.S (2009): pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
dalam kelompok – kelompok kecil.Pembelajaran kooperatif memiliki dua aspek
Maning ((1992) mengklasifikasikan kedua aspek tersebut yaitu :
1. Dimungkinkannya lingkungan yang kooperatif yang mendidik dan
memacu siswa untuk bersaing satu sama lain dan bukan hanya sekedar
bekerja sama
2. Mengidentifikasikan bahwa belajar kooperatif bila diimplikasikan secara
umum

mempunyai

umum,kontribusi

potensi

positif

kepada

memberikan
kemampun

kontribusi

secara

akademik,keterampilan

social ,dan kepercayaan diri.
Roger & David ( Lie,2007 ) mengatakan tidak semua kerja kelompok bisa
dianggap cooperative learning.Untuk mencampai hasil yang maksimal, lima unsur
model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu, saling ketergantungan
positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan
evaluasi proses kelompok.10
Jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim
– tim heterogen yang beranggotakan 4-5 orang siswa, materi pelajaran yang
diberikan pada siswa dalam bentuk teks setiap anggota bertanggung jawab untuk
mempelajari bagian tersebut kepada anggota tim lain. Jigsaw didesain untuk
10 Prof.Dr. La Iru S.H,Si dan La Ode Safiun S.Pd, M.Pd. Analisis penerapan
pendekatan,metode,strategi dan model-model pembelajaran. DIY : Multi
presindo h.49

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarnnya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan menjabarkan materinya
tersebut kepada anggota kelompoknya yang lain.11
Anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu
untuk berdiskusi (antar ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pelajaran yang ditugaskan kepada mereka, kemudian siswa itu kembali pada
kelompoknya masing-masing (kelompok asal) untuk menjelaskan kepada anggota
kelompoknya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya 11
(dalam pertemuan ahli).
Ilustrasi pembelajaran kelompok dalam metode jigsaw yang dimodifikasi dalam
bentuk bagan Nur (2002).
Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw sebagai berikut.
1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5 sampai 6
orang).
2. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa subbab.
3. Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung
jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan
mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok
mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok satunya
mempelajari tentang paru-paru, begitu pun siswa lainnya mempelajari kulit,
dan lainnya lagi mempelajari hati.
4. Anggota kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu
dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas
mengajar teman-temannya.
6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siwa dikenai tagihan berupa
kuis individu.

11 Prof.Dr.La Iru,S.H.,M.Si.Analisis Penerapan Pendekatan Metode Strategi DAN
Model-Model Pembelajaran h.61

Keuntungan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah siswa diajarkan
bagaimana bekerja sama dalam satu kelompok, selain itu siswa diajarkan agar
bisa menjelaskan/menerangkan apa yang dia ketahui pada saat diskusi
penyelesaian soal yang diberikan pada kelompok ahli kepada teman kelompok
asal serta siswa yang lemah dapat dibantu dalam menyelesaikan masalah.
Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah ramainya kondisi
kelas. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa yang
bingung dan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran yang
baru. Pada pembelajaran tipe jigsaw ada ketergantungan siswa pada temannya
dan siswa yang lemah memungkinkan menggantungkan pada siswa yang
pandai.
3.

Hakekat Model Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction )
Pembelajaran langsung merupakan terjemahan dari Direct Instruction.

Pembelajaran langsung digunakan olehpara peneliti untuk merujuk pada pola-pola
pembelajaran di mana guru banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada
sejumlah kelompok siswa.
Roy Killen (1998), Direct Instruction merujuk pada teknik pembelajaran
ekspositori

(pemindahan

langsung,misalanya

pengetahuan

melalui

dari

guru

ceramah,demonstrasi,dan

kepada
tanya

murid
jawab)

secara
yang

melibatkan seluruh kelas.
Tujuan utama pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan
penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku adalah
pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa
dalam belajar dan kecepatan siswa untuk berhasil dlam mengerjakan tugas sangat
positif. Dengan demikian model pembelajaran langsung, dirancang untuk
menciptakan lingkungan belajar struktur dan berorientasi pada pencapaian
akademi.12
Sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996) yaitu:

12 Ibid,h.155

No
1

Tahapan
Orientasi

Uraian
1.Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui
pengetahuan yang relavan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa
2.Mendiskusikan

atau

menginformasikan

tujuan pembelajaran.
3.Memberikan

penjelasan

atau

arahan

mengenai kgiatan yang akan dilakukan
4.menginformasikan materi /konsep yang akan
di gunakan dan kegiatan yang akan dilakukan
selama pembelajaran
2

Presentasi

5.menginformasikan kerangka pelajaran
1.Penyajian materi dalam langkahlangkah

pendek

sehingga

materi

dapat dikuasai siswa dalam waktu
relatif singkat
2.Memberi contoh-contoh konsep
3.Pemodelan
keterampilan

atau

peragaan

dengan

cara

demonstrasi atau dengan penjelasan
langkah-langkah kerja

3

Tahap latihan terstruktur

4.Menjelaskan

ulang

sulit
Guru memandu

siswa

latihan-latihan.Memberikan

hal-hal
untuk

yang

melakukan

umpan

balik

respon siswa dan memberikan penguatan
terhadap respon siswa yang benar dan yang
salah

4
5

Tahap latihan terbimbing

Guru memberikan kesempatan pada siswa

Tahap latihan mandiri

untuk berlatih konsep atau keterampilan
Melakukan kegiatan latihan secara mandiri

Sintaks pembelajaran langsung yang dikemukakan savin(2003) yaitu:
No
1

Tahapan
Uraian
Menginformasikan tujuan Guru menginformasikan hal-hal yang harus di

2

dan orientasi balajar
pelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.
Mereviu pengetahuan dan Guru
mengajukan
pertanyaan
untuk
keterampilan prasyarat

mengungkapkan

pengetahuan

dan

keterampilan yang telah dikuasai oleh siswa
materi Guru menyampaikan materi,dan menyajikan

3

Menyampaikan

4

pelajaran
Melaksanakan bimbingan

informasi
Guru mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan
5

Memberi latihan

mengoreksi kesalahan konsep
Guru memberi kesempatan kepada siswa
melatih keterampilannya atau menggunakan

6

informasi baru secara individu atau kelompok
Menilai kinerja siswa dan Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang

7

memberikan umpan balik
telah dilakukan siswa.
Memberikan
latihan Guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri
mandiri

kepada

siswa

untuk

meningkatkan

pemahamannya terhadap materi yang telah
mereka pelajari
Kelebiahn model pembelajaran langsung yaitu:
1. Guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima
oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang
harus dicapai oleh siswa
2. Dapat digunakan untuk memecahkan point-point penting atau kesuliatan
yang diahapi siswa

3. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengatahuan faktual yang sangat terstruktur
4. Merupakan satu cara efektif untuk mengajarkan keterampilan yang
eksplisit kepada siswa yang kemampuannya masih rendah
5. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalm
waktu yang singkat dan dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa
6. Merupakan cara yang bermanfaat untuk menginformasikan kepada siswa
yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam
menafsirkan informasi
7. Dapat diguanakn untuk membangun model pembelajaran tertentu
8. Menekankan kegiatan mendengar dan mengamati
9. Bergantung pada kemampuan refleksi guru dan dapat terus-menerus
mengevaluasi dan memperbaikinya
Keterbatasan model pembelajaran langsung yaitu:
1. Bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi
melaui kegiatan mendengar,mengamati,dan mencatat.
2. Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,pengetahuan
awal,tingkat pembelajaran dan pemahaman,gaya belajar,atau ketertarikan
siswa.
3. Soswa memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif,sulit
mengembangkan keterampilan sosial,dan interpersonal mereka.
4. Guru memainkan peran pusat,kesuksesan startegi tergantung pada image
guru.
5. Memberi siswa cara pandang guru mengenai materi disusun dan disintesis
tidak selalu dapat dipahami oleh siswa.
6. Melibatkan banyak komunikasi satu arah.

4. Materi yang terkait dengan penelitian

Materi SMP Duta Mas kelas VII semester ganjil yang digunakan untuk
penelitian adalah materi bangun datar pada kompetensi dasar menghitung keliling
dan luas segitiga Contoh :
1. Pak joko mempunyai kebun berbentuk segitiga dengan panjang tiap sisi
tanah 8m,12m,14m. Pak joko ingin memberi rumput yang mengelilingi
kebunnya. Berapakah keliling kebun pak joko......?
Pembahasan

: K = 8 + 12 + 14 = 34 m

2. Keliling segitiga sama sisi yang panjang sisinya 9,6 cm adalah…..?
Pembahasan

: K = 9,6 + 9,6 + 9,6 = 28,8 cm

3. Diketahui luas segitiga 385 m². Jika alas suatu segitiga 22 m, maka
tingginya adalah…..?
Pembahasan:
Diket

L = 385 m²
a = 22 m

Ditanya

t=?

Jawab

L=
385 =

1
2

*a*t
1
2

* 22 * t

385 = 11 t
35 = t
B. Ke rangka Berfikir
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang khusus dirancang guna
mengetahui perbedaan model pembelajaran dengan menggunakan Jigsaw dan
Direct Instruction dalam pelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa yang
dicapai. Kiranya dengan pengunaan model ini akan meningkatkan pola berpikir
siswa dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas dan berdampak pada
peningkatan hasil belajar siswa. Oleh karena itu,diperlukan suatu penyelenggaraan
proses pembelajaran yang dapat menimbulkan minat dan motivasi siswa dalam
mengikuti pelajaran. Salah satunya adalah dengan melalui penerapan dan
pemberdayaan berpikir melalui pertanyaan (BPMP) pada siswa, karena dengan

menerapkan ini pembelajaran ini siswa akan termotivasi untuk dapat menemukan
generalisasi dan memahami benar materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga
akan membangkitkan rasa ingin tahu untuk menemukan sendiri jawaban dari
suatu soal yang diberikan. Dengan demikian siswa akan merasa senang,
termotivasi, tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.
Akhirnya minat siswa untuk mengetahui lebih dalam tentang matematika akan
semakin besar dan diharapkan hasil belajar akan meningkat.

19

Berdasarkan landasan teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan
model pembelajaran tipe Jigsaw dan model pembelajaran Direct Instruction pada
siswa dapat mempengaruhi hasil belajar pada pokok bahasan segitiga pada SMP
Duta Mas kelas VII
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah adanya pengaruh positif pada penerapan model pembelajaran dengan tipe
Jigsaw dan Direct Instruction akan mempengaruhi hasil belajar pada materi
segitiga, sehingga aktivitas siswa kelas VII SMP Duta Mas tahun ajaran 20132014 serta kinerja guru dapat ditingkatkan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perbedaan hasil
belajar yang menggunakan metode pendekatan ekspositori dan menggunakan
metode heuristik. Sehingga dapat mencapai ketuntasan belajar siswa dan
mengetahui ada tidaknya pengaruh yang dapat meningkatkan keterampilan siswa
pada poses pembelajaran terhadap perkembangan siswa.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1.

Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Duta Mas yang beralamat di Kecamatan
Cikupa Kabupaten Tangerang.

2.

Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013 - 2014.

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah metode kualifikasi
dengan quasi eksperimen. Quasi eksperimen merupakan eksperimen yang
memiliki perlakuan (treatments), pengukuran-pengukuran dampak (outcome
measure),

dan

unit-unit

eksperimen

(experimental

unit)

namun

tidak

menggunakan penempatan secara acak. Data hasil eksperimen dikumpulkan dan
dianalisis dengan menggunakan teknik statistik. Tujuan dari eksperimen ini adalah
untuk mengetahui apakah Perbedaan Metode Pembelajaran Dengan Menggunakan
model Jigsaw dengan model Direct Instruction Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas VII Pada Pokok Bahasan segitiga
dengan cara memberikan tes.

20

di SMP Duta Mas yang dilakukan

21

D. Desain Penelitian
Adapun rancangan dan desain penelitian tersebut dinyatakan sebagai
berikut :
Kelas

Perlakuan

Hasil Tes

Rx

M

X

P

Y

Ry
Keterangan
Rx

: Kelas yang dipilih secara random (acak)

Ry

: Kelas pembanding yang dipilih secara random (acak)

M

: Kelas yang diajarkan dengan proses pembelajaran seperti biasa

p

: Kelas yang diajarkan dengan menerapkan PBMP pada siswa

X

: Hasil belajar dengan proses pembelajaran seperti biasa

Y

: Hasil belajar dengan menerapkan PBMP pada siswa

E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1.

Populasi
Populasi merupakan sekelompok objek penelitian yang dijadikan sebagai

somber data dalam suatu penelitian balk secara kuantitatif maupun kualitallf,
daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat .-- sifatnya.
Populasi adalah somber data atau disebut juga wilayall generallsasi yang
terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh pendidik untuk inejnr)elqlarl dan keniudiai-, ditarik
kesimpulan.
a.

Populasi Target
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Duta Mas tahun
ajaran 2013- 2014, yaitu sebanyak 60 siswa, yang terbagi dalam 2 kelas yaitu
VII (2 kelas)

b.

Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VII SMP Duta Mas yang
terdaftar pada tahun ajaran 2013-2014.

22

2.

Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti atau sebagian dari jumlah

objek dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini diambil kelas VII A dengan 30
siswa sebagai kelas kontrol dan kelas VII B dengan 30 siswa sebagai kelas
eksperimen. Jadi jumlah respon sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswa.
3.

Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan pengambilan sampel dengan Random

Cluster.
F.

Instrumen Penelitian

1.

Instrumen
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini digunakan instrument tes

objektif. Tes objektif adalah tes yang pemeriksaanya dapat dilakukan secara
objektif.13 Tes ini bertujuan untuk mendapatkan hasil belajar siswa dengan tipe
soal pilihan ganda yang terdiri dari 30 butir soal dengan empat pilihan jawaban
yang tersedia. Skor untuk setiap soal adalah 1 untuk jawaban yang benar dan 0
untuk jawaban yang salah. Untuk variabel hasil belajar akan dilakukan validitas
dan reliabilitas.
2.

Pengujian Instrumen

a.

Validitas Soal
Validitas dalam instrument ini adalah validitas (content validity) yaitu tes

sebuah pengukuran tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi
pelajaran yang diberikan mencari validitas instrument variabel X dan Y dalam
bentuk (tes objektif) dengan menggunakan rumus kolerasi poin biserial14 sebagai
berikut :

Y pbi =

Mp−Mt
St



p
q

13 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta
Bumi Aksara), h 164
14 Ibid. h 79

23

Keterangan
Ypbi

: Koefisien kolerasi point biserial

Mp

: Rata – rata skor total yang menjawab benar pada butir soal

Mt

: Rata – rata skor total

St

: Standar deviasi skor total

p

: Proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal

q

: proporsi siswa yang menjawab salah pada setup butir soal

Kriteria : jika Ypbi > y table, maka soal valid
b. Relibilitas Soal
Relibilitas yang berarti sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya yang
berhubungan dengan koefisien tes. Instrument yang baik adalah instrument yang
dapat memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Karena instrument yang
digunakan dalam bentuk tes, maka koefisien reliabilitas dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Kader dan Richardson (KR-20)15 sebagai berikut :
n
( n−1
)( S−∑S pq )

r 11 =

Keterangan :
r11

: Relibilitas tes secara keseluruhan

n

: Banyaknya item

p

: Proporsi subjek yang menjawab item benar

q

: Proporsi subjek yang menjawab item salah

Ypq

: Jumlah hasil perkalian antara p dan q

S

: Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians, jadi S 2
disebut varians)

15 Ibid. h 100

Klasifikasi koefisien reliabilitas (R) adalah sebagai berikut :

c.

r11

= 0,800 – 1,00

: sangat tinggi

r11

= 0,600 – 0,800

: tinggi

r11

= 0,400 – 0,600

: cukup

r11

= 0,200 – 0,400

: rendah

r11

= 0,000 – 0,200

: sangat rendah

24

Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut

Indeks kesukaran (difficulty index)16. Besamva indeks kesukaran antara 0,00
sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal
dengan indeks kesukaran :
0,00

= Soal itu terlalu sukar

1,00

= Soal itu terlalu mudah

Dalam indeks kesukaran ini diberi symbol P (proporsi). Dengan demikian
maka soal dengan P = 0,70 lebih mudah jika dibandingkan dengan P = 0,20.
Sebaliknya soal dengan P = 0,30 lebih sukar daripada soal dengan P = 80.
Rumus mencari P :17
P=

B
JS

Dimana:
P

= indeks kesukaran

B

= banyaknya siswa yang menjawab jawab soal itu dengan benar

JS

= jumlah seluruh siswa peserta tes

d. Daya Pembeda

16 Ibid h 207
17 Ibid. h 208

Daya pembeda soal adalah kemampuan semua soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah).18
Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi disingkat D. Ada 3 (tiga) titik pada daya pembeda yaitu :
-1,00

0,00

Daya pembeda negative

daya pembeda rendah

25

1,00
daya pembeda tinggi

Cara menentukan daya pembeda dengan cara membagi kelompok menjadi 2
kelompok yaitu:
1) Kelompok atas (upper group)
2) Kelompok bawah (lower group)
Jika seluruh kelompok diatas dapat menjawab soal tersebut dengan benar,
sedangkan kelompok bawah menjawab dengan salah, maka soal tersebut
mempunya D paling besar, yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua kelompok atas
menjawab dengan salah, tapi semua kelompok bawah menjawab dengan benar,
maka nilai D yaitu 1,00. Tetapi sebaliknya jika siswa kelompok atas dan siswa
kelompok bawah sama-sama menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai
nilai D yaitu 0,00. Karena tidak mernpunyai daya pembeda sama sekali.
Rumus mencari D :

D=

Ba Bb
− =Pa−Pb
Ja Jb

Dimana :
J

= jumlah peserta tes

Ja

= banyaknya peserta kelompok atas

Ja

= banyaknya peserta kelompok bawah

Bb

= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar

18 IIbid. h 211

Jb

= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar

Pa

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

Pb

= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

G. Teknik Analisis Data
26

Data yang terkumpul dari hasil tes akan disusun dan diolah untuk
mendapatkan perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
tematik dan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran ekspositori.
Data disusun dari nilai terkecil hingga nilai terbesar dalam sebuah data
kelompok menjadi table frekuensi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.

Penyajian Data

a.

Menentukan rentangan (R)
Rentangan = data terbesar — data terkecil

b.

Menentukan banyak kelas interval dengan aturan strurges (K)
Banyak kelas = 1 + 3,3 log n

c.

Menentukan panjang kelas ( P )
P=

R
K

Dimana :
P = panjang kelas
R = Range
K = banyak kelas
d.

Pengelolaan Data
Data yang telah disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dikembangkan

menjadi ukuran penyebaran data dan ukuran pemusatan data dengan rumus
statistik sebagai berikut :
a.

Mean
Untuk memperoleh mean dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

X=

∑ fiXi
∑ fi

Dimana :

b.

X

= mean atau nilai rata-rata

Xi

= nilai tengah tiap interval

fi

= frekuensi yang sesuai dengan kelas Xi

Median (Me)
Untuk memperoleh median dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
1
N −∑ Fio
2
Me=b+ p
F me

(

)

27

Dimana :
b

= tepi bawah kelas median

p

= panjang interval

N

= jumlah frekuensi

∑ Fio

=

jumlah frekuensi sebelum kelas median

F me = frekuensi kelas median
c.

Modus (Mo)
Untuk memperoleh modus dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

Mo=b+ p

d1
( d 1+d
2)

Dimana :

d.

b

= tepi bawah kelas modus

dI

= selisih frekwensi kelas dengan frekwensi sebelum kelas modus

d2

= selisih frekwensi kelas dengan frekwensi sesudah kelas modus

p

= panjang interval kelas

Standar Varians

Untuk memperoleh varian dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
2

2

S=

n ∑ Fixi2−( ∑ fixi )
n ( n−1 )

Keterangan :
S2

= Varians

∑ fi

e.

= Jumlah frekuensi yang sesuai dengan kelas

Xi

= nilai tengah tiap interval

x

= mean atau nilai rata-rata

n

= banyaknya subjek pengikut tes

28

Standar deviasi

Untuk memperoleh standar deviasi dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:



2

nn ∑ Fixi2−( ∑ fixi )
S=
n ( n−1 )
Dimana :
S

= standar deviasi

∑ fi

= jumlah frekuensi yang sesuai dengan kelas xi

Xi

= nilai tengah tiap interval

x

= mean atau nilai rata-rata

n

= banyaknya subjek pengikut tes

3.

Teknik Analisis llensvaratan Data

a.

Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang dipilih

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dengan uji lilifors statistik,
dengan rumus sebagai berikut :
Z=

xi−x
s

Dimana:
Z

= nilai baku

Xi

= skor

x

= rata-rata skor dari kelompok

s

= standar deviasi

Hipotesis yang digunakan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:
Lo

: data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Li

29
: data sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Kriteria pengujian : Tolak Ho, jika Lo > L tabel, selain itu Ho diterima
b.

Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah melakukan pengujian terhadap kesamaan beberapa

sampel, yaitu seragam atau tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari
populasi yang sama. Populasi-populasi dari varians yang sama besar dinamakan
populasi dengan varians yang homogeny. Dalam hal lainnya disebut populasi
dengan varians yang heterogen.
Hipotesis uji homogenitas sebagai berikut :
H 0 : a21=a22
2

H 1=a 1 ≠ a

Keterangan :
H0

= Hipotesis nol

H1

= Hipotesis Tandingannya

#Menentukan nilai F hitung menggunakan Fisher
F=

varians sampel terbesar
varians sampel terkecil

#kriteria penm ian adal A
Terima hipotesis Ho jika

F( 1−a) (n 1−1) < F < F1 /2 a (n 1−1,n 2−1)
Untuk taraf nyata a, dimana Fc(m,n) didapat dari daftar distribusi F dengan
peluang C,dk pembilang =n dan dk penyebut =m.
Dalam hal lainnya Ho ditolak jika
F≥F

1
a (v1 , v2 )
2

1
F a ( v1 , v 2 )
2

Dengan

didapat daftar distribusi F dengan peluang

1
a
2

sedangkan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk
pembilang dan penyebut seperti biasa a = taraf nyata.

30

H. Hipotesis Statistik
Untuk dapat mengetahui adanya perbedaan hasil belajar matematika antara
kelas eksperimen dengan kelas control atau pembanding maka digunakan rumus
sebagai berikut :

t=

x 1−x 2
1
1
sgab
+
n1 n 2



Dimana



( n1−1 ) S 21 + ( n2−1 ) S22
Sgab=
( n1 +n2 ) −2
Nilai t dapat dilihat pada table distribusi t dengan derajat infinitive (inf= (x)).
Dengan hipotesis sebagai berikut :
H 0 : μ x =μ y
H 1: μx ≠ μy

Dimana :
H0 = hasil belajar keliling dan luas persegi dan persegi panjang yang diajarkan
dengan menggunakan pembelajaran tematik sama dengan hasil belajar keliling
dan luas persegi dan persegi panjang dengan menggunakan pembelajaran
ekspositori.
H1 = hasil belajar keliling dan luas persegi dan persegi panjang siswa yang
diajarkan dengan menggunakan pembelajaran tematik lebih tinggi dan31berbeda
secara signifikan jika dibandingkan basil belajar keliling dan luas persegi dan
persegi panjang siswa dengan menggunakan pembelajaran ekspositori.
μx

= rata-rata nilai tes matematika kelas eksperimen (menggunakan

pembelajaran tematik )
μy

= rata-rata nilai tes matematika kelas control/pembanding (menggunakan

pembelajaran ekspositori )
Kriteria pengujian :
1
1
−t 1− a< t