Masalah masalah Utama Pada Manusia Masa

MASALAH-MASALAH UTAMA PADA MANUSIA MASA KINI DAN PEMECAHANNYA

Pendahuluan

Anda tentu lebih tahu betapa bobroknya kehidupan yang dijalani umat manusia dewasa ini. Jika saja sejenak dikontraskan dengan kehidupan yang berlangsung di zaman Nabi dan sahabatnya, maka terlihat dengan kecut, betapa kehidupan dewasa ini jauh sekali dari perihidup yang lurus dan fitrah. Kini, tampak lumrah, kehidupan berlangsung begitu sengit penuh persaingan yang kejam. Kepentingan pribadi diutamakan, cara haram dan lalim ditolerir dalam mencapai tujuan. Saling tipu dan hisap antar sesama manusia merupakan pandangan sehari-hari. Terutama sekali hal ini berlangsung di arena bisnis dan pengejaran jabatan. Kelicikan dan kekejaman merupakan perbuatan yang sama sekali tidak ditolak secara keras oleh manusia, seolah itu merupakan hukum yang dibenarkan.

Faktor Ketergantungan Pada Uang

Manusia saling sikut dan saling jegal untuk memburu kesenangan dan kepentingan masing- masing akibat ketergantungan pikiran dan jiwa mereka yang parah dan paranoid terhadap uang. Pada uanglah mereka meletakkan kepercayaan akan keamanan nasibnya. Padahal uang hanya ciptaan manusia belaka. Uang memang telah menggantikan Tuhan sebagai penguasa nasib manusia dalam pikiran sesat mereka. Itu karena uang dapat dipergunakan untuk menukar apapun dari kebutuhan manusia, sekalipun relatif. Tetapi dalam pikiran yang tersihir dan tercekoki: kekuasaan uang adalah mutlak. Bukti relatifnya kekuasaan uang ialah, misalnya jika Anda membawa sekarung dollar atau rupiah ke hutan belantara, mungkinkah uang itu dapat menukar kebutuhan Anda ke binatang dan penghuni hutan itu? Atau jika Anda membawa Rp. 1 milyar rupiah dengan wujud uang tukaran Rp.100.000 berbahan plastik yang pernah dicetak sebelum meletusnya Reformasi di Indonesia, yakinkah Anda akan dapat bersenang-senang? Sebab uang itu sudah diperintahkan oleh BI ditarik dari peredaran. Dengan kata lain, daya tukarnya sudah tidak berlaku lagi. Artinya ialah bahwa uang yang Anda bayangkan berkuasa mutlak membeli apa saja itu, nyatanya relatif dan terbatas kekuasaannya. Kekuasaannya dibatasi oleh pengakuan pihak lain, baik oleh penjual, pembeli, maupun pemerintah yang berwenang memberlakukannya. (lihat lampiran)

Hilangnya Kepercayaan Terhadap kekuasaan Tuhan

Karena manusia mengalihkan kepercayaannya pada kekuasaan uang, maka kepercayaannya akan kekuasaan Tuhan menjadi lenyap. Ketika Tuhan lenyap dalam jiwa dan pikirannya dan sibuk memuja kekuasaan uang, maka jatuhlah manusia pada kekejaman, kelicikan dan segala perbuatan yang keji dan nista. Semua waktu dan pikiran dikerahkan untuk meraup uang dan hal-hal yang mendatangkan kesenangan dan kekuasaan. Di antaranya jabatan dan kedudukan. Lantas tak dapat dihindarkan lagi, persaingan yang keras dan kejam antar manusia pun terjadi dengan sendirinya. Lama kelamaan persaingan itu dibenarkan karena menjadi sesuatu yang tak dapat dielakkan.

Persaingan Sebagai Asas Kehidupan Masa Kini

Sampai kemudian persaingan itu sendiri dinobatkan sebagai asas kehidupan. Muncullah pendapat-pendapat yang disulap ilmiah dari pemuka-pemuka terkenal yang menyatakan bahwa dengan persainganlah tercipta kemakmuran dan perubahan dalam sejarah umat manusia. Asas persainganlah yang membuat hidup menjadi efesien dan efektif. Persainganlah yang memunculkan kreativitas yang semuanya berguna bagi kemajuan perekonomian umat manusia.

Di negara-negara yang menganut paham persaingan bebas, seperti Amerika Serikat (AS), dogma persaingan ini demikian disakralkan. AS, sebagai negara yang bersifat imperialistik dan ekspansif, dogma persaingan sebagai asas hidup ini disebarluaskan dan dicangkokkan ke segala penjuru dunia. Kaki tangan-kaki tangan negara itu, berupa perusahaan, institusi pendidikan, media massa maupun kaum cerdik pandai binaan Amerika, sibuk mendakwahkan sikap hidup bersaing ini ke kaum dan bangsa mereka. Walhasil, segala bangsa, segala ras, seragam mengimani sikap hidup bersaing bebas ini. Padahal di sinilah start awal dan pra kondisi terciptanya kontrol atas bangsa-bangsa di seluruh dunia. Di sinilah jebakan untuk menguasai manusia secara otomatis dan terkendali.

Persaingan Berbeda dengan Latihan Untuk Berlaga dan Bertempur

Apakah diharamkan untuk bersaing satu sama lain? Sama sekali tidak, selama persaingan itu berlangsung baik dan untuk kebaikan dan amal salih. Yang diharamkan ialah menjalankan hidup di atas roda persaingan secara mutlak, tanpa etika, dimana semuanya ditujukan untuk kemenangan orang per orang sesuai siapa yang terkuat.

Bahkan kaum muslimin di masa Nabi biasa dilatih untuk berlaga dan bertempur, tetapi laga dan pertempuran itu bukan dimaksudkan untuk kehebatan dan kesenangan kelompok atau masing-masing, namun untuk kebaikan bersama dan agama. Karena itu sifatnya berbeda. Orang yang menang dalam laga dan pertempuran dalam Islam, akan cenderung bersyukur dan rendah hati. Sebaliknya mereka yang menang dalam persaingan hidup sekarang ini, cenderung congkak dan membusungkan dada, karena menyangka itu adalah atas usaha dan kerja keras dirinya.

Persaingan Sebagai Modus untuk Mengontrol Umat Manusia

Manusia yang terjebak dalam dogma persaingan hidup secara bebas hari ini, akan menjadi mangsa penguasa-penguasa materi yang jarang menampakkan batang hidungnya. Mereka yang bersaing itu, memang didorong seperti itu, supaya sibuk dengan lingkungan dirinya sendiri. Yang berhasil memenangi persaingan itu, akan masuk pada arena persaingan lain yang lebih tinggi dan luas. Demikian seterusnya tanpa ada akhir.

Kalau dicermati, persaingan itu terpusat pada soal kekayaan dan jabatan saja. Tentu saja yang paling tinggi level kekayaan dan jabatannyalah yang akan terus mengendalikan berlangsungnya persaingan di antara manusia itu. Karena dengan berjalannya persaingan itu, dia atau mereka akan dengan leluasa merekayasa medan laga persaingan bebas untuk kelanggengan kekayaan dan kekuasaannya. Hanya yang benar-benar kuat yang sukses merangkak ke atas untuk meraih naik tingkat sampai kemudian diterima dalam lingkungan level yang lebih tinggi. Demikianlah mereka secara sistematis dan otomatis merekrut orang- orang di lingkungan mereka.

Hal itu semua, dalam rangka dan modus operandi untuk menguasai secara sistematis umat manusia secara berjenjang ke atas. Semakin keras persaingan itu, maka yang memenangkan persaingan akan semakin loyal kepada bidang persaingannya. Dan orang-orang semacam itu, sangat tepat dijadikan oleh mereka sebagai wakil-wakil di berbagai bidang dan level hingga ke level terbawah.

Nyatalah bahwa persaingan bebas semacam itu, diperlukan dan merupakan nyawa yang menghidupi kekuasaan mereka atas bangsa-bangsa manusia.

Syirik, Kufr dan Riba sebagai Asas Hidup Menjerumuskan

Sekalipun bukan satu-satunya faktor yang mendorong manusia untuk syirik dan kufur, tapi asas persaingan bebas dapat mendorong orang jatuh ke dalam syirik dan kufr. Syirik ialah menyekutukan Tuhan dalam pikiran dan perbuatan. Bisa saja sekutu Tuhan tercipta dalam pikiran yaitu, uang, jabatan atau kekuatan sendiri. Sedangkan kufr yaitu menyangkal atau menutupi kebenaran Tuhan.

Baik syirik dan kufr merupakan pola pikir dan cara hidup orang-orang yang diperbudak oleh harta dan jabatan. Mereka yang menciptakan sistem hidup dewasa ini yang penuh persaingan kejam, bermaksud menjerumuskan manusia ke dalam kekufuran dan kesyirikan. Karena, jika manusia masih mengakui Tuhan dan tunduk kepada-Nya, sistem mereka tidak akan bisa berjalan dalam perikehidupan manusia dewasa ini. Inilah sebabnya mereka sangat membenci segala ajaran yang membawa ketundukan pada Tuhan, dan untuk melampiaskan kebencian itu, mereka membasmi pengaruh agama dalam pikiran dan jiwa manusia, dengan segala teknik dan alat.

Berikutnya ialah menyelenggarakan riba dalam praktik bisnis dan ekonomi. Riba, seperti halnya sistem persaingan bebas mutlak, juga merupakan alat mereka untuk memeras dan mengontrol manusia, agar hasil tenaga dan kreativitas manusia, mengalir ke kantong-kantong keuangan dan kekayaan mereka. Dengan menerapkan secara massal riba kepada umat manusia, dengan tanpa mengeluarkan tenaga, mereka memperoleh kekayaan yang mengalir begitu saja secara sistematis melalui jaringan perbankan dan keuangan yang mereka telah lama bangun.

Jadi, ini sebenarnya merupakan perbudakan yang licik dan tersamar terhadap mayoritas manusia oleh minoritas para penyembah dan pengikut iblis. Tentu karena ketatnya kerahasiaan mereka di tengah-tengah umat manusia, keberadaan mereka satu per satu sulit dideteksi, tapi dapat diketahui modus operandinya dan segera terdeteksi siapa saja dan pihak mana saja yang mengambil keuntungan dari sistem perbudakan halus ini. Harta dan kekayaan manusia dan bangsa-bangsa yang tersimpan di sistem keuangan dan perbankan, baik pada level nasional maupun internasional, tentulah bisa ditelusuri kemana saja mengalirnya, dan

untuk bisnis dan proyek apa saja. 1 Sebagaimana diketahui, bank menampung dana dari pihak yang menabungkannya pada bank

tersebut, katakan 13 milyar, maka sebenarnya pihak bank hanya mencadangkan 1 milyar saja untuk yang bersangkutan sebagai stok uang yang dapat diambil sewaktu-waktu oleh si empunya, sedangkan 12 milyar lagi oleh bank tersebut bebas untuk diputar ke bisnis-bisnis lain yang menguntungkannya. Dengan demikian, tanpa sepengetahuan si pemilik dana, uangnya diputar oleh bank, dan kemudian diberi keuntungan, baik dengan cara bagi hasil bila

Saat ini tersedia banyak literatur yang membahas masyarakat rahasia yang bertujuan menguasai umat manusa. Misalnya ada freemason, penyembah lucifer (Iblis), club-club rahasia, dst.

menggunakan sistem syariah, ataupun bunga yang sudah ditetapkan sekian persen sebelumnya bagi si penyimpan dana. Bayangkan, ada berapa nasabah yang diputar dananya oleh bank tersebut, tanpa harus permisi kepada si pemilik dana. Begitulah zalimnya sistem bank, dan tak ada seorang pun dapat menghentikan kegiatan gelap semacam itu, dan bahkan dimaklumi. Dari sini saja, kita dapat mengukur, seberapa jauhnya kerusakan masa kini yang terjadi dikontraskan dengan perihidup Nabi dan sahabatnya. Suatu ketika Abdullah bin Ja’far hendak dibayar oleh seseorang yang telah diuruskan hajat

keamanan dirinya oleh beliau kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib. Orang tersebut hendak menyerahkan uang ribuan dirham sebagai balas jasa. Spontan Abdullah bi n Ja’far berkata, “Kami tidak menjual kebaikan.” Bandingkan dengan kegiatan para broker dan pengacara dewasa ini yang menjual kebaikan dan pertolongan terhadap manusia atas nama biaya service atau jasa dengan istilah fee atau komisi. Abdullah bin Ja’far adalah keponakan Khalifah Ali bin Abi Thalib, penguasa pemerintahan Islam masa itu. Tentu saja ia memiliki akses terhadap pamannya. Sekarang jika kita kontraskan dengan realita hari ini, jangankan akses seorang keponakan kepada pamannya, akses sesama sekampung saja dapat orang bisniskan dengan harga yang mahal. Dan harga sebuah akses kepada penguasa, bukan saja berbentuk uang, tapi juga jabatan dan kepemilikan terhadap suatu saham perusahaan. Betapa jauhnya cara hidup di masa sahabat dengan cara hidup di masa kini.

Mengakui Adanya Tuhan, Tapi Menolak Tunduk Pada-Nya

Fenomena yang merusak kehidupan masa kini ialah pengakuan terhadap paham menolak tunduk kepada Tuhan atau perintah Tuhan secara total, tapi tetap mengakui ada-Nya. Sebenarnya paham seperti ini merupakan penghinaan dan olok-olok terhadap Tuhan. Bagaimana mungkin seseorang mengakui adanya Tuhan, tapi tidak bersedia tunduk pada perintah dan larangan-Nya. Paham macam apa itu? Itu seperti seorang pelayan yang mengakui keberadaan tuannya, tapi tidak tunduk pada perintah tuannya, sedangkan ia tetap berada di rumah tuannya, makan dan minum dari pemberian tuannya. Itu benar-benar pertunjukan kedurhakaan yang paling kurang ajar. Kecuali si pelayan itu keluar dari rumah tuannya dan mencari makanan dari sumber lain.

Kalau berpikir sejenak saja, paham semacam itu benar-benar tidak logis. Lebih konsisten bila ia sama sekali tidak mengakui keberadaan Tuhan, maka konsekwenlah sikapnya jika ia tidak tunduk pada titah Tuhan. Jika pun ia tetap mencari makan dari hasil alam dan memanfaatkan udara untuk hidup dimana kedua sumber hidup tersebut bukan ciptaannya, tapi dipandangnya sebagai ciptaan yang tersedia begitu saja, itu masih lebih gentlement ketimbang paham mengakui adanya Tuhan sekaligus penciptaan-Nya dan memanfaatkan ciptaan Tuhan untuk menyambung hidupnya, tapi menolak tunduk pada suruhan dan larangan Tuhan, sebagian atau seluruhnya. Penolakan untuk tidak tunduk pada sebagian atau seluruh perintah dan larangan Tuhan, sama halnya meletakkan dirinya sepadan dan sederajat dengan Tuhan. Itu sama artinya syirik dan menyekutukan Tuhan.

Seringkali konsekwensi dan siginifikansi paham yang telah meluas ini tidak banyak orang sadari. Mereka mengira, paham semacam itu hanya sebuah modus untuk mengatasi masalah kedudukan agama di dalam negara dalam suatu tuntutan negara yang mencakup dan menjamin keberadaan berbagai agama. Solusinya bukanlah pemberlakuan suatu paham yang mengakui adanya Tuhan atau agama, tapi tidak tunduk pada titah Tuhan, sebagian atau Seringkali konsekwensi dan siginifikansi paham yang telah meluas ini tidak banyak orang sadari. Mereka mengira, paham semacam itu hanya sebuah modus untuk mengatasi masalah kedudukan agama di dalam negara dalam suatu tuntutan negara yang mencakup dan menjamin keberadaan berbagai agama. Solusinya bukanlah pemberlakuan suatu paham yang mengakui adanya Tuhan atau agama, tapi tidak tunduk pada titah Tuhan, sebagian atau

Dunia Yang Dibekap oleh Pengikut Iblis

Saat ini, sudah banyak yang menyadari bahwa dunia tidaklah berlangsung secara kebetulan dan berjalan secara alamiah tanpa rekayasa. Buku-buku yang ditulis untuk menjelaskan bagaimana dunia dibekap para pengikut Iblis dan memperbudak umat manusia telah banyak beredar.

Adalah fakta, struktur ekonomi, politik dan sosial umat manusia sejagat disusun secara tidak adil dan dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan pengikut Iblis. Mereka tidak pernah terang- terangan menunjukkan keberadaannya, tapi kontrolnya atas dunia berjalan terus.

Sebagaimana yang diuraikan di atas, perbudakan secara sistematis dan samar-samar berlangsung dengan rapi. Segelintir penentang Tuhan berkuasa di puncak susunan umat manusia. Mereka mengontrol sumber-sumber kekuasaan dan memanipulasi kesadaran umat manusia. Sumber-sumber kekuasaan, semisal teknologi, peredaran uang, data dan informasi, dan jaringan elit-elit politik, dikontrol oleh mereka. Sementara sebagaian besar umat manusia menghabiskan waktunya untuk berjuang menyambung hidup dan membiayai hidup sekarang dan akan datang. Kecakapan dan tenaga mereka dipaksa untuk mengatasi nasib hari ini dan besok. Sementara segelintir pengikut Iblis duduk tenang-tenang mengatur dan mengontrol keadaan. Hal ini karena terperosoknya manusia ke dalam jebakan sistem kufr dan syirik tersebut serta menjauh dari bimbingan dan petunjuk ajaran yang dibawa para Nabi dari Tuhan Pemilik Alam.

Fenomena Pengikut Iblis di Lapangan Ekonomi

Di lapangan ekonomi, pengikut-pengikut Iblis ini benar-benar berjaya. Mereka berjaya menciptakan sistem ekonomi sedemikian rupa agar langgeng dalam kontrol mereka. Satu aspek penting dari sistem ekonomi pengikut-pengikut Iblis ini ialah berlakunya penggunaan uang kertas di berbagai negara. Uang kertas ini secara intrinsik sama sekali tidak bernilai sebobot nominal yang tertera di kertas itu. Tapi dengan back-up negara, uang itu secara relatif bernilai, sekalipun setiap saat bisa nilai kursnya naik turun.

Hal itu karena, negara-negara diciptakan untuk menjadi nasabah bagi para pemilik dana raksasa internasional.

Di lapangan ekonomi strategis, seperti energi dan informasi dan komunikasi, para pengikut Iblis juga bercokol kuat di lapangan itu. Perdagangan senjata juga berada dalam kontrol mereka, termasuk farmasi dan medis.

Fenomena Pengikut Iblis di Lapangan Politik

Seperti halnya di lapangan ekonomi, budak-budak yang dipandang elit oleh suatu bangsa, sukses mereka atur penempatannya di berbagai lini politik. Semuanya dibina sejak muda dan kemudian ditempatkan untuk mewakili dan menjamin kepentingan pengikut-pengikut Iblis itu langgeng.

Antara budak-budak mereka di lapangan ekonomi dan di lapangan politik, saling bekerjasama di dalam rangka memastikan tujuan dan kepentingan pengikut Iblis itu terwujud. Bahkan di belakang layar, sebenarnya terkoordinasi oleh orang-orang yang mereka segani dan hormati. Mereka itulah pemimpin mereka sebenarnya yang bersembunyi di belakang layar. Mereka memang takut mengungkapkan identitas aslinya, karena jahatnya agenda mereka.

Sistem Pasar Mutlak sebagai Modus Kekuasaan Ekonomi Para Pengikut Iblis

Untuk menguasai lapangan ekonomi, para pengikut Iblis memaksakan kepada setiap bangsa untuk memberlakukan sistem pasar bebas mutlak. Karena dengan demikian, yang kuat dan bagian dari kekuatan ekonomi para pengikut Iblislah yang berkuasa dan terdepan. Mereka tetap menyisakan sedikit pemain ekonomi di luar mereka, sekedar pemandu sorak semata.

Sistem Demokrasi Mutlak sebagai Modus Kekuasaan Politik Para Pengikut Iblis

Sedangkan untuk menguasai lapangan politik, para pengikut Iblis memaksakan penerapan sistem demokrasi langsung liberal secara mutlak, seberapa asingnya pun sistem itu bagi bangsa-bangsa di dunia. Semua harus memakai sistem politik seragam, sebagaimana penyeragaman dalam sistem ekonomi. Yang tidak melaksanakan, akan dikucilkan sebagai bangsa yang terbelakang dan dicap tidak maju. Sebaliknya yang mau menerapkan demokrasi langsung liberal, diberi umpan dan gula-gula. Mereka sebut insentif.

Dengan menerapkan sistem demokrasi langsung liberal yang pengejewantahannya ialah pemilu langsung, maka akan dapat diatur budak-budak mereka yang ditempatkan di lini legislatif maupun eksekutif, yang nantinya budak-budak itu secara diam-diam bekerjasama mengatur dan membuat undang-undang guna kepentingan kekuasaan pengikut-pengikut Iblis. Budak-budak itu dipasok dana yang tanpa batas, baik itu untuk menutup biaya kampanye, membeli suara, mencuri data, maupun menyogok petugas pemilu supaya berhasil mendapat kursi.

Sistem pemilu, hakikatnya hanya badut-badutan yang menyita waktu rakyat untuk mengumpulkan uang. Dan hasilnya bagi rakyat selalu kekecewaan dan kelelahan.

Merekayasa Negara-negara Sebagai Sapi Perahan/Nasabah

Dari semua makar mereka terhadap umat manusia, satu perkara yang paling mencolok ialah menciptakan negara-negara yang ratusan jumlahnya sebagai sapi perahan bagi kekuasaan ekonomi dan politik mereka. Pemerintah yang mewakili negara-negara tersebut bertindak sebagai nasabah bagi mereka, sedangkan yang menyediakan dana cicilan bagi mereka ialah rakyat yang diperas melalui pajak dan instrumen tagihan yang bermacam-macam. Sebagian yang dikumpulkan dari tagihan pada rakyat tersebut, digunakan untuk menutup bunga pinjaman, pinjaman pokok, dan uang komisi bagi perantara antara pemerintah maupun pemberi dana. Lainnya lagi, digunakan untuk pemerintah yang serong tersebut. Demikian realita umumnya keadaan keuangan negara-negara di dunia dan segala trik dan praktiknya.

FAKTA-FAKTA KEKUATAN IBLIS DAN PARA PENGIKUTNYA

Kronologi Iblis Berkuasa Atas Manusia

Banyak yang masih mengira bahwa keberadaan Iblis adalah mitos. Mitos itu menyatakan, Iblis hanya ada dalam alam imajinasi manusia. Persepsi tentang Iblis semacam ini memang sengaja dengan sistematis ditanamkan ke dalam pikiran umat manusia lewat pendidikan- pendidikan sains yang diterima di setiap jenjang pendidikan. Lewat pelajaran sainslah ditanamkan gagasan pada manusia bahwa segala yang tidak empirik hanya omong kosong. Informasi yang berasal dari Kitab Suci dipandang meragukan. Sedangkan informasi yang diperoleh melalui panca indera, khususnya mata, dipandang seratus persen absah. Padahal tidak semua hal dapat dijangkau dengan panca indera, khususnya mata. Persoalan sederhana misalnya, apakah informasi tentang Sokrates yang tidak pernah kita jumpai sekarang dengan demikian omong-kosong? Apakah seseorang yang tidak pernah berkunjung ke London, lalu dengan demikian informasi keberadaan London, ibu kota Inggris, dengan demikian dianggap hayalan?

Satu contoh lagi untuk membuktikan betapa relatifnya panca indera diandalkan sebagai penentu verifikasi dan validasi kebenaran. Tentu Anda tahu fenomena fatamorgana, dimana mata melihat air menggenang di jalan aspal di bawah terik matahari. Mata kita menyatakan air berada di atas jalan beraspal. Nyatanya ketika dicek, ternyata itu hanyalah penglihatan saja. Apakah karena mata melihat air menggenang di jalanan aspal tersebut dengan demikian yang benar ialah ada air di atas jalan beraspal tersebut?

Sebenarnya kebenaran dapat diterima bila berasal dari sumber yang benar. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami bahwa kita dapat mengakui dan menerima kebenaran atas suatu berita bila datang dari saluran yang kita pandang jujur dan benar. Tanpa harus berusaha memverifikasi dan memvalidasi berita tersebut, karena yakin benar disebabkan berasal dari saluran yang kita percayai kebenarannya, maka berita itu pun kita pandang benar. Demikian juga analogi kebenaran berita dari Kitab Suci, karena beritanya berasal dari saluran yang dapat dipercaya. Lagi pula secara intrinsik, isi berita pada kitab suci tersebut logis adanya.

Berita tentang adanya Iblis dapat diperoleh dari Kitab Suci, terutama Al- Qur’an. Di dalam Al- Qur’an, Iblis merupakan makhluk Tuhan yang membangkang dan diberi kesempatan untuk menyesatkan manusia hingga dunia musnah.

Keberadaan Iblis ini memang unik. Pembangkangannya dalam satu hal dibiarkan oleh Tuhan. Iblis juga dibiarkan memperoleh kesempatan untuk menggoda dan menyesatkan manusia, makhluk yang diirii dan dicemburui olehnya. Namun akibat pilihannya untuk hidup sepanjang zaman membangkang kepada Tuhan dan berupaya untuk menarik manusia agar sama-sama bernasib sama dengan dirinya di hadapan Tuhan —tentu bagi manusia yang berhasil disesatkannya —Iblis telah ditetapkan menjadi penghuni neraka kelak di akhirat. Bayangkan betapa tengiknya Iblis ini sanggup menjerumuskan dirinya sendiri sebagai makanan api neraka kelak hanya untuk melampiaskan egonya, bahwa dirinyalah yang tertinggi derajatnya. Dia tidak mau ada makhluk yang mengungguli dirinya, sekalipun Tuhannya telah menetapkan manusia, makhluk yang berasal dari tanah, untuk menjadi khalifah di bumi, yang dengan demikian memotong keberadaannya, seperti yang dikira Iblis.

Itulah kepongahan sekaligus ketololan Iblis. Rela menjadi isi neraka kelak, hanya karena tidak mau tunduk untuk satu hal kepada penciptanya sendiri. Gilanya, ia tidak mau sendirian menjadi santapan api neraka. Dengan itu ia merengek minta kesempatan kepada Tuhannya untuk dapat menarik manusia agar dapat menjadi rombongannya terjerumus ke dalam neraka. Dengan kata lain, Iblis menganut paham oportunis yang licik, tidak mau menanggung risiko sendirian, tapi juga melimpahkan risiko pembangkangannya kepada manusia.

Inilah watak Iblis. Risiko ditanggungkan juga kepada manusia yang tidak bersangkut-paut dengan urusan pembangkangannya kepada Tuhannya. Kemudian, karena tinggi hatinya yang menganggap dialah yang terbaik di hadapan Tuhannya, maka tak boleh seorang pun, tak boleh satu makhluk lain pun, yang dapat menyamai apalagi melampaui kedudukannya. Untuk hal itu, ia dapat dengan gila mengambil risiko terjerembab di neraka kelak secara kekal. Bagi Iblis, yang terpenting adalah urusan sekarang, urusan esok biar saja dihadapi sekalipun berat.

Watak Iblis inilah yang ditularkan kepada manusia. Dapat dipastikan, para pengikut Iblis dari bangsa manusia, persis menyerupai Iblis karena mengadopsi watak gila, kejam, dengki dan egoistik kepunyaan Iblis tersebut. Mereka mementingkan yang sekarang, dan tidak mempedulikan yang kemudian, malahan menyangkal keberadaan yang kemudian. Itulah sebabnya mereka menyangkal adanya hari kiamat, hari pembalasan.

Iblis memang menggoda manusia sepanjang masa untuk menerima gagasannya tentang dunia. Dunia adalah kesempatan terakhir dan satu-satunya. Ide itu memang asli berdasarkan nasibnya Iblis. Iblis hanya diberikan Tuhan kesempatan terakhir di dunia. Sebab di akhirat dia tidak punya kesempatan untuk hidup bahagia, karena sudah disiapkan baginya neraka akibat pembangkangannya kepada penciptanya sendiri. Toh itu adalah pilihannya sendiri.

Kemudian, ia juga menghasut manusia untuk saling meninggikan diri. Dia menanamkan pikiran kepada setiap manusia yang dihasutnya bahwa dirinyalah yang terbaik. Manusia- manusia lain di luar diri manusia yang dihasutnya itu, rendah dan hanya pantas menjadi pembantu dan budaknya. Gagasan ini pun sebenarnya khas jati diri Iblis. Gara-gara gagasan sebagai yang terbaik inilah akhirnya Iblis menyangkal kemuliaan manusia, dan sanggup membangkang Tuhannya, hingga akhirnya mengambil risiko menjadi santapan api neraka kelak. Oleh Iblis, gagasan ego sentris ini diracunkan kepada manusia. Sekali manusia memakan racun sebagai yang paling terbaik, maka di situlah Iblis mendapatkan kesempatan mengendalikan manusia hingga memperbudaknya.

Dari mata rantai inilah persaingan antar manusia digelar dan ditularkan hingga ke anak cucu. Bagi yang tidak jeli melihat mata rantai penipuan Iblis, maka akan tenggelam dan hanyut dalam kemalangan hidup bersama Iblis. Tinggallah Iblis secara santai mengawasi persaingan antar manusia agar berjalan sesuai skenario Iblis. Skenarionya ialah bagaimana persaingan antar manusia itu dapat berlangsung dengan kejam dan menyesatkan. Dan persaingan itu haruslah mendapatkan ganjaran yang menyenangkan nafsu. Harta dan kenikmatan seks selalu menjadi iming-iming yang disediakan untuk memuaskan nafsu. Yang memenangkan persaingan akan jatuh ke dalam lumpur kekejian, sedangkan yang kalah berharap terus bila suatu saat kelak dapat memenangkan persaingan. Maka kehidupan yang berjalan di atas roda persaingan tak pernah ada habisnya, kecuali azal menjemput pemain-pemainnya.

Saat Iblis Cuma Bertugas Memonitor Mangsanya

Saat ini agaknya telah tiba suatu masa di mana Iblis berhenti turun tangan menggoda manusia untuk menjerumuskannya ke neraka. Iblis telah memiliki budak-budak dari golongan manusia yang siap dan setia mengabdi kepadanya. Para budak dan pengikut Iblis inilah yang mengoperasikan proyek Iblis untuk membawa manusia ke neraka bersama mereka. Manusia yang tidak mengetahui jalannya proyek Iblis itu, terbawa masuk ke dalam sistem besar yang dipasang oleh pengikut-pengikut Iblis.

Salah satu perangkap dari sistem Iblis ini ialah sistem keuangan. Manusia diarahkan untuk masuk ke dalam sistem keuangan, tanpa terkecuali. Setiap manusia ditanamkan kesadaran bahwa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya haruslah dengan memiliki uang. Uang dipersepsikan dapat membeli segalanya. Padahal sebenarnya relatif.

Transformasi uang, dari awalnya untuk mempermudah sistem barter dimana wujudnya masih berupa emas dan perak atau logam, berubah menjadi kertas, kemudian kartu plastik, dan akhirnya cuma chip dan data pada komputer. Semakin lama semakin nyata bahwa uang hanyalah alat yang nilainya sudah ditentukan untuk membiayai suatu permainan. Ini persis ibarat orang yang hendak bermain di lokasi permainan di mall. Ketika kita menukarkan uang dengan kartu-kartu akses plastik dengan suatu nilai tertentu, maka kita pun dapat mengakses permainan dengan durasi yang sudah ditentukan secara sepihak. Saat ini, gagasan tentang uang, bukan lagi semata alat tukar, tapi telah berubah menjadi alat untuk mengakses kebutuhan-kebutuhan, kesenangan-kesenangan dan permainan-permainan kehidupan. Dengan demikian, saat uang menjadi alat untuk mengakses, maka sudah barang tentu ada yang duduk sebagai pemasok alat akses tersebut. Mereka yang memasok uang sebagai alat akses tersebut itulah yang berkuasa terhadap manusia.

Dengan sistem keuangan dan perbankan yang mereka dirikan, semua manusia terjaring dalam sistem perbankan. Saat manusia terjaring ke dalam sistem itu, di situlah dimulainya segala model perbudakan dan penghisapan. Setiap manusia bekerja menghasilkan uang, dan uang itu disimpan ke dalam sistem penyimpanan perbankan. Saat uang yang dihasilkan manusia itu tersimpan, maka tidak ada yang tahu, kemana uang itu digunakan, diaduk-aduk dengan uang- uang manusia lain yang juga menyimpan di situ. Diputar dan ditanam di mana-mana demi keuntungan yang tak pernah diketahui dengan pasti oleh manusia-manusia yang menyimpankan uangnya di bank itu. Kepentingan si penyimpan hanyalah bagaimana dana miliknya aman dan sewaktu-waktu dapat ditarik. Tetapi berapa banyak uang yang diputar dan berapa keuntungan yang diraup dari waktu yang dimanfaatkan saat penyimpanan uang para nasabah-nasabah itu berlangsung, hanya pihak bank yang tahu. Yang mereka pentingkan, uangnya tidak lari dan ludes. Bagi bank, sangat mudah untuk menukar-silang uang siapa di Dengan sistem keuangan dan perbankan yang mereka dirikan, semua manusia terjaring dalam sistem perbankan. Saat manusia terjaring ke dalam sistem itu, di situlah dimulainya segala model perbudakan dan penghisapan. Setiap manusia bekerja menghasilkan uang, dan uang itu disimpan ke dalam sistem penyimpanan perbankan. Saat uang yang dihasilkan manusia itu tersimpan, maka tidak ada yang tahu, kemana uang itu digunakan, diaduk-aduk dengan uang- uang manusia lain yang juga menyimpan di situ. Diputar dan ditanam di mana-mana demi keuntungan yang tak pernah diketahui dengan pasti oleh manusia-manusia yang menyimpankan uangnya di bank itu. Kepentingan si penyimpan hanyalah bagaimana dana miliknya aman dan sewaktu-waktu dapat ditarik. Tetapi berapa banyak uang yang diputar dan berapa keuntungan yang diraup dari waktu yang dimanfaatkan saat penyimpanan uang para nasabah-nasabah itu berlangsung, hanya pihak bank yang tahu. Yang mereka pentingkan, uangnya tidak lari dan ludes. Bagi bank, sangat mudah untuk menukar-silang uang siapa di

Saat seseorang mendirikan bank, ia hanya memerlukan setengah modal untuk membeli ijin operasional dari bank sentral, sisanya ia hanya memanfaatkan dana-dana nasabahnya. Atau kalau para nasabah itu sedikit beruntung, maka yang digunakan bank itu untuk mengeruk keuntungan ialah dana dari lingkarannya sendiri atau para pemilik sahamnya. Tetapi tetap saja dana nasabah-nasabah yang malang itu akan digunakan juga untuk dipinjamkan, diinvestasikan maupun untuk diputar agar berbuah di mana-mana. Sejatinya, yang dijual oleh bank hanyalah tempo atau waktu. Tempo atau waktu itulah yang dibungakan sehingga berubah menjadi dana-dana miliknya.

Fakta Kendali Pengikut Iblis atas Manusia

Sistem keuangan dewasa ini semakin lama semakin terhubung secara global. Bahkan pembiayaan skala mikro yang sebelumnya tidak terhubung kepada sistem keuangan global, dibujuk dan dipaksa dengan cara-cara permainan legal supaya masuk ke dalam sistem keuangan global. Sudah barang tentu, sistem keuangan ini diatur dan dikontrol oleh kekuatan- kekuatan misterius. Banyak fakta yang menyibak betapa sistem keuangan sebenarnya bermuara dan mengalir ke pangkuan kekuatan-kekuatan tertentu. Dengan demikian mereka mampu mengontrol kekayaan setiap orang di muka bumi dengan sistem keuangan yang mereka ciptakan.

Dewasa ini, setiap negara telah tumbuh menjadi nasabah dan debitor bagi kekuatan-kekuatan tersebut. Layaknya nasabah dan debitor, setiap waktu negara-negara tersebut didera oleh suatu kewajiban untuk membayar cicilan utang lengkap dengan bunga-bunganya. Sementara di kreditor yang berwujud lembaga internasional, perusahaan-perusahaan keuangan multi nasional ataupun negara kreditor, cukup memonitor dan mengawasi agar kepatuhan negara nasabah dan debitor itu dapat berjalan seperti yang sudah direncanakan. Untuk memastikan hal itu, maka orang-orang yang ditempatkan sebagai pemerintah maupun yang mewakili negara itu untuk berurusan dengan hutang-hutangnya, ialah orang-orang yang tunduk dan siap menjadi budak mereka. Segala cara dan rekayasa dilakukan. Bahkan sedari dini, sengaja dilatih dan dididik orang-orang lokal yang siap selalu ditempatkan sebagai yang mewakili negara-negara yang mereka hisap dan eksploitasi itu.

Jumlah hutang-hutang negara pada lembaga-lembaga kreditor atau negara-negara kreditor, senantiasa trennya meningkat. Hal itu berarti, cengkeraman mereka semakin meningkat dan tidak pernah lepas. Adapun dana yang digunakan untuk membayar hutang-hutang tersebut, diperas dari keringat rakyat negara-negara debitor tersebut melalui serangkaian tagihan, pajak dan harga-harga kebutuhan yang direkayasa. Harga-harga kebutuhan rutin rakyat seperti listrik, air bersih dan BBM, sengaja dinaikkan agar keuntungan besar dapat diraup pemasok kebutuhan tersebut. Pada umumnya yang memasok kebutuhan vital rakyat tersebut ialah pemerintahnya sendiri. Oleh pemerintah dicari dalih bahwa naiknya tarif kebutuhan dasar itu Jumlah hutang-hutang negara pada lembaga-lembaga kreditor atau negara-negara kreditor, senantiasa trennya meningkat. Hal itu berarti, cengkeraman mereka semakin meningkat dan tidak pernah lepas. Adapun dana yang digunakan untuk membayar hutang-hutang tersebut, diperas dari keringat rakyat negara-negara debitor tersebut melalui serangkaian tagihan, pajak dan harga-harga kebutuhan yang direkayasa. Harga-harga kebutuhan rutin rakyat seperti listrik, air bersih dan BBM, sengaja dinaikkan agar keuntungan besar dapat diraup pemasok kebutuhan tersebut. Pada umumnya yang memasok kebutuhan vital rakyat tersebut ialah pemerintahnya sendiri. Oleh pemerintah dicari dalih bahwa naiknya tarif kebutuhan dasar itu

Akhirnya perbudakan terus berjalan melalui tenaga-tenaga lokal yang mereka tempatkan dan dibina sejak dini mewakili kepentingan mereka. Penjajahan-langsung boleh berubah, tapi operasi penjajahan dan perbudakan hingga dewasa ini tidak pernah berhenti. Malahan semakin rapi, kuat, mendalam dan meluas.

JALAN KELUAR

Mengamalkan Pola Pikir 0>>1 (Pola Pikir Tauhid)

Sebenarnya sudah banyak pemikir yang mengkritik betapa kalut dan rusaknya sistem kehidupan yang dominan dewasa ini, khususnya di bidang ekonomi. Keluhan umum mereka ialah ekonomi yang hadir dan bekerja hari ini adalah ekonomi yang rakus dan kejam. Bila hal itu terus dibiarkan, akan menghacurkan peradaban manusia. Mereka pun berteriak, perlu ada alternatif dari sistem. Sayangnya selalu alternatif yang diajukan kalau tidak bersifat ekstrem seperti komunisme, maka sifatnya hanya koreksi kecil-kecilan yang terkesan dangkal dan melanggengkan terus sistem yang ada. Padahal sudah diketahui, sistem ekonomi atau pun sistem kehidupan yang berasal dari negara-negara penjajah tersebut hakikatnya ialah senjata segolongan kecil manusia untuk memperbudak seluruh manusia dan menguasai kekayaan alam.

Masalah yang dihadapi umat manusia dewasa ini sebenarnya berpangkal dari pemakluman secara mutlak terhadap sistem persaingan mutlak dan bebas. Persaingan memang diperlukan, tapi bukan berarti dimaklumi sebagai asas moral dalam kehidupan. Sekarang, semua sudut dunia, menyatakan eksplisit atau implisit: persainganlah yang menghidupkan dunia, persainganlah yang membuat pertumbuhan, persainganlah poros segalanya, dan karena itu persaingan harus dirayakan dan dibudayakan secara massal.

Ok, persaingan diperlukan, tapi tidak mutlak. Sementara bila persaingan dipandang mutlak adanya, maka akan ada pihak yang berkuasa secara rahasia dan lalim, yang mengatur dan mengeksploitasi persaingan antar manusia. Di situlah kekejaman dimulai, tanpa pernah bisa dilihat, tapi bisa dirasa dan diraba. Cobalah pelajari, bagaimana sistem uang kertas diciptakan dan diatur dan dibagi-bagi sedemikian rupa. Semua orang tampak memang bersaing memperebutkan dan mengumpulkan uang, tapi mereka tak sadari bahwa sebenarnya mereka tengah bermain di suatu permainan yang diatur oleh bandar.

Semua itu pada akhirnya berpangkal pada cara dan paradigma kehidupan manusia. Hari ini yang mewabah ialah illa ana , la (selain aku, tidak ada). Dari paradigma inilah mereka bangun kehidupan dan permainannya. Ini mirip rumus 1>>0, satu menuju kosong, (eksis satu dengan demikian yang lain kosong). Akulah yang ada, yang lain kosong, nol.

Untunglah sebagian dari kita telah diajari oleh Tuhan bahwa paradigma hidup yang benar ialah 0>>1, kosong menuju yang satu, (kosong, Tuhanlah yang eksis), yaitu, la ilaha illallah , tiada tuhan, kecuali Allah. Kecuali Allah, tidak ada eksistensi yang lain. Eksistensi makhluk mutlak bergantung pada Allah. Tidak ada aku, kecuali Allah. Inilah paradigma dan dasar keyakinan seorang pengikut Muhammad Saw.

Pola pikir 0>>1 ini adalah warisan termahal dari para nabi-nabi kepada umat manusia. Karena inilah anti tesis dari sistem kehidupan yang terbangun dewasa ini. Inilah pola pikir tauhid.

Orang yang tercelup dengan pola pikir 0>>1 (nol ke satu), tidak pernah risau bahwa hidupnya tak disorot orang, karena mereka memang tidak memerlukan persaingan. Mereka bermaksud membangun dunia, dengan kerjasama yang murni dan tulus, bila perlu tak usah namanya diukir dalam sejarah, bukan win-win solution , apalagi membangun dunia dengan asas zero sum game untuk dirinya sendiri. Itulah spirit para Nabi. Mereka tak sudi dirinya dibuat patung, karena memang bukan itu maksud mereka membangun dunia.

Sayang sekali, di Indonesia, khususnya di Jakarta, pola pikir 1>>0 (aku yang ada, yang lain nol) ini telah lama maujud sedemikian rupa hingga berkembang dalam bahasa dan kode-kode komunikasi khas pola pikir ini, yaitu bahasa gue-lu yang beredar di percakapan sehari-hari orang dan di dunia iklan. Apalagi sekarang, semakin menggila dengan banyaknya sarana selfish dan selfie , maka bersimaharajalelah pola pikir 1>>0 (satu ke nol) ini.

Kita masih ingat perkataan syetan ketika Tuhan mengutarakan hendak menjadikan khalifah di bumi dari makhluk berbahan tanah. Spontan syetan tidak suka, karena merasa api, bahan baku penciptaan dirinya, lebih hebat dari tanah lempung. Maka bersainglah ia sepanjang masa dengan bodoh, lalim dan tanpa lelah.

Boleh jadi, syetan yang menderita sepanjang masa oleh api cemburu dan dengki terhadap manusia, maka wataknya itu pun tertular kepada manusia-manusia pengikutnya.

Mengikuti dan Mengamalkan Jalan Kehidupan Para Nabi

Jika pola pikir 0>>1 (nol ke satu) telah tertanam kuat pada manusia, dipastikan ia akan terbebas dari sistem persaingan hidup manusia yang banyak menyesatkan dan menyengsarakan itu. Para Nabi dan utusan Allah adalah teladan yang baik bagaimana mereka menjalani hidup dengan pola pikir 0>>1 atau pola pikir tauhid ini. Tengoklah sejarah, bagaimana para Nabi berdiri dengan teguh menghadapi manusia-manusia yang diserunya.

Pada awalnya para Nabi itu sendirian dan asing di hadapan kaumnya. Itu karena jalan pikiran dan tujuan hidupnya yang 180 derajat berbeda dengan kaumnya. Ia menuju ke kanan, sedangkan kaumnya, pada umumnya, menuju ke kiri.

Sebagian para Nabi itu ada yang berhasil menarik kaumnya ke dalam pimpinannya, tapi sebagian lagi ada yang tidak. Bahkan kisah Nabi Nuh memberi pelajaran betapa anak dan istrinya serta sebagian besar kaumnya malah menentangnya. Yang terpenting ialah tugas kenabian dari sang Khaliq telah ia tunaikan. Itulah tanggung jawab para Nabi, bukan perkara berapa banyak yang dapat ditarik untuk ikut dalam perahu dakwah.

Menyusun Jama’ah dan Imamah Karena hidup tidak bisa dijalani sendirian, ditambah lagi karena misi hidup demikian tidak

ringannya, maka sudah barang tentu penting menyusun jamaah dari orang-orang yang sepaham, setujuan dan sependirian. Jamaah tidak penting besar dan banyaknya, tapi lebih pada kesolidan dan kekuatan ikatannya. Demikianlah Muhammad Saw mengajarkan cara yang terpuji dan cerdas dalam menghadapi lingkungan yang tidak ramah pada dakwah.

Bermula dari satu dua orang, kemudian dibina dalam jamaah. Adanya jamaah, maka yang paling terpuji dan terbaik dari jamaah itu akan bertindak sebagai imam atau pemimpin. Itulah hakikat imamah. Imamah lahir dari suatu konsekwensi akan suatu jamaah.

Bila jamaah telah terbentuk, maka perkara amal-amal penting di bawah ini akan dengan sendirinya dapat ditunaikan dengan baik. Sulit untuk mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar

(disingkat Amanar) ataupun syura (musyawarah) dan ijma’ (mufakat), jika jamaah belum terbentuk. Inilah bukti betapa perkara adanya jamaah adalah urgen dalam kegiatan dakwah.

M engamalkan Amar Ma’ ruf Nahi Munkar

Amar ma’ruf nahi munkar ialah menyuruh perkara yang baik dan melarang perkara yang buruk kepada orang lain. Di dalam jamaah, amar ma’ruf nahi munkar ini harus hidup dan dirawat. Inilah yang menjaga agar jamaah tetap berjalan lurus dalam relnya. Dan inilah pula yang menjaga jamaah agar tetap aktif dan dinamis. Amar ma’ruf nahi munkar ini tidak saja datangnya dari pemimpin jamaah, tapi juga dari sesama anggota jamaah terhadap pimpinannya maupun terhadap sesama anggota yang lain. Karena itu, harus dijamin tersedianya ruang untuk menyampaikan perkara amar ma’ruf nahi munkar , tentu dengan tertib. Sabda Nabi: Barang siapa melihat kemunkaran, maka ubahlah dengan kekuatan tangannya, jika tidak sanggup, dengan perkataan, jika itu juga tidak sanggup, dengan hati, dan itulah selamah-lemah iman.

Firman Allah berbunyi: (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, Firman Allah berbunyi: (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,

Memecahkan Masalah dengan Musyawarah

Sebagai manusia, tentulah banyak masalah yang timbul dan tidak semuanya bisa dipecahkan secara sendirian. Ketika tipe masalah seperti itu timbul, maka bawalah kepada jamaah untuk dipecahkan secara bersama-sama. Barangkali ada usul jalan keluar dari anggota jamaah yang muncul, sehingga masalah dapat dipecahkan. Tentu bila masalah dipecahkan secara bersama- sama dan ditanggung secara bersama-sama pula, maka ikatan cinta dan sayang di antara jamaah akan terbina, dan beban pun terasa akan ringan. Itulah maksud adanya musyawarah.

Musyawarah merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw. Begitu pentingnya perkara ini, sampai-sampai Allah menyatakan perkara ini di dalam Kitab-Nya. Allah berfirman: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (Q.S.Asy-Syura (42): 38)

Musyawarah untuk Mufakat (Ijma’) dengan Prosedur Syar’iy Musyawarah diselenggarakan dengan maksud dan prosedur yang baik. Jalannya musyawarah

dipimpin oleh imam atau amir. Maksud dan tujuan musyawarah serta agendanya dikemukakan dengan terang, ikhlas dan tertib. Masing-masing anggota jamaah diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapat dengan ikhlas, terang dan bertujuan memecahkan masalah, bukan menambah masalah baru. Kecuali masalah pertama sudah dapat dipecahkan, dan diberikan waktu untuk mengajukan masalah baru. Setelah diperoleh jalan pemecahan yang terbaik, maka imam memutuskannya secara tuntas dan resmi. Keputusan itu dilaksanakan dengan baik, bukan sekedar untuk diketahui semata. Nanti pada jadwal musyawarah berikutnya, pelaksanaan atas pemecahan masalah sebelumnya itu dilaporkan. Kemudian dievaluasi dan kemudian dipecahkan lagi, jika memang timbul masalah baru dari hasil pelaksanaan itu.

Firman Allah di bawah ini merupakah etika dan tata cara bermusyawarah sesuai tuntunan syari’at. Pertama sekali, hendaknya para peserta musyawarah berlapang dada, memaafkan bila ada yang perlu dimaafkan, menghindari sikap kasar, dan menggunakan kata-kata yang lembut. Kemudian bermohon ampun kepada Allah. Lalu mulailah musyawarah hingga mencapai keputusan. Bulatkanlah tekad untuk melaksanakan keputusan itu, dan serahkanlah kepada Allah hasil akhir dari pelaksanaan keputusan dari musyawarah itu.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Q.S. Ali Imran (3): 160)

Dalam bermusyawarah, peganglah prinsip demi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kewajiban pula untuk menaati imam atau ulil amri. Tentu dalam proses musyawarah muncul perbedaan pendapat. Jika itu terjadi, rujukkanlah kepada Allah dan Rasul-nya atau Al- Qu’an dan Sunnah Nabi. Allah menjamin, musyawarah yang dilakukan dengan prosedur semacam itu, akan lebih baik hasilnya.

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar -benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. An- Nisa’ (4): 59)

Senantiasa Tersambung Satu Sama Lain dan Tidak Putus Hubungan

Seperti yang diuraikan pada pembahasan sebelumnya, kesendirian menghadapi dunia yang dijalankan dengan asas persaingan yang kejam ini, hanya dapat diatasi dengan meninggalkan kesendirian itu. Antara lain jalan pemecahannya ialah dengan berjamaah. Selain itu, senantiasa tersambung satu sama lain dan tidak putus hubungan. Hal itu cukup membantu meringankan rasa keterpencilan (alienasi) dalam menghadapi hidup.

Dahulu Muhammad Saw membangun jamaahnya dengan cara terus menerus saling bertemu muka, baik dalam shalat lima waktu, maupun dalam pertemuan-pertemuan di mesjid ataupun dalam pertempuran-pertempuran melawan orang kafir serta ekspedisi dakwah. Akhirnya ikatan batin antara para sahabat dengan Muhammad Saw tersimpul dengan kuatnya. Ditambah lagi, satu sama lain saling menopang, saling membantu, saling memperhatikan, saling memberi dan saling melindungi. Bahkan antar para sahabat saling berlomba untuk menjadi paling pemurah, paling banyak berkorban, dan paling berani menghadapi bahaya.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65