KUALITAS HIDUP PADA WANITA MENOPAUSE DI

KUALITAS HIDUP PADA WANITA MENOPAUSE
DI PUSKESMAS TAMAN BACAAN
PALEMBANG TAHUN 2016
Sri Emilda
Program Studi D IV Kebidanan STIKES Mitra Adiguna Palembang
Komplek Kenten Permai Blok J No. 9-12 Bukit Sangkal Palembang 30114

Abstrak
Setiap wanita akan mengalami masa berhentinya haid atau menstruasi yang disebut dengan
masa menopause. Banyak wanita yang merasa depresi, perasaan itu muncul pada sebagian
wanita saja, ada juga wanita yang merasa biasa saja.Wanita yang seperti ini biasanya mempunyai
kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup diartikan sebagai penilaian individual terhadap posisi
mereka didalam kehidupannya, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup
dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian
individu. Tujuan dilakukannya penelitian ini diketahuinya kualitas hidup pada wanita menopause
di Puskesmas Taman Bacaan Palembang. Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif,
penelitian ini menggunakan alat ukur kuisioner dengan wawancara mendalam sebagai metode
pengumpulan data. Fokus penelitian berjumlah 3 wanita menopause dan 1 informan ahli.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, semua informan memiliki kualitas hidup yang
positif, hal ini terlihat dari gangguan fisik dari semua gejala yang dirasakan, mereka tetap
menjaga kesehatannya dengan cara cek kesehatan ke dokter, terapi, cara tradisional, menjaga

makanan, konsumsi vitamin, olahraga serta tetap beraktivitas seperti biasanya. Pada aspek
psikologis semua informan mengatasi hal-hal yang timbul dengan cara menenangkan pikiran,
berfikir postif dan menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah tangga. Dalam hal penampilan,
semua informan mengatakan tidak menjadi beban pikiran dengan perubahan yang terjadi, begitu
juga aktivitas seksual tidak ada keluhan dan tidak ada yang berubah. Hubungan sosial semua
informan berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitar rumah yang mendukung dan memberi
rasa nyaman. Harapan untuk kesehatan kedepannya, ketiga informan ingin tetap dengan kondisi
sehat, mereka mensiasati dengan cara jangan terlalu banyak pikiran, makanan tetap dijaga,
melakukan olahraga, ikut aktivitas diluar rumah, mengkonsumsi obat dan vitamin serta
refreshing bersama keluarga. Faktor yang mempengaruhi ketiga informan mempunyai kualitas
hidup yang positif yaitu dalam hal mengenali diri sendiri, bersikap optimis dengan tetap
melakukan aktivitas seperti biasanya.
Kata kunci
Refrensi

: Menopause, Kualitas Hidup, Wanita
: 32 (2001-2016)

Abstract
Every woman will experience a period of menstrual cessation or menstruation called

menopause. Many women feel depressed, the feeling appears in some women only, there are also
women who feel normal saja.Tanita like this usually have a good quality of life. Quality of life is
defined as an individual's judgment of their position in their life, in the context of the culture and
value system in which they live in relation to individual goals, expectations, standards and what
the individual cares about. The purpose of this research is to know the quality of life in
menopausal women at Puskesmas Taman Bacaan Palembang. This research is a qualitative
descriptive, this research uses questionnaire measuring instrument with in-depth interview as

data collection method. The focus of the study amounted to 3 menopausal women and 1 expert
informant. Based on the research that has been done, all informants have a positive quality of
life, it is seen from the physical disturbance of all the symptoms are felt, they keep their health
by way of health checks to doctors, therapy, traditional ways, keeping food, vitamins, sports and
keep the activity as usual. In the psychological aspect all informants overcome the things that
arise by calming the mind, thinking postif and occupying themselves with housework. In terms
of appearance, all informants said not to be a burden to the mind with the changes that occur, so
does the sexual activity no complaints and nothing has changed. Social relations all informants
interact socially with the environment around the house that supports and gives a sense of
comfort. Hope for the health of the future, the three informants want to stay with healthy
condition, they anticipate by not too much mind, keep food, do sports, join the activity outside
the house, taking drugs and vitamins and refreshing with family. Factors that affect the three

informants have a positive quality of life that is in terms of recognizing yourself, be optimistic to
keep doing activities as usual.
Keywords: Menopause, Quality of Life, Women
References: 32 (2001-2016)

PENDAHULUAN
Kehidupan pada dasarnya merupakan
serangkaian perkembangan dan kontinu dari
lahir sampai mati. Setiap perkembangan
mengandung pengertian adanya suatu proses
menuju kematangan yang meliputi aspek
jasmaniah, rohaniah dan sosial. Bila
seoarang individu telah mencapai periode
kematangan, baik aspek fisik, psikis maupun
sosial yang umumnya dapat dicapai pada
usia remaja hingga dewasa, maka periode
berikutnya adalah tahap kemantapan dan
untuk selanjutnya adalah periode penurunan
(Proverawati, 2010).
Seiring dengan peningkatan usia,

banyak terjadi proses perkembangan dan
pertumbuhan pada manusia. Namun pada
suatu saat perkembangan dan pertumbuhan
itu akan terhenti pada suatu tahapan,
sehingga berikutnya akan terjadi banyak
perubahan yang terjadi pada fungsi tubuh
manusia. Perubahan tersebut biasanya
terjadi pada proses menua, karena pada
proses ini banyak terjadi perubahan fisik
maupun psikologis. Perubahan tersebut
paling banyak terjadi pada wanita karena
pada proses menua terjadi suatu fase yaitu
fase menopause. Sebelum terjadi fase
menopause biasanya didahului dengan fase
pre menopause dimana pada fase pre
menopause ini terjadi peralihan dari masa
subur menuju masa tidak adanya pembuahan
(anovulatoir ) (Proverawati, 2010).
Menoupase didefinisikan oleh World
Health Organization (WHO) sebagai

penghentian menstruasi secara permanen
akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium.
Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut,
periode
menstruasi
terakhir
secara
retrospektif
ditetapkan
sebagai
saat
menopause. Oleh karena itu, tidak jarang
seorang wanita takut menghadapi saat
menopausenya.
Seiring
dengan
bertambahnya umur, semua fungsi organ
tubuh
mulai
menunjukkan

adanya
perubahan-perubahan yang signifikan. Salah
satunya adalah menurunnya fungsi organ
reproduksi yaitu ovarium. Pada usia sekitar
45 tahun terjadi keluhan haid yang mulai

tidak teratur. Biasanya ditandai dengan
memendeknya siklus haid dibandingkan
dengan
siklus
haid
sebelumnya
(Purwoastuti, 2015).
Menopause merupakan suatu fase
alamiah yang akan dialami oleh setiap
wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40
tahun, tepatnya umur antara 40-55 tahun.
Kondisi ini merupakan suatu akhir proses
biologis yang menandai berakhirnya masa
subur seorang wanita. Dikatakan menopause

bila siklus mensturasinya telah berhenti
selama 1 bulan. Berhentinya haid tersebut
akan membawa dampak pada konsekuensi
kesehatan baik fisik maupun psikis
(Retnowati, 2001).
Menurut Manuaba (2009), fase
menopause pada wanita merupakan waktu
terhentinya menstruasi dengan perubahan
dan keluhan psikologis dan fisik makin
menonjol yang berlangsung sekitar 3 - 4
tahun pada usia antara 56-60 tahun. Wanita
mengalami perubahan-perubahan hormon
utama yang berasosiasi dengan menopause,
satu diantaranya adalah penurunan nyata
dalam estrogen. Hilangnya estrogen dan
progesteron secara progresif selama
menopause meningkatkan resiko kesehatan
wanita dan akan mempengaruhi kualitas
hidup seorang wanita (McKhann, 2010).
Kualitas hidup merupakan konsep

kesehatan
multimensi
terutama
memperlihatkan gejala subjektif yang
mempengaruhi perasaan seseorang dan
fungsi kesehariannya. Kualitas hidup
mencakup beberapa area penting seperti
perasaan
seseorang,
ketidakmampuan
melaksanakan tugas, dan fungsi fisik,
psikologis dan sosial. Faktor - faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup menurut
diantaranya, seperti mengenali diri sendiri,
adaptasi, merasakan penderitaan orang lain,
perasaan kasih dan sayang, bersikap optimis,
dan
mengembangkan
sikap
empati

(Ghozally, 2005).
Kualitas hidup penting untuk diukur
pada wanita yang sudah memasuki masa
menopause, agar dapat diupayakan tindakan
peningkatan kualitas hidup. Hal ini
dikarenakan
kualitas
hidup
akan

mempengaruhi kelangsungan hidup wanita
itu sendiri terkait dengan harapan hidupnya.
Jika memiliki kualitas hidup yang baik,
maka akan memiliki harapan hidup yang
baik pula (Glasier dan Gebbie , 2006).
Pada beberapa wanita, berakhirnya
menstruasi terjadi secara mendadak, satu
masa menstruasi berakhir dan ia tidak
pernah mendapat menstruasi lagi. Bagi
wanita lainnya, jarak menstruasinya menjadi

tidak teratur, terjadi antara selang waktu tiga
minggu hingga beberapa bulan. Apabila satu
tahun penuh telah berlalu tanpa mendapat
menstruasi, ia dapat dengan yakin
menyimpulkan bahwa menopause terjadi
saat terakhir kali ia mendapat menstruasi.
Dampak dari menopause tersebut dapat
menimbulkan gejala-gejala yang di rasakan
oleh wanita menopause (Maulana, 2005).
Berdasarkan
batasan
serta
pengelompokan,
gejala-gejala
pada
menopause yang sulit di ketahui.
Menopause bukan hanya ditandai oleh
berhentinya haid, sejak dulu sudah di tandai
oleh keluhan-keluhan fisik, psikis/psikologi,
seksualitas dan sosial (Faisal, 2001). Fakta

lapangan menemukan bahwa 75 % wanita
yang
mengalami
menopause
akan
merasakan berbagai masalah atau gangguan
( hot flushes / peningkatan suhu tubuh secara
tiba-tiba, sakit kepala, mudah lupa, sulit
tidur, rasa semutan pada tangan dan kaki ),
sedangkan sekitar 25% lainnya tidak
mempermasalahkan (Achadiat, 2003).
Masalah-masalah kesehatan pada usia
menopause ada 2 macam yaitu masalah
jangka pendek, keluhan terkait dengan
psikologis dan fisik. Sedangkan masalah
jangka panjang, keluhan terkait pada seluruh
sistem tubuh seperti pada muskuloskeletal
dan kardiovaskuler. Salah satu masalah
kesehatan pada masa menopause yaitu
terjadinya keluhan psikologis dimana wanita
merasa cemas dan takut ketika telah
memasuki masa menopause. Kondisi ini
merupakan perubahan alamiah yang akan
terjadi pada setiap wanita karena kurang
pengetahuan tentang menopause. Wanita
cenderung memandang menopause dari
sudut negatif. Kondisi ini akan berpengaruh

pada tingkat kecemasannya, dan lebih tinggi
dialami oleh wanita usia 48-56 tahun
(Retnowati, 2001).
Perubahan psikologis pada wanita
menopause dapat berdampak pada keadaan
sosial yang dirasakannya, Keadaan sosial
ekonomi juga mempengaruhi faktor fisik,
kesehatan dan pendidikan. Keadaan sosial
yang dirasakan adalah takut kehilangan
fungsi dan eksistensi sebagai wanita, takut
tidak bisa memuaskan atau melayani suami,
takut kehilangan kasih sayang atau suami
mencari wanita lain, tidak bisa tampil baik
mendampingi suami yang meningkat
kariernya, minder ketemu orang, cenderung
ingin dirumah saja, merasa hidupnya kini
tak mengandung harapan dan dilupakan
orang (Faisal, 2001). Banyak keluhan yang
di alami seorang wanita pada menopause.
Keluhan ini menimbulkan kecemasan dan
ketakutan pada diri seorang wanita,
sehingga wanita mempunyai persepsi tidak
baik tentang menopause (Dewi, Makiyah,
2005).
Wanita yang mengalami menopause
akan membutuhkan keluarga dan temanteman terdekat sebagai dukungan agar tidak
minder
dalam
beradaptasi
dengan
lingkungan. Selain itu adanya motivasi dari
dirinya untuk menjalani hidupnya dengan
penuh semangat (kualitas hidup yang baik).
Perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
pada wanita menopause mengakibatkan
timbulnya satu krisis dan dimanifestasikan
diri dalam keluhan-keluhan fisik dan
psikologis yang biasanya dirasakan sekitar
setahun atau dua tahun setelah masa
menstruasi terakhir (Rebecca dan Pam,
2007). Keluhan fisik yang timbul adalah
perasaan panas (hot flushes), keringat
berlebihan pada malam hari, insomnia,
kekeringan pada vagina, sakit dan nyeri
pada persendian, berat badan bertambah
(Kasdu, 2004). Sementara keluhan psikis
adalah cemas, emosi yang labil, daya ingat
menurun,
sulit
berkonsentrasi,
sulit
mengambil keputusan,dan merasa tidak
berharga (Glasier dan Gebbie 2006).
Keluhan fisik maupun psikis ini tentu saja

akan mempengaruhi kualitas hidupnya
(Kasdu, 2004).
Berdasarkan penelitian Tika Larasati
(2012) Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma adalah subjek memiliki kualitas
hidup yang positif, tidak merasa murung
meratapi keadaan yang telah dialaminya
yaitu masa menopause. Hal ini terlihat dari
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup subjek dalam hal mengenali diri
sendiri yaitu subjek dapat menyelesaikan
masalah sendiri, adaptasi misalnya subjek
suka berkumpul dengan teman-teman,
merasakan penderitaan orang lain subjek
sering bercerita tentang keluh kesah antar
sesama teman, perasaan kasih sayang
keluarga tetap menyayangi subjek seperti
sebelumnya, bersikap optimis dengan tetap
melakukan
aktivitas
yang
menyenangkannya, mengembangkan sikap
empati seperti selalu menolong orang yang
mengalami musibah.
Penelitian Dessy Irwienna Putri
(2014), hasil penelitian menunjukkan
kualitas hidup cenderung lebih baik pada
wanita menopause yang berpendidikan
tinggi, berolahraga rutin, tidak memiliki
penyakit kronis, dan bergejala menopause
ringan. Ditinjau dari domain kualitas hidup,
domain fisik cenderung lebih baik pada
wanita
menopause
yang
menikah,berolahraga rutin dan bergejala
menopause ringan. Domain psikologis
cenderung lebih baik pada wanita
menopause yang berpendidikan tinggi,
berolahraga rutin, dan tidak memiliki
penyakit kronis. Domain lingkungan
cenderung lebih baik pada wanita
menopause yang berpendidikan tinggi,
berolahraga rutin, dan bergejala menopause
ringan. Sedangkan domain sosial cenderung
lebih baik pada wanita menopause yang
menikah. Berdasarkan dari penelitian ini
maka wanita menopause dianjurkan untuk
melakukan olahraga rutin sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup mereka.
Jumlah wanita menopause di Asia,
menurut data WHO pada tahun 2025
melonjak dari 107 juta jiwa akan menjadi
373 juta jiwa. Depkes RI (2005),

memperkirakan penduduk Indonesia pada
tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa
dengan jumlah wanita yang hidup dalam
usia menopause sekitar 30,3 juta jiwa
dengan usia rata-rata 49 tahun yang
mengalami menopause (Septiyani, 2013).
Sindroma menopause sampai saat ini
masih dialami oleh wanita dibeberapa
negara misalnya di Eropa mencapai 70-80%,
Amerika 60%, Malaysia 57%, China 18%,
Jepang dan di Indonesia 10%. Perbedaan
persentase sindroma menopause disebabkan
jumlah estrogen wanita Eropa dan Amerika
lebih banyak dibanding wanita Asia
(Urnobasuki, 2004).
Indonesia merupakan negara dengan
jumlah penduduk terbanyak keempat di
dunia setelah RRC, India dan Amerika
serikat, yaitu 237 juta jiwa, dengan 118 juta
jiwa berjenis kelamin wanita (BPS, 2010).
Menurut proyeksi BPS, jumlah penduduk
perempuan berusia di atas 50 tahun adalah
15,9 juta orang, dan pada tahun 2025
diperkirakan akan mencapai 60 juta
perempuan
mengalami
menopause
(Rachmawati dalam Sumanto, 2009).
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun
2013 jumlah perempuan berusia diatas 50
tahun baru mencapai15,5 juta jiwa atau
7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun
2020 jumlahnya diperkirakan meningkat
menjadi 30,0 juta jiwa atau 11,5% dari total
penduduk (Depkes RI, 2013). Wanita
menjelang menopause akan mengalami
penurunan berbagai fungsi tubuh, sehingga
akan berdampak pada ketidaknyamanan
dalam menjalani kehidupannya (Atik, 2010).
Dari data Puskesmas Taman Bacaan
Palembang pada tahun 2015, jumlah wanita
menopause dari usia 45-59 tahun berjumlah
2.529 jiwa dan jumlah usia > 60 tahun
adalah 1.391 jiwa. Kegiatan lansia di
Puskesmas ini terdiri dari senam/latihan
kesegaran jasmani, pemeriksaan berkala
sebulan,
penyuluhan
kesehatan/gizi,
pembinaan mental dan rekreasi Pelayanan
lansia dilakukan pada balai pengobatan
lansia (BP Lansia) setiap hari di Puskesmas
induk dan posyandu lansia rutin sekali
sebulan. Selain itu Puskesmas ini sering

mengikuti perlombaan lansia di tiingkat kota
Palembang.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian : penelitian ini bersifat
deskriptif kualitatif. Deskriptif Kualitatif
adalah metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran/deskripsi yang
berhubungan
dengan kategorisasi, karakteristik atau sifat
variabel dan kualitatif tidak berhubungan
dengan angka (Notoatmodjo, 2005).
Waktu dan Tempat Penelitian :
penelitian dilakukan pada tanggal 15 – 20
Oktober 2016 di wilayah Puskesmas Taman
Bacaan Palembang.
Fokus Penelitian : Penelitian ini
dilakukan pada wanita menopouse.
Data, dalam penelitian ini data primer
diperoleh melalui wawancara mendalam
yang dilakukan peneliti kepada partisipan.
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara mendalam dan mencatat
jawaban-jawaban yang diutarakan informan
sebagai sumber data primer. Jawabanjawaban tersebut akan dicatat di buku
catatan.
Situasi Sosial
Dalam penelitian kualitatif tidak
menggunakan istilah populasi tetapi situasi
sosial. Situasi sosial ini terdiri atas 3 elemen
yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan
aktivitas (activity) yang berinteraksi secara
sinergis (Sugiyono, 2011). Penelitian ini
tidak menggunakan populasi karena
penelitian kualitatif berangkat dari suatu
kasus tertentu pada situasi sosial tertentu
dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan
ke populasi, tetapi ditransfer ketempat lain
pada situasi sosial yang memiliki kesamaan
dengan situasi sosial pada kasus yang
diteliti.
Situasi sosial dalam penelitian ini
adalah ibu (informan)
yang sudah
menopause.

Sampel
Selanjutnya menurut Saryono (2011),
fokus penelitian kualitatif adalah pada
kedalaman dan proses sehingga pada
penelitian ini hanya melibatkan jumlah
partisipan yang sedikit (sebanyak 3
partisipan). Pada penelitian ini berjumlah 3
wanita menopause dan1informan ahli
obstetric dan ginekologi.
Pengambilan sampel dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara non-probability
sampling yaitu secara purposive sampling,
dipilih dengan pertimbangan dan tujuan
tertentu (Sugiono, 2011).
Dengan kriteria informan sebagai
berikut :
a. Perempuan berusia berkisar 45-55 tahun
yang sudah masa menopause
b. Berpendidikan SD, SMP, SMA
c. Kooperatif dan bisa diajak berkomunikasi
dengan baik
d. Bersedia menjadi informan dalam
penelitian.
Teknik Analisis Data
Untuk mendapatkan hasil informasi
yang lebih dalam pengelolaan data, peneliti
menggunakan content analysis, data atau
informasi yang telah diperoleh, dicatat atau
direkam dengan menggunakan radio kaset
dan buat transkrip, kemudian kedalam
matrik dan di dalam matrik data
dikelompokkan sesuai dengan tujuan
peneliti. Data tersebut kemudian dianalisis
secara manual serta disusun untuk alternatif
penelitian
masalah.
Untuk
melihat
keabsahan informasi dilakukan triangulasi
sumber dengan cara melakukan pengecekan
ulang terhadap jawaban informasi yang
lainnya yang dilaksanakan oleh peneliti
sendiri. Selain itu untuk triangulasi metode
dilaksanakan wawancara mendalam dan
observasi (Sugiyono, 2011).
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN

DAN

Dari hasil wawancara mendalam
mengenai apa yang dimaksud dengan
menopause bahwa Ny’’A” mengatakan :

menopause itu tidak datangnya haid lagi,
pada usia 48 tahun. Disebabkan tindakan
operasi histerektomi setelah itu tidak datang
haid lagi sampai sekarang. Dari wawancara
dengan Ny”F” mengatatakan : masa
menopause itu berakhirnya kesuburan,
masih ada gairah jika masih haid, hilang
kegairahan jika tidak haid lagi. Selanjutnya
Ny.R mengatakan menopause adalah tidak
datang haid lagi. Dari ketiga informan
mengatakan bahwa menopause itu tidak
datangnya menstruasi lagi. Dari hasil
wawancara dengan informan ahli bahwa
menopause adalah suatu kondisi yang
normal yang terjadi pada wanita seiring
dengan bertambahnya usia akan terjadinya
suatu keadaan dinamakan menopause, jadi
bukan gangguan atau penyakit tapi sering
didefiniskan tidak datangnya menstruasi
selama 1 tahun pada wanita, terjadi pada
usia 45-55 tahun.
Sesuai dengan teori Retnowati (2001)
menopause merupakan suatu fase alamiah
yang akan dialami oleh setiap wanita yang
biasnya terjadi pada usia 45-55 tahun.
Kondisi ini merupakan suatu akhir proses
biologis yang menandai berakhirnya masa
subur seorang wanita, mengalami masa
peralihan dari siklus haid yang rutin setiap
bulan ke masa menopause dimana terjadinya
perubahan-perubahan fisik dan juga psikis
pada diri seorang wanita. Pada masa
menjelang menopause, estrogen yang
dihasilkan semakin turun sampai masa
menopause.
Untuk
aspek
fisik
mengalami
perubahan misalnya dalam hal kesehataan
fisik, Hasil wawancara informan Ny. A
mengatakan : dia merasa cepat kelelahan,
persendian terasa sakit, bekeringat panas
dimalam hari. Ny. F mengatakan dimalam
hari susah tidur, banyak keringat dimalam
hari, badan sering sakit, nyeri persendian,
kaki dan pinggul. Dan Ny.R Ny. R
mengalami rematik, susah tidur, mudah
kelelahan dan berkeringat panas dan banyak
dimalam hari. Ketiga informan (Ny.A, Ny.F
dan Ny.R) mengalami perubahan dalam
masalah kesehatan seperti cepat kelelahan,
persendian terasa sakit, bekeringat dimalam

hari, susah tidur, berkeringat panas. Untuk
mengurangi hal tersebut, semua informan
melakukan cek kesehatan ke dokter dan
mengkonsumsi obat dari dokter dan obat
tradisional serta melakukan terapi, selain itu
semua informan mengkonsumsi sayuran,
buahan serta istirahat.
Menurut Kuncoro ( dalam Atikah
2010), ketika terjadi pre menopause akan
menimbulkan gejala-gejala yang berbeda
pada tiap orang, meskipun demikian
merupakan gejala yang biasa disebut
sindrom premenopause. Gejalanya seperti
hot flush (perasaan panas dari dada hingga
wajah), keringat dimalam hari, insomnia
(susuah tidur), sehingga waktu tidur menjadi
kurang, aktifitas saat ini sama tidak
berkurang tetap melakukan aktifitas yaitu
kegiatan jadi ibu rumah tanggga.
Menurut
Atikah
(2010),
pre
menopause merupakan sumber potensial
lain pada masalah tidur. Nyeri tiba-tiba atau
dikenal dengan hot flush dan perubahan cara
bernafas termasuk yang paling banyak
dialami kaum wanita disaat pertama kali
datang menopause. Kondisi ini cukup
mengganggu tidur dan bisa memicu
kelelahan
disinag
hari.Pemeriksaan
kesehatan diusahakan secara rutin seperti
pap-test, mammogram, tes kolesterol dan
trylyceride dan screening lainnya. Penting
bagi para wanita mulai dari usia 25-64 tahun
semua wanita harus melakukan pemeriksaan
dasar setiap tahunnya. Yang lebih penting
lagi adalah meminum obat-obatan sesuai
dengan resep dokter.
Perubahan kesehatan fisik dari ketiga
informan ini, informan pertama dan ketiga
(Ny.A dan Ny.R) merasa perubahan tersebut
tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Menurut teori Sulisetyawati (2011), dari
setiap perubahan yang dialami oleh wanita
menopause, maka akan mempengaruhi
bagaimana konsep diri yang akan dimiliki
oleh wanita tersebut. Dampak menopause
terhadap fungsi peran wanita yang
mengalami menopause; tetap semangat
dalam bekerja, tetap gesit, tetap melayani
suami dengan baik sebatas yang bisa
dilakukan, semakin akrab dengan anak-anak

apalagi sudah ada cucu, semakin rutin dan
giat dalam ikut kegiatan-kegiatan.
Sedangkan informan kedua (Ny.F)
mengatakan malas untuk beraktivitas jika
timbul rasa pegal-pegal dibadan. Menurut
Suparyo (2014), menurunnya hormon
mengakibatkan menurunnya tingkat energi
pada wanita sehingga saat memasuki masa
menopause seorang wanita akan lebih sering
merasa lelah dan lemas tanpa sebab. Rasa
lelah
dan
lemah
tentunya
akan
mempengaruhi kegiatannya sehari-hari yang
pada akhirnya mereka tidak bisa melakukan
aktivitas sebagaimana biasanya.
Aspek psikologis kondisi informan
pertama (Ny.A) mengatakan ia merasa
mudah tersinggung karena kadang perasaan
tidak dihargai muncul akibat sedikit sensitif
terhadap suatu hal yang dirasakan, tapi itu
hanya sebatas perasaannya saja, informan
kedua (Ny.F) mengatakan menjadi pelupa
jika meletakkan suatu barang, mengalami
kegelisahan yang tidak tahu penyebabnya.
Informan ketiga (Ny.R) sama halnya dia
juga merasakan jadi pelupa. Untuk
mengatasi itu semua informan menenangkan
pikiran mereka dan menyibukkan diri
sendiri dengan pekerjaan rumah tangga.
Menurut informan ahli (dr.A) menopause
mempengaruhi psikologis wanita karena jika
hormon yang berkurang juga akan
mengakibatkan
kemampuan
berfikir
mengalami penurunan, sering stress,
menangis (mikirin keluarganya mungkin).
Sesuai dengan teori Purwoastuti
(2015), semua gejala psikologis yang timbul
pada masa pubertas maupun pada masa
klimakterik seperti rasa takut, tegang, rasa
sedih, mudah tersinggung dan depresi
sebenarnya
sangat
bergantung
pada
perubahan hormon tubuh wanita itu
sendiri.Walaupun ini tidak berarti bahwa
semua gejala psikis hanya disebabkan oleh
berkurangnya hormon estrogen saja. Ada
penyebab lain yang menimbulkan gangguan
psikis. Seorang ibu rumah tangga yang
memusatkan kehidupannya hanya untuk
membesarkan anak-anaknya lebih mudah
mengalami psikis.

Dari aspek hubungan sosial, segi
penampilan, semua informan (Ny.A, Ny.F
dan Ny.R) mengatakan tidak menjadi beban
pikiran dengan menjadi tua, rambut mulai
memutih, kulit mulai keriput karena itu
semua sudah menjadi kodrat Tuhan dan
menerima keadaan itu. Mereka mendapat
perhatian keluarga terdekat terutama anakanaknya memberikan dukungan moril
dengan meminta untuk tetap berpenampilan
menarik, dibawa santai dan refreshing
bersama keluarga serta mengkonsumsi
buahan dan sayuran agar tetap sehat dan
kulit tidak cepat keriput.Selain itu keluarga
terdekat
suami
dan
anak-anaknya
memberikan perhatian dalam bentuk
mengantarkan ibunya atau istrinya untuk cek
kesehatan ketenaga kesehatan. Hubungan
pribadi yang baik, saling percaya antara
suami-istri, maupun antara dokter-pasien
akan memberikan harapan yang besar akan
kesembuhan.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Zan
Pieter (2010), bahwa menjadi tua sering kali
menjadi momok yang menakutkan bagi
wanita, kekhawatiran ini mungkin berawal
dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi
tidak sehat, tidak bugar dan tidak cantik lagi.
Sebenarnya sulit atau mudahnya menjalani
masa menopause, pada sifatnya sangat
individual.Keluhan ketidaknyamanan ini
bisa disikapi secara berbeda pada setiap
wanita. Apabila wanita dapat berfikir positif
maka keluhan-keluhan yang muncul tidak
akan memberatkan dan menekan hidupnya.
Dalam aktivitas seksual, informan
pertama (Ny.A)
mengatakan tidak ada
keluhan selama melakukan hubungan
seksual dengan suaminya. Ny.A mengatakan
juga bahwa ia dibantu dengan penggunaan
jelly pada saat berhubungan untuk
menghindari rasa tidak nyaman (lecet) pada
saat berhubungan seksual. Sedangkan kedua
informan lainnya (Ny. F dan Ny. R)
mengatakan tidak ada keluhan sama seperti
biasanya dan tidak ada yang berubah dalam
hubungan seksual dengan pasangannya,
karena itu hal ini tidak menjadi beban
pikiran. Begitu juga dengan suaminya
menerima keadaan istrinya yang sekarang

dengan tetap memberikan kasih sayangnya.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Jhaquin
(2010), beberapa wanita mengalami
penurunan gairah seks ketika menjelang
premenopause. Faktor-faktor yang berkaitan
dengan penurunan libido pada wanita usia
pertengahan begitu kompleks, termasuk
depresi, gangguan tidur dan keringat malam
hari. Penurunan gairah seks terjadi karena
terjadiya perubahan pada vagina, seperti
kekeringan, yang membuat area genitalia
sakit dan selain itu terjadi perubahan
hormonal sehingga dapat menurunkan
gairah seks. Libido yang rendah mungkin
disebabkan masalah psikologis, biologis
atau sosial, jadi membutuhkan penyelidikan
aspek-aspek
untuk
mengetahui
penyebabnya.
Dalam aspek lingkungan, hubungan
semua informan dengan orang-orang sekitar
cukup baik. Dari keluarga dan teman mereka
mendukung dalam segala hal yang terbaik
untuknya.Untuk informan pertama (Ny.A)
dan kedua (Ny.F) berinteraksi dengan
lingkungan tempat tinggalnya, sering
kumpul diwaktu senggang seperti ikut dalam
pengajian yang sering diadakan, ikut arisan,
ikut senam bersama, ikut posyandu.
Lingkungan rumah yang nyaman membuat
mereka betah tinggal dirumah. Sedangkan
informan ketiga (Ny.R) mengatakan lebih
banyak melakukan aktivitas dirumah saja,
tetapi sesekali ikut pengajian juga. Mereka
juga melakukan refreshing biasanya
bersama keluarga untuk menghilangkan
penat pikiran seperti jalan-jalan ke Mall,
tempat rekreasi bahkan keluar kota.
Sesuai dengan teori Sofie (2014),
tetaplah beraktifitas dan menyibukkan diri
dengan hal yang produktif. Dengan
bertambahnya usia pada umumnya kegiatan
fisik berkurang. Penting sekali merubah
gaya hidup dan memasukkan olahraga
kedalam kegiatan rutin disamping kegiatan
sosial lain seperti pengajian atau arisan.
Harapan semua informan untuk
kesehatannya kedepan, tetap dengan kondisi
sehat, dengan cara jangan terlalu banyak
pikiran, dibawa santai, olahraga, makanan
tetap dijaga, mengkonsumsi obat dan

vitamin dan refreshing bersama keluarga.
Menurut informan ahli (dr. A) untuk tetap
menjaga kualitas hidup pada wanita
menopause bisa dengan olahraga 30 menit
dibawah sinar matahari pagi, jalan pagi,
konsumsui makanan yang berserat tinggi,
latih berfikir, bersosialisai, cek kesehatan ke
dokter, konsumsi obat dan pemberian
hormon.
Sesuai dengan teori Prawirohardjo
(2007), pengabatan menopause hal pertama
yang harus diperhatikan adalah pola hidup
diantaranya pengaturan makanan, teknik
relaksasi, olahraga, aktivitas seksual, cek
kesehatan. Berkurangnya hormon estrogen
membawa bermacam resiko kesehatan dan
secara serius dapat mempengaruhi kualitas
hidup wanita. Terapi sulih hormon (TSH;
Hormone Replacement Therapy = HRT)
efektif untuk meringankan gejala yang
menyertai
sindrom
pre
menopause,
menopause dan mencegah osteoporosi, serta
menjaga kestabilan berat badan. Pemberian
terapi sulih hormon dimaksudkan untuk
menggantikan keberadaan hormon estrogen
dan
progesterone
yang
mengalami
penurunan.
Gambaran pada saat ini, semua
informan menerima keadaan yang dialami
saat ini, tetap menjalankan aktivitas seperti
biasa, tetap percaya diri dalam bergaul hal
itu karena keluarga dan orang-orang
disekitar mendukung semua kegiatannya
dalam segala hal sehingga kualitas hidupnya
menjadi positif pada saat menopause.

SIMPULAN
1. Dari ketiga informan (Ny.A, Ny.F dan
Ny.R) , mereka memiliki kualitas hidup
yang positif. Faktor yang mempengaruhi
ketiga informan mempunyai kualitas
hidup yang positif yaitu dalam hal
mengenali diri sendiri mereka dapat
menyelesaikan semua masalah sendiri,
adaptasi misalnya suka berkumpul
dengan teman-teman, perasaan kasih dan
sayang keluarga tetap menyayangi dan
memperhatikannya seperti sebelumnya,

bersikap optimis dengan tetap melakukan
aktivitas seperti biasanya.
2. Psikologis dari ketiga informan, informan
pertama
(Ny.A)
merasa
mudah
tersinggung sedikit sensitif merasa tidak
diperhatikan lagi tetapi itu hanya sebatas
perasaannya saja, informan kedua (Ny.F)
merasa gelisah yang tidak tahu
penyebabnya, daya ingat menurun, sama
halnya informan ketiga (Ny.R) merasa
jadi pelupa. Untuk mengatasi itu
informan menenangkan pikiran, berpikir
positif dan menyibukkan diri dengan
pekerjaan rumah tangga.
3. Dalam hal penampilan, ketiga informan
(Ny.A, Ny.F dan Ny.R) mengatakan tidak
menjadi suatu beban pikiran dengan
perubahan yang terjadi karena itu
merupakan proses alamiah, hubungan
pribadi yang baik antara keluarga,
hubungan sosial yang baik dengan
lingkungan sekitar rumah mendukung
dan member rasa nyaman. Aktivitas
seksual, ketiga informan mengatakan
tidak ada keluhan dan tidak ada yang
berubah, karena para suami menerima
keadaan istrinya yang sekarang dengan
tetap memberikan kasih sayangnya
sehingga tidak menjadi beban pikiran
mereka.
4. Harapan untuk kesehatan kedepannya,
ketiga informan ingin tetap dengan
kondisi sehat, mereka mensiasati dengan
cara jangan terlalu banyak pikiran,
makanan tetap dijaga, melakukan
olahraga, ikut aktivitas diluar rumah,
mengkonsumsi obat dan vitamin serta
refreshing bersama keluarga.

SARAN
1. Bagi Informan
Agar dapat
terus meningkatkan
kualitas hidup yang dijalani selama ini.
Caranya mungkin dengan menggali
semua potensi yang ada dan yakin bahwa
masa menopause tidak akan menghambat
semua wanita yang ingin melakukan halhal selagi itu positif.

2. Bagi significant other (keluarga
terdekat)
Significant other hendaknya supaya
terus memberikan perhatian, kasih sayang
serta dukungan moril agar informan dapat
terus meningkatkan kualitas hidupnya.
3. Bagi
wanita-wanita
yang
akan
mengalami atau sudah mengalami
menopause.
Untuk semua wanita yang akan
mengalami atau sudah mengalami masa
menopause tidak usah merasa takut
sehingga menjadi momok dimasa tua,
karena masa menopause merupakan
proses alamiah yang akan dijalani setiap
wanita, dukungan keluarga dan orangorang terdekat akan selalu mendukung
dan tetap memandang positif terhadap
kelangsungan hidup anda.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk
peneliti
selanjutnya,
disarankan untuk melakukan penelitian
dengan menggali lebih mendalam untuk
melihat faktor-faktor lainnya yang lebih
menyebabkan
kualitas
seseorang
menjadi positif ataupun negatif yang
belum diungkap oleh peneliti dan
menambah jumlah informan penelitian
yang mendukung kualitas hidup pada
wanita yang memasuki masa menopause.

DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, M.C. (2007). “Menopause”.
(online). (http://www.kilasan.com.
Diakses tanggal 27 Maret 2016)
Glasier, A dan Gebbie, A. (2006). Keluarga
Berencana
dan
Kesehatan
Reproduksi (Edisi 4). Cet.Pertama.
Jakarta : EGC
Jhaquin, Arrwenia. (2010). Psikologi Untuk
Kebidanan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Kasdu, D. (2004). Kiat Sehat Dan Bahagia
Di Usia Menopause. Cetakan
Pertama. Jakarta : Puspa Swara
Larasati, Tika . (2012 “ Kualitas Hidup
pada Wanita yang Sudah Memasuki
Masa
Menopause”.
Fakultas

Psikologis, Universitas Gunadarma.
2012
:
1-19.
(online).
http://www.gunadarma.ac.id.
(Diakses tanggal 11 Februari 2016)
Manuaba, I. G. B. (1998). Memahami
Kesehatan
Reproduksi
Wanita .
Jakarta : Arcan Jakarta : Dirjen
Yankes
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Prawirohardjo, S. (2007). Ilmu Kandungan.
Jakarta :Yayasan Bina Pustaka
Purwoastuti, Endang. et al. (2015). Panduan
Materi Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press
Putri. et al. (2014). “Kualitas Hidup Wanita
Menopause “. Bagian Epidemiologi
dan Biostatitistika Kependudukan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Jember. 2014 : 1-8.
(online).
(http://www.jurnal.unej.ac.id.
Diakses tanggal 11 Februari 2016)
Proverawati, Atikah. (2010). MENOPAUSE
dan
Sindrom
Premenopause.
Yogyakarta: Nuha Medika
Retnowati, S. (2001). Tetap Bergairah
Memasuki Usia Menopause: Sebuah
Tinjauan Psikologis. Disampaikan
pada Seminar Ilmiah Populer dalam
Rangka Milad ke 78 RSU PKU
Muhammadiyah Yogayakarta, 24
Februari
2001.
(online).
(http://www.googleweblight.com/tet
apbergairahmemasukiusiamenopause
.html?m3D1&ei=UqhejYBV7lc=idID&s=1&m=526&host.
Diakses
tanggal 14 April 2016)
Zan Pieter, S.Psi, Heridan Dr. Namora
LumonggaLubis,
M.Sc
(2010).
Pengantar
Psikologi
dalam
Kepera watan. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group tanggal 8
januari 2015