BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 3 SD Negeri Gendongan

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gendongan 02 Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga pada kelas 3 yang berjumlah 40 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2
siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Hasil penelitian akan diuraikan dalam uraian
berikut.
4.1.1 Kondisi Sebelum Tindakan
Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum dilakukan penelitian
tindakan kelas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan
pada kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 dengan jumlah 40 siswa pada mata pelajaran
matematika belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini dapat dilihat
dari hasil ulangan harian pada mata pelajaran Matematika yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Bahwa hasil ulangan masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) ≥70. Sehingga diperoleh data hasil pembelajaran yang telah dilakukan yang
selanjutnya disederhanakan pada tabel 4.1 yang telah disajikan. Menurut Sugiyono
(2014: 36-37), data dapat disederhanakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kelas interval = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 40

= 1 + 5,2
= 6,2 (dibulatkan menjadi 6 kelas)
Range

= Max – Min
= 100-30
= 70

Interval

=

47

48

=
= 11,7
Dibawah ini merupakan data hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan
yang sudah disederhanakan dalam tabel 4.1.


Tabel 4.1
Ditribusi Frekuensi Hasil Ulangan Harian Matematika
Kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Sebelum Tindakan
No.
1.
2.
3.
4
5.
6.

Interval
95 – 100
82 – 94
69 – 81
56 –68
43 – 55
30 – 42
Jumlah


Frekuensi
2
1
9
8
6
14
40

Persentase (%)
5,00
2,50
22,50
20,00
15,00
35,00
100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diuraikan bahwa hasil belajar siswa sebelum

dilakukan tindakan pada mata pelajaran Matematika dapat diperoleh 14 siswa berada
pada interval 30 – 42 (35 %), 6 siswa berada pada interval 43 – 55 (15 %), 8 siswa
berada pada interval 56 - 68 (20%), 9 siswa berada pada interval 69 – 81 (22,5%), 1
siswa pada interval 82 – 94 (2,5%) dan 2 siswa pada interval 95 - 100 (5%). Dengan
adanya nilai yang tertinggi adalah 100. Sedangkan nilai yang terendah adalah 30.
Untuk lebih jelasnya data frekuensi ulangan harian dapat ditunjukan dengan diagram
seperti pada gambar 4.1 berikut ini:

49

Hasil Ulangan Harian
40
35
30
25
20
15
10
5
0


14
9
2

8

Frekuensi

6

1

Gambar 4.1 Diagram
am Hasil Ulangan Harian Matematika Siswa Kel
elas 3 Semester 1 SD
Neg
egeri Gendongan 02 Salatiga Sebelum Tindakan
kan


Selain diperole
roleh hasil frekuensi hasil ulangan harian sisw
iswa didapatkan juga
data ketuntasan belaj
lajar hasil belajar siswa. Berikut ini merupak
akan data ketuntasan
hasil belajar siswa se
sebelum dilakukan tindakan yang sudah dised
ederhanakan kedalam
sebuah tabel distribus
usi ketuntasan belajar.
Tabel 4.2
Distribusi Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas 3 Sem
emester I SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Seb
ebelum Tindakan
No
1
2


Ketuntasan
Tuntas ( ≥ KK
KM 70)
Belum Tuntas
tas ( ≤ KKM 70)
Rata – rata
Skor Maksima
mal
Skor Minimum
um
Std. Deviation
ion

Jumlah
12
28

Presentase
P
(%)

30
70
55
100
00
30
20.02
.024

Berdasarkann ttabel 4.2 dapat dilihat adanya perbandingan
gan siswa yang telah
mencapai ketuntasann bbelajar (KKM ≥ 70) adalah sebanyak 12 sisw
iswa (30%) sedangkan
siswa yang belum m
mencapai batas ketuntasan belajar sebanyak
yak 28 siswa (70%).
Dengan nilai tertinggi
ggi adalah 100 sedangakn nilai terendah adalah
lah 30.


50

Untuk lebih
ih jelasnya data nilai ketuntasan hasil belaja
lajar siswa sebelum
dilakukan tindakan pada
p
tabel 4.2 dapat ditunjukan dengan diagram
dia
seperti pada
gambar 4.2 sebagaii berikut:
be

Sebelum Tindakan

Tuntas
belum tunta
ntas

Gambar 4.2 Diag

iagram Ketuntasan Belajar siswa Kelas 3 Semest
ester I SD Negeri
Gendongan 02 Salatiga sebelum Tindakan.

Setelah diltelu
telusuri lebih lanjut ternyata terdapat 28 siswaa yang belum tuntas
memilki kekurangan
an dalam pemahaman materi yang diberikan
n oleh guru. Hal ini
disebabkan karena guru
gu masih menggunakan pembelajaran dengan
gan cara konvensional
sehingga siswa menja
njadi bosan pada saat proses pembelajaran berla
erlangsung. Selain itu,
pembelajaran masih
ih menekankan pada materi mata pelajar
jaran saja, sehingga
menyebabkan siswaa menjadi kurang antusias terhadap proses
pro

pembelajaran.
Kemudian siswa kela
elas 3 ini masih dalam tahap operasional konk
nkret yang akan lebih
memahami materi jik
jika ada berbantuan dengan media atau benda
da konkret. Tetapi hal
itu berbeda dengan
n 112 siswa yang lainnya yang telah mencap
apai ketuntasan hasil
belajar, meskipun gur
guru menggunakan pembelajaran konvensional
nal. Hal ini didukung
karena beberapa fakto
aktor luar seperti siswa mengikuti bimbinga
gan belajar atau les
private. Beberapa hal
ha yang yang mempengaruhi proses pem
embelajaran

adalah

pendekatan, metode
de maupun model. Jika pembelajaran tidak
tid
menggunakan
pendekatan, metodee ddan model pembelajaran yang menarik bagi
agi siswa maka siswa
cenderung menjadii bo
bosan sehingga berdampak pada hasil pembela
elajaran.

51

Berdasarkan data hasil belajar siswa setelah dipaparkan terlihat hasil belajar
siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 masih belum memenuhi kriteria ketuntasan
minimal. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
seseuai dengan rancangan penelitian yang akan diuraikan pada bab sebelumnya.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) yang akan dilakukan, peneliti
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang digunakan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 dengan
menggunakan dua siklus.

4.1.2 Deskripsi Siklus 1
Praktek pembelajaran yang dilakukan pada siklus 1 menggunakan Standar
Kompetensi 2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam
pemecahan masalah dan Kompetensi Dasar 2.1 Memilih alat ukur sesuai dengan
fungsinya. Penelitian siklus 1 ini dilakukan dalam 3 kali pertemuan., pertemuan
pertama padahari Selasa tanggal 8 November 2016 dan pertemuan kedua pada hari
Rabu tanggal 9 November 2016. Tahap-tahap yang akan dilaksanakan pada siklus 1
adalah sebagai berikut.

4.1.2.1 Perencanaan
Perencanaan dimulai dengan meminta izin

kepada kepala sekolah untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah mendapatkan izin dari kepala
sekolah, dilanjutkan dengan meminta izin kepada guru kelas 3 dimana subjek
penelitian merupakan siswa kelas 3 untuk dilakukan penelitian pada mata pelajaran
Matematika dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.
Setelah mendapatkan izin dari kepala sekolah dan guru kelas 3 untuk
melakukan penelitian pada mata pelajaran Matematika, peneliti kemudia melakukan
wawancara dengan guru kelas 3 untuk mendapatkan informasi mengenai subjek
penelitian yang akan digunakan peneliti untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Setelah itu,peneliti

bersama guru berdiskusi tentang materi yang akan

52

digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah mendapatkan materi
pembelajaran peneliti melajutkkan tahap selanjutnya dengan melakukan observasi
terhadap proses pembelajaran berlangsung. Selain melakukan observasi peneliti juga
megumpulkan informasi mengenai kendala-kendala yang dialami pada saat proses
pembelajaran dan minta hasil ulangan harian pada materi sebelumnya.
Berdasarkan permasalahan yang dijumpai pada saat observasi dan wawancara
peneliti menyiapkan model pembelajaran untuk memperbaiki hasil belajar
Matematika pada siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga. Persiapan yang
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah dengan pihak yang
bersangkutan untuk mencari pemecahan masalah yang terjadi pada proses
pembelajaran sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.
2. Penyusuanan rencana pelaksanaan pembelajaran beserta media, alat dan
bahanyang dibutuhkan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus I dengan
menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning pada mata

pelajaran Matematika.
3. Penyusunan instrument observasi yang digunakan sebagai penduan peneliti
dalam mengamati pencapaian pengajar dan siswa dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunaakan model pembelajaran Problem Based Learning pada
mata pelajaran Matematika.
4. Penyusunan alat penilaian untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa
yang berupa tes dan lembar kerja siswa.
Sebelum dilakuakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peniliti melakukan
konsultasi mengenai rencana pelasanakana pembelajaran dengan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) untuk digunakan dalam peneliti dalam Penelitian
Tindakan Kelas. Selanjutnya peneliti melakukan uji coba intrumen untuk digunakan
dalam pretest dan posttest untuk

mengetahui kemampuan awal siswa sebelum

dilakukan penelitian dan hasil belajar sesudah dilakukan penelitian. Uji Instrumen
soal dilakukan di kelas 4 SD Negeri Gendongan 01 Salatiga dan SD Negeri

53

Gendongan 03 Salatiga. Uji instrumen ini dilakukan untuk mengetahui soal yang
digunakan layak dipakai atau tidak, sedangkan reliabel digunakan untuk mengukur
keajegan soal jika digunakan secara berulang-ulang.
4.1.2.2 Pelaksanaan dan Observasi
Tahap pelaksanaan dan observasi siklus 2dilakukan pada setiap pertemuan,
dimanasetiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari
Selasa tanggal November 2016 dengan alokasi waktu 70 menit dengan materi
pembelajaran matematika tentang memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya. Dalam
melakukan penelitian peneliti berperan sebagai guru mata pelajaran matematika
sedangkan guru kelas 3 berperan sebagai obsever. Tahap observasi dilakukan pada
pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui sintak pada
pembelajaran yang digunakan denga menggunakan model Problem Based Learning
(PBL) observasi dilakukan dengan menggunakan panduan lembar observasi yang
digunakn untuk mengamati kegiatan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran.
Kegiatan pendahuluan mempunyai alokasi waktu kurang lebih 15 menir
diawali dengan guru memberikan salam, guru dan siswa berdoa bersama-sama guru
melakukan absensi, guru melakukan apersepsi berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari, guru menyampaikan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari, kemudian
guru meminta siswa untuk mengerjakan soal pretest.
Kegiatan inti dilakukan dilakukan dalam alokasi waktu kurang lebih 50 menit
yang terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap
pertama adalah eksplorasi dimana pada tahap ini guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dengan berkaitan dengan pemecahan masalah dengan kompetensi dasar
2.1 yaitu memilih alat ukur sesuai fungsinya, kemudian dilanjutkan dengan guru
menjelaskan alat dan bahan yang diperluhkan sesuai denga materi, setelah itu itu guru
memberikan motivasi kepasa siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Setelah itu
guru guru membantu siswa dalam mengorganisasikan dan mengembangkan tugasugas pembelajaran agar relevan dengan
dengan memeilih alat ukur sesuai fungsinya.

dengan pemecahan masalah berkaitan

54

Tahap yang kedua adalah tahap elaborasi. Pada tahap ini guru membagi siswa
dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang. Kemudian guru membagi siswa
lembar kerja kelompok yang akan didiskusikan oleh setiap siswa dengan
kelompoknya masing-masing untuk memecahkan masalah yang terdapat pada lembar
kerja tersebut. Kemudian guru mendorong siswa untuk mencarai informasi yang
sesuai dengan pemecahan masalah tersebut, dalam hal ini siswa diberikan kesempatan
untuk bertanya atau mencari buku sebagai referensi dalam memecahkan
permasalahan yang terdapat pada lembar kerja. Selain mememotivasi siswa untuk
mencari informasi guru juga membimbing siswa untuk melakukan eksperimen.
Setelah melakukan eksperimen guru membimbing siswa untuk mencari penjelasan
dan pemecahan masalah yang dilakukan.
Pada tahap ketiga adalah konfirmasi, guru membing siswa untuk menarik
kesimpulan dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai hal-hal
yang belum diketahui siswa dalam memecahkan masalah pada lembar kerja yang
dilakukan secara berkelompok.
Kegiatan penutup dilakukan dengan alokasi waktu kurang lebih 10 menit.
Pada kegiatan penutup ini guru bersama siswa berdoa menurut agamanya masingmasing kemudin guru menutup pembelajaran dengan salam penutup.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 November2016
dengan alokasi waktu selama 70 menit dengan materi yang sama pada pertemuan
yang lalu.

Pada pertemuan ini tindakan dilakukan pada 3 tahap yang pertama

eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.Kegiatan pendahuluan dilakukan dalam alokasi
waktu kurang lebih 15 menit diawali dengan guru memberikan salam, guru bersama
siswa berdoa bersama-sama, guru melakukan absensi.
Kegiatan inti dilakukan dalam alokasi waktu 45 menit, pada kegiatan inti ini
dilakukan dalam tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap
eksplorasi guru bertanya kepada siswa tentang pembelajaran yang telah dilakukan
pada pertemuan pertama yang lalu. Kemudian pada tahap yang kedua yaitu elaborasi
guru meminta siswa kembali kedalam kelompok yang sudah dibentuk pada

55

pertemuan yang lalu, kemudian siswa melakukan penyusunan laporan hasil kerja
yang telah dilakukan pada pertemuan yang lalu. Dalam kegiatan ini guru
membimbing siswa untuk melakukan laporan kerja kelompok. Setelah itu guru
meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok didepan kelas. Pada
tahap konfirmasi guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap hasil kerja kelopok
yang telah dilakukan selain melakukan refeksi pada kerja keompok guru juga
melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
Kegiatan penutup dilakukan dalam alokasi waktu 15 menit. Pada kegiatan
penutup guru meminta siswa untuk mengerjakan soal posttest untuk mengetahui
kemampuan siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Kemudian guru bersama siswa
berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Pada siklus 1 pertemuan 1, 2 dan 3 hasil observasi guru dan siswa dengan
menggunakan lembar observasi keterlaksanaaan sintaks yang terdiri dari beberapa
kegiatan guru dan siswa, peneliti mengamati proses pembelajaran dengan sintaks
dapat terlaksana dengan baik atau tidak. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh
disajikan pada lampiran.

4.1.2.3

Hasil Belajar Peserta Didik
Pada siklus 1 sebelum mendapatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL), peneliti menguji kemampuan awal siswa dengan memberikan soal pretest
sebelum

melakukan

kegiatan

pembelajaran

dengan

menggunakan

model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Setelah melakukan pengujian dengan
pretest, kemudian peneliti menguji kemampuan siswa dengan memberikan posttest
setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)yang
dilakukan setelah kegiatan pembelajaran pada akhir pertemuan pelaksanaan siklus 1.
Hail dari posttest tersebut merupakan ukuran dari keberhasilan penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan di SD Negeri Gendongan 02 Salatiga dalam rangka

56

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika siswa kelas 3
semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Kemudian hasil evaluasi yang diperoleh
selanjutnya dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari
pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 1 materi memilih alat ukur sesuai
dengan fungsinya dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥70.
Hasil belajar yang telah dianalis masih ada beberapa siswa kelas 3 yang belum
mencapai KKM yang sudah ditentukan sehingga hasilnya kurang memuaskan.
Kemampuan awal setelah mengerjakan soal pretest siswa kelas 3 pada mata
pelajara Matematika dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Hasil Pretest
Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga
Siklus 1
No

Interval

Frekuensi

Persentase (%)

1

65 – 70

6

15,00

2

56 – 64

5

12,50

3

47 – 55

18

45,00

4

38 – 46

5

12,50

5

29 – 37

3

7,50

6

20 – 28

3

7,50

40

100

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diurakan bahwa hasil pretest siswa kelas 3 pada
mata pelajaran Matematika diperoleh 3 siswa berada pada interval 20 - 28 (7,50%), 3
siswa berada pada interval 29 -37 (7,50%), 5 siswa berada pada interval 38 - 46
(712,50%), 18 siswa berada pada interval 47 - 55 (45%), 5 siswa berada pada interval
56 - 64 (12,50%),dan 6 siswa berada pada interval 65 - 70 (45,00%). Dengan nilai
tertinggi adalah 70 sedangakan nilai terendah adalah 20. Untuk lebih jelasnya data
distribusi frekuensi hasil pretest dapat ditunjukkan dengan diagram seperti pada
gambar 4.3

57

Hasil Pretest
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

18

Frekuensi

6

5

65 – 70

56 – 64

5

47 – 55

38 – 46

3

3

29 – 37

20 – 28

Gambar 4.3 Diargam Frekuensi Hasil Pretest Siswa Kelas 3
Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 1

Sedangkan hasil belajar dari soal posttest yang telah dikerjakan oleh siswa kelas
3 pada mata pelajaran Matematika dapat dilihat pada tabel yang disajikan berikut ini:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Hasil Posttest
Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 1
No

Interval

Frekuensi

Presentase (%)

1

≥ 85

2

5,00

2

76 – 84

5

12,50

3

67 –75

13

33,50

4

58 – 66

10

25,00

5

49 – 57

6

15,00

6

≤ 48

4

10,00

40

100

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diuraikan bahwa hasil posttest siswa kelas 3 pada
mata pelajaran Matematika diperoleh 4 siswa berada pada interval ≤ 48 (10,00%), 6
siswa berada pada interval 49 – 57 (10,00%),10 siswa berada pada interval 58 – 66
(25,00%), 13 siswa beradda pada interval 67 - 75 (33,50%), 5 siswa berada pada
interval 76 - 84 (12,50%), dan 2 siswa berada pada interval ≥85 (5,00%). Dengan

58

nilai tertinggi adalah 85 sedangkan nilai terendah adalah 40. Untuk lebih jelasnya
data distribusi frekuensi hasil pretest dapat ditunjukkan dengan diagram seperti pada
gambar 4.3

jumlah siswa

Hasil Posttest
14
12
10
8
6
4
2
0

13
10
6

5

4

2

≥ 85

76 – 84

67 – 75

58 – 66

49 – 57

≤ 48

Interval
Frekuensi

Gambar 4.4 Diargam Frekuensi Hasil Posttest Siswa Kelas 3
Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 1

Selain diperoleh hasil frekuensi hasil posttest siswa didapatkan juga data
ketuntasan belajar hasil belajar siswa. Berikut ini merupakan data ketuntasan hasil
belajar siswa sebelum dilakukan tindakan yang sudah disederhanakan kedalam
sebuah tabel distribusi ketuntasan belajar.
Tabel 4.5
Distribusi Ketuntasan Belajar pada Posttest
Siswa Kelas 3 Semester I SD Negeri Gendongan 02 Salatiga
No
1
2

Ketuntasan
Tuntas ( ≥ KKM 70)
Belum Tuntas ( ≤ KKM 70)
Rata – rata
Skor Maksimal
Skor Minimum
Std. Deviation

Jumlah
20
20

Presentase(%)
50
50
66,25
85
40
12.795

59

Berdasarkan tabel 4.5 terdapat perbandingan siswa yang telah mencapai
ketuntasan belajar (KKM ≥ 70) adalah sebanyak 20 siswa (50%) sedangkan siswa
yang belum mencapai batas ketuntasan belajar sebanyak 20 siswa (50%). Dengan
nilai tertinggi adalah 85 sedangkan nilai terendah adalah 40.
Untuk lebih jelasnya data nilai ketuntasan belajar pada posttest siswa siklus 1
pada tabel 4.5 dapat ditunjukan dengan diagram seperti pada gambar 4.5 berikut ini:

Posttest Siklus I
Tuntas ( ≥ KKM 70)

20, 50%

Belum Tuntas ( ≤ KKM 70)

20, 50%

Gambar 4.5 Diagram Ketuntasan Belajar siswa Kelas 3 Semester I SD Negeri
Gendongan 02 Salatiga Siklus 1

4.1.2.4 Refleksi
Tahap refleksi ini digunakan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang
terdapat yang terapat pda siklus 1, agar nantinya tidak terulang kembali pada siklus 2.
Beberapa permasalahan ynag ada pada siklus 1 adalah :
1. Siswa masih cenderung bermain

dan mengobrol hal-hal diluar materi

pembelajaran maupun kegiatan pembelajaran daripada berdiskusi untuk
mengerjakan tugas kelompok.
2. Siswa hanya fokus terhadap satu hal saja sehingga tidak membuat siswa tidak
mendengarkan instruksi guru.
3. Beberapa siswa masih pasif dalam kegiatan diskusi.

60

Berdasarkan beberapa permasalahan yang ada pada siklusi 1 dapat dilihat
bahwa siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga terdapat beberapa
permasalahan dalam kegiatan belajar

yang sedang berlangsung. Sehingga

mempengaruhi hasil belajar siswa siklus 1 yang masih belum memenuhi KKM yang
telah ditentukan. Berdasarkan evaluasi hasil belajar secara keseluruhan dimana
terdapat 20 siswa dari 40 siswa masih berada di bawah KKM , sedangkan 20 siswa
lainnya telah mencapai KKM telah dinyatakan tuntas. Berdasarkan refleksi ini perlu
adanya tindakan lebih lanjut terhadap permasalahan yang dialami pada siklus 1
sehingga tidak terulangi pada siklus 2 agar hasil belajar pada mata pelajaran
Matematika siswa kelas 3 dapat meningkat lebih baik.
4.1.3

Deskripsi Siklus 2
Pelaksanaan Siklus 2 sama dengan pelaksanaan siklus 2 dilakukan selama

dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15
November 2016 dan pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal 16 November 2016.
Praktek mengajar pada siklus 2 ini dilaksanakan dengan Standar Kompetensi 2.
Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah dan
Kompetensi Dasar 6.3 Menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah. Tahaptahap yang dilaksanakan pada siklus 2 sebagai berikut.
4.1.3.1. Perencanaan
Perencanaan pada siklus 2 ini dimulai dengan memperhatikan kekurangan
atau permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1, sehingga pada
siklus 2 ini kekurangan-kekurangan tersebut dapat menjadi dasar untuk pelaksanaan
siklus 2 agar menjadi lebik baik.
Berdasarkan permasalahan yang dijumpai tersebut maka peneliti maka
menyiapkan teknik untuk memperbaiki hasil belajar Matematika pada siswa kelas 3
SD Negeri Gendongan 02 Salatiga. Persiapan yang dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut:

61

1.

Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah pada siklus 1 berdasarkan
hasil rencana mencari pemecahan masalah yang terjadi pada proses pembelajaran
siklus 1 sehingga pada siklus 2 mendapatkan hasil yang memuaskan.

2.

Penyusuanan rencana pelaksanaan pembelajaran beserta media, alat dan bahan
yang dibutuhkan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan
menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning pada mata

pelajaran Matematika.
3.

Penyususnan instrument observasi yang digunakan sebagai panduan peneliti
dalam mengamati pencapaian pengajar dan siswa dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata
pelajaran Matematika.

4.

Penyusunan alat penilaian untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa yang
berupa tes dan lembar kerja siswa.

5.

Peneliti melakukan pertemuan dengan guru mata pelajaran Matematika untuk
mendiskusikan tentang kegiatan yang akan dilakukan antara peneliti dan guru
saat melakukan penelitian tindakan kelas. Tetapi sebelum penelitian tindakan
dilakukan peneliti mendiskusikan permasalahan permasalahan pada siklus 1
untuk diperbaiki dan diberi masukan pada siklus 2 sehingga tidak terulang
kembali. Kemudian peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang
akan dilaksanakan pada siklus 2 ini ada lebih baik dari siklus 1.

4.1.3.2 Pelaksanaan dan Observasi
Tahap pelaksanaan dan observasi siklus 2 dilakukan pada setiap pertemuan,
dimana

setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada

hari Selasa tanggal 15 November 2016 dengan alokasi waktu 70 menit dengan materi
pembelajaran matematika tentang menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah.
Dalam melakukan penelitian peneliti berperan sebagai guru mata pelajaran
matematika sedangkan guru kelas 3 berperan sebagai obsever. Tahap observasi
dilakukan pada pada saat proses pembelajaran berlangsunguntuk mengetahui sintak
pada pembelajaran yang digunakan dengan menggunakan model Problem Based

62

Learning (PBL) observasi dilakukan dengan menggunakan panduan lembar observasi
yang digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa pada saat proses
pembelajaran.
Kegiatan pendahuluan mempunyai alokasi waktu kurang lebih 15 menit
diawali dengan guru memberikan salam, guru dan siswa berdoa bersama-sama guru
emlakukan absensi, guru melakukan apersepsi berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari, guru menyampaikan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari, kemudian
guru meminta siswa untuk mengerjakan soal pretest.
Kegiatan inti dilakukan dilakukan dalam alokasi waktu kurang lebih 50 menit
yang terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap
pertama adalah eksplorasi dimana pada tahap ini guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dengan berkaitan dengan pemecahan masalah dengan kompetensi dasar
2.2 yaitu menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah, kemudian dilanjutkan
dengan guru menjelaskan alat dan bahan yang diperluhkan sesuai denga materi,
setelah itu itu guru memberikan motivasi kepasa siswa untuk terlibat dalam
pembelajaran. Setelah itu guru guru membantu siswa dalam mengorganisasikan dan
mengembangkan tugas-tugas pembelajaran agar relevan dengan dengan pemecahan
masalah berkaitan dengan memilih alat ukur sesuai fungsinya.
Tahap yang kedua adalah tahap elaborasi. Pada tahap ini guru membagi siswa
dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang. Kemudian guru membagi siswa
lembar kerja kelompok yang akan didiskusikan oleh setiap siswa dengan
kelompoknya masing-masing untuk memecahkan masalah yang terdapat pada lembar
kerja tersebut. Kemudian guru mendorong siswa untuk mencari informasi yang sesuai
dengan pemecahan masalah tersebut, dalam hal ini siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya atau mencari buku sebagai referensi dalam memecahkan permasalahan yang
terdapat pada lembar kerja. Selain mememotivasi siswa untuk mencari informasi guru
juga membimbing siswa untuk melakukan eksperimen. Setelah melakukan
eksperimen guru membimbing siswa untuk mencari penjelasan dan

pemecahan

masalah yang dilakukan. Pada tahap ketiga adalah konfirmasi, guru membing siswa

63

untuk menarik kesimpulan dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
mengenai hal-hal yang belum diketahui siswa dalam memecahkan masalah pada
lembar kerja yang dilakukan secara berkelompok.
Kegiatan penutup dilakukan dengan alokasi waktu kurang lebih 10 menit.
Pada kegiatan penutup ini guru bersama siswa berdoa menurut agamanya masingmasing kemudian guru menutup pembelajaran dengan salam penutup.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 November 2016
dengan alokasi waktu selama 70 menit dengan materi yang sama pada pertmuan yang
lalu. Pada pertemuan ini tindakan dilakukan pada 3 tahap yang pertama eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi. Kegiatan pendahuluan dilakukan dalam alokasi waktu
kurang lebih 15 menit diawali dengan guru memberikan salam, guru bersama siswa
berdoa bersama-asama, guru melakukan absensi.
Kegiatan inti dilakukan dalam alokasi waktu 45 menit, pada kegiatan inti ini
dilakukan dalam tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap
eksplorasi guru bertanya kepada siswa tentang pembelajaran yang telah dilakukan
pada pertemuan pertama yang lalu. Kemudian pada tahap yaag kedua yaitu elaborasi
guru meminta siswa kembali kedalam kelompok yang sudah dibentuk pada
pertemuan yang lalu, kemudian siswa melakukan penyusunan laporan hasil kerja
yang telah dilakukan pada pertemuan yang lalu. Dalam kegiatan ini guru
membimbing siswa untuk melakukan laporan kerja kelompok. Setelah itu guru
meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok didepan kelas. Pada
tahap konfirmasi guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap hasil kerja
kelompok yang telah dilakukan selain melakukan refleksi pada kerja keompok guru
juga melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada siklus 2 setiap pertemuan 1 dan 2 menggunakan hasil observasi guru
dan siswa dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa untuk mengamati
sintak pembelajaran yang dilakukan telah terlakan dengan baik atau tidak.
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh disajikan pada lampiran.

64

4.1.3.3 Hasil Belajar Peserta Didik Siklus 2
Pada siklus 2 ini sebelum mendapatkan hasil belajar setelah menguji
kemampuan siswa berupa posttest, peneliti sebelumnya menguji kemampuan awal
siswa dengan melakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Setelah
melakukan kegiatan kegiatan proses pembelajaran, guru memberikan posttest kepada
siswa

untuk

mengetahui

kemampuan

siswa

setelah

melaksanakan

proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) pada siklus 2. Hasil posttest digunakan untuk mengetahui hasil pencapaian
belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran dengan model Problem
Based Learning (PBL) kelas 3 SD Negeri Gendongan 02. Hasil evaluasi yang berupa
posttest kemudian dianalisa untuk mengetahui tingkat keberhasilan sisswa setelah
mengikuti pembelajaran dengan mneggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥70.
Hasil belajar siswa setelah dianalisa oleh peneliti menunjukkan bahwa
peningkatan hasil belajar mencapai hasil yang memuaskan karena semua siswa kelas
3 telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan.
Kemampuan awal setelah mengerjakan siswa kelas 3 pada mata pelajaran
Matematika setelah di uji dengan pretest dapat dilihat pada tabel berikut ini:

65

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Hasil Pretest
Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga
Siklus 2
No.
1
2
3
4
5
6

Interval
≥ 85
76 – 84
67 – 75
58 – 66
49 – 57
≤ 48
Jumlah

Frekuensi
4
7
14
6
7
2
40

Presentase (%)
10,00
17,50
35,00
15,00
17,50
5,00
100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diurakan bahwa hasil pretest siswa kelas 3 pada
mata pelajaran Matematika diperoleh 2 siswa berada pada interval ≤ 48 (10,00%), 7
siswa berada pada interval 49 - 57 (15,00%), 6 siswa berada pada interval 58 - 75
(15,00%), 14 siswa berada pada interval 67 - 75 (35,00%), 7 siswa berada pada
interval 76 – 84 (17,5%),dan 4 siswa berada pada interval ≥85 (10,00%). Dengan
nilai yang tertinggi adalah 90 dan nilai yang terendah adalah 40. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat melalui data distribusi frekuensi nilai pretest dapat ditunjukkan dengan
diagram seperti pada gambar berikut ini:

Hasil Pretest
16

14

14

jumlah data

12
10
7

8
6

6

7

4

4

2

2
0
≥ 85

76 – 84

67 – 75

58 – 66

49 – 57

≤ 48

frekuensi

Gambar 4.6 Diargam Frekuensi Hasil Pretest Siswa Kelas 3
Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 2

66

Sedangkan hasil belajar dari soal posttest yang telah dikerjakan siswa kelas 3
pada mata pelajaran Matematika dapat di lihat pada tabel yang disajikan berikut ini:
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Posttest
Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga
Siklus 2
Interval
Frekuensi
Presentase (%)

No.
1

88 – 95

10

25,00

2

81 – 87

17

42,50

3

74 – 80

3

7,50

5

67 – 73

4

10,00

5

60 – 66

6

15,00

Jumlah

40

100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diurakan bahwa hasil posttest siswa kelas 3 pada
mata pelajaran Matematika diperoleh 6 siswa berada pada interval 60 – 66 (15,00%),
4 siswa berada pada interval 67 - 73 (10,00%), 3 siswa berada pada interval 74 - 80
(7,50%), 17 siswa berada pada interval 81 - 87 (4,50%), 10 siswa berada pada
interval 88 – 95 (25,00%). Dengan nilai yang tertinggi adalah 90 dan nilai yang
terendah adalah 40. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui data distribusi
frekuensi nilai posttest dapat ditunjukkan dengan diagram seperti pada gambar 4.7
berikut ini:

Hasil Posttest
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

17

10
6
3

88 – 95

81 – 87

74 – 80
Frekuensi

4

67 – 73

60 – 66

67

Gambar 4.7 Diagram Frekuensi Hasil Posttest
Kelas 3 SD Gendongan 02 Salatiga Siklus 2

Selain didapatkan frekuensi hasil posttest siklus 2 kelas 3 SD Gendongan 02
Salatiga didapatkan data ketuntasan belajar dari siswa yang disederhanakan dalam
tabel distribusi ketuntasan belajar sebagai berikut:
Tabel 4.8
Distribusi Ketuntasan Belajar pada Posttest
Siswa Kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga
Siklus 2
No Ketuntasan
Tuntas ( ≥ KKM 70)
1
Belum Tuntas ( ≤ KKM 70)
2
Rata – rata
Skor Maksimal
Skor Minimum
Std. Deviation

Jumlah
34
6

Presentase
85%
15%
82,12
95
60
17.702

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa semua siswa kelas 4 mata pelajaran
matematika kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga dengan jumlah siswa 40 siswa
telah mencapai batas criteria ketuntasan minimal dengan skor tertinggi adalah 95 dan
skor terendah 60.
Untuk lebih jelasnya data nilai ketuntasan belajar yang diperoleh melalui
posttest siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga siklus 2 pada tabel 4.8
ditunjukkan pada diagram 4.8 berikut ini:

68

Hasil Posttest Siklus 2
15%
Tuntas ( ≥ KKM 70)
Tuntas ( ≥ KKM 70)
85%

Gambar 4.8 Diagram Ketuntasan Belajar pada Posttest Siswa Kelas 3 SD Negeri
Gendongan 02 Salatiga Siklus 2
4.1.3.4 Refleksi

Pada siklus 2 ini pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sudah meningkat secara
keseluruhan sudah baik karena dalam prose pembelajaran guru mampu menguasai
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL)sehingga
hasil belajar siswa meningkat pada siklus 2 dibandingkan siklus 1. Karena dapat
dilihat dari siklus 2 bahwa 34 siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 telah mencapai
ketuntasan belajar yang sudah ditentukan yaitu KKM ≥70. Sedangkan 6 siswa belum
mencapai ketuntasan belajar yang sudah ditentukan. Tetapi pada siklus 2 ini
mengalami kenaikan. Walaupun pelaksanaan pada silkus kedua sudah baik tetapi
masih beberapa masalah yang mengganggu beberapa siswa kurang fokus terhadap
pembelajaran yang cendeung bermain dengan siswa yang lain. Tetapi permasalahan
tersebut diatasi dengan cara menegur dan menasehatinya.
4.2 Rekaptulasi Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
Hasil belajar siswa siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat dilihat dari
kondisi awal, siklus 1dan siklus 2 dapat dilihat bahwa siswa mengalami perubahan

69

yang signifikan. Hasil belajar siswa pada kondisi awal siswa menunjukkan
menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Pada kondisi awal 28 dari 40 siswa
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)≥70 yang ditentukan, tetapi pada
siklus 2 hasil belajar siswa mengalami kenaikan dari siklus sebelumnya yang
berjumlah 33 siswa mampu mencapai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM)≥70.
Berikut ini merupakan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pada kondisi
awal, siklus 1, dan siklus 2 yang disajikan pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Perbandingan Rekaptulasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika
Kondisi awal, Posttest siklus 1, dan Posttest Siklus 2.
Kondisi Awal
No

Nilai

1
2

Siklus 1

Siklus 2

Posttest
Persen
F
(%)

Posttest
Persen
f
(%)

F

Persen
(%)

Tuntas

12

30%

20

50%

34

85%

Belum Tuntas

28

70%

20

50%

6

15%

Jumlah

40

100%

40

100%

40

100%

Berdasarkan tabel perbandingan rekaptulasi ketuntasan hasil belajar
matematika dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari
jumlah sebanyak 40 siswa pada mata pelajaran Matematika. Peningkatan siswa yang
tuntas tersebut terbukti dengan kondisi awal masih banyak siswa yang belum tuntas
setelah dilakukan tindakan di siklus 1 jumlah siswa yang meningkat adalah adalah
sebanyak 20 siswa yang terlihat dari hasil posttest siklus 1. Kemudian pada siklus 2
juga terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebanyak 34 siswa dari 40 siswa telah
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)≥70. Hal ini membuktikan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
membuat isswa lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan dalam bentuk

70

pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Ketuntasan hasil
belajar siswa dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Komparasi Ketuntasan Belajar Siswa dalam
pembelajaran Matematika Menggunakan model
PBL
Tuntas

Belum Tuntas
34

28
20

70%

12

30%

6

50%
50%

20

85%

(%)
(%)
F

Persen
Kondisi Awal

F

Persen

(%)
F

15%

Persen

Posttest

Posttest

Siklus 1

Siklus 2

Gambar 4.9 Rekaptulasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal,
Posttest Siklus 1, Posttest Siklus 2

Berdasarkan diagram rekaptulasi ketuntasan hasil belajar Matematika kondisi
awal, posttest siklus 1, dan posttest siklus 2. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa
dari kondisi awal setelah dilakukan tindakan mengalami peningkatan dari 30 %
menjadi 50%, kemudian dari siklus 1 terjadi peningkatan pada siklus 2 yaitu 50%
menjadi 85%.

4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilaksanakan terdapat
peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II siswa kelas 3 SD Negeri
Gendongan 02 Salatiga pada mata pelajaran Matematika. Guru melaksanakan
kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

71

(PBL) didapatkan peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal terdapat 28 siswa
yang belum tuntas dan 12 siswa yang telah mencapai batas ketuntasan minimal
(KKM) ≥ 70 pada mata pelajaran Matematika meningkat setelah diberikan tindakan
dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada siklus I pada mata
pelajaran Matematika dengan kompetensi dasar memilih alat ukur sesuai fungsinya
meningkat menjadi 20 siswa yang tuntas tuntas sedangkan siswa yang belum tuntas
berjumlah 20 siswa. Karena belum memenuhi target pencapaian hasil belajar siswa
yaitu 80% maka dilanjutkan penelitian dengan siklus II, dimana pada siklus II ini
siswa yang tuntas meningkat menjadi 34 siswa sedangkan siswa yang belum tuntas
adalah 6 siswa.
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model Problem Based Learning
(PBL) siklus I dan siklus II selain didapatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD Negeri
Gendongan 02 Salatiga pada mata pelajaran Matematika terjadi perubahan cara
belajar siswa. Siswa menjadi lebih memahami materi pelajaran Matematika karena
siswa dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya menjadi lebih bermakna, selain itu
siswa menjadi lebih aktif sedangkan yang guru menjadi fasilitator. Hasil belajar siswa
juga meningkat dari 20 siswa dari 40 siswa yang tuntas pada siklus II menjadi 34
siswa yang tuntas (85%) pada siklus II mencapai batas ketantusan minimal KKM ≥
70.
Keberhasilan peningkatan hasil belajar ini menunjukkan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa,tetapi juga disertai dengan peningkatan cara belajar siswa yang lebih aktif
selama proses pembelajaran dibandingkan dengan sebelum dilaksanakan tindakan
dengan model Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Matematika.
Dengan menggunakan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada
pembelajaran Matematika, siswa menjadi lebih aktif dan kritis dalam memecahkan
masalah-masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

72

Temuan keefektifan

modelpembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dapat meningkatkan hasil belajar merupakan kontribusi sintak pembelajaran Problem
Based Learning (PBL).Langkah orientasi siswapada masalah. Pada langkah ini siswa
dihadapakan pada masalah matematika yang akan dipecahkan, artinya siswa siswa
belajar memahami masalh yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Selanjutnya mengorganisasi siswa untuk belajar. Pada tahap ini siswa
menjelaskan dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pemecahan
masalah yang dberikan.
Kontribusi sintak berikutnya adalah mendukung penyelidikan kelompok atau
individu. Pada tahap ini siswa secara berkelompok mencari informasi

untuk

memecahkan masalah matematika yang diberikan.
Langkah pembelajaran berikutnya adalah mengembangkan dan menyajikan
artefak dan memamerkannya. Pada tahap ini siswa mengembangkan hasil dalam
bentuk

dari

diskusi

tentang

pemecahan

masalah

matematika

kemudian

mempresentasikan hasilnya terhadap kelompok yang lain.
Langkah terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses peyelesaian
masalah. Pada tahap terakhir ini siswa merefleksi hasil kerja kelompok dan proses
pembelajaran.
Sinergi langkah model pembelajaran Problem Based Learning menjadi satu
kesatuan yang dapat mengantarkan siswa memahami materi tentang menggunakan
alat ukur panjang, berat dan waktu dapat mengerjakan tes secara baik. Dalam hal ini
akan terjadi peningkatan hasil belajar. Temuan ini berarti sejalan dengan pandangan
Muhammad Jauhar memilki kelebihan, yaitu siswa lebih memahami konsep yang
diajarkan, siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri sehingga lebih bermakna,
dan siswa lebih aktif.
Temuan keberhasilan model PBL ini selain sejalan dengan teori tentang
kelebihan model tersebut juga mendukung berbagai penelitian terdahulu seperti :
Penelitian Mustamilah (2015) dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD Negeri Gonoso

73

Wonosegoro pada mata pelajaran matematika mengalami peningkatan dengan
kondisi awal 36,6% meningkat pada siklus 1 presentase peningkatan hasil belajar
meningkat menjadi 36,6%, siklus 2 menjadi 63,63% dan pada siklus meningkat
menjadi 77,27%.
Penelitian oleh Sri Giarti (2014) dengan menggunakna model Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 6 SD Negeri 2 Bengke
Wonosegoro pada mata pelajaran Matematika, meningkat dari kondisi awal
presentase pencapaian KKM mencapai 30,77 %, meningkat pada siklus 1 menjadi
58, 84% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 84,61 %.
Penelitian Ahmad Subbanarrijal (2015) dengan menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) dapat menunjukkan hasil belajar siswa 4 SD N 01 Bojongsari
Tahu pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Matematika, mengalami peningkatan
pada siklus 1 mencapai 77,37% siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 85,17 dan
pada siklus 3 meningkat menjadi 91,10% telah memenuhi target ketuntasan yaitu
85%.
Penelitian oleh Taurinda Mahardiyanti (2014) menggunakan Problem Based
Learning (PBL) menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas 5 SD
Negeri Bander 01 Tahun pelajaran 2015/2016 mata pelajaran Matematika dari siklus
1 menjadi 56,67%, pada siklus 2 menjadi 70% pada siklus 3 meningkat 90%.
Penelitian oleh Gunantara (2014) menggunakan Problem Based Learning
(PBL) menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas 5 pada siklus 1
70,00% meningkat pada siklus 2 menjadi 84,42%. Penelitian Putu Diantari (2014)
menggunakan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas 5 SD pada mata pelajaran Matematika.
Penelitian oleh Putu Diantari (2014) menggunakan Problem Based Learning
(PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Oleh
karena itu, pemebelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning
(PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan signifikan pada setiap siklus.