Landasan pendidikan Landasan Landasan Pendidikan Filsafat Pe

LANDASAN PENDIDIKAN

PENGERTIAN DAN LANDASAN PENDIDIKAN

Dosen
Dra . Olga D Pandeirot, M.Pd

Kelompok 4

Inggrid Asyifa Ramadya

NIM 1402617080

Muhamad Zainul Mafakhir

NIM 1402617075

Noor Muhammad Rieziq

NIM 1402617019


Vira Fitriani

NIM 1402617052

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
i

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, dengan segala rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya, akhirnya makalah Landasan Pendidikan mengenai “Pengertian
dan Landasan Pendidikan “ ini dapat diselesaikan dengan baik, tak lupa salawat dan salam
ditujukan kepada nabi yang mulia, Rasulullah Muhammad SAW yang telah mengajarkan
kepada kita salah satunya untuk menuntut ilmu yang bermanfaat untuk mencapai kebahagian
dunia dan akhirat.
Penulisan makalah ini merupakan syarat untuk memenuhi mata kuliah Landasan

Pendidikan. Penulis menyadari pembuatan makalah ini belum sempurna dan masih banyak
terdapat kekurangan baik dalam hal kedalaman materi maupun dari segi tata bahasa
akademik. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan guna perbaikan dan
menyempurnakan pembuatan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa dalam
memberikan pengajaran, bantuan, pengarahan, informasi dan sebagainya hingga selesainya
pembuatan makalah ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan antara lain kepada yang
terhormat:
 Dra . Olga D Pandeirot, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Landasan Pendidikan.
 Teman – teman Mahasiswa mata kuliah Landasan Pendidikan.
 Semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa saran dan kritik yang
membangun serta dorongan semangat dan motivasi.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah berjasa dalam
pembuatan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 20 Maret 2018

Penulis


ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
Daftar Isi ...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar belakang.......................................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2. Pengertian dan Landasan Pendidikan
2.1 Landasan Pendidikan
2.1.1 Landasan Filosofis..................................................................................
2.1.2 Landasan Sosiologis...............................................................................
2.1.3 Landasan Kultural..................................................................................
2.1.4 Landasan Psikologi.................................................................................
3. Konsepsi Mengajar, Mendidik dan Belajar...........................................................
4. Pendidikan Seumur Hidup (Long life education)..................................................
5. Tugas dan Latihan..................................................................................................

BAB III PENUTUP
3. Kesimpulan............................................................................................................
3.1 Saran....................................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................................
Lampiran

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis – sistematis selalu
bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas – asas
tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan
merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat
suatu bangsa tertentu. Untuk Indonesia, pendidikan diharapkan mengusahakan
pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi
kualitasnya dan mampu mandiri, dan pemberian dukungan bagi perkembangan
masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia. (Undang – Undang, 1992: 24).

Landasan – landasan pendidikan tersebut akan memberikan pijakan dan arah
terhadap pembentukan manusia Indonesia, dan serentak dengan itu,
mendukung perkembangan masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan asas –
asas pokok pendidikan akan memberi corak khusus dalam penyelenggarakan
pendidikan itu, dan pada gilirannya, memberi corak pada hasil – hasil
pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat Indonesia.
Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan
filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting
dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan
teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian
berbagai landasan pendidikan itu akan dapat membentuk wawasan yang tepat
tentang pendidikan. Dengan wawasan pendidikan yang tepat, serta dengan
menerapkan asas – asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi
peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelanggarakan program
pendidikan yang tepat wawasan itu akan memberikan perspektif yang lebih
luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional.
1.1 Rumusan Masalah
a. Jelaskan pengertian pendidikan secara elektrik menurut kelompok
anda?
b. Diskusikan pelaksanaan dari berbagai landasan pendidikan

berdasarkan pengalaman pendidikan anda di sekolah. Tulis bukti –
bukti yang anda temukan pada setiap landasan?
c. Diskusikan perbedaan antara mendidik, mengajar dan belajar?
d. Diskusikan kapan pendidikan dimulai dan kapan selesai ; dan
bagaimana dengan konsep pendidikan seumur hidup?

1

1.2 Tujuan Penelitian
a. Menjelaskan pengertian dan landasan pendidikan
b. Memahami berbagai landasan pendidikan, utamanya landasan filosofis,
landasan sosiologis, landasan kultural, landasan psikologis
c. Menyebutkan konsepsi mengajar, mendidik dan belajar
d. Menjelaskan pendidikan seumur hidup atau (life long education)

1

1

3


BAB II
PEMBAHASAN

2. Pengertian dan Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak
terputus dari generasi ke generasi di mana pun di dunia ini. Upaya
memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan
pandangan hidup dan dalam latar sosial – kebudayaan setiap masyarakat
tertentu. Batasan tentang arti “pendidikan” yang dibuat oleh para ahli sangat
beragam. Perbedaan tersebut pada umumnya karena perbedaan dalam orientasi
filsafat, konsep dasar dan penekanannya. Berikut ini ditinjau beberapa batasan
arti pendidikan :
a.

UU. No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatanspritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, Bangsa dan
Negara.

b.

Prof. Dr. N. Drijakara
Pendidikan diartikan sebagai suatu upaya dalam memanusiakan
manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf yang insani.

c.

Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
hidup yang setinggi-tingginya.

d.


M.J. Langeveld
Pendidikan adalah upaya dalam membimbing manusia yang
belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha
dalam menolong anak untuk melakukan tugas-tugas hidupnya agar
senantiasa mandiri dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan
juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan
tanggung jawab.

e.

Francis John Dewey
Pendidikan bukan hanya proses pemberian pengetahuan yang
bersifat statis. Keterampilan dan pengetahuan siswa dari proses belajar

harus diintegrasikan sepenuhnya kedalam kehidupan mereka dalam
bermasyarakat dan dunia nyata.
f.

Francis J. Brown
Pendidikan adalah proses kontrol yang memperhatikan

perubahan perilaku yang dihasilkan seseorang dan seseorang dalam
kelompok.

g.

Arthur K. Ellis, John J. Cogan dan Kenneth R. Howey
Pendidikan adalah jumlah total dari pengalaman belajar
seseorang selama hidupnya, bukan hanya dalam pengalaman
pendidikan formal. Ini adalah proses dimana seseorang mendapatkan,
mengerti dirinya sendiri seperti mengerti lingkungannya.

h.

GBHN ( Garis Besar Haluan Negara ) 1998
GBHN 1998 memberikan batasan tentang pendidikan nasional
yang berakar pada kebudayaan bangsa dan bedasarkan pancasila dan
UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa serta
harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat
Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berkualitas, mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan

masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan
pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas bangsa.

Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung
banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks
itu, maka tidak sebuah batasanpun yang cukup memadai untuk menjelaskan
arti pendidikan secara lengkap. Dibawah ini dikemukakan beberapa batasan
tentang pendidikan yang bebeda berdasarkan fungsinya :
a. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai
kegiatan pewarisan budaya dari suatu generasi ke generasi lainnya. Nilai-nilai
kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke
generasi muda. Ada 3 bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok
diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggungjawab dan lain-lain,
yang kurang cocok diperbaiki misalnya tata cara perkawinan, dan tidak cocok
diganti misalnya pendidikan seks yang dahulu ditabukan diganti dengan
pendidikan seks melalui pendidikan formal.
b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi

3

Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai sutu
kegiatan yang sistematis dan sitemik dan terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi dapat dilakukan
melalui komunikasi antara orang dewasa dan anak.
c. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memilki bekal dasar untuk bekerja.

2.1 Landasan Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu
bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu.
Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar
utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa.

2.1.1

Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan
makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah –
masalah pokok seperti : apakan pendidikan itu, mengapa pendidikan itu
diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya. Landasan filosofis
adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat. Filsafat
pendidikan berupaya menjawab secara kritis dan mendasar berbagai
pertanyaan kelompok sekitar pendidikan. kejelasan berbagai hal itu
sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan
yang dilakukan dalam pendidikan. hal itu sangat penting karena hasil
pendidikan tidak segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan
itu harus diyakinkan kebenaran dan ketepatannya meskipun hasilnya
belum dapat dipastikan. Ketepatan setiap keputusan dan tindakan, serta
diikuti dengan upaya pemantauan dan penyesuaian yang menerus, sangat
penting karena koreksi setelah diperoleh hasilnya sangat sulit dan sudah
terlambat.
Kajian – kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat akan
besar pengaruhnya terhadap pendidikan karena prinsip – prinsip dan
kebenaran – kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan
dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang pendidikan
tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang :
1).Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia ini
seperti yang disimpulkan sebagai zoon politicon, homo sapiens, animal
educandum.
2).Masyarakat dan kebudayaannya.

3

3).Keterbatasan manusia
menghadapi tantangan ;

sebagai

makhluk

hidup

yang

banyak

4).Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya
filsafat pendidikan. ( Wayan Ardhana,1986:Modul 1 /9 ).
Hasil – hasil kajian filsafat tersebut utamanya tentang konsepsi
manusia dan dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan.
berbagai pandangan filosofis tentang manusia dan aliran dunianya yang
dikemukakan oleh berbagai aliran dalam filsafat sangat bervariasi. Secara
historis terdapat dua aliran yang saling bertentangan yakni idealisme dan
naturalisme ( positivisme), dengan segala variasinya masing - masing.
Wayan Ardhana, dkk ( 1986:Modul 1/12-18) mengemukakan bahwa
aliran – aliran filsafat itu bukan hanya mempengaruhi pendidikan, tetapi
juga melahirkan aliran filsafat pendidikan seperti :
1). Idealisme
Menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai
gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah
bayangan atau refleksi dari ide sebagi kebenaran spiritual atau mental.
Ide sebagai gagasan
kejiwaan itulah sebagai kebenaran atau nilai
sejati yang absolut dan abadi. Namun pada umumnya aliran ini
menekankan bahwa pendidikan merupakan
kegiatan intelektual untuk
membangkitkan ide – ide yang masih laten. Oleh
karena itu sebagai
lembaga pendidikan, sekolah berfungsi untuk membantu
siswa
mencari dan menemukan kebenaran, keindahan dan kehidupan yang
luhur.
2). Realisme
yang

Pendidikan menekankan pada pengakuan adanya kenyataan hakiki
objektif, diluar manusia.
3). Perenialisme
Dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang
konstan atau perenial. Prinsip pendidikan antara lain :
a.
Konsep pendidikan itu bersifat abadai karena hakekat manusia yang
tidak pernah berubah.
b.
Inti pendidikan harus mengembangkan kekhususan manusia yang unik
yaitu kemampuan berfikir.
c.

Tujuan belajar adalah mengenal kebenaran abadi dan universal.

d.

Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenernya.

3

4). Esensialisme
Filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip Idealisme dan Realisme
secara ekletis. Esensialisme mulai lebih dominan di Eropa sejak adanya
semacam pertentangan antara para pendidik, sehingga mulai timbul pemisah
antara pelajaran teoritik ( Liberal arts ) yang memerdekakan akal dengan
pelajaran praktek.

5). Pragmatisme dan progresivisme
Sedangkan Waini Rasyidin (dalam Redja Mudyahardjo et.al., 1992.
140-150) membedakan antara filsafat dan mazhab filsafat pendidikan, yakni
aliran filsafat yang besar pengaruhnya terhadap pendidikan adalah idealisme,
realisme (positivisme, materialisme), :Neothomisme, dan pragmaisme ;
sedangkan mazhab filsafat pendidikan ialah esensialisme, perenialisme,
progresivisme dan rekonstruksionisme. Baik sebagai aliran filsafat maupun
sebagai mazhab filsafat pendidikan, pandangan – pandangannya tentang
manusia dan dunianya pada umumnya ikut mempengaruhi konsepsi dan atau
penyelenggaran penelitian.

2.1.2

Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis pendidikan adalah acuan atau asumsi dalam
penerapan pendidikan yang bertolak pada interaksi antar individu sebagai
mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan pendidikan
merupakan suatu proses interaksi antara dua individu (pendidik dan anak
didik). Oleh karena itu kegiatan pendidik dapat berlangsung baik dilingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Kajian sosiologis tentang pendidikan
mencakup semua jalur pendidikan tersebut; pendidikan keluarga sangat
penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial yang pertama bagi tiap
manusia. Oleh karena itu proses sosialisasi dimulai dari keluarga dimana anak
mulai mengembangkan diri. Dalam keluarga dimulai ditanamkan nilai – nilai
dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Nilai – nilai agama,
nilai – nilai moral, budaya, dan keterampilan perlu dikembangkan dalam
pendidikan keluarga.
Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang
dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat dibentuk oleh masyarakat dengan
perencanaan dan pelaksanaan yang mantap. Selain sekolah dan keluarga,
proses pendidikan juga dipengaruhi oleh berbagai kelompok kecil dalam masyarakat
seperti kelompok keagamaan, organisasi kemasyarakatan.

2.1.3

Landasan Kultural

3

Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia
menjadi anggota masyarakat dan pendukung budaya. Kebudayaan dan
pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Sebagai makhluk kebudayaan
manusia hidup dalam suatu sistem yang mengatur bagaimana manusia itu
harus hidup dan bertindak baik dalam kehidupannya secara perorangan atau
sebagai anggota masyarakat.
Sistem pendidikan di Indonesia berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia, pancasila dan UUD 1945.

2.1.4

Landasan Psikologi
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga
landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses
pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia
pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi
manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan
menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang
bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
Seorang anak dapat mengembangkan potensinya dengan maksimal bila
mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitarnya. Pendidik atau orang tua
harus memiliki pengetahuan dalam membimbing dan mendukung anak
tersebut. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dan utama dalam
perkembangan personal anak (Grolnick, 1995; Santrock, 2009, Eggen, 2004).
Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat
diperlukan penerapannya dalam pendidikan terutama yang berkaitan dengan :
1.

Perbedaan Individu, tiap individu mempunyai bakat, kemampuan,
minat, kekuatan serta tempo dan irama perkembangan yang berbeda –
beda. Sebagai implikasinya pendidik tidak boleh memperlakukan sama
pada setiap peserta didik.
2. Kurikulum perlu disusun berdasarkan pengalaman belajar anak.
3.
Guru perlu memahami perkembangan kepribadian anak agar dapat
dimanfaatkan dalam pendidikan, terutama dalam memahami setiap
peserta didik mengembangkan kepribadiannya.
4. Pendidikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan anak.
5.
Perlu diciptakan kondisi lingkungan yang membantu peserta didik
untuk mengembangkan potensi, kecerdasan, emosi dan keterampilan
dalam pendidikan.
3. Konsepsi Mengajar, Mendidik dan Belajar
Mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seorang pendidik
(Guru) kepada Siswa, sehingga terjadi proses belajar. Ciri-ciri hasil pengajaran
yang baik adalah hasil belajar tahan lama, dan hasil belajar merupakan
pengetahuan yang asli dan otentik.
3

Mendidik adalah penggunaan proses mengajar sebagai sarana untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan. Hasil
mendidik tidak dapat dilihat dalam waktu yang instan. Contoh seorang guru
matematika mengajarkan kepada anak pintar menghitung, tapi anak tersebut tidak
penuh perhitungan dalam segala tindakannya, maka kegiatan guru tersebut baru
sebatas mengajar belum mendidik.
Tidak setiap guru mampu mendidik walaupun ia pandai mengajar,
untuk menjadi pendidik guru tidak cukup menguasai materi dan keterampilan
mengajar saja, tetapi perlu memahami dasar-dasar agama dan norma-norma dalam
masyarakat, sehingga guru dalam pembelajaran mampu menghubungkan materi
yang disampaikannya dengan sikap dan keperibadiaan yang harus tumbuh sesuai
dengan ajaran agama dan norma-norma dalam masyarakat.
Belajar adalah usaha anak didik untuk meningkatkan kemampuan
Kognitif, Afektif dan Psykomotorik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Agar
anak didik dapat mengikuti perubahan dalam pola kehidupan, serta dalam
menjalain kerjasama, maka anak didik harus dapat :
a. Belajar untuk mengenal (learning to know) cara dan sarana untuk memahami
pengetahuan lebih lanjut.
b. Belajar berkarya (learning to
produktivitas dan profesionalisme.

do)

untuk

meningkatkan

kreativitas,

c. Belajar membentuk jati diri (learning to be) dengan mengembangkan semua
potensi yang ia miliki.
d. Belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together) dengan
mengembangkan pemahaman atas sejarah, tradisi dan nilai-nilai warga lain
yang didasarkan atas pengakuan saling ketergantungan dalam menghadapi
tantangan masa depan.
3.1 Batas – Batas Pendidikan
Batas kemungkinan didik ditentukan oleh keterbatasan potensi bawaan
yang disebabkan oleh cacat rohani – jasmani yang berat. menurut
Langeveld, batas bawah atau saat siap memperoleh pendidikan ialah
pada saat anak sudah sanggup menerima dan mengakui kewibawaan
pendidik. Gejala ini nampak kira – kira pada usia 3,5 tahun dan jelas kelihata pada
usia 5 tahun. Menurut Langeveld masa sebelumnya merupakan masa
pendidikan pendahuluan dimana anak hanya menuruti, meniru orang tua dalam
perilaku tertentu, dan tidak langsung dikaitkan dengan tujuan pembentukkan
pribadi dewasa susila. Selanjutnya dikatakan oleh Langeveld, bahwa seseoraang
telah menyelesaikan pendidikannya bilamana telah mencapai probadi dewasa
susila. Sejak bayi sampai terbentuknya pribadi susila anak didik tetap
mendapat
bantuan
dan bimbingan
dan
pendidik,
dan
setelah
3

menyelesaikan pendidikannya tak ada lagi ikatan pedagosis antara pendidik
dan anak didik. Anak didik itu sendiri akan terus menyempurnakan hidupnya
namun pada saat – saat tertentu dapat saja memperoleh pendidikan
untuk menyempurnakan kepribadiannya,. Oleh karena itu pendidikan bisa
berlangsung seumur hidup.
4. Pendidikan Seumur Hidup (Life Long Education)
Life Long Education cenderung melihat pendidikan sebagai kegiatan
kehidupan dalam masyarakat dalam mencapai perwujudan manusia secara penuh
yang berjalan terus menerus seolah – olah tidak ada batasnya. Ini berarti bahwa
pendidikan itu tidak hanya penting bagi anak – anak, tetapi juga penting untuk
orang dewasa maupun orang tua dalam rangka pencapaian perkembangan manusia
yang penuh. Hanya dengan pendidikan manusia dapat mempertahankan
kehidupannya dalam perkembangan yang telah dicapainya. Menurut Carl Rogers,
pendidikan bukanlah proses pembentukan

5. Jawaban tugas dan latihan
a. Jelaskan pengertian pendidikan secara elektrik menurut kelompok anda?
Jawab :
Pendidikan secara elektrik atau disebut juga dengan E-Learning adalah
suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi
dalam proses belajar mengajar. Materi e-Learning tidak harus didistribusikan
secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara offline menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini
aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan
melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD
tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.
b. Diskusikan pelaksanaan dari berbagai landasan pendidikan berdasarkan
pengalaman pendidikan anda di sekolah. Tulis bukti – bukti yang anda temukan
pada setiap landasan?
Jawab :
Pelaksanaan landasan pendidikan terbagi menjadi 4 landasan. Berdasarkan
pengalaman pendidikan di sekolah yaitu seperti dalam :
a). Landasan filosofis dalam pendidikan, dalam sekolah membahas pendidikan
dengan sudut pandang filsafat, karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang
manusia dan masyarakat sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu.
b).Landasan sosiologis, dalam sekolah mempelajari tentang bagaimana
melaksanakan proses interaksi antara dua individu.

3

c).Landasan kultural yang mempunyai hubungan timbal balik yang berakar
pada kebudayaan indonesia berdasarkan pancasila seperti pendidikan perlu
mengembangkan nilai budaya bangsa sendiri.
d).Landasan psikologis, pemahaman peserta didik menjadi kunci keberhasilan
pendidikan dengan implikasinya pendidik tidak memperlakukan sama pada setiap
peserta didik karena setiap anak memiliki kemampuan dan minat yang berbeda.

c. Diskusikan perbedaan antara mendidik, mengajar dan belajar?
Jawab :
Mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seorang pendidik (Guru)
kepada Siswa, sehingga terjadi proses belajar. Ciri-ciri hasil pengajaran yang baik
adalah hasil belajar tahan lama, dan hasil belajar merupakan pengetahuan yang
asli dan otentik.
Mendidik adalah penggunaan proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai
hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan. Hasil mendidik tidak
dapat dilihat dalam waktu yang instan. Contoh seorang guru matematika
mengajarkan kepada anak pintar menghitung, tapi anak tersebut tidak penuh
perhitungan dalam segala tindakannya, maka kegiatan guru tersebut baru sebatas
mengajar belum mendidik.
Belajar adalah usaha anak didik untuk meningkatkan kemampuan Kognitif,
Afektif dan Psykomotorik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Diskusikan kapan pendidikan dimulai dan kapan pendidikan selesai; dan
bagaimana konsep pendidikan seumur hidup?
Jawab :
Pendidikan dimulai pada sejak bayi sampai akhir hayat. Pendidikan menurut
Langeveld, batas bawah atau saat siap memperoleh pendidikan ialah pada saat
anak sudah sanggup menerima dan mengakui kewibawaan pendidik. Gejala ini
nampak pada usia kira – kira 3,5 tahun dan terlihat pada usia 5 tahun.

3

BAB III
PENUTUP

3. Kesimpulan
Pendidikan
adalah
usaha
yang
dilakukan
manusia
guna
menumbuhkembangkan potensi dasar yang ada pada diri manusia. Pada dasarnya
pendidikan tidak mengenal batasan waktu, usia, dan tempat, namun mengenai batasbatas pendidikan maka yang dimaksudkan adalah pembatasan nyata dari proses
pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Batas awal pendidikan dimulai dengan
pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu
dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang
sesungguhnya baru terjadi kemudian. Adapun batas terakhir pendidikan yaitu sampai
akhir hayat.
3.1 Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut
perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara
sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia
agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan
meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.Dengan meningkatnya kualitas
pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya
dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di
dunia internasional.

3

3

DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen MKDK UNJ, 2013. Landasan Ilmu Pendidikan. Jakarta : Fakultas Ilmu
Pendidikan UNJ.
Surna, I Nyoman dan Olga D. Pandeirot. 2014. Psikologi Pendidikan 1. Jakarta : Erlangga

10

LAMPIRAN

TOKOH LANDASAN PENDIDIKAN
1. Prof. Dr. Nicolaus Driyarkara S.J

Prof. Dr. Nicolaus Driyarkara SJ (lahir di Kedunggubah, Kaligesing, Purworejo,
13 Juni 1913 – meninggal di Girisonta, Ungaran, Jawa Tengah, 11 Februari 1967 pada
umur 53 tahun). Ajaran pokok Driyarkara yaitu "manusia adalah kawan bagi sesama".
Manusia adalah rekan atau teman bagi sesamanya di dunia sosialitas ini (homo homini
socius). Pikiran homo homini socius ini ditaruh untuk mengkritik, mengoreksi, dan
memperbaiki sosialitas preman; sosialitas yang saling mengerkah, memangsa, dan
saling membenci dalam homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi
sesamanya). Pada tahun 1952 ia mendapat gelar doctor bidang filsafat di universitas
Greogoriana dengan disertasi mengenai Nicolas Malebrance. Pada tahun 1941 – 1942
ia sudah mengajar sebagai dosen di Girisonta. Pada taun 1943 – 1946 beliau menjadi
pengajar filsafat di Seminari tinggi Yogyakarta. Pada tahun 1952 – 1958 setelah PhD,
N Driyakarya menjadi dosen filsafat di Yogyakarta. Pada tahun 1960 – 1967 beliau
menjadi guru besar, Luar Biasa di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Pada
tahun 1961 – 1967 menjadi anggota MPRS. Pada tahun 1963 – 1964 menjadi dosen
tamu di St. Louis University, amerika serikat. Pada tahun 1965 – 1967 menjadi
anggota DPA.
Pada tanggal 2 Februari 1969 (tepat 2 tahun setelah Driyarkara meninggal), di
sebuah ruang tamu di Susteran Theresia Jalan H Agus Salim, Jakarta, jejak perintisan
Sekolah Tinggi Filsafat bernama Driyarkara dimulai.
Proses pembidanan sebuah sekolah filsafat dilakukan bersama oleh rekan-rekan
almarhum, yaitu Prof. Dr. Fuad Hassan, Prof. Dr. Slamet Iman Santosa yang
mendambakan didirikannya sebuah institut filsafat di Indonesia yang terbuka untuk
umum, berdiri sendiri, dan merupakan pusat yang mampu menarik dosen untuk lebih
11

memantapkan usaha pengembangan filsafat di Jakarta. Inilah dies natalis pertama
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara pada tahun 1969

2. Prof. Dr. Martinus Jan Langeveld

Prof. Dr. Martinus Jan Langeveld belajar sejarah dan Bahasa Inggris di
Universitas Utrecht, tapi gelar PhD diperoleh dari Linguistic tahun 1994. Berkat
dorongan dari gurunya Philip Kohntamm, Lavengeld berhasil memperoleh gelar
professor dibidang Pedalogi dari Universitas Utrecht dari 1931-1971. Bersama
Buytendijk, Rumke en Pompe, Lavengeld mendirikan program studi IVLOS sekarang
bernama ilmu sosial.
3. Ki Hajar Dewantara

11

Ki Hajar Dewantara lebih dikenal sebagai bapak pendidikan suryaningrat. Beliau
merupakan keturunan dari Keraton Yogyakarta. Pada umur 40 tahun, beliau merubah
namanya menjadi Ki Hajar Dewantara bersekolah di ELS yang dulu merupakan
sekolah dasar Belanda. Selanjutnya beliau juga melanjutkan sekolah di Stovia yang
merupakan sekolah dokter untuk bumi putera, tetapi selama seolah di Stovia beliau
tidak tamat karena sakit. Beliau juga pernah bekerja menjadi wartawan diberbagai
media cetak seperti Mideem Java, Sedyotomo, De Express, Kaoem Moeda, Poesara,
Poetoesan Hindia, dan Tjahaya Timur. Tulisan beliau sangat komukatif dan juga kritis
sehingga dapat meningkatkan semangat rakyat pada sat itu.ada banyak sekali hal yang
harus kita banggakan terhadap beliau. Pada tahun 1908 beliau aktif sebagai pengurus
di organisasi Boedi Toemoe. Selanjutnya beliau juga membuat organisasi sendiri
bersama Dowes Dekeer atau lebih dikenal dengan Dr. Danudirja Setia Budi dan dr.
Cipto Mangunkusumo mendirikan sebuah organisasi bernama Indische Partij pada
tanggal 25 desember tahun 1912. Organisasi ini merupakan partai politik pertama di
Indonesia dan beralira nasionalisme. Ketika ingin mendaftarkan partai ini, mereka
ditolak oleh Belanda karena dianggap menumbuhkan nasionalisme pada rakyat
Dengan ditolaknya partai tersebut, mereka akhirnya membuat komite boemi poetra
yang digunakan untuk membuat kritikan ke pemerintahan belanda. Mereka menulis
berbagai kritikan dan ditulis disurat kabar De Express.
4. Francis John Dewey

John Dewey adalah seorang filsuf Amerika psikologi dan pembaharu pendidikan.
Ia diakui sebagai pencetus sekolah filsafat pragmatisme, pelopor dalam psikologi
fungsional dan seorang pengembang gerakan pendidikan.
Menurut Dewey tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan
nyata bagi kehidupan oleh karena itu fislafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiranpemikiran metafisik belaka filsafat harus berpijak pada pengalaman, dan menyelidiki
serta mengolah data tersebut secara kritis. Dewey juga dianggap oleh aliran

11

fungsionalisme sebagai seorang pemikir bergaya praktis dan pragmatis sehingga
dalam ilmu pendidikan ia menganjurkan teori dan metode learning by doing.
Dewey dilahirkan di Burlington, Vermont Amerika Serikat pada 20 oktober pada
1259. Setelah menyelesaikan studinya ia menjadi guru besar dalam bidang filsafat dan
bidang pendidikan. Dewey juga menghasilkan 40 buku dan lebih dari 700an artikel.
Dewey meninggal pada 1 Juni 1952 di New York City, Amerika Serikat.
5. Francis J. Brown

Menurut Mr. Brown, Pendidikan adalah proses kontrol yang memperhatikan
perubahan perilaku yang dihasilkan seseorang dan seseorang dalam kelompok.
6. Arthur K. Ellis

11

Menurut Arthur K. Ellis, pendidikan adalah jumlah total dari pengalaman belajar
seseorang selama hidupnya, bukan hanya dalam pendidikan formal. Ini adalah proses
seseorang mendapatkan, mengerti dirinya sendiri seperti mengerti lingkungannya.

11