Linguistik Umum Resume Buku Indonesia

Halaman | 1

BAB I
RESUME
DASAR-DASAR LINGUISTIK UMUM
SOEPARNO

Disusun Oleh :
Tri Wibowo

(1113013000045)

Kelas : PBSI 1B

PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013

Halaman | 2


BAB I
PEMBAHASAN
A. Resume Buku Dasar-dasar Linguistik Umum – Soeparno
I. Hakikat Bahasa
Menurut teori stuktural, dapat didefinisikan sebagai suatu sistem arbitrer yang
konvensional. Berkaitan dengan ciri sistem, bahasa bersifat sistematik dan
sistemik. Bahasa bersifat sistemik karena mengikuti ketentuan-ketentuan atau
kaidah-kaidah yang teratur. Bahasa juga bersifat sistemik karena bahasa itu
sendiri merupakan suatu sistem atau subsistem-subsistem. Misalnya, subsistem
fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik, subsitem
leksikon.
Selain bahasa juga mempunyai ciri arbitrer, yakni hubungan yang sifatnya
semena-mena antara signifie dan signifiant atau antara makna dan bentuk. Dan
kesemenaan tersebut dibatasi oleh kesepakatan antar-penutur yang disebut bahasa
memiliki ciri konvensional.
Beberapa kemungkinan lain untuk mengubah sistem:
1.

Dengan cara menambah sisipan –si– pada kata yang sudah dibalik urutan
suku katanya.


2.

Dengan cara menambah akhiran –al– pada penggalan suku pertama.

3.

Dengan cara menyisipi –em– pada penggalan suku pertama.
Berdasarkan pengertian bahasa seperti yang telah dikemukakan, maka hanya

yang berupa ujaran saja yang dapat disebut bahasa. Bentuk-bentuk

dan

perwujudan lain (dengan media) pada hakikatnya tidak dapat disebut bahasa
dalam arti sebernarnya; gerak anggota badan (gesture), rambu lalu lintas, lampu
lalu lintas, morse, bunyi kentongan, tepuk tangan, dan tulisan.

Halaman | 3


II.

Fungsi Bahasa

a. Fungsi Umum
Fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Dengan
demikian, setiap masyarakat dipastikan memiliki dan menggunakan alat
komunikasi. Tak ada masyarakat tanpa bahasa dan tak ada bahasa tanpa
masyarakat
Di suatu media massa (Abadi, 1971) seorang bernama Kang En menulis
sebuah artikel yang isinya agak provokatif, yaitu: “Bahasa yang Merusak Mental
Bangsa”. Yang berisi persoalan dalam bahasa Indonesia;
(1) masalah kata sapaan – memiliki sifat familier dan nepotisme,
(2) masalah kala (tenses) – memiliki sifat aglutinatif, tidak mengenal waktu,
(3) masalah salam (greeting) – tidak memiliki sugesti untuk berbuat sesuatu.
Tulisan tersebut tampaknya beranjak

dari hipotesis

Whorf-Sapir yang


mengemukakan bahwa bahasa yang mementukan suatu corak masyarakat.

b. Fungsi Khusus
Jakobson membagi funsi bahasa atas enam macam, yakni emotif
(mengungkapkan suatu rasa), konatif (agar lawan bicara berbuat seuatu),
referensial (membicarakan suatu permasalahan berdasarkan topik), puitik
(menyampaikan suatu amanat), fatik (berbicara ala kadarnya, hanya untuk basabasi), dan metalingual (berbicara dengan bahasa sebagai arbitrer).
Dell Hymnes mengembangkan fungsi bahasa dari perincian yang telah
dikemukakan di depan. Fungsi bahasa tersebut yaitu:

 Untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial.
 Untuk menyampaikan pengalaman-pengalaman.
 Untuk mengatur kontak sosial.
 Untuk mengatur perilaku atau diri sendiri.
 Untuk mengatur perilaku atau perasaan orang lain.
 Untuk mengungkapkan perasaan.
 Untuk menandai perihal hubungan sosial.

Halaman | 4


 Untuk menunjukan dunia diluar bahasa.
 Untuk mengajarkan berbagai kemampuan dan keterampilan.
 Untuk menanyakan sesuatu kepada orang lain.
 Untuk menguraikan tentang bahasa.
 Untuk menghindari diri dengan mengemukakan kebenaran dan alasan.
 Untuk mengungkapkan suatu perilaku performatif.

III.

Sejarah Perkembangan Ilmu Bahasa

Sejarah perkembangan ilmu bahasa pada dasarnya dapat dikatakan bermula
dari dua dunia, yakni dunia barat dan dunia timur. Secara kebetulan masa
bermulanya sejarah bahasa dunia barat dan dunia timur sekitar abad IV sebelum
Masehi.

a. Perkembangan Ilmu Bahasa di dunia Barat
Seorang ahli fisafat bernama Plato membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno
menjadi dua golongan yakni onoma dan rhema (429 SM – 348 SM). Murid

Socrates ini menjelaskan bahwa Onoma adalah jenis kata yang biasanya menjadi
pangkal pernyataan dan pembicaraan, dan Rhema adalah jenis kata yang biasanya
dipakai untuk mengungkpkan pernyataan dan pembicaraan.
Pokok pikiran Plato tersebut kemudian dikembangkan oleh muridnya yang
bernama Aristoteles (384 SM – 322 SM) membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno
menjadi tiga golongan, yakni Onoma kini ditafsirkan sebagai jenis atau golongan
kata yang mengalami perubahan bentuk secara deklinatif, yaitu perubahan bentuk
kata yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin, jumlah dan kasus. Rhema
diartikan sebagai jenis atau golongan kata yang mengalami perubahan secara
konjugatif, yaitu perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh perbedaan persona,
jumlah, dan kala (tenses). Dan Syndemos adalah golongan kata yang tidak
mengalami perubahan bentuk secara deklinatif maupun konjugatif, jadi tidak
pernah mengalami perubahan bentuk oleh perbedaan apapun.

Halaman | 5

Tata bahasa atau gramatikal baru mulai diperhatikan pada akhir abad kedua
masehi (130 SM) oleh Dyonisius Thrax. Buku tata bahasa yang pertama kali
disusunnya adalah “Techne Gramatike”. Yang kemudian menjadi anutan bagi
para ahli tata bahasa yang lain. Pada zaman ini pembagian jenis kata sudah

mencapai delapan, yakni:
1. Nomina

5. Adverbal

2. Pronominal

6. Preposisi

3. Artikel

7. Partisipium

4. Verba

8. Konjugasi

Sebelum Dyonisius Thrax, Zeno membag jenis kata menjadi empat, yakni:
1. Nomina


3. Artikel

2. Verba

4. Konjugasi

Ketika bangsa romawi menaklukan bangsa Yunani, mereka mengubah cara
berpikir dan pendapat-pendapat bangsa Yunani. Gramatasi terjadi ketika istilah
bahasa Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Latin. Ialah Donatius dan
Priscianus membagi jenis kata menjadi tujuh, yakni:
1. Nomina
2. Adverbal
3. Preposisi

5. Promina
6. Verba
7. Konjugasi

4. Pantisipium
Pada abad pertengahan, Modistae membagi jenis kata menjadi delapan:

1. Nomina

5. Adverbia

2. Pronomina

6. Preposisi

3. Partisium

7. Konjugasi

4. Verba

8. Interjeksi

Pada zaman Renaisance kembali membagi jenis kata menjadi tujuh, yakni:
1. Nomina
2. Pronomina
3. Partisipium

4. Adverbia

5. Preposisi
6. Konjugasi
7. Interjeksi

Halaman | 6

Kemudian pembagian jenis kata yang berkembang di Belanda menjadi sepuluh
lalu dikutip pula oleh para ahli tata bahasa di Indonesia, yakni:
1. Nomina

6. Numeralia

2. Verba

7. Preposisi

3. Pronomina


8. Konjugasi

4. Adverbia

9. Interjeksi

5. Adjektiva

10.Artikel

Di Indonesia ada tradisi lain dalam hal pembagian jenis kata, yang membagi jenis
kata menjadi tiga golangan, yakni:
1. Isim

: Golongan kata yang mengalami deklanasi.

2. Fi’il

: Golongan kata yang mengalami konjugasi.

3. Harf

: Golongan kata yang tak mengalami perubahan bentuk kata.
IV.

LINGUISTIK DAN BIDANG CAKUPANNYA

Lingistik atau ilmu bahasa adalah disiplin ilmu yang mempelajari bahasa
secara luas dan umum. Secara garis besar cakupan linguistik meliputi dua lingkup
mikrolinguistik dan lingkup makrolingistik.
a. Mikrolinguistik
Mikrolinguistik adalah lingkup linguistik yang mempelajari bahasa dalam
rangka kepentingan ilmu bahasa itu sendiri, tanpa mengaitkan dengan ilmu lain
dan tanpa memikirkan bagaimana penerapan ilmu tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Mikrolingistik ini meliputi bidang dan subdisiplin berikut:
1. Teri-Teori Linguistik
a. Teori Tradisional
b. Teoi Struktural

c. Teori Transformasi
d. Teori Tagmemik

2. Linguistik Historis/Historis-Komparatif
3. Perbandingan Bahasa (Linguistik Komparatif dan Kontrantif)

Halaman | 7

4. Deskkripsi Bahasa (Linguistik Deskriptif)
a.
b.
c.
d.

Fonetik
Fonemik
Morfologi
Sintaksis

e. Semantik
f. Morfosintaksis
g. Leksikologi

b. Makrolingistik
Makrolinguistik adalah lingkup linguistik yang mempelajari bahasa dalam
kaitannya dengan dunia di luar bahasa yang berhubungan dengan ilmu lain dan
bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Makrolinguistik meliputi
bidang linguistik interdisipliner dan bidang linguistik terapan.
1. Bidang Linguistik Interdisipliner
Bidang linguistik interdisipliner meliputi beberapa disiplin/subbidang
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Fonetik Interdisipliner
Sosiolinguistik
Psikolinguistik
Etnolinguistik
Antropolinguistik
Filologi
Stilistik

h. Semiotik
i. Epigrafi
j. Paleografi
k. Etologi
l. Etimologi
m. Dialektologi

2. Bidang Linguistik Terapan
Bidang linguistik terapan meliputi beberapa subbidang/subdisiplin
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Fonetik Terapan
Perencanaan Bahasa
Pembinaan Bahasa
Pengajaran Bahasa
Penerjemahan
Grafonomi atau Ortografi

g.
h.
i.
j.
k.

Grafologi
Leksikografi
Mekanolinguistik
Medikonlinguistik
Sosiolinguistik Terapan
(Pragmatik)

Halaman | 8
V. TIPOLOGI BAHASA
Yang dimaksudkan dengan dengan tipologi bahasa di sini ialah pembicaraan dan
pembahasan perihal tipe bahasa. Tipologi terbagi menjadi 3 macam, yakni:
a) Tipologi Genealogis
b) Tipologi Geografis Atau Areal, Dan
c) Tipologi Struktural.
A. TIPOLOGI GENEALOGIS
Tipologi ini sering juga disebut tipologi genetis. Criteria tipologi ini ialah garis
keturunan.
B. TIPOLOGI GEOGRAFIS
Tipologi ini disebut juga tipologi areal. Criteria yang digunakan adalah lokasi
geografis atau areal (comrie, 1981:197).
C. TIPOLOGI STRUKTURAL
Tipologi ini menggunakan criteria struktur bahasa yang meliputi struktur
morfologis, struktur morfosintaksis, struktur fraseologis, maupun strutur
klausal.
1. Tipologi stuktur Morfologis
Terdapat empat macam tipe bahasa, yakni: a) aglutinatif, b) fleksi, c) fleksoaglutinatif, dan d) isolatif.
2. Tipologi Struktur Morfosintaksis
Berdasarkan struktur morfosintaksisnya terbagi menjadi tiga macam bahasa,
yaitu: a) tipe bahasa analitik, b) tipe bahasa sintetik, dan c) tipe bahasa
polisintetik.
3. Tipologi Struktur Fraseologis
Berdasarkan perbedaan struktur frasanya, kita mengenal dua macam tipe
bahasa, yaitu bahasa yang bertipe senter atribut dan bahasa yang bertipe
atribut-senter, atau secara tradisional dapat juga disebut bahasa yang bertipe
diterangkan-menerangkan (D-M) dan bahasa yang bertipe menerangkanditerangkan (M-D).
4. Tipologi Struktur Klausal
Berdasarkan struktur klausalnya, kita mengenal dua macam bahasa, yakni
bahasa yag bertipe V-O (verb-obyek) dan bahasa yang bertipe O-V (obyekverb).

Halaman | 9
VI. TEORI/ALIRAN LINGUISTIK
Berdasarkan criteria dapat membedakan empat macam teori/aliran dan beberapa
aliran kecil-kecil yang lain, yaitu:
a. Teori/aliran tradisional
Ciri-ciri teori tersebut adalah sebagai berikut:
-

Bertolak dari pola piker secara filosofis
Tidak membedakan bahasa dan tulisan
Senang bermain dengan definisi
Pemakaian bahasa berkiblat pada pola/kaidah
Level-level gramatik belum ditata secara rapi
Tata bahasa didominasi oleh jenis kata (part of speech)

b. Teori/aliran struktural
Cirri-ciri aliran tersebut adalah sebagai berikut:
-

Berlandaskan pada paham behavioristik
Bahasa berupa ujaran
Bahasa berupa sistem tanda (signife dan signifiant)
Bahasa merupakan factor kebiasaan (habit)
Kegramatikalan berdasarkan keumuman
Level-level gramatikal ditegakan secara rapi
Tekanan alnalisis pada bidang morfologi
Bahasa merupakan deretan sintakmatik dan paradigmatik. Deretan sintakmatik
adalah suatu deretan unsur secra horizontal. Deretan paradiogmatik adalah
deretan struktur yang sejenis secara vertikal.
- Analisis bahasa secara deskriptif
- Analisis struktur bahasa berdasarkan unsur langsung.
c. Teori/aliran transformasional
Ciri-ciri aliran transformasional ini secara lengkap adalah sebagai berikut.
-

Berdasarkan paham mentalistik
Bahasa merupkan innate
Bahasa terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan
Bahasa terdiri atas unsure competent dan performance
Analisis bahasa bertolak dari kalimat
Bahasa bersifat kreatif
Memebedakan kalimat inti dan kalimat transformasi
Analisis diwujudkan dalam bentukj rumus dan diagram pohon
Gramatikal bersifat generatif

H a l a m a n | 10
d. Teori/aliran tagmemik
Pada garis besarnya teori ini terbagi atas dua generasi. Generasi pertama adalah
generasi sebelum GA (Grammatical Analysis, 1977) dan generasi kedua adalah
generasi GA itu sendiri.
Adapun cirri-ciri- aliran tagmemik tersebut secara lengkap sebagai berikut.Setiap
struktur terdiri atas tagmen-tagmennya
-

Slot
Kelas (class)
Peran (role)
Kohesi
Bersifat elektik
Bersifat universal
Tiga hirearki linguistik
Tataran pada hirearki gramatial
Slot pada tataran klausa
Predikat kata kerja
Cirri etik dan cirri emik
Rumus di dalam analisis
Analisis dimulai dari klausa
Tidak ada batas antara morfologi dan sintaksis

e. Beberapa teori/aliran yang lain.
Beberapa teori yang perlu disebutkan di sini antara lain adalah teori atau aliran
bloomfieldian, stratifikasi, kopenhagen, praha, London, case grammar, dan lain-lain.
VII. VARIASI BAHASA dan –LEK
Ada beberapa variasi bahasa yang kita kenal, yakni variasi kronologis, variasi
geografis, variasi social, variasi fungsional, variasi gaya/style, variasi kultural, dan
variasi individual.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Variasi kronologis disebabkan oleh factor keurutan waktu atau masa
Variasi geografis disebabkan oleh perbedaan geografis atau factor regional
Variasi social disebabkan oleh perbedaan sosiologis.
Variasi fumgsional disebabkan oleh perbedaan fungsi pemakaian bahasa.
Variasi gaya atau style disebabkan oleh perbedaan gaya
Variasi kultural disebabkan oleh perbedaan budaya masyarakat pemakainya
Variasi individual disebabkan oleh perbedaan perorangan

H a l a m a n | 11
VIII. HIREARKI LINGUISTIK
Hierarki linguistis terdiri atas hirearki fonologikal, hirearki gramatikal, dan
hirearki referensial.
a. HIERARKI FONOLOGIKAL
Hierarki fonologikal adalah hierarki kajian linguistik yang melingkupi bidang
fonologi. Fonologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bunyi bahasa
secara umum, baik yang mempelajari bunyi bahasa yang tanpa menghiraukan arti
maupun yang tidak.
1. Fonetik
Ilmu bahasa yang mempelajari bunyi bahasa tanpa menghiraukan arti disebut
fonetik. Ada dua macam fonetik yaitu fonetik akustik dan fonetik artikulator.
a. Alat ucap
Alat ucap sebagai penghasil bunyi bahasa yang terdiri atas pita suara dan
mulut/hidung sebagai saluran.
b. Terjadinya bunyi
Bunyi bahasa terjadi karena bergetarnya pita suara.Berdasarkan ada tidaknya
rintangan di dalam saluran bicra, bunyi dibedakan atas:
1. Vokoid: bunyi yang keluar tanpa mengalami rintangan sama sekali di dalam
saluran ucap.
2. Kontoid atau nonvokoid: bunyi yang keluar melalui saluran ucap dan di dalam
saluran ucap mengalami rintangan, baik rintangan total maupun sebagian.
c. Artikulator
Artikulator adalah alat ucap yang secara ktif bergerak di dalam pembentukan
bunyi bahasa.
d. Transkripsi
Transkripsi adalah suatu cara pengalihan bentuk bunyi di dalam abjad. Ada dua
macam trasnkripsi, yakni.


Trasnkripsi fonetis



Transkripsi fonemis

H a l a m a n | 12
2. Fonemik
Fonemik khusus mempelajari bunyi-bunyi bahasa yang membedakan arti saja.
Bunyi bahsaa yang membedakan arti itu disebut fonem.
a.

Macam Fonem

Secara garis besar fonem terbagi atas dua macam yaitu fonem segmental dan
suprasegmental.
1.

Fonem Segmental
Fonem segmental adalah fonem yang mempunyai tempat di dalam urutan segmantik.

Fonem ini terdiri atas vokal dan konsonan. Ada nama juga yang sering disebut karena
berkaitan dengan vocal dan konsonan, yaitu diftong dan klaster. Diftong adalah gabungan
vocal dan semivokal dalm batas silabel. Contoh: silau/silaw dan pisau/pisaw. Klaster
adalah gugus konsonan dalam batas silabel. Berdasarkan posisinya dalam suku kata ada
dua macam klaster, yaitu klaster inisial dan klaster final.
Vokal merupakan satuan bunyi yang sonoritasnya tinggi, sedangakan konsonan
merupakan bunyi yang sonoritasnya endah, dengan demikian sulit untuk kita dengar.
Silabel atau suku kata di definisikan satuan ucapan yang terdiri atas satu puncak vocal
dan satu atau lebih dari satu atau tanpa lembah sonoritas (konsonan).
2.

Fonem Suprasegmental
Fonem suprasegmental adalah fonem yang tidak memiliki tempat di dalam urutan

sintagmatik. Fonem ini terdiri atas tiga macam, yakni tekanan, nada, dan kepanjangan.
b.

Cara Menentukan Fonem
Cara menentukan fonem ialah dengan cara menggunakan pasangan minimal. Hal ini

disebabkan fonem merupakan unsur bahasa yang belum mempunyai arti, melainkan
hanya mendukung arti atau mengandung arti atau membedakan arti.
c.

Alofon, Arkhifonem, dan Variasi Tebatas
1.

Alofon adalah variasi fonem Karen apengaruh ligkunagn. Sifat alofon adalah
fonetis, jadi tidak membedakan arti.

2.

Arkhifonem adalah fonem yang pada suatu prososo tertentu kehilanagn ciri
pembedanya atau kehilangan kontrasnya. Contohnya antara kata /abad/ vs. /abat/
ternyata /d/ dan /t/ telah kehilangan kontras.

H a l a m a n | 13
3.

Variasi Bebas adalah variasi fonem yang tidak disebabkan oleh kondisi
lingkungan tertentu dan juga tidak disebabkan oleh posisi tertentu, akan tetpai
hanya terjadi pada kata-kata tertentu saja.

b. HIERARKI GRAMATIKAL
Hierarki garamatikal adalah hierarki kajian linguistik pada lingkup bentuk
garamatik yang objek kajiannya dari morfem, farasa, klausa, kalimat, alinea, dialog,
monolog, percakapan, dan wacana.
1.

Morfologi
Morfologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bentuk dan
pembentukan kata.

a.

Morfem
Morfem adalah bentuk gramatikal terkecil yang tidak dapat dipecah lagi
menjadi bentuk gramatikal yang lebih kecil. Berdasarkan wujudnya, morfem
terbagi atas 4 macam yaitu morfem segmental, morem prosodi, morfem intonasi
dan morfem kosong.
Berdasarkan sifat konstruksinya morfem dapat dibagi atas tiga macam yaitu
morfem aditif yang besifat penambahan, morfem substraktif yang bersifat
pengurangan, dan morfem replasif yang bersifat penggantian.
Berdasarkan distribusinya, morfem dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang dapat
berdiri sendiri sedangkan morfem bebas adalah morfem yang tidak data berdiri
sendiri.

b.

Proseda Morfologis
Proses morfologis adalah peristiwa pembentukan kata kompleks atau kata
polomorfemik secara diakronis, sedangkan proseda morfologis adalah suatu cara
pembentukan kata kompleks secara sinkronis.
Secara umum ada enam macam proseda morfologis, yakni.

1.

Afiksasii adalah proseda pembentukan kata kompleks dengan cara penambahan
afiks pada bentuk dasar.

2.

Reduplikasi adalah proseda pembentukan kata kompleks pengulangan morfem
secara parsial.

H a l a m a n | 14
3.

Komposisi atau Compounding (Matthews, 1978: 33) ialah penggabungan dua
morfem bebas atau lebih untuk membnetuk kata kompleks. Kata kompleks yang
terbentuk biasanya dinamakan kata majemuk. Adapun ciri-ciri kata majemuk
adalah sebagai berikut:

a.

Memiliki makna dan fungsi baru yang tidak persis sama dengan fungsi masingmasing unsurnya.

b.

Unsur-unsurnya tidak dapat dipisahkan, baik secara fonologis, morfologis
maupun secara sintaksis. Contohnya pada kaat kambing hitam, rumah makan,
kereta api.

4.

Suplisi adalah proseda morfologis dengan cara pengubahan bentuk dasar secara
total. Contohnya good – best, go – went.

5.

Perubahan Internal adalah Proseda morfologis yang berupa perubahan unsure di
dalam bentuk dasar. contohnya pada kata man – men, sing – sang.

6.

Modifikasi Kosong adalah proseda morfologis yang tidak terwujud dalam suatu
bentuk. Contohnya pada kalimat cut (present) dan put (past).

c.

Konstruksi Morfologis

1.

Berdasarkan komplesitas kontruksinya dapat dibedakan atas dua macam
kontruksi yaitu kontruksi simpel contohnya book + s -> books dan kontruksi
berlapis contohnya form + al -> formal.

2.

Berdasarkan sifat kontruksiya dapat dibedakan atas dua macam kontruksi, yaitu
derivasi dan infleksi.

d.

Morfonemik
Morfonemik adalah perubahan fonem sebagai akibat proseda morfologis.


Berdasarkan sifat perubahannya dapat dibedakan atas tiga macam

morfonemik, yakni asimilasi, Disimilasi, dan fusi.


Berdasarkan wujud perubahannya dapat dibedakan menjadi empat

macam, ayitu pengurangan, penggantian dan pergeseran.

2.

Sintaksis

H a l a m a n | 15
Menurut aliran struktural sintaksis diartikan sebagai subdisiolin ilmu lingustik
yang mengkaji tata susun frasa samapi kalimat. Dengan demikian, ada tiga
tataran gramatikal yang menjadi garapan sintaksis, yakni.
a.

Frasa
Frasa adalah suatu konstruksi gramatikal yang secara potensial terdiri atas dua
kata atau lebih, yang merupakan unsur dari suatu klausa dan tidak bermakna
proposisi.

b.

Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal terkecil yang menyatakan proposisi (Pike &
Pike, 1997: 482)

c.

Kalimat
Kaum struktural memberikan definisi bahwa kalimat adalah satuan gramatikal
yang tidak berkonstruksi lagi dengan bentuk yang lain.

c.

HIERARKI REFERENSIAL
Hierarki referensial adalah hierarkikajian linguistik pada bidang makna.
Subdisiplin linguistiknya dinamakan semantik. Semantik adalah subdisiplin
linguistik yang mempelajari makna secara umum, baik makna leksikan maupun
garamtikal.

1.

Semantik Leksikal
Semantik leksikal berurusan dengan makna leksikon itu sendiri, bukan suatu
makna struktur gramatik. Contohnya sinonim, antonym, homonim, homograf,
polisemi, hipernim, kolokasi, denotasi dan konotasi.

2.

Semantik Gramatkal
Semantik gramatikal berurusan dengan makna dalam struktur gramatikal. Di
dalam semantik garamatikal juga tedapat hal-hal yang terdapat dalam semantik
leksikal.

H a l a m a n | 16
3.

Hierarki Referensial/Makna
Menurut aliran Tagmemik, jenjang/hierarki makna adalah sebagai berikut (Pike &
Pike, 1997: 24)
Jenjang Gramatik
Morfem
Kata dan frasa
Klausa dan kalimat
Paragraf dan monolog
Dialog dan percakapan

Jenjang Makna
Bungkus leksem
Istilah
Proposisi
Pengembangan tema
Interaksi sosial

IX. ORTOGRAFI
ORTOGRAFI adalah subdisplin linguistik yang mempelajari ejaan.
Sedangkan Grafologi adalah ilmu yang mempelajari ilmu dan tulisan
dalam kaitannya dengan nasib dan peruntungan seseorang. Pada
prinsipnya ada tiga macam sistem ortografss yaitu ejaan fonologis
ejaan silabiss dan ejaan morfemis.
A. EJAAN FONOLOGIS
Ejaaan fornologis dapat dibedakan menjadi dua macams yaitu
ejaan fonetis dan ejaan fonemis.
1. Ejaan Fonetis
Ejaan fonetis berusaha melambangkan setiap bunyi yang
berbedas baik bunyi itu membedakan arti maupun tidak.
Sistem ejaan fonetis ini adalah bahasa Melayu Malaysia atau
disingkat bahasa Malaysia. Pada penulisan kata agung di
dalam bahasa kitas dalam bahasa Malaysia ditulis agong.
2. Ejaan Fonemis
Ejaan fonemis lebih sederhana daripada fonetiss sebab hanya
bunyi-bunyi berstatus fonem saja yang diperhitungkan dalam
penentuan huruf yang dipergunakan.

H a l a m a n | 17
Berikut ini perbandingkan ejaan fonetis dan ejaan fonemis
dengan beberapa contoh yang biasa dijumpai.
EJAAN FONETIS

EJAAN FONEMIS

(a) Jaelani sidek
(b)Yang Dipertuan Agong
(c) Sarong Kelantan

Jaelani sidik
Yang Dipertuang Agung
Sarung Kelantan

Tabel konversi bunyi – huruf:
JENIS
I
II
III
IV
V
VI
VII

BUNYI/FONEM
1
1
0
1
2
1
xsysz

HURUF
1
0
1
2
1
xsysz
1

Contoh:
Jenis I

: satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf.
/kita/ ------ kita

Jenis II

: ada bunyi yang tidak dilambangkan dengan huruf.
/ ta’at/ ----- taat

Jenis III : tidak ada bunyinya tetapi ada hurufnya.
/ tai / ------- tahi
Jenis IV : satu bunyi fonem dilambangkan dengan dua huruf.
/ axir/ ------- akhir
Jenis V

: dua bunyi dilambangkan satu huruf.
Bahasa Inggris: / ai / ------ I am

Jenis VI

: satu macam bunyi dilambangkan dengan aneka

macam huruf.
Bahasa Inggris: / / ------- the book
Jenis VII : aneka ragam bunyi dilambangkan dengan satu macam
huruf.
/ e / pada / oleh / ----- oleh

H a l a m a n | 18
B. EJAAN SILABIS
Ejaan silabis adalah sistem ejaan yang menggunakan dasar
suku kata. Bahasa yang menggunakan sistem ejaan silabis ini
antara lain bhasa Sanskerta dengan huruf Jawas bahasa Arab
dengan huruf Arabs bahasa Bugis dengan huruf Bugiss bahsa
Batak Mandailing dengan huruf Mandailings bahasa Rejang
dengan

huruf

rejangs

bahasa

Minang

dengan

huruf

Minangkabaus dan sebagainya.
C. EJAAN MORFEMIS
Ejaan morfemis adalah sistem ejaan yang menggunakan dasar
morfems konsep dan pengertian tertentu. Yang menggunakan
ejaan

morfemis

antara

lain

tulisan

Chinas

Mesir

Kunos

Hiroglyphs tulisan Paku di Poenesias dan lain-lain.
X.

ANALISIS BAHASA
Pendekatan

Di dalam analisis bahasa ada tiga macam pendekatans yaitu:
1. Pendekatan Sinkronik
Pendekatan ini menggunakan prinsip kesejamanan atau
kesesaatan sebagai pegangannya. Keunggulan pendekatan
ini ialah segi keobjektiftasnya. Kelemahan dari pendekatan
ini ialah tidak terungkapnya latar belakang penggunan
bahasa yang dianalisis.
2. Pendekatan Diakronik
Analisis bahasa dengan pendekatan ini disebut juga
analisis

kesejarahan

atau

analisi

ketidaksejamanan.

Keunggulan pendekatan ini adalah dapat terungkapnya
dengan

tuntas

latar

bahasa

dianalisis.

perkembangan

Kelemahannya

kekurangobjektifannya.

dan

ialah

kesejarahan

terletak

pada

H a l a m a n | 19

H a l a m a n | 20
3. Pendekatan Pankronik
Pendekatan ini merupakan paduan antara pendekatan
sinkronik
konkret

dan
ialah

pendekatan
penelitian

diakronik.

yang

Sebagai

dilakukan

oleh

contoh
Labov

terhadap bahasa Inggris di Amerika. Dengan demikian
penelitian Labov tersebut berhasil memadukan dua model
pendekatan menjadi satus yang disebut model pendekatan
‘pankronik’.
A. Metode dan Teknik Analisis
1. Teori Einar Haugen
Haugen (dalam Sudaryantos 1985:2-4) mengemukakan
adanya dua macam metode analisi bahasas yakni metode
padan dan metode distribusioal.
a. Metode Padan
Metode padan dapat dikelompokkan menjadi beberapa
submetodes yaitu:
(a) Submetode Padan Referensial
Submetode ini alat penentunya berupa kenyataan yang
ditunjuk atau diacu oleh bahasa. Misalnya ‘kata benda’
diartikan sebagai ‘kata yang menunjukkan pada bendabenda atau kata yang menyatakan benda.’
(b) Submetode Padan Fonetikal
Submetode

ini

alat

penentunya

berupa

bunyi

yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia. Contohs kalimat tanya
adalah kalimat yang lagu akhirnya naik.
(c) Submetode Padan Ortografk
Submetode ini alat penentunya berupa aturan penulisan
atau ejaan. Misalnyas kalimat adalah struktur gramatik
yang diawalin dengan huruf kapital dan diakhirin dengan
titik. Kalimat perintah adalah kalimat yang diakhiri dengan

H a l a m a n | 21
tanda seru. Kalimat tanya adalah kalimat yang diakhiri
dengan tanda tanya.

H a l a m a n | 22
(d) Submetode Translasional
Submetode ini alat penentunya berupa padanan pada
bahasa lain. Misalnyas kata depan di dalam bahasa
Indonesias sama dengan ing dalam bahasa Jawas atau sama
dengan in / at dalam bahasa Inggris.
(e) Submetode Padan Pragmatik
Submetode ini alat penentunya berupa maksud yang
dikehendali oleh penutur. Misalnyas kalimat Tanya ialah
kalimat yang memerlukan jawaban orang lain. Kalimat
perintah adalah kalimat yang menghendaki seseorang
melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh penutur.
b. Metode Distribusional
Metode distribusional ini alat penentunya justru dari dalam
bahasa itu sendiris yaitu yang. Teknik bagi unsur langsug
ini meliputi bernagai teknik lanjutan sebagai berikut:
1) Delisi (pelesapan)
a) pelesapan tunggal
berpasangan

b) pelesapan

2) Subtitusi (penggatian)
a) subtitusi sama tataran
b) subtitusi naik tataran
c) subtitusi naik tataran
3) Ekspansi (peluasan)
a) ekspansi depan

b) ekspansi belakang

4) Interupsi (penyisian)
a) interupsi pisah

b) interupsi tambah

5) Permutasi (pembalikan)
a) permutasi tunggal biasa
ganda biasa
b) permutasi tungga loncat
ganda loncat

c) permutasi
d) permutasi

H a l a m a n | 23
6) Repetisi (pengulangan)
7) parafrase

H a l a m a n | 24
2. Teori Hockett
Hockett mengemukakan tiga macam cara menganalisis bahasas
yaitu :
a. Words and Paradigm (WP)
Analisis ini menggunakan dasr deretan paradigmatik sebagai
alat untuk menentukan unsur bahasa. Dengan deretan ini
dapat diterapkan unsur-unsur bahasa yang dicari; misalnya
fonems morfems katas frasas klausas kalimat dan sebagainya.
b. Item and Arrangement (IA)
Analisis

ini

menggunakan

landasan

deretan

sintakmatik

sebagai sebagai alat untuk menentukan bentuk gramatik yang
dicari. Deretan sintakmatik adalah deretan bentuk-bentuk
gramatik secara horizontal untuk membentuk struktur yang
lebih besar. Analisis AI ini biasanya dipakai utuk melengkapi
analisis WP sehingga kesimpulan akhir lebih cepat diperoleh.
c. Item and Process (IP)
Analisis ini menggunakan pendekatan proses. Proses adalah
cara terjadinya suatu konstruksi gramatik secara diakroniks
sedangkan

prosede

adalah

cara

terjadinya

konstruksi

gramiatik secara sinkronik.
Adapun proses morfologis yang sebenarnya dapat diberikan
contohnya sebagai berikut :
1.
2.
3.
wanita

Per + empu+ an
Selat + an
Betina
wetina

perempuan
selatan
wenita

H a l a m a n | 25
Langkah-langkah Analisis
a.
Analisis Data Lengkap
Cara analisis yang paling umum dilakukan stelah semua data
terkumpul.
b.
Analisi Data Terbuka
Cara yang ditempuh di dalam menganalisis data bahasa tidak
ditunggu sampai semua data terkumpuls akan tetapi dimulai sejak
awal.
c.
Data Bahasa
d.
Analisi bahasa dalam arti latihan untuk membongkar
srtuktur bahasas pada dasarnya baru akan bermakna jika data
bahasa yang dianalisis itu bukan data bahsanya sendiri atau bahsa
yang sudah diketahui.

H a l a m a n | 26
BAB II
RESUME
LINGUISTIK UMUM
ABDUL CHAER

Disusun Oleh :
Tri Wibowo

(1113013000045)

Kelas : PBSI 1B

PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013

H a l a m a n | 27

BAB II
PEMBAHASAN
B. Resume Buku Linguistik Umum – Abdul Chaer
I. PENDAHULUAN
A. Pengertian Linguistik
Kata linguistik berasal dari bahasa latin lingua yang berarti ’bahasa’.
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai
objek kajiannya. Dalam bahasa Perancis ada tiga istilah untuk menyebut bahasa
yaitu:

Langue : suatu bahasa tertentu.
Langage : bahasa secara umum.
Parole
: bahasa dalam wujud yang nyata yaitu berupa ujaran.
Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistics).
Artinya, ilmu linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan
mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, yang dalam peristilahan Perancis
disebut langage. Pakar linguistik disebut linguis. Bapak Linguistik modern adalah
Ferdinand de Saussure (1857-1913). Bukunya tentang bahasa berjudul ”Course
de Linguistique Generale” yang diterbitkan pertama kali tahun 1916.
Dalam dunia keilmuan, tidak hanya linguistik saja yang mengambil bahasa
sebagai objek kajiannya. Ilmu atau disiplin lain yang juga mengkaji bahasa
diantaranya: ilmu susastra, ilmu sosial (sosiologi), psikologi, dan fisika. Yang
membedakan linguistik dengan ilmu-ilmu tersebut adalah pendekatan terhadap
objek kajiannya yaitu bahasa. Ilmu susastra mendekati bahasa sebagai wadah seni.
Ilmu sosial mendekati dan memandang bahasa sebagai alat interaksi sosial di
dalam masyarakat. Psikologi mendekati dan memandang bahasa sebagai pelahiran
kejiwaan. Fisika mendekati dan memandang bahasa sebagai fenomena alam.
Sedangkan linguistik mendekati dan memandang bahasa sebagai bahasa atau
wujud bahasa itu sendiri.

H a l a m a n | 28

II. LINGUISTIK SEBAGAI ILMU
A. Keilmiahan Linguistik
Pada dasarnya, setiap ilmu termasuk linguistik mengalami tiga tahap
perkembangan yaitu:
Tahap pertama, yakni tahap spekulasi. Dalam tahap ini pembicaraan
mengenai sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan spekulatif.
Artinya, kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oleh bukti-bukti empiris dan
dilakukan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu. Dalam studi bahasa
dulu orang mengira bahwa semua bahasa di dunia diturunkan dari bahasa Ibrani,
Adam dan Hawa memakai bahasa Ibrani di Taman Firdaus, dan Tuhan berbicara
dalam bahasa Swedia. Semuanya itu hanyalah spekulasi yang pada zaman
sekarang sukar diterima.
Tahap kedua, yakni tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini para
ahli bahasa baru mengumpulkan dan menggolongkan segala fakta bahasa dengan
teliti tanpa memberi teori atau membuat kesimpulan.
Tahap ketiga, yakni tahap perumusan teori. Pada tahap ini setiap disiplin
ilmu berusaha memahami masalah-masalah dasar dan mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai masalah-masalah itu berdasarkan data yang dikumpulkan.
Kemudian dirumuskan hipotesis yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan
itu, dan menyusun tes untuk menguji hipotesis terhadap fakta yang ada.
Linguistik telah mengalami tiga tahapan tersebut sehingga dapat dikatakan
linguistik merupakan kegiatan ilmiah.
B. Subdisiplin Linguistik
Subdisiplin linguistik dapat dikelompokkan berdasarkan: (a) objek
kajiannya adalah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu, (b) objek kajiannya

H a l a m a n | 29
adalah bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanjang masa, (c) objek kajiannya
adalah struktur internal bahasa itu atau bahasa itu dalam kaitannya dengan
berbagai faktor di luar bahasa, (d) tujuan pengkajiannya apakah untuk keperluan
teori atau untuk terapan, dan (e) teori atau aliran yang digunakan untuk
menganalisis objeknya.
1) Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau
bahasa tertentu
Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa
tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik umum dan linguistik
khusus. Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah
bahasa secara umum. Linguistik khusus berusaha mengkaji kaidah bahasa yang
berlaku pada bahasa tertentu.
2) Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu atau
bahasa sepanjang masa
Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa
tertentu linguistik dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik (linguistik
deskriptif) dan linguistik diakronik (linguistik historis komparatif). Linguistik
sinkronik mengkaji bahasa pada masa tertentu. Misalnya, mengkaji bahasa
Indonesia pada tahun dua puluhan atau mengkaji bahasa Inggris pada zaman
William Shakespeare. Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa pada masa
yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahasa itu sampai masa sekarang.
Tujuan linguistik diakronik adalah untuk mengetahui sejarah struktural bahasa itu
dengan segala bentuk perubahan dan perkembangannya.
3) Berdasarkan objek kajiannya adalah struktur internal bahasa itu atau
bahasa itu dalam kaitannya dengan berbagai faktor di luar bahasa
Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa
tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik mikro (mikrolinguistik) dan
linguistik makro (makrolinguistik). Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada
struktur internal bahasa. Dalam linguistik mikro ada beberapa subdisiplin yaitu:

H a l a m a n | 30

Fonologi
Morfologi
Sintaksis
Semantik
Leksikologi

: menyelidiki tentang bunyi bahasa.
: menyelidiki tentang morfem.
: menyelidiki tentang satuan-satuan kata.
: menyelidiki makna bahasa.
: menyelidiki leksikon atau kosakata.

Linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor
di luar bahasa. Subdisiplin-subdisiplin linguistik makro antara lain:
-Sosiolinguistik

: mempelajari

bahasa

dalam

hubungan

pemakaian

di masyarakat.
- Psikolinguistik

: mempelajari hubungan bahasa dengan perilaku dan
akal budi manusia.

-Antropolinguistik

: mempelajari hubungan bahasa dengan budaya.

-Filsafat bahasa

: mempelajari kodrat hakiki dan kedudukan bahasa
sebagai kegiatan manusia.

-Stilistika

: mempelajari bahasa dalam karya sastra.

-Filologi

: mempelajari

bahasa,

kebudayaan,

pranata,

dan

sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan
tertulis.
-Dialektologi

: mempelajari batas-batas dialek dan bahasa dalam
suatu wilayah.

4) Berdasarkan tujuan pengkajiannya apakah untuk keperluan teori atau
untuk terapan
Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa
tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik teoritis dan linguistik
terapan. Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan bahasa hanya
untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu. Jadi,
kegiatannya hanya untuk kepentingan teori belaka. Linguistik terapan berusaha
mengadakan penyelidikan bahasa untuk kepentingan memecahkan masalamasalah praktis yang terdapat dalam masyarakat. Misalnya, untuk pengajaran
bahasa, penyusunan kamus, dan pemahaman karya sastra.

H a l a m a n | 31

5) Berdasarkan teori atau aliran yang digunakan untuk menganalisis
objeknya
Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa
tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi tradisional, linguistik struktural,
linguistik tranformasional, linguistik generatif semantik, linguistik relasional, dan
linguistik sistemik.
C. Manfaat Linguistik
Linguistik memberi manfaat langsung kepada orang yang berkecimpung
dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa seperti linguis, guru bahasa,
penerjemah, penyusun kamus, penyusun buku teks, dan politikus. Manfaat
linguistik diantaranya:
-Linguis

: membantu menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya
dalam penyelidikan bahasa.

-Guru bahasa

: melatih dan mengajarkan keterampilan berbahasa.

-Penerjemah

: membantu dalam mendapatkan hasil terjemahan yang
baik.

-Penyusun kamus

: membantu dalam menyusun kamus yang lengkap dan
baik.

-Penyusun buku teks : membantu dalam memilih kata dan menyusun kalimat
yang tepat.
-Politikus

: membantu dalam aktivitasnya berkomunikasi dengan
orang banyak.

H a l a m a n | 32

III. BAHASA
1. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para
anggota

kelompok

sosial

untuk

bekerja

sama,

berkomunikasi,

dan

mengidentifikasikan diri. (Kridalaksana: 1983)
2. Hakikat Bahasa
Ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa yaitu: (1) bahasa itu adalah sebuah
sistem, (2) bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa
itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional,
(7) bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat
produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, dan (12)
bahasa itu manusiawi.
2.1 Bahasa itu adalah sebuah sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan
yang bermakna atau berfungsi. sistem terbentuk oleh sejumlah unsur yang satu
dan yang lain berhubungan secara fungsional. Bahasa terdiri dari unsur-unsur
yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan.
Sebagai sebuah sistem,bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis
artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak.
Sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari
sub-subsistem atau sistem bawahan (dikenal dengan nama tataran linguistik).
Tataran linguistik terdiri dari tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis,
tataran semantik, dan tataran leksikon. Secara hirarkial, bagan subsistem bahasa
tersebut sebagai berikut.

H a l a m a n | 33
2.2 Bahasa itu berwujud lambang
Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam bidang kajian
ilmu semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam
kehidupan manusia. Dalam semiotika dibedakan adanya beberapa tanda yaitu:
tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (sympton), gerak isyarat
(gesture), kode, indeks, dan ikon.
Lambang bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan langsung yang bersifat
wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya.
Jenis tanda
Tanda (sign)

Keterangan
Sesuatu yang dapat mewakili ide, pikiran,

Contoh
Ada asap tandanya ada

perasaan, benda, dan tindakan secara

api

Lambang

langsung dan
ilmiah.
Menandai
sesuatu
secara tidak langsung,

Bendera merah

(simbol)

secara konvensional.

tandanya ada orang

Sinyal

meninggal
Tanda yang disengaja dibuat oleh pemberi Lampu
lalu lintas

(signal)

sinyal agar si penerima sinyal melakukan

Gejala

sesuatu.yang tidak disengaja tetapi alamiah Badan
pengendara
berhenti
Tanda
demam
tinggi

(sympton)

untuk menunjukkan sesuatu akan terjadi.

merupakan gejala

Gerak

Tanda yang dilakukan dengan

pemyakit tipus
Anggukan
kepala

isyarat

menggunakan anggota badan.

tandanya setuju

Kode

Suatu tanda yang disepakati bersama

Kode rahasia petugas

Indeks

untuk maksud tertentu.
Tanda yang menunjukkkan sesuatu yang

keamanan
Suara gemuruh air

Ikon

lain.
Tanda yang paling mirip dengan sesuatu

tandanya ada air terjun
Patung pahlawa

yang diwakilinya.

merupakan

menyala merah, semua

ikon

pahlawan itu sendiri
2.3 Bahasa itu berupa bunyi
Menurut Kridalaksana (1983) bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari
getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan udara.
Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga tidak semua
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.

H a l a m a n | 34
2.4 Bahasa itu bersifat arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap,
mana suka’. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya
hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan
konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Ferdinant de
Saussure (1966: 67) dalam dikotominya membedakan apa yang dimaksud
signifiant dan signifie. Signifiant (penanda) adalah lambang bunyi itu, sedangkan
signifie (petanda) adalah konsep yang dikandung signifiant.
Bolinger (1975: 22) mengatakan: Seandainya ada hubungan antara lambang
dengan yang dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu bahasa
tertentu akan dapat menebak makna sebuah kata apabila dia mendengar kata itu
diucapkan. Kenyataannya, kita tidak bisa menebak makna sebuah kata dari bahasa
apapun (termasuk bahasa sendiri) yang belum pernah kita dengar, karena bunyi
kata tersebut tidak memberi ”saran” atau ”petunjuk” apapun untuk mengetahui
maknanya.
2.5 Bahasa itu bermakna
Salah satu sifat hakiki dari bahasa adalah bahasa itu berwujud lambang.
Sebagai lambang, bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu
ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Maka,
dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyi makna. Karena bahasa itu bermakna,
maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa.
[kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang]
[dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl]

bermakna

tidak bermakna

bahasa

bukan bahasa

2.2.6 Bahasa itu bersifat konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya
bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu

H a l a m a n | 35
bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi
konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang
diwakilinya. Misalnya, binatang berkaki empat

yang biasa dikendarai,

dilambangkan dengan bunyi [kuda], maka anggota masyarakat bahasa Indonesia
harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya dan digantikan dengan lambang lain,
maka komunikasi akan terhambat.
2.7 Bahasa itu bersifat unik
Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas
sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut
sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistemsistem lainnya.
2.8 Bahasa itu bersifat universal
Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri
yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Misalnya, ciri
universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi
bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.
2.9 Bahasa itu bersifat produktif
Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas,
tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan
bahasa yang tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang
berlaku dalam bahasa itu. Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa Indonesia, /a/,
/i/, /k/, dan /t/. Dari empat fonem tersebut dapat kita hasilkan satuan-satuan
bahasa:
-/i/-/k/-/a/-/t/
-/k/-/i/-/t/-/a/
-/k/-/i/-/a/-/t/
-/k/-/a/-/i/-/t/

H a l a m a n | 36
2.10 Bahasa itu bervariasi
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang
dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Karena
perbedaan tersebut maka bahasa yang digunakan menjadi bervariasi. Ada tiga
istilah dalam variasi bahasa yaitu:
-Idiolek

Ragam bahasa yang bersifat perorangan.

-Dialek

Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.

-Ragam

Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu.
Misalnya, ragam baku dan ragam tidak baku.

2.11 Bahasa itu bersifat dinamis
Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang
keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat.
Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam
kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu selalu berubah, maka
bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi dinamis. Perubahan itu
dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan makna sebuah kata, dan
perubahan-perubahan lainnya.
2.2.12 Bahasa itu manusiawi
Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat komunikasi
binatang bersifat tetap, statis. Sedangkan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa
bersifat produktif dan dinamis. Maka, bahasa bersifat manusiawi, dalam arti
bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.

H a l a m a n | 37

IV. TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI
1.

FONETIK

1.1 Pengertian dan Macam Fonetik
Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna
atau tidak. Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa, fonetik dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
- Fonetik artikulatoris

: mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara
manusia

bekerja

dalam

menghasilkan

bunyi

bahasa.
- Fonetik akustik

: mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis
atau fenomena alam.

- Fonetik auditoris

: mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan
bunyi bahasa itu oleh telinga kita.

1.2 Alat Ucap
Hal pertama pertama yang dibicarakan dalam fonetik artikulatoris adalah
alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa.alat ucap manusia terdiri
dari:
1. paru-paru (lung)

9. epiglotis (epiglottis)

2. batang tenggorok (trachea)

10. akar lidah (root of tongue)

3. pangkal tenggorok (larynx)

11. pangkal lidah (back of the tongue,

4. pita suara (vocal cord)
5. krikoid (cricoid)
6. tiroid (thyroid) atau lekum
7. aritenoid (arythenoid)
8.

dinding rongga kerongkongan
(wall of pharynx)

dorsum)
12. tengah lidah (middle of tongue,
medium)
13. daun lidah (blade of tongue,
laminum)
14. ujung lidah (tip of the tongue,

H a l a m a n | 38
apex)
15. anak tekak (uvula)

19. gigi atas (upper teeth, dentum)

16. langit-langit lunak (soft palate,

20. gigi bawah (lower teeth, dentum)

velum)

21. bibir atas (upper lip, labium)

17. langit-langit keras (hard palate,
palatum)
18.

gusi,

22. bibir bawah (lower lip, labium)
23. mulut (mouth)

lengkung

kaki

gigi

(alveolum)

24. rongga mulut (oral cavity)
25. rongga hidung (nasal cavity)

1.3 Proses Fonasi
Terjadinya bunyi bahasa dimulai dengan proses pemompaan udara keluar
dari paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok yang di dalamnya
terdapat pita suara. Dari pita suara udara diteruskan melalui rongga mulut atau
rongga hidung ke udara bebas. Jika udara yang keluar dari paru-paru tidak
mendapat hambatan apa-apa maka tidak terjadi bunyi bahasa. Bunyi bahasa terjadi
karena udara yang dihembuskan dari paru-paru mendapat hambatan di pita suara.
Empat macam posisi pita suara saat dilewati udara yaitu: (a) pita suara terbuka
lebar (tidak menghasilkan bunyi), (b) pita suara terbuka agak lebar
(mengahasilkan bunyi tak bersuara), (c) pita suara terbuka sedikit (menghasilkan
bunyi bersuara), dan (d) pita suara tertutup rapat (menghasilkan bunyi hamzah
atau bunyi glotal).

a

b

c

d

terbuka lebar

terbuka agak lebar

terbuka sedikit

tertutup rapat

H a l a m a n | 39

1.4 Klasifiaksi Bunyi
Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. bunyi
vokal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit
ini menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru.
Selanjutnya arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa mendapat hambatan
apa-apa. Bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang
terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung
dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu
1.4.1 Klasifikasi Vokal
Bunyi vokal diklasifikasikan berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut.
Posisi lidah bisa horisontal atau vertikal. Secara vertikal dibedakan adanya vokal
tinggi, misalnya bunyi [i] dan [u]; vokal tengah, misalnya bunyi [e] dan [ ];
vokal rendah, misalnya bunyi [a]. Secara horisontal dibedakan adanya vokal
depan, misalnya bunyi [i] dan [e]; vokal pusat, misalnya bunyi [ ]; dan vokal
belakang, misalnya bunyi [u] dan [o]. Menurut bentuk mulut dibedakan
adanya vokal bundar dan vokal tak bundar. Berdasarkan posisi lidah dan bentuk
mulut itulah kemudian vokal-vokal itu diberi nama:
[u] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[u] adalah vokal depan tengah tak bundar
[u] adalah vokal pusat tengah tak bundar
[u] adalah vokal belakang tengah bundar
[u] adalah vokal pusat rendah tak bundar
1.4.2 Diftong atau Vokal Rangkap
Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi
bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Diftong
dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya, sehingga dibedakan
adanya diftong naik dan diftong turun. diftong naik, bunyi pertama posisinya lebih

H a l a m a n | 40
rendah dari posisi bunyi yang kedua; sebaliknya diftong turun, posisi bunyi
pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua. Contoh diftong adalah [au] sepert

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103