PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP CASH HOLDING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

JMI Vol 9 (1) (2018): 75 – 90
JMI
Jurnal Manajemen dan Inovasi
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JInoMan

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP CASH HOLDING PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
1,2)

MAWARDI1, NURHALIS2
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala
Corresponding author: nurhalis@unsyiah.ac.id

Abstract
This study aimed to examine the effect of Corporate Governance on Cash Holding.
The Independent variables in this research are the insider ownership, board
independent and institutional ownership, for the dependent variable is cash holding
that proxied by Ln kas setara kas. This study use data of 37 companies manufacture
in the Indonesian Stock Exchange for the periode 2010 until 2014. The sampling
method used in this study was purposive sampling, is sampling based criteria. The

analysis technique used in this study using multiple regression analysis with using
program SPSS 21. The result showed that: 1 (1) insider ownership have negative
effect on cash holding, (2) board independent have positive effect on cash holding,
(3) institutional ownership have negative effect on cash holding. The results of this
study are expected to be taken into consideration for the company in decision making
related to the implementation of good corporate governance on firm so as to minimize
conflicts of interest within the company
Keywords: Independent Commissioner, Managerial Ownership, Institutional
Ownership Cash Holding.
PENDAHULUAN
Kas
adalah
sebuah
asset
perusahaan yang sangat mudah
untuk dikonversikan dengan jenis
asset lainnya (Weygandt, et
al.,2007). Kas juga merupakan
suatu asset yang sangat mudah
dan yang paling rentan terhadap

perilaku ceroboh yang dilakukan
oleh pihak perusahaan (isshaq, et
al.,2009). Sedangkan menurut
Suhayati (2009) kas adalah
sebuah
aset
lancar
yang
digunakan
sebagai
alat
pembayaran dan juga dapat
diambil kapanpun perusahaan

membutuhkannya. Salah satu
aspek kas yang paling diinginkan
oleh pihak manajemen, investor,
komisaris, manajer adalah cash
holding.Cash
holding

adalah
jumlah kas yang dipegang oleh
pihak
perusahaan
untuk
menjalankan seluruh kegiatan
operasional perusahaan (Harford.,
2000). Menurut Teruel et al.
(2009)
cash
holding
adalah
sebuah rasio perbandingan antara
jumlah kas dan setara kas yang
dimiliki oleh suatu perusahaan
dengan
total
aktiva
secara
keseluruhan.

Dalam
swanson

75

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

lain sebagainya.
Dan juga terdapat penelitian yang
dilakukan oleh Bates, Kahlee, dan
Stulz (2009) yang mengemukakan
bahwa cash holding perusahaan
yang ada di Amerika mengalami
kenaikan
sejak
tahun
1980
sampai dengan tahun 2006.
Namun, tentu tidak mudah untuk

menetukan faktor faktor apa saja
yang
dapat
mempengaruhi
tingkatan cash holding disebuah
perusahaan, di perlukan teori,
research, dan penelitian penelitian
sebelumnya. Dikarenakan kondisi
tersebut maka penelitian ini hanya
berfokus pada 3 faktor penting,
yaitu
kepemilikan
manajerial,
dewan
komisaris
independen,
kepemilikan institusional dan juga
terdapat
beberapa
beberapa

variabel kontrol seperti umur
perusahaan.
Dalam
konteks
pengaruhnya,
kepemilikan
manajerial merupakan salah satu
variabel corporate governance
yang memiliki pengaruh terhadap
cash
holding.
Kepemilikan
manajerial
atau
kepemilikan
saham orang dalam adalah jumlah
kepemilikan yang dimiliki oleh
pihak dalam perusahaan, baik itu
manajer,
direksi

maupun
komisaris
perusahaan.
Dalam
konteks corporate governance
yang
lainnya
yaitu
dewan
komisaris independen. Dewan
komisaris
independen
adalah
salah satu bagian dari dewan
komisaris
yang
bersifat
independen terhadap perusahaan.
Dewan
komisaris

independen
adalah seorang dewan yang tidak
memiliki
kepentingan
bisnis
dengan perusahaan, manajer,
stakeholder
maupun
pihak
kepentingannya lainnya. Dalam
sebuah
perusahaan
dewan
komisaris independen memiliki
peranan dan pengaruh tersendiri

(2006)
menyebutkan
bahwa
tujuan dari sebuah perusahaan

memiliki cash holding adalah
untuk
membayar
hutang,
membiayai kesempatan investasi,
dan
sebagai
cadangan
aset
apabila
perusahaan
sedang
mengalami kondisi yang tidak
stabil. Cash holding merupakan
kas yang ditahan oleh perusahaan
untuk
motif
berjaga
jaga,
bertransaksi, dan untuk motif

spekulasi jangka panjang (Baker
dan Powell, 2005). Sedangkan
saddour
(2006)
mengatakan
bahwa cash holding memiliki
aspek positif bagi perusahaan
yaitu bisa dibagikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk
dividen, melakukan investasi dan
untuk kepentingan perusahaan di
masa
yang
akan
datang.
Fenomena tentang cash holding
ini
bisa
dikatakan
sebuah

fenomena baru di Indonesia yang
masih belum banyak meneliti
tentang apa saja yang dapat
mempengaruhi cash holding, apa
itu cash holding, apa saja manfaat
atau kerugian dari cash holding
dan lain sebagainya.
Terdapat
beberapa
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Gill dan Shah (2012) yang
melakukan
penelitian
tentang
cash holding perusahaan, yang
betujuan untuk melihat faktor
faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi tingkatan cash
holding disebuah perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Gill
dan Shah ditujukan untuk 166
perusahaan yang terdaftar di
Bursa
Efek
Toronto
Kanada
selama
tahun
2008
sampai
dengan tahun 2010. Dimana hasil
dari penemuannya menyebutkan
bahwa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkatan
cash holding perusahaan, seperti
modal kerja bersih, leverage, dan

76

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

terhadap
cash
holding
perusahaan.
Dimana
sebuah
tingkatan cash holding dalam
sebuah perusahaan harus dijaga
dan ditentukan tingkat kestabilan
agar dana atau cash holding
perusahaan tidak digunakan atau
dipakai
yang
bukan
untuk
kepentingan
perusahaan.
Sedangkan
dalam
konteks
kepemilkan
institusional
juga
memiliki pengaruh tersendiri bagi
cash holding perusahaan. Jika
pemegang
saham
jenis
ini
menanamkan jenis sahamnya
dengan proporsi kepemilikan yang
besar dan dalam jangka waktu
yang lama, maka sangat besar
kemungkinan intervensi mereka
dalam tata kelola perusahaan baik
pada jajaran direksi maupun
jajaran
komisaris
akan
memberikan
pengaruh
yang
cukup kuat kepada perusahaan.

Corporate Governance
Menurut Organization
For Economic Co Operation
and
Development
(OECD)
pengertian
dari
corporate
governance
adalah
suatu
sekumpulan hubungan antara
pihak
manajemen
perusahaan,
dewan
perusahaan,
dan
para
pemegang saham, serta pihak
lain
yang
memiliki
kepentingan
dengan
perusahan terkait. Corporate
governance
juga
mensyaratkan adanya struktur
perangkat
yang
gunanya
adalah untuk mecapai tujuan
dan pengawasan atas kinerja.
Dalam Penelitian ini juga
menggunakan
beberapa
variabel
dari
corporate
governance, diantaranya:
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan
manajerial
merupakan suatu keadaan
dimana pihak manajerial atau
dalam hal ini adalah pihak
manajemen
perusahaan
memiliki kepemilikan didalam
suatu
perusahaan,
atau
dengan katan lain manajer
yang
sekaligus
sebagai
pemegang saham. Menurut
Downes dan goodman (1999)
dalam
Susanti
(2010)
kepemilikan manajerial adalah
para pemegang saham yang
juga berarti dalam hal ini
sebagai
pemilik
dalam
perusahaan
dari
pihak
manajeman yang secara aktif
juga ikut dalam pengambilan
sebuah keputusan pada suatu
perusahaan
yang
bersangkutan.

KAJIAN KEPUSTAKAAN
Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976)
mengemukakan
bahwa
hubungan
keagenan adalah sebuah kontrak
antara pihak manajer dengan pihak
principal yang dalam hal ini adalah
pemilik perusahaan. Agensi konflik
antara pihak prinsipal dengan manajer
terjadi biasanya pihak agen bertindak
tidak sesuai dengan kemauan dan
kepentingan
principal,
sehingga
memicu terjadinya biaya keagenan
dan
dapat
menurunkan
nilai
perusahaan.
Cash Holding
Kepemilikan kas atau dengan
istilah
lain
yaitu
cash
holding
didefinisikan sebagai kas yang berada
ditangan
atau
tersedia
untuk
diinvestasikan dalam bentuk aset fisik
dan untuk dibagikan kepada pihak
investor (Gill dan Shah, 2012).

77

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

Komisaris Independen
Komisaris independen
adalah
anggota
komisaris
yang tidak memiliki hubungan
ataupun afiliasi dengan pihak
manapun baik itu dengan
perusahaan sendiri, manajer,
komisaris
dan
pihak
kepentingan
lainnya.
Keberadaan
dari
dewan
komisaris
independen
diharapkan dapat memberikan
kenetralan bagi perusahaan,
terhadap seluruh keputusan
yang diambil dari dewan
komisaris pada umumnya.
Dewan komisaris independen
adalah komisaris yang bukan
merupakan
anggota
dari
manajemen,
pemegang
saham mayoritas, direksi dan
pihak kepentingan lainya.

pihak
manajemen
dengan
pihak pemegang saham.
Hubungan
Antara
Kepemilikan Manajerial
Terhadap Cash Holding
Sesuai
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
dilakukan oleh Mork, Shleifer
dan
Vishny
(1988)
menemukan bahwa dalam
konteks
kepemilikan
manajerial,
apabila
pihak
manajer perusahaan memiliki
kepemilikan manajerial yang
tinggi
hal
tersebut
bisa
memperkuat
kedudukan
mereka
dan
cenderung
melakukan
perilaku
oppurtunistik
seperti
menggunakan
aset
kas
perusahaan secara berlebihan
sehingga akan menurunkan
tingkatan cash holding yang
cukup rendah yang kondisi ini
semua
dapat
menggangu
kegiatan
operasional
perusahaan dan membuat
kondisi perusahaan menjadi
tidak stabil.

Kepemilikan
Institusional
Kepemilikan
institusional
merupakan
kondisi
dimana
institusi
memiliki saham dalam suatu
perusahaan. Institusi tersebut
dapat
berupa
institusi
pemerintah, institusi swasta,
domestik
maupun
asing
(Wahyu
Widarjo,
2010).
Dalam
Rebecca
(2012),
menyatakan bahwa investor
institusional adalah investor
yang
dilengkapi
dengan
manajemen professional yang
melakukan
investasi
atas
nama
pihak
lain,
baik
sekelompok
individu
atau
organisasi.
Solomon
dan
Solomon (2004) menyatakan
bahwa
pengaruh
investor
institusional
terhadap
manajemen perusahaan dapat
menjadi sangat penting serta
dapat
digunakan
untuk
menyelaraskan
kepentingan

H1:

Kepemilikan Manajerial
berpengaruh
negatif
terhadap cash holding
pada
perusahaan
manufaktur
di
Indonesia.

Hubungan
Antara
Komisaris Independen
Terhadap Cash Holding
Komisaris independen
adalah dewan komisaris yang
bukan berasal dari anggota
manajemen,
pemegang
saham mayoritas, para pihak
kepentingan atau memiliki
hubungan
baik
langsung
mapun tidak langsung dengan
perusahaan
atau
pihak
kepentingan
lainnya.

78

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

Komisaris
independen
memiliki tugas dan fungsi
dalam
hal
pengawasan
terhadap pihak dewan direksi
perusahaan. Oleh karena itu
peran
dari
komisaris
independen dalam sebuah
perusahaan sangat diperlukan
untuk membuat perusahaan
menjadi lebih baik. Sesuai
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Borokhovich et
al (1996),
H2:

METODE PENELITIAN
Populasi
dalam
penelitian ini adalah di Bursa
Efek Indonesia, khususnya di
industri
manufaktur.
Dikarenakan
insdustri
manufatur merupakan salah
satu industri yang paling
banyak atau dominan di Bursa
Efek
Indonesia.
Sehingga
nantinya
peneliti
mengharapkan
hasil
dari
penelitian ini valid dan bisa di
petanggung
jawabkan.
Pemilihan
Sampel
dalam
penelitian ini diambil secara
purposive
sampling
yaitu
sampel dipilih berdasarkan
pertimbangan pertimbangan
tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian. Adapun kriteria
sampel yang harus dipenuhi
oleh perusahaan manufaktur
yang diteliti dalam penelitian
ini adalah:
1. Perusahaan yang
terdafar
di
Bursa
Efek
Indonesia.
2.
Perusahaan
manufaktur
yang
mempublikasikan
laporan
keuangan
dan
laporan
tahunan mulai dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2014.
3. Perusahaan yang
memiliki
kepemilikan
manajerial
dimulai
tahun
2010-2014.

Komisaris independen
berpengaruh
positif
terhadap cash holding
pada
perusahaan
manufaktur
di
Indonesia.

Hubungan
Antara
Kepemilikan
Istitusional Terhadap
Cash Holding
Kepemilikan
isntitusional memiliki peran
yang cukup penting untuk
meminimalisir
konflik
keagenan
antara
pihak
prinsipal
dengan
pihak
manajemen
perusahaan.
Keberadaaan dari investor
institusional sangat dianggap
mampu menjadi mekanisme
monitoring yang efektif bagi
pihak manajemen. Menurut
Gedaljovic
dan
Shapiro
(2003), kepemilkan saham
institusional akan memberikan
pengendalian yang efektif bagi
manajemen perusahaan.
H3:

Kepemilikan istitusional
berpengaruh
positif
terhadap cash holding
pada
perusahaan
manufaktur
di
Indonesia.

79

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

Uji Normalitas

Tabel
1
Proses
Pemilihan Sampel

No
1

2

3

Keteran
gan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek
indonesia sejak tahun 2010-2014.
Perusahaan
manufaktur
yang
mempublikasikan
Laporan Keuangan dan Tahunan mulai dari
tahun 2010
sampai dengan tahun 2014.
Perusahaanmanufaktur
yang
memiliki
kepemilikan
manajerial dari tahun 2010 – 2014.
TOTA
L

Tabel 2 Hasil Uji
Normalitas

Jumlah
Perusahaa
n
142

90

N
Normal
Parametersa,b

37

Mean
Std.
Deviatio
n
Absolut
e

Unstandardize
d Residual
185
,0000000

2,08557400
,045

Most Extreme

37

Positive
Negativ
e

Differences
KolmogorovSmirnov Z
Asymp.
Sig.
(2-tailed)

Peralatan Analisis Data
Penelitian
ini
akan
menggunakan
model
penelitian regresi berganda
(multipleregression)
untuk
mengetahui pengaruh variabel
bebas
terhadap
variabel
terikat. Sesuai dengan tujuan
penelitian ini, maka akan
dilakukan
regresi
dengan
modifikasi
variabel
kepemilikan manajerial (MAN),
komisaris independen (KI),
Kepemilikan
Institusional
(INS) dan variabel kontrol.
Berdasarkan tujuan penelitian
ini, maka akan dilakukan
regresi
terhadap
model
penelitian sebagai berikut:

,029
-,045
,614
,846

Pada tabel 2 diatas
dijelaskan
bahwa
nilai
signifikansi dari uji normalitas
sebesar 0,846 atau > 0,05
sehingga dengan nilai tersebut
dapat disimpulkan bahwa data
residual
telah
terdistribusi
secara
normal.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa data
telah terbebas dari masalah
normalitas.

Yit = á + â1MAN + â2KI + â3INS+
â 4C
NT
RL
å

80

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

memiliki
gejala
multikolinearitas. Suatu model
regresi dinyatakan bebas dari
multikolinearitas
jika
mempunyai nilai Tolerance di
atas 0.1 dan nilai VIF di bawah
10. Hasil ini terlihat dari
perhitungan nilai VIF yang
berkisar 1,546 sampai dengan
1,679 dan nilai tolerance
berkisar mulai dari 0,647
sampai dengan 0,596. Hal ini
menunjukkan bahwa diantara
variabel
independen
yang
digunakan tidak berkorelasi
satu sama lainnya dan data
terbebas
dari
gejala
multikolinearitas.

Uji Multikolinearitas
Tabel
3
Hasil
Multikolinearitas
Unstan
dardiz
e
d
Coeffic
ients

Model

Stand
ardize

T

Uji
S
i
g
.

d

Collinea

Statistic
Coefficien
ts

B

(C
on
sta
nt)
Ke
pe
mil
ika
nm
an
aje
rial

1
Komisa
risinde
penden

24,61
4
-3,157

,521

Std.
Error

Tolera
nc
e

Beta

,902

2
7
,
3
0

,00

1,468

-,191

0
-

0
,03

,155

2
,
1
5
0
1
,
6
4
9

,316

al
U
mu
rpe
rus
ah
aa
n

-,017

,023

,009

,019

-,174

,113

1
,
9
1
9
1
,
2
2
1

Uji Autokorelasi
Tabel
4
Hasil
Autokorelasi

,647

3

R

R Square

6

Adjuste
dR
Square

,290
1
,10

,572

,05

a

,084

,064

Std.
Error
of the
Estim
ate
2,108
61971

1,74
8

,616

7

,22

Uji

1,54

Mo
de
l

1
Ke
pe
mil
ika
nis
nti
tus
ion

VIF

1,62

4

,596

4

1,67

9

Berdasarkan tabel diatas
terlihat bahwa pada variabel
independen yang digunakan
dalam penelitian ini tidak

81

Berdasarkan hasil uji
pada tabel 4 maka diperoleh
nilai hitung dari Durbin-Watson
sebesar
0,777,
sedangkan
besarnya DW tabel dengan n =
185 dan k = 4: dl (batas luar)
= 1,7155; du (batas dalam) =
1,8037 ; 4 – du = 2,1963 ; dan
4 – dl = 2,2845 ; maka dari
perhitungan
disimpulkan
bahwa DW-test terletak pada
autokorelasi
positif.
Untuk
mengatasi masalah ini maka
dapat
dilakukan
dengan
beberapa
metode,
salah
satunya
yaitu
metode
Cochrane-orcutt.

Durbin-Wa

,777

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

Uji Heterokedasisitas

Tabel
5
Hasil
Pengujian
Setelah
Melakukan
Cochrane-orcutt
Model

1

R

,274

a

R Square

Adjusted R

Std. Error of

,075

Square
,054

the Estimate
1,66100

Tabel
6
hasil
Heterokedastisitas
Durbi
nWatso
n
2,019

Pada Tabel 5 diperoleh
nilai DW = 2,019. Hal ini
menunjukkan bahwa model ini
sudah diobati dengan metode
Cochrane-orcutt.
Pada
awalnya
model
dalam
penelitian
ini
mengalami
autokorelasi positif, setelah
dilakukan pengobatan model
dalam penelitian ini sudah
tidak
lagi
mengandung
autokorelasi. Sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terdapat masalah autokorelasi
dalam
variabel-variabel
penelitian ini.

Model

(Co
nsta
nt)
Kep
emil
ikan
man
ajeri
al

Sta
nda
Unstand
rdiz
ardize
e
d Coefficient d

T

B

Std.
Error

,891

,485

,182

S
i
g
.

Uji

Collinea
Statisti

C
o
e
f
f
i
c
i
e
n
t
s
B
e
t
a

,790

,
0
2
1

,170

,
0
5
0

Tol
er
an
c
e
1,8
3

,06

5

8

,23
1

,81

,6
47

8

1
Komisari
sindepen
den

-,087

,50
9

,61

Umu
rper
usa
haa
n

,004

,003

,005

,
0
7
2

,76
0

,010

,
0
3
2

,32
7

,44
8

,74
4

Berdasarkan Tabel 6 diketahui
bahwa
keseluruhan
dari
variabel
memiliki
nilai
signifikansinya diatas 0,05,
artinya dalam penelitian ini
telah
bebas
dari
gejala
heterokedastisitas.

82

1,
5
4

5

,5
72

1
Kep
emil
ikan
isnti
tusi
on
al

VIF

1,
7
4
8

,6
16

,5
96

1,
6
2
2
1,
6
7
9

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

Tabel
7
Hasil
Perhitungan
Regresi
Linear Berganda

Hasil
Pengujian
Regresi Linear
Analisis
regresi
berganda merupakan sebuah
analisis yang tujuannya ingin
melihat bagaimana pengaruh
dari variabel independen atau
variabel
bebas
terhadap
variabel
dependen
atau
variabel
terikat.
Dalam
penelitian ini terdapat empat
variabel
independen
diantaranya,
kepemilikan
manajerial,
komisaris
independen,
kepemilikan
institusional, serta terdapat
variabel
kontrol
yang
digunakan dalam penelitian
ini, yaitu umur perusahaan.
Berikut
tabel
yang
menjelaskan hasil dari analisis
regresi berganda.

Mode
l

UnstandaStandardize
ed
d
Coefficients
B
(C
on
st
an
t)
La
g
K
M
La
g
KI
N
D
La
g
KI
La
g
U
P

1

T
Coefficients
Std.
Error

9,371

,424

-2,912

1,853

,132

Sig.
Beta

22,126

,000

-,141

-1,571

,118

,296

,039

,444

,047

,023

,010

-,157

-1,740

,034

,048

,021

,202

2,341

,020

Berdasarkan hasil dari
Tabel
4.6
diatas
maka
didapatkan persamaan regresi
linear
berganda
sebagai
berikut:
Y = 9,371 – 1,572
KM + 0,132 KIND +
0,023 KI + 0,048
UP + å it
Adapun penjelasan dari
jumlah nilai diatas adalah
sebagai berikut:


83

Nilai
konstanta
9,371
dapat diartikan bahwa jika
semua
variabel
independen
dalam
penelitian ini nol atau
menunjukkan
bahwa
variabel dianggap tetap,
maka akan diperoleh cash
holding sebesar 9,371.

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018





Koefisien regresi variabel
independen dari komisaris
independen adalah sebesar
0,132.
Artinya
jika
komisaris
independen
mengalami
peningkatan
1%
maka
akan
meningkatkan cash holding
sebesar 0,132 %.



Koefisien regresi variabel
independen
dari
kepemilikan
institusional
adalah
sebesar
0,023.
Artinya jika kepemilikan
institusional
mengalami
peningkatan 1% dengan
asumsi
variabel
independen lain konstan
maka akan meningkatkan
cash holding sebesar 0,023
%.



Hasil
Koefisien
(R2)

Koefisien regresi variabel
independen
dari
kepemilikan
manajerial
adalah sebesar -2,912.
Artinya jika kepemilikan
manajerial
mengalami
penurunan 1% maka akan
menurunkan cash holding
sebesar 2,912 %.

Pengujian
Determinasi

Koefisien determinasi
(R2)
digunakan
untuk
mengukur
seberapa
jauh
kemampuan
model
dalam
menerangkan variasi variabel
dependennya. Nilai R2 yang
mendekati
satu
berarti
variabel-variabel
independennya
memberikan
hampir semua informasi yang
dibutuhkan
untuk
memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2006).
Hasil perhitungan koefisien
determinasi dapat dilihat pada
tabel 4.7 dibawah ini.
Tabel
8
Hasil
Perhitungan
Koefesien
Determinasi (R2)
Mode
l

1

R

,274a

R Square Adjusted R

,075

Square
,054

Std. Error of

the Estimate
1,66100

Dari Tabel 8 diatas dapat
diketahui bahwa nilai R square
(R2) adalah 0,075. Hal ini
berarti bahwa 7,5 % cash
holding dapat dijelaskan oleh
variabel
kepemilikan
manajerial,
komisaris
independen,
kepemilikan
institusional,
dan
umur
perusahaan.
Sedangkan
sisanya 92.5 % dijelaskan oleh
variabel-variabel lain diluar
model yang dianalisis seperti
leverage,
size,
dan
lain
sebagainya.

Koefisien regresi variabel
kontrol
dari
umur
perusahaan adalah sebesar
0,048. Artinya jika umur
perusahaan
mengalami
peningkatan 1% dengan
asumsi
variabel
independen lain konstan
maka akan meningkatkan
cash holding sebesar 0,048
%.

84

Dur
bin
Wa
tso
n
2,019

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

Impilkasi Manajemen

dilakukan
oleh
Juwitasari
(2008), yang mengemukakan
bahwa, semakin banyak dari
anggota komisaris independen
dalam
suatu
perusahaan,
maka akan semakin panjang
pula waktu yang dibutuhkan
untuk
membuat
sebuat
keputusan atau kesepakatan
didalam sebuah perusahaan.
Angota dari dewan komisaris
independen yang terlalu besar
didalam suatu perusahaan,
akan memunculkan freerider
dan ketidakefektifan dalam hal
suatu pengawasan atau fungsi
dari
pengawasan
yang
terutama menyangkut tentang
masalah keagenan atau konflik
kepentingan.
Sehingga
dengan
adanya
konflik
kepentingan
atau
pun
kurangnya pengawasan yang
dilakukan akan memunculkan
peluang
bagi
manajemen
untuk tidak memaksimalkan
aset perusahaan yang salah
satu
yaitu
cash
holding,
sehingga
membuat
cash
holding dalam perusahaan
akan
menganggur
dalam
jumlah yang besar dan tidak
menjadi
efektis
bagi
perusahan.

Pada
penelitian
ini
terdapat tiga hasil hipotesis,
dimana hasil hipotesis yang
pertama
(H1)
adalah
Kepemilikan
Manajerial
memiliki
pengaruh
yang
negatif terhadap cash holding.
Tanda koefesien negatif pada
Kepemilkan manajerial sesuai
dengan asumsi awal, sehingga
bisa
disimpulkan
hipotesis
pertama (H1) diterima. Hasil
penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh
dilakukan oleh Mork, Shleifer
dan
Vishny
(1988)
menemukan bahwa dalam
konteks
kepemilikan
manajerial,
apabila
pihak
manajer perusahaan memiliki
kepemilikan manajerial yang
tinggi
hal
tersebut
bisa
memperkuat
kedudukan
mereka
dan
cenderung
melakukan
perilaku
oppurtunistik
seperti
menggunakan
aset
kas
perusahaan secara berlebihan
sehingga akan menurunkan
tingkatan cash holding yang
cukup rendah yang kondisi ini
semua
dapat
menggangu
kegiatan
operasional
perusahaan dan membuat
kondisi perusahaan menjadi
tidak stabil.

Hipotesis ketiga (H3)
adalah
kepemilikan
instituisonal
memiliki
pengaruh yang positif dan
signifikan
terhadap
cash
holding.
Tanda
koefesien
positif dan signifikan pada
kepemilikan
isntoitusional
sesuai dengan asumsi awal,
sehingga bisa disimpulkan
hipotesis ketiga (H3) diterima.
Dimana hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang
dilakukan
oleh,
menurut
Ashbaught et al (2004), besar
kecilnya proporsi kepemilikan

Hipotesis kedua (H2)
adalah komisaris independen
memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap cash
holding.
Tanda
koefesien
positif dan signifikan pada
komisaris independen sesuai
dengan asumsi awal, sehingga
bisa
disimpulkan
hipotesis
kedua (H2) diterima. dimana
hasil penelitian ini sesuai
dengan
penelitian
yang

85

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

didalam
perusahaan
membuat
pihak
manajerial
menjadi berkuasa
dan memiliki sifat
kecenderungan
oppurtunistik atau
mementingkan
diri
sendiri
sehingga
membuat
tingkatan
dari
cash
holding
menjadi
rendah
akibat
dari
perilaku
oppurtunistik
yang
dilakukan
pihak manajerial
itu sendiri.
2. Komisaris
independen
memiliki
pengaruh
yang
positif
terhadap
cash holding pada
perusahaan
manufaktur
di
Indonesia. Hal ini
menunjukkan
bahwa
dengan
meningkatnya
komisaris
independen
didalam
perusahaan atau
semakin banyak
dari
anggota
komisaris
independen
dalam
suatu
perusahaan,
maka
akan
semakin panjang
pula waktu yang
dibutuhkan untuk
membuat sebuat
keputusan
atau
kesepakatan
didalam
sebuah

instituisonal dalam struktur
saham perusahaan tidak selalu
mempengaruhi
tindakan
investor tersebut terhadap
perusahaan.
Hal
ini
dikarenakan
adanya
kemungkinan kebutuhan biaya
yang
cukup
besar
bagi
inveestor
tersebut
dalam
melakkukan
tindakan
pengawasan
terhadap
perusahaan. Oleh karena itu
semakin tinggi kepemilikan
institusional
dalam
suatu
perusahaan semakin tinggi
pula cash holding dalam
perusahaan
tersebut,
dikarenakan biaya monitoring
dari invetor institusi cukup
besar sehigga membutuhkan
dana yang besar pula dalam
perusahaan, dimana dalam
penelitian ini yaitu tingkatan
cash holding nya.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan
yang
telah
dikemukakan
sebelumnya
maka
kesimpulan
berdasarkan
penelitian
ini
adalah
sebagai
berikut:
1. Kepemilikan
manajerial
memiliki
pengaruh
yang
negatif terhadap
cash holding pada
perusahaan
manufaktur
di
Indonesia. Hal ini
menunjukkan
bahwa
dengan
meningkatnya
kepemilikan
manajerial

86

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

kesimpulan penelitian
ini adalah sebagai
berikut:
1. Peneliti
menyarankan
kepada
perusahaan agar
perusahaan
bisa
menggunakan
penelitian
ini
sebagai
bahan
rujukan
dalam
mempertimbangka
n
kepemilikan
manajerial,
komposisi
dari
dewan
komisaris
independen,
dan
juga
komposisi
dari
kepemilikan
institusional.
2. Peneliti
menyarankan
kepada
investor
agar
bisa
menjadikan hasil
penelitian
ini
sebagai
bahan
rujukan
ketika
ingin menanamkan
saham atau ingin
melakukan
investasi
kepada
perusahaan yang
dipilih berdasarkan
penerapan
good
corporate
governance nya.
3. Bagi peneliti yang
akan datang bisa
memasukkan
variabel
variabel
lain
yang
berpengaruh
terhadap
cash
holding, baik itu
bisa
seperti
leverage,
size,
komite audit atau
lainnya,
agar
mendapatkan

perusahaan,
sehingga
dalam
membuat sebuah
keputusan dalam
pengelolaan cash
holding menjadi
tidak efektif dan
membuat
tingkatan
cash
holding
akan
menganggur
secara
lebih
besar.
3. Kepemilikan
institusional
memiliki
pengaruh
yang
positif
terhadap
cash holding pada
perusahaan
manufaktur
di
Indonesia. Hal ini
menunjukkan
bahwa
dengan
meningkatnya
kepemilikan
institusional
didalam
perusahaan
membuat
tingkatan
pengawasan
menjadi lebih baik
sehingga
cash
holding menjadi
lebih efektif dalam
penggunaannya
sehingga
tidak
membuat
cash
holding menjadi
menganggur
secara berlebihan
dalam
perusahaan.
SARAN
Adapun saran yang
dapat
diberikan
berdasarkan
pembahasan
dan

87

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

Review, Vol. 29, pp.
155-173.
Ayuningtyas,
Dwi.,
Kurnia.,
Januari
2013,
Pengaruh
Profitabilitas
terhadap
Nilai
Perusahaan:
Kebijakan Dividen
dan
Kesempatan
Investasi
sebagai
Variabel
Antara,
Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi.
AsianCorporate
Governance
Association
(ACGA). “CG Watch
2014

Market
Rangking”.
Barnhart, S. W. dan
Rosenstein S. 1998.
Board Composition,
Managerial
Ownership,
and
Firm Performance:
An
Empirical
Analysis. Financial
Review 33, pp. 116.
Boyle, G. W. Dan G.A.
Guthrie.
2003.
Investment,
Uncertainty,
and
Liquidity. Journal of
Finance.
Brealey, R. A., and S.
C.
Myers,
2000,
Principles

penelitian
yang
lebih beragam dan
berbeda
dari
sebelumnya.
REFERENSI
Adhitya
Dasha
Syafrizaliadhi,
2014. Faktor Faktor
Yang
Mempengaruhi
Perilaku
Cash
Holding
Pada
Perusahaan Besar
dan
Perusahaan
Kecil (Studi Kasus
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang
Listing di Bursa Efek
Indonesia
Tahun
2011-2012).
Fakultas
Ekonomi
dan
Bisnis,
Universitas
Diponegoro.
Semarang.
Arifin,
Zaenal.
2005.
Teori
Keuangan
dan
Pasar Modal. Penerbit
Ekonisia. Yogyakarta.
Ali
Irfan
2002.
Pelaporan
Keuangan
dan
Asimetri Informasi
dalam
Hubungan
Agensi.Lintasan
Ekonomi Vol. XIX.
No.2. Juli 2002.
Ammann,
Manuel.,
Oesch,
David.,
Schmidc, M Markus.
2011.
Cash
Holdings
and
Corporate
Governance Around
the World.
Arrow, K. J. (1962). The
economic
implications
of
learning by doing.
American Economic

of Corporate Finance,
Boston:
McGraw-Hill.
Bestivano,
Wildham.
2007.
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan, Umur
Perusahaan,
Profitabilitas,
dan
Leverage Terhadap
Peralatan Laba Di

88

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

BEI.
Universitas
Negeri Padang.
Chen, Yenn-Ru. 2008.
Corporate
Governance
and
Cash
Holding:
Listed
New
Economy
versus
Old Economy Firms.
Journal of Financial
Economics.
Chen, C.R.,
Guo,
W.,
Mande, V., 2003,
Managerial
Ownership and Firm
Valuation: Evidence
From
Japanese
Firms, Pacific-Basin
Finance Journal.
Christiawan, Yulius Jogi,
dan Tarigan, Josua.
2007. Kepemilikan
Manajerial:
Kebijakan Hutang,
Kinerja dan Nilai
Perusahaan, Jurnal
Akuntansi
dan
Keuangan Vol 9.
No.1 Mei 2007.

Kinerja Perusahaan
dan Reaksi Pasar,”
Jurnal
Riset
Akuntansi
Indonesia,
Vol.8,
No.1.
Downes, J. & Goodman,
JE. 1998 Dictionary
of
Finance
and
Investment Term,
Barrons Educational
Series
Eisenhardt, Kathleem. M.
1989.
Agency
Theory:
An
Assesment
and
Review. Academy of
management
Review, 14, hal 5774.
Endraswati,
Hikmah.
2012.
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan
dan
Kebijakan Dividen
Terhadap
Nilai
Perusahaan dengan
Kebijakan Hutang
Sebagai
Variabel
Moderating
pada
Perusahaan di BEI.
Jurnal
STAIN
Salatiga.
Forum
for
Corporate
Governance
in
Indonesia.
2006.
Peranan
Dewan
Komisaris
dan
Komite Audit
dalam
Pelaksanaan
Corporate
Governance
(Tata
Kelola
Perusahaan). FCGI
Booklet II.
Fama, E. F. 1978. The
Effect of a Firm’s
Investment
and
Financing Decision
on the Welfare of its

Copeland Weston. 1992.
Manajerial Finance, 9th
Ed. The Dyden Press,
Orlando Florida.
Dittmar, Amy, dan Jan
Mahrt-Smith. 2007.
Corporate
Governnace
and
The Value of Cash
Holding. Journal of
Financial
Economics.
Djalil,
Sofyan.
2000.
Good
Corporate
Governance.
Darmawati,
Deni,
Komsiyah,
Gelar
Rahayu,
Rika.
2005.
“Hubungan
Corporate
Governance,

89

Jurnal Manajemen dan Inovasi
Vol. 9. No. 1, Februari 2018

Security
Holders.
American Economic
Review 68:272-28.
Gujarati, Damodar N.
2004.
Basic
Econometrics
4th
edition. New York:
McGraw-Hill
Companies, Inc.
Ghazali, Imam. 2009.
Aplikasi
Analisis
Multivariat Dengan
Program
SPSS.
Semarang: Badan
Penerbit Universitas
Diponegoro.
Ginglinger, Edith; dan
Khaoula Saddour.
2007.
Cash
Holdings, Corporate
Governance
and
Financial
Constraints.
Harford, Jarrad, Sattar A.
Mansi, dan William
F. Maxwell. 2008.
Corporate
Governance
and
Firm Cash Holding
in the US. Journal of
Finacial Economics.
Herawaty, Vinola. 2008.
Peran
Praktek
Corporate
Governance
Sebagai Moderating
Variabel
dari
Pengaruh Earning
Management
Terhadap
Nilai
Perusahaan. Jurnal
Akuntansi
dan
Keuangan Vol.10.

90