PENILAIAN KAMBING RAMBON DAN BODY CONDIT

PENILAIAN KAMBING RAMBON DAN BODY CONDITION SCORE
SAPI SIMENTAL
( Laporan Praktikum Ilmu Tilik Ternak )

Oleh
Arinda Kusuma Wardani
1514141082

LABORATORIUM LAPANG TERPADU
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum

: Penilaian Kambing Rambon Dan Body Condition Score
Sapi Simental

Tempat Praktikum


: Laboratorium Lapang Tepadu

Tanggal Praktikum

: 16 November 2016

Nama

: Arinda Kusuma Wardani

NPM

: 1514141082

Jurusan

: Peternakan

Fakultas


: Pertanian

Universitas

: Universitas Lampung

Bandar Lampung , 30 November 2016
Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sulastri M.P.
NIP. 19611020 199303 2 001

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Sholawat serta salam tak lupa kita
sanjungkan kepada Rosulullah Muhammad SAW. Terimakasih penulis ucapkan
kepada asisten dosen yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini.

Tidak lupa juga kepada teman-teman yang sudah membantu memberi gagasannya
serta dukungannya hingga selesainya laporan ini.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Ilmu Nutrisi
Ternak Ruminansia Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung. Dalam penulisan ini diharapkan penulis dapat menjelaskan tentang
penilaian kambing rambon dan body condition score pada sapi simental. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak kekurangan, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar laporan ini lebih bermanfaat bagi
khalayak ramai.

Bandar lampung, 16 November 2016

Penulis,

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………


I

KATA PENGANTAR ………………………………………………

II

DAFTAR ISI ………………………………………………………..

III

I.PENDAHULUAN …………………………………………………

1

A. Latar Belakang ………………………………………………..

1

B. Tujuan Praktikum ……………………………………………..


2

II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….

3

III. METODE PRAKTIKUM ……………………………………….

6

A. Waktu dan Tempat …………………………………………….

6

B. Alat dan Bahan ………………………………………………..

6

C. Cara Kerja ……………………………………………………..


7

IV. PEMBAHASAN …………………………………………………

8

V. KESIMPULAN …………………………………………………..

14

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….

15

LAMPIRAN

I.

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Ternak kambing semakin digemari oleh para peternak, baik kambing perah
maupun kambing pedaging. Namun, pada kenyataannya kambing pedaging lebih
banyak dibudidayakan karena cepat pemeliharaannya. Kambing jantan
kebanyakan digunakan untuk ternak potong. Jenis kambing bermacam-macam,
salah satunya kambing rambon.
Secara tradisional, para peternak menjual ternak mereka hanya dengan cara
pandangan saja tanpa menggunakan timbangan. Oleh karena itu bila dilihat cara
penggunaan bobot badan dapat diperoleh dengan menggunakan berbagai rumus.
Untuk menilai ternak diantaranya harus mengenal bagian-bagian dari tubuh sapi
serta konformasi tubuh yang ideal. Ternak yang dinilai harus sehat dan baik sesuai
dengan jenis bangsanya, bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian tubuh harus
berpadu dengan rata, harus feminin dan tidak kasar.
Ketepatan penaksir dalam menaksir nilai ternak tergantung pada pengetahuan
penaksir dan kemampuan menterjemahkan keadaan dari ternak itu. Penentuan
seleksi ternak sebaiknya kedua cara penilaian digunakan. Penilaian ternak
tersebut dilakukan dengan cara memberikan score kepada masing-masing ternak

2


sehingga menghasilkan urutan atau rangking tertinggi berdasarkan nilai rekor
performanya, juga baik dalam memenuhi persyaratan secara fisik.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah :
1. Praktikan dapat mengukur bagian-bagian tubuh ternak yang digunakan
sebagai penilaian kuantitatif ternak;
2. Praktikan mampu melihat karakteristik yang dimiliki oleh kambing
rambon;
3. Praktikan mampu menduga umur kambing berdasarkan gigi seri.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Kambing Rambon merupakan hasil persilangan antara kambing Peranakan
Etawah (PE) jantan dengan Kacang betina sehingga kandungan genetik kambing
Kacang dalam kambing Rambon lebih tinggi daripada kambing PE. Kambing
jawarandu memiliki ciri-ciri warna bulu hitam, putih, coklat atau kombinasi antara

ketiganya, punggungnya melengkung kebawah, telinga lebar dan menggantung,
bobot jantan dewasa dapat mencapai lebih dari 40 Kg sedangkan bobot betina
dewasa di bawah 40 kg (Anonim,2012).
Ukuran tubuh kambing jawarandu lebih kecil daripada kambing peranakan
etawah, Moncongnya lancip, jantan dan betina sama-sama memiliki tanduk (lurus
atau kesamping), telinganya menggantung atau terkulai serta tidak
melipat, Panjang kaki sedang dan bulu kaki panjang maupun pendek, bobot
lahirnya sekitar 1,5 sampai 2 kg. Kambing ini berbulu hitam, coklat, coklat tua,
coklat belang putih, sawo matang atau kombinasi dari berbagai warna tersebut.
Kambing jawarandu mampu tumbuh 50 sampai 100 g/hari (Saputro,2015).
Judging adalah penilaian tingkatan ternak dengan beberapa karakteristik penting
untuk tujuan tertentu secara subjektif. Judging terdiri atas tiga langkah yaitu,
penilaian melalui kecermatan pandangan (visual), penilaian melalui kecermatan

4

perabaan (palpasi), dan penilaian melalui pengukuran tubuh. Memilih ternak
berdasarkan visual berarti kita memilih ternak berdasarkan sifat-sifat yang
tampak. Cara memilih bibit hampir sama saja dengan seleksi untuk tujuan
produksi. Seleksi berdasarkan visual ini biasa disebut dengan judging. Ternak

yang sehat dapat dipilih dengan melakukan penilaian melalui pandangan dari
samping, belakang, dan depan atas ternak tersebut untuk mengetahui bahwa
ternak dalam kondisi sehat, maka perlu diketahui karakteristik ternak yang sehat.
Selanjutnya, penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan tulang-tulang rusuk
(ribs) untuk memilih ternak yang gemuk (Harjosubroto, 1994).
Gigi seri susu pada kambing berjumlah 4 pasang (2DI1, 2DI2, 2DI3, 2DI4).
Cempe berumur 1 hari sampai 1 minggu memiliki sepasang gigi seri susu sentral
(2DI1), pada umur 1 - 2 minggu terdapat sepasang gigi seri susu lateral (2DI2 ),
pada umur 2 – 3 minggu terdapat sepasang gigi seri susu intermidial (2DI3), dan
pada umur 3 - 4 minggu terdapat sepasang gigi seri susu sudut (2DI4 ). Pada umur
1 - 1,5 tahun, 2DI1 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen sentral (2I1).
Pada umur 1,5 - 2,5 tahun, 2DI2 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen
lateral (2I2). Pada umur 2,5 – 3,5 tahun, 2DI3 digantikan oleh sepasang gigi seri
permanen intermedial (2I3 ). Pada umur 3,5 – 4,0 tahun, 2DI4 digantikan oleh
sepasang gigi seri permanen sudut (2I4) (Frandson, 1993).
Body condition score (BCS) adalah nilai kondisi tubuh yang didasarkan pada
estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah kulit sekitaran pangkal ekor,
tulang punggung, tulang rusuk dan pinggul. BCS dapat digunakan untuk

5


memprediksi dini status kesenjangan energy sapi perah selama awal laktasi
(Hayati, dkk. 2002)

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Praktikum tilik ternak tentang Penilaian Kambing Rambon dan BCS pada sapi
Simental dilaksanakan pada Rabu, 16 November 2016 pukul 08:00 WIB di
laboratorium lapang terpadu, Jurusan peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.

B. Alat dan bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dala praktikum ini adalah tongkat ukur, butterfly
150 cm, tongkat ukur goose 150, pita ukur roundo, dan mistar ukur.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah empat kambing rambon yaitu
William, Stevani, Justin, selena dan satu sapi Simental.

7

C. Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah :
1.

Penilaian Kambing Rambon

Berikut adalah langkah-langkah dalam praktikum penilaian kambing rambon:
1. Menyiapkan kambing rambon yang akan diamati;
2. Menilai karakteristik dan bagian-bagian tubuh kambing rambon;
3. Melakukan pengukuran ukuran tubuh kambing yangdiamati;
4. Mencatat hasilnya;
5. Mengamati kondisi gigi seri kambing;
6. Menduga umur umur kambing dari keadaan gigi seri;
7. Mencatat hasilnya.

2.

Penilaian Body Condition Score Sapi Simental

Berikut adalah langkah-langkah penilaian BCS sapi Simental:
1. Melakukan pengamatan pada bagian-bagian tubuh sapi;
2. Menentukan kelas sapi;
3. Menentukan score sapi.

IV.

PEMBAHASAN

Kambing Rambon memiliki sifat kualitatif yang separuh mirip kambing PE dan
separuh mirip kambing Kacang. Menurut Davendra dan Burns (1994) kambing
Rambon merupakan hasil persilangan dari kambing Peranakan Etawa jantan
dengan kambing Kacang betina. Kambing Rambon memiliki nama lain Bligon
atau Jawarandu.keunggulan kambing ini terletak pada pertumbuhannya yang cepat
dan tingkat kesuburannya tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan sifat kualitatif dan sifat kuantitatif pada ternak
kambing terdapat hasil yang berbeda. Pada pengamatan sifat kualitatif terdapat
beberapa karakteristik seperti warna bulu, bentuk umum tubuh, bentuk mata,
rahang, profil muka, bentuk tanduk, bentuk telinga, ambing atau putting( khusus
kambing betina), dan testis (khusus kambing jantan). Sedangkan untuk
pengamatan sifat kuantitatif terdapat karakteristiknya yaitu : panjang badan,
lingkar dada, dalam dada, lebar dada, tinggi pinggul, lebar pinggul, panjang
kepala, lebar kepala, panjang telinga, lebar telinga, panjang tanduk, lingkar
ambing, panjang putting, lingkar testis, tinggi badan, dan lingkar tanduk.. Pada
pengamatan ini ada empat ekor kambing yang diamati.
Pada pengamatan sifat kualitatif terdapat hasil yang berbeda, dari hasil skor
maksimum nilai tertinggi ada pada kambing William dengan nilai 84. Kambing

9

William memiliki bulu yang halus dan mengkilat serta warna campuran hitam,
putih, dan coklat. Bentuk tubuh serasi, dilihat dari depan, kaki lurus namun sedikit
lebih kecil, dilihat dari belakang, jarak kaki belakang lebar, perkembangan daging
baik, masih terdapat sedikit surai pada kaki belakang, namun panjang tubuh,
panjang dada, dan dalam dada sesuai dengan karakteristik kambing Rambon.
Bentuk mata kambing William baik, rahang atas dan bawah sama panjang
sehingga mulut dapat tertutup rapat, profil muka sedikit cembung, bentuk tanduk
dan telinga sesuaai dengan karakteristik, dan testis normal, besar dan simetris.
Nilai terendah ada pada kambing Selena, karena umur kambing ini yang masih
muda sekitar 0-1 tahun. Kambing Selena memiliki bulu yang halus, mengkilat,
dan berwarna hitam. Bentuk badan, bentuk mata, rahang, telinga dan profil muka
sesuai dengan karakteristik kambing Rambon, tetapi kambing Selena belum
memiliki tanduk dan putting.
Sedangkan pada pengamatan sifat kuantitatif kambing William, Stevani, Justin,
dan Selena, ada pengamatan panjang badan memiliki nilai masing-masing 62 cm,
48 cm, 37 cm, dan 37 cm. lingkar dada memiliki nilai masing-masing 70 cm, 66
cm, 45 cm dan 41 cm. dari hasil tersebut dapat dihitung pendugaan bobot badan
menggunakan rumus perhitungan Winter yang diterapkan di Eropa. Rumus
tersebut adalah :
BB (kg) =

(LD) ² x PB
10 4

Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
LD = Lingkar Dada (cm)

10

PB = Panjang Badan (cm)
Dari rumus diatas dapat diketahui dugaan berat badan kambing masing-masing
adalah William 32.14 kg, Stevani 20.91 kg, justin 7.49 kg, dan Selena 6.05 kg.
Gigi ternak mengalami erupsi dan keterasahan secara kontinyu. Pola erupsi gigi
pada ternak memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat digunakan untuk
menduga umur ternak. Bedasarkan tahap pemunculannya, gigi seri ternak
ruminansia dapat dikelompokkan menjadi gigi seri susu (deciduo incosors =DI)
dan gigi seri permanen (incisors = I). Gigi seri susu muncul lebih awal daripada
gigi seri permanen dan digantikan oleh gigi seri permanen. Permuculan gigi seri
susu, pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri permanen, dan keterasahan gigi
seri permanen terjadi pada kisaran umur tertentu sehingga dapat digunakan
sebagai pedoman penentuan umur ternak ruminansia. Kambing dewasa memiliki
susunan gigi permanen sebagai berikut : sepasang gigi seri sentral (central
incisors), sepasang gigi seri lateral (lateral incisors), sepasang gigi seri
intermedial (intermedial incisors), sepasang gigi seri sudut (corner oncisors) pada
rahang bawah, tiga buah gigi premolarpada rahang atas dan bawah, dan tiga buah
gigimolar pada rahang atas dan bawah (de Lahunta dan Habel, 1986; Edey, 1993;
Heat danOlusanya, 1988).
Dari hasil pengamatan terhadap 4 kambing Rambon, kambing William memiliki 3
pasang gigi seri susu dan 1 pasang gigi seri permanen. Sedangkan kambing Justin
dan kambing Selena belum memiliki gigi seri permanen tetapi memiliki 4 pasang
gigi seri susu. Berbeda dengan kambing Stevani yang sudah memiliki 4 pasang
gigi seri permanen dan tidak memiliki gigi seri susu lagi. Berdasarkan pendapat

11

Fradson (1993), dugaan umur kambing William sekitar 1 – 1.5 tahun, Kambing
Justin dan Selena berumur sekitar 0 – 1 tahun, dan yang paling tua adalah
kambing Stevani dengan dugaan umur sekitar 3.5 – 4 tahun, ini sesuai dengan
pendapat Prabowo (2010) bahwa pendugaan umur ternak dapat dilakukan dengan
cara melihat kondisi gigi seri. Saat sudah banyak gigi seri permanen maka ternak
semakin tua. Meskipun begitu, pendugaan umur berdasarkan kondisi gigi seri
ternyata tidak dapat menduga umur kambing secara akurat karena setiap tahap
perubahan gigi seri ternyata dalam kisaran waktu yang cukup lama
Body Condition Score (BCS) atau skor kondisi tubuh sapi sangat mempengaruhi
keberhasilan usaha penggemukan. Menurut OFAC (2010), sapi bakalan yang baik
untuk digemukkan adalah sapi dengan nilai BCS 2,5 (kurus) dan 3 (sedang) untuk
kisaran angka 1-5. semakin rendah BCS nya, sapi akan terlihat kurus dan perlu
diberi perlakuan khusus demi mengotimalkan kondisi tubuhnya, begitu pula
dengan BCS yang semakin tinggi mengindikasikan sapi obesitas, sehingga harus
dipantau selama pelaksanaan perkawinan, kebuntingan, hingga kelahiran, karena
sapi gemuk rawan mengalami kesulitan waktu melahirkan (distokia).
Menurut Sukandar (2008), skor kondisi tubuh sapi sebagai berikut:
a. Skor 1 (sangat kurus)
Secara keseluruhan hewan terihat sangat kurus dan sangat terlihat pada hewan
dengan rambut yang tipis. Seluruh struktur tulang terlihat jelas dengan ekor, dada
dan bagian lain terlihat tanpa lemak. Tulang belakang dapat terlihat satu persatu
dan kita dapat meletakkan jari kita diantaranya. Tulang rusuk terlihat dengan jelas
dan terasa tajam bila disentuh. Prosessus spinosus pendek tampak jelas, menonjol,

12

dan dapat diraba. Tuber coxae dan Tuber ischiadicus sangat jelas terlihat. Pangkal
ekor (anus) ke dalam atau menyusut dan vulva menonjol.
b. Skor 2 (kurus)
Prosessus spinosus dapat diraba, sedikit terlihat menonjol. Tuber coxae dan Tuber
ischiadicus menonjol tetapi bagian diantaranya tidak terlalu cekung. Area sekitar
anus sedikit cekung dan vulva sedikit menonjol. Secara keseluruhan hewan
terlihat kurus, pertulangan bagian atas terlihat jelas dengan daging yang sedikit.
Terlihat juga sedikit daging di pangkal ekor, panggul dan legok perut. Tulang
belakang dapat dirasakan satu persatu namun tidak terasa tajam. Jari kita tidak
bisa diselipkan diantaranya.
c. Skor 3(sedang)
Prosessus spinosus dapat terasa dengan sedikit tekanan. Pangkal ekor membulat.
Tuber coxae dan Tuber ischiadicus membulat dan lebih halus. Area sekitar anus
tertutup tetapi tidak ada deposit lemak. Iga agak terlihat, tonjolan tulang panggul
terlihat tapi tidak begitu jelas. Otot terlihat maksimal dan lemak terlihat terbentuk
di sekitar bahu dan dada. Iga pendek tertutup lemak dan lemaknya mulai
menyebar ke area tanjung (rump).
d. Skor 4 (gemuk)
Prosessus spinosus hanya dapat dirasa dengan tekanan yang kuat. Pangkal ekor
membulat. Tuber coxae membulat halus. Area sekitar Tuber ischiadicus terlihat
padat dan ada deposit lemak. Struktur pertulangan akan sulit untuk dilihat, karena
adanya deposit lemak dibelakang bahu, pangkal ekor, dada dan di atas bahu.

13

e. Skor 5 (sangat gemuk).
Pada ukuran ini sapi masuk kategori obesitas. Hewan trelihat tanpa pertulangan
dan rata di seluruh permukaan sapi. Iga pendek tidak dapat dirasakan karena
tertutup oleh lemak. Struktur tulang bagian atas tuber coxae, tuber ischiadicus dan
processus spinosus pendek tidak terlihat. Penumpukan lemak di tulang ekor dan
rusuk. Bagian punggung, panggul tampak berisi dan leher bulat.
Sapi Simental yang diamati memiliki BCS 3 karena processus tranfersus dapat
diraba dengan cara menekan ibu jari, iga agak terlihat, tonjolan tulang panggul
terlihat tapi tidak begitu jelas. Igapendek tertutup lemak dan lemaknya mulai
menyebar ke area rump.

V.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah:
1. Pada pengamatan sifat kuantitatif kambing William, Stevani, Justin, dan
Selena, ada pengamatan panjang badan memiliki nilai masing-masing 62
cm, 48 cm, 37 cm, dan 37 cm. lingkar dada memiliki nilai masing-masing
70 cm, 66 cm, 45 cm dan 41 cm. dari hasil tersebut dapat dihitung
pendugaan bobot badan menggunakan rumus perhitungan Winter. Dugaan
berat badan kambing masing-masing adalah William 32.14 kg, Stevani
20.91 kg, justin 7.49 kg, dan Selena 6.05 kg.
2. Kambing William memiliki karakteristik yang paling baik dengan skor
tertinggi pada penilaian secara kualitatif yaitu 84. Secara keseluruhan
kambing William, Stevani, Justin Dan Selena merupakan kambing
Rambon dengan pautan keturunan yang relative dekat dengan bangsanya.
3. Dugaan umur kambing William sekitar 1 – 1.5 tahun, Kambing Justin dan
Selena berumur sekitar 0 – 1 tahun, dan yang paling tua adalah kambing
Stevani dengan dugaan umur sekitar 3.5 – 4 tahun. Saat sudah banyak gigi
seri permanen maka ternak semakin tua.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2012.Kambing Jawarandu Dan Ciri-Cirinya. http://www.situspeternakan.com/2012/04/kambing-jawarandu.html. diakses pada tanggal
29 November 2016 pukul 20:00 WIB.
Devendra, C. dan M, Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit
ITB:Bandung.
De Lahuta, A. dan Robert E. Habel. 1986. Applied Veterinary Anatomi.W. B.
Saunders Company.:Philadelphia.
Edey, I. N. 1983. Tropical Sheep and Goat Production. Australia University
Internasional. Development Program.:Canberra.
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University
Press:Yogyakarta.
Harjosubroto. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.:Jakarta.
Hayati.S.Yuniardi dan Gozali.A.2002. Hubungan Antara Pre-partum Body
Condition Score dengan Panjangnya Puncak Laktasi Sapi Perah FH di
BPT-HMT Batu Raden. Jurnal Peternakan Halaman 39-46 Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal Soedirman:Purwokerto.
Heath, E. dan S. Olusanya. 1988. Anatomi and Physiology of Tropical Livestock,
Longmann Singapore Publishers Pte. Ltd. Singapore.

Ontario Farm Animal Council (OFAC). 2010. Body conditioning score of beef
cattle. Available at http://www.ofac.org/pdf/body%20condition
%20score.pdf. Accession date: 2nd March 2012.
Saputro. T. 2015. Karakteristik Kambing Jawarandu Atau Bligon.
http://www.ilmuternak.com/2015/07/karakteristik-kambing-jawaranduatau-bligon.html. diakses pada tanggal 29 November 2016 pukul 20:00
WIB.
Sukandar,A,Purwanto,B.P,Dan Anggraeni,A. 2008. Keragaan Bodu Condition
Score Dan Produksi Susu Sapi Perah Friesian Holstein Di Peternakan
Rakyat KPSBU Lembang Banduung. Seminar Nasional
Teknologi.Teknologi Peternakan Dan Veteriner Fakultas Peternakan
Institusi Pertanian Bogor:Bogor.

LAMPIRAN

UKURAN-UKURAN TUBUH KAMBING

Ukuran tubuh
jenis kelamin
panjang badan
lingkar dada
dalam dada
lebar dada
tinggi pinggul
lebar pinggul
panjang kepala
lebar kepala
panjang telinga
lebar telinga
panjang tanduk
lingkar ambing
panjang putting
lingkar testis
tinggi badan
lingkar tanduk

William
Jantan
62
70
31
17
74
17
24
14
31
11
13
20
69
13

Kambing
Stevani
Justin
Selena
betina
jantan
betina
48
37
36
66
45
41
28
15
15.5
16.5
10
7
57
47
41
19
10
6
15
10
11
11.5
8
8
16.5
12.5
18
7
6.5
8
10.5
1
4.5
9
60
45.5
38
6.5
-

KONDISI GIGI SERI KAMBING
Kondisi gigi seri

1 jumlah gigi seri susu
jumlah gigi seri
2 permanen
3 dugaan umur

Bangsa sapi

William
3
pasang
1
pasang
1-1.5
tahun

Kambing
Stevani
Justin
4
pasan
g
4
pasang
3-4.5
0-1
tahun
tahun

Selena
4
pasan
g
0-1
tahun

PENILAIAN BODY CONDITION SCORE SAPI
Skor
Kelas
karena processus tranfersus dapat diraba
dengan cara menekan ibu jari, iga agak

Sapi
Simental

terlihat, tonjolan tulang panggul terlihat

3

Sedang

tapi tidak begitu jelas. Igapendek tertutup
lemak dan lemaknya mulai menyebar ke
area rump.