INTEGRASI ANTARA ILMU PENGETAHUAN DAN TE

INTEGRASI ANTARA ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI, BUDAYA DAN AGAMA
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang demikian pesat saat ini.
Banyak fenomena yang dianggap aneh di masa lalu, tetapi saat ini malah merupakan
kejadian biasa dan bisa dijelaskan secara ilmiah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) tentu saja membawa dampak, baik yang positif maupun negatif.
Iptek menyediakan suatu cara untuk meneliti alam semesta dan segala isinya guna
menyingkap kehebatan Allah, SWT. sehingga pengetahuan tersebut dapat
disampaikan kepada seluruh manusia. Dengan demikian, agama mendorong ilmu
pengetahuan dan menjadikannya sebagai alat untuk mempelajari seluk-beluk ciptaan
Allah. SWT.
Agama sebagai wahyu yang berasal dari Allah, SWT. pada hakekatnya adalah
sumber dari kebenaran dan ilmu pengetahuan yang tidak mungkin salah. Prediksi
para ilmuwan barat yang menyatakan bahwa agama formal (organized religion) akan
lenyap atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi ketika iptek semakin
berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya, saat ini sedang terjadi proses
artikulasi peran agama formal dalam berbagai jalur sosial, politik, ekonomi, bahkan
dalam teknologi. Agama, khususnya Islam, sangat memperhatikan pentingnya
budaya dan iptek dalam kehidupan umat manusia. Martabat manusia di samping
ditentukan oleh ibadah, juga oleh kemampuan mengembangkan budaya dan iptek.

Budaya dan iptek yang merupakan hasil akal budi manusia tentunya bersifat relatif,
dan harus terus-menerus diupdate sesuai dengan perkembangan zaman. Dan itu
berbeda dengan agama, dimana saat diturunkan melalui wahyu Allah, SWT. kepada
para Rasul tidak akan pernah berubah hingga akhir zaman.
Benturan antara iptek dengan agama dan budaya tentunya tidak terelakkan
saat ini. Di satu sisi kemajuan iptek menuntun ke arah kebenaran relatif, tetapi di sisi
lain agama yang menjadi tuntunan kebenaran hakiki ternyata dalam perjalanannya
banyak menjadi bias karena ulah manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa
perkembangan peradaban manusia saat ini merupakan bentuk desakan dari pengaruh
berkembangnya aspek-aspek kebudayaan di masa lalu. Manusia dengan alam
pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek

1

2

integrasi serta membentuk sikap tertentu pada lingkungannya, sehingga masa depan manusia menjadi
lebih kompleks.
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang ada saat ini belum menjamin adanya kemampuan
untuk dapat digunakan bagi tujuan praktis, karena antara cita-cita dan realita, antara harapan dan

kenyataan, terdapat sisi antara (interface) yang harus diteliti secara tuntas. Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diperoleh lebih lanjut akan membawa konsekuensi dalam penerapan praktis apabila
dikendalikan secara ketat.
B. Agama
Agama adalah suatu unsur mengenai pengalaman-pengalaman yang dipandang mempunyai
nilai yang tertinggi, pengabdian kepada suatu kekuatan-kekuatan yang dipercayai sebagai sesuatu yang
menjadi asal mula, yang menambah dan melestarikan nilai-nilai serta sejumlah ungkapan yang sesuai
tentang urusan dan pengabdian, baik dengan jalan melakukan upacara-upacara yang simbolis maupun
melalui perbuatan-perbuatan lain yang bersifat perorangan maupun bersifat kemasyarakatan. Kata
"agama" berasal dari bahasa Sansekerta, āgama, yang berarti tradisi.1 Dalam bahasa Inggris, agama
disebut religion; dalam bahasa Belanda disebut religie yang berasal dari bahasa Latin relegere berarti
mengikat, mengatur atau menghubungkan. Jadi, religion atau religie dapat diartikan sebagai aturan
hidup yang mengikat manusia dan yang menghubungkan manusia dengan Tuhan.2
Memberikan batasan tentang makna agama memang agak sulit dan sangat subyektif, karena
pandangan orang terhadap agama berbeda-beda. Ada yang memandangnya sebagai suatu institusi yang
diwahyukan oleh Allah, SWT. kepada para nabi atau rasulnya, dengan ketentuan-ketentuan yang telah
pasti. Ada pula yang memandangnya sebagai hasil kebudayaan, hasil pemikiran manusia serta sebagai
hasil lamunan, fantasi dan ilustrasi.3
Agama tumbuh bersamaan dengan berkembangnya kebutuhan manusia. Salah satu dari
kebutuhan itu adalah kepentingan manusia dalam memenuhi hajat rohani yang bersifat spritual, yakni

sesuatu yang dianggap mampu memberi motivasi semangat dan dorongan dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu, unsur rohani tersebut dicari dan dikejar sampai akhirnya mereka menemukan suatu zat
yang dianggap suci, memiliki kekuatan, maha tinggi dan maha kuasa. Sesuai dengan taraf
perkembangan cara berpikir mereka, manusia mulai menemukan apa yang dianggapnya sebagai Tuhan.
Sehingga dapat dimengerti bahwa hakikat agama merupakan fitrah naluriah manusia yang tumbuh dan
1Inu Kencana Syafi’i, Filsafat Kehidupan, (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 55
2Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid 3, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1985), h. 5
3Syafa’at, Mengapa Anda Beragama Islam, (Jakarta: Widjaja, 1965), h. 20

3

bekembang dari dalam dirinya, dan pada akhirnya mendapat pemupukan dari lingkungan alam
sekitarnya. Ada yang menganggap bahwa agama di dalam banyak aspek mempunyai persamaan dengan
ilmu kebatinan. Yang dimaksud ilmu agama disini pada umumnya adalah agama-agama yang bersifat
universal. Artinya para pengikutnya terdapat dalam masyarakat yang luas dan hidup di berbagai
daerah.4 Ajaran agama yang universal mengandung kebenaran yang tidak dapat diubah, meskipun
masyarakat yang telah menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya. Maksudnya adalah
bahwa ajaran agama itu dapat dijadikan dasar moral dan norma-norma untuk menyusun masyarakat,
karena ajaran agama itu universal dan telah terbukti, sehingga dapat dijadikan pedoman yang kuat bagi
masyarakat, baik di waktu kehidupan yang tenang maupun dalam waktu yang bergolak.

Agama itu sendiri harus mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
1. Mempunyai kitab suci.
2. Kitab suci yang ditulis oleh Nabi berdasar wahyu langsung dari Allah, SWT.
3. Mempunyai suatu lembaga untuk membina, menuntun manusia dan menafsirkan kitab suci bagi
kepentingan umatnya.5
Setiap agama tentunya mempunyai ajaran moral yang menjadi pegangan para penganutnya.
Selain ajaran moral dan etika, semua agama mengajarkan doktrin, dogma dan filsafat ketuhanan yang
menjadi pedoman perilaku penganutnya dalam kehidupan. Setiap agama juga mengajarkan ritual atau
tata cara beribadah yang menetapkan bagaimana seharusnya manusia berhubungan dengan Allah, SWT.
yang bertujuan untuk kebaikan dunia dan akhirat.6
C. Budaya
Budaya adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Budaya dapat diperoleh dari
belajar dan gagasan dalam pikiran, yang kemudian terwujud dalam seni.7 Sedangkan Ki Hadjar
Dewantoro mengatakan bahwa kebudayaan adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh
kuat, yakni zaman dan alam, yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai
rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya, guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada kelahirannya bersifat tertib dan damai.8
4T.H.Thalhas, Pengantar Studi llmu Perbandingan Agama, (Jakarta: Galura Pase, 2006), h. 19
5Soekrisno Agoes, Etika Bisnis dan Profesi, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 25

6Ibid.
7Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi Sosial Budaya, (Jakarta:UT, 1987), h. 82
8Idianto Muin, Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X:Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 134136

4

Budaya berkembang seiring dengan perkembangan evolusi batin maupun fisik manusia secara
kolektif. Budaya itu sendiri mempunyai sifat hakiki, yaitu :
a. Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
b. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi, dan tidak akan mati dengan
habisnya usia generasi yang bersangkutan.
c. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.9
Perumusan mengenai batasan budaya sangat banyak. Di antara batasan-batasan itu terdapat
suatu kesepakatan bahwa budaya itu dipelajari, dan yang menyebabkan orang mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya adalah budaya. Budaya merupakan bagian dari
lingkungan yang diciptakan oleh manusia. Secara implisit, dapat diartikan bahwa manusia hidup dalam
suatu lingkungan alam dan sosial, yang berarti bahwa budaya tidak semata-mata merupakan unsur
gejala biologis.
Budaya memiliki tiga wujud atau biasa disebut gejala budaya, yaitu :
1. Keseluruhan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya, yang berfungsi mengatur,

mengendalikan serta memberi arah pada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat, yang
disebut “adat tata kelakuan”.
2. Keseluruhan aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, yang disebut “sistem
sosial”. Sistem sosial terdiri dari rangkaian aktivitas manusia dalam masyarakat yang selalu
mengikuti pola-pola tertentu, berdasarkan adat tata kelakuan.
3. Benda-benda hasil karya manusia yang disebut “kebudayaan fisik”.10
Wujud budaya yang pertama adalah wujud yang ideal, bersifat abstrak tidak dapat diraba atau
didokumentasikan. Lokasinya ada di alam pikiran masyarakat dimana kebudayaan itu hidup. Ide-ide
dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam satu masyarakat. Wujud ideal dari sistem
budaya itu biasa disebut adat istiadat.
Wujud kedua dari budaya disebut dengan sistem sosial, yang menyangkut tindakan berpola
dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari kegiatan-kegiatan manusia yang saling
berinteraksi menurut pola-pola tertentu, sesuai dengan adat istiadat dan tata kelakuan tertentu.
Rangkaian kegiatan manusia dalam masyarakat ini dapat bersifat kongkrit dan terjadi di sekeliling kita
setiap hari, sehingga dapat diobservasi dan didokumentasikan.
Wujud ketiga dari budaya adalah budaya fisik yang tidak terlalu banyak memerlukan
penjelasan. Merupakan hasil fisik dari kegiatan manusia dalam masyarakat bersifat kongkrit, yaitu
benda-benda yang dapat dilihat, dirasa, diraba dan didokumentasikan.

9Soekrisno Agoes, Etika Bisnis dan Profesi, op.cit.

10Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi Sosial Budaya, op.cit.

5

Kebudayaan secara universal juga mempunyai unsur-unsur selain definisi dan wujud dari
kebudayaan diatas, yaitu meliputi :
1. Sistem religi dan upacara keagamaan merupakan produk manusia sebagai homo religius.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan merupakan produk manusia sebagai homo socius.
3. Sistem pengetahuan merupakan produk manusia sebagai homo sapiens.
4. Sistem mata pencaharian hidup merupakan produk manusia sebagaihomo economicus.
5. Sistem teknologi dan peralatan merupakan produk manusia sebagai homo faber.
6. Bahasa merupakan produk manusia sebagai homo loquens.
7. Kesenian merupakan hasil produk manusia sebagai homo esteticus.11
D. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
Ilmu

pengetahuan

adalah


pengetahuan (knowlede) yang

tersusun

sistematis

dengan

menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis
oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya.12 Sedangkan teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
technologia, yang artinya pembahasan sistematik tentang seluruh seni dan kerajinan. Teknologi sendiri
adalah usaha manusia dalam mempergunakan segala bantuan fisik atau jasa-jasa yang dapat
memperbesar produktivitas manusia, melalui pemahaman yang lebih baik, adaptasi dan kontrol
terhadap lingkungannya. Teknologi merupakan penerapan, sehingga teknologi berbeda dalam dimensi
ruang dan waktu.13
Manusia wajib hukumnya menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) agar dapat lebih
memahami dan mendalami segala bidang kehidupan. Manusia ditakdirkan Allah menjadi khalifah di
muka bumi berdasarkan iptek yang dimiliki, sehingga mampu meramalkan kecenderungankecenderungan serta kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang. Tidak dapat dapat dipungkiri,
peradaban manusia sangat tergantung kepada iptek. Berkat kemajuan iptek, maka pemenuhan
kebutuhan manusia dapat dipenuhi secara lebih cepat dan mudah.

Perkembangan sejarah manusia selalu diwarnai oleh perkembangan iptek yang melingkupinya.
Hal ini tentunya berbanding lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seharihari, dan teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.
Bisa dikatakan bahwa peradaban manusia sangat bergantung kepada iptek. Berkat kemajuan dalam
bidang iptek, pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah.14

11Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajagrafindo Persada 2010), h. 154
12Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajagrafindo Persada 2010), h. 5
13Ronny H. Soemitro, Hukum dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Di Dalam Masyarakat, (Semarang:
Universitas Diponegoro, 1990), h. 8
14Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2013), h. 273

6

E. Integrasi Antara Agama, Budaya dan Iptek
Manusia pada dasarnya diciptakan oleh Allah dalam kondisi serba terbatas, dimana tidak ada
satu orang pun yang sangat mutlak kecerdasannya sehingga bisa menguasai apa saja. Karena
keterbatasan itulah, manusia harus mencari sesuatu itu dengan jalan belajar. Belajar tidak mengenal
waktu, usia, keadaan, situasi dan kondisi. Output dari hasil belajar itulah yang disebut dengan ilmu
pengetahuan. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan, dan pengetahuan merupakan unsur
kebudayaan. Ilmu pengetahuan dan budaya berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling

mempengaruhi. Pengembangan ilmu pengetahuan dalam suatu masyarakat tergantung dari budaya,
sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi itu berpadu secara intim dengan seluruh struktur sosial dan
tradisi kebudayaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif,
yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern hasil dari industri
komunikasi dan transportasi misalnya, terbukti amat bermanfaat. Dahulu Ratu Isabella dari Italia di
abad XVI memerlukan waktu lima bulan dengan sarana komunikasi tradisional untuk memperoleh
kabar penemuan benua Amerika oleh Columbus. Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak negatif
karena merugikan dan membahayakan kehidupan manusia. Bom atom yang merupakana produk iptek,
telah menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Tak sedikit pula
yang memanfaatkan teknologi internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan di dunia maya (cyber
crime) serta untuk mengakses pornografi, kekerasan dan perjudian.15
Peran agama menjadi sangat penting untuk ditengok kembali sebagai pedoman hidup. Agama
diharapkan dapat memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya
mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin.16 Ada beberapa macam hubungan antara agama
dan iptek, diantaranya adalah :
1. Berseberangan atau bertentangan.
Pola hubungan ini adalah pola hubungan yang negatif (saling tolak). Dalam pola ini,
pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran agama, dan
pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan.

Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikembangkan oleh manusia, dan begitu juga sebaliknya.
2. Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai.

15Shabir Ahmed, Islam dan Ilmu Pengetahuan, (Bangil: Al-Izzah, 1999), h. 31
16Ibid.

7

Pola hubungan ini adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika kebenaran iptek yang
bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan
kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya
dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran
agama dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan ilmu
apabila terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda.
Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan penghayatan dan
pengamalan agama seseorang. Pola hubungan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler
yang sudah terbiasa untuk memisahkan urusan agama dari urusan masyarakat.
3. Tidak bertentangan satu sama lain.
Pola yang ketiga ini adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran
agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan, tetapi juga tidak saling
mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak
dikaitkan dengan iptek sama sekali. Di dalam masyarakat dimana pola hubungan seperti ini terjadi,
penghayatan agama tidak mendorong orang untuk mengembangkan iptek dan pengembangan iptek
tidak mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat
terjadi dalam masyarakat sekuler, karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan agama
dan Negara. Ketika agama bersinggungan dengan iptek, persinggungan itu tidak banyak membawa
dampak karena tampak terasa aneh apabila dikaitkan.
4. Saling mendukung satu sama lain.
Pola hubungan terakhir ini adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini
mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan iptek, serta kehidupan
masyarakatnya tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud, yaitu
ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran
agama, pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung
pengembangan iptek serta ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula
sebaliknya.17
Pola hubungan yang diharapkan berlangsung saat ini di Indonesia adalah pola hubungan
netral, seperti yang tercantum dalam GBHN tahun 1993-1998 yang menyatakan bahwa ajaran agama,
budaya dan iptek tidak bertentangan satu sama lain, tetapi tidak saling mempengaruhi. Pengembangan
iptek hendaknya mengindahkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa, atau tidak boleh bertentangan

17Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Cet. I; Jogja: Pustaka Pelajar, 2009), h. 76-78

8

dengan nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Pengembangan agama dan budaya tidak ada
hubungannya dengan pengembangan iptek.18
Akan tetapi jika kita membaca GBHN secara implisit dalam kaitan antara pembangunan
bidang agama dengan bidang iptek, maka kita akan memperoleh kesan yang berbeda. Salah satu asas
pembangunan nasional adalah asas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
berarti “bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional dijiwai, digerakkan dan dikendalikan
oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebagai nilai luhur yang menjadi
landasan spiritual, moral dan etik dalam rangka pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila”.
Pada bagian lain dinyatakan bahwa pembangunan bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa diarahkan antara lain untuk memperkuat landasan spiritual, moral dan etika bagi
pembangunan nasional. Dari sini dapat disimpulkan, bahwa secara implisit bangsa Indonesia
menghendaki agar agama dan budaya dapat berperan sebagai jiwa, penggerak dan pengendali, ataupun
sebagai landasan spiritual, moral dan etika bagi pembangunan nasional, termasuk pembangunan bidang
iptek tentunya. Dalam kaitannya dengan pengembangan iptek nasional, agama dan budaya diharapkan
dapat menjiwai, menggerakkan dan mengendalikan pengembangan iptek nasional tersebut.19
Pola hubungan antara agama, budaya dan iptek di Indonesia saat ini baru pada taraf tidak
saling mengganggu. Pengembangan agama dan budaya diharapkan tidak menghambat pengembangan
iptek, sedang pengembangan iptek diharapkan tidak mengganggu pengembangan kehidupan beragama
dan kebudayaan. Konflik yang timbul antara keduanya diselesaikan dengan kebijaksanaan.20
Saat ini iptek menempati posisi yang amat penting dalam pembangunan nasional Indonesia.
Penguasaan iptek bahkan dikaitkan dengan keberhasilan pembangunan nasional. Namun bangsa
Indonesia juga menyadari bahwa pengembangan iptek, disamping membawa dampak positif, juga
dapat membawa dampak negatif bagi nilai agama dan budaya yang sudah dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Sebagai bangsa yang telah memilih untuk tidak menganut faham sekuler, agama mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu diharapkan agar
pengembangan iptek di Indonesia tidak akan bertabrakan dengan nilai-nilai agama dan budaya luhur
bangsa.21
F.

Konsep Budaya dan Iptek Dalam Agama Islam

18Ibid.
19Ibid.
20Ibid.
21Ibid.

9

Ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai segala fenomena alam yang dapat dicapai oleh indra
manusia. Konsekuensi logis dari pengetahuan akan melahirkan berbagai pengalaman, akan tetapi
pengalaman ini terkadang kebenarannya tidak mutlak dan perlu diuji lagi. 22 Teknologi sendiri
merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu
unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya,
teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu, teknologi tidak netral
lagi karena memiliki potensi kekuasaan dan potensi untuk merusak. Disinilah letak perbedaan ilmu
pengetahuan dengan teknologi.23
Netralitas iptek dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia
dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, kebenaran iptek sangat
relatif. Sumber iptek dalam agama, khususnya Islam, adalah wahyu Allah, SWT. Iptek yang islami
selalu mengutamakan kepentingan orang banyak dan kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Untuk itu
iptek dalam pandangan Islam tidak bebas nilai. Integrasi iptek dengan agama dan budaya lokal
merupakan suatu keniscayaan untuk menghindari terjadinya proses sekularisasi, yaitu pemisah antara
doktrin-doktrin agama dengan pengembangan budaya dan iptek.24
Kemajuan iptek di dunia agama, khususnya Islam, didorong oleh tujuh faktor, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kesatuan agama dan budaya agama Islam,
Arabisasi dan peranan bahasa Arab,
Akademi, sekolah, observasi dan perpustakaan,
Kebijakan negara tentang pengembangan iptek,
Perlindungan negara sangat jelas terhadap para ilmuwan dan para insinyur,
Penelitian, eksperimen dan penemuan baru, serta
Perdagangan internasional.25
Hasil ekspresi jiwa seseorang berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Budaya yang

lepas dari ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu, bukan akal dan budi.
Budaya mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus
bertambah.
Islam merupakan ajaran agama yang landasan pengembangannya adalah iman. Iman adalah
kepercayaan terhadap wujud zat yang maha mutlak yang menjadi tujuan hidup manusia. Iman
merupakan pondasi dalam sistem ajaran Islam. Di dalam budaya dan iptek, terdapat hubungan yang
22Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 88
23Hamdan Mansoer dkk., Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni Dalam Islam, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), h.
93
24Ibid.
25Ibid., h. 94

10

harmonis dan dinamis yang terintegrasi ke dalam suatu sistem yang disebut Dinul Islam, yang
mengandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. 26 Hal ini tercantum dalam Al Quran
surah Ibrahim ayat 24-25.
Islam melihat bahwa iptek, agama dan budaya adalah sesuatu yang memiliki kaitan. Iptek
tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai keagamaan. Agama menjadi landasan segala perilaku manusia,
termasuk di dalamnya budaya dan iptek. Islam melihat budaya dan iptek sebagai suatu perkara yang
amat penting karena dengan itu semua manusia dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengenal Tuhannya,
Menegakkan hakikat kebenaran,
Membawa manusia kepada sikap tafakur dan berfikir,
Membantu manusia memenuhi keperluan material untuk kehidupannya,
Membantu manusia dalam melaksanakan syariat, dan
Menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam.27
Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai apabila perbuatan tersebut tidak dibangun diatas

landasan iman dan takwa. Begitupun pengembangan ipteks yang lepas dari keimanan dan ketakwaan,
tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam
lingkungan. Iptek hanya akan menimbulkan kerusakan dan kehancuran bagi kehidupan umat manusia
jika dikembangkan tidak atas dasar iman.
G. Penutup
Ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya serta agama tidak akan saling merusak satu sama
lain, justru harus saling mendukung dan menguntungkan. Setelah membaca uraian diatas, maka ada
hal-hal yang dapat disimpulkan, yaitu :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dapat meningkatkan kualitas manusia
menuju kemakmuran serta peningkatan inteligensianya. Adapun budaya mempunyai peranan
penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga
membentuk kepribadian dan pola hidup masyarakat tertentu. Oleh sebab itu, agama sukar
dipisahkan dari budaya dan iptek, karena agama tidak akan dianut oleh umatnya tanpa budaya dan
campur tangan iptek. Agama tidak tersebar tanpa budaya dan iptek, begitupun sebaliknya, budaya
dan iptek akan tersesat tanpa agama.
2. Kendati saat ini pola hubungan yang diharapkan terjadi antara agama, budaya dan iptek secara
eksplisit adalah pola hubungan netral yang saling tidak mengganggu, akan tetapi secara implisit
26Kementerian Urusan Agama Islam Kerajaan Arab Saudi, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Arab Saudi: Mujamma’ Al
Malik Fahd Li Thiba’ At Al Mush-Haf Asy Syarif, 2006), h. 383-384
27Kaelany, HD., Islam dalam Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 98

11

diharapkan bahwa pengembangan budaya dan iptek itu dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh
nilai-nilai agama. Ini merupakan tugas yang tidak mudah, karena untuk itu kita harus menguasai
prinsip dan pola pikir ketiganya (iptek, agama dan budaya).
3. Budaya dan iptek tidak bebas nilai dalam pandangan Islam, akan tetapi terikat dengan nilai. Karena
akal manusia sangat terbatas, maka akal memerlukan tuntunan dari wahyu. Pengembangan budaya
dan iptek yang terlepas dari keimanan dan ketakwaan, tidak akan bernilai serta tidak akan
menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya, tetapi akan memunculkan
kerusakan bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu agama, budaya dan iptek di dalam ajaran Islam
adalah satu kesatuan dan terintegrasi.
4. Ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya sangat berpengaruh bagi kemajuan agama Islam.
Untuk itu setiap umat Islam harus bisa mengamalkan dan terus menggali ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan tetap berpegang teguh pada kaidah dan norma dalam Islam. Ilmu pengetahuan
dan teknologi membuat hidup lebih mudah, budaya membuat hidup menjadi indah dan agama
membuat hidup lebih terarah.
Agama, budaya dan iptek dapat berjalan bersama tanpa ada gesekan dan tentangan seperti
periode-periode sebelumnya, tetapi ada beberapa hal yang tetap harus diperhatikan, seperti :
1. Budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi harus tetap di dalam bingkai agama, karena setiap agama
mempunyai ajaran moral yang menjadi pegangan dari para penganutnya, sehingga budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi akan terus berkembang tanpa melanggar norma-norma agama.
2. Umat manusia harus dapat memanfaatkan alam yang telah ada untuk membantu perkembangan
budaya dan iptek, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak ekosistem yang ada saat ini. Karena
menurut agama, segala sesuatu itu sesungguhnya dapat dilihat dan dipelajari melalui hal-hal yang
ada di alam.
3. Membiasakan diri kita mengenal budaya, agama dan ilmu pengetahuan sejak kecil, maka akan
membantu dalam proses sosialisasi dengan lingkungan sekitar saat beranjak dewasa dan membantu
menjaganya sehingga tidak akan punah termakan zaman.