RINGKASAN TULISAN DALAM BUKU PENERAPAN P
RINGKASAN TULISAN DALAM BUKU
PENERAPAN PRINSIP PROPORSIONALITAS TERHADAP PENGGUNAAN
PESAWAT TANPA AWAK DALAM KONFLIK BERSENJATA1
Oleh:
Hj. Sarah
RINGKASAN
Perkembangan zaman tentu ditandai juga dengan perkembangan teknologi modern di
era seperti saat ini. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tentu juga
dimanfaatkan dalam aspek pertahanan negara dalam mempersiapkan armada perang yang
kemungkinan terjadi seperti pembuatan pesawat tanpa awak sebagai salah satu alat dalam
dalam perang yang dimiliki oleh beberapa negara.
Penting adanya HHI dalam mengimbangi perkembangan IPTEK untuk memastikan
bahwa dengan kepemilikan alat-alat perang modern tersebut tidak akan menyalahi nilai-nilai
kemanusiaan secara universal. Karena biasanya yang sering terjadi adalah menyalahi aturanaturan HHI yang telah disepakati bersama, oleh sebabnya perlunya ada HHI untuk mengetahu
sejauh mana HHI dapat menjadi batasan yang baik dalam konflik bersenjata internasional
dapat dipatuhi dalam keadaan apapun dan dimanapun oleh pihak-pihak terkait.
Pesawat tanpa awak merupakan salah satu teknologi modern yang diciptakan untuk
orientasi dalam konflik bersenjata yang hingga saat ini tidak ada larangan bagi pesawat tanpa
awak ini untuk dimiliki selama masih sesuai dengan HHI. Pesawat tanpa awak ini juga
dibuktikan tidak menyalahi HHI karena masih dikendalikan oleh manusia yang bisa
mengontrol penyerangan agar tidak melibatkan masyarakat sipil sebagai korban dari konflik
beresenjata yang sedang terjadi.
hal ini tentu berbeda dengan teknologi modern perang yang lain seperti senjata
biologi dan kimia yang tidak dapat dikontrol dalam sasarannya yang biasanya terkena
masyarakat sipil yang tidak berdosa dalam konflik yang sejatinya harus dilindungi. Dalam
Hukum Humaniter Internasional (HHI) ada beberapa prinsip yang harus dijalankan dalam
konflik bersenjata. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip kepentingan militer, prinsip
kemanusiaan dan prinsip kesatriaan.
Prinsip-prinsip diatas juga menjelaskan bahwa masyarakat sipil tidak dibenarkan
untuk dijadikan tameng atau target dalam perang guna memperoleh standar keberhasilan
1 Heriyanto, Dodik S.N., “Penerapan Prinsip Proporsionalitas terhadap Penggunaan Pesawat Tanpa
Awak dalam Konflik Bersenjata”, dalam Denny Ramdhani, et. al, Konteks dan Perspektif Politik Terkait Hukum
Humaniter Internasional Kontemporer, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm.211-224.
perang. Jatuhnya korban dari masyarakat sipil dibenarkan apabila dalam ketidaksenagajaan
pada saat perang. Prinsip proposionalitas ini juga dipahami sebagai batasan agar peyerangan
yang menyebabkan kerugian atau penderitaan objek secara berlebihan tidak terjadi, seperti
merenggut jiwa-jiwa orang sipil, melukai orang-orang sipil, kerusakan objek-objek sipil yang
tidak seharusnya terjadi.
Namun berbeda dengan perkara insidential yang terjadi terhadap masyarakat sipil
maupun objek-objek yang dilarang dalam HHI ketika konflik bersenjata berlangsung tidak
dapat dikategorikan sebagai kejatan perang, hal ini juga telah dikuatkan dengan pendapat
jaksa agung mahkamah pidana internasional.
Penggunaan pesawat tanpa awak tentu harus sejalan dengan HHI mengingat prinsip
proposionalitas ini telah menjadi hukum kebiasaan internasional yang diakui dan diadopsi
setiap negara dalam aspek konflik bersenjata internasional. Dalam hal ini, ada beberapa
ukuran atau batasan dalam penggunaan pesawat tanpa awak dengan prinsip proposionalitas
yakni, pertama keamanan penduduk sipil harus menjadi jaminan utama untuk dilindungi
secara penuh kecuali mereka ikut terlibat secara langsung dalam pertikaian bersenjata.
Kedua penggunaakn pesawat tanpa awak harus dibawah kendali manusia secara
langsung.
Ketiga penggunaanya tidak dibenarkan jika bertentangan dengan HHI serta
batasan-batasan lainnya yang semestinya dipatuhi dalam kepemilikan pesawat tanpa awak
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Heriyanto, Dodik S.N., “Penerapan Prinsip Proporsionalitas terhadap Penggunaan Pesawat
Tanpa Awak dalam Konflik Bersenjata”, dalam Denny Ramdhani, et. al, Konteks dan
Perspektif Politik Terkait Hukum Humaniter Internasional Kontemporer,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015.
PENERAPAN PRINSIP PROPORSIONALITAS TERHADAP PENGGUNAAN
PESAWAT TANPA AWAK DALAM KONFLIK BERSENJATA1
Oleh:
Hj. Sarah
RINGKASAN
Perkembangan zaman tentu ditandai juga dengan perkembangan teknologi modern di
era seperti saat ini. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tentu juga
dimanfaatkan dalam aspek pertahanan negara dalam mempersiapkan armada perang yang
kemungkinan terjadi seperti pembuatan pesawat tanpa awak sebagai salah satu alat dalam
dalam perang yang dimiliki oleh beberapa negara.
Penting adanya HHI dalam mengimbangi perkembangan IPTEK untuk memastikan
bahwa dengan kepemilikan alat-alat perang modern tersebut tidak akan menyalahi nilai-nilai
kemanusiaan secara universal. Karena biasanya yang sering terjadi adalah menyalahi aturanaturan HHI yang telah disepakati bersama, oleh sebabnya perlunya ada HHI untuk mengetahu
sejauh mana HHI dapat menjadi batasan yang baik dalam konflik bersenjata internasional
dapat dipatuhi dalam keadaan apapun dan dimanapun oleh pihak-pihak terkait.
Pesawat tanpa awak merupakan salah satu teknologi modern yang diciptakan untuk
orientasi dalam konflik bersenjata yang hingga saat ini tidak ada larangan bagi pesawat tanpa
awak ini untuk dimiliki selama masih sesuai dengan HHI. Pesawat tanpa awak ini juga
dibuktikan tidak menyalahi HHI karena masih dikendalikan oleh manusia yang bisa
mengontrol penyerangan agar tidak melibatkan masyarakat sipil sebagai korban dari konflik
beresenjata yang sedang terjadi.
hal ini tentu berbeda dengan teknologi modern perang yang lain seperti senjata
biologi dan kimia yang tidak dapat dikontrol dalam sasarannya yang biasanya terkena
masyarakat sipil yang tidak berdosa dalam konflik yang sejatinya harus dilindungi. Dalam
Hukum Humaniter Internasional (HHI) ada beberapa prinsip yang harus dijalankan dalam
konflik bersenjata. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip kepentingan militer, prinsip
kemanusiaan dan prinsip kesatriaan.
Prinsip-prinsip diatas juga menjelaskan bahwa masyarakat sipil tidak dibenarkan
untuk dijadikan tameng atau target dalam perang guna memperoleh standar keberhasilan
1 Heriyanto, Dodik S.N., “Penerapan Prinsip Proporsionalitas terhadap Penggunaan Pesawat Tanpa
Awak dalam Konflik Bersenjata”, dalam Denny Ramdhani, et. al, Konteks dan Perspektif Politik Terkait Hukum
Humaniter Internasional Kontemporer, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm.211-224.
perang. Jatuhnya korban dari masyarakat sipil dibenarkan apabila dalam ketidaksenagajaan
pada saat perang. Prinsip proposionalitas ini juga dipahami sebagai batasan agar peyerangan
yang menyebabkan kerugian atau penderitaan objek secara berlebihan tidak terjadi, seperti
merenggut jiwa-jiwa orang sipil, melukai orang-orang sipil, kerusakan objek-objek sipil yang
tidak seharusnya terjadi.
Namun berbeda dengan perkara insidential yang terjadi terhadap masyarakat sipil
maupun objek-objek yang dilarang dalam HHI ketika konflik bersenjata berlangsung tidak
dapat dikategorikan sebagai kejatan perang, hal ini juga telah dikuatkan dengan pendapat
jaksa agung mahkamah pidana internasional.
Penggunaan pesawat tanpa awak tentu harus sejalan dengan HHI mengingat prinsip
proposionalitas ini telah menjadi hukum kebiasaan internasional yang diakui dan diadopsi
setiap negara dalam aspek konflik bersenjata internasional. Dalam hal ini, ada beberapa
ukuran atau batasan dalam penggunaan pesawat tanpa awak dengan prinsip proposionalitas
yakni, pertama keamanan penduduk sipil harus menjadi jaminan utama untuk dilindungi
secara penuh kecuali mereka ikut terlibat secara langsung dalam pertikaian bersenjata.
Kedua penggunaakn pesawat tanpa awak harus dibawah kendali manusia secara
langsung.
Ketiga penggunaanya tidak dibenarkan jika bertentangan dengan HHI serta
batasan-batasan lainnya yang semestinya dipatuhi dalam kepemilikan pesawat tanpa awak
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Heriyanto, Dodik S.N., “Penerapan Prinsip Proporsionalitas terhadap Penggunaan Pesawat
Tanpa Awak dalam Konflik Bersenjata”, dalam Denny Ramdhani, et. al, Konteks dan
Perspektif Politik Terkait Hukum Humaniter Internasional Kontemporer,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015.