GURU DAN DILEMA PENDIDIKAN. pdf

GURU DAN DILEMA PENDIDIKAN
Nina Rahayu
Abstrak
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu negara menjadi negara
maju dan mampu mengatasi permasalahan yang timbul adalah kualitas berpikir
masyarakat. Salah satu cara meningkatkan kualitas pendidikan adalah peningkatan
kualitas guru, karena guru memiliki peranan sentral dalam proses pembelajaran di
sekolah. Guru berperan sebagai motivator dan mediator bagi siswa untuk dapat belajar
secara efektif dan efisien. Dalam hal ini guru dituntut menjadi professional dalam
penguasaan materi dan pembelajaran. Namun kenyataan tidak sesuai yang diharapkan,
masih banyak faktor- faktor yang menghambat proses belajar mengajar.
Kata kunci : Guru, sarana prasarana, kompetensi, profesionalisme dan sertifikasi guru
A. Pendahuluan
Pendidikan memiliki peran yang penting dalam mengembangkan kesadaran dan
tanggung jawab setiap orang agar menjadi sumber daya manusia yang siap bersaing di
dalam kehidupan masyarakat dan kehidupan global, dimana Mulyasa menjelaskan bahwa
peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai
tujuan pembangunan.1 Hal ini bermakna bahwa pengembangan kualitas sumber daya
manusia harus diikuti oleh pengembangan proses dan kualitas pendidikan, artinya
peningkatan kualitas pendidikan harus menjadi perhatian dan sektor utama dalam proses
pembangunan bangsa.

Guru merupakan salah satu elemen penting dalam sistem pendidikan nasional,
khususnya yang dilaksanakan di sekolah. Komponen-komponen lain tidak akan
memberikan arti apabila interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Begitu
pentingnya peran guru dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga tidak
akan ada perubahan atau peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan


Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa.

1
Mulyasa , Menjadi Kepala Sekolah Profesional : Dalam Konteks Mensuksekan MBS dan KBK
(Jakarta: Rosda, 2006) hal. 3

kompetensi guru, dimana diyakini kualitas pendidikan akan meningkat apabila guru
melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas pula.
Hal ini memberikan makna bahwa guru berkompetensi tinggi tentunya akan
mampu dan terampil dalam memberdayakan sarana pembelajaran yang pada akhirnya
akan mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Apabila peningkatan kualitas pendidikan
berawal dari lingkungan sekolah maka yang menjadi faktor penentu adalah guru. Artinya,
upaya peningkatan kualitas guru berdampak pada kualitas pembelajaran, selanjutnya

berdampak pada kualitas sekolah dan pada akhirnya berdampak pada kualitas pendidikan
secara menyeluruh.
Bagaimanapun pendidikan dapat mencetak generasi emas yang diharapkan
menjadi tombak peradaban dan obor pencerahan bagi bangsa dan negaranya. Negara
yang maju adalah negara yang memiliki sumber daya manusia (SDM) yang mampu
untuk mewujudkannya maka setiap warga negaranya perlu diberikan pendidikan yang
memadai. Keberhasilan pendidikan, khususnya di sekolah tidak hanya ditentukan oleh
kemahiran guru dalam mengajar. Namun lebih kepada bagaimana guru mendidik para
siswanya. Guru yang baik adalah seseorang yang bisa mengajar sekaligus bisa mendidik
para siswanya. Dengan kemampuannya untuk mengajar dan mendidik secara baik, akan
dihasilkan anak-anak yang tidak hanya pandai secara intelektual, namun juga secara
akhlak atau budi pekerti dan keimanan. Pada akhirnya akan menghasilkan generasi
penerus yang arif dan bijaksana.
Selanjutnya faktor lain yang mempengaruhi mutu pendidikan yaitu, dana,
kurikulum, SDM non guru, fasilitas dan sumber belajar, dan lain- lain. Sistem pendidikan
di Indonesia saat ini belum memberikan apresiasi khusus terhadap guru, padahal apresiasi
terhadap guru tersebut yang mencerminkan bagaimana seseorang mengapresiasikan masa
depan bangsa. Apresiasi terhadap guru, tidak selalu harus berbicara tentang gaji, akan
tetapi mengenai komponen pengembangan guru sendiri. Selain itu dari sisi nonformal
juga harus diperhatikan yaitu orangtua. Orang tua ialah pendidik yang penting bagi anakanaknya, sehingga para orang tua ini perlu dijangkau oleh sistem pendidikan dari kita.

Misal sekarang orang tua diundang datang ke sekolah biasanya untuk di mintai
sumbangan, padahal diundangnya untuk berbicara bersama-sama tentang pendidikan.

Orang tua bukan hanya bisa menuntut lembaga pendidikan khususnya guru untuk 100 %
fokus terhadap peserta didik.
Beban berat yang yang diembani guru sebagaimana yang diamanatkan Pasal 3
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional adalah: pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Persoalan lainnya dimana guru bertanggung jawab terhadap pendidikan terkhusus
berkaitan dengan peserta didik, dia juga harus mampu melaksanakan tuntutan pemerintah
yang berkaitan dengan aturan- aturan yang berkaitan dengan profesinya. Dan itu
menjadikan guru harus lebih ekstra bekerja keras untuk dapat menjalankan tujuan
tersebut, dengan berbagai kendala yang ada baik dari internal maupun eksternal. Namun
guru tetaplah manusia biasa yang tetap mempunyai keterbatasan. Tanpa bantuan pihak
lainnya guru tidak akan mampu mencapai tujuan pendidikan, baik pihak pemerintah,
orang tua bahkan dari peserta didik sendiri. Karena tanggung jawab pelaksanaan

pendidikan, bukan hanya dibebankan kepada sekolah (guru dan kepala sekolah saja),
tetapi juga menuntut adanya keterlibatan dan tanggung jawab orangtua serta komponen
lapisan masyarakat sekitar sekolah.
B.

Siapa itu Guru ?
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pemgetahuan

kepada anak didik di sekolah.1 Selain memberikan pengetahuan guru juga bertugas
menanamkan nilai- nilai kepada anak didik agar mereka memiliki kepribadian yang
paripurna. Dengan Keilmuan guru yang dimilikinya, guru membimbing anak didik
dalam mengembangkan potensinya. Guru atau pendidik merupakan subyek yang sangat
sentral bagi terselenggaranya mutu pendidikan yang berkualitas.
Setiap guru memiliki kepribadian yang sesuai dengan latar belakang mereka
sebelum menjadi guru. Pandangan dan kepribadiannya serta latar belakang pendidikan
1

Saiful Bahri Djamarah, Startegi Belajar Mengajar ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002). Hal. 43

serta pengalaman mengajar sangat memepengaruhi kualitas pembelajaran. Guru adalah

manusia yang unik yang memiliki karakter yang berbeda sama halnya seperti peserta
didik yang memiliki karakter berbeda- beda. Perbedaan karakter ini yang menyebabkan
situsai proses belajar mengajar bervariasi.
Berbagai penelitian telah menggambarkan betapa pentingnya peranan kinerja guru
dalam

mensukseskan

kegiatan

pendidikan,

diantaranya

penelitian

Widoyoko

menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa di pengaruhi oleh kinerja guru, dengan
rincian kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi

pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran
memberikan sumbangan 8,60%.2
Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai kompetensi (kecakapan) dalam
melaksanakan profesi keguruannya agar dapat menciptakan suasana belajar yang baik
bagi peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara penuh. Hal ini
betapa pentingnya peran guru dalam menentukan keberhasilan belajar mengajar.
Masyarakat dan orang tua peserta didik telah mempercayakan sebagian tugasnya
kepada guru. Tugas guru yang diemban cukup mulia dan berat, tugas dari masyarakat
dan orang tua murid tersebut, antara lain adalah kemampuan guru mentransfer
pengetahuan dan kebudayaan dalam arti luas, keterampilan menjalani kehidupan (life
skiils), nilai- niali (value) dan beliefs.
Dari life skiils guru diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi proses
pembelajaran yang didasarkan pada learning competency, sehingga outputnya jelas.
Selain itu, guru sebagai pendidik bukan hanya mampu mentransfer pengetahuan,
keterampilan dan sikap saja, tetapi guru juga dilimpahkan tugas padanya untuk
mempersiapkan generasi yang lebih baik dimasa depan. Apabila deperhatikan, sungguh
berat tugas guru, tetapi penghargaan pada profesi guru kurang optimal dan selalu dinilai
kinerja rendah. Apapun itu semua, mau tidak mau, guru harus memiliki kompetensi yang
optimal dalam usaha membimbing peserta didik agar dapat menghadapi kenyataan hidup.


2

Eko Putro Widoyoko,S. Analisis Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar
Siswa.http://id.wikipedia.org. diakses: 2 Oktober 2014.

C.

Pengaruh sarana prasarana sekolah terhadap kinerja guru
Sarana prasarana pendidikan sebagai salah satu penunjang keberhasilan yang

mengacu pada Standar sarana dan prasarana yang dikembangkan oleh BSN dan
ditetapkan dengan peraturan Menteri, seringkali menjadi kendala dalam proses
penyelenggaraan pendidikan di Sekolah. Kendala- kendala yang dihadapi antara lain
adalah adanya penyediaan sarana prasarana yang belum memadai atau lengkap.
Keterbatasan saran

prasarana menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam

proses belajar mengajar. Tanpa adanya kemampuan untuk bertahan dengan kondisi
tersebut mengajar biasa menjadi hal berat dan memicu stress pada guru. Hal ini

ditunjukkan dengan tingginya tingkat burnout pada guru dan hilangnya antusiasme dalam
mengajar. Permasalahan sarana prasarana sangat penting untuk ditangani lebih serius,
karena berpengaruh dalam kelancaran proses belajar mengajar, karena disamping menjadi
nyaman, juga sekaligus menjadi media pembelajaran, yang tentunya kesemuanya itu
harus dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu dan pengetahuan.
Seringkali dalam pemenuhan sarana prasarana ditentukan oleh pihak sekolah
bersama komite sekolah berdasar pada keinginan dan kebutuhan sekolah masing- masing
semata. Bagi beberapa sekolah yang telah memenuhi sarana prasarananya akan
meningkatkannya agar lebih baik lagi, hal ini adalah wajar sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang pada tujuannya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan itu sendiri.
Sampai saat ini 88,8 persen sekolah di Indonesia mulai SD hingga SMA/ SMK,
belum melewati mutu standar pelayanan minimal. Pada pendidikan dasar hingga kini
layanan pendidikan mulai dari guru, bangunan sekolah, fasilitas perpustakaan, dan
laboratorium, buku- buku pelajaran dan pengayaan, serta buku referensi masih minim.
Banyak sekolah dan perguruan tinggi yang gedungnya rusak, kepemilikan dan
penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara
laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan
sebagainya. Permasalahan sarana prasana sering dijumpai di daerah terpencil atau
pedalaman. Dan ternyata permasalahan ini juga bisa ditemukan di daerah perkotaan

seiring perkembangan zaman dan teknologi, misalnya adanya infocus di tiap kelas,
jaringan internet di sekolah dan lain- lain.

Dengan keterbatasan sarana prasana dapat dikatakan bahwa lembaga pendidikan
kurang memfasilitasi bakat dan minat siswa dalam mengembangkan diri. Akibat tidak
tersedianya para pelajar mengalokasikan kelebihan energinya tersebut untuk ke hal- hal
yang negatif, misalnya tawuran antar pelajar, kelompok- kelompok kriminal. Setidaknya
ada dua dampak dari kurangnya sarana prasarana pendidikan yaitu: 1). Rendahnya Mutu
Output Pendidikan: sebab di era globalisasi ini diperlukan transormasi

pendidikan

teknologi yang membutuhkan sarana prasarana yang sangat kompleks agar dapat bersaing
dengan pasar global, 2). Kenakalan Remaja dan Perilaku yang menyimpang, kehidupan
remaja di era modern ini tentulah berbeda dengan kehidupan pada generasi sebelumnya,
pelajar saat ini membutuhkan ruang gerak dalam pengembangan kematangan emosi. Ada
beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam memperbaiki anomali- anomali pendidikan
antara lain, terorganisinya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
D.


Profesionalisme Guru
Profesi guru harus dilihat dari kemampuan menguasai kurikulum, materi

pembelajaran, kemampuan mengelola kelas, sikap komitmen pada tugas, harus dapat
menjaga kode etik profesi, di sekolah ia harus menjadi “manusia model” yang akan
ditiru siswanya, di masyarakat menjadi teuladan.3 Guru professional dalam masyarakat
yang semakin maju, demokratis menuntut suatu interaksi antara pendidik dan peserta
didik secara profesional. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh guru profesional, yaitu guru
yang memiliki karakteristik profesionalisme. Guru profesionalisme merupakan guru yang
memiliki keahlian, tanggung jawab, dan kesejawatan yang didukung oleh etika profesi
yang kuat.
Penyebutan istilah profesional merujuk pada dua hal. Pertama, orang yang
menyandang sebagai suatu profesi, misalnya “dia seorang yang profesional”. Kedua,
penampilan seseorang yang melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya.4
Pada umumnya orang memberikan arti yang sempit terhadap pengertian profesional.

3

Hujair AH. Sanaky,Sertfikasi dan Profesionalisme Guru di Era Reformasi Pendidikan, Jurnal
Pendidikan Islam, Tarbiyah, 2 Mei 2014. Hal 3

4

Dedy Supriyadi, Membangun Bangsa Indonesia Melalui Pendidikan (Jakarta: Rosda Karya,
2004) hal. 221

Profesional diartikan sebagai suatu keterampilan teknis yang dimiliki seseorang.
Profesional mempunyai makna ahli (ekspert), tanggungjawab (responsibility), baik
tanggungjawab intelektual maupun tanggungjawab moral dan memiliki rasa kesejawatan.
Dengan demikian professional dapat dipandang dari tiga dimensi yaitu, ahli, rasa
tanggungjawab dan rasa kesejawatan.5
Sullivan menguraikan sebuah standar profesioal adalah memiliki pengetahuan
penting yang dibutuhkan keterampilan, sikap dimana seluruh guru memiliki kemampuan
mendemonstrasikan.6 Untuk meneguhkan kesuksesan kinerja pendidik sebagai guru
professional dan merupakan jabatan strategis guru harus memiliki kepribadian efektif.7
Kepribadian merupakan keseluruhan perilaku dalam berbagai aspek yang secara kualitatif
akan membentuk keunikan atau kekhasan seseorsng dalam berinteraksi dalam berbagai
situasi dan kondisi. Kepribadian efektif seorang guru adalah kepribadian berkualitas yang
mampu berinteraksi dengan lingkungan pendidikan yang sebaik- baiknya aga kebutuhan
dan tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif.
Kepribadian efektif memiliki sejumlah kompetensi yang bersumber pada
kompetensi yang bersumber pada kompetensi penguasaan materi pelajaran, kualitas
professional, penguasaan proses, kemampuan penyesuaian diri,

serta kualitas

kepribadianya. Profesi guru pernah menjadi profesi penting dalam perjalanan bangsa ini
dalam menanamkan nasionalisme. Profesi guru pada zaman dulu merupakan profesi yang
paling bergensi dan menjadi dambaan bagi generasi muda pada saat itu. Tetap
“sayangnya pada beberapa decade yang lalu masih berlanjut sampai kini” “profesi guru
dianggap kurang bergensi”, kinerjanya dinilai belum optimal dan belum memenuhi
harapan masyarakat.
Pada era reformasi dan disentralisasi pendidikan saat ini, guru semestinya dapat
lebih memdapatkan pemberdayaan baik, dalam arti profesi maupun kesejahteraan.
Mengapa ? Karena saat ini pendidikan menjadi urusan pemerintahan daerah, sehingga
5

Dedy Supriyadi, Membangun Bangsa Indonesia Melalui Pendidikan (Jakarta: Rosda Karya2004)

hal. 221
6

Sullivan K, Teacher Standars and Professionalism : Contested Perspectives in a Decade of
Reform (Online). Tersedia. http://www. Aare.edu.au/99pap/sul99090.htm (2003) hal.4
7

Mohammad. Surya, Percikap Perjuangan Guru , (Semarang: CV Aneka , 2003) hal. 290

berbagai persoalan yang terkait dengan profesionalisme dan kesejahteraan guru tentu
dapat langsung dipantau oleh pemerintah daerah. Tetapi usaha tersebut belum secara
nyata dilakukan oleh pemerintah, sementara guru selalu dihadapkan oleh tuntutan
profesionalisme dan harus mengikuti perubahan yang terjadi di masyarakat secara cepat.
Guru sekarang berhadapan dengan kondisi “ekstrim” yaitu akan terjadi percepatan ilmu
pengetahuan melalui internet dan media. Peserta didik atau mahasiswa, mungkin akan
memiliki ilmu yang lebih tinggi daripada guru.8
E. Persoalan Sertifikasi Guru
Kebijakan sertifikasi bagi guru dan dosen memang suatu langkah yang strategis
untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Secara formal, UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
menyatakan bahwa guru adalah tenaga profesional. Sebagai tenaga profesional, guru
dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik S-1 (strata satu) atau D-4 (diploma empat)
dalam

bidang

yang

relevan

dengan

mata

pelajaran

yang

diampunya

dan

menguasaikompetensi sebagai agen pembelajaran
Para calon guru harus mencapai gelar sarjana dahulu baru kemudian mengambil
profesi guru dan untuk menjaga kualitas profesi guru direncanakan semacam lisensi guru
yang tidak berlaku selamanya, tetapi harus profesi perbaharui dalam jangka waktu
tertentu. Lisensi guru dapat dicabut jika guru tersebut membuat kesalahan atau melanggar
kode etik profesinya. Program sertifikasi guru yang diusung oleh guru- guru se Indonesia
dan dikawal oleh PGRI dan berbagai organisasi lainnya, masih banyak pro dan kontra
pada masa awal. Hal ini terkait dengan bagaimana konsep, mekanisme dan dampak dari
program sertifikasi yang dikhawatirkan menjadi boomerang Negara. Apa sertifikasi dan
mengapa guru harus sertifikasi?
Sertifikasi guru menjadi landasan menjamin keberadaan guru yang profesional
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pelaksanaan sertifikasi guru diharapkan
8

Hujair Al Sanaky, Tantangan Pendidikan Islam di Era Informasi: Pergeseran Paradigma
Pendidikan Islam di Era Informasi, Jurnal Studi Islam, Mukaddimah, Koopertais Wilayah III dan PTAIS
DIY, No. 16 TH.X/ 2004, ISSN: 0853-6759 hal. 95

mampu sebagai solusi berkaitan dengan pencapaian standar guru yang berkualitas dan
professional tersebut. Kebijakan Sertifikasi Guru melalui Permendiknas No 18/2007
merupakan salah satu upaya Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam rangka
meningkatkan kualitasdan profesionalitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi
berkualitas. Tujuan sertifikasi adalah (1) menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, (2) meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran, (3) meningkatkan kesejahteraan guru, (4) meningkatkan martabat guru;
dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Manfaat sertifikasi adalah untuk melindungi profesi guru dari praktik-praktik
yang tidak kompeten yang dapat merusak citra profesi guru. Sertifikasi juga bermanfaat
dalam melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan
profesional. Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), sertifikasi
bermanfaat dalam menjaga LPTK dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Merujuk pada pedoman Sertifikasi Guru dari Derektorat Jenderal PMPTK,
“sertifikasi guru diartikan sebagai “proses pemberian sertifikasi pendidik untuk guru yang
telah memenuhi standar kompetensi guru”.9 Apakah guru- guru saat ini belum memenuhi
standar kompetensi sebagaimana dimaksudkan dalam PP 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, khususnya pasal 28 ayat (3) dan Permendiknas 16/2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru.
Dengan kebijakan pemerintah mengeluarkan sertifikasi, guru dituntut mengajar
minimal 24 jam dalam seminggu. Lalu bagaimana dengan sekolah- sekolah yang tidak
bisa menyediakan waktu sebanyak itu? Terutama sekolah- sekolah yang berada di daerah
terpencil. Sehingga mau tidak mau, mereka harus mengajar bukan bidang mereka.
Misalnya guru Bahasa Indonesia, karena kurang jam mengajarnya maka dilimpahkan
tanggung jawab untuk mengajar matematika. Apa yang terjadi pada peserta didik,
sungguh ironi memang pemerintah menuntut hal seperti itu. Guru sibuk dengan tuntutan
pemerintah, peserta didik menjadi korban pendidikan itu sendiri.

9

Direktorat Jenderal PMPTK, Sertifikasi Guru dalam Jabatan : Buku 1 Pedoman Sertifikasi Guru
Dalam Jabatan Melalui Penilaian Portofolio (Jakarta: Depdiknas) hal. 5

F.

Penutup
Akhirnya dapat ditarik beberapa kesimpulan penting, dalam dunia pendidikan

keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan.
Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur
pendidikan, formal maupun nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan
kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang
berkaitan dengan eksitensi mereka. Semakin banyak kewajiban- kewajiban guru dalam
pendidikan menimbulkan permasalahan- permasalahan yang bisa membuat kinerja guru
itu sendiri berkurang. Pemerintah diharapkan bisa memberikan ruang bernafas bagi guruguru untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan- kebijakan baru di dunia pendidikan.
Proses belajar mengajar di kelas, sangat ditentukan oleh keberadaan para guru.
Faktor penting yang menentukan proses belajar mengajar itu diantaranya adalah
menguasai kompetensi, sarana prasana yang memadai. Guru yang profesional adalah
guru yang mencurahkan sebagian besar waktunya dalam proses belajar mengajar. Terkait
hal-hal yang telah dibahas sebelumnya ternyata banyak faktor- faktor yang
mempengaruhi permasalahan di dunia pendidikan. Di sinilah peran pemerintah dan
instansi yang terkait untuk memperbaiki sistem menjadi lebih baik agar tujuan
pendidikan dapat terlaksana.

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S. B. (2002). Startegi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Eko Putro Widoyoko, S. (n.d.). Analisis Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi
Belajar Siswa. Retrieved Oktober 02, 2014, from http://id.wikipedia.org.
K, S. (2003). Teacher Standars and Professionalism : Contested Perspectives in a
Decade
of
Reform
.
(Online).
Tersedia.
http://www.
Aare.edu.au/99pap/sul99090.htm.
Mulyana. (2006). Menjadi Kepala Sekolah Profesional : Dalam Konteks Mensuksekan
MBS dan KBK. Jakarta: Rosda.
PMPTK, D. J. (2008). Sertifikasi Guru dalam Jabatan : Buku 1 Pedoman Sertifikasi
Guru Dalam Jabatan Melalui Penilaian Portofolio. Jakarta: Depdiknas.
Sanak, H. A. (No. 16 TH.X/ 2004, ISSN: 0853-6759 ). Tantangan Pendidikan Islam di
Era Informasi: Pergeseran Paradigma Pendidikan Islam di Era Informasi.
Jurnal Studi Islam, Mukaddimah, Koopertais Wilayah III dan PTAIS DIY , 95.
. (2004). Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani
Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam Jurusan Tarbiyah .
Sanaky, H. A. (2005). Sertfikasi dan Profesionalisme Guru di Era Reformasi Pendidikan.
Jurnal Pendidikan Islam Jurusan Tarbiyah , 3.
Supriyadi, D. (2004). Membangun Bangsa Indonesia Melalui Pendidikan. Jakarta: Rosda
Karya.
Surya, M. (2003). Percikap Perjuangan Guru. Semarang: CV Aneka.