PANDUAN PENGELOLAAN RISIKO BENCANA BERBA (1)

PENGELOLAAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS (PRBBK) BUKU

1 PENTINGNYA PRBBK BUKU

2 TEKNIK DAN ALAT PRBBK

Editor ahli:

Eko Teguh Paripurno & Ninil Miftahul Jannah

Penyusun / Kontributor:

Jonathan Lassa, Eko Teguh Paripurno, Ninil Miftahul Jannah, Puji Pujiono, Amin Magatani, Juni Pristianto, Catur Sudira, & Hening Parlan

Editor bahasa: Theresia Wuryantari Tata Letak: Koko Sudarmo @1942

Panduan ini disusun dan diterbitkan oleh MPBI dalam versi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dengan dukungan PSMB, Lingkar, dan UNDP- SCDRR. Panduan versi bahasa Inggris diterjemahkan dari versi Bahasa Indonesia dengan dukungan APADM dan Planas

Panduan ini merupakan manif est asi mandat Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MBPI) dalam mendukung kerj a-kerj a lembaga-lembaga di Indonesia dalam pengelolaan risiko bencana berbasis komunit as (PRBBK). Sebagai sebuah organisasi yang t idak bekerj a langsung di lapangan, peran t erbaik yang bisa diambil MPBI adalah memf asilit asi proses unt uk menggali prakt ik-prakt ik unggulan dan alat -alat yang digunakan dalam prakt ik-prakt ik PRBBK dan menyebarkannya melalui Konf erensi Nasional PRBKK yang diselenggarakan oleh MPBI set ahun sekali.

Selama sepuluh t ahun t erakhir dalam penyelenggaraan Konf erensi ini t erlihat bahwa pert ukaran prakt ik-prakt ik PRBBK di lapangan selama konf erensi t elah membant u unt uk membangun kesepakat an t ent ang nilai-nilai, hasil-hasil, t uj uan-t uj uan, dan st rat egi-st rat egi PRBBK. Dari kerj a-kerj a yang sporadis dan sekt oral yang diarahkan oleh visi dan misi perorangan, banyak lembaga saat ini t elah mengubah pendekat annya dengan pendekat an-pendekat an yang lebih holist ik, t ermasuk dalam memilih met ode-met ode dan alat -alat unt uk kerj a- kerj a PRBBK dengan menggunakan alat -alat yang part isipat if sepert i penelusuran desa secara part isipat if ( part icipat ory rural appraisal / PRA), pengkaj ian aksi part isipat if ( part icipat iory act ion reseach/ PAR), dan penelusuran desa secara cepat ( rural rapid appraisal / RRA).

Panduan ini diharapkan akan bisa digunakan unt uk membant u para prakt isi PRBBK dalam membangun ket angguhan masyarakat t erhadap risiko bencana dengan bert ahan t erhadap ancaman-ancaman bahaya dan menangani isu-isu t erkait kapasit as dan kerent anan. Ini art inya membangun kapasit as unt uk menggerakkan sumber daya kolekt if masyarakat unt uk mengelola risiko bencana daripada membangun ket ergant ungan mereka pada bant uan dan dukungan luar.

Kami mengucapkan t erima kasih kepada semua kont ribut or dan penyunt ing yang bersama-sama mewuj udkan panduan ini. Ucapan t erima kasih j uga kami sampaikan kepada Pusat St udi Manaj emen Bencana Universit as Pembangunan Nasional Jogj akart a (PSMB UPN) dan Perkumpulan Lingkar Jogj akart a, dan SCDRR - UNDP yang t elah berperan dalam menyunt ing dan menerbit kan edisi ini. Kami j uga mengucapkan t erima kasih kepada Plat f orm Nasional Pengurangan Risiko Bencana (Planas) dan Asia Pacif ic Alliance f or Disast er Management (APADM) yang t elah mendukung penerj emahan panduan ini ke dalam Bahasa Inggris.

Mari kit a pert ahankan kerj a-kerj a yang t elah kit a lakukan! DR. Eko Teguh Paripurno

Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI)

PRAKATA DAFTAR ISI

BUKU 1 PENTINGNYA PRBBK

1. Pent ingnya PRBBK

1. 1. Pengant ar

1. 2. Def inisi Penanggulangan Bencana

1. 3. Pengurangan Risiko Bencana

1. 4. Def inisi Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunit as

1. 5. Kerangka Aksi Hyogo Dan Pengurangan Risiko Bencana

2. Pendekat an Berbasis Komunit as

2. 1. Def inisi Komunit as

2. 2. Def inisi Berbasis Komunit as

2. 3. Pembenaran Pendekat an Berbasis Komunit as

2. 4. Peran Masyarakat : Tit ik Berat PRBBK

3 Kerangka Hukum PRBBK

3. 1. Peran Komunit as dalam Kerangka Hukum

4. Karakt erist ik dan Kecirian PRBBK

4. 1. Part isipasi Komunit as dalam Pengeloaan Risiko Bencana

4. 2. Kecirian Umum PRBBK

5. Sist emat ika PRBBK

5. 1. Sist emat ika

5. 2. Tahapan Kerj a

5. 3. Keberlanj ut an PRBBK

6 PRBBK Di Indonesia

6. 1. Pelembagaan PRBBK Di Indonesia

6. 2. Nilai Dan Prinsip

6. 3. Kode Et ik Prakt isi

6. 4. St rat egi Pengakhiran ( Exit St rat egy) PRBBK

6. 5. Audit PRBBK: Input Dari HFA

Kot ak 1 Sej arah PRBBK Di Indonesia Kot ak 2

PRBBK dan Kont eks PB di Indonesia Kot ak 3

Cont oh Kasus Kearif an Lokal Kot ak 4

Cont oh Inisiat if PRBBK Dalam Kerangka Hukum Lokal

Gambar 5. 1 Proses PRBBK Gambar 5. 2 Proses Manaj emen Risiko

Tabel 1 Perbandingan Pendekat an PRBBK Dan Konvensional PB

BUKU 1 TEKNIK DAN ALAT PRBBK

1. Teknik Fasilitasi

1. 1. Art i Fasilit asi

1. 2. Nilai-Nilai Dasar Fasilit asi

1. 3. Tuj uan Fasilit asi

1. 4. Prinsip-Prinsip Fasilit asi

1. 5. Langkah-Langkah Fasilit asi

1. 6. Syarat unt uk Menj adi Fasilit at or

2 Alat-Alat Riset Partisipatif

2. 1. Pengant ar

2. 2. Pemet aan

2. 3. Alur Sej arah

2. 4. Kalender Musim

2. 5. Wawancara

2. 6. Analisis Mat a Pencaharian

2. 7. Sket sa Kebun

2. 8. Akt ivit as Keluarga

2. 9. Mat riks Pemeringkat an

2. 10. Transek

2. 11. Analiasis Penghidupan Berkelanj ut an

2. 12. Analisis Pelaku

2. 13. Analisis Sumber Daya

2. 14. Pet a Pikiran

2. 15. Analisis Bahaya, Kerent anan, dan Kapasit as (ABKK)

2. 16. Alat -Alat Lain

3 Pengorganisasian Komunitas

3. 1. Pengorganisasian Komunit as

3. 2. PRBBK Sebagai Perencanaan Sosial

3. 3. PRBBK unt uk Rencana Aksi Komunit as

3. 4. Proses Pengorganisasian Komunit as

Gambar 1. 1 Tingkat Fasilit asi Gambar

2. 1 Ilust rasi Dimensi dan Hasil Int eraksi Kualit at if -Kuant it at if Gambar 2. 2 Pet a Part isipat if Kawasan Longsor Sij eruk

Gambar 2. 5 Ilust rasi Tren Perubahan Aset dalam 5 Tahun Terakhir di Desa Toineke Gambar 2. 6 Daf t ar Periksa Penelusuran Sist em Penghidupan Masyarakat Gambar 2. 7 Capit al Asset yang berpot ensi hilang at au bert ambah sebelum,

ket ika, dan set elah bencana Gambar 2. 8 Pengaruh dan Dampak Kuasa Gambar 2. 9 Pet a pikiran Gambar 2. 10 Hubungan Int ensit as Ancaman dan Tingkat Keseringan Kej adian Gambar 2. 11 Kerent anan Berbasis Gender Gambar 2. 12 Kerent anan Berbasis Klas

Tabel 2. 1 Ket erampilan dasar unt uk f asilit at or PRBBK Tabel 2. 2

Sej arah Pangan Dusun Ngemplak Parangt rit is Tabel 2. 3. Pemet aan St akeholder PRBBK di Desa X Tabel 2. 4. Cont oh Mat rik Analisis Sumber Daya PRBBK Tabel 2. 5. Cont oh Mat rik Modal dasar PRBBK Tabel 2. 6. Cont oh Mat riks Analisis Ancaman Tabel 2. 7.

Tingkat Risiko dengan Basis Ancaman (Desa Ie Rhop) Tabel 3. 1. Pokok-pokok pikiran dalam pengorganisasisan komunit as Table 3. 2. Penanggulangan Bencana Berbasis Komunit as

DAFTAR ISTILAH PENANGGULANGAN BENCANA DAFTAR PUSTAKA

PENGELOLAAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS (PRBBK) BUKU

1 PENTINGNYA PRBBK

Editor ahli:

Eko Teguh Paripurno & Ninil Miftahul Jannah

Penyusun / Kontributor:

Jonathan Lassa, Eko Teguh Paripurno, Ninil Miftahul Jannah, Puji Pujiono, Amin Magatani, Juni Pristianto, Catur Sudira, & Hening Parlan

Editor bahasa: Theresia Wuryantari Tata Letak: Koko Sudarmo @1942

Panduan ini disusun dan diterbitkan oleh MPBI dalam versi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dengan dukungan PSMB, Lingkar, dan UNDP- SCDRR. Panduan versi bahasa Inggris diterjemahkan dari versi Bahasa Indonesia dengan dukungan APADM dan Planas

PENTINGNYA PRBBK

1. 1. PENGANTAR Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunit as (PRBBK) adalah salah sat u pilar pent ing dalam upaya pengelolaan risiko bencana saat ini. PRBBK umum dit erima oleh kalangan ahli bencana karena selama ini pendekat an yang digunakan adalah pendekat an st rukt ural/ f isik semat a dan f okus pada kedarurat an sert a pendekat an yang t op-down yang j arang memberikan hasil pada ranah pengurangan risiko bencana (PRB) yang berkelanj ut an. PRBBK memberikan j awaban yang mencakup beberapa prinsip sepert i ef isiensi karena idealnya memiliki biaya t ransaksi rendah karena adanya asupan lokal maksimum dan asupan ekst ernal minimum. Yang menj adi argument asi panduan ini adalah bahwa ukuran-ukuran keberlanj ut an sepert i ef ekt if it as, legit imasi (part isipasi), dan keset araan ( equal i t y) t erpenuhi, sehingga menj amin keberlanj ut an bila beberapa prosedur yang dit awarkan mampu dipenuhi.

PRBBK sej at inya adalah prakt ik lama yang kemudian dilembagakan dengan penget ahuan dan konsep yang lebih sist emat is. Pada st udi sej arah bencana maupun st udi ant ropologi bencana (Oliver-Smit h & Hof f man, 1999), ada banyak kasus menarik yang layak dipelaj ari, bagaimana pelembagaan unt uk penget ahuan t ent ang mit igasi dan kesiapsiagaan t erhadap bencana t elah berusia rat usan t ahun dan t erus diprakt ikkan hingga hari ini.

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 1/ 54

1. 2. DEFINISI PENANGGULANGAN BENCANA

St rat egi Int ernasional PBB unt uk Pengurangan Bencana ( Uni t ed Nat i ons Int er nat i onal St r at egy f or Di sast er Reduct i on/ UNISDR) (2009) mendef inisikan bencana sebagai “ gangguan serius t erhadap masyarakat at au komunit as yang menyebabkan t erj adinya kehilangan j iwa, kerugian ekonomi, dan lingkungan secara luas, yang melebihi kemampuan masyarakat yang t erkena dampak unt uk menghadapinya dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri. ”

Penanggulangan bencana adalah sebuah proses sist emat is dengan menggunakan keput usan administ rat if , organisasi, ket erampilan operasional, kapasit as implement asi, st rat egi, dan kapasit as dari masyarakat dalam mengurangi dampak dari ancaman alam, lingkungan, maupun bencana t eknologi. Hal ini meliput i segala kegiat an, t ermasuk ukuran-ukuran st rukt ural/ non-st rukt ural dalam mengurangi at aupun membat asi (mit igasi dan kesiapsiagaan) dampak dari bencana yang mungkin t imbul.

Gambar 1. 1: PRBBK, Pilar PRB di Indonesia

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 2/ 54

Di dalam Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 t ent ang Penanggulangan Bencana, ist ilah di at as disamarkan dalam ist ilah: Penyelenggaraan penanggulangan bencana, yait u serangkaian upaya yang meliput i penet apan kebij akan pembangunan yang menyebabkan t imbulnya bencana, kegiat an pencegahan bencana, t anggap darurat , dan rehabilit asi. Kegiat an pencegahan bencana adalah serangkaian kegiat an yang dilakukan sebagai upaya unt uk menghilangkan dan/ at au mengurangi ancaman bencana.

Makna penanggulangan bencana (PB) t elah mengalami evolusi seiring dengan berj alannya wakt u. Dalam kat egorisasi yang mut akhir, ist ilah “ penanggulangan bencana” sering diart ikan sebagai paradigma lama yang merespons bencana secara reakt if , sering dipadankan dengan t erminologi pengelolaan kedarurat an.

Kalangan awam (dan t ent unya sebagian lit erat ur bencana yang lama) kerap menyamakannya dengan pengelolaan risiko bencana at au di sast er r i sk management (DRM), namun penyamaan ini merupakan sebuah penyederhanaan yang t idak t epat sert a t idak menghargai perkembangan konsept ual t ent ang bencana it u sendiri. Ist ilah sepert i DRM sebenarnya t elah populer dalam st udi- st udi bencana di Amerika Serikat pasca 1970-an (sepert i Delaware Universit y Cent re f or Disast er St udy). Pengurangan risiko t ot al pada dasarnya adalah penerapan prinsip kehat i-hat ian pada set iap t ahapan manaj emen at au pengelolaan risiko bencana; yang meliput i aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah t erj adi bencana. Pengelolaan risiko bencana merupakan suat u kerangka kerj a konsept ual yang berf okus pada pengurangan ancaman dan pot ensi kerugian dan bukan pada pengelolaan bencana dan konsekuensinya.

Prinsip kehat i-hat ian dimulai dengan mencermat i set iap bagian kegiat an yang berpot ensi menj adi ancaman t erhadap keberadaan aset penghidupan dan j iwa manusia. Ancaman t ersebut perlahan-lahan maupun t iba-t iba akan berpot ensi

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 3/ 54 Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 3/ 54

Upaya-upaya penanggulangan bencana perlu dilakukan secara ut uh. Upaya pencegahan ( pr event i on) t erhadap munculnya dampak adalah perlakuan ut ama. Unt uk mencegah banj ir perlu upaya unt uk mendorong usaha masyarakat membuat sumur resapan, dan sebaliknya mencegah penebangan hut an. Agar t idak t erj adi kebocoran limbah, perlu disusun prosedur keselamat an dan kont rol t erhadap kepat uhan perlakuan. Walaupun pencegahan sudah dilakukan, sement ara peluang adanya kej adian masih ada, perlu dilakukan upaya-upaya mit igasi ( mi t i gat i on), yait u upaya-upaya unt uk meminimalkan dampak yang dit imbulkan oleh bencana.

Upaya-upaya di at as perlu didukung dengan upaya kesiagaan ( pr epar edness), yait u melakukan kegiat an-kegiat an unt uk mengant isipasi bencana, melal ui pengorganisasian langkah-langkah yang t epat , ef ekt if dan siaga. Misalnya, penyiapan sarana komunikasi, pos komando dan penyiapan lokasi evakuasi. Di dalam usaha kesiagaan ini j uga dilakukan penguat an sist em peringat an dini ( ear l y war ni ng syst em), yait u upaya unt uk memberikan t anda peringat an bahwa

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 4/ 54 Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 4/ 54

Pada akhirnya j ika bencana dari sumber ancaman t erpaksa harus t erj adi, harus dilakukan t indakan t anggap darurat ( r esponse), yait u upaya yang dilakukan segera pada saat kej adian bencana unt uk menanggulangi dampak yang dit imbulkan dan mengurangi dampak lebih besar, t erut ama berupa penyelamat an korban dan hart a benda. Secara sinergis j uga diperlukan bant uan darurat ( r el i ef ), yait u upaya memberikan bant uan berkait an dengan pemenuhan kebut uhan dasar berupa : pangan, sandang, t empat t inggal sement ara, kesehat an, sanit asi dan air bersih.

Agar dampak t idak berkepanj angan, proses pemulihan ( r ecover y) kondisi lingkungan dan masyarakat yang t erkena dampak/ bencana dimulai dengan memf ungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Upaya yang dilakukan bukan sekedar memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (j alan, list rik, air bersih, pasar puskesmas, dll) t et api t ermasuk f ungsi-f ungsi ekologis. Upaya t ersebut , dalam j angka pendek umumnya t erdiri dari usaha rehabilit asi ( r ehabi l i t at i on), yait u upaya unt uk membant u masyarakat memperbaiki rumahnya, f asilit as umum dan f asilit as sosial pent ing, dan menghidupkan kembali roda perekonomian dan f ungsi ekologis set elah bencana t erj adi. Penyelesaian masalah lingkungan sej auh ini hanya melakukan t indakan f isik ini, yang umumnya belum menyent uh rehabilit asi f ungsi ekologis. Selanj ut nya rekonst ruksi ( r econst r uct i on) merupakan upaya j angka menengah dan j angka panj ang guna perbaikan f isik, sosial dan ekonomi unt uk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama at au lebih baik dari sebelumnya.

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 5/ 54

1. 3. PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Dalam perkembangannya secara global, sej ak dikumandangkannya dekade int ernasional pengurangan bencana ( Int er nat i onal Decade f or Nat ur al Di sast er Ri sk/ IDNDR) yang kemudian dilanj ut kan oleh st rat egi int ernasional pengurangan bencana ( Int er nat i onal St r at egy f or Di sast er Reduct i on/ ISDR), muncul ist ilah pengurangan risiko bencana (PRB) yang lebih memberikan pesan menguat kan penanggulangan bencana pada aspek ant isipat if , prevent if , dan mit igat if . Pada saat yang bersamaan t erminologi-t erminologi sepert i Penanggulangan bencana

t idak lagi populer dan menj adi bagian dari st at us quo. 1

Def inisi UNISDR menj adi acuan ot orit at if t ent ang makna PRB. Dalam kumpulan ist ilah yang dit erbit kan t ahun 2009, PRB didef inisikan sebagai konsep dan prakt ik mengurangi risiko bencana melalui upaya sist emat is unt uk menganalisa dan mengelola f akt or-f akt or penyebab dari bencana t ermasuk dengan dikuranginya paparan t erhadap ancaman, penurunan kerent anan manusia dan propert i, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bij aksana, sert a meningkat kan kesiapsiagaan t erhadap kej adian yang merugikan.

Komponen-komponen ut ama PRB meliput i: 1) Kesadaran t ent ang dan penilaian risiko, t ermasuk di dalamnya analisis ancaman sert a analisis kapasit as dan kerent anan; 2) Pengembangan penget ahuan t ermasuk pendidikan, pelat ihan, penelit ian, dan inf ormasi; 3) Komit men kebij akan dan kerangka kelembagaan, t ermasuk organisasi, kebij akan, legislasi, dan aksi komunit as (yang bisa dit erj emahkan di sini sebagai pengelolaan risiko bencana berbasis komunit as (PRBBK)); 4) Penerapan ukuran-ukuran PRB sepert i pengelolaan lingkungan, t at a guna lahan, perencanaan perkot aan, pr ot eksi f asilit as-f asilit as pent ing ( cr i t i cal

f aci l i t i es), penerapan ilmu dan t eknologi, kemit raan dan j ej aring, inst rumen keuangan; dan 5) Sist em Peringat an Dini t ermasuk di dalamnya prakiraan, sebaran peringat an, ukuran-ukuran kesiapsiagaan, dan kapasit as respons (UNISDR,

1 Encycl opedi a of Int er nat i onal Devel opment , Edisi I, 2006.

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 6/ 54

1. 4. DEFINISI PENGELOLAAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS

Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunit as (PRBBK) adalah sebuah pendekat an yang mendorong komunit as akar rumput dalam mengelola risiko bencana di t ingkat lokal. Upaya t ersebut memerlukan serangkaian upaya yang meliput i melakukan int erpret asi sendiri at as ancaman dan risiko bencana yang dihadapinya, melakukan priorit as penanganan/ pengurangan risiko bencana yang dihadapinya, mengurangi sert a memant au dan mengevaluasi kinerj anya sendiri dalam upaya pengurangan bencana. Namun pokok dari keduanya adalah penyelenggaraan yang seopt imal mungkin memobilisasi sumber daya yang dimiliki dan yang dikuasainya sert a merupakan bagian int egral dari kehidupan keseharian komunit as (Paripurno, 2006a). Pemahaman ini pent ing, karena masyarakat akar rumput yang berhadapan dengan ancaman bukanlah pihak yang t ak berdaya sebagaimana dikonst ruksikan oleh kaum t eknokrat . Kegagalan dalam memahami hal ini berakibat pada ket idakberlanj ut an pengurangan risiko bencana di t ingkat akar rumput . Bila agenda-agenda pengurangan bencana t idak lahir dari kesadaran at as kapasit as komunit as lokal sert a priorit as yang dimiliki oleh komunit as maka upaya t ersebut t idak mungkin berkelanj ut an.

Masih banyak pendef inisian lain yang dikemukakan oleh para pelaku PRBBK berdasarkan pengalamannya. Meski demikian, secara keseluruhan mengarah pada pemaknaan yang cenderung sama. Berikut ini bisa kit a lihat beberapa def inisi t ersebut ant ara lain Pribadi (2008), menggunakan PRBBK dengan def inisi sebagai suat u proses pengelolaan risiko bencana yang melibat kan secara akt if masyarakat yang berisiko dalam mengkaj i, menganalisis, menangani, memant au, dan mengevaluasi risiko bencana unt uk mengurangi kerent anannya dan meningkat kan kemampuannya. Def inisi lainnya PRBBK adalah kerangka kerj a pengelolaan bencana yang inklusif berkel anj ut an di mana masyarakat t erlibat at au dif asilit asi unt uk t erlibat akt if dalam pengelolaan bencana (perencanaan,

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 7/ 54 Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 7/ 54

Kotak 1 SEJARAH PRBBK DI INDONESIA

Belum ada riset sosial khususnya dari aspek sej arah PRBBK. Adopsi pert ama khususnya dalam kont eks Gunung api Merapi di Yogyakar t a, secara embrionik di mulai sej ak t ahun 1994 yang diawali dengan membaca peril aku masyarakat Merapi yang sel amat dari perist iwa let usan Gunung api Merapi di t ahun 1994. Para akt ivis di Kappala (Komunit as Pencint a Al am dan Pemerhat i Lingkungan) Indonesia kemudian mel akukan pembelaj aran sendiri dan konsept ualisasi sendiri at as kerj a-kerj a mereka bersama komunit as Merapi.

Muncul nya ist ilah CBDM ( Communit y Based Di sast er Management ) relat if baru dimulai di t ahun 1996-1998. Dari persinggungan dengan akt or-akt or PRB int ernasional sepert i Oxf am yang berbasis di Yogyakart a, beberapa t okoh Kappala sepert i Dr. Eko Teguh Paripurno dan peneli t i di UPN Vet eran Yogyakart a, pert ama kali menerbit kan buku t ent ang Part icipat ory Rural Appraisal (PRA) unt uk penanggul angan Bencana.

Lain halnya yang t erj adi di Nusa Tenggara Timur, PRBBK muncul awalnya sebagai sebuah gerakan yang bert epat an dengan perist iwa El-Nino di t ahun 1998, di mana Pusat Inf ormasi Rawan Pangan (PIRP) memulai pengumpulan inf ormasi sert a melakukan berbagai riset -riset sosial unt uk menanggapi masif nya respon int ernasional dan pemerint ah dalam hal pengadaan pangan yang j ust ru merusak sendi-sendi pert ahanan dan penyesuaian lokal . Perist iwa pengungsian dari Timor Lest e ke Timor Barat , berbarengan dengan berbagai rent et an bencana di Timor Barat sej ak t ahun 1999. PIRP yang kemudian berubah nama menj adi Forum Kesiapan dan Penanggul angan Bencana (FKPB) mulai secara serius beralih pada diskursus PBBK. Ist ilah PBBK sendiri di NTT di mulai sej ak t ahun 1998, t epat nya saat pert ama kali beberapa kader PIRP/ FKPB mengikut i pelat ihan CBDM di Bangkok Thail and dan Fil ipina. Menurut cat at an kami, set idaknya dalam t ahun 1998-2000, t iga orang st af FKPB di Kupang mengikut i t raining di ADPC ( Asi an Di sast er Pr epar edness Cent er ) Bangkok.

Hal ini memberikan indikasi bahwa ADPC Bangkok pada awalnya menj adi knowledge hub yang ment ransmisikan penget ahuan dan modul-modul nya yang kemudian di NTT digunakan dalam t raining-t raining LSM. Training PBBK pert ama di NTT dil akukan oleh Oxf am GB t ahun 2000 dengan pesert a dari Indonesia Timur t ermasuk Maluku. Dengan membawa sert a pengalaman Merapi, para f asilit at or dan pelat ih PRBBK sepert i Eko Teguh Paripurno yang 10 t ahun kemudian memenangkan penghargaan Sasakawa Award dari Uni t ed Nat ions Int er nat i onal St r at egy f or Di sast er Reduct ion di Genewa t ahun 2009.

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 8/ 54

Sej arah singkat ini t idak hanya mengindikasi kan bagaimana pengalaman PRBBK di Gunung api Merapi yang bukan hanya mel ahirkan para t okoh sepert i Almarhum Mbah Maridj an, dan segenap komunit as Paguyuban Siaga Merapi (PASAG) Merapi yang kebij aksanaan mereka coba kami konsept ualisasikan, t et api j uga menggambarkan bagaimana pot ret menyebarnya penget ahuan dari Merapi, NTT, hingga ke Mal uku dan Mal uku Ut ara, ke Aceh dan Papua, Sulawesi Ut ara. Sinyalemen bahwa PRBBK adalah hasil impor t idak sepenuhnya benar. Penget ahuan PRBBK ini prakt isnya adalah sint esa pengalaman lapangan dan ilmu penget ahuan pada umumnya. (Jonat an Lassa)

1. 5. KERANGKA AKSI HYOGO DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Pada Konf erensi Dunia unt uk Pengurangan Bencana di Kobe, Jepang, 2005, 168 negara, t ermasuk pemerint ah Indonesia besert a masyarakat int ernasional menyepakat i sebuah st rat egi PRB yang berj angka wakt u 10 t ahun, yait u Kerangka Aksi Hyogo 2005–2015, Hyogo Fr amewor k f or Act i on (HFA).

HFA menet apkan t iga t uj uan st rat egis dan lima priorit as aksi yang mencakup bidang-bidang ut ama PRB. Kerangka aksi ini j uga memberi saran akan bidang- bidang pent ing yang membut uhkan int ervensi dalam set iap t ema (lihat Lampiran 2).

Berdasarkan kat egori-kat egori HFA, dua badan PBB t elah mengembangkan indikat or-indikat or PRB, t erut ama unt uk t ingkat nasional. Indikat or-indikat or inilah yang menj adi acuan unt uk mengukur t ingkat an implement asi PRB di suat u negara.

Kotak 2

PRBBK DAN KONTEKS PB DI INDONESIA

Lahirnya Undang-Undang Nomor 24 t ahun 2007 t ent ang Penanggul angan Bencana (UU 24/ 2007) yang diikut i dengan diundangkannya beberapa perat uran pelaksanaan di t ahun 2008, memberikan berbagai pert anda membaiknya penanggulangan bencana di Indonesia di t ingkat regulasi. Hal t ersebut pat ut kit a hargai , t erlepas dari masih adanya kekurangan sepert i hambat an int ernal birokrasi di semua t ingkat yang t idak ef isien, proses pembuat an kebij akan yang t op-down dan yang t idak berbasis hak. Di lain pihak, UU No. 26 t ahun 2007 t ent ang Penat aan Ruang (UU 26/ 2007) yang mensyarat kan

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 9/ 54 Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 9/ 54

Pelaksanaan PRBBK di Indonesia dalam gambaran besarnya masih mencari bent uk di kont eks lokal. Berbagai inisiat if membangun, ‘ desa t angguh’ , ‘ desa siaga’ , ‘ kampung siaga bencana, ‘ mukim daulat bencana’ , hingga rent et an nama l ainnya, masih dal am t araf proyek percont ohan dari berbagai versi organisasi non pemerint ah maupun pemerint ah dan donor. Semuanya masih dalam t ahap mencari bent uk yang t erbaik.

Inisiat if -inisiat if t erdahulu sepert i dalam kont eks masyarakat lereng Gunung api Merapi, keberlanj ut an prakt ik PRBBK menunj ukkan hasil yang menggembirakan. Tet api dari berbagai pembelaj aran ( l essons l ear ned) di beberapa t empat lainnya uj i coba PRBBK mengalami mat i muda karena ket idakberl anj ut an program dan proyek.

Mort alit as PRBBK t ent unya bisa didiagnosis secara memadai. Mort alit as PRBBK salah sat unya disebabkan oleh f akt or kel ahirannya yang premat ur karena invest asi wakt u dan sumber daya lokal sert a penget ahuan yang t erbat as. Kebanyakan inisiat if PRBBK dat ang dan diikat oleh ‘ wakt u donor’ at au ‘ wakt u proyek’ yang mampat dan t idak t erhubungkan dengan ‘ wakt u sosial’ yang l ebih l onggar dal am kont eks keseharian komunit as.

Di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggul angan Bencana (BNPB), gambaran yang lebih ut uh t ent ang inisiat if -inisiat if PRB di Indonesia dari Aceh hingga Papua bisa dit emukan. Selain merupakan t ugas BNPB, t ent unya pent ing dipahami bahwa inisiat if - inisiat if PRB yang didokument asikan merupakan bagian dari komit men bersama t ingkat global khususnya dalam Hyogo Fr amewor k f or Act ion. (Jonat j an Lassa)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 10/ 54

PENDEKATAN BERBASIS KOMUNITAS

2. 1. DEFINISI KOMUNITAS Visi t ent ang komunit as berbeda-beda, karenanya, def inisi t ent ang komunit as

sangat beragam, berkarakt er j amak dan t idak homogen. 2 Pert anyaan t ent ang apakah def inisi komunit as, t elah lama diaj ukan dalam st udi sosial. Dan t erdapat

banyak t ulisan yang membahas def inisi berbeda t ent ang komunit as. Misalnya, Philip Alperson (2002), menulis ulang pengert ian awal t ent ang “ komunit as organik” —dengan hierarki alamiah yang berasosiasi f eodal dan kuno, bersif at hierarki, dengan basis st rat if ikasi sosial sepert i j ender, kast a, kelas yang

dikonst ruksikan ‘ alamiah’ dan sudah diat ur “ dari at as” . 3

Komunit as bisa merupakan suat u kumpulan dan t at anan yang disebut sebagai “ paguyuban” dengan suat u nilai “ kekerabat an” sepert i keset iakawanan, komit men, imbal balik, dan kepercayaan (Koent j araningrat , 1987); at au j uga kat egori deskript if at au seperangkat variabel: t empat , minat , ket erikat an, at au kemanunggalan (Frazer, 1999). Variabel-variabel ini dapat bersif at simbolik sebagai sumber daya dan t empat penyimpanan dari makna-makna dan acuan unt uk ident it as mereka (Cohen, 1985).

2 Lihat kompilasi def inisi oleh Jerry Hampt on di ht t p: / / www. communit y4me. com/ comm_def init ions. ht ml [ diakses 1 Mei 2009).

Lihat halaman 3. Juga lihat def inisi-def inisi lainnya dalam Philip Alperson, 2002, “ Diversit y and communit y: an int erdisciplinary reader. ” Wiley-Blackwell.

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 11/ 54

Bagaimana suat u komunit as dibedakan ant ara sat u dengan yang lainnya? Anggot a- anggot a suat u komunit as mempunyai suat u kesamaan sepert i kesamaan wilayah, sat uan hukum, karakt erist ik lahiriah, at au bahasa. Kesamaan it u secara signif ikan membedakan mereka dari anggot a komunit as yang lain. Ada suat u garis bersif at maya yang membat asi suat u komunit as dari komunit as lainnya.

Norma-norma at au adat apa saj akah yang ikut t erlibat di dalamnya? Ada t iga norma dasar, yait u t oleransi (rasa ket erbukaan t erhadap sesama anggot a komunit as, rasa hormat , dan kemauan unt uk mendengarkan dan belaj ar sat u sama lain); t imbal balik (rasa kesediaan unt uk menolong, alt ruisme t anpa pamrih—kalaupun ada mungkin berj angka panj ang); dan kepercayaan (bahwa orang dan lembaga dalam komunit as akan berperilaku secara konsist en, j uj ur, dan pat ut ).

Dalam bahasa yang lain, komunit as j uga diikat oleh ” modal sosial” yang digambarkan oleh Put nam (2000), sebagai ket erhubungan ant arindividu, yakni j ej aring-j ej aring sosial ( soci al net wor ks) dan hubungan t imbal balik (r eci pr oci t y) dan saling percaya. Cont ohnya, komunit as sat u desa yang t inggal pada lingkungan geograf is yang sama, t erekspos pada ancaman (hazard) dan risiko bencana yang berulang—memiliki pengalaman krisis yang sama: kesamaan risiko memberi peluang meningkat nya rasa senasib sepenanggungan (Lassa, 2007).

Tent unya t erminologi modal sosial t idak sesederhana def inisi di at as. Baik desain maupun pelaksanaan PRBBK hanya bisa langgeng bila agen-agen ekst ernal (sepert i

f asilit at or PRBBK, LSM, pemerint ah, dsb. ) memahami f ormasi dan dinamika modal sosial yang ada di t ingkat komunit as; dit ambahkan bahwa modal sosial t idak selalu bergerak ke arah yang posit if demi pengurangan risiko.

Karena komunit as bukanlah sat uan yang homogen namun mempunyai beberapa kesamaan pengalaman dalam relasi dengan alam dan f enomena alam, memiliki

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 12/ 54 Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 12/ 54

Pemaknaan komunit as it u sendiri berdimensi j amak. Secara geograf is bisa berart i “ sekelompok rumah t angga” , “ sebuah desa kecil” , at aupun “ sebuah kot a besar” . Secara sekt oral dan subsekt oral bisa berart i pet ani (pet ani karet , padi), kelompok bisnis, pet ernak, at au pelaut . Berdasarkan pengalaman akt ual, kebersamaan bisa berart i kelompok et nis, prof esional t ert ent u, bahasa, maupun umur. At au, bermakna sekelompok orang dengan perasaan senasib sepenanggungan dalam menghadapi at au mengalami perist iwa ancaman bencana t ert ent u (bisa dalam ket erbat asan at au melampaui geograf is).

2. 2. DEFINISI BERBASIS KOMUNITAS Maksud konsep “ berbasis komunit as” adalah bahwa pekerj aan penanggulangan bencana dilaksanakan oleh dan bersama dengan komunit as di mana mereka

berperan kunci sej ak perencanaan, desain, penyelenggaraan, pengawasan, hingga evaluasi program. Disepakat i bahwa dalam konsep ini komunit as adalah pelaku ut ama yang membuat dan melaksanakan keput usan-keput usan pent ing sehubungan dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Secara empiris, dalam banyak kasus, cerit a, sej arah, at au perist iwa, manusia adalah makhluk yang berupaya menyelesaikan krisis-krisis yang dihadapinya. Beberapa komunit as di dunia, sudah lama akrab dan ‘ hidup bersama risiko bencana’ . PRBBK menj adi sebuah penanda t ent ang apa yang komunit as t ert ent u t elah, sudah, sedang, dan akan lakukan dalam mengelola risiko bencana yang dihadapi; yang bersif at siklus at au periodik at au pun predikt if .

Beberapa komunit as di Bangladesh, Af rika, Timor, Yogyakart a, Aceh, Nias, dan

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 13/ 54 Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 13/ 54

PRBBK merupakan cerminan dari kepercayaan bahwa komunit as mempunyai hak sepenuhnya unt uk menent ukan j enis dan cara penanggulangan bencana di kont eks mereka. Hal ini muncul dari implikasi at as kepemilikan hak dasar pada orang-perorangan dan komunit as yang melekat dengan hak unt uk melaksanakan hak it u dalam bent uk kesempat an unt uk menent ukan arah hidup sendiri (self det erminat ion). Mengikut i alur pikir ini, maka sej auh diizinkan oleh perat uran hukum dan perundangan, komunit as mempunyai hak sepenuhnya unt uk menent ukan apa dan bagaimana mengelola risiko bencana di kawasannya sendiri- sendiri.

Makna berbasis komunit as dalam PRBBK t ent unya bisa diperluas sebagai berikut : 4 Adanya part isipasi penuh yang melibat kan pula part isipasi pihak rent an, laki-laki

dan perempuan; anak-anak, kelompok lanj ut usia, orang-orang yang berkebut uhan khusus, ras marj inal, dan sebagainya.

Sinonim dengan bot t om-up bukan t op-down, part isipasi penuh, akses dan kont rol, pendekat an inklusif , sense of belonging t erhadap sist em penanganan bencana yang sudah, sedang, dan akan dibangun. Pendekat an t op-down pada awal

4 Modul 2. 3, Indosast ers, 2007

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 14/ 54 Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 14/ 54

Menggunakan konsep “ dari, oleh, dan unt uk” masyarakat dalam keseluruhan proses, di mana masyarakat yang mengont rol sist em dan bukan dikont rol sist em (dalam seluruh sist em PRBBK t ermasuk pula pada Sist em Peringat an Dini) ( Twigg, 2006).

Kotak 3. CONTOH KASUS KEARIFAN-LOKAL

Masyarakat Renggarasi, Sikka Set iap t ahun masyarakat di desa Renggarasi, Kabupat en Sikka, hidup dengan ancaman angin put ing bel iung. Namun, masyarakat di komunit as ini memiliki keahlian yang t elah diaj arkan secara t urun-t emurun ant argenerasi dalam memprediksi kapan t erj adinya angin dan upaya-upaya kesiapsiagaan unt uk mengurangi dampak angin t ersebut .

Muncul nya angin put ing beliung dapat diperkir akan dengan cara melihat t anda-t anda di lingkungan sekit ar dal am dua hingga t iga hari sebelumnya. Apabila t erdapat awan berwarna merah yang bergerak dengan cepat dan j uga t erdapat pelangi yang mel int as gunung dan berakhir di l aut ant ara bulan Januari dan Maret , masyarakat desa Renggarasi segera bersiap-siap unt uk menghadapi angin ribut t ersebut .

Mereka j uga memiliki penget ahuan-lokal unt uk mengurangi dampak dari angin put ing beliung ini. Set elah mereka melihat t anda-t anda lingkungan, mereka segera mengikat at ap rumah mereka dengan bat ang pohon at au rot an yang t elah diikat dengan pemberat (at au dikenal dengan ist ilah memaku at ap rumah). Unt uk melindungi agar pohon-pohon t idak t ercabut karena angin, mereka mengikat pohon-pohon t ersebut menj adi sat u. Dengan menggunakan cara-cara ini, at ap rumah mereka dan j uga pepohonan yang ada t idak akan t erbawa angin ribut .

Penget ahuan dan keakhlian dal am pengurangan risiko bencana ini t elah dit ularkan dari generasi ke generasi dan t elah menj adi kearif an-lokal. Oleh karena it u, komunikasi risiko dari t ua ke muda dan j uga sebaliknya merupakan hal pent ing unt uk menj aga kearif an lokal yang sudah ada. (Jonat han Lassa)

2. 3. PEMBENARAN PENDEKATAN BERBASIS KOMUNITAS

Komunit as adalah f akt or pembeda kej adian bencana. Kej adian-kej adian yang disebabkan oleh alam, non-alam maupun sosial lazimnya baru disebut sebagai

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 15/ 54 Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 15/ 54

Dalam sat uan analisis bencana adalah komunit as. St at us keberdayaan komunit as menj adi f akt or penent u t erj adinya bencana at au t idak, at au set idak-t idaknya t ingkat keparahan dampaknya. Mengikut i logika ini, maka komunit as adalah j uga unit dasar di mana harus dilakukan invest asi unt uk penanggulangan bencana. Bahwa sat uan kabupat en hingga nasional adalah agregat dari risiko-risiko komunit as di t ingkat lokal sehingga prakt ik PRB yang akt ual adalah di t ingkat komunit as.

Sumber daya sosial budaya, unsur-unsur, st rukt ur, dan proses-proses int eraksi int ernal dan ekst ernal set iap komunit as adalah modal bagi kehidupan komunit as t ermasuk penyelenggaraan penanggulangan bencana. Peluang unt uk menggali dan mengopt imalkan penggunaan pot ensi inilah yang membuat PRBBK menj adi lebih memadai ket imbang pendekat an lainnya.

Tuj uan PRBBK adalah mengurangi risiko bencana dengan cara mengurangi kerent anan dan meningkat kan kapasit as individu rumah t angga, dan komunit as dalam mengelola risiko bencana, menghadapi dampak merusaknya bencana. Komunit as dan kelompok paling rent an adalah akt or ut ama/ kunci dalam PRBBK dan pihak luar (LSM lokal dan int ernasional, lembaga-lembaga PBB, dan lembaga lainnya) berperan mendukung dan mengambil peran f asilit asi sepert i membant u analisis sit uasi, mengukur t ingkat perencanaan dan implement asi agenda at aupun konsensus PRBBK. Pendekat an yang dominan dengan solusi perekayasaan at au sains dan solusi hukum at au at uran semat a mempunyai t endensi unt uk t op- down dan kaku dalam pengambilan keput usan. Minimnya part isipasi publik sert a pihak t erdampak yang diperlakukan sebagai ‘ korban’ yang pasif , menyebabkan

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 16/ 54 Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 16/ 54

Konsent rasi kuasa dan penget ahuan pada sat u t it ik (pemerint ah pusat / daerah) dan peminggiran masyarakat dalam pengambilan keput usan, membuat banyak proyek mit igasi (kekeringan, banj ir, gempa, vulkanik) lebih merepresent asikan kepent ingan penguasa at au pihak-pihak yang mempunyai uang (donor), ket imbang kepent ingan at au kebut uhan masyarakat . Ket erbat asan part isipasi dapat mengerdilkan keberlanj ut an program, meningkat kan kerent anan t erhadap bencana, dan bukan sebaliknya, memperkecil kerent anan. Ket iadaan akses dan kont rol at as sist em mit igasi dan PRB yang dibangun, menyebabkan ket idakberlanj ut an di t ingkat komunit as.

Tidak ada yang lebih berkepent ingan dalam memahami masalah bencana di t ingkat komunit as selain komunit as yang kerap bert ahan dan bert aruh dengan bencana it u sendiri. Komunit as lokal memiliki kesempat an unt uk lebih menget ahui t ant angan, ancaman, hambat an, dan kekuat an lokal dalam menghadapi bencana. Sumber daya lokal dalam penanganan bencana (maupun pembangunan) layak diasah dan dikembangkan secara berkelanj ut an. Pengalaman PRBBK di komunit as t ert ent u dapat dimodif ikasi, direvisi, dan disesuaikan di t empat lain.

Dokument asi Simposium PRBBK I—VII di Indonesia memberikan pesan yang kuat t ent ang kecirian PRBBK. Argument asi yang menonj ol adalah bahwa komunit as lokal memiliki kapasit as yang unik dalam menghadapi risiko-risiko bencana set empat , lebih sensit if dan lebih menginf ormasikan t ent ang lingkungan mereka sendiri, mereka seringkali lebih dapat meramal kej adian-kej adian yang t idak mereka inginkan. Mereka kaya dengan pengalaman dalam pert ahanan diri yang berevolusi sej ak dulu, paling sesuai dengan lingkungan sosio-ekonomik, budaya, dan polit ik yang ada. Meskipun demikian, st udi-st udi empiris menunj ukkan bahwa t indakan PRB t idak selalu lahir dari pemikiran rasional t ent ang perencanaan PRB it u sendiri, melainkan dilakukan menurut rasionalit as t ert ent u yang memiliki

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 17/ 54 Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 17/ 54

Idealnya, PRBBK merupakan pendekat an berbasis pemberdayaan komunit as demi mengurangi ket ergant ungan ekst ernal, t erut ama pada saat darurat bencana maupun dalam rangka meningkat kan kapasit as dan ket angguhan/ daya lent ing ( r esi l i ence) penghidupan komunit as yang menj adi sasaran. PRBBK mengaplikasikan prinsip “ l eave no one behi nd” alias ant idiskriminasi yang berbasis gender, umur, kelompok agama, ras, suku, dan ant idiskriminasi minorit as.

Ket impangan j ender merupakan salah sat u sumber kerent anan. Pendekat an PRBBK yang mempert imbangkan aspek ini mempunyai pot ensi unt uk j uga membant u mengat asi isu-isu sosial dan keset araan gender. Dist ribusi risiko kemat ian yang berbeda secara mencolok ant ara laki-laki dan perempuan dalam perist iwa Tsunami Aceh 2004, menunj ukkan secara t egas bahwa ada komponen sosial dan non-alam dari risiko bencana.

Felt enbiermann (2006), dengan mengut ip hasil riset , menunj ukan bahwa rasio angka kemat ian laki-laki dan perempuan adalah 1: 3. Sement ara sebuah riset yang disponsori Oxf am (2005) di belasan desa t erpilih, menunj ukan rat a-rat a 1 : 5 unt uk laki-laki dan perempuan. Rof i & Doocy (2006) dan Doocy dkk. (2007), menunj ukkan pengalaman di Aceh, sedangkan Nishikiori dkk. (2006), mempresent asikan suat u pola kemat ian di Srilanka berdasarkan gender, di mana semuanya secara j elas menunj ukkan bagaimana perbedaan gender ikut bermain sebagai salah sat u f akt or pent ing yang t urut menent ukan dist ribusi risiko t sunami. Mengint egrasikan gender sebagai sat u f akt or pent ing yang t urut menent ukan dist ribusi risiko, t idak bisa lagi dilihat sebagai suat u opsi melainkan sesuat u yang vit al dan bersif at imperat if .

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 18/ 54

Usia adalah f akt or lain yang signif ikan pula unt uk diperhit ungkan, yang t idak t ercakup di dalam alat -alat penilaian risiko bencana sepert i dokumen PN-PRB t ersebut . Peek (2008), mencat at beberapa bencana “ berskala besar” , t ermasuk gempa bumi dan t sunami di Samudra Hindia t ahun 2004, gempa bumi Pakist an t ahun 2005, sert a badai Kat rina t ahun 2005, yang menunj ukan suat u realit as yang menyedihkan, bahwas bencana bisa saj a berdampak pada banyak korban belia. Mit chell dkk. (2008), mengungkapkan kembali laporan Tsunami Evaluat ion Coalit ion (TEC) yang dif okuskan pada kelompok-kelompok paling t erkena dampak, yakni anak-anak di bawah 15 t ahun dan perempuan (hlm. 255). Peek mencat at

17 t ipe risiko yang sering dihadapi anak-anak saat bencana (Peek 2008: 5).

Hakikat pemberdayaan dalam pendekat an PRBBK mempunyai kapasit as unt uk menghapus beberapa aspek penyebab kerent anan, dan dengan it u mengurangi dampak kej adian-kej adian bencana pada masa dat ang. Disadari bahwa penanggulangan bencana bukanlah suat u pendekat an yang linear yang keberhasilannya dapat dij amin dalam ukuran pencapaian t uj uan dan dimensi wakt u t ert ent u.

Secara umum kit a pahami bahwa proses-proses part isipat if selalu memerlukan wakt u yang lebih panj ang dibandingkan kalau program dilaksanakan sendiri secara langsung oleh lembaga yang melaksanakan PRBBK. Terlebih lagi, semakin besar konsesi yang diberikan oleh lembaga at au prakt isi penanggulangan bencana kepada komunit as, semakin besar pula kemungkinan warga komunit as akan memengaruhi t uj uan dan cara-cara mencapainya.

Tabel 1 menunj ukkan bahwa keberlanj ut an bisa dij amin oleh PRBBK karena dipenuhi beberapa aspek sepert i ef isiensi wakt u dan biaya, ef ekt ivit as, legit imasi, keset araan, sert a dat a dan inf ormasi risiko yang lebih simet ris dan penget ahuan risiko yang lebih t erdist ribusikan karena pelibat an pemangku kepent ingan lokal yang memadai.

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 19/ 54

2. 4. PERAN MASYARAKAT: TITIK BERAT PRBBK Def inisi bencana yang sering dipakai adalah perist iwa yang t erj adi ket ika

ancaman yang dat ang melebihi kemampuan komunit as unt uk mengat asinya. Pengert ian ini t ent u sebuah penyederhanaan karena t iap kerugian at au kehilangan baik mat eri maupun nonmat eri, dapat dikat egorikan sebagai bencana. Meskipun t idak ada kesepakat an bersama mengenai indikat or baku unt uk menent ukan apakah komunit as mampu mengat asi bencana at au t idak, namun seringkali komunit as yang selamat , misalnya dalam kej adian ekst rem di Aceh dan Nias, menj elaskan secara baik bent uk kapasit as lokal yang t ersedia.

Tabel 1. Perbandingan Pendekatan PRBBK dan Pendekatan PB Konvensional Aspek PRBBK

Konvensional 1. Komunikasi risiko

Dat a dan inf ormasi lebih

Asimet ris, dan hanya berbasis pendapat

bencana

simet ris dan kaya, t erj adi

ahli sert a penget ahuan elit e.

pert ukaran inf ormasi ant ar-

Komunikasi risiko bersif at t op-down

st akehol der secara lebih cepat

2. Transaksi Pengetahuan Terj adi t ransaksi penget ahuan Penget ahuan lokal yang mungkin saj a

dan praktik

yang bersif at ‘ peer-t o-peer ’

t elah diproduksi komunit as dikal ahkan

ant ara komunit as dan

oleh pendapat ahli yang t idak sensit if

ahli/ f asilit at or. Terj adi cross-

dengan kont eks risiko lokal .

f ert ilisasi penget ahuan ant ar- st akehol der.

3. Efisiensi wakt u

Perlu invest asi wakt u yang lebih Jangka pendek lebih mengunt ungkan banyak di awal, namun dalam

namun secara j angka panj ang t idak

j angka panj ang, dianggap lebih

berkelanj ut an.

berkelanj ut an.

4. Efisiensi biaya

Sumber daya local (modal,

Lebih banyak biaya t ambahan unt uk

penget ahuan, t enaga,

wakt u pekerj aan yang lebih panj ang

ket erampil an) diadakan secara maksimum

5. Efekt ivitas

Ket erlibat an banyak pihak

Sedikit akt or lokal yang t erlat ih,

membuat lebih banyak kader

ket ergant ungan pada pihak luar (ahli,

lokal yang t erlat ih mengurangi

pemerint ah, LSM)

risiko lokal set empat .

6. Legitimasi

Komunit as memandang

Part isipasi rendah, membuat t ingkat program dengan cara yang lebih legit imasi j uga rendah, karena t erj adi bersahabat . Akar masal ah

peminggiran kaum marj inal yang t inggi

kerent anan dan risiko sepert i

kerent anannya.

ket impangan j ender, umur, dan kelas bisa dikurangi karena part isipasi membuka ruang bagi kaum marj inal.

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 20/ 54

Aspek PRBBK Konvensional 7. Kesetaraan

Keset araan adalah harga

Minim visi pada pengurangan

mat i. Tingkat dist ribusi risiko

kelompok rent an dan t idak mampu

dan kelompok paling rent an

mengurangi akar masalah kerent anan

sebagai t arget .

8. Keberlanj utan

Secara ideal , bila unsur 1—7

Keberlanj ut an sulit dicapai karena

t erpenuhi, maka keberl anj ut an

ket ergant ungan pada pihak luar, t idak

diasumsikan sangat mungkin

mampu menggali kapasit as lokal unt uk

t ercapai karena t erj adi self -

mengurangi kerent anan dan kapasit as.

mobilizat ion dari masyarakat . Lebih t ingginya mart abat komunit as meningkat kan kemampuan pengurangan risikonya sendiri.

Peran sert a at au part isipasi masyarakat merupakan bagian dari prinsip demokrasi. Salah sat u prasyarat ut ama dalam mewuj udkan part isipasi it u adalah adanya ket erbukaan dan t ransparansi. Asas ket erbukaan mengandung sekurang-kurangnya lima unsur ut ama yang memungkinkan peran sert a masyarakat it u dapat t erj adi, yait u:

• Hak unt uk menget ahui ( r i ght t o know, meewet en). PRBBK adalah produk publik/ umum dan pemenuhan hak unt uk aman dari bencana merupakan bagian dari HAM. Hak ini pada dasarnya merupakan hak yang mendasar dalam alam demokrasi. Art inya segala hal yang berkenaan dengan kepent ingan publik, maka seyogyanya publik menget ahuinya secara ut uh, benar, dan akurat .

• Hak unt uk memikirkan ( r i ght t o t hi nk, meedenken). Set elah masyarakat mendapat akses inf ormasi t ent ang apa yang menj adi hak masyarakat unt uk menget ahuinya, maka selanj ut nya hak masyarakat pula unt uk ikut sert a t erlibat dalam pemikiran, pengkaj ian, dan penelit ian t ent ang apa yang t erbaik bagi semua pihak. Kegiat an pengkaj ian dan penelit ian yang dilakukan oleh masyarakat memberi makna, di sat u pihak, adanya rasa t anggung j awab masyarakat t erhadap masalah yang dihadapi; dan di lain pihak, pemerint ah pun sesungguhnya “ diringankan” dari beban permasalahan yang harus mendapat kan solusinya.

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 21/ 54

• Hak unt uk menyat akan pendapat ( r i ght t o speech, meespr eken). Sebagai

konsekuensi logis dari adanya hak unt uk ikut memikirkan, maka t indak lanj ut nya adalah hak unt uk berbicara guna menyat akan sesuat u pendapat . Maksudnya adalah bahwa apa yang t elah dikaj i, dit elit i dengan pemikiranyang dalam dan mat ang, maka masyarakat berhak unt uk menyampaikan pendapat nya t ersebut ke hadapan publik lainnya. Pernyat aan ini dapat berupa hal-hal yang menyangkut kepent ingan umum maupun kepent ingan individual at au kelompok, t ermasuk di dalamnya pernyat aan t ent ang sesuat u masalah yang ada pada pemerint ah (yang dapat berisi masukan dan at au krit ik) maupun masalah yang ada pada masyarakat it u sendiri.

• Hak unt uk memengaruhi pengambilan keput usan ( r i ght t o par t i ci pat e i n

deci si on maki ng pr ocess, meebesl i ssen). Subst ansi yang dinyat akan sebagaimana diuraikan di at as, sesungguhnya j uga dimaksudkan agar masyarakat dapat mengambil peran dan melibat kan diri dalam bat as-bat as t ert ent u secara proporsional unt uk memengaruhi pengambilan keput usan oleh pihak yang berwenang. Dengan perkat aan lain, subst ansi dari suat u put usan yang diambil oleh pihak yang berwenang t ersebut adalah didasarkan pada pert imbangan masukan dari masyarakat yang pat ut unt uk diakomodasi. Konkret nya, set iap masukan seyogyanya dipert imbangkan secara saksama, dikaj i dan dit elit i manf aat dan kerugiannya bagi kepent ingan dan kebaikan umum (semua pihak). Apabila masukan at au saran t ersebut akan dit olak, maka harus dij elaskan alasan dan t uj uannya, agar j erih payah usaha masyarakat dalam pemikiran dan pendapat nya it u t et ap merasa dihargai. Hak unt uk memengaruhi pengambilan keput usan ini sering pula digolongkan ke dalam pengawasan apriori, yakni pengawasan at au kont rol dilakukan sebelum dikeluarkannya suat u put usan oleh pihak yang berwenang. Dalam hal ini, j elas unsur prevent if dari maksud pengawasan at au kont rol, yait u unt uk mencegah at au menghindari t erj adinya kekeliruan.

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 22/ 54

• Hak unt uk mengawasi pelaksanaan keput usan ( r i ght t o moni t or i n