TUGAS GEODESI DAN KARTOGRAFI PENGUKURAN

Kelompok 11
Pengukuran kerangka dasar vertikal
MUKRINL 131 14 036
AHMAD RIZALDI L 131 14 055
MOH. RAFLI L 131 14 045
TAMARA PUTRI L 131 14 079
ADJI RIZALDI L 131 12 077

Kerangka Dasar Vertikal
• Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara
pengukuran kumpulan titik titik yang telah diketahui atau
ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya
terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu.
• Bidang ketinggian rujukan ini biasanya berupa ketinggian
muka air laut rata - rata (mean sea level - MSL) atau
ditentukan lokal.
Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi
bidik alat sipat datar optis di lapangan menggunakan
rambu ukur.
• Pengukuran Trigonometris prinsipnya adalah Mengukur
jarak langsung (Jarak Miring), tinggi alat, tinggi, benang

tengah rambu, dan suclut Vertikal (Zenith atau Inklinasi).
• Pengukuran Barometris pada prinsipnya adalah mengukur
beda tekanan atmosfer.

Lanjutan...
• Kerangka Dasar Vertikal (beda tinggi / tinggi titik)
menjadi satu kesatuan dengan Kerangka Dasar
Horisontal (Azimuth, Jarak dan Sudut) Satu Pilar
/Patok.
• Untuk hal tertentu pengukuran Kerangka Vertikal
terpisah dengan Kerangka Horisontal. Acuan tinggi
titik dapat dinyatakan dengan sistem umum yaitu
terhadap muka air laut rata-rata atau sistem
setempat/lokal.

Lanjutan...
• Jika sebagai acuan sistem umum, maka
diikatkan dengan titik-titik tinggi teliti
(Titik
Tinggi

Geodesi)
atau
titik
Triangulasi; sedangkan titik TTG atau
Triangulasi diperoleh dari pengikatan
terhadap muka air laut ratarata dengan
menggunakan alat Water pass / Sipat
Datar/Levelling.

1. Metode Pengukuran Sipat Datar Optis
• Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi
bidik alat sipat datar optis di lapangan menggunakan
rambu ukur. Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi
dengan menggunakan metode sipat datar optis masih
merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling
teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal (KDV)
dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan
tinggi hasil pengukuran sipat datar pergi dan pulang.

Lanjutan...

• Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik.
Beda tinggi h diketahui antara dua titik a dan b, sedang tinggi titik A diketahui
sama dengan Ha dan titik B lebih tinggi dari titik A, maka tinggi titik B, Hb =
Ha + h yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A clan titik B adalah jarak
antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo
adalah bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik - titik A dan B dapat
dianggap sebagai Bidang yang mendatar.

• Garis bidik ini harus di buat mendatar supaya dapat digunakan untuk
menentukan beda tinggi antara dua titik, ingatlah pula nivo pada
tabung, karena pada nivo tabung dijumpai suatu garis lurus yang
dapat mendatar dengan ketelitian besar.
• Alat - alat yang biasa digunakan dalam pengukuran kerangka dasar
vertikal metode sipat datar optis adalah:
1. Alat Sipat Datar
2. Pita Ukur
3. Rambu Ukur
4. Statif
5. Unting – Unting


2. Metode Pengukuran Barometris
• Pengukuran Barometris pada prinsipnya adalah mengukur beda
tekanan atmosfer. Pengukuran tinggi dengan menggunakan metode
barometris dilakukan dengan menggunakan sebuah barometer
sebagai alat utama.
• Seperti telah di ketahui, Barometer adalah alat pengukur tekanan
udara. Di suatu tempat tertentu tekanan udara sama dengan
tekanan udara dengan tebal tertentu pula yang dijadikan referensi
dalam hal ini misalnya elevasi ± 0,00 meter permukaan air laut
rata – rata.

Lanjutan...
• Keterangan :
p = massa jenis rasa air raksa (hidragirum)
g = gravitasi - 9.8 mJsZ - 10 m/s2
h = tinggi suatu titik dari MSL ( Mean Sea
level )

3. Metode Pengukuran Trigonometris
Pengukuran kerangka dasar vertikal metode

trigonometris pada prinsipnya adalah perolehan beda
tinggi melalui jarak langsung teropong terhadap beda
tinggi dengan memperhitungkan tinggi alat, sudut
vertikal (zenith atau inklinasi) serta tinggi garis bidik
yang diwakili oleh benang tengah rambu ukur.

Lanjutan...
Untuk menentukan beda tinggi dengan cara
trigonometris diperlukan alat pengukur sudut
(Theodolit) untuk dapat mengukur sudut sudut
tegak.Sudut tegak dibagi dalam dua macam,ialah
sudut miring m clan sudut zenith z, sudut miring m
diukur mulai ari keadaan mendatar, sedang sudut
zenith z diukur mulai dari keadaan tegak lurus yang
selalu ke arah zenith alam

Ketentuan Rambu Yg dipasang pada
dasar laut
1)
2)

3)
4)
5)

Dasar laut keras
Air laut tenang
Air laut bersih
Bebas dari kemungkinan terserang arus laut
Muka air laut harus mewakili muka air daerah sekitarnya
(jangan dekat muara sungai).

Ketentuan Pengukuran Kerangka Vertikal Menggunakan Water
pass.
a)
b)
c)
d)
e)

Alat yang digunakan dalam kondisi terkalibrasi

Panjang satu sisi (slag) pengukuran maks. 35 m
Panjang tiap sisi dalam satu set pengukuran harus relatif
sama
Pengukuran antar titik kerangka vertikal tetap dilakukan
dengan cara Pergi – Pulang atau Double Stand
Memenuhi toleransi kesalahan yg diperkenankan.

Toleransi Kesalahan Pengukuran
T = ± K √Dt km
T = angka toleransi terbesar satu set Pergi Pulang/Double
Stand
K = angka yg menyatakan kelas pengukuran (I = 3 mm, II =
6 mm, III = 8 mm).

Dt = jarak antara1 dua titik Kerangka Vertikal yang
diukur
Pergi – Pulang / Double Stand

Contoh : Jarak Titik A-1 dan A-2 =1 km kelas pengukuran
III.

Toleransi Kesalahan tidak boleh melebihi 8 V 1 = 8 mm.

Daftar pustaka
• Posted by Ilmu Konstruksi on Wednesday, 16
January 2013
• April 15, 2011 Posted by OceTarget | Surveying |,
Kerangka Dasar Vertikal, Pengukuran, titik-titik
ikat, Total Station
• Written By agung mustiko on Rabu, 26 Maret
2014 | 11.46.00 AM