EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS KESEHATAN DENGAN PASIEN TB PARU DALAM MENJAGA KELANGSUNGAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS
KESEHATAN DENGAN PASIEN TB PARU DALAM MENJAGA
KELANGSUNGAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS
Henny Yuliastri1)
Email : [email protected]
Rahmi Widyanti2)
Sanusi3)
Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) MAB Banjarmasin
ABSTRACT
Interpersonal communication is a process of health workers in interpersonal
interactions performed by health workers with pulmonary TB patients in order to
maintain continuity of treatment of pulmonary TB patients to complete treatment
using verbal and nonverbal communication. Thesis research method is descriptive
qualitative research. Where the research was conducted in Teluk Tiram PHC
Banjarmasin.
The research objective was to determine whether there is influence the quality of
interpersonal communication established between health workers with pulmonary
TB patients within the continuity of the treatment of diseases in the Gulf oysters
PHC Banjarmasin.
Results of the study found that the treatment, pulmonary TB patients want the
officer to receive and treat them like their own relatives or friends, served with a
welcoming and friendly. Pulmonary TB patients want health workers to be honest
in giving information and explanations how can they heal. Pulmonary TB patients
want health workers to give the award, be friendly, attentive and always giving
encouragement. Pulmonary TB patients want health workers to serve them
amicably. Most health care workers are already communicating effectively. The
implications of effective communication is performed there is a tendency of health
workers towards patients treatment is successful.
Suggestions of this study to enhance good communication skills for health
workers needed special training, should implement a service that is familial and not
too formal, spend more time in contact with with pulmonary tuberculosis, truthful
information, and can provide encouragement and concern in providing services and
foster good communication. Further research needs to be done about that has not
been covered in this study.
Keywords : Interpersonal Communication, Health Officer, pulmonary TB patients,
Effective Communication.
20
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
PENDAHULUAN
Di
Kota
berdasarkan
orang. Tahun 2015 Triwulan I
Banjarmasin
laporan
Puskesmas,
Vol.3 No.5 Januari 2016
dari
terlihat
adanya
penderita TB berjumlah 9 orang,
laki-laki berjumlah 7 orang dan
perempuan
berjumlah
2
peningkatan
kasus
tuberculosis
orang.Triwulan II penderita TB
paru
tahun
ke
berjumlah
dari
tahun,
7
orang,
laki-laki
diantaranya dilihat dari cakupan
berjumlah 5 orang dan perempuan
penemuan penderita tuberkulosis
berjumlah 2 orang (Buku register
BTA positif atau Case Detection Rate
TB 02 Puskesmas Teluk Tiram
(CDR) pada tahun 2008 terdapat
tahun 2015).
594 kasus, tahun 2009 terdapat 573
Komunikasi
interpersonal
kasus, tahun 2010 terdapat 641
dalam
kasus dan tahun 2011 terdapat 664
melibatkan banyak pihak
kasus.
tenaga kerja kesehatan, pasien,
Hal ini menunjukkan
dunia
kesehatan
dapat
baik
bahwa di Kota Banjarmasin kasus
maupun
penyakit
Komunikasi interpersonal sangat
TB paru masih tinggi
(Dinkes Kota Banjarmasin, 2012).
keluarga
pasien.
penting agar jalannya pelayanan
Data yang didapatkan dari
kesehatan dapat berjalan dengan
pemegang program TB Paru di
lancar.
Puskesmas
interpersonal yang baik maka akan
Teluk
Tiram
pada
Dengan
komunikasi
tahun 2014 kasus suspect TB Paru
memudahkan
ada 504 orang dengan jumlah
kesehatan
penderita
informasi yang lengkap untuk
TB
Paru
BTA
+
berjumlah 47 orang yaitu laki-laki
selanjutnya
berjumlah
yang
30
orang
dan
tenaga
dalam
memperoleh
dilakukan
diperlukan.
kerja
tindakan
Untuk
itu
perempuan berjumlah 17 orang
diperlukan penerapan komunikasi
dan penderita yang sembuh 47
interpersonal yang baik.
21
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Penelitian ini dibatasi pada
“Kualitas
:
Komunikasi
Vol.3 No.5 Januari 2016
pengumpulan data primer dan
pengumpulan data sekunder.
Populasi sampel penelitian
Interpersonal Petugas Kesehatan
dengan Pasien TB Paru dalam
ini
adalah
petugas
kesehatan
Menjaga
Kelangsungan
berjumlah 30 orang dan pasien TB
Pengobatan di Puskesmas Teluk
Paru dari jumlah 47 orang yang
Tiram Kota Banjarmasin ”
mendapatkan pengobatan
yang
pernah terlibat dalam hubungan
METODE PENELITIAN
komunikasi interpersonal, yakni
Metode penelitian tesis ini adalah
selama menjalani pengobatan TB
metode penelitian deskriptif atau
strategi DOTS yang ada pada
penelitian
Puskesmas Teluk Tiram di Kota
kualitatif.
deskriptif
menurut
Penelitian
Dr.
Atwar
Banjarmasin.
bukunya
Sampel dipilih dan ditentukan
Komunikasi
secara sengaja (purvosive) dengan
Prosedur Trend dan Etika (2015,
cara dilotre. Informan penelitian
44) mengemukakan bahwa :
ini berjumlah 16 orang.
Bajari,
M.Si
Metode
dalam
Penelitian
“Penelitian
merupakan
Penelitian ini merupakan
merupakan pengukuran yang cermat
studi kasus yang dilakukan di
terhadap fenomena sosial tertentu.
Puskesmas
Tujuan
Banjarmasin. Pemilihan lokasi ini
deskriptif
dari
penelitian
deskriptif
Teluk
dilakukan
menghimpun
pertimbangan ketersediaan data
bukan
menguji hipotesis ”.
Pengumpulan
penelitian
ini
sengaja
Kota
adalah mengembangkan konsep dan
fakta-fakta
secara
Tiram
atas
dan kelengkapan populasi yang
data
terdiri
dalam
dari
dibutuhkan di
Rangkaian
institusi tersebut.
kegiatan
penelitian
dilakukan selama 6 bulan dari
22
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
bulan Maret 2015 sampai dengan
berumur 61 - 80
tidak ada.
bulan Agustus 2015.
Distribusi frekuensi informan
penderita TB Paru yang sembuh
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
menurut golongan umur
yaitu
informan berumur 21 - 40 tahun
Tiram
sebanyak
1
termasuk ke dalam wilayah
informan
berumur 41 – 60
Kecamatan Banjarmasin Barat,
tahun sebanyak 3 orang (75%).
Kota
Banjarmasin, Propinsi
Distribusi frekuensi informan
Kalimantan Selatan tepatnya di
penderita TB Paru yang belum
Kelurahan Teluk Tiram, Jalan
sembuh
Teluk Tiram Darat RT.13 No.208
umur
Telp (0511) 3363260.
21 - 40 tahun sebanyak 2 orang
Wilayah kerja Puskesmas Teluk
(100).
Tiram
informan penderita TB Paru
Puskesmas
Teluk
terdiri
Kelurahan,
dari
yaitu
dua
Kelurahan
yang
orang
(25%),
menurut golongan
yaitu informan berumur
Distribusi
drop
frekuensi
out
menurut
luas
golongan umur yaitu informan
wilayah 42,44 ha dan Kelurahan
berumur 21 - 40 tahun sebanyak
Telawang.dengan luas wilayah
2 orang (100).
35,25 ha.
Distribusi frekuensi informan
Teluk
Tiram
dengan
Distribusi
frekuensi
informan
petugas
petugas
kesehatan
menurut
menunjukkan bahwa proporsi
golongan umur yaitu informan
pendidikan informan petugas
berumur 21 - 40 tahun sebanyak
kesehatan
5 orang (62,5%),
banyak
informan
kesehatan
yang
adalah
DIII
paling
yaitu
berumur 41 – 60 tahun sebanyak
sebanyak 4 orang informan
3 orang (37,5%) dan informan
(50%), SLTA yaitu sebanyak 2
23
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
orang (25%) dan sarjana (S1)
sebanyak
2
orang
Oleh
sebab
itu
(25%).
komunikasi sudah merupakan
pendidikan
bagian yang sangat penting
informan penderita TB Paru
dan kekal dalam kehidupan
yang
manusia
Proporsi
sembuh
yaitu
SD
seperti
halnya
sebanyak 1 orang informan
bernafas. Sepanjang manusia
(25%), SLTP yaitu sebanyak 1
ingin hidup maka ia perlu
orang
(25%)
sebanyak
2
dan
SLTA
berkomunikasi.
orang
(50%).
keinginannya untuk berhasil
Proporsi
pendidikan
dalam
Sepanjang
apa
yang
informan penderita TB Paru
diupayakannya
yang belum sembuh
yaitu
berhasil dalam komunikasi.
SLTP
1
orang
(50%) dan
SLTA
sebanyak
informan
sebanyak
1 orang (50%).
Demikian
terjadi
ia
halnya
dalam
pengobatan
harus
yang
program
TB
dengan
Proporsi pendidikan informan
rentang waktu yang relatif
penderita TB Paru yang drop
panjang.
Kelangsungan
out yaitu SD sebanyak 2 orang
pengobatan
ini
sangat
informan (100%).
dipengaruhi
oleh
kualitas
Berdasarkan penelitian dan
hasil
wawancara
dengan
komunikasi
interpersonal
yang dibangun oleh petugas
petugas kesehatan dan pasien
kesehatn
TB Paru di Puskesmas Teluk
selama
Tiram sebagai berikut :
pengobatan. Salah satu faktor
1. Penerimaan
atau
a. Petugas Kesehatan
berpengaruh
dan penderita TB
berlangsungnya
variabel
yang
adalah
penerimaan.
24
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Menerima
melihat
adalah
orang
lain
sikap
Vol.3 No.5 Januari 2016
komunikasi
yang
dilakukan
sebagai
antara petugas kesehatan dan
manusia, sebagai individu yang
pasien TB Paru yang terbatas,
patut dihargai dan dihormati
disamping kondisi usia pasien
bagaimanapun
yang tua dan pendidikan pasien
keadaannya.
Menerima orang lain artinya
mengerti
dan
sebagaimana
segala
menerimanya
adanya
dengan
perilakunya,
serta
memandangnya secara realistis.
Penerimaan yang dimaksud
adalah
kemampuan
membina
hubungan
ditunjukkan
yang
b. Pasien yang Sembuh
Di
dalam
pengobatan
Tuberkulosis hal terpenting
yang
diharapkan
hubungan
komunikasi
interpersonal
penderita
dari
petugas
adalah
dan
tindakan
petugas
nyata dari penderita untuk
dan
melakukan setiap anjuran dan
sebaliknya penderita terhadap
petunjuk yang diberikan oleh
petugas
petugas kesehatan . Sejalan
terhadap
oleh
untuk
yang rendah.
penderita
kesehatan
,
selama
menjalani pengobatan.
Hasil
penelitian
penerimaan
pasien
pada
dapat
dengan pendapat Stewart L.
tentang
Stubb dan Sylvia Moss (1974 :
umumnya
9 - 13), yang mengatakan
menerima
bahwa
komunikasi
yang
informasi tentang penyakit TB
efektif paling tidak memiliki
Paru
lima hal:
yang
mereka
derita.
Sebagian kecil saja atau 25%
1.
Adanya pengertian
pasien tidak dapat menerima
2.
Hubungan itu disenangi
informasi yang lengkap tentang
3.
Memberikan pengaruh pada
penyakitnya,
karena
waktu
sikap
25
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
4.
5.
Vol.3 No.5 Januari 2016
Hubungan yang semakin
seperti saudara atau teman sendiri
membaik
oleh
Dan adanya tindakan nyata.
berpengaruh
petugas
TB.
Situasi
kondusif
kelangsungan
c. Penderita yang Belum Sembuh
Senada masih belum sembuh
dia
dalam
masa
menuturkan
menjalani
pengobatan
bahwa
pengobatan,
selama
ini
bagi
hubungan
komunikasi interpersonal dengan
petugas TB, sehingga membuka
peluang
bagi
kelangsungan
pengobatan.
petugas
M.G memperlakukannya dengan
d. Penderita yang Drop Out
baik dan dia dengan penderita
Hasil
penderita Tn. S.A yang merasa
menunjukkan hal yang berbeda
senang pelayanan yang diberikan
dengan
dan merasa petugas menerima
dalam pengobatan.Penderita AE
keadaan mereka. Hal yang sama
mengungkapkan fakta kesannya
diungkapkan oleh penderita Ny.
tentang
petugas
M . Dia mengungkapkan rasa
petugas
MG
sukanya atas pelayanan petugas
enggan ketemu karena perasaan
Hj. M, yang kalau ketemu di pasar
dengan batuknya dan juga dia
mau
tidak sanggup lagi menjalankan
menegur
dan
bertanya
penelitian
penderita
pengobatan
layaknya teman sendiri.
pengobatan
Dari fakta-fakta yang dikemukan
terhadap obatnya.
diatas,
Tentang
kesimpulan
dapat
diambil
bahwa
dalam
menjalani pengobatan, penderita
juga
yang
MG
gagal
bahwa
baik.Namun
tentang kondisi Ny. M seperti
maka
ini
setelah
2
bulan
karena
kedua
dia
penderita
alergi
itu,
petugas mengungkapkan bahwa
memang
mereka
jarang
ke
TB ingin dilayani diperlakukan
26
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Puskesmas
karena
malu
dan
minder.
Vol.3 No.5 Januari 2016
informan tidak menjawab secara
jujur.
Dengan
demikian
disimpulkan
dapatlah
bahwasanya
Dalam hubungan petugas dan
penderita
TB
penderita TB yang masih dalam
program
pengooatan
keadaan
berlangsung cukup lama dan
batuk,
menginginkan
Paru
dengan
yang
petugas TB perhatian khusus dan
intensif,
dilayani di rumah sendiri, tempat
merupakan salah satu hal yang
yang aman dari pengamatan orang
harus tercipta dalam membangun
supaya kerahasiaan penyakitnya
komunikasi
tetap terjamin. Karena keinginan
diantara mereka.
faktor
kejujuran
interpersonal
itu tidak terpenuhi oleh petugas
TB,
maka
mereka
keputusan
mengambil
sendiri;
berhenti
menjalani program pengobatan.
b. Pasien yang Sembuh
Dari
hasil
penelitian,
penderita yang sudah sembum
menuturkan
bahwa
petugas
2. Kejujuran
kesehatan dr.MSP dengan terus
a. Petugas Kesehatan
terang memberitahukan perihal
pasien
penyakitnya. Hal yang sama
besikap jujur dalam menceritakan
terjadi pada penderita Tn. S. Dia
kondisi
mengungkapkan
Hampir
keseluruhan
penyakit
atau
gejala-
bahwa
gejala penyakitnya, namun untuk
sebelum memulai minum obat,
keadaan
petugas
keluarga
maupun
kesehatan
kondisi tempat tinggal, status
menerangkan
ekonomi
lain-lainnya
supaya
sembuh.
sebagian kecil (15%) ternyata
minum
obat
dan
dr.
MSP
bagaimana
Dia
secara
harus
teratur
paling kurang enam bulan dan
27
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
kalau tidak penyakitnya bisa
bisa
menerima
tambah parah.
penyakitnya.
informasi
Kedua fakta ini bermakna
bahwa
dalam
menjalani
pengobatan,
penderita
menginginkan
petugas
kesehatan
memberikan
c. Pasien yang belum Sembuh
Penelitian
penderita
di
tempat
Ny.
M
mengungkapkan
lain,
dan
SA
bagaimana
informasi yang jelas tentang
pelayanan petugas kesehatan
penyakitnya
terhadap
dan
tata
cara
mereka.
Penderita
minum obat yang disampaikan
menuturkan
berkesinambungan.
menjalani pengobatan, petugas
mereka
ini
Ungkapan
dibenarkan
oleh
kesehatan
bahwa
waktu
memberitahukan
petugas kesehatan dr. MSP,
bahwa
yang
bahwa
sembuh yang penting di obati
malu
sampai sembuh. Ditempat yang
menyatakan
penderita
MF
tidak
penyakitnya
dengan sakit yang dideritanya,
berbeda
dia juga terbuka menyampaikan
menyatakan bahwa ia jarang
keluhannya. Demikian halnya
ditanya-tanya dan tidak enak
dengan
penderita
kalau pergi ke Puskesmas. Fakta
petugas
yang sama, penderita Ny.M
menginginkan penderita rajin
menuturkan kesannya bahwa
datang
petugas
KZ.Maknanya,
dan
menyampaikan
terbuka
keluhan.Hal
penderita
bisa
juga
kurang begitu baik
komunikasinya sama dia, jadi
senada disampaikan penderita
dia
KZ
Puskesmas karena risih merasa
yang
mengungkapkan
bahwa dia merasa lega karena
malu
kurang
dan
enggan
diperhatikan
ke
oleh
petugas kesehatan MG.
28
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Fakta-fakta
ini
bahwa
menunjukkan
dalam
menjalani
Vol.3 No.5 Januari 2016
Dari
fakta-fakta
yang
terungkap, dapt disimpulkan
program pengobatan, penderita
bahwa
ingin supaya petugas kesehatan
pengobatan, penderita TB ingin
dan petugas TB terus terang
supaya petugas terus terang
menginformasikan
menyampaikan
yang
penyakit
dideritanya
dan
dalam
tentang
bagaimana
supaya
mereka sembuh.
informasi
segala
tersebut
sesuatu
diketahui
Kejujuran
menyangkut
kesehatan
dan
informasi
penyakitnya
meyakinkannya
kesembuhan
bahwa
itu
bukanlah
informasi
penyakitnya
menjelaskan bagaimana caranya
sembuh.Dengan
menjalani
caranya
dan
supaya
seorang
petugas
menyampaikan
pada
menumbuhkan
keyakinan
pengertian,
dan
keteguhan
sesuatu yang mustahil asalkan
dalam
penderita TB berobat secara
ungkapan menyatakan bahwa
kontinu sampai enam bulan.
bila
Dengan memahami, mereka
diri
penderita,
penderita.Ada
kita
menginginkan
hubungan
komunikasi
bisa menyadari keadaannya dan
interpersonal yang baik, harus
mengambil
dihindari
tanggung
jawab
terlalu
dalam proses penyembuhannya.
"penopengan".
Mereka harus merubah sikap
muncul kepercayaan terhadap
dan
ketidakjujuran. Sebaliknya kita
jawab.
mengambil
Di
petugaspun
tanggung
pihak
Tidak
banyak
akan
lain,
menaruh kepercayaan kepada
mengharapkan
orang yang terbuka, atau tidak
keterbukaan dari penderita bila
mempunyai
pretense
atau
menemui permasalahan.
keinginan yang dibuat-buat.
29
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
hal-hal
b. Pasien TB yang Drop Out
Penelitian
yang
berhubungan
dengan tata cara dan efek yang
menginformasikan
timbul
akibat
pengobatan.
yang
disampaikan
dalam hal kejujuran penderita-
Informasi
penderita yang gagal dalam
petugas MG bahwa informasi
pengobatan
sudah
memiliki
disampaikan
tetapi
penderita
belum
pengalaman tersendiri dengan
mungkin
petugas.Penderita AE dan M
mengerti
mengungkapkan dengan nada
menunjukkan informasi sudah
frustasi
diberikan
bahwa
berkali-kali
benar.Fakta
tetapi
ini
belum
sudah menyampaikan bahwa
dimengerti penderita dan tidak
tidak
tetapi
dijelaskan kembali.Pemahaman
petugas TB menyuruhnya untuk
mereka masih terbatas, sehingga
terus minum obatnya.
menerima diri sendiripun sulit
Penderita AE dengan kecewa
akibatnya
juga menuturkan bahwa dia
diri.Keduanya
mengambil keputusan sendiri
malu datang ke Puskesmas.
ada
perbaikan,
mereka
menutup
pendiam
dan
untuk berhenti minum obat
. Hal yang sama, penderita
karena
obat
AE menuturkan bahwa ia
badannya gatal semua karena
merasa tidak cocok dengan
alergi obat dan tidak enak
obat-obat TB. Kedua fakta ini
perasaannya. Kedua fakta ini
bermakna
bermakna bahwa penderita ini
penderita
menginginkan
tambahan
dan
berkesinambungan
atas
terbuka
tiap
minum
petugas
TB
menginformasikan
dengan jelas penyakitnya dan
penyakit
berkesinambungan menjeiaskan
pengobatan
bahwa
ingin
dan
dan
kedua
penjelasan
prosedur
dan
apa
30
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
yang mereka lakukan bila
jelas tentang penyakitnya dan
timbul
Dan
secara rutin menjelaskan tata
mengkonfirmasi
cara pengobatan serta reaksi
reaksi
petugas
bahwa
obat.
penderita
malu
obat yang timbul. Namun
datang padanya dan takut
dalam hal ini petugas tidak
menyampaikan
ada
melakukan
masalahnya. Orangnya susah
diinginkan
bergaul atau diajak bicara.
Dari pernyataannya kelihatan
Sedangkan
AE
bahwa penderita menjalani
pada
pengobatan dengan penuh
tidak
kalau
penderita
patuh
anjuran.Maknanya
bahwa
apa
yang
penderita
keraguan
TB.
dan
petugas TB juga inginkan
ketidakpastian.Petugas tidak
penderita
secara
menemuinya
TB
dan
datang
terbuka
berkesinambungan
memberikan informasi yang
menyampaikan keluhannya.
dibutuhkan.Akibatnva pada
Dari
saat
fakta-fakta
yang
tidak
enak
perasaan
dikemukakan diatas dapat
minum obat atau perbaikan
disimpulkan
kondisi
bahwa
mereka
penderita-penderita TB itu
kelihatan
gagal
menafsirkan
menyelesaikan
pengobatan
karena
memahami
dengan
penjelasan
yang
disampaikan
belum
baik
sudah
petugas
TB.
belum
mereka
itu
sebagai
ketidakcocokannya terhadap
pengobatan.
Merujuk pendapat Arnold P.
Golstein
(1975)
yang
Penderita TB menginginkan
mengembangkan
petugas
TB
enchancement methods" (metode
dengan
peningkatan hubungan) dalam
menginformasikan
"relationship-
31
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
psikoterapi.la
memmuskan
Vol.3 No.5 Januari 2016
Paru
yang
mereka
metode ini dengan tiga prinsip,
sesuai
Makin
hubungan
informasi petugas kesehatan.
interpersonal
Sebagian kecil (12,5%) belum
baik
komunikasi
petugas
kesehatan
dengan
meyakini
arahan
bahwa
dan
bilamana
mereka sembuh nantinya akan
penderita TB .
a.
dengan
derita
Makin terbuka penderita TB
memperoleh
manfaat
bagi
kehidupannya.
mengungkapkan perasaannya
b. Makincenderung penderita
Menurut teori pertukaran
TB meneliti perasaannya secara
sosial (social exchange theory),
mendalam beserta petugas
interaksi
sosial
adalah
kesehatan.
semacam
transaksi
dagang.
c. Makin cenderung penderita
Kita
TB mendengar dengan penuh
interaksi
perhatian dan bertindak atas
banyak daripada biaya. Bila
nasehat yang diberikan petugas
pergaulan
kesehatan.
sangat menguntungkan dari
akan
melanjutkan
bila
laba
diantara
lebih
sesama
segi psikologis dan ekonomis
3. Penghargaan
maka
a. Petugas Kesehatan
berlangsung.
Hasil
interaksi
akan
terus
Seseorang
penelitian
berhubungan dengan orang
menunjukkan bahwa sebagian
lain karena ia mengharapkan
besar
sesuatu
pasien
memperoleh
(reward)
dari
merasa
penghargaan
petugas
dan
yang
kebutuhannya.
memenuhi
Penghargaan
diuntukkan bagi orang yang
keuntunganbilamana
kita senangi, dapat berupa
melaksanakan pengobatan TB
dorongan
moril,
pujian,
32
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
motivasi atau hal-hal yang
penderita hal seperti itu sangat
dapat
berarti untuk bertahan menjalani
meningkatkan
harga
diri seseorang.
pengobatan. Kenyataannya hal itu
membuat mereka senang , merasa
b. Pasien Yang Sembuh
Dalam
terdorong dan bersemangat serta
hubungannya
dengan petugas SMN, penderita
mematuhi setiap petunjuk petugas
TB dalam menjalani pengobatan.
Ny. M mengungkapkan bahwa
petugas
SMN
baik
mendorongnya
untuk
pasrah.Petugas
dan
tidak
juga tidak lupa
Kenyataan
dari
hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
mereka
tidak
pengobatan
percaya
akan
pada
memberikan
menelponnya bila ia tidak sempat
kesembuhan.
mengambilnya. Ungkapan yang
muncul karena kurangnya petugas
senada juga dituturkan
TB
menuturkan
bahwa
KZ. Dia
Keyakinan
meyakinkan
ini
dan
pelayanan
mengingatkannya kembali.Hal ini
petugas kesehatan menyenangkan,
dibenarkan pula oleh petugas NM
penuh
selalu
dia mengungkapkan bahwa kedua
memberikan semangat untuk terus
penderita itu tertutup dan malas
minum obat.
datang ke Puskesmas.Fakta ini
Dari fakta-fakta yang terungkap
juga mengandungt makna bahwa
diatas maka dapat disimpulkan
petugas juga mau supaya mereka
bahwa
rajin
perhatian
dalam
pengobatan
TB
panjang
itu,
menginginkan
dan
menjalani
yang
relatif
datang
dan
terbuka
menyampaikan bila ada keluhan.
penderita
dorongan
moril,
keramahan, perhatian dan senyum
dari petugas kesehatan.Di mata
c. Pasien yang Belum Sembuh
Nilai
sebuah
penghargaan
berbeda-beda seorang terhadap
33
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
yang lain bisa dalam bentuk
dan dorongan moril. Penderita itu
materi ataupun non material. Dari
menyadari
hasil penelitian, penderita Ny. M
yang dijalaninya telah mengubah
mengungkapkan
keadaannya kearah yang lebih
ketemu
bahwa
petugas
setiap
kesehatan
,
bahwa
baik. Sudah bisa bisa bekerja dan
petugas selalu senyum dan ramah
mencari
terhadapnya. Dia menambahkan
sebelum jatuh sakit.
dengan
kondisinya
pengobatan
nafkah
sama
seperti
sudah
membaik, sudah memungkinkan
d. Pasien TB yang Drop Out
baginya untuk mengasuh ke 3
Penderita AE menuturkan kalau
anaknya yang masih balita. Hal
minum obat dia merasa pusing
yang sama dituturkan pula oleh
dan badannya gatal-gatal semua.
penderita
Makna
bahwa
MF.
Di
petugas
memberikan
sampaikan
EN
banyak
dorongan
untuk
dari
penderita
fakta
TB
ini
adalah
menginginkan
supaya petugas TB meyakinkan
tidak bosan minum obat, tidak
bahwa
malu lagi untuk ketemu dan
kembali membaik. Dan selalu pula
bicara dengan orang lain serta
diingatkan untuk terus minum
dengan bantuan petugas kini dia
obat
sudah bisa bekerja mencari nafkah
selesai.Dan
untuk keluarganya.
bahwa obat itu kadang memiliki
Pernyataan ini memiliki makna
bahwa
pengobatan,
dalam
menjalani
penderita
TB
keadaan
secara
mereka
teratur
menjelaskan
akan
sampai
pula
reaksi yang dirasakan tidak enak
dan
ada
jalan
keluarnya.Fakta
dalam penelitian ini bahwa mereka
menginginkan sikap yang bai dari
belum
petugas
informasi tentang penyakit dan
kesehatan
dengan
senyuman, perhatian, keramahan
memahami
sepenuhnya
seluk-beluk pengobatan.
34
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
melakukan
4. Kekeluargaan
pendekatan
secara
kekeluargaan.
a. Petugas Kesehatan
Dari hasil penelitian petugas
b. Pasien yang Sembuh
kesehatan dalam berkomunikasi
Fakta-fakta ini memiliki makna
dengan pasien berusaha untuk
bahwa
merangkul pasien dengan sikap
mendapat
kekeluargaan, tetapi yang
kunjungan
lain
penderita
ingin
lebih
perhatian
dan
petugas
TB.Pada
tetap menjaga sikap professional,
penelitian ini petugas MG, SMN
dalam
dan DM tidak menyanggupi hal
arti
petugas
kesehatan
adalah sebagai petugas kesehatan
itu.Melalui
dan pasien adalah sebagai pasien.
diketahui
Menjaga
demikian
penderita malas datang ke tempat
sikap
pelayanan.Dan hal itu membuat
jarak
dipandang
yang
sebagai
profesionalisme
mengandalkan
dan
penderita
kedudukan
menjabni
penuturannya
bahwa
memang
kurang
motivasi
pengobatan.
Untuk
mereka. Tambahan lagi, menjaga
mengambil obat, penderita Ny. H
diri
dari
mengutus suaminya sedangkan M
kemungkinan tertular penyakit TB
rumahnya jauh dan sulit baginya
Paru dari pasien menjadi alas an
untuk mengambil obatnya
mereka untuk menjaga jarak atau
untuk
memakai masker (APD). Secara
anaknya yang mengambilkan.
prosentase, sikap menjaga jarak
Dari
tersebut tidak dominan, karena
disimpulkan bahwa penderita TB
sebagian besar petugas kesehatan
ingin supaya petugas TB lebih
tidak
memperhatikan dan mengunjungi
petugas
menjaga
kesehatan
jarak
dan
obat
tambahan,
fakta-fakta
ini
Jadi
anak-
dapat
mereka.Dan hal seperti itu tidak
35
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
dilakukan oleh petugas TB.Petugas
menginginkan
mengunjungi
penderita
petugas
TB
di
tempat pelayanan.
d. Pasien TB yang Drop Out
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa penderita-penderita yang
gagal dalam pengobatan, memiliki
c. Pasien yang Belum Sembuh
juga hubungan tertentu dengan
Fakta-fakta ini memiliki makna
petugas TB.Penderita AE misalnya
penderita-penderita
ini
menuturkan suatu fakta bahwa
menginginkan kontak yang lebih
dengan petugas MG walaupun
sering dengan petugas TB yang
sebelumnya sudah pernah ketemu
dilakukan bisa dimana saja dan
namun
kapan saja, saat dimana mereka
Demikian
bisa
penderita
menyampaikan
permasalahan
TB
bila
ada
ditemui.Petugas
tidak
begitu
akrab,
juga
halnya
dengan
M.
menunjukkan
Pengalaman
bahwa
dengan
MG menuturkan bahwa sering ada
petugas M.G selama menjalani
kontak dengan mereka. Dengan
pengobatan,
penderita Ny.M dan SA
bertemu
kontak
cuma
waktu
dua
kali
memeriksakan
dahak.Selebihnya
istrinya
dekat Puskesmas. Sedang dengan
anak-
yang
penderita MF, rumahnya jauh tapi
mengambil
obat.
karena biasa bertemu bila petugas
bermakna
bahwa
melakukan kunjungan rumah ke
penderita ingin supaya petugas TB
pasien. Fakta ini bermakna bahwa
memberikan
petugas juga mau supaya setiap
bagi mereka, kejelasan informasi
saat ada kontak dengan pasien
penyakit dan tata cara pengobatan
agar
yang berkesinambungan.
dipermudah
bisa
karena
memantau
rumahnya
keadaan
anaknya
atau
datang
Fakta
ini
penderita-
perhatian
khusus
mereka.
36
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
Secara tidak langsung penderita
mereka
yang mengerti penyakitnya tidak
informasi dan edukasi kepada
mengaiami masalah dan setalu
pasien
berusaha untuk bertemu setiap
dengan
saat dengan petugas TB.
interpersonal, tingkat pendidikan
dan
dalam
TB.
memberikan
Hal
ini
teknik
usia
didukung
komunikasi
petugas
kesehatan.
5. Kemampuan Komunikasi
Petugas kesehatan yang sudah
a. Petugas Kesehatan
senior atau berpendidikan tinggi
Petugas kesehatan menilai pasien
mampu
hampir
dengan baik.
keseluruhan
berkomunikasi
kesehatan
informasi
mampu
dengan
dalam
dan
petugas
menerima
edukasi
dari
menjalin
komunikasi
Menurut pasien yang sembuh
petugas
kesehatan
keterbukaan
memiliki
yaitu
sikap
ini
humanistis (manusiawi) yang
teknik
menunjukkan tenaga kesehatan
komunikasi interpersonal, tingkat
terbuka terhadap pasien dan
pendidikan dan usia pasien. Pasien
menunjukkan kemauan mereka
yang
atau
untuk memberikan tanggapan
berpendidikan renda (7,5%) tidak
yang jujur dan terus terang
mampu
terhadap
petugas
kesehatan.
didukung
Hal
dengan
sudah
menjalin
tua
komunikasi
tenaga
informan
b. Pasien yang Sembuh
yang
sembuh
sebagian
menyatakan dan menilai petugas
kesehatan
mampu
Dari
rangkuman wawancara dengan
dengan baik..
Pasien
pasien.
hampir
keseluruhan
berkomunikasi
dengan
kesehatan
ternyata
selaku
sebagian
besar (85%) mampu bersikap
terbuka terhadap pasien .
Sifat
keterbukaan
menunjukkan paling tidak ada
37
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
dua
aspek. Aspek pertama
adalah
bahwa
kita
harus
Vol.3 No.5 Januari 2016
Tenaga
besar
kesehatan
berhasil
sebagian
membangun
terbuka pada orang-orang yang
sikap demikian ((92,5%).
berinteraksi dengan kita. Aspek
Pasien
menerima
penjelasan
kedua,
tenaga
kesehatan
mengenai
dari
keterbukaan
menunjuk pada kemauan kita
penyakit TB Paru dan SOP
untuk memberikan tanggapan
pengobatannya.Hal
demikian
terhadap orang lain dengan
karena
kesehatan
jujur terus terang tentang segala
memberikan
sesuatu yang dikatakannya.
informasi secara baik.
c. Pasien yang Belum Sembuh
Perilaku suportif antara
tenaga
pelayanan
d. Pasien TB yang Drop Out
Pasien yang drop out
petugas kehetan dengan pasien
sebenarnya
TB merupakan
perilaku
perilaku yang
mendukung
terjalinnya
dan
menanggapi
tenaga kesehatan
yang
positif,
pasien
komunikasi komunikasi yang
umumnya
efektif.
dekriptif
mengenai penyakitnya dan
(terjabar) lebih efektif daripada
juga keluarganya. Harapan
evaluatif.
pula
pasien juga terbangun karena
professional
ada harapan keuntungan dan
Suasana
spontanitas
dalam
arti
Diperlukan
dan
bersifat
untuk
terbuka
mendengarkan
bersikap
keberuntungan
pasien
sembuh
jujur
bilamana
total
dari
pandangan yang berbeda serta
penyakitnya. Tenaga medis
bersedia menerima pandagan
berinteraksi
orang
interpersonal) dengan pasien
lain
bilamana
pendapatnya memang keliru.
disesuaikan
(berkomunikasi
dengan
usia
38
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
pasien,
termasuk
mempertimbangkan
yang
berlaku
kebiasaan,
sapaan
,
latar
adat
belakang
Vol.3 No.5 Januari 2016
mengganggap pasien jujur
dalam
berkomunikasi.
Harapan memperoleh
nilai
positif apabila pasien sembuh
total bukan haya dirasakan
etnik dan lain-lain.
Komunikasi Interpersonal
akan berkembang bila ada
oleh pasien tetapi juga oleh
tenaga kesehatan.
pandangan positif terhadap
orang
lain
dan
berbagai
situasi komunikasi. Tenaga
KESIMPULAN
1. Dalam menjalani pengobatan,
kesehatan selaku informan
penderita
TB
Paru
dituntut selalu berpandangan
menginginkan
positif terhadap pasien dalam
menerima dan memperlakukan
berbagai
situasi.
Sebagian
mereka seperti saudara atau
besar
(77,5%)
dapat
teman sendiri, dilayani dengan
petugas
diperlihatkan dan sebagian
ramah
kecil (22,5%) belum mampu
Hambatan yang penderita alami
mencapai sikap
ialah kalau batuk lama mereka
Mempersamakan
dan
bersahabat.
malu berobat ke Puskesmas.
kedudukan
antara
tenaga
Mereka mau supaya dierhatikan
kesehatan
dan
pasien
secara
sebagian
oleh
petugas
informan
kesehatan dengan mengunjungi
dapat menyikapinya (77,5%).
mereka di rumah. Sedangkan
Sebagian kecil menganggap
petugas
keduanya
mempunyai
menginginkan supaya penderita
keduanya
TB Paru yang rajin datang
kedudukan
besar
khusus
berbeda. Tenaga kesehatan
menemuinya
kesehatan
dan
terbuka
39
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
menyampaikan
bila
ada
Vol.3 No.5 Januari 2016
bila sembuh keadaan mereka
bisa
keluhan.
2. Penderita TB Paru ingin supaya
petugas
kesehatan
terang
atau
memberikan
kembali
baik
seperti
semula. Petugas kesehatan tidak
berterus
menjelaskan secara terperinci
dalam
tentang cara pengobatan dan
dan
harus bagaimana bila ada efek
jujur
informasi
penjelasan bagaimana caranya
samping obat.
agar mereka sembuh. Begitu
4. Penderita TB dalam menjalani
pula dengan petugas kesehatan
pengobatan
menginginkan
penderita
TB
petugas
Paru
dan
terbuka
mereka
jujur
menginginkan
kesehatan
secara
melayani
kekeluargaan.
memberikan keluhan dan gejala
Mereka mau lebih sering ada
yang mereka derita sehingga
kontak
petugas
kesehatan, dimana dan kapan
kesehatan
mudah
dengan
petugas
dalam memberikan terapi dan
saja.
Hambatan
cara minum obat TB Paru.
yang
biasa
3.
menjalani
informasi dari petugas yang
pengobatan, penderita TB Paru
kurang jelas dimengerti dan
menginginkan
petugas
kurangnya
memberi
kunjungan
penghargaan, bersikap ramah,
kesehatan.
Dalam
kesehatan
komunikasi
ditemui
perhatian
dari
adalah
serta
petugas
penuh perhatian dan senantiasa
memberikan dorongan moril.
Hambatan
komunikasi
yang
penderita alami adalah belum
paham tentang penyakitnya dan
bahwa
penyakitnya
tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T, (2002), Diagnosis dan
pengobatan Tuberkulosis Terbaru.
(online)
(http//www.tbindonesia.or.i
d) (diakses Sabtu, 15 November
2014) jam 19.30 Wita
40
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Rachman, Watief, (2013)
Bajari, Atwar, (2015), Metode
Penelitian Komunikasi Prosedur,
Trend dan Etika,
Rosdakarya:
Bandung.
Devito, J.A, (1997), Komunikasi
Antar Manusia Kuliah Dasar, Edisi
Kelima,
Professional
Books,
Jakarta.
……,
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, (1992),
Pedoman
Nasional
Penyehatan
Lingkungan
Pemukiman, Jakarta
…….., Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, (2008),
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis,
Jakarta
…….., Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, (2011),
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis,
Jakarta
………, Ditjen PPM dan PL, (2000),
Juknis Puskesmas Pelaksana
(PKPP)
dan
Puskesmas
Pelaksana Mandiri (PPM)
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, (2008), Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta
Vol.3 No.5 Januari 2016
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,
2008,
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,
2011,
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta
Ditjen PPM dan PL, 2000, Juknis
Puskesmas Pelaksana (PKPP)
dan Puskesmas Pelaksana
Mandiri (PPM)
Effendy, Onong, Uchjana,
Komunikasi Teori dan Praktek,
Bandung, Remaja Rosdakarya
Global Fund Kalimantan Selatan,
2012
Littlejohn, Stephen W, 2001,
Theories
of
Human
Communication,
USA,
Wadsworth Publishing
Lasswell, Harold, (1980),
Mulyana, Deddy, 2001, Ilmu
komunikasi Suatu Pengantar,
Bandung, Rosda Karya
Notoadmojo S, 2002, Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoadmojo S, 2005, Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Jakarta : Rineka Cipta,
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, (2011), Pedoman
41
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Rustono, faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian TB
paru, Magister
Epidemiologi UNDIP
Fakultas Kedokteran UNDIP
Vol.3 No.5 Januari 2016
Sudigdo S, 2002 Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Klinis : Jakarta
Ridwan, Skala Pengukuran Variabelvariabel Penelitian : Bandung,
Alfabeta Bandung
42
Vol.3 No.5 Januari 2016
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS
KESEHATAN DENGAN PASIEN TB PARU DALAM MENJAGA
KELANGSUNGAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS
Henny Yuliastri1)
Email : [email protected]
Rahmi Widyanti2)
Sanusi3)
Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) MAB Banjarmasin
ABSTRACT
Interpersonal communication is a process of health workers in interpersonal
interactions performed by health workers with pulmonary TB patients in order to
maintain continuity of treatment of pulmonary TB patients to complete treatment
using verbal and nonverbal communication. Thesis research method is descriptive
qualitative research. Where the research was conducted in Teluk Tiram PHC
Banjarmasin.
The research objective was to determine whether there is influence the quality of
interpersonal communication established between health workers with pulmonary
TB patients within the continuity of the treatment of diseases in the Gulf oysters
PHC Banjarmasin.
Results of the study found that the treatment, pulmonary TB patients want the
officer to receive and treat them like their own relatives or friends, served with a
welcoming and friendly. Pulmonary TB patients want health workers to be honest
in giving information and explanations how can they heal. Pulmonary TB patients
want health workers to give the award, be friendly, attentive and always giving
encouragement. Pulmonary TB patients want health workers to serve them
amicably. Most health care workers are already communicating effectively. The
implications of effective communication is performed there is a tendency of health
workers towards patients treatment is successful.
Suggestions of this study to enhance good communication skills for health
workers needed special training, should implement a service that is familial and not
too formal, spend more time in contact with with pulmonary tuberculosis, truthful
information, and can provide encouragement and concern in providing services and
foster good communication. Further research needs to be done about that has not
been covered in this study.
Keywords : Interpersonal Communication, Health Officer, pulmonary TB patients,
Effective Communication.
20
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
PENDAHULUAN
Di
Kota
berdasarkan
orang. Tahun 2015 Triwulan I
Banjarmasin
laporan
Puskesmas,
Vol.3 No.5 Januari 2016
dari
terlihat
adanya
penderita TB berjumlah 9 orang,
laki-laki berjumlah 7 orang dan
perempuan
berjumlah
2
peningkatan
kasus
tuberculosis
orang.Triwulan II penderita TB
paru
tahun
ke
berjumlah
dari
tahun,
7
orang,
laki-laki
diantaranya dilihat dari cakupan
berjumlah 5 orang dan perempuan
penemuan penderita tuberkulosis
berjumlah 2 orang (Buku register
BTA positif atau Case Detection Rate
TB 02 Puskesmas Teluk Tiram
(CDR) pada tahun 2008 terdapat
tahun 2015).
594 kasus, tahun 2009 terdapat 573
Komunikasi
interpersonal
kasus, tahun 2010 terdapat 641
dalam
kasus dan tahun 2011 terdapat 664
melibatkan banyak pihak
kasus.
tenaga kerja kesehatan, pasien,
Hal ini menunjukkan
dunia
kesehatan
dapat
baik
bahwa di Kota Banjarmasin kasus
maupun
penyakit
Komunikasi interpersonal sangat
TB paru masih tinggi
(Dinkes Kota Banjarmasin, 2012).
keluarga
pasien.
penting agar jalannya pelayanan
Data yang didapatkan dari
kesehatan dapat berjalan dengan
pemegang program TB Paru di
lancar.
Puskesmas
interpersonal yang baik maka akan
Teluk
Tiram
pada
Dengan
komunikasi
tahun 2014 kasus suspect TB Paru
memudahkan
ada 504 orang dengan jumlah
kesehatan
penderita
informasi yang lengkap untuk
TB
Paru
BTA
+
berjumlah 47 orang yaitu laki-laki
selanjutnya
berjumlah
yang
30
orang
dan
tenaga
dalam
memperoleh
dilakukan
diperlukan.
kerja
tindakan
Untuk
itu
perempuan berjumlah 17 orang
diperlukan penerapan komunikasi
dan penderita yang sembuh 47
interpersonal yang baik.
21
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Penelitian ini dibatasi pada
“Kualitas
:
Komunikasi
Vol.3 No.5 Januari 2016
pengumpulan data primer dan
pengumpulan data sekunder.
Populasi sampel penelitian
Interpersonal Petugas Kesehatan
dengan Pasien TB Paru dalam
ini
adalah
petugas
kesehatan
Menjaga
Kelangsungan
berjumlah 30 orang dan pasien TB
Pengobatan di Puskesmas Teluk
Paru dari jumlah 47 orang yang
Tiram Kota Banjarmasin ”
mendapatkan pengobatan
yang
pernah terlibat dalam hubungan
METODE PENELITIAN
komunikasi interpersonal, yakni
Metode penelitian tesis ini adalah
selama menjalani pengobatan TB
metode penelitian deskriptif atau
strategi DOTS yang ada pada
penelitian
Puskesmas Teluk Tiram di Kota
kualitatif.
deskriptif
menurut
Penelitian
Dr.
Atwar
Banjarmasin.
bukunya
Sampel dipilih dan ditentukan
Komunikasi
secara sengaja (purvosive) dengan
Prosedur Trend dan Etika (2015,
cara dilotre. Informan penelitian
44) mengemukakan bahwa :
ini berjumlah 16 orang.
Bajari,
M.Si
Metode
dalam
Penelitian
“Penelitian
merupakan
Penelitian ini merupakan
merupakan pengukuran yang cermat
studi kasus yang dilakukan di
terhadap fenomena sosial tertentu.
Puskesmas
Tujuan
Banjarmasin. Pemilihan lokasi ini
deskriptif
dari
penelitian
deskriptif
Teluk
dilakukan
menghimpun
pertimbangan ketersediaan data
bukan
menguji hipotesis ”.
Pengumpulan
penelitian
ini
sengaja
Kota
adalah mengembangkan konsep dan
fakta-fakta
secara
Tiram
atas
dan kelengkapan populasi yang
data
terdiri
dalam
dari
dibutuhkan di
Rangkaian
institusi tersebut.
kegiatan
penelitian
dilakukan selama 6 bulan dari
22
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
bulan Maret 2015 sampai dengan
berumur 61 - 80
tidak ada.
bulan Agustus 2015.
Distribusi frekuensi informan
penderita TB Paru yang sembuh
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
menurut golongan umur
yaitu
informan berumur 21 - 40 tahun
Tiram
sebanyak
1
termasuk ke dalam wilayah
informan
berumur 41 – 60
Kecamatan Banjarmasin Barat,
tahun sebanyak 3 orang (75%).
Kota
Banjarmasin, Propinsi
Distribusi frekuensi informan
Kalimantan Selatan tepatnya di
penderita TB Paru yang belum
Kelurahan Teluk Tiram, Jalan
sembuh
Teluk Tiram Darat RT.13 No.208
umur
Telp (0511) 3363260.
21 - 40 tahun sebanyak 2 orang
Wilayah kerja Puskesmas Teluk
(100).
Tiram
informan penderita TB Paru
Puskesmas
Teluk
terdiri
Kelurahan,
dari
yaitu
dua
Kelurahan
yang
orang
(25%),
menurut golongan
yaitu informan berumur
Distribusi
drop
frekuensi
out
menurut
luas
golongan umur yaitu informan
wilayah 42,44 ha dan Kelurahan
berumur 21 - 40 tahun sebanyak
Telawang.dengan luas wilayah
2 orang (100).
35,25 ha.
Distribusi frekuensi informan
Teluk
Tiram
dengan
Distribusi
frekuensi
informan
petugas
petugas
kesehatan
menurut
menunjukkan bahwa proporsi
golongan umur yaitu informan
pendidikan informan petugas
berumur 21 - 40 tahun sebanyak
kesehatan
5 orang (62,5%),
banyak
informan
kesehatan
yang
adalah
DIII
paling
yaitu
berumur 41 – 60 tahun sebanyak
sebanyak 4 orang informan
3 orang (37,5%) dan informan
(50%), SLTA yaitu sebanyak 2
23
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
orang (25%) dan sarjana (S1)
sebanyak
2
orang
Oleh
sebab
itu
(25%).
komunikasi sudah merupakan
pendidikan
bagian yang sangat penting
informan penderita TB Paru
dan kekal dalam kehidupan
yang
manusia
Proporsi
sembuh
yaitu
SD
seperti
halnya
sebanyak 1 orang informan
bernafas. Sepanjang manusia
(25%), SLTP yaitu sebanyak 1
ingin hidup maka ia perlu
orang
(25%)
sebanyak
2
dan
SLTA
berkomunikasi.
orang
(50%).
keinginannya untuk berhasil
Proporsi
pendidikan
dalam
Sepanjang
apa
yang
informan penderita TB Paru
diupayakannya
yang belum sembuh
yaitu
berhasil dalam komunikasi.
SLTP
1
orang
(50%) dan
SLTA
sebanyak
informan
sebanyak
1 orang (50%).
Demikian
terjadi
ia
halnya
dalam
pengobatan
harus
yang
program
TB
dengan
Proporsi pendidikan informan
rentang waktu yang relatif
penderita TB Paru yang drop
panjang.
Kelangsungan
out yaitu SD sebanyak 2 orang
pengobatan
ini
sangat
informan (100%).
dipengaruhi
oleh
kualitas
Berdasarkan penelitian dan
hasil
wawancara
dengan
komunikasi
interpersonal
yang dibangun oleh petugas
petugas kesehatan dan pasien
kesehatn
TB Paru di Puskesmas Teluk
selama
Tiram sebagai berikut :
pengobatan. Salah satu faktor
1. Penerimaan
atau
a. Petugas Kesehatan
berpengaruh
dan penderita TB
berlangsungnya
variabel
yang
adalah
penerimaan.
24
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Menerima
melihat
adalah
orang
lain
sikap
Vol.3 No.5 Januari 2016
komunikasi
yang
dilakukan
sebagai
antara petugas kesehatan dan
manusia, sebagai individu yang
pasien TB Paru yang terbatas,
patut dihargai dan dihormati
disamping kondisi usia pasien
bagaimanapun
yang tua dan pendidikan pasien
keadaannya.
Menerima orang lain artinya
mengerti
dan
sebagaimana
segala
menerimanya
adanya
dengan
perilakunya,
serta
memandangnya secara realistis.
Penerimaan yang dimaksud
adalah
kemampuan
membina
hubungan
ditunjukkan
yang
b. Pasien yang Sembuh
Di
dalam
pengobatan
Tuberkulosis hal terpenting
yang
diharapkan
hubungan
komunikasi
interpersonal
penderita
dari
petugas
adalah
dan
tindakan
petugas
nyata dari penderita untuk
dan
melakukan setiap anjuran dan
sebaliknya penderita terhadap
petunjuk yang diberikan oleh
petugas
petugas kesehatan . Sejalan
terhadap
oleh
untuk
yang rendah.
penderita
kesehatan
,
selama
menjalani pengobatan.
Hasil
penelitian
penerimaan
pasien
pada
dapat
dengan pendapat Stewart L.
tentang
Stubb dan Sylvia Moss (1974 :
umumnya
9 - 13), yang mengatakan
menerima
bahwa
komunikasi
yang
informasi tentang penyakit TB
efektif paling tidak memiliki
Paru
lima hal:
yang
mereka
derita.
Sebagian kecil saja atau 25%
1.
Adanya pengertian
pasien tidak dapat menerima
2.
Hubungan itu disenangi
informasi yang lengkap tentang
3.
Memberikan pengaruh pada
penyakitnya,
karena
waktu
sikap
25
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
4.
5.
Vol.3 No.5 Januari 2016
Hubungan yang semakin
seperti saudara atau teman sendiri
membaik
oleh
Dan adanya tindakan nyata.
berpengaruh
petugas
TB.
Situasi
kondusif
kelangsungan
c. Penderita yang Belum Sembuh
Senada masih belum sembuh
dia
dalam
masa
menuturkan
menjalani
pengobatan
bahwa
pengobatan,
selama
ini
bagi
hubungan
komunikasi interpersonal dengan
petugas TB, sehingga membuka
peluang
bagi
kelangsungan
pengobatan.
petugas
M.G memperlakukannya dengan
d. Penderita yang Drop Out
baik dan dia dengan penderita
Hasil
penderita Tn. S.A yang merasa
menunjukkan hal yang berbeda
senang pelayanan yang diberikan
dengan
dan merasa petugas menerima
dalam pengobatan.Penderita AE
keadaan mereka. Hal yang sama
mengungkapkan fakta kesannya
diungkapkan oleh penderita Ny.
tentang
petugas
M . Dia mengungkapkan rasa
petugas
MG
sukanya atas pelayanan petugas
enggan ketemu karena perasaan
Hj. M, yang kalau ketemu di pasar
dengan batuknya dan juga dia
mau
tidak sanggup lagi menjalankan
menegur
dan
bertanya
penelitian
penderita
pengobatan
layaknya teman sendiri.
pengobatan
Dari fakta-fakta yang dikemukan
terhadap obatnya.
diatas,
Tentang
kesimpulan
dapat
diambil
bahwa
dalam
menjalani pengobatan, penderita
juga
yang
MG
gagal
bahwa
baik.Namun
tentang kondisi Ny. M seperti
maka
ini
setelah
2
bulan
karena
kedua
dia
penderita
alergi
itu,
petugas mengungkapkan bahwa
memang
mereka
jarang
ke
TB ingin dilayani diperlakukan
26
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Puskesmas
karena
malu
dan
minder.
Vol.3 No.5 Januari 2016
informan tidak menjawab secara
jujur.
Dengan
demikian
disimpulkan
dapatlah
bahwasanya
Dalam hubungan petugas dan
penderita
TB
penderita TB yang masih dalam
program
pengooatan
keadaan
berlangsung cukup lama dan
batuk,
menginginkan
Paru
dengan
yang
petugas TB perhatian khusus dan
intensif,
dilayani di rumah sendiri, tempat
merupakan salah satu hal yang
yang aman dari pengamatan orang
harus tercipta dalam membangun
supaya kerahasiaan penyakitnya
komunikasi
tetap terjamin. Karena keinginan
diantara mereka.
faktor
kejujuran
interpersonal
itu tidak terpenuhi oleh petugas
TB,
maka
mereka
keputusan
mengambil
sendiri;
berhenti
menjalani program pengobatan.
b. Pasien yang Sembuh
Dari
hasil
penelitian,
penderita yang sudah sembum
menuturkan
bahwa
petugas
2. Kejujuran
kesehatan dr.MSP dengan terus
a. Petugas Kesehatan
terang memberitahukan perihal
pasien
penyakitnya. Hal yang sama
besikap jujur dalam menceritakan
terjadi pada penderita Tn. S. Dia
kondisi
mengungkapkan
Hampir
keseluruhan
penyakit
atau
gejala-
bahwa
gejala penyakitnya, namun untuk
sebelum memulai minum obat,
keadaan
petugas
keluarga
maupun
kesehatan
kondisi tempat tinggal, status
menerangkan
ekonomi
lain-lainnya
supaya
sembuh.
sebagian kecil (15%) ternyata
minum
obat
dan
dr.
MSP
bagaimana
Dia
secara
harus
teratur
paling kurang enam bulan dan
27
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
kalau tidak penyakitnya bisa
bisa
menerima
tambah parah.
penyakitnya.
informasi
Kedua fakta ini bermakna
bahwa
dalam
menjalani
pengobatan,
penderita
menginginkan
petugas
kesehatan
memberikan
c. Pasien yang belum Sembuh
Penelitian
penderita
di
tempat
Ny.
M
mengungkapkan
lain,
dan
SA
bagaimana
informasi yang jelas tentang
pelayanan petugas kesehatan
penyakitnya
terhadap
dan
tata
cara
mereka.
Penderita
minum obat yang disampaikan
menuturkan
berkesinambungan.
menjalani pengobatan, petugas
mereka
ini
Ungkapan
dibenarkan
oleh
kesehatan
bahwa
waktu
memberitahukan
petugas kesehatan dr. MSP,
bahwa
yang
bahwa
sembuh yang penting di obati
malu
sampai sembuh. Ditempat yang
menyatakan
penderita
MF
tidak
penyakitnya
dengan sakit yang dideritanya,
berbeda
dia juga terbuka menyampaikan
menyatakan bahwa ia jarang
keluhannya. Demikian halnya
ditanya-tanya dan tidak enak
dengan
penderita
kalau pergi ke Puskesmas. Fakta
petugas
yang sama, penderita Ny.M
menginginkan penderita rajin
menuturkan kesannya bahwa
datang
petugas
KZ.Maknanya,
dan
menyampaikan
terbuka
keluhan.Hal
penderita
bisa
juga
kurang begitu baik
komunikasinya sama dia, jadi
senada disampaikan penderita
dia
KZ
Puskesmas karena risih merasa
yang
mengungkapkan
bahwa dia merasa lega karena
malu
kurang
dan
enggan
diperhatikan
ke
oleh
petugas kesehatan MG.
28
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Fakta-fakta
ini
bahwa
menunjukkan
dalam
menjalani
Vol.3 No.5 Januari 2016
Dari
fakta-fakta
yang
terungkap, dapt disimpulkan
program pengobatan, penderita
bahwa
ingin supaya petugas kesehatan
pengobatan, penderita TB ingin
dan petugas TB terus terang
supaya petugas terus terang
menginformasikan
menyampaikan
yang
penyakit
dideritanya
dan
dalam
tentang
bagaimana
supaya
mereka sembuh.
informasi
segala
tersebut
sesuatu
diketahui
Kejujuran
menyangkut
kesehatan
dan
informasi
penyakitnya
meyakinkannya
kesembuhan
bahwa
itu
bukanlah
informasi
penyakitnya
menjelaskan bagaimana caranya
sembuh.Dengan
menjalani
caranya
dan
supaya
seorang
petugas
menyampaikan
pada
menumbuhkan
keyakinan
pengertian,
dan
keteguhan
sesuatu yang mustahil asalkan
dalam
penderita TB berobat secara
ungkapan menyatakan bahwa
kontinu sampai enam bulan.
bila
Dengan memahami, mereka
diri
penderita,
penderita.Ada
kita
menginginkan
hubungan
komunikasi
bisa menyadari keadaannya dan
interpersonal yang baik, harus
mengambil
dihindari
tanggung
jawab
terlalu
dalam proses penyembuhannya.
"penopengan".
Mereka harus merubah sikap
muncul kepercayaan terhadap
dan
ketidakjujuran. Sebaliknya kita
jawab.
mengambil
Di
petugaspun
tanggung
pihak
Tidak
banyak
akan
lain,
menaruh kepercayaan kepada
mengharapkan
orang yang terbuka, atau tidak
keterbukaan dari penderita bila
mempunyai
pretense
atau
menemui permasalahan.
keinginan yang dibuat-buat.
29
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
hal-hal
b. Pasien TB yang Drop Out
Penelitian
yang
berhubungan
dengan tata cara dan efek yang
menginformasikan
timbul
akibat
pengobatan.
yang
disampaikan
dalam hal kejujuran penderita-
Informasi
penderita yang gagal dalam
petugas MG bahwa informasi
pengobatan
sudah
memiliki
disampaikan
tetapi
penderita
belum
pengalaman tersendiri dengan
mungkin
petugas.Penderita AE dan M
mengerti
mengungkapkan dengan nada
menunjukkan informasi sudah
frustasi
diberikan
bahwa
berkali-kali
benar.Fakta
tetapi
ini
belum
sudah menyampaikan bahwa
dimengerti penderita dan tidak
tidak
tetapi
dijelaskan kembali.Pemahaman
petugas TB menyuruhnya untuk
mereka masih terbatas, sehingga
terus minum obatnya.
menerima diri sendiripun sulit
Penderita AE dengan kecewa
akibatnya
juga menuturkan bahwa dia
diri.Keduanya
mengambil keputusan sendiri
malu datang ke Puskesmas.
ada
perbaikan,
mereka
menutup
pendiam
dan
untuk berhenti minum obat
. Hal yang sama, penderita
karena
obat
AE menuturkan bahwa ia
badannya gatal semua karena
merasa tidak cocok dengan
alergi obat dan tidak enak
obat-obat TB. Kedua fakta ini
perasaannya. Kedua fakta ini
bermakna
bermakna bahwa penderita ini
penderita
menginginkan
tambahan
dan
berkesinambungan
atas
terbuka
tiap
minum
petugas
TB
menginformasikan
dengan jelas penyakitnya dan
penyakit
berkesinambungan menjeiaskan
pengobatan
bahwa
ingin
dan
dan
kedua
penjelasan
prosedur
dan
apa
30
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
yang mereka lakukan bila
jelas tentang penyakitnya dan
timbul
Dan
secara rutin menjelaskan tata
mengkonfirmasi
cara pengobatan serta reaksi
reaksi
petugas
bahwa
obat.
penderita
malu
obat yang timbul. Namun
datang padanya dan takut
dalam hal ini petugas tidak
menyampaikan
ada
melakukan
masalahnya. Orangnya susah
diinginkan
bergaul atau diajak bicara.
Dari pernyataannya kelihatan
Sedangkan
AE
bahwa penderita menjalani
pada
pengobatan dengan penuh
tidak
kalau
penderita
patuh
anjuran.Maknanya
bahwa
apa
yang
penderita
keraguan
TB.
dan
petugas TB juga inginkan
ketidakpastian.Petugas tidak
penderita
secara
menemuinya
TB
dan
datang
terbuka
berkesinambungan
memberikan informasi yang
menyampaikan keluhannya.
dibutuhkan.Akibatnva pada
Dari
saat
fakta-fakta
yang
tidak
enak
perasaan
dikemukakan diatas dapat
minum obat atau perbaikan
disimpulkan
kondisi
bahwa
mereka
penderita-penderita TB itu
kelihatan
gagal
menafsirkan
menyelesaikan
pengobatan
karena
memahami
dengan
penjelasan
yang
disampaikan
belum
baik
sudah
petugas
TB.
belum
mereka
itu
sebagai
ketidakcocokannya terhadap
pengobatan.
Merujuk pendapat Arnold P.
Golstein
(1975)
yang
Penderita TB menginginkan
mengembangkan
petugas
TB
enchancement methods" (metode
dengan
peningkatan hubungan) dalam
menginformasikan
"relationship-
31
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
psikoterapi.la
memmuskan
Vol.3 No.5 Januari 2016
Paru
yang
mereka
metode ini dengan tiga prinsip,
sesuai
Makin
hubungan
informasi petugas kesehatan.
interpersonal
Sebagian kecil (12,5%) belum
baik
komunikasi
petugas
kesehatan
dengan
meyakini
arahan
bahwa
dan
bilamana
mereka sembuh nantinya akan
penderita TB .
a.
dengan
derita
Makin terbuka penderita TB
memperoleh
manfaat
bagi
kehidupannya.
mengungkapkan perasaannya
b. Makincenderung penderita
Menurut teori pertukaran
TB meneliti perasaannya secara
sosial (social exchange theory),
mendalam beserta petugas
interaksi
sosial
adalah
kesehatan.
semacam
transaksi
dagang.
c. Makin cenderung penderita
Kita
TB mendengar dengan penuh
interaksi
perhatian dan bertindak atas
banyak daripada biaya. Bila
nasehat yang diberikan petugas
pergaulan
kesehatan.
sangat menguntungkan dari
akan
melanjutkan
bila
laba
diantara
lebih
sesama
segi psikologis dan ekonomis
3. Penghargaan
maka
a. Petugas Kesehatan
berlangsung.
Hasil
interaksi
akan
terus
Seseorang
penelitian
berhubungan dengan orang
menunjukkan bahwa sebagian
lain karena ia mengharapkan
besar
sesuatu
pasien
memperoleh
(reward)
dari
merasa
penghargaan
petugas
dan
yang
kebutuhannya.
memenuhi
Penghargaan
diuntukkan bagi orang yang
keuntunganbilamana
kita senangi, dapat berupa
melaksanakan pengobatan TB
dorongan
moril,
pujian,
32
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
motivasi atau hal-hal yang
penderita hal seperti itu sangat
dapat
berarti untuk bertahan menjalani
meningkatkan
harga
diri seseorang.
pengobatan. Kenyataannya hal itu
membuat mereka senang , merasa
b. Pasien Yang Sembuh
Dalam
terdorong dan bersemangat serta
hubungannya
dengan petugas SMN, penderita
mematuhi setiap petunjuk petugas
TB dalam menjalani pengobatan.
Ny. M mengungkapkan bahwa
petugas
SMN
baik
mendorongnya
untuk
pasrah.Petugas
dan
tidak
juga tidak lupa
Kenyataan
dari
hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
mereka
tidak
pengobatan
percaya
akan
pada
memberikan
menelponnya bila ia tidak sempat
kesembuhan.
mengambilnya. Ungkapan yang
muncul karena kurangnya petugas
senada juga dituturkan
TB
menuturkan
bahwa
KZ. Dia
Keyakinan
meyakinkan
ini
dan
pelayanan
mengingatkannya kembali.Hal ini
petugas kesehatan menyenangkan,
dibenarkan pula oleh petugas NM
penuh
selalu
dia mengungkapkan bahwa kedua
memberikan semangat untuk terus
penderita itu tertutup dan malas
minum obat.
datang ke Puskesmas.Fakta ini
Dari fakta-fakta yang terungkap
juga mengandungt makna bahwa
diatas maka dapat disimpulkan
petugas juga mau supaya mereka
bahwa
rajin
perhatian
dalam
pengobatan
TB
panjang
itu,
menginginkan
dan
menjalani
yang
relatif
datang
dan
terbuka
menyampaikan bila ada keluhan.
penderita
dorongan
moril,
keramahan, perhatian dan senyum
dari petugas kesehatan.Di mata
c. Pasien yang Belum Sembuh
Nilai
sebuah
penghargaan
berbeda-beda seorang terhadap
33
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
yang lain bisa dalam bentuk
dan dorongan moril. Penderita itu
materi ataupun non material. Dari
menyadari
hasil penelitian, penderita Ny. M
yang dijalaninya telah mengubah
mengungkapkan
keadaannya kearah yang lebih
ketemu
bahwa
petugas
setiap
kesehatan
,
bahwa
baik. Sudah bisa bisa bekerja dan
petugas selalu senyum dan ramah
mencari
terhadapnya. Dia menambahkan
sebelum jatuh sakit.
dengan
kondisinya
pengobatan
nafkah
sama
seperti
sudah
membaik, sudah memungkinkan
d. Pasien TB yang Drop Out
baginya untuk mengasuh ke 3
Penderita AE menuturkan kalau
anaknya yang masih balita. Hal
minum obat dia merasa pusing
yang sama dituturkan pula oleh
dan badannya gatal-gatal semua.
penderita
Makna
bahwa
MF.
Di
petugas
memberikan
sampaikan
EN
banyak
dorongan
untuk
dari
penderita
fakta
TB
ini
adalah
menginginkan
supaya petugas TB meyakinkan
tidak bosan minum obat, tidak
bahwa
malu lagi untuk ketemu dan
kembali membaik. Dan selalu pula
bicara dengan orang lain serta
diingatkan untuk terus minum
dengan bantuan petugas kini dia
obat
sudah bisa bekerja mencari nafkah
selesai.Dan
untuk keluarganya.
bahwa obat itu kadang memiliki
Pernyataan ini memiliki makna
bahwa
pengobatan,
dalam
menjalani
penderita
TB
keadaan
secara
mereka
teratur
menjelaskan
akan
sampai
pula
reaksi yang dirasakan tidak enak
dan
ada
jalan
keluarnya.Fakta
dalam penelitian ini bahwa mereka
menginginkan sikap yang bai dari
belum
petugas
informasi tentang penyakit dan
kesehatan
dengan
senyuman, perhatian, keramahan
memahami
sepenuhnya
seluk-beluk pengobatan.
34
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
melakukan
4. Kekeluargaan
pendekatan
secara
kekeluargaan.
a. Petugas Kesehatan
Dari hasil penelitian petugas
b. Pasien yang Sembuh
kesehatan dalam berkomunikasi
Fakta-fakta ini memiliki makna
dengan pasien berusaha untuk
bahwa
merangkul pasien dengan sikap
mendapat
kekeluargaan, tetapi yang
kunjungan
lain
penderita
ingin
lebih
perhatian
dan
petugas
TB.Pada
tetap menjaga sikap professional,
penelitian ini petugas MG, SMN
dalam
dan DM tidak menyanggupi hal
arti
petugas
kesehatan
adalah sebagai petugas kesehatan
itu.Melalui
dan pasien adalah sebagai pasien.
diketahui
Menjaga
demikian
penderita malas datang ke tempat
sikap
pelayanan.Dan hal itu membuat
jarak
dipandang
yang
sebagai
profesionalisme
mengandalkan
dan
penderita
kedudukan
menjabni
penuturannya
bahwa
memang
kurang
motivasi
pengobatan.
Untuk
mereka. Tambahan lagi, menjaga
mengambil obat, penderita Ny. H
diri
dari
mengutus suaminya sedangkan M
kemungkinan tertular penyakit TB
rumahnya jauh dan sulit baginya
Paru dari pasien menjadi alas an
untuk mengambil obatnya
mereka untuk menjaga jarak atau
untuk
memakai masker (APD). Secara
anaknya yang mengambilkan.
prosentase, sikap menjaga jarak
Dari
tersebut tidak dominan, karena
disimpulkan bahwa penderita TB
sebagian besar petugas kesehatan
ingin supaya petugas TB lebih
tidak
memperhatikan dan mengunjungi
petugas
menjaga
kesehatan
jarak
dan
obat
tambahan,
fakta-fakta
ini
Jadi
anak-
dapat
mereka.Dan hal seperti itu tidak
35
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
dilakukan oleh petugas TB.Petugas
menginginkan
mengunjungi
penderita
petugas
TB
di
tempat pelayanan.
d. Pasien TB yang Drop Out
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa penderita-penderita yang
gagal dalam pengobatan, memiliki
c. Pasien yang Belum Sembuh
juga hubungan tertentu dengan
Fakta-fakta ini memiliki makna
petugas TB.Penderita AE misalnya
penderita-penderita
ini
menuturkan suatu fakta bahwa
menginginkan kontak yang lebih
dengan petugas MG walaupun
sering dengan petugas TB yang
sebelumnya sudah pernah ketemu
dilakukan bisa dimana saja dan
namun
kapan saja, saat dimana mereka
Demikian
bisa
penderita
menyampaikan
permasalahan
TB
bila
ada
ditemui.Petugas
tidak
begitu
akrab,
juga
halnya
dengan
M.
menunjukkan
Pengalaman
bahwa
dengan
MG menuturkan bahwa sering ada
petugas M.G selama menjalani
kontak dengan mereka. Dengan
pengobatan,
penderita Ny.M dan SA
bertemu
kontak
cuma
waktu
dua
kali
memeriksakan
dahak.Selebihnya
istrinya
dekat Puskesmas. Sedang dengan
anak-
yang
penderita MF, rumahnya jauh tapi
mengambil
obat.
karena biasa bertemu bila petugas
bermakna
bahwa
melakukan kunjungan rumah ke
penderita ingin supaya petugas TB
pasien. Fakta ini bermakna bahwa
memberikan
petugas juga mau supaya setiap
bagi mereka, kejelasan informasi
saat ada kontak dengan pasien
penyakit dan tata cara pengobatan
agar
yang berkesinambungan.
dipermudah
bisa
karena
memantau
rumahnya
keadaan
anaknya
atau
datang
Fakta
ini
penderita-
perhatian
khusus
mereka.
36
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Vol.3 No.5 Januari 2016
Secara tidak langsung penderita
mereka
yang mengerti penyakitnya tidak
informasi dan edukasi kepada
mengaiami masalah dan setalu
pasien
berusaha untuk bertemu setiap
dengan
saat dengan petugas TB.
interpersonal, tingkat pendidikan
dan
dalam
TB.
memberikan
Hal
ini
teknik
usia
didukung
komunikasi
petugas
kesehatan.
5. Kemampuan Komunikasi
Petugas kesehatan yang sudah
a. Petugas Kesehatan
senior atau berpendidikan tinggi
Petugas kesehatan menilai pasien
mampu
hampir
dengan baik.
keseluruhan
berkomunikasi
kesehatan
informasi
mampu
dengan
dalam
dan
petugas
menerima
edukasi
dari
menjalin
komunikasi
Menurut pasien yang sembuh
petugas
kesehatan
keterbukaan
memiliki
yaitu
sikap
ini
humanistis (manusiawi) yang
teknik
menunjukkan tenaga kesehatan
komunikasi interpersonal, tingkat
terbuka terhadap pasien dan
pendidikan dan usia pasien. Pasien
menunjukkan kemauan mereka
yang
atau
untuk memberikan tanggapan
berpendidikan renda (7,5%) tidak
yang jujur dan terus terang
mampu
terhadap
petugas
kesehatan.
didukung
Hal
dengan
sudah
menjalin
tua
komunikasi
tenaga
informan
b. Pasien yang Sembuh
yang
sembuh
sebagian
menyatakan dan menilai petugas
kesehatan
mampu
Dari
rangkuman wawancara dengan
dengan baik..
Pasien
pasien.
hampir
keseluruhan
berkomunikasi
dengan
kesehatan
ternyata
selaku
sebagian
besar (85%) mampu bersikap
terbuka terhadap pasien .
Sifat
keterbukaan
menunjukkan paling tidak ada
37
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
dua
aspek. Aspek pertama
adalah
bahwa
kita
harus
Vol.3 No.5 Januari 2016
Tenaga
besar
kesehatan
berhasil
sebagian
membangun
terbuka pada orang-orang yang
sikap demikian ((92,5%).
berinteraksi dengan kita. Aspek
Pasien
menerima
penjelasan
kedua,
tenaga
kesehatan
mengenai
dari
keterbukaan
menunjuk pada kemauan kita
penyakit TB Paru dan SOP
untuk memberikan tanggapan
pengobatannya.Hal
demikian
terhadap orang lain dengan
karena
kesehatan
jujur terus terang tentang segala
memberikan
sesuatu yang dikatakannya.
informasi secara baik.
c. Pasien yang Belum Sembuh
Perilaku suportif antara
tenaga
pelayanan
d. Pasien TB yang Drop Out
Pasien yang drop out
petugas kehetan dengan pasien
sebenarnya
TB merupakan
perilaku
perilaku yang
mendukung
terjalinnya
dan
menanggapi
tenaga kesehatan
yang
positif,
pasien
komunikasi komunikasi yang
umumnya
efektif.
dekriptif
mengenai penyakitnya dan
(terjabar) lebih efektif daripada
juga keluarganya. Harapan
evaluatif.
pula
pasien juga terbangun karena
professional
ada harapan keuntungan dan
Suasana
spontanitas
dalam
arti
Diperlukan
dan
bersifat
untuk
terbuka
mendengarkan
bersikap
keberuntungan
pasien
sembuh
jujur
bilamana
total
dari
pandangan yang berbeda serta
penyakitnya. Tenaga medis
bersedia menerima pandagan
berinteraksi
orang
interpersonal) dengan pasien
lain
bilamana
pendapatnya memang keliru.
disesuaikan
(berkomunikasi
dengan
usia
38
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
pasien,
termasuk
mempertimbangkan
yang
berlaku
kebiasaan,
sapaan
,
latar
adat
belakang
Vol.3 No.5 Januari 2016
mengganggap pasien jujur
dalam
berkomunikasi.
Harapan memperoleh
nilai
positif apabila pasien sembuh
total bukan haya dirasakan
etnik dan lain-lain.
Komunikasi Interpersonal
akan berkembang bila ada
oleh pasien tetapi juga oleh
tenaga kesehatan.
pandangan positif terhadap
orang
lain
dan
berbagai
situasi komunikasi. Tenaga
KESIMPULAN
1. Dalam menjalani pengobatan,
kesehatan selaku informan
penderita
TB
Paru
dituntut selalu berpandangan
menginginkan
positif terhadap pasien dalam
menerima dan memperlakukan
berbagai
situasi.
Sebagian
mereka seperti saudara atau
besar
(77,5%)
dapat
teman sendiri, dilayani dengan
petugas
diperlihatkan dan sebagian
ramah
kecil (22,5%) belum mampu
Hambatan yang penderita alami
mencapai sikap
ialah kalau batuk lama mereka
Mempersamakan
dan
bersahabat.
malu berobat ke Puskesmas.
kedudukan
antara
tenaga
Mereka mau supaya dierhatikan
kesehatan
dan
pasien
secara
sebagian
oleh
petugas
informan
kesehatan dengan mengunjungi
dapat menyikapinya (77,5%).
mereka di rumah. Sedangkan
Sebagian kecil menganggap
petugas
keduanya
mempunyai
menginginkan supaya penderita
keduanya
TB Paru yang rajin datang
kedudukan
besar
khusus
berbeda. Tenaga kesehatan
menemuinya
kesehatan
dan
terbuka
39
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
menyampaikan
bila
ada
Vol.3 No.5 Januari 2016
bila sembuh keadaan mereka
bisa
keluhan.
2. Penderita TB Paru ingin supaya
petugas
kesehatan
terang
atau
memberikan
kembali
baik
seperti
semula. Petugas kesehatan tidak
berterus
menjelaskan secara terperinci
dalam
tentang cara pengobatan dan
dan
harus bagaimana bila ada efek
jujur
informasi
penjelasan bagaimana caranya
samping obat.
agar mereka sembuh. Begitu
4. Penderita TB dalam menjalani
pula dengan petugas kesehatan
pengobatan
menginginkan
penderita
TB
petugas
Paru
dan
terbuka
mereka
jujur
menginginkan
kesehatan
secara
melayani
kekeluargaan.
memberikan keluhan dan gejala
Mereka mau lebih sering ada
yang mereka derita sehingga
kontak
petugas
kesehatan, dimana dan kapan
kesehatan
mudah
dengan
petugas
dalam memberikan terapi dan
saja.
Hambatan
cara minum obat TB Paru.
yang
biasa
3.
menjalani
informasi dari petugas yang
pengobatan, penderita TB Paru
kurang jelas dimengerti dan
menginginkan
petugas
kurangnya
memberi
kunjungan
penghargaan, bersikap ramah,
kesehatan.
Dalam
kesehatan
komunikasi
ditemui
perhatian
dari
adalah
serta
petugas
penuh perhatian dan senantiasa
memberikan dorongan moril.
Hambatan
komunikasi
yang
penderita alami adalah belum
paham tentang penyakitnya dan
bahwa
penyakitnya
tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T, (2002), Diagnosis dan
pengobatan Tuberkulosis Terbaru.
(online)
(http//www.tbindonesia.or.i
d) (diakses Sabtu, 15 November
2014) jam 19.30 Wita
40
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Rachman, Watief, (2013)
Bajari, Atwar, (2015), Metode
Penelitian Komunikasi Prosedur,
Trend dan Etika,
Rosdakarya:
Bandung.
Devito, J.A, (1997), Komunikasi
Antar Manusia Kuliah Dasar, Edisi
Kelima,
Professional
Books,
Jakarta.
……,
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, (1992),
Pedoman
Nasional
Penyehatan
Lingkungan
Pemukiman, Jakarta
…….., Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, (2008),
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis,
Jakarta
…….., Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, (2011),
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis,
Jakarta
………, Ditjen PPM dan PL, (2000),
Juknis Puskesmas Pelaksana
(PKPP)
dan
Puskesmas
Pelaksana Mandiri (PPM)
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, (2008), Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta
Vol.3 No.5 Januari 2016
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,
2008,
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,
2011,
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta
Ditjen PPM dan PL, 2000, Juknis
Puskesmas Pelaksana (PKPP)
dan Puskesmas Pelaksana
Mandiri (PPM)
Effendy, Onong, Uchjana,
Komunikasi Teori dan Praktek,
Bandung, Remaja Rosdakarya
Global Fund Kalimantan Selatan,
2012
Littlejohn, Stephen W, 2001,
Theories
of
Human
Communication,
USA,
Wadsworth Publishing
Lasswell, Harold, (1980),
Mulyana, Deddy, 2001, Ilmu
komunikasi Suatu Pengantar,
Bandung, Rosda Karya
Notoadmojo S, 2002, Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoadmojo S, 2005, Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Jakarta : Rineka Cipta,
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, (2011), Pedoman
41
Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen
Rustono, faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian TB
paru, Magister
Epidemiologi UNDIP
Fakultas Kedokteran UNDIP
Vol.3 No.5 Januari 2016
Sudigdo S, 2002 Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Klinis : Jakarta
Ridwan, Skala Pengukuran Variabelvariabel Penelitian : Bandung,
Alfabeta Bandung
42