EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS KESEHATAN DENGAN PASIEN TB PARU DALAM MENJAGA KELANGSUNGAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS
KESEHATAN DENGAN PASIEN TB PARU DALAM MENJAGA
KELANGSUNGAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS
Henny Yuliastri1)
Email : [email protected]
Rahmi Widyanti2)
Sanusi3)
Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) MAB Banjarmasin
ABSTRACT
Interpersonal communication is a process of health workers in interpersonal
interactions performed by health workers with pulmonary TB patients in order to
maintain continuity of treatment of pulmonary TB patients to complete treatment
using verbal and nonverbal communication. Thesis research method is descriptive
qualitative research. Where the research was conducted in Teluk Tiram PHC
Banjarmasin.
The research objective was to determine whether there is influence the quality of
interpersonal communication established between health workers with pulmonary

TB patients within the continuity of the treatment of diseases in the Gulf oysters
PHC Banjarmasin.
Results of the study found that the treatment, pulmonary TB patients want the
officer to receive and treat them like their own relatives or friends, served with a
welcoming and friendly. Pulmonary TB patients want health workers to be honest
in giving information and explanations how can they heal. Pulmonary TB patients
want health workers to give the award, be friendly, attentive and always giving
encouragement. Pulmonary TB patients want health workers to serve them
amicably. Most health care workers are already communicating effectively. The
implications of effective communication is performed there is a tendency of health
workers towards patients treatment is successful.
Suggestions of this study to enhance good communication skills for health
workers needed special training, should implement a service that is familial and not
too formal, spend more time in contact with with pulmonary tuberculosis, truthful
information, and can provide encouragement and concern in providing services and
foster good communication. Further research needs to be done about that has not
been covered in this study.
Keywords : Interpersonal Communication, Health Officer, pulmonary TB patients,
Effective Communication.


20

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

PENDAHULUAN
Di

Kota

berdasarkan

orang. Tahun 2015 Triwulan I
Banjarmasin

laporan

Puskesmas,

Vol.3 No.5 Januari 2016


dari

terlihat

adanya

penderita TB berjumlah 9 orang,
laki-laki berjumlah 7 orang dan
perempuan

berjumlah

2

peningkatan

kasus

tuberculosis


orang.Triwulan II penderita TB

paru

tahun

ke

berjumlah

dari

tahun,

7

orang,

laki-laki


diantaranya dilihat dari cakupan

berjumlah 5 orang dan perempuan

penemuan penderita tuberkulosis

berjumlah 2 orang (Buku register

BTA positif atau Case Detection Rate

TB 02 Puskesmas Teluk Tiram

(CDR) pada tahun 2008 terdapat

tahun 2015).

594 kasus, tahun 2009 terdapat 573

Komunikasi


interpersonal

kasus, tahun 2010 terdapat 641

dalam

kasus dan tahun 2011 terdapat 664

melibatkan banyak pihak

kasus.

tenaga kerja kesehatan, pasien,

Hal ini menunjukkan

dunia

kesehatan


dapat
baik

bahwa di Kota Banjarmasin kasus

maupun

penyakit

Komunikasi interpersonal sangat

TB paru masih tinggi

(Dinkes Kota Banjarmasin, 2012).

keluarga

pasien.

penting agar jalannya pelayanan


Data yang didapatkan dari

kesehatan dapat berjalan dengan

pemegang program TB Paru di

lancar.

Puskesmas

interpersonal yang baik maka akan

Teluk

Tiram

pada

Dengan


komunikasi

tahun 2014 kasus suspect TB Paru

memudahkan

ada 504 orang dengan jumlah

kesehatan

penderita

informasi yang lengkap untuk

TB

Paru

BTA


+

berjumlah 47 orang yaitu laki-laki

selanjutnya

berjumlah

yang

30

orang

dan

tenaga

dalam


memperoleh

dilakukan

diperlukan.

kerja

tindakan

Untuk

itu

perempuan berjumlah 17 orang

diperlukan penerapan komunikasi

dan penderita yang sembuh 47

interpersonal yang baik.

21

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Penelitian ini dibatasi pada
“Kualitas

:

Komunikasi

Vol.3 No.5 Januari 2016

pengumpulan data primer dan
pengumpulan data sekunder.
Populasi sampel penelitian

Interpersonal Petugas Kesehatan
dengan Pasien TB Paru dalam

ini

adalah

petugas

kesehatan

Menjaga

Kelangsungan

berjumlah 30 orang dan pasien TB

Pengobatan di Puskesmas Teluk

Paru dari jumlah 47 orang yang

Tiram Kota Banjarmasin ”

mendapatkan pengobatan

yang

pernah terlibat dalam hubungan
METODE PENELITIAN

komunikasi interpersonal, yakni

Metode penelitian tesis ini adalah

selama menjalani pengobatan TB

metode penelitian deskriptif atau

strategi DOTS yang ada pada

penelitian

Puskesmas Teluk Tiram di Kota

kualitatif.

deskriptif

menurut

Penelitian
Dr.

Atwar

Banjarmasin.

bukunya

Sampel dipilih dan ditentukan

Komunikasi

secara sengaja (purvosive) dengan

Prosedur Trend dan Etika (2015,

cara dilotre. Informan penelitian

44) mengemukakan bahwa :

ini berjumlah 16 orang.

Bajari,

M.Si

Metode

dalam

Penelitian

“Penelitian

merupakan

Penelitian ini merupakan

merupakan pengukuran yang cermat

studi kasus yang dilakukan di

terhadap fenomena sosial tertentu.

Puskesmas

Tujuan

Banjarmasin. Pemilihan lokasi ini

deskriptif

dari

penelitian

deskriptif

Teluk

dilakukan

menghimpun

pertimbangan ketersediaan data

bukan

menguji hipotesis ”.
Pengumpulan
penelitian

ini

sengaja

Kota

adalah mengembangkan konsep dan
fakta-fakta

secara

Tiram

atas

dan kelengkapan populasi yang
data
terdiri

dalam
dari

dibutuhkan di
Rangkaian

institusi tersebut.

kegiatan

penelitian

dilakukan selama 6 bulan dari

22

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

bulan Maret 2015 sampai dengan

berumur 61 - 80

tidak ada.

bulan Agustus 2015.

Distribusi frekuensi informan
penderita TB Paru yang sembuh

HASIL

PENELITIAN

DAN

PEMBAHASAN

menurut golongan umur

yaitu

informan berumur 21 - 40 tahun
Tiram

sebanyak

1

termasuk ke dalam wilayah

informan

berumur 41 – 60

Kecamatan Banjarmasin Barat,

tahun sebanyak 3 orang (75%).

Kota

Banjarmasin, Propinsi

Distribusi frekuensi informan

Kalimantan Selatan tepatnya di

penderita TB Paru yang belum

Kelurahan Teluk Tiram, Jalan

sembuh

Teluk Tiram Darat RT.13 No.208

umur

Telp (0511) 3363260.

21 - 40 tahun sebanyak 2 orang

Wilayah kerja Puskesmas Teluk

(100).

Tiram

informan penderita TB Paru

Puskesmas

Teluk

terdiri

Kelurahan,

dari

yaitu

dua

Kelurahan

yang

orang

(25%),

menurut golongan

yaitu informan berumur

Distribusi

drop

frekuensi

out

menurut

luas

golongan umur yaitu informan

wilayah 42,44 ha dan Kelurahan

berumur 21 - 40 tahun sebanyak

Telawang.dengan luas wilayah

2 orang (100).

35,25 ha.

Distribusi frekuensi informan

Teluk

Tiram

dengan

Distribusi

frekuensi

informan

petugas

petugas

kesehatan

menurut

menunjukkan bahwa proporsi

golongan umur yaitu informan

pendidikan informan petugas

berumur 21 - 40 tahun sebanyak

kesehatan

5 orang (62,5%),

banyak

informan

kesehatan

yang
adalah

DIII

paling
yaitu

berumur 41 – 60 tahun sebanyak

sebanyak 4 orang informan

3 orang (37,5%) dan informan

(50%), SLTA yaitu sebanyak 2

23

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

orang (25%) dan sarjana (S1)
sebanyak

2

orang

Oleh

sebab

itu

(25%).

komunikasi sudah merupakan

pendidikan

bagian yang sangat penting

informan penderita TB Paru

dan kekal dalam kehidupan

yang

manusia

Proporsi

sembuh

yaitu

SD

seperti

halnya

sebanyak 1 orang informan

bernafas. Sepanjang manusia

(25%), SLTP yaitu sebanyak 1

ingin hidup maka ia perlu

orang

(25%)

sebanyak

2

dan

SLTA

berkomunikasi.

orang

(50%).

keinginannya untuk berhasil

Proporsi

pendidikan

dalam

Sepanjang

apa

yang

informan penderita TB Paru

diupayakannya

yang belum sembuh

yaitu

berhasil dalam komunikasi.

SLTP

1

orang

(50%) dan

SLTA

sebanyak

informan
sebanyak

1 orang (50%).

Demikian
terjadi

ia

halnya

dalam

pengobatan

harus

yang

program

TB

dengan

Proporsi pendidikan informan

rentang waktu yang relatif

penderita TB Paru yang drop

panjang.

Kelangsungan

out yaitu SD sebanyak 2 orang

pengobatan

ini

sangat

informan (100%).

dipengaruhi

oleh

kualitas

Berdasarkan penelitian dan
hasil

wawancara

dengan

komunikasi

interpersonal

yang dibangun oleh petugas

petugas kesehatan dan pasien

kesehatn

TB Paru di Puskesmas Teluk

selama

Tiram sebagai berikut :

pengobatan. Salah satu faktor

1. Penerimaan

atau

a. Petugas Kesehatan

berpengaruh

dan penderita TB
berlangsungnya

variabel

yang
adalah

penerimaan.

24

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Menerima
melihat

adalah

orang

lain

sikap

Vol.3 No.5 Januari 2016

komunikasi

yang

dilakukan

sebagai

antara petugas kesehatan dan

manusia, sebagai individu yang

pasien TB Paru yang terbatas,

patut dihargai dan dihormati

disamping kondisi usia pasien

bagaimanapun

yang tua dan pendidikan pasien

keadaannya.

Menerima orang lain artinya
mengerti

dan

sebagaimana
segala

menerimanya

adanya

dengan

perilakunya,

serta

memandangnya secara realistis.
Penerimaan yang dimaksud
adalah

kemampuan

membina

hubungan

ditunjukkan

yang

b. Pasien yang Sembuh
Di

dalam

pengobatan

Tuberkulosis hal terpenting
yang

diharapkan

hubungan

komunikasi

interpersonal
penderita

dari

petugas

adalah

dan

tindakan

petugas

nyata dari penderita untuk

dan

melakukan setiap anjuran dan

sebaliknya penderita terhadap

petunjuk yang diberikan oleh

petugas

petugas kesehatan . Sejalan

terhadap

oleh

untuk

yang rendah.

penderita

kesehatan

,

selama

menjalani pengobatan.
Hasil

penelitian

penerimaan
pasien

pada

dapat

dengan pendapat Stewart L.
tentang

Stubb dan Sylvia Moss (1974 :

umumnya

9 - 13), yang mengatakan

menerima

bahwa

komunikasi

yang

informasi tentang penyakit TB

efektif paling tidak memiliki

Paru

lima hal:

yang

mereka

derita.

Sebagian kecil saja atau 25%

1.

Adanya pengertian

pasien tidak dapat menerima

2.

Hubungan itu disenangi

informasi yang lengkap tentang

3.

Memberikan pengaruh pada

penyakitnya,

karena

waktu

sikap

25

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

4.

5.

Vol.3 No.5 Januari 2016

Hubungan yang semakin

seperti saudara atau teman sendiri

membaik

oleh

Dan adanya tindakan nyata.

berpengaruh

petugas

TB.

Situasi

kondusif

kelangsungan
c. Penderita yang Belum Sembuh
Senada masih belum sembuh
dia

dalam

masa

menuturkan
menjalani

pengobatan

bahwa

pengobatan,

selama

ini
bagi

hubungan

komunikasi interpersonal dengan
petugas TB, sehingga membuka
peluang

bagi

kelangsungan

pengobatan.

petugas

M.G memperlakukannya dengan

d. Penderita yang Drop Out

baik dan dia dengan penderita

Hasil

penderita Tn. S.A yang merasa

menunjukkan hal yang berbeda

senang pelayanan yang diberikan

dengan

dan merasa petugas menerima

dalam pengobatan.Penderita AE

keadaan mereka. Hal yang sama

mengungkapkan fakta kesannya

diungkapkan oleh penderita Ny.

tentang

petugas

M . Dia mengungkapkan rasa

petugas

MG

sukanya atas pelayanan petugas

enggan ketemu karena perasaan

Hj. M, yang kalau ketemu di pasar

dengan batuknya dan juga dia

mau

tidak sanggup lagi menjalankan

menegur

dan

bertanya

penelitian

penderita

pengobatan

layaknya teman sendiri.

pengobatan

Dari fakta-fakta yang dikemukan

terhadap obatnya.

diatas,

Tentang

kesimpulan

dapat

diambil

bahwa

dalam

menjalani pengobatan, penderita

juga

yang

MG

gagal

bahwa

baik.Namun

tentang kondisi Ny. M seperti

maka

ini

setelah

2

bulan

karena

kedua

dia

penderita

alergi

itu,

petugas mengungkapkan bahwa
memang

mereka

jarang

ke

TB ingin dilayani diperlakukan

26

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Puskesmas

karena

malu

dan

minder.

Vol.3 No.5 Januari 2016

informan tidak menjawab secara
jujur.

Dengan

demikian

disimpulkan

dapatlah

bahwasanya

Dalam hubungan petugas dan
penderita

TB

penderita TB yang masih dalam

program

pengooatan

keadaan

berlangsung cukup lama dan

batuk,

menginginkan

Paru

dengan
yang

petugas TB perhatian khusus dan

intensif,

dilayani di rumah sendiri, tempat

merupakan salah satu hal yang

yang aman dari pengamatan orang

harus tercipta dalam membangun

supaya kerahasiaan penyakitnya

komunikasi

tetap terjamin. Karena keinginan

diantara mereka.

faktor

kejujuran

interpersonal

itu tidak terpenuhi oleh petugas
TB,

maka

mereka

keputusan

mengambil

sendiri;

berhenti

menjalani program pengobatan.

b. Pasien yang Sembuh
Dari

hasil

penelitian,

penderita yang sudah sembum
menuturkan

bahwa

petugas

2. Kejujuran

kesehatan dr.MSP dengan terus

a. Petugas Kesehatan

terang memberitahukan perihal
pasien

penyakitnya. Hal yang sama

besikap jujur dalam menceritakan

terjadi pada penderita Tn. S. Dia

kondisi

mengungkapkan

Hampir

keseluruhan

penyakit

atau

gejala-

bahwa

gejala penyakitnya, namun untuk

sebelum memulai minum obat,

keadaan

petugas

keluarga

maupun

kesehatan

kondisi tempat tinggal, status

menerangkan

ekonomi

lain-lainnya

supaya

sembuh.

sebagian kecil (15%) ternyata

minum

obat

dan

dr.

MSP

bagaimana
Dia

secara

harus
teratur

paling kurang enam bulan dan

27

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

kalau tidak penyakitnya bisa

bisa

menerima

tambah parah.

penyakitnya.

informasi

Kedua fakta ini bermakna
bahwa

dalam

menjalani

pengobatan,

penderita

menginginkan

petugas

kesehatan

memberikan

c. Pasien yang belum Sembuh
Penelitian
penderita

di

tempat

Ny.

M

mengungkapkan

lain,

dan

SA

bagaimana

informasi yang jelas tentang

pelayanan petugas kesehatan

penyakitnya

terhadap

dan

tata

cara

mereka.

Penderita

minum obat yang disampaikan

menuturkan

berkesinambungan.

menjalani pengobatan, petugas

mereka

ini

Ungkapan

dibenarkan

oleh

kesehatan

bahwa

waktu

memberitahukan

petugas kesehatan dr. MSP,

bahwa

yang

bahwa

sembuh yang penting di obati

malu

sampai sembuh. Ditempat yang

menyatakan

penderita

MF

tidak

penyakitnya

dengan sakit yang dideritanya,

berbeda

dia juga terbuka menyampaikan

menyatakan bahwa ia jarang

keluhannya. Demikian halnya

ditanya-tanya dan tidak enak

dengan

penderita

kalau pergi ke Puskesmas. Fakta

petugas

yang sama, penderita Ny.M

menginginkan penderita rajin

menuturkan kesannya bahwa

datang

petugas

KZ.Maknanya,

dan

menyampaikan

terbuka
keluhan.Hal

penderita

bisa

juga

kurang begitu baik

komunikasinya sama dia, jadi

senada disampaikan penderita

dia

KZ

Puskesmas karena risih merasa

yang

mengungkapkan

bahwa dia merasa lega karena

malu

kurang

dan

enggan

diperhatikan

ke

oleh

petugas kesehatan MG.

28

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Fakta-fakta

ini

bahwa

menunjukkan

dalam

menjalani

Vol.3 No.5 Januari 2016

Dari

fakta-fakta

yang

terungkap, dapt disimpulkan

program pengobatan, penderita

bahwa

ingin supaya petugas kesehatan

pengobatan, penderita TB ingin

dan petugas TB terus terang

supaya petugas terus terang

menginformasikan

menyampaikan

yang

penyakit

dideritanya

dan

dalam

tentang
bagaimana

supaya

mereka sembuh.

informasi
segala

tersebut

sesuatu

diketahui

Kejujuran

menyangkut

kesehatan

dan

informasi

penyakitnya
meyakinkannya
kesembuhan

bahwa
itu

bukanlah

informasi

penyakitnya

menjelaskan bagaimana caranya
sembuh.Dengan

menjalani

caranya

dan
supaya

seorang

petugas

menyampaikan
pada

menumbuhkan
keyakinan

pengertian,

dan

keteguhan

sesuatu yang mustahil asalkan

dalam

penderita TB berobat secara

ungkapan menyatakan bahwa

kontinu sampai enam bulan.

bila

Dengan memahami, mereka

diri

penderita,

penderita.Ada

kita

menginginkan

hubungan

komunikasi

bisa menyadari keadaannya dan

interpersonal yang baik, harus

mengambil

dihindari

tanggung

jawab

terlalu

dalam proses penyembuhannya.

"penopengan".

Mereka harus merubah sikap

muncul kepercayaan terhadap

dan

ketidakjujuran. Sebaliknya kita

jawab.

mengambil
Di

petugaspun

tanggung

pihak

Tidak

banyak
akan

lain,

menaruh kepercayaan kepada

mengharapkan

orang yang terbuka, atau tidak

keterbukaan dari penderita bila

mempunyai

pretense

atau

menemui permasalahan.

keinginan yang dibuat-buat.

29

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

hal-hal
b. Pasien TB yang Drop Out
Penelitian

yang

berhubungan

dengan tata cara dan efek yang

menginformasikan

timbul

akibat

pengobatan.

yang

disampaikan

dalam hal kejujuran penderita-

Informasi

penderita yang gagal dalam

petugas MG bahwa informasi

pengobatan

sudah

memiliki

disampaikan

tetapi

penderita

belum

pengalaman tersendiri dengan

mungkin

petugas.Penderita AE dan M

mengerti

mengungkapkan dengan nada

menunjukkan informasi sudah

frustasi

diberikan

bahwa

berkali-kali

benar.Fakta

tetapi

ini

belum

sudah menyampaikan bahwa

dimengerti penderita dan tidak

tidak

tetapi

dijelaskan kembali.Pemahaman

petugas TB menyuruhnya untuk

mereka masih terbatas, sehingga

terus minum obatnya.

menerima diri sendiripun sulit

Penderita AE dengan kecewa

akibatnya

juga menuturkan bahwa dia

diri.Keduanya

mengambil keputusan sendiri

malu datang ke Puskesmas.

ada

perbaikan,

mereka

menutup

pendiam

dan

untuk berhenti minum obat

. Hal yang sama, penderita

karena

obat

AE menuturkan bahwa ia

badannya gatal semua karena

merasa tidak cocok dengan

alergi obat dan tidak enak

obat-obat TB. Kedua fakta ini

perasaannya. Kedua fakta ini

bermakna

bermakna bahwa penderita ini

penderita

menginginkan

tambahan

dan

berkesinambungan

atas

terbuka

tiap

minum

petugas

TB

menginformasikan

dengan jelas penyakitnya dan

penyakit

berkesinambungan menjeiaskan

pengobatan

bahwa
ingin

dan
dan

kedua

penjelasan

prosedur
dan

apa

30

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

yang mereka lakukan bila

jelas tentang penyakitnya dan

timbul

Dan

secara rutin menjelaskan tata

mengkonfirmasi

cara pengobatan serta reaksi

reaksi

petugas
bahwa

obat.

penderita

malu

obat yang timbul. Namun

datang padanya dan takut

dalam hal ini petugas tidak

menyampaikan

ada

melakukan

masalahnya. Orangnya susah

diinginkan

bergaul atau diajak bicara.

Dari pernyataannya kelihatan

Sedangkan

AE

bahwa penderita menjalani

pada

pengobatan dengan penuh

tidak

kalau

penderita
patuh

anjuran.Maknanya

bahwa

apa

yang

penderita

keraguan

TB.

dan

petugas TB juga inginkan

ketidakpastian.Petugas tidak

penderita

secara

menemuinya

TB
dan

datang
terbuka

berkesinambungan

memberikan informasi yang

menyampaikan keluhannya.

dibutuhkan.Akibatnva pada

Dari

saat

fakta-fakta

yang

tidak

enak

perasaan

dikemukakan diatas dapat

minum obat atau perbaikan

disimpulkan

kondisi

bahwa

mereka

penderita-penderita TB itu

kelihatan

gagal

menafsirkan

menyelesaikan

pengobatan

karena

memahami

dengan

penjelasan

yang

disampaikan

belum
baik
sudah

petugas

TB.

belum
mereka

itu

sebagai

ketidakcocokannya terhadap
pengobatan.
Merujuk pendapat Arnold P.
Golstein

(1975)

yang

Penderita TB menginginkan

mengembangkan

petugas

TB

enchancement methods" (metode

dengan

peningkatan hubungan) dalam

menginformasikan

"relationship-

31

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

psikoterapi.la

memmuskan

Vol.3 No.5 Januari 2016

Paru

yang

mereka

metode ini dengan tiga prinsip,

sesuai

Makin

hubungan

informasi petugas kesehatan.

interpersonal

Sebagian kecil (12,5%) belum

baik

komunikasi
petugas

kesehatan

dengan

meyakini

arahan

bahwa

dan

bilamana

mereka sembuh nantinya akan

penderita TB .
a.

dengan

derita

Makin terbuka penderita TB

memperoleh

manfaat

bagi

kehidupannya.

mengungkapkan perasaannya
b. Makincenderung penderita

Menurut teori pertukaran

TB meneliti perasaannya secara

sosial (social exchange theory),

mendalam beserta petugas

interaksi

sosial

adalah

kesehatan.

semacam

transaksi

dagang.

c. Makin cenderung penderita

Kita

TB mendengar dengan penuh

interaksi

perhatian dan bertindak atas

banyak daripada biaya. Bila

nasehat yang diberikan petugas

pergaulan

kesehatan.

sangat menguntungkan dari

akan

melanjutkan

bila

laba

diantara

lebih

sesama

segi psikologis dan ekonomis
3. Penghargaan

maka

a. Petugas Kesehatan

berlangsung.

Hasil

interaksi

akan

terus

Seseorang

penelitian

berhubungan dengan orang

menunjukkan bahwa sebagian

lain karena ia mengharapkan

besar

sesuatu

pasien

memperoleh
(reward)

dari

merasa
penghargaan

petugas

dan

yang

kebutuhannya.

memenuhi
Penghargaan

diuntukkan bagi orang yang

keuntunganbilamana

kita senangi, dapat berupa

melaksanakan pengobatan TB

dorongan

moril,

pujian,

32

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

motivasi atau hal-hal yang

penderita hal seperti itu sangat

dapat

berarti untuk bertahan menjalani

meningkatkan

harga

diri seseorang.

pengobatan. Kenyataannya hal itu
membuat mereka senang , merasa

b. Pasien Yang Sembuh
Dalam

terdorong dan bersemangat serta

hubungannya

dengan petugas SMN, penderita

mematuhi setiap petunjuk petugas
TB dalam menjalani pengobatan.

Ny. M mengungkapkan bahwa
petugas

SMN

baik

mendorongnya

untuk

pasrah.Petugas

dan
tidak

juga tidak lupa

Kenyataan

dari

hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa
mereka

tidak

pengobatan

percaya

akan

pada

memberikan

menelponnya bila ia tidak sempat

kesembuhan.

mengambilnya. Ungkapan yang

muncul karena kurangnya petugas

senada juga dituturkan

TB

menuturkan

bahwa

KZ. Dia

Keyakinan

meyakinkan

ini

dan

pelayanan

mengingatkannya kembali.Hal ini

petugas kesehatan menyenangkan,

dibenarkan pula oleh petugas NM

penuh

selalu

dia mengungkapkan bahwa kedua

memberikan semangat untuk terus

penderita itu tertutup dan malas

minum obat.

datang ke Puskesmas.Fakta ini

Dari fakta-fakta yang terungkap

juga mengandungt makna bahwa

diatas maka dapat disimpulkan

petugas juga mau supaya mereka

bahwa

rajin

perhatian

dalam

pengobatan

TB

panjang

itu,

menginginkan

dan

menjalani
yang

relatif

datang

dan

terbuka

menyampaikan bila ada keluhan.

penderita

dorongan

moril,

keramahan, perhatian dan senyum
dari petugas kesehatan.Di mata

c. Pasien yang Belum Sembuh
Nilai

sebuah

penghargaan

berbeda-beda seorang terhadap

33

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

yang lain bisa dalam bentuk

dan dorongan moril. Penderita itu

materi ataupun non material. Dari

menyadari

hasil penelitian, penderita Ny. M

yang dijalaninya telah mengubah

mengungkapkan

keadaannya kearah yang lebih

ketemu

bahwa

petugas

setiap

kesehatan

,

bahwa

baik. Sudah bisa bisa bekerja dan

petugas selalu senyum dan ramah

mencari

terhadapnya. Dia menambahkan

sebelum jatuh sakit.

dengan

kondisinya

pengobatan

nafkah

sama

seperti

sudah

membaik, sudah memungkinkan

d. Pasien TB yang Drop Out

baginya untuk mengasuh ke 3

Penderita AE menuturkan kalau

anaknya yang masih balita. Hal

minum obat dia merasa pusing

yang sama dituturkan pula oleh

dan badannya gatal-gatal semua.

penderita

Makna

bahwa

MF.

Di

petugas

memberikan

sampaikan

EN

banyak

dorongan

untuk

dari

penderita

fakta
TB

ini

adalah

menginginkan

supaya petugas TB meyakinkan

tidak bosan minum obat, tidak

bahwa

malu lagi untuk ketemu dan

kembali membaik. Dan selalu pula

bicara dengan orang lain serta

diingatkan untuk terus minum

dengan bantuan petugas kini dia

obat

sudah bisa bekerja mencari nafkah

selesai.Dan

untuk keluarganya.

bahwa obat itu kadang memiliki

Pernyataan ini memiliki makna
bahwa
pengobatan,

dalam

menjalani

penderita

TB

keadaan

secara

mereka

teratur
menjelaskan

akan

sampai
pula

reaksi yang dirasakan tidak enak
dan

ada

jalan

keluarnya.Fakta

dalam penelitian ini bahwa mereka

menginginkan sikap yang bai dari

belum

petugas

informasi tentang penyakit dan

kesehatan

dengan

senyuman, perhatian, keramahan

memahami

sepenuhnya

seluk-beluk pengobatan.

34

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

melakukan
4. Kekeluargaan

pendekatan

secara

kekeluargaan.

a. Petugas Kesehatan
Dari hasil penelitian petugas

b. Pasien yang Sembuh

kesehatan dalam berkomunikasi

Fakta-fakta ini memiliki makna

dengan pasien berusaha untuk

bahwa

merangkul pasien dengan sikap

mendapat

kekeluargaan, tetapi yang

kunjungan

lain

penderita

ingin

lebih

perhatian

dan

petugas

TB.Pada

tetap menjaga sikap professional,

penelitian ini petugas MG, SMN

dalam

dan DM tidak menyanggupi hal

arti

petugas

kesehatan

adalah sebagai petugas kesehatan

itu.Melalui

dan pasien adalah sebagai pasien.

diketahui

Menjaga

demikian

penderita malas datang ke tempat

sikap

pelayanan.Dan hal itu membuat

jarak

dipandang

yang
sebagai

profesionalisme
mengandalkan

dan

penderita

kedudukan

menjabni

penuturannya
bahwa

memang

kurang

motivasi

pengobatan.

Untuk

mereka. Tambahan lagi, menjaga

mengambil obat, penderita Ny. H

diri

dari

mengutus suaminya sedangkan M

kemungkinan tertular penyakit TB

rumahnya jauh dan sulit baginya

Paru dari pasien menjadi alas an

untuk mengambil obatnya

mereka untuk menjaga jarak atau

untuk

memakai masker (APD). Secara

anaknya yang mengambilkan.

prosentase, sikap menjaga jarak

Dari

tersebut tidak dominan, karena

disimpulkan bahwa penderita TB

sebagian besar petugas kesehatan

ingin supaya petugas TB lebih

tidak

memperhatikan dan mengunjungi

petugas

menjaga

kesehatan

jarak

dan

obat

tambahan,

fakta-fakta

ini

Jadi
anak-

dapat

mereka.Dan hal seperti itu tidak

35

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

dilakukan oleh petugas TB.Petugas
menginginkan
mengunjungi

penderita
petugas

TB

di

tempat pelayanan.

d. Pasien TB yang Drop Out
Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa penderita-penderita yang
gagal dalam pengobatan, memiliki

c. Pasien yang Belum Sembuh

juga hubungan tertentu dengan

Fakta-fakta ini memiliki makna

petugas TB.Penderita AE misalnya

penderita-penderita

ini

menuturkan suatu fakta bahwa

menginginkan kontak yang lebih

dengan petugas MG walaupun

sering dengan petugas TB yang

sebelumnya sudah pernah ketemu

dilakukan bisa dimana saja dan

namun

kapan saja, saat dimana mereka

Demikian

bisa

penderita

menyampaikan

permasalahan

TB

bila

ada

ditemui.Petugas

tidak

begitu

akrab,

juga

halnya

dengan

M.

menunjukkan

Pengalaman

bahwa

dengan

MG menuturkan bahwa sering ada

petugas M.G selama menjalani

kontak dengan mereka. Dengan

pengobatan,

penderita Ny.M dan SA

bertemu

kontak

cuma

waktu

dua

kali

memeriksakan

dahak.Selebihnya

istrinya

dekat Puskesmas. Sedang dengan

anak-

yang

penderita MF, rumahnya jauh tapi

mengambil

obat.

karena biasa bertemu bila petugas

bermakna

bahwa

melakukan kunjungan rumah ke

penderita ingin supaya petugas TB

pasien. Fakta ini bermakna bahwa

memberikan

petugas juga mau supaya setiap

bagi mereka, kejelasan informasi

saat ada kontak dengan pasien

penyakit dan tata cara pengobatan

agar

yang berkesinambungan.

dipermudah

bisa

karena

memantau

rumahnya

keadaan

anaknya

atau
datang

Fakta

ini

penderita-

perhatian

khusus

mereka.

36

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

Secara tidak langsung penderita

mereka

yang mengerti penyakitnya tidak

informasi dan edukasi kepada

mengaiami masalah dan setalu

pasien

berusaha untuk bertemu setiap

dengan

saat dengan petugas TB.

interpersonal, tingkat pendidikan
dan

dalam

TB.

memberikan

Hal

ini

teknik

usia

didukung
komunikasi

petugas

kesehatan.

5. Kemampuan Komunikasi

Petugas kesehatan yang sudah

a. Petugas Kesehatan

senior atau berpendidikan tinggi

Petugas kesehatan menilai pasien

mampu

hampir

dengan baik.

keseluruhan

berkomunikasi
kesehatan
informasi

mampu

dengan

dalam
dan

petugas
menerima

edukasi

dari

menjalin

komunikasi

Menurut pasien yang sembuh
petugas

kesehatan

keterbukaan

memiliki

yaitu

sikap

ini

humanistis (manusiawi) yang

teknik

menunjukkan tenaga kesehatan

komunikasi interpersonal, tingkat

terbuka terhadap pasien dan

pendidikan dan usia pasien. Pasien

menunjukkan kemauan mereka

yang

atau

untuk memberikan tanggapan

berpendidikan renda (7,5%) tidak

yang jujur dan terus terang

mampu

terhadap

petugas

kesehatan.

didukung

Hal

dengan

sudah

menjalin

tua

komunikasi

tenaga
informan

b. Pasien yang Sembuh
yang

sembuh

sebagian

menyatakan dan menilai petugas
kesehatan
mampu

Dari

rangkuman wawancara dengan

dengan baik..

Pasien

pasien.

hampir

keseluruhan

berkomunikasi

dengan

kesehatan
ternyata

selaku
sebagian

besar (85%) mampu bersikap
terbuka terhadap pasien .
Sifat

keterbukaan

menunjukkan paling tidak ada

37

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

dua

aspek. Aspek pertama

adalah

bahwa

kita

harus

Vol.3 No.5 Januari 2016

Tenaga
besar

kesehatan
berhasil

sebagian

membangun

terbuka pada orang-orang yang

sikap demikian ((92,5%).

berinteraksi dengan kita. Aspek

Pasien

menerima

penjelasan

kedua,

tenaga

kesehatan

mengenai

dari

keterbukaan

menunjuk pada kemauan kita

penyakit TB Paru dan SOP

untuk memberikan tanggapan

pengobatannya.Hal

demikian

terhadap orang lain dengan

karena

kesehatan

jujur terus terang tentang segala

memberikan

sesuatu yang dikatakannya.

informasi secara baik.

c. Pasien yang Belum Sembuh
Perilaku suportif antara

tenaga

pelayanan

d. Pasien TB yang Drop Out
Pasien yang drop out

petugas kehetan dengan pasien

sebenarnya

TB merupakan

perilaku

perilaku yang

mendukung

terjalinnya

dan

menanggapi
tenaga kesehatan

yang

positif,

pasien

komunikasi komunikasi yang

umumnya

efektif.

dekriptif

mengenai penyakitnya dan

(terjabar) lebih efektif daripada

juga keluarganya. Harapan

evaluatif.

pula

pasien juga terbangun karena

professional

ada harapan keuntungan dan

Suasana

spontanitas
dalam

arti

Diperlukan
dan

bersifat

untuk

terbuka

mendengarkan

bersikap

keberuntungan
pasien

sembuh

jujur

bilamana
total

dari

pandangan yang berbeda serta

penyakitnya. Tenaga medis

bersedia menerima pandagan

berinteraksi

orang

interpersonal) dengan pasien

lain

bilamana

pendapatnya memang keliru.

disesuaikan

(berkomunikasi

dengan

usia

38

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

pasien,

termasuk

mempertimbangkan
yang

berlaku

kebiasaan,

sapaan
,

latar

adat

belakang

Vol.3 No.5 Januari 2016

mengganggap pasien jujur
dalam

berkomunikasi.

Harapan memperoleh

nilai

positif apabila pasien sembuh
total bukan haya dirasakan

etnik dan lain-lain.
Komunikasi Interpersonal
akan berkembang bila ada

oleh pasien tetapi juga oleh
tenaga kesehatan.

pandangan positif terhadap
orang

lain

dan

berbagai

situasi komunikasi. Tenaga

KESIMPULAN
1. Dalam menjalani pengobatan,

kesehatan selaku informan

penderita

TB

Paru

dituntut selalu berpandangan

menginginkan

positif terhadap pasien dalam

menerima dan memperlakukan

berbagai

situasi.

Sebagian

mereka seperti saudara atau

besar

(77,5%)

dapat

teman sendiri, dilayani dengan

petugas

diperlihatkan dan sebagian

ramah

kecil (22,5%) belum mampu

Hambatan yang penderita alami

mencapai sikap

ialah kalau batuk lama mereka

Mempersamakan

dan

bersahabat.

malu berobat ke Puskesmas.

kedudukan

antara

tenaga

Mereka mau supaya dierhatikan

kesehatan

dan

pasien

secara

sebagian

oleh

petugas

informan

kesehatan dengan mengunjungi

dapat menyikapinya (77,5%).

mereka di rumah. Sedangkan

Sebagian kecil menganggap

petugas

keduanya

mempunyai

menginginkan supaya penderita

keduanya

TB Paru yang rajin datang

kedudukan

besar

khusus

berbeda. Tenaga kesehatan

menemuinya

kesehatan

dan

terbuka

39

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

menyampaikan

bila

ada

Vol.3 No.5 Januari 2016

bila sembuh keadaan mereka
bisa

keluhan.
2. Penderita TB Paru ingin supaya
petugas

kesehatan

terang

atau

memberikan

kembali

baik

seperti

semula. Petugas kesehatan tidak

berterus

menjelaskan secara terperinci

dalam

tentang cara pengobatan dan

dan

harus bagaimana bila ada efek

jujur
informasi

penjelasan bagaimana caranya

samping obat.

agar mereka sembuh. Begitu

4. Penderita TB dalam menjalani

pula dengan petugas kesehatan

pengobatan

menginginkan

penderita

TB

petugas

Paru

dan

terbuka

mereka

jujur

menginginkan

kesehatan
secara

melayani

kekeluargaan.

memberikan keluhan dan gejala

Mereka mau lebih sering ada

yang mereka derita sehingga

kontak

petugas

kesehatan, dimana dan kapan

kesehatan

mudah

dengan

petugas

dalam memberikan terapi dan

saja.

Hambatan

cara minum obat TB Paru.

yang

biasa

3.

menjalani

informasi dari petugas yang

pengobatan, penderita TB Paru

kurang jelas dimengerti dan

menginginkan

petugas

kurangnya

memberi

kunjungan

penghargaan, bersikap ramah,

kesehatan.

Dalam

kesehatan

komunikasi

ditemui

perhatian
dari

adalah

serta
petugas

penuh perhatian dan senantiasa
memberikan dorongan moril.
Hambatan

komunikasi

yang

penderita alami adalah belum
paham tentang penyakitnya dan
bahwa

penyakitnya

tersebut

DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T, (2002), Diagnosis dan
pengobatan Tuberkulosis Terbaru.
(online)
(http//www.tbindonesia.or.i
d) (diakses Sabtu, 15 November
2014) jam 19.30 Wita

40

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Rachman, Watief, (2013)
Bajari, Atwar, (2015), Metode
Penelitian Komunikasi Prosedur,
Trend dan Etika,
Rosdakarya:
Bandung.
Devito, J.A, (1997), Komunikasi
Antar Manusia Kuliah Dasar, Edisi
Kelima,
Professional
Books,
Jakarta.
……,
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, (1992),
Pedoman
Nasional
Penyehatan
Lingkungan
Pemukiman, Jakarta
…….., Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, (2008),
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis,
Jakarta
…….., Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, (2011),
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis,
Jakarta
………, Ditjen PPM dan PL, (2000),
Juknis Puskesmas Pelaksana
(PKPP)
dan
Puskesmas
Pelaksana Mandiri (PPM)
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, (2008), Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta

Vol.3 No.5 Januari 2016

Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,
2008,
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,
2011,
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta
Ditjen PPM dan PL, 2000, Juknis
Puskesmas Pelaksana (PKPP)
dan Puskesmas Pelaksana
Mandiri (PPM)
Effendy, Onong, Uchjana,
Komunikasi Teori dan Praktek,
Bandung, Remaja Rosdakarya
Global Fund Kalimantan Selatan,
2012
Littlejohn, Stephen W, 2001,
Theories
of
Human
Communication,
USA,
Wadsworth Publishing
Lasswell, Harold, (1980),
Mulyana, Deddy, 2001, Ilmu
komunikasi Suatu Pengantar,
Bandung, Rosda Karya
Notoadmojo S, 2002, Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoadmojo S, 2005, Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Jakarta : Rineka Cipta,

Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, (2011), Pedoman

41

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Rustono, faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian TB
paru, Magister
Epidemiologi UNDIP
Fakultas Kedokteran UNDIP

Vol.3 No.5 Januari 2016

Sudigdo S, 2002 Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Klinis : Jakarta
Ridwan, Skala Pengukuran Variabelvariabel Penelitian : Bandung,
Alfabeta Bandung

42