PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI METODE CERAMAH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG MENOPAUSE DI KECAMATAN KLATEN UTARA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI METODE CERAMAH
DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN IBU
TENTANG MENOPAUSE DI KECAMATAN KLATEN UTARA

Suyami*
Latar Belakang: Menopause merupakan masalah kesehatan pada lanjut usia
yangperlu mendapatkan perhatian karena dapat beresiko terjadinya penyakit
jantung,ginjal, osteoporosis, kanker dan kematian. Peningkatan pengetahuan
dapatmengurangi resiko masalah kesehatan yang terjadi pada wanita menopause.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan melalui metodeceramah
dengan media audio visual terhadap pengetahuan ibu tentang menopause.
Metode: Jenis penelitian quasi experimental dengan rancangan non equivalencontrol
group design. Subyek penelitiannya adalah ibu yang sudah mengalamimenopause
berusia 50-65 tahun dengan 40 orang sebagai kelompok kontrol dan37 orang sebagai
kelompok eksperimen.Instrumen yang digunakan adalahkuesioner.Analisis yang
digunakan yaitu uji Wilcoxon dan Mann-Whitney.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan signifikan antara mean nilai pretest dan posttestpada
kelompok kontrol. Sedangkan pada kelompok eksperimen terjadipeningkatan
pengetahuan berdasarkan mean nilai pretest dan posttest. Setelahdibandingkan
terdapat perbedaan bermakna antara hasil posttest yaitu 72,38 padakelompok kontrol
dan 89,46 pada kelompok eksperimen.

Kesimpulan: Pendidikan kesehatan melalui metode ceramah dengan
media audiovisual dapat meningkatkan pengetahuan ibu dalam menjalani menopause.
Kata kunci: Pendidikan kesehatan, ceramah, audiovisual, pengetahuan ibu,
menopause
*Dosen Keperawatan Stikes Keperawatan Muhammdiyah Klaten

PENDAHULUAN
Menopause merupakan masalah seksualitas yang terjadi pada usia lanjut
seiringdengan terjadinya proses menua. Pemeriksaan secara teratur dan pemahaman
sertapengetahuan tentang menopause merupakan salah satu upaya wanita
dalammenghadapi menopause untuk meningkatkan kualitas hidup (Nugroho,
2008).Menopause adalah proses fisiologis normal yang pasti dialami oleh
setiapwanita yang memasuki usia lanjut dan merupakan suatu kondisi tidak
responsnyagonadotropin terhadap peningkatan umur, dan terjadinya penurunan
fungsisehingga menghilangnya siklus seksual. Pada wanita menstruasi mulai
tidakteratur dan terhenti pada usia 45-55 tahun. Saat ini, dengan berubahnya abad,
usiarata-rata wanita yang mengalami menopause adalah 52 tahun (Ganong,
2001).Akan tetapi menurut PERMI tahun 2007, wanita Indonesia mengalami
menopauserata-rata pada usia 48 tahun.Menurunnya konsentrasi estrogen dan
kurangnya progesteron merupakankarakteristik seks sekunder pada perubahan yang

terjadi pada wanita (Shier,2009).
Data dari PERMI (2007), menunjukkan bahwa beberapa gejala utama
yangdikeluhkan sebagian besar wanita Indonesia yaitu 77,7% merasakan nyeri
ototatau

sendi,

68,7%

lemah

atau

merasa

tidak

berenergi,

63,1%


kehilanganketertarikan pada aktivitas seksual, 60% kulit keriput, 29,5% sulit
berkonsentrasidan ruam pada kulit. Gejala dan gangguan yang terjadi pada wanita
yangmengalami menopause mempunyai masa laten yang bersifat individual. Hal
initidak hanya tergantung pada kadar estrogen semata, melainkan beberapa faktorlain
juga dapat mempengaruhi.Wanita menopause mengalami peningkatan faktor resiko
terjadinya penyakit
osteoporosis, penyakit jantung iskemik dan ginjal (Ganong, 2001). Sebanyak 75juta
wanita di Eropa, USA, dan Jepang mengalami osteoporosis yang merupakanpenyakit
metabolik tulang yang terjadi pada wanita postmenopause (Akdeniz,2009).Sementara
di Korea Selatan penyakit kardiovaskuler dan kankermerupakan penyebab kematian

pada wanita di awal menopause. Penyebabkematian pada wanita menopause lebih
banyak disebabkan karena penurunan
estrogen di awal fase menopause (Seok Hong et al., 2007).
Menopause merupakan suatu tahapan psikis dan sosial oleh karena itu,
pentingadanya

perhatian


antara

lain

dengan

sosialisasi

agar

wanita

mendapatkanpemahaman yang benar, konseling psikologis yang holistik dengan
melibatkanpasangan, mempopulerkan ide-ide kultural yang mengagungkan nilainilaiketuaan, dapat merubah pola hidup serta dapat melakukan diet yang
sesuai(Irmawati, 2003).
Salah satu bentuk promosi kesehatan yang dapat dilakukanantara lain melalui
pendidikan kesehatan yang merupakan bentuk intervensiterutama terhadap faktor
perilaku dan bertujuan supaya masyarakat menyadariatau mengetahui bagaimana cara
memelihara kesehatan, bagaimana menghindariatau mencegah hal-hal yang
merugikan kesehatan dan mengetahui kemana harusmencari pengobatan yang tepat

(Notoatmodjo, 2007).Ceramah merupakan salah satu metode pemberian informasi
yang sederhana,mudah dan murah (Prayitno, 2004).Metode ini dapat menjangkau
bagi semuakalangan masyarakat, baik masyarakat dengan pendidikan tinggi maupun
rendah.Selain itu, metode ceramah yang merupakan alternatif untuk pemberian
informasipada sasaran dengan jumlah besar dan merupakan salah satu bentuk
metodependidikan
usia(Notoatmodjo,

yang

efektif

2007).

dilaksanakan

Berdasarkan

dalam
penelitian


beberapa

golongan

Triana

(2002),

menunjukkanefektifitas metode ceramah dengan modul dan ceramah tanpa modul
terhadappeningkatan

pengetahuan

dan

sikap

wanita


dalam

memelihara

kesehatanmenghadapi menopause.
Media audio visual merupakan salah satu media promosi kesehatan
yangdigunakan sebagai alat bantu penyampaian suatu pendidikan kesehatan.
Mediaaudio visual adalah media dengan unsur gerak, suara dan gambar menjadi
satu.Semakin

banyaknya

indra

yang

digunakan

untuk


menerima

sesuatu

diharapkansemakin banyak pula pengertian dan pengetahuan yang diterima
(Notoatmodjo,2007).
Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk menggabungkan metode
ceramahdan audio visual dalam penyampaian pendidikan kesehatan pada ibu-ibu
yangmengalami menopause. Seiring dengan proses menua yang terjadi pada
lansiayang mengalami banyak penurunan, penggabungan ceramah dan audio
visualdiharapkan
tentangmenopause.

dapat

membantu

pemahaman

dan


pengetahuan

ibu

Menurut Notoatmodjo (2007), penggunaan media yang

melibatkanlebih dari satu indra dapat meningkatakan pemahaman dalam penerimaan
suatu
informasi.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti yang diambil dari
wawancara peneliti dengan beberapa ibu yang sudahmengalami menopause di Dukuh
Girimulyo, Kelurahan Gergunung, KecamatanKlaten Utara mengungkapkan bahwa
kurangnya pemahaman serta pengetahuanibu tentang menopause.Berdasarkan hasil
wawancara dengan 8 ibu yang sudahmengalami menopause menyatakan bahwa
belum dapat mendefinisikan tentangmenopause dan kurangnya pemahaman tentang
tanda dan gejala menopause padawanita dalam menghadapi menopause.Selain itu,
mereka menyatakan bahwapernah mengalami pegal-pegal, merasa gelisah, emosi
yang tidak stabil sertakeringat dingin pada malam hari pada saat memasuki
menopause. Namun, merekamenganggap menopause sebagai hal yang biasa terjadi

bersamaan denganbertambahnya usia dan hanya 2 dari 8 ibu yang memeriksakan
kondisinya padaahli kesehatan. Selain itu, berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan olehpeneliti menunjukkan bahwa 5 dari 8 ibu yang sudah mengalami
menopausemengungkapkan belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan
tentangmenopause.
METODE

Jenis penelitian ini adalah adalah penelitian quasi experimental.Rancanganyang
digunakan non equivalent control group design.Penelitian dilakukan pada bulan
Desember2010- Februari 2011.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang sudah
mengalami menopause diDukuh Girimulyo, Kelurahan Gergunung Kecamatan Klaten
Utara.DukuhGirimulyo

dijadikan

populasi

penelitian

berdasarkan


purposive

sampling.Pada penelitian ini populasinya adalah ibu yang sudahmengalami
menopause berusia 50-65 tahun dan aktif dalam kegiatan posyandulansia. Peneliti
menggunakan total sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 77orang. Sampel
penelitian ini yaitu 37 orang dari Girimulyo blok B sebagaikelompok eksperimen dan
40 orang dari Girimulyo blok A sebagai kelompokkontrol. Kriteria inklusi : (a) Ibu
yang sudah mengalami menopause berusia 50-65 tahun; (b) Ibu yang datang saat
penelitian berlangsung; (c) Ibu yang dapat membaca dan menulis; (d) Ibu yang
bersedia menjadi responden penelitian.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah ibu yang berhalangan hadir
saatpenyuluhan berlangsung dengan alasan sakit atau berada di luar kota pada
saatpenelitian. Instrumen pengetahuan yang digunakan sebagai alat pengumpulan
data padapenelitian ini adalah kuesioner untuk mengetahui perubahan pengetahuan
ibutentang menopause.Analisis yang digunakan adalah analisis univariat danbivariat.
Analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi,presentase dan mean dari
masing-masing responden. Untuk membandingkan hasil pretest dan posttest
pengetahuan pada kelompokkontrol dan kelompok eksperimen menggunakan
Wilcoxon test.Untuk membandingkan nilai pretest pada kelompok eksperimen dan
kontrolserta nilai posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol maka uji
yangdigunakan yaitu Mann-Whitney.Uji tersebut dikatakan terdapat perbedaanyang
bermakna apabila nilai p < 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden

Karakteristik

responden

dalam

penelitian

ini

meliputi

usia,

usia

menopause,pendidikan, pekerjaan dan pengalaman pendidikan kesehatan tentang
menopause.
Tabel 1. Distribusi karakteristik ibu menopause di Dukuh Girimulyo dengan
Girimulyo Blok A sebagai kelompok kontrol dan Girimulyo Blok B
sebagaikelompok eksperimen (n=77)

Analisa pada tabel 1, menunjukkan bahwa untuk rentang usia responden
padakedua kelompok hampir sama dan terbanyak pada kedua kelompok berada
padarentang usia 45-59 tahun. Hal ini dapat dilihat melalui pembagian lanjut
usiaberdasarkan WHO yaitu 45-59 tahun yang disebut usia pertengahan (middle age).

Haltersebut juga dapat menjelaskan pendapat Ganong (2001) yang menyatakan
bahwawanita mulai tidak teratur atau berhenti menstruasi usia 45-55 tahun.
Selain

itu,

sebagian

besar

responden

belum

pernah

mendapatkan

pendidikankesehatan tentang menopause.Informasi tentang menopause sebaiknya
dapatdiberikan pada ibu-ibu dalam menjalani menopause.Hal ini dikarenakan pada
ibuyang menghadapi menopause membutuhkan banyak pengetahuan dalam
upayapemeliharaan kesehatan sehingga diharapkan dengan adanya pengetahuan
tentangmenopause ibu dapat menjalani masa menopause sebagai suatu kenikmatan
bukansebagai hukuman bagi seorang wanita. Pemberian pendidikan kesehatan
diharapkan
dapat meningkatkan kualitas hidup ibu menopause. Hal ini merupakan salah satuyang
dapat

dilakukan

seiring

dengan

meningkatnya

harapan

hidup

dan

meningkatnyajumlah lansia di Indonesia. Selain itu, pelaksanaan pendidikan
kesehatan yang dapatditerapkan pada sasaran ibu yang sudah menopause dapat
diberikan melalui metodeyang disesuaikan dengan usia serta karakteristik responden
sehingga dapatmempermudah responden dalam menerima pesan yang disampaikan.
Pada penelitianini peneliti menggabungkan antara ceramah dengan media audio
visual.Penggabungan ini dilakukan dengan pertimbangan beberapa hal seperti
karakteristik
responden, sumber daya yang ada serta beberapa faktor penunjang lain yang
dapatmempengaruhi pelaksanaan pendidikan kesehatan ini.
Tabel 2. Homogenitas kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menurut usia,
pendidikan dan pengalaman pendidikan kesehatan tentang menopause (n=77)

Pada

tabel

2,

dapat

dilihat

homogenitas

kelompok

kontrol

dan

kelompokeksperimen yang meliputi usia, pendidikan, dan pengalaman pendidikan
tentangmenopause. Pada uji homogenitas ini untuk memperoleh nilai p atau
signifikanmenggunakan chi_square pada karakteristik usia dan pendidikan kesehatan
tentangmenopause

sedangkan

pada

karakteristik

pendidikan

digunakankolmogorov_smirnov. Pada ketiga karakteristik responden tersebut
diperoleh nilaip>0,05. Hasil tersebut membuktikan bahwa pada kelompok kontrol
dan kelompok
eksperimen

tidak

terdapat

perbedaan

yang

bermakna.

Persamaan

karakteristikresponden pada awal pengambilan data atau sebelum intervensi sangat
penting

untukmenentukan

pengaruh

intervensi

terhadap

peningkatan

pengetahuan.Hasil ini sesuai dengan penelitian Pandiangan (2005) yang menyatakan
bahwapersamaan

karakteristik

pada

kelompok

kontrol

dan

kelompok

eksperimenmerupakan salah satu indikator untuk melakukan penelitian eksperimen,
karena hal
tersebut

merupakan

salah

satu

faktor

yang

berpengaruh

dalam

hasil

penelitianeksperimen. Selain itu Murti (2003) menyatakan bahwa untuk mendapatkan
taksirandampak perlakuan yang sebenarnya dalam penelitian eksperimen, keadaan
kelompokkontrol dan kelompok perlakuan adalah setara ataupun sebanding
sehinggapersamaan uji homogenitas pada kedua kelompok akan mempengaruhi hasil
daripelaksanaan intervensi suatu kelompok.
Persamaan karakteristik responden merupakan beberapa faktor yang
berpengaruhdalam peningkatan suatu pengetahuan. Hal ini disampaikan oleh

Musharyanti (2004)yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan wanitatentang menopause ada tiga yaitu pengalaman menopause, tingkat
pendidikan danpaparan informasi. Hal serupa juga disampaikan oleh Sulastri (2002)
yangmenunjukkan bahwa tingkat pendidikan secara signifikan mempengaruhi
tingkatpengetahuan wanita mengenai menopause dan klimakterium.
2.

Perbandingan

pengetahuan

sebelum

dan

sesudah

intervensi

pada

kelompokkontrol di Girimulyo Blok A dan kelompok eksperimen di Girimulyo
Blok B
Tabel 3. Hasil mean nilai pretest dan posttest pengetahuan di Girimulyo Blok
Asebagai kelompok kontrol dan di Girimulyo Blok B sebagai kelompok eksperimen.

a. Pretest dan Postest pengetahuan pada kelompok kontrol
Hasil mean nilai pretest dan posttest pengetahuan pada kelompok kontrol
tidakmengalami perubahan. Hasil analisis statistik pada kelompok kontrol
menunjukkanp=1,000 (p>0,005) yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna
antara pretest danposttest pada pengetahuan kelompok kontrol. Hal ini karena antara
waktupengambilan pretest dan posttest tidak ada perlakuan.Pada pelaksanaannya
pengambilan pretest dilakukan di pagi hari sekitar pukul09.00 dan posttest pada sore
hari sekitar pukul 16.00.Waktu pengambilan data padakelompok kontrol disesuaikan
dengan waktu luang responden dengan pertimbanganantara pretest dan posttest tidak
ada perlakuan apapun untuk meningkatkanpengetahuan responden.Hal tersebut dapat
menjadi salah satu penyebab tidakterjadinya perubahan pengetahuan pada kelompok
kontrol saat berlangsungnyapretest dan posttest.
Pada saat pelaksanaan pretest sebagian besar responden menjawab
pernyataantentang aspek pengetahuan menopause berdasarkan pengalaman yang telah
merekaalami selama menjalani masa menopause.Sedangkan pada saat pelaksanaan

posttestresponden merasakan kejenuhan saat pengisian jawaban kuesioner.Hal ini
dapatdisebabkan tidak terdapatnya intervensi yang diberikan pada kelompok kontrol
tetapimereka harus menjawab pernyataan yang sama dengan pretest sehingga
dalampelaksanaan

posttest

mereka

menjawab

pernyataan

tentang

aspek

pengetahuantentang menopause sama seperti jawaban pretest yaitu sesuai dengan
pengalamanyang telah mereka alami selama menjalani masa menopause. Hal tersebut
dapatmenjadi alasan mean hasil pretest dan posttest pada kelompok kontrol
sama.Hasil ini sesuai dengan penelitian Trisnawati (2010) yang menyatakan
bahwatidak ada perubahan pengetahuan kelompok kontrol pada remaja putri
tentangperubahan sisitem reproduksi saat pretest dan posttest yang disebabkan
padapenelitian tersebut tidak terdapat intervensi yang diberikan antara pretest dan
posttest.
b. Pretest dan Posttest pengetahuan kelompok eksperimen
Hasil mean nilai pretest dan posttest pengetahuan pada kelompok
eksperimenmengalami peningkatan 15,54. Hal ini dapat dilihat dari analisis statistik
yangmenunjukkan nilai p=0,000 (p0,05) yang berarti tidak terdapat
perbedaanbermakna antara hasil mean nilai pretest pada kelompok kontrol dan
kelompokeksperimen. Hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa pengetahuan
respondensebelum pelaksanaan intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok

eksperimenmemiliki nilai rerata yang sama. Persamaan nilai mean pada kelompok
kontrol dankelompok eksperimen dapat disebabkan karena persamaan uji
homogenitas padakedua kelompok yang menyatakan bahwa tidak terdapatnya
perbedaan karakteristikantara kedua kelompok. Hasil ini sesuai dengan pendapat
Murti (2003) bahwasebelum melakukan penelitian eksperimental kondisi kelompok
intervensi harussebanding dengan kelompok kontrol agar dapat menghindari bias,
kecuali intervensiyang diberikan. Selain itu dengan kondisi dua kelompok yang
sebanding diharapkansuatu perlakuan yang diberikan dapat diperoleh hasil yang
signifikan (Arikunto,2006).
Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai
meanpretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dapat disebabkan
salahsatunya karena pada kedua kelompok memiliki karakteristik responden yang
hampersama. Selain itu, perbandingan antara presentase kelompok kontrol dan
kelompokeksperimen yang pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang
menopause jugamenunjukkan jumlah yang hampir sama. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwaantara kedua kelompok memiliki pengetahuan yang sama
tentang menopause. Hasilmean nilai prettest antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen padapenelitian ini sama dengan hasil penelitian Ari (2010) bahwa pada
kedua kelompoktidak terdapat perbedaan yang bermakna sebelum pelaksanaan
intervensi pendidikankesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Mintarsih (2007)
bahwa dalam kondisiawal responden yang relatif sama akan memberikan hasil yang
signifikan padapelaksanaan intervensi yang akan dilakukan.
b. Posttest pengetahuan kelompok kontrol dan eksperimen
Analisis posttest pengetahuan pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimenmenunjukkan bahwa nilai p=0,000 (p