Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas IV SDN Wedoro Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 201

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di SDN Wedoro yang terletak di Desa Wedoro Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan. Lokasi SDN Wedoro berada di pinggir jalan yang berdekatan dengan persawahan dan pemukiman warga. Sarana dan prasarana di SDN Wedoro sudah cukup lengkap. Sekolah ini memiliki 11 ruang kelas karena dikelas 1, 2, 3, 4, dan 6 adalah kelas paralel, 1 ruang kantor guru dan kepala sekolah, 1 ruang perpustakaan, 1 kantin sekolah dan halaman sekolah yang luas sehingga dapat menunjang setiap aktivitas siswa.

  Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 4. Jumlah siswa kelas 4 adalah 30 siswa. Jumlah siswa perempuan adalah 12 siswa dan jumlah siswa laki-laki adalah 18 siswa.

4.1.1 Hasil Penelitian Prasiklus

  Berdasarkan observasi hasil belajar kelas IV SDN Wedoro sebelum dilaksanakan penelitian pada awal semester 2 Tahun pelajaran 2014/2015, banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya mata

  pelajaran IPA, mereka merasa kesulitan dalam pembelajaran IPA terutama dalam mengerjaan soal. Hal tersebut berdampak pada perolehan nilai ulangan harian siswa. Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti tersebut pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Skor Siswa Kelas IV SDN Wedoro

  

Semester 2 Tahun Pelajaran 2014 / 2015

Pra Siklus Jenis Skor Skor

  Skor Rata-rata 60,8 Skor Tertinggi

  85 Skor Terendah

  45 Sumber : data primer Berdasarkan tabel 4.1 tentang hasil belajar IPA pada prasiklus, maka dapat dilihat tingkat ketuntasan hasil belajar tahap prasiklus pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Prasiklus

  

Skor Ketuntasan Frekuensi Persentase

  Tuntas 40% ≥ 65

  12 < 65 Belum Tuntas 60%

  18

  100 % Jumlah

  30 Sumber : data yang diolah

  Berdasarkan tabel 4.2 pembelajaran belum efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam belajar. KKM yang ditetapkan sebesar 65. Siswa yang sudah tuntas atau di atas KKM untuk pelajaran IPA ada 12 siswa dengan presentase 40%, sedangkan yang belum tuntas atau masih dibawah KKM sebanyak 18 siswa dengan presentase 60%. Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:

  40% Tuntas Tidak Tuntas

  60%

Gambar 4.1 Diagram Lingkaran Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Pra Siklus.

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I

  Pelaksanaan siklus 1 dengan kompetensi dasar “Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak benda ” dilakukan 2 kali pertemuan (2 kali tatap muka dan evaluasi) dengan rincian sebagai berikut:

  Perencanaan Tindakan

  Perencanaan dilaksanakan dari 2 Maret sampai 18 April 2015 di awali pada tanggal 2 Maret yaitu dilaksanakan persiapan sebelum penelitian dengan kunjungan ke SDN Wedoro menyerahkan surat izin penelitian. Langkah kedua pada tanggal 13 Maret membuat kisi-kisi soal lalu membuat 25 butir soal siklus I dan 30 butir soal siklus II . Langkah ketiga dilakukan uji validasi instrumen soal di kelas V SDN Wedoro Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan. Soal yang digunakan adalah soal pilihan ganda yang berjumlah 25 butir soal. Uji validasi dilaksanakan dikelas yang lebih tinggi yaitu pada kelas V. Setelah uji validasi terdapat 24 soal yang valid dan 1 soal tidak valid. Soal tersebut digunakan sebagai soal evaluasi dalam siklus I. Sebelum tindakan juga harus menyusun lembar observasi guru keterlaksanaan sintaks Numbered Heads Together. RPP siklus I disusun terdiri dari 2 pertemuan dengan standar kompetensi memahami gaya dapat mengubah gerak dan/ atau bentuk suatu benda, kompetensi dasar menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda. Pada pertemuan pertama dilakukan penyampaian materi melalui model pembelajaran Numbered Heads Together kemudian pada pertemuan kedua atau akhir pertemuan dilakukan evaluasi. Perencanaan siklus I yang terdiri dari 2 pertemuan, pada saat tindakan dilakukan dengan cara menghabiskan sintaks model pembelajaran Numbered Heads Together disetiap pertemuan sehingga melakukan sintaks sebanyak 2 kali pada I siklus. Setelah penyusunan RPP, kemudian RPP dikonsultasikan kepada guru kelas yang akan mengajar yaitu ibu Siyamawati selaku wali kelas kelas IV. RPP dikonsultasikan tujuannya adalah agar guru kelas mudah memahami langkah-langkah dan sintaks dari Numbered Heads Together dan dapat melaksanakan semua sintaks yang telah ditetapkan. Persiapan perlengkapan pembelajaran dibuat selama 8 hari meliputi nomor kepala, alat peraga, lembar soal untuk diskusi dan lembar soal untuk evaluasi. Nomor kepala dibuat 30 buah sesuai dengan jumlah siswa di kelas IV. Pembuatan nomor menggunakan kertas karton yang dibentuk melingkar diberi nomor 1-5 supaya siswa lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan adanya nomor yang telah dimodifikasi. Selain menyiapkan nomor, disiapkan pula alat-lat peraga yaitu plastisin, balon, kelereng, tali tambang, batu, besi dan lainnya. Alat peraga tersebut sangat mudah dicari .

  Pelaksanaan Tindakan dan observasi

  Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dua kali pertemuan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Langkah-langkah tiap pertemuan sama pada pertemuan kedua tidak hanya penyampaian materi tetapi dilaksanakan pula evaluasi pada akhir pembelajaran. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 30 Maret 2015 pada mata pelajaran IPA kompetensi dasar memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda. Terdapat tiga indikator dan empat tujuan pembelajaran, adapun indikator tersebut yaitu menjelaskan pengertian gaya, menyebutkan macam-macam gaya, dan mendeskripsikan gaya dapat mengubah gerak dan /atau bentuk suatu benda.

  Kegiatan awal pembelajaran guru membuka pelajaran dengan salam pembuka, memperingatkan cara duduk yang baik, bertanya tentang materi yang sebelumnya. Guru memotivasi siswa dengan menunjukan alat peraga yang telah disediakan agar siswa lebih berfikir aktif tentang materi yang akan disampaikan. Guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru menjelaskan langkah pembelajaran Numbered Heads

  

Together (NHT). Guru menjelaskan materi tentang gaya serta bertanya jawab

  dengan siswa agar siswa lebih memahami dan mendalami materi. Pelaksanaan sintaks tahap pertama adalah pembentukan kelompok, siswa dibagi dalam kelompok oleh guru sesuai dengan Numbered Heads Together dibagi menjadi 6 kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Tahap kedua pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik dan tidak menggantungkan yang pandai saja. Setelah dibagi dalam kelompok tahap ketiga adalah memberi nomor kepala kepada setiap anggota kelompok. Tahap keempat adalah guru memberi tugas dalam lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan kepada masing-masing kelompok untuk bekerjasama mengerjakan. Tahap kelima setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan dipastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. Pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap keenam adalah guru memanggil salah satu nomor secara acak dan nomor yang dipanggil harus menjawab pertanyaan dan membacakan hasil diskusi didepan kelas.Tahap ketujuh adalah guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuuk menanggapi jawaban dari kelompok yang maju mempresentasikan hasil diskusi. Tahap kedelapan adalah guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui.

  Pertemuan kedua pada siklus pertama merupakan lanjutan dari pertemuan pertama yaitu melanjutkan materi serta pemantapan materi melalui pelaksanaan . Pertemuan kedua dilaksanakan pada 2 April 2015

  Numbered Heads Together

  dengan melanjutkan materi dari pertemuan pertama yaitu materi gaya serta pelaksanaan evaluasi pada akhir pembelajaran. Pada kegiatan awal guru membukan pelajaran dengan salam pembuka, mengingatkan cara duduk yang baik dan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab dengan siswa dan memotivasi siswa. Pada kegiatan inti guru melanjutkan penyampaian materi yang berkaitan dengan gaya. Pelaksanaan sintaks tahap pertama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil sesuai dengan

  

Numbered Heads Together. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yaitu setiap

  anggota terdiri dari 5-6 orang siswa. Tahap kedua pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik dan tidak tergantung pada yang pandai saja. Setelah dibagi dalam kelompok tahap ketiga adalah memberi nomor kepala kepada setiap anggota kelompok. Tahap keempat adalah guru memberi tugas dalam lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan kepada masing-masing kelompok untuk bekerjasama mengerjakan. Tahap kelima setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan dipastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. Pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap keenam adalah guru memanggil salah satu nomor secara acak dan nomor yang dipanggil harus menjawab pertanyaan dan membacakan hasil diskusi didepan kelas. Tahap ketujuh guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi jawaban dari teman yang menyampaikan hasil diskusi didepan kelas. Tahap kedelapan adalah guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui. Pada kegiatan penutup yaitu memberi kesimpulan.

  Kegiatan penutup, guru membimbing cara membuat rangkuman dan melakukan refleksi. Kamudian siswa mengerjakan soal evaluasi yaitu berupa kelas IV yang berjumlah 30 orang. Guru menanyakan kepada siswa tentang kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Sebelum mengerjakan soal guru menata tempat duduk siswa supaya tidak terlalu rapat dan dekat. Supaya siswa berfikir sendiri dalam mengerjakan soal evaluasi. Sebelum dimulai mengerjakan soal ,guru membacakan dan menjelaskan peraturan-peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan baik dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.

  Observasi

  Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung yaitu pada dua pertemuan. Hasil observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran sudah melaksanakan sintaks ataukah ada yang belum dilaksanakan. Hasil observasi guru dalam melaksanakan sintaks pada pertemuan pertama diperoleh data bahwa dari kegiatan inti dari 8 sintaks Numbered Heads Together, ada 6 sintaks terlaksana dan 2 tidak terlaksana, tetapi dalam sintaks yang terlaksana masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaanya. Sintaks yang terlaksana adalah guru membentuk kelompok, penomoran anggota kelompok, peberian tugas, membimbing jalannya diskusi, pemanggilan nomor secara acak, mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Sintaks yang belum terlaksana yaitu guru belum memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi jawaban dan membuat kesimpulan. Guru belum memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban atau pertanyaan dari guru dan guru belum membimbing untuk memperbaiki arau menambah kesimpulan

  Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus I pertemuan kedua diperoleh data 8 sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah terlaksana, tetapi guru masih ada kekurangannya. Guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran anggota kelompok, pemberian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan pemanggilan nomor, memberi kesempatan kepada siswa untuk menanggapi jawaban teman, membimbing siswa dalam memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas.

  Pada siklus I dari 8 sintaks Numbered Heads Together diketahui pada pertemuan pertama sintaks yang telah dilaksanakan adalah 6 dan yang belum terlaksanakan adalah 2 dan pada pertemuan kedua dari 8 sintaks sudah terlaksanakan semua.

  Pada akhir proses pembelajaran siklus 1 dilakukan tes, kemudian dilakukan analisa diperoleh skor siswa sebagai berikut ini:

Tabel 4.3 Deskripsi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Skor Siswa Kelas IV SDN Wedoro

  

Semester 2 Tahun Ajaran 2014 / 2015

Siklus I

Jenis Skor Skor

  Skor Rata-rata 67,5 Skor Tertinggi

  90 Skor Terendah

  55 Sumber : data primer Skor siswa pada siklus pada siklus 1 juga bisa diketahui tingkat ketuntasan belajar yaitu pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Siklus I

  

Skor Ketuntasan Frekuensi Persentase

  Tuntas 56,7% ≥ 65

  17 < 65 Belum Tuntas 43,3%

  13

  100 % Jumlah

  30 Sumber : data yang diolah Skor siswa pada siklus 1 juga bisa diketahui tingkat ketuntasan yaitu pada

gambar 4.4 berikut:

  Tuntas 43,3% 56,7%

  Tidak Tuntas

Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Siklus 1

  Berdasarkan tabel 4.5 siswa yang mencapai KKM ≥65 sebanyak 17 siswa atau 56,7% sedangkan yang belum mencapai KKM ≥65 sebanyak 13 siswa atau

  43,3%. Karena nilai tes siswa belum memenuhi indikator kinerja yaitu 80% dari keseluruhan siswa kelas IV maka peneliti melakukan tindakan perbaikan pada siklus 2.

  Refleksi

  Berdasarkan observasi pada siklus I pelaksanaan tindakan dengan model pembelajaran Numbered Heads Together maka pada kegiatan akhir akan diadakan refleksi dengan berdiskusi antara siswa dengan guru, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kelebihan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads

  

Together siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan bersungguh- sunggu

  menjawab soal atau pertanyaan yang diberikan oleh guru daripada sebelum menggunakan Numbered Heads Together. Pembelajaran siswa terlihat sangat tertarik. Selain keleb2ihan masih terdapat kekurangan selama pembelajaran siklus I berlangsung, diantaranya yaitu :

  1. Pada pertemuan pertama guru belum melaksanakan semua sintaks, ada dua sintaks yang belum terlaksana yaitu menanggapi jawaban dan membuat kesimpulan, dalam arti guru belum memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang disampaikan dan guru belum membimbing untuk membuat kesimpulan.

  2. Pada pertemuan pertama dan kedua proses pembentukan kelompok sedikit menimbulkan keributan di kelas karena siswa cenderung ingin memilih kelompok sendiri.

  3. Pada tahap penomoran berlangsung lama ,karena siswa belum terbiasa untuk belajar membentuk kelompok dengan menggunakan kelompok, jadi guru sedikit mengalami kesulitan dalam pemberian nomor ini.

  4. Pada saat berdiskusi, suasana kelas ramai dan kerjasama kurang terjalin dengan baik karena pembagian kelompok dibagi oleh guru dan siswa tidak bisa memilih teman untuk dijadikan anggota kelompok dan masih terdapat anggota kelompok yana pasif dan ada pula anak yang bekerja sendiri.

  5. Pada saat pemanggilan nomor guru harus berulang-ualng memanggil nomor yang sudah disebut karena guru tidak hafal dengan nomor yang

  6. Kegiatan pembimbingan selalu dilakukan oleh guru.

  7. Pada saat mepresentasikan gagasan/jawaban yang telah didiskusikan dengan anggota kelompok siswa masih malu-malu kdan kurang percaya diri karena belum terbiasa menyampaikan jawaban didepan kelas. Hal-hal yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I dan supaya tidak terjadi pada siklus II yaitu:

  1. Pada awal pembelajaran guru menentukan lamanya waktu yang diperlukan untuk berdiskusi agar semua sintaks terlaksana.

  2. Guru harus bersikap tegas kepada semua siswa yang memilih anggota kelompok sendiri karena keributan itu bisa menghabiskan waktu.

  3. Agar tidak berlangsung lama pada saat pemberian nomor, guru harus mengelola waktu sebaik mungkin.

  4. Pada saat berdiskusi guru harus merata dalam memberi bimbingan sehingga apabila masih ada siswa yang pasif bisa diberi pengarahan agar kerjasama dapat berjalan dengan baik.

  5. Guru mencatat nomor yang telah dipanggil agar tidak dipanggir berulang-ulang.

  6. Proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana yang menyenangkan, guru harus memotivasi siswa untuk aktif dengan memberi pujian atau hadiah jika siswa menjawab dengan benar sehingga siswa lebih termotivasi dan semangat dan tidak malu-malu dalam menyampaikan gagasan/jawaban.

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II

  Pada pelaksanaan siklus II kegiatan pembelajaran akan dilakukan sama seperti siklus I terdiri dari tiga sub bab yaitu perencanaan tindaka, pelaksanaan tidakan dan observasi, serta refleksi yang sesuai dengan tahap penelitian Kemmis & Taggart dalam Suwarsih Madya (2006: 10) akan tetapi pada siklus II merupakan penyempurnaan atau perbaikan dari siklus I. Pada siklus II akan sebagai suatu perbaikan dan kekurangan pada siklus I. Setelah perencanaan tindakan selanjutnya akan diuraikan pelaksanaan tidakan dan observasi dan yang terakhir akan diuraikan refleksi berdasarkan observasi.

  Perencanaan Tindakan

  Perencanaan sikuls II dilaksanakan pada tanggal 13 April 2015 digunakan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Pada siklus II dilakukan refleksi dengan berdiskusi bersama guru kelas tentang hal-hal yang harus diperbaiki dan dipersiapkan. Melihat hasil belajar siswa pada siklus I yang disesuaikan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan indikator keberhasilan belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 80% maka dilaksanakan perbaikan siklus II. RPP pada siklus kedua yang telah disusun terdiri dari 2 pertemuan degan standar kompetensi memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda serta kompetensi dasar menyimpulkan hasil perobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan dapat mengubah bentuk benda. Pada pertemuan pertama dan kedua akan dilakukan penyimpulan materi melalui penerapan mosel pembelajaran Numbered

Heads Together kemudian pada akhir pertemuan kedua akan dilakukan evaluasi.

Persiapan tindakan siklus II yang terdiri 2 pertemuan dilakukan dengan cara menggunakan sintaks model pembelajaran Numbered Heads Together.

  Persiapan perlengkapan pembelajaran dibuat selama 8 hari meliputi nomor kepala, alat peraga, lembar soal untuk diskusi dan lembar soal untuk evaluasi. Nomor kepala dibuat 30 buah sesuai dengan jumlah siswa di kelas IV. Pembuatan nomor menggunakan kertas karton yang dibentuk melingkar diberi nomor 1-5 supaya siswa lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan adanya nomor yang telah dimodifikasi. Selain menyiapkan nomor, disiapkan pula alat-lat peraga yaitu plastisin, balon, kelereng, tali tambang, batu, besi dan lainnya Alat peraga tersebut sangat mudah dicari. Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 13 April 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 16 April 2015.

  Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

  Pada pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan dua kali pertemuan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Langkah-langkah tiap pertemuan sama pada pertemuan kedua tidak hanya penyampaian materi tetapi dilaksanakan pula evaluasi pada akhir pembelajaran. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal

  13 April 2015 pada mata pelajaran IPA kompetensi dasar memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda. Terdapat tiga indikator dan empat tujuan pembelajaran. Adapun indikator tersebut yaitu mengidentifikasi adanya suatu gaya, menyebutkan macam-macam gaya, dan memberikan contoh gaya yang mempengaruhi bentuk benda.

  Kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan salam pembuka memperingatkan cara duduk yang baik, bertanya tentang materi yang sebelumnya. Guru memotivasi siswa dengan menunjukan alat peraga yang telah disediakan agar siswa lebih berfikir aktif tentang materi yang akan disampaikan. Guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan Guru menjelaskan langkah pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Guru menjelaskan materi tentang gaya serta bertanya jawab dengan siswa agar siswa lebih memahami dan mendalami materi. Pelaksanaan sintaks tahap pertama adalah pembentukan kelompok, siswa dibagi dalam kelompok oleh guru sesuai dengan Numbered Heads Together dibagi menjadi 6 kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Tahap kedua pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik dan tidak menggantungkan yang pandai saja. Setelah dibagi dalam kelompok tahap ketiga adalah memberi nomor kepala kepada setiap anggota kelompok. Tahap keempaat adalah guru memberi tugas dalam lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan kepada masing-masing kelompok untuk bekerjasama mengerjakan. Tahap kelima setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan dipastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. Pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap keenam adalah guru memanggil salah satu nomor secara acak dan nomor yang dipanggil harus menjawab pertanyaan dan membacakan hasil diskusi didepan kelas. Tahap ketujuh adalah guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban dari kelompok yang maju mempresentasikan hasil diskusi. Tahap kedelapan adalah memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah dibahas . Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi.

  Pada pertemuan kedua guru membuka pelajaran dengan salam pembuka, mengingatkan cara duduk yang baik, mengulas sedikit materi pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran yang digunakan yaitu sintaks Numbered Heads Together. Kegiatan inti guru melanjutkan penyampaian materi yang masih berkaitan dengan gaya. Kemudian pada kegiatan elaborasi langkah kedua sama dengan pertemuan pertama yaitu pelaksanaan sintaks tahap pertama pembentukan kelompok, guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa setiap kelompoknya. Tahap kedua yaitu penomoran, setiap siswa diberi nomor nomor karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap ketiga selanjutnya adalah pembagian tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan

  • –pertanyaan untuk dikerjakan oleh setiap anggota kelompok. Tahap keempat diskusi kelompok dimulai, dan pada saat diskusi berlangsung guru memberikan bimbingan terhadap siswa dan berkeliling. Tahap kelima adalah memanggil nomor, guru memanggil salah satu nomorsecara acak untuk maju membacakan hasil diskusi didepan kelas. Tahap keenam menjawab pertanyaan, siswa yang maju kedepan menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru. Tahap ketujuh menanggapi jawaban, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk mengontari jawaban yang disampaikan oleh temannya. Tahap kedelapan memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi pelajaran yang
telah dibahas, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambahi ksesimpulan apabila salah atau kurang.

  Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa utuk membuat rangkuman dan refleksi, kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi. Soal evalusi dikerjakan oleh seluruh siswa yang berjumlah 30 siswa. Sebelum mengerjakan soal guru menanyakan kesiapan siswa dan membacakan peraturan yang tidak boleh dilanggar selama mengerjakan soal. Kemudian guru memberikan lembar soal evaluasi dan siswa mulai mengerjakan soal evaluasi dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.

  Observasi

  Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung yaitu pada dua pertemuan. Hasil observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran sudah melaksanakan sintaks ataukah ada yang belum dilaksanakan. Hasil observasi guru dalam melaksanakan sintaks pada pertemuan pertama diperoleh data bahwa dari kegiatan inti dari 8 sintaks Numbered Heads Together, semua sintaks sudah terlaksana. Sintaks yang terlaksana adalah guru membentuk kelompok, penomoran anggota kelompok, pemberian tugas, membimbing jalannya diskusi, pemanggilan nomor secara acak, mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Sintaks yang belum terlaksana yaitu guru belum memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi jawaban dan membuat kesimpulan. Guru belum memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban atau pertanyaan dari guru dan guru membimbing untuk memperbaiki arau menambah kesimpulan.

  Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus II pertemuan kedua diperoleh data 8 sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah terlaksana, tetapi guru masih ada kekurangan dalam pelaksanaanya. Guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran anggota kelompok, pemberian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan pemanggilan nomor, memberi kesempatan kepada siswa untuk menanggapi jawaban teman ,membimbing siswa dalam memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau

  Berdasarkan keterlaksanaan sintaks Numbered Heads Together pada siklus I dari 8 sintaks Numbered Heads Together diketahui pada pertemuan pertama sintaks yang telah dilaksanakan adalah 8 dan semua sudah terlaksana dan pada pertemuan kedua dari 8 sintaks sudah terlaksanakan semua.

  Pada akhir proses pembelajaran siklus 2 dilakukan tes, kemudian dilakukan analisa diperoleh data sebagai berikut ini:

Tabel 4.5 Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Skor Siswa Kelas IV SDN Wedoro Semester 2 Tahun Pelajaran 2014 / 2015

  

Siklus II

Jenis Skor Skor

  Skor Rata-rata

  77 Skor Tertinggi

  95 Skor Terendah

  55 Sumber : data primer Skor siswa pada siklus pada siklus 2 juga bisa diketahui tingkat ketuntasan belajar yaitu pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Siklus II Skor Ketuntasan Frekuensi Persentase

  ≥ 65 Tuntas 90%

  27 < 65 Belum Tuntas 10%

  3

  100 % Jumlah

  30 Sumber : data yang diolah Skor siswa pada siklus 2 juga bisa diketahui tingkat ketuntasan yaitu pada

gambar 4.6 berikut:

  Tuntas Tidak Tuntas

90%

Gambar 4.3 Diagram Lingkaran Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Siklus II.

  Berdasarkan tabel 4.7 siswa yang mencapai ketuntasan belajar ≥65 sebanyak 27 siswa atau 90% sedangkan yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar ≤65 sebanyak 3 siswa atau 10%. Nilai siswa pada siklus 2 sudah mencapai indikator kinerja yaitu 80% dari keseluruhan siswa kelas IV sebanyak 30 siswa.

  Maka dengan demikian perbaikan pada siklus 2 dianggap berhasil.

  Refleksi

  Setelah guru melaksanakan pembelajaran pada siklus II, yang menjadi refleksi pada siklus ini adalah meningkatnya hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar siswa siswa. Guru telah menerapkan model pembelajaran NHT (Numbered

  Heads Together) dengan sangat baik. Dilihat dari aktivitas siswa, siswa telah

  mengikuti pembelajaran dengan sangat baik dan tidak mengganggu kelompok lain. Siswa terlihat aktif dan antusias mengikuti pembelajaran.

  Kekurangan pada pembelajaran siklus I sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II menjadi lebih baik. Hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II juga meningkat dan telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan.

4.2 Pembahasan

  Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang hasil belajar IPA materi menjelaskan pengertian gaya, menyebutkan macam-macam gaya, dan mendeskripsikan gaya dapat mengubah gerak dan /atau bentuk suatu benda pada kelas 4 SDN Wedoro dengan menggunakan model pembelajaran NHT

  

(Numbered Heads Together) . Hasil belajar dari prasiklus sampai siklus II dapat

  dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Belajar IPA Berdasarkan Skor Siswa Kelas IV SDN Wedoro Kondisi Prasiklus, Siklus I Dan Siklus II Deskripsi Pra Siklus Siklus I Siklus II

  Skor Minimum

  45

  55

  55 Skor Maksimum

  85

  90

  95 Skor Rata-rata 60,8 67,5

  77 Sumber : data yang diolah

Tabel 4.8 menjelaskan bahan perbandingan hasil belajar setiap siklus. Pada kondisi prasiklus, dari 30 siswa masih ada 18 siswa atau 40% yang belum tuntas

  belajarnya dan 12 siswa atau 60% siswa sudah tuntas belajarnya dengan nilai rata- rata 60,8. Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu dari 30 siswa sudah ada 17 siswa atau 56,7% yang sudah tuntas dan tinggal 13 siswa atau 43,3% yang belum tuntas dengan nilai rata-rata 67,5.

  Melihat hasil belajar pada siklus I yang masih belum memenuhi indikator kinerja dalam penelitian ini yaitu 80% atau minimal 24 siswa sudah tuntas KKM, maka perlu dilaksanakan pembelajaran pada siklus II.

  Hasil belajar setelah dilaksanakan siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar. Jumlah 30 siswa sudah ada 27 siswa atau 90 % yang sudah memperoleh nilai ≥65 dengan nilai rata-rata 77. Jadi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II telah memenuhi indikator kinerja dan tidak perlu dilakukan tindakan lagi.

  30

  25 a

  20 Sisw h

  15 a

  Tuntas

  10 Juml

  5 Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 Tindakan Gambar 4.4 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan

  

Ketuntasan Prasiklus, Siklus 1, Siklus 2

  Berdasarkan paparan tersebut menjelaskan bahwa ketuntasan pembelajaran

  IPA siswa kelas IV SDN Wedoro Kecamatan Penawangan Kabutaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 dengan menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) telah mampu meningkatkan jumlah siswa yang tuntas belajar dari 40% siswa pada tahapan prasiklus menjadi 56,7% pada tahapan siklus 1 dan 90% pada tahapan siklus 2 persentase pada ketuntasan belajar siswa sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yaitu sebesar 80% dari 30 siswa.

  Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan dikelas IV SDN Wedoro Kecamatan Penawangan Kabutaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 ditemukan bahwa hassil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah, sebanyak 40% dari 30 siswa atau 12 siswa sudah mencapai KKM yang ditetapkan sebesar 65, sedangkan 60% dari 3 siswa atau 18 siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional yaitu ceramah, interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya kurang, pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional, pembelajaran berpusat pada guru teacher center.

  Peneliti menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Heads

  

Together) untuk mengatasi rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN

  Wedoro Kecamatan Penawangan Kabutaten Grobogan semester 2 tahun ajaran 2014/2015. Pada siklus 1 menunjukan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 16,7% pada tahapan prasiklus siswa yang tuntas belajar sebanyak 40% setelah dilakukan tindakan siklus 1 jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 56,7%. Karena hasil yang diharapkan belum memenuhi indikator kinerja sebesar 80% dari keseluruhan siswa kelas IV, maka peneliti mengadakan tindakan siklus 2. Berdasarkan kekurangan pada siklus 1 peneliti melakukan perbaikan pada tindakan siklus 2. Pada siklus 2 menunjukan peningkatan ketuntasan belajar sebesar 90% dari sebeumnya 56,7%. Adapun indikator kinerja yang ditetapkan peneliti sudah tercapai. Hal tersebut didukung dalam Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksi pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Morgan (Ngalim Purwanto, 2002: 84) juga mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

  Namun masih ada 10% siswa atau 3 siswa yang belum mencapai KKM. belum tuntas mereka tinggal bersama nenek mereka, orang tua mereka merantau sehingga mereka kurang mendapat perhatian dan mereka jarang belajar dirumah. Sedangkan 1 siswa yang belum tuntas ketika mengerjakan soal evaluasi siklus 2 dalam keadaan sakit batuk dan flue. Hal ini menyebabkan siswa tersebut tidak bisa berkonsentrasi dalam mengerjakan soal evaluasi siklus 2.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Koripan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Koripan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Koripan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

1 1 74

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery Siswa Kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery Siswa Kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 Suruh Kabupaten Sem

0 0 19

BAB III MODEL PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery Siswa Kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 Suruh Kabu

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery Siswa Kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery Siswa Kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas IV SDN Wedoro Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Semest

0 1 21

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas IV SDN Wedoro Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Se

0 0 12