BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery Siswa Kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 Suruh Kabupaten Sem

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran IPA

  Beberapa para ahli menyatakan bahwa pengertian Ilmu Pengetahuan Alam sering disingkat dengan kata IPA atau yang saat ini sering kita dengar dengan istilah sains.

  IPA merupakan pelajaran wajib di sekolah dasar. Dengan belajar IPA siswa dapat mempelajari diri-sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pemahaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami alam sekitar secara alamiah. Dalam hal ini IPA dapat melatih anak dapat berfikir kritis dan objektif (Samatowa, 2010: 4 dalam Untari 2012).

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris

  “science” sendiri berasal dari kata

  dalam bahasa Latin “scientia” yang berarti saya tahu (Trianto, 2010:136).

  Pengertian IPA menurut Maslichah Asy’ari (2006:7) sains adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung maksud bahwa sains selain menjadi sebagai produk juga sebagai proses. Sains sebagai produk yaitu pengetahuan manusia dan sebagai proses yaitu bagaimana mendapatkan pengetahuan tersebut.

  Menurut Hendro Darmodjo dan Kaligis (dalam Indah 2008) IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam, untuk itu diperlukan cara tertentu yang sifatnya analisis, cermat, lengkap, dan menghubungkan gejala alam yang satu dengan yang lainnya. IPA dapat dipandang sebagai suatu produk dari upaya manusia dalam memahami berbagai gejala alam. Selain itu, IPA juga dapat pula dipandang sebagai fakta yang menyebabkan sikap dan

  Berdasarkan uraian/penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah suatu pembelajaran tentang alam. Sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan siswa.

  4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

  2. Mengembangkan ketrampilan, sikap, dan nilai ilmiah.

  1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang maha Esa.

  Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003:2) adalah sebagai berikut :

  7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

  6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

  3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

  Menurut Permendiknas RI No 22 tahun 2006 tentang standar isi, menyatakan bahwa ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

  2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

  Sejalan dengan ruang lingkup mata pelajaran IPA, tujuan mata pelajaran IPA juga terdapat dalam Permendikanas Nomor 22 tahun 2006 . Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1.

  4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

  3. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

  2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

  1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

  3. Mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang melek sains dan teknologi.

4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

  Tujuan pembelajaran IPA diterapkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Dalam Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. SK adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional; kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.

  Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. SK dan KD untuk mata

  pelajaran IPA siswa kelas 5 semester II secara rinci disajikan melalui tabel 2.1 di halaman berikut:

  Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran IPA Kelas 5 Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  5.1

  5. Memahami hubungan Mendeskripsikan hubungan antara gaya,

  gerak dan energi melalui percobaan (gaya antara gaya, gerak, dan gravitasi, gaya gesek, gaya magnet energi, serta fungsinya

  5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat

  6.1 Mendeskripsi-kan sifat-sifat cahaya Menerapkan sifat-sifat

  6.

  cahaya melalui kegiatan

  6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana membuat suatu

karya/model dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.

  7.1

  7. Memahami perubahan Mendeskripsikan proses pembentukan

  tanah karena pelapukan yang terjadi di alam dan 7.2 hubungannya dengan

  Mengidentifikasi jenis-jenis tanah penggunaan sumber

  7.3 Mendeskripsikan struktur bumi daya alam

  7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya

  7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air

  7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan

  7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb)

  Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

  Pembelajar yang baik adalah pembelajaran yang di kemas berdasar prosedur yang tepat dan sesuai. Sebelum kegiatan dilaksanakan langkah awal ialah membuat perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang di sesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan, (BSNP No 41, 2007). 1)

  Kegiatan Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang di tunjukkan untuk membangkitkan motifasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (BSNP No 41, 2007).

  2) Kegiatan Inti Sesuai BSNP No 41 Tahun 2007 bahwa kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasai aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini di lakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 3) Kegiatan Akhir

  Penutup merupakan kegiatan yang di lakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan redleksi, umpan balik, dan tindak lanjut (BSNP No. 41, 2007)

  Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1)

  Kegiatan awal a. Membuka pelajaran dengan salam b. Melakuakn absensi siswa c. Melakukan apersepsi dan motivasi

  2) Kegiatan inti 1.

  Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a.

  Melibatkan siswa mencari informasi yang luas tentang topik/ tema materi IPA yang sedang di pelajari.

  b.

  Menyampaikan materi pembelajaran mata pelajaran IPA c. Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

  2. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: a.

  Memberi petunjuk siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan dan memberi kesempatan siswa untuk melakukan percobaan tentang sifat-sifat cahaya.

  3. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a.

  Membenarkan pemahaman siswa yang masih salah tentang materi yang telah di pelajari.

  b.

  Memberi penguatan tenyang materi yang telah di ajarkan.

  c.

  Bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah di pelajari.

  d.

  Bersama siswa membuat rangkuman materi yang telah di pelajari.

  4. Kegiatan akhir Dalam kegiatan akhir, guru : a.

  Melakukan evaluasi akhir perteman b.

  Melakukan refleksi

2.1.2. Model Pembelajaran Discovery

  Model pembelajaran discovery adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri (Wardani, Naniek Sulistya dkk 2014:76)

  Model pembelajaran discovery adalah proses mental di mana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi (Roestiyah (2008: 20)

  Menurut (Burner dalam Mulyatiningsih, 2012:235) mengemukakan bahwa model pembelajaran discovery merupakan model pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri.

  Berdasarkan uraian/penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan model pembelajaran discovery dalam penelitian ini adalah proses menemukan konsep sendiri melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan sendiri.

  Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran discovery menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002: 199) adalah : 1.

  Identifikasi kebutuhan siswa.

  2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari.

  3. Seleksi bahan dan problema serta tugas-tugas.

  4. Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing- masing siswa.

  5. Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan.

  6. Mengecek pemahaman siswan terhadap masalah yang akan dipecahkan.

  7. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan.

  8. Membantu siswa dengan informasi dan data, jika diperlukan oleh siswa.

  9. Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses.

  10. Merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa.

  11. Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.

  12. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.

  Sedangkan langkah-langkah model pembelajaran discovery yang dilakukan siswa menurut Hamalik (2001: 220) adalah :

  1. Mengidentifikasi dan merumuskan topik.

  2. Mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta.

  3. Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah kedua.

  4. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul.

  5. Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai preposisi tentang fakta. Jawaban itu mungkin merupakan sintesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul.

  Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model pembelajaran

  

Discovery di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan

  belajar mengajar secara umum sebagai berikut:

  a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri

  b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244)

  c. Data Collection (Pengumpulan Data) Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.

  d. Data Processing (Pengolahan Data) Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). e. Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

  f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi

  Model pembelajaran discovery atau model pembelajaran penemuan tidak cukup dengan berupa perintah pada siswa untuk menemukan sesuatu, tetapi guru dalam proses pembelajarannya juga harus menyedikan waktu untuk siswa melakukan penelitian sendiri.

  Pendapat diatasdapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran dengna menggunakan model pembelajaran discovery adalah:

1. Merumuskan masalah 2.

  Membuat jawaban sementara (hipotesis) 3. Mengumpulkan data 4. Perumusan Kesimpulan 5. Mengkomunikasikan

2.1.3 Hasil Belajar

  Menurut Purwanto (2011:44) Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan menurut Darmansyah (2006:13) hasil belajar adalah hasil penelitian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Ini berarti ada proses belajar yang merupakan kemampuan siswa yang harus diukur melalui angka.

  Salah satu tugas pokok guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi bertujuan untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan guru dan siswa dalam menyampaikan dan menerima materi. Hasil belajar merupakan puncak dari proses pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam penguasaan materi.belajar adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hal ini sependapat dengan Nana Sudjana (2006:22) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual), afektif (sikap), dan kemampuan psikomotorik (bertindak). Guru dapat dikatakan berhasil dalam menyampaikan materi apabila terjadi perubahan yang positif dalam diri siswa. Sedangkan siswa dikatakan berhasil dalam proses belajarnya apabila hasil belajar yang diperolehnya mencapai hasil yang maksimal. Nana Sudjana (2010:37) menekankan keberhasilan mengajar dapat dilihat dari segi hasil yang dicapai siswa, dengan proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula.

  Hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, menurut Nana Sudjana (2010:39) hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terdapat hasil belajar yang dicapai. Disamping itu terdapat juga faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor yang berada di luar diri siswa yaitu faktor lingkungan belajar yang paling dominan dalam mempengaruhi hasil belajar adalah bagaimana kualitas pengajarannya, yaitu bagaimana tinggi rendahnya atau efektif tidaknya

  Berdasarkan uraian/penjelasan tersebut maka yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Pencapaian hasil belajar yang semakin membaik akan mampu membentuk pribadi individu siswa. Penelitian ini hanya akan menekankan pada peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang dilihat dari hasil test evaluasi akhir pelajaran.

  Besarnya hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran terhadap hasil belajar dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen. Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk. (2012:49) teknik pengukuran dibedakan menjadi 2 yaitu teknik tes dan non tes.

1. Teknik tes

  Menurut Suryanto Adi, dkk (2009) secara sederhana tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

  Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Endang Poerwanti (2008:4) :

  1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

  a. Tes Tertulis Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya.

  b. Tes Lisan Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak

menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

  c. Tes Unjuk Kerja Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

  a. Tes Esei (Essay-type Test) Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

3. Tes berdasarkan waktu penyelenggaraan a.

2. Non Tes

  Observasi Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.

  Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja) Work Sample Analysis digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya.

  d.

  Angket Angket adalah suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires ).

  c.

  Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik.

  b.

  Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan tekik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes Endang Poerwanti (2008:3-19

  b. Tes Jawaban Pendek Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban- jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

  Pre-tes dan post –test, hasil pra test digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik pada awal programpengajaran dan menentukan sejauh mana kemajuan seorang peserta didik. Kemajuan yang dicapai bisa dilihat dari perbandingan pra-tes dengan hasil tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test).

  d.

  Tes sumatif, diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan (total).

  c.

  

Tes formatif, dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung.

  b.

  Tes masuk, diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai.

  c. Tes Objektif Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

  • – 3-31) yaitu: a.
e.

  Task Analysis (Analisis Tugas) Task Analysis digunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

  f.

  Checklists dan Rating Scales Checklists dan Rating Scales dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan.

  g.

  Portofolio Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa.

  h.

  Komposisi dan Presentasi Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. i.

  Proyek Individu dan Kelompok Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok.

  Hasil belajar adalah besarnya skor yang diukur melalui tes dan non tes. Tes dilakukan setelah pembelajaran dan non tes dilakukan pada saat pembelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar

  Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.

2.2. Penelitian Yang Relevan

  Penelitian yang dilakukan oleh Cita, Tiarani (2013), yaitu tentang Penerapan Model Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 Pada Mata Pelajaran Matematika Pada SD Negeri Barunagri Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian PTK. Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya nilai hasil ujian tengah Semester II mata pelajaran matematika, hal ini ditandai rendahnya KKM yaitu 34,44, sedangkan target yang diharapkan yaitu 65. Peneliti menggunakan model pembelajaran discovery yang penelitian dengan menggunakan model pembelajaran discovery pada pembelajaran matematika menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran, terlihat siswa aktif berdiskusi kelompok dalam menyelesaikan masalah, demikian pula perolehan nilai siswa dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang mengalami peningkatan. Siklus pertama nilai rata-rata siswa 66,15 atau sebanyak 55,56% siswa mencapai nilai KKM. Siklus kedua mengalami peningkatan dengan rata-rata 74,72 atau sebanyak 71,12% siswa mencapai nilai KKM. Peneliti juga melakukan siklus ketiga, pada siklus ini juga mengalami peningkatan dengan rata-rata 77,22 atau sebanyak 82,22% siswa mencapai nilai KKM. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Barunagri Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Kelebihan dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar matematika, siswa mudah memahami materi yang disampaikan. Namun kekurangan penelitian ini adalah tidak menjelaskan pelaksanaan kegiatan pada saat pembelajaran. Untuk itu, penelitian ini akan menjelaskan pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan pada saat pembelajaran.

  Sejalan dengan penelitian ini, dilakukan juga oleh Agus Supriyadi, Peningkatan Hasil Belajar Model Pembelajaran Discovery Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 03 Sungai Ambawang Kubu Raya. Berdasarkan hasil obsevasi diketahui bahwa pada siklus 1 sebagian besar kegiatan telah dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan- kegiatan pembelajarannya yaitu sebesar 65% setelah siklus II seluruh pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah dapat dilaksanakan oleh guru pada pembelajaran bentuk daun dan fungsinya dengan model discovery learning dapat meningkat menjadi 100%. 2) bedasarkan data penelitian yang berasal dari hasil obsevasi diketahui bahwa sebagian besar hasil belajar siswa dalam pembelajaran bentuk daun dan fungsinya dengan model discovery learning pada siswa kelas IV pada siklus I hanya mampu mencapai 65,55% dari aktivitas positif dan terjadi peningkatan setelah siklus II menjadi sebesar 75,55%. 3) penerapan model discovery learning pada pembelajaran Ambawang diketahui sudah sangat efektif dan tepat hal ini ditunjukan dai rata-rata nilai evaluasi belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 78,72 dan terjadi peningkatan setelah adanya perbaikan pembelajaran pada siklus II menjadi 97,76. Kelebihan penelitian ini yaitu hasil belajar siswa meningkat 100%, memaparkan langkah- langkah didalam pembelajaran. Namun dalam penelitian ini terdapat beberapa kelemahan, yaitu walaupun hasil yang dicapai signifikan tetapi dalam penelitian ini yang dinilai hanya tes tertulisnya saja. Untuk itu, penelitian ini akan menilai tes tertulis dan sikap yang akan menjadi hasil belajar siswa.

  Penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Asnahwati, H. Zainuddin Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Cuaca Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Mata Pelajaran IPA Kelas III SD Bruder Melati Pontianak. Penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif dengan bentuk penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Terdapat peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi cuaca dengan menggunakan model pembelajaran discovery. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan nilai dari siklus 1 dengan rata-rata 6,0 dan pada pelaksanaan tindakan siklus 2 meningkat menjadi 8,17. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran discovery dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Kelebihan dari penelitian ini yaitu hasil belajar IPA meningkat. Namun di sisi lain, dalam penelitian ini terdapat kelemahan, yakni variabel aktivitas belajar dan hasil belajar tidak dibahas ketekaitannya secara mendalam, sehingga variabel ini nampak seperti berdiri sendiri- sendiri. Di samping itu penilaian hasil belajar hanya diukur berdasakan tes saja.

  Untuk itu, penelitian ini akan menguraikan tentang variabel yang akan digunakan.

2.3. Kerangka Berpikir

  Kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru SD Negeri Plumbon

  01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang adalah mengajar dengan metode ceramah yang kurang menyita perhatian siswa. Siswa cenderung tidak memperhatikan guru. siswa mengantuk, dan bermain sendiri, siswa tidak mau berpikir kritis dalam

  pelajaran IPA. Selama kegiatan pembelajaran, aktivitas yang dilaksanakan siswa tidak pernah dilakukan pengukuran oleh guru. Guru hanya mengukur kemampuan siswa pada aspek kognitif, yakni setelah siswa diberikan tes pada akhir pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa melalui tes, masih dibawah KKM ≥ 70, karena siswa hanya dilakukan pengukuran pada aspek kognitifnya saja, sedangkan untuk aspek afektif dan psikomotorik tidak pernah dilakukan pengukuran. Melihat kenyataan seperti ini, perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, dengan mendesain pembelajaran melalui model pembelajaran discovery. Dalam model pembelajaran ini, pembelajaran dimulai dengan menyampaikan suatu permasalahan untuk menggugah rasa kepenasaran siswa, kemudian siswa diajak untuk mengidentifikasi masalah yang diharapkan dapat mengarah pada jawaban sementara, karena hipotesis merupakan jawaban sementara maka perlu adanya pembuktian untuk merumuskan benar tidaknya jawaban dengan cara melakukan pengamatan atau percobaan, setelah semua data terkumpul siswa dibimbing untuk membuat kesimpulan, dan yang terakhir masing-masing kelompok harus mengkomunikasikan atau menyampaikan hasil yang telah diperoleh di depan forum diskusi. Melalui cara belajar seperti ini, jika siswa diberi tes, tentu hasil belajarnya dapat mencapai optimal (tuntas), selain itu siswa akan tumbuh kreativitas dan keterampilan dalam belajar. Disamping itu, dapat menumbuhkan sikap dan antusias siswa dalam menerima materi, karena siswa dilibatkan secara langsung, sehingga belajar siswa menjadi bermakna. Oleh karena itu, dalam pembelajaran selanjutnya tentang KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, didesain dengan menggunakan model pembelajaran discovery, dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar.

  Langkah-langkah model pembelajaran discovery adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi 2. Melakukan percobaan 3.

  Merumuskan kesimpulan 4. Mempresentasikan

  Konsekuensi dari model pembelajaran discovery adalah pengukuran dilakukan secara utuh, yang meliputi pengukuran proses belajar dan pengukuran hasil belajar, dengan KKM ≥ 70. Pengukuran utuh terdiri dari pengukuran aspek afektif, psikomotorik, dan kognitif. Pengukuran aspek kognitif dilakukan melalui pengukuran hasil belajar yeng berupa tes formatif, dan pengukuran aspek afektif dan aspek psikomotorik dilakukan melalui pengukuran non tes yakni berupa pengukuran unjuk kerja dengan menggunakan instrumen rubrik penilaian unjuk kerja.

  Berdasarkan deskripsi di atas, maka secara rinci dapat disajikan melalui gambar

  2.1 Hubungan Antara Model Pembelajaran Discovery dan Hasil Belajar IPA, di halaman berikut:

  Pembelajaran Pengukuran konvensional Kognitif Hasil belajar ≤ KKM 70

  KD 6.1 Mendeskripsikan sifat- sifat cahaya Skor tes

  Tes Model Pembelajaran Discovery :

  Hasil Belajar

  IPA ≥ KKM 70 1. Mengidentifikasi 5 sifat cahaya Sikap Skor sikap

  2. Melakukan percobaan

  3. Merumuskan kesimpulan

  4. Mempresentasikan

  

Gambar 2.1

Hubungan Antara Model Pembelajaran

  

Discovery dan Hasil Belajar IPA

2.4 Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: peningkatan hasil belajar IPA di duga dapat diupayakan melalui model pembelajaran discovery siswa kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 Suruh semester II tahun pelajaran 2014/2015.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran Saintifik Siswa Kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 04 Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran Saintifik Siswa Kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 04 Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran Saintifik Siswa Kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 04 Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 66

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Koripan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Koripan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Koripan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Koripan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Koripan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Koripan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

1 1 74

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery Siswa Kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 6