Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Tematik Terpadu Melalui PI-MTPS Kelas IV SD Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Keterampilan Berbicara

  Kegiatan Keterampilan berbicara adalah kegiatan keterampilan sesuatu untuk melakukan komunikasi secara lisan. Keterampilan menyampaikan informasi itu, ditunjukkan dengan disertai ekspresi. Kasbiyono (2012 : 3) menjelaskan bahwa keterampilan berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).

  Praptanti & Eka (2011 : 2) menyatakan bahwa menyimak yaitu kegiatan untuk mencari informasi, kegiatan menyimak diawali dengan menyimak bunyi bahasa baik secara langsung dari narasumber atau melalui radio, rekaman dan televisi. Menurut Tarigan (2008 : 30) berbicara adalah sebagai kemampuan dalam mengucapkan bunyi artikulasi maupun ungkapan kata-kata sebagai mengekspresikan ungkapan , menyatakan ungkapan kaliamat maupun kata yang akan disampaikan beserta menyampaikan pikiran, perasaan, dan gagasan.

  Menurut Wardani Naniek S. (2016 : 494) membaca adalah perilaku positif yang harus diawali dengan pembiasaan (conditioning) sebelum akhirnya mendarah daging dalam keseharian hidup sehingga menjadi kebiasaan. Berpendapat Wardani Naniek S. (2017 : 91) writing skills in research-based

  

learning are skills in listening to readings to express the idea of finding a

problem, speaking to organizing facts, concepts and principles (reading the

problem), reading to revise or researching the use of language and writing by

  . Menulis yaitu kegiatan dalam

  using the correct grammar in solving problems mengungkapkan pesan, gagasan, dan ide dalam bentuk tulisan.

  Permana E. P. (2015 : 134) berbicara adalah salah satu jenis dari keterampilan berbahasa dalam bentuk ragam lisan yang bersifat produktif. Shofa & Suparno (2014 : 210) menyatakan berbicara adalah suatu proses berkomunikasi untuk penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) orang lain. Keterampilan berbicara mempunyai peranan yang penting karena melalui berbicara yang baik akan mempermudah penyampaian pesan kepada orang lain. Keterampilan berbicara yang kurang lancar akan mengganggu kelangsungan proses komunikasi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Dalam belajar berbahasa untuk siswa sekolah dasar mengembangkan kemampuannya tidak hanya secara horizontal tetapi juga secara vertikal.

  Keterampilan berbicara akan meningkat jika selalu dilatih sehingga kalimat dan kata semakin bervasiasi serta strukturnya semakin benar. Jenis keterampilan berbicara secara horizontal, yang dimulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana. Ellis mengemukakan bahwa ada tiga cara meningkatkan keterampilan berbicara secara vertikal dalam Rofi’udidin (1996 : 12) meningkatkan keterampilan berbicara secara vertikal yaitu (1) menirukan pembicara orang lain contohnya guru, (2) mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang sudah dikuasai, dan (3) menghubungkan dua bentuk ujaran, seperti bentuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa (mencontoh ujaran seorang guru) yang sudah benar. Menirukan cara berbicara orang lain dapat melancarkan keterampilan berbicara. Seseorang dapat berbicara dengan lancar apabila menggunakan kalimat sederhana dengan memberikan informasi tentang suatu hal. Berbicara juga mencangkup masalah bahasa seperti dalam mengembangkan bentuk-bentuk ujaran, seperti pembentukan kalimat, panjang kalimat. Panjang kalimat yang terdiri dari 6-8 kata, siswa SD dapat menyusun dalam kalimat sederhana dalam struktur yang lengkap (pokok kalimat-predikat- keterangan). Selanjutnya siswa akan mampu mengubungkan dua bentuk ujaran seperti mengembangkan kosakata dengan menggunakan kata ganti, dan menggunakan kata penghubung

  Keterampilan berbicara akan lebih mudah dikembangkan jika siswa mampu mengkomunikasikan pesannya sesuatu secara alami kepada orang lain. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru mampu menciptakan komunikasi dalam pembelajaran yang mendorong siswa untuk terampil berbicara. Kegiatan lisan, siswa melaporkan tugas secara lisan, siswa menyampaikan pesan dan pendapat secara lisan. Hadi & Rustono (2017 : 336) menyebutkan bahwa dalam suasana kondusif, peserta didik dapat mengamati kegiatan berbicara yang benar. Dalam kegiatan berbicara, peserta didik diharapkan memperoleh pengetahuan tentang berbicara yang jelas, sistematis, logis, dan santun. Tidak hanya tahu, tetapi peserta didik juga diminta untuk mempraktikkan kegiatan berbicara sesuai dengan contoh yang diamatinya. Tahap berikutnya peserta didik diminta untuk menamai pengetahuan yang diperolehnya. Proses penamaan konsep ini berkaitan dengan komponen berbicara, etika berbicara, dan unsur diskusi beserta tugasnya.

  Fungsi keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah dapat menyampaikan ide pendapat, salah satunya menyampaikan pesan dan pendapat. Agar pesan siswa dapat tersampaikan kepada orang lain maka ada 2 aspek yang harus diperhatikan dalam berbicara yaitu aspek bahasa dan non- kebahasaan. Menurut Azizah & Kurniawati (2013 : 53) menjelaskan bahwa aspek kebahasaan dalam keterampilan berbicara meliputi aspek pengucapan, aspek pembentukan kalimat dan aspek pengembangan kosakata. Aspek non- kebahasaan meliputi aspek keberanian, aspek kelancaran dan aspek ekspresi.

  Keterampilan berbicara menurut Azizah & Kurniawati (2013 : 53) dapat diklasifikasikan seperti tersaji melalui tabel 2.1

Tabel 2.1 Instrumen Keterampilan Berbicara Usia 5-6 Tahun

  Aspek Perkembangan Indikator Aspek Kebahasaan : a) Pengucapan

a)

Penyebutan nama, jenis kelamin

b)

Berkomunikasi secara lisan, dan memiliki pembendaharaan kata

  b) Pengembangan Kosakata

a)

Menggunakan kata ganti

b)

Penggunaan kata penghubung c) Pembentukan Kalimat

a)

Panjang kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat

  

b)

Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat- predikat-keterangan) d) Isi Bicara

a)

Berpusat pada diri sendiri (egosentrik)

b)

Berpusat pada orang lain (sosialisasi)

  Aspek Non-Kebahasaan :

  a) Keberanian

a)

Mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik

  

b)

Anak berani mengungkapkan keinginannya, penolakan atau pendapatnya b) Kelancaran

a)

Berbicara lancar dengan kalimat sederhana

  

b)

Memberikan informasi tentang suatu hal

  c) Ekspresi Atau Gerak-Gerik Tubuh

a)

Mengekspresikan diri melalui dramatisasi

  

b)

Bercerita menggunakan kalimat yang terdiri dari 3-6 kata dengan ekspresi

  Sumber Azizah, N., & Kurniawati, Y. (2013 : 53)

  Berdasarkan tabel diatas menjelaskan aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Didalam melakukan berbicara melalui tahap-tahapan yang pertama tahap menirukan berbicara, proses menirukan dengan belajar menggunakan kata- kata sendiri. Kemudian diajarakan dengan satu kata sederhana contohnya bapak, ibu, kakak dan lain sebagainya. Setelah bisa mengucakan berbagai kata, akan berkata sendiri menghubungkan antara satu kata dengan kata lain contohnya bapak pergi, ibu pulang dan lain sebainya. Sesorang yang dapat berbicara dapat dilihat dari 2 aspek yaitu aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Aspek secara lisan, dan banyaknya kata-kata yang akan diucapkan. Pengembangan kosakata dengan mengucapkan ucapan kata ganti orang atau kata penghubung, pembentukan kalimat dengan panjang kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat dan menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat- predikat-keterangan). Isi bicara akan berpusat pada diri sendiri (egosentrik) dan berpusat pada orang lain (sosialisasi). Aspek non kebahasaan menentukan seseorang dapat berbicara atau tidak itu terkait dengan keberanian seseorang tidak dapat berani mengajukan petanyaan, tidak berani menyampaikan pendapat apa yang diinginkannya.

  Jadi keterampilan berbicara adalah keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengkomunikasikan pesan secara alami kepada orang lain, melalui latihan berbicara yang terdiri dari aspek kebahasaan (ketepatan ucapan, penempatan tekanan, pilihan kata, ketepatan sasaran pembicaraan, pengembangan kosa kata, dan pembentukan kalimat) dan aspek non kebahasaan (keberanian, kelancaran, dan sikap yang tenang).

  Kelancaran berbahasa tergantung aspek kebahasaan yang terkait dengan aspek kelancaran berbicara ada seseorang dapat berbicara dengan lancar, ada yang dapat berbicara terbata-bata, dan ada yang berbicara tidak jelas ujung pangkalnya. Jadi berbicara itu menyangkut aspek kebahasaan (ucapan, mengembangkan kosa kata, membentuk kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat dan isi bicara) dan aspek non kebahasaan (keberanian, kelancaran, ekspresi atau gerak-gerik tubuh).

2.1.2 Pembelajaran Tematik Terpadu

  Implementasi kurikulum 2013, menggunakan pendekatan pembelajaran tematik yang mengimplikasikan berbagai mata pelajaran dan memiliki tema yang sama. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu atau integratif yang memiliki peran penting dalam meningkatkan perhatian, aktivitas belajar, dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

  Permendikbud No.22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu model pembelajaran tematik terpadu yang menggunakan tema untuk menghubungkan beberapa mata pelajaran. Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok serta memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik (Permendikbut No.

  22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, 2016 : 3) Drake (2012 : 273) mendefinisikan thematic approach is one of the

  

teaching strategy that uses themes toward creating active, interest-ing, and

meaningful learning. Pendekatan tematik adalah salah satu strategi pengajaran

  yang menggunakan tema untuk menciptakan pembelajaran aktif, menarik minat, dan bermakna. Dikatakan pembelajaran bermakna karena peserta didik dalam pembelajarannya untuk, menemukan pengetahuan dari apa ia pelajarai kemudian pengetahuan yang diperoleh dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.

  Dari beberapa pendapat diatas pembelajaran tematik terpadu adalah beberapa mata pelajaran dijadikan satu dan dikaitkan dengan tema serta subtema pembelajaran. Pembelajaran tematik terpadu memuat konsep pembelajaran yang kemudian, melibatkan siswa untuk belajar secara aktif, sehingga siswa memperoleh pengalaman yang bermakana, dalam pembelajaran langsung dan terlatih.

  Tema dalam pembelajaran tematik terpadu dikelas 4 semester 2 terdiri empat tema yaitu Tema 6 Cita-Citaku, Tema 7 Indahnya Keragaman Di Negeriku, Tema 8 Daerah Tempat Tinggalku, Tema 9 Kayanya Negeriku. Subtema merupakan pengembangan dari tema yang sudah ada. Dalam satu tema terdapat 3 subtema dan setiap subtema dilaksanakan dalam 6 kegiatan belajar. Tema 6 Cita-Citaku untuk kelas 4 semester 2 terdiri 3 subtema. Ke 3 subtema dalam tema cita-citaku disajikan dalam tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Pembelajaran Tematik Kelas 4 Semester 2

  

Tema 6 Cita-Citaku

Tema Subtema

Subtema 1 Aku dan Cita-Citaku

  Subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku Tema 6 Cita-Citaku Subtema 3 Giat Berusaha Meraih Cita-Cita

  Sumber : Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Tema

6 Cita-Citaku Edisi Revisi 2017 : viii

  Di ini bawah ini merupakan pemetaan pembelajaran kelas IV Tema Cita- Citaku Subtema Hebatnya Cita-Citaku yang digunakan sebagai dalam penelitian ini.

Tabel 2.3 Pemetaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam Tema 6 Cita- Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku Pembelajaran 1 Kelas 4 Semester 2

  Kompetensi Dasar Kompetensi Inti Bahasa Indonesia

  IPA

  3. Memahami

  3.2 Membandingkan siklus

pengetahuan faktual hidup beberapa jenis

dengan cara mengamati makhluk hidup serta

dan menanya berdasarkan mengaitkan dengan

rasa ingin tahu tentang upaya pelestariannya. dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain

  4. Menyajikan

4.6 Melisankan puisi

  4.2 Membuat skema siklus

pengetahuan faktual hasil karya pribadi hidup beberapa jenis

dalam bahasa yang jelas, dengan lafal, makhluk hidup yang ada

sistematis dan logis, intonasi, dan di lingkungan sekitarnya,

dalam karya yang estetis, ekspresi yang tepat dan slogan upaya

dalam gerakan yang sebagai bentuk pelestariannya. mencerminkan anak ungkapan diri. sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

  Sumber : Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 2013 Buku Guru SD/MI Tema 6 Cita-Citaku Edisi Revisi 2017:48

  4.6 Melisankan puisi hasil karya pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri. Bahasa Indonesia

  3.2 Membandingkan siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup serta mengaitkan dengan upaya pelestariannya.

  4.2 Membuat skema siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitarnya, dan slogan upaya pelestariannya.

  IPA Pembelajaran 1

  Berdasarkan tabel 2.3 Kompetensi Inti yang disebutkan dalam tema 6 Cita- Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku Pembelajaran 1 terdapat Kompetensi Inti 3 dan Kompetensi Inti 4. Hal ini dikarenakan dalam Tema 6 Cita-Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku Pembelajaran 1 terdapat dua mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia dan IPA yang terintegrasi. Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2 tidak diikutsertakan karena dalam pembelajaran tidak terdapat mata pelajaran PPKn yang mengharuskan penilaian sikap. Hal ini terdapat pada pemetaan Kompetensi Dasar tema 6 Cita Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita- Citaku Pembelajaran 1 yang disajikan hlm. 7 gambar 2.1 berikut ini.

  Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Tema 6 Cita-Citaku Edisi Revisi 2017:48

Gambar 2.1 Pemetaan Kompetensi Dasar Tema 6 Cita-Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-

  

Citaku Pembelajaran 1 kelas 4 Semester 2

2.1.3 Pendekatan Inkuiri dan Model Think Pair Share (PI-MTPS) Pendekatan Inkuiri (PI)

  PI merupakan pendekatan Inkuiri dengan pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk berfikir secara kritis, logis, analisis dan dalam merumuskan pembelajaran siswa diminta untuk mencari jawaban sendiri dengan penuh percaya diri. Anam, Khoiru (2015) inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dari bahasa Inggris yang berarti penyelidikan/meminta keterangan. PI adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara maksimal, dan seluruh kemampuan siswa mencari dan menyelidiki secara sistematis kritis, logis, dan analitis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuan mereka dengan penuh percaya diri.

  Hidayat, Festiyed, & Fauzi (2012:5) juga mengutarakan pembelajaran PI adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan siswa agar berfikir secara kritis dan analitisuntuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melaui tanya jawab antara guru dan siswa. Kindsvatter, Wilen dan Ishler menjelaskan bahwa PI merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajarannya diminta untuk menganalisis dan memecahkan masalah secara sistematis (Saputri, Fadilahb, & Wahyu, 2016) .

  Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan PI adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mencari jawaban sendiri dengan melakukan penyelidikan secara ilmiah.

  Menurut Winanto & Makahube (2016:119) langkah-langkah pembelajaran PI yaitu meliputi sebagai berikut: 1. Orientasi : 1) menjelaskan topik pembelajaran, tujuan dan hasil belajar yang akan dicapai peseta didik, 2) menjelaskan inti kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan, 2. merumuskan masalah: siswa di hadapkan dalam suatu persoalan yang jawaban sementara dari suatu permasalah yang dikaji sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya 4. mengumpulkan data: aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran PI mengumpulkan data meruapakan proses mental yang sangat penting dalam memotivasi yang kuat dalam belajar, dan ketekunan mengunakan potensi berfikir, 5. menguji hipotesis: menentukan jawaban yang dianggap diterima disesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.6. merumuskan kesimpulan: proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan kepada siswa data mana yang relevan.

  Nurhadisah, Halim, & Khaldun, (2014:56) proses pembelajaran PI yaitu sebagai berikut: 1. merumuskan masalah (siswa diberi pertanyaan oleh guru ), 2. mengembangkan hipotesis (siswa mencari jawaban sementara), 3. mengumpulkan bukti (siswa mencari data sebanyak-banyaknya), 4. menguji hipotesis (siswa membuktikan dari jawaban sementara), 5. menarik kesimpulan sementara (siswa menarik kesimpulan sementara berdasarkan temuan yang diperoleh dari lapangan), dan 6. mengkomunikasikan kesimpulan (siswa mempresentasikan hasil temuan di depan kelas ).

  Langkah-langkah dalam PI menurut Kawuri (2017:907) sebagai berikut: 1. menyimak penjelasan tujuan pembelajaran, 2. merumuskan masalah (siswa merumuskan masalah yang akan dicari jawabannya), 3. mengajukan hipotesis (siswa membuat jawaban sementara dari permasalahan yang dirumuskan), 4. mengumpulkan informasi (siswa mengumpulkan informasi yang dibutuhkan melalui observasi untuk menemukan jawaban dari suatu masalah), 5. menganalisis informasi (siswa menganalisis informasi yang diperoleh berdasarkan hasil observasi), 6. menguji hipotesis (siswa membuktikan dari jawaban sementara), 7. menarik kesimpulan berdasarkan hasil temuan yang diperoleh di lapangan, dan 8. penyajian hasil karya (siswa menyajikan hasil

  Jadi langkah-langkah PI yang dikemukakan ke 3 para ahli di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Menjelaskan tujuan pembelajaran 2.

  Merumuskan masalah 3. Merumuskan hipotesis 4. Mengumpulkan data

  5. Menganalisis data

  6. Menguji hipotesis 7.

  Merumuskan kesimpulan

  8. Mempresentasikan

  Kelebihan dari pembelajaran PI menurut Mistianti (2013) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalam membangun pemahaman dan keahlian melalui interaksi dengan lingkungan sosial seperti teman, guru atau sumber lainnya. Interaksi dengan lingkungan sosial diharapkan siswa akan dapat memperbaiki pemahaman dan memperkaya pengetahuannya melalui kegiatan tanya jawab maupun diskusi kelompok. Selain itu inkuiri merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk belajar memecahkan masalah secara rasional dan sistimatis. Siswa sangat perlu memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah terutama dalam menghadapi arus perkembangan informasi dan teknologi serta globalisasi saat ini.

  Kekurangan pembelajaran PI menurut Suryosubroto (2002) adalah sebagai berikut: (1) Dipersyaratkan oleh keharusan dalam persiapan mental siswa untuk cara belajar. (2) Pembelajaran PI kurang berhasil dalam kelas besar, karena sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (3) Harapan yang ditumpah pada pendekatan ini mungkin mengecewakan siswa yang biasa pada perencanan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran PI. Jadi kekurangan pendekatan inkuiri yaitu memaksakan siswa yang lamban untuk mencari jawaban sendiri, dan menghabiskan waktu dalam pembelajaran untuk mencari

  Model Think Pair Share (MTPS)

  Trianto (2013:81) menyatakan MTPS merupakan model yang menempatkan siswa untuk berfikir, berpasangan, dan berbagi. Pembelajaran ini dirancarng untuk mempengaruhi pola interaksi antar siswa dan guru. Interaksi antar siswa sangat dibutuhkan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran dan membentuk suatu pembelajaran yang aktif. Pembelajaran yang aktif, sering disertai dengan interaksi yang komunikatif, yang akan menghasilkan pembelajaran efektif.

  Menurut Wardani Naniek S. (2016:81), MTPS adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berfikir, berdiskusi dengan pasangannya dan hasil dari diskusi kemudian di sharing kan pada teman-teman di kelas. Dalam pembelajaran MTPS guru memberi pertanyaan yang dikaitkan dengan pembelajaran dan siswa diminta untuk berfikir secara mandiri menyelesaikan jawaban yang diajukan oleh guru, kemudian hasil jawaban dari seorang siswa di sampaikan pada teman pasangannya, setelah itu mereka berdiskusi untuk menentukan kesepakatan jawaban, kemudian hasil kesepakatan/jawaban dipresentasikan hasil dari jawaban mereka kepada seluruh siswa di kelas.

  Suprijono (2011:91) mengemukakan pembelajaran MTPS merupakan model pembelajaran yang menekankan siswa untuk berfikir secara berpasangan yang kemudian hasil diskusi dibagikan keseluruhan kelas, dalam pembelajaran siswa dapat saling berfikir memberikan jawaban atas masalah secara berpasangan untuk dapat membuat suatu pembentukan kelompok belajar yang saling memberikan masukan-masukan pemikiran dari setiap siswa, yang mendorong siswa terjadi interaksi tanya jawab pada pengkontruksikan pengetahuan dan hasil pembelajaran yang diikuti siswa

  Jadi MTPS adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berfikir sendiri terlebih dahulu, kemudian berfikir bersama dengan pasangannya, dan hasil disampaikan kepada seluruh siswa di kelas.

  Menurut Wardani Naniek S. (2016:81) langkah-langkah dalam tentang materi atau permasalahan yang disampikan (think), 3. siswa diminta berpasangan (pairing) dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing, 4. siswa mengikuti diskusi, secara pleno dan menyimak (sharing) guna jawaban yang diperoleh setiap pasang, 5. siswa menyimak penjelasan guru yang menegaskan jawaban setiap pasangan dan menyimak materi yang belum diungkapkan oleh para pasangan, 6. siswa menyimak kesimpulan, 7. penutup.

  Mulyatiningsih (2011:234) juga mengemukakan langkah-langkah pembelajaran MTPS adalah sebagai berikut: 1. siswa menyimak inti materi dan kompetensi yang akan dicapai, 2. siswa diminta untuk berpikir tentang materi yang disampaikan guru, 3. siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahnya (satu kelompok terdiri dari 2 orang) dan mengutarakan persepsi masing-masing tentang apa yang telah disampaikan oleh guru, 4. setiap pasangan saling mengemukakan hasil dari diskusi, 5. siswa menyimak materi tambahan guru yang masih belum dipahami siswa dan menegaskan kembali permasalahan yang harus dipahami, 6. siswa menyimak kesimpulan dari guru

  Langkah-langkah MTPS yang dikemukakan Setiawan, Susanti, & Mulyani (2013) dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut: 1. siswa diberikan tugas dan siswa berfikir untuk menyelesaikan permasalahan mengenai materi pelajaran, 2. siswa diminta untuk berpasangan (kelompok 2 orang) untuk berdiskusi hasil diskusi tersebut di bagikan kepada pasangan lain, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjasama kelompoknya, 3. siswa dibimbing guru untuk menambahkan bahasan materi pokok yang belum diungkapkan siswa, 4. siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran bersama siswa.

  Jadi langkah-langkah MTPS adalah sebagai berikut: 1.

  Menyimak kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran 2. Menyimak materi pembelajaran yang disampaikan 3. Menjawab pertanyaan berdasarkan materi 4. Berfikir untuk mencari jawaban yang diajukan guru

  6. Diskusi secara pleno (setiap pasangan melaporkan hasil diskusi dan pasangan yang lain memberikan tanggapan terhadap pasangan yang sedang melaporkan hasil diskusinya).

  7. Penegasan materi dengan bimbingan dari guru.

  8. Menyimak kesimpulan hasil diskusi Pelaksanaan pembelajaran MTPS memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihan pembelajaran MTPS menurut Jadmiko (2015: 423) diantaranya adalah adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah, yang akan meningkatkan keterampilan belajar siswa, dan masing-masing siswa baik yang pandai maupun yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat. Selain itu kelebihan pembelajaran MTPS yaitu dapat memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan idenya kemudian ide yang di dapat di share ke teman-temannya.

  Dikemukakan oleh Huda (2011:171), kelemahan pembelajaran MTPS adalah menambah beban guru untuk koreksi laporan tugas, dan menambah beban guru yang harus mendampingi banyaknya kelompok. Jadi kelemahan pembelajaran MTPS yaitu guru akan terbebani dalam pembelajaran karena banyaknya kelompok-kelompok yang harus didampingi dan mengoreksi evaluasi pembelajaran.

  Pembelajaran PI- TPS adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melakukan penyelidikan secara ilmiah dengan cara siswa berfikir sendiri, berdiskusi dengan pasangannya dan berbagi kepada teman di kelas.

  Langkah-langkah pembelajaran PI-MTPS adalah sebagai berikut: 1.

  Menyimak tujuan pembelajaran 2. Menerima permasalahan dari guru 3. Berfikir untuk merumuskan masalah secara individu 4. Duduk berpasangan 5. Berdiskusi rumusan masalah 6. Merumuskan hipotesis

9. Presentasi sharing hasil pembuktian hipotesis dalam diskusi pleno 10.

  Merumuskan kesimpulan.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh R. T, Fridawati pada tahun 2012 yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Pada Pelajaran Bahasa Inggris Dengan Model Pembelajaran TPS (Think Pair

  Share

  ) di Kelas V SD Immanuel Medan Tahun Ajaran 2011 / 2012”. Ada pun aspek yang dinilai dari keterampilan berbicara yaitu aspek Kebahasaan seperti; pelafalan bunyi bahasa, ketepatan intonasi, pemilihan kata, penyusunan kalimat dan nonkebahasaan seperti; ketenangan, kesopanan, kekompakan,topik pembicaraan. Hasil ketuntasan kemampuan berbicara siswa meningkat dari 41 siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 24,4% siswa yang tuntas. Pada siklus I pertemuan II meningkat ketuntasan siswa menjadi 41,5% siswa yang tuntas, kemudian pada siklus II pertemuan I meningkat menjadi 58,5% siswa yang tuntas dan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 41 orang siswa yang tuntas. Kelebihan dari penelitian ini yaitu semua siswa atau 100 % tuntas dalam kemampuan berbicara. Kelemahan dari penelitian ini yaitu tidak menggunakan media yang menarik minat dalam pembelajaran oleh karena itu penelitian selanjutnya menggunakan media pembelajaran yang menarik agar siswa lebih berminat dan lebih terpacu dalam mengikuti pembelajaran.

  Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Hesti Kartikasari pada tahun 2014 dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Strategi Think-Pair-Share (TPS) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014”. menunjukkan bahwa adanya peningkatan signifikan dari masing-masing aspek keterampilan berbicara baik pada siklus I maupun siklus II. Pada siklus I aspek pemahaman mencapai presentase 61,6% , ketepatan logika mencapai 64,4%, ketepatan kalimat 65,6%, kelancaran 64,4%, Intonasi 61,2% dan jeda 60,8%. Sedangkan pada siklus II diperoleh persentase pada aspek pemahaman sebesar intonasi 70%, dan jeda sebesar 68%. Kelebihan yang dicapai dalam penelitian ini yaitu keseluruhan siswa kelas IV SD Negeri 2 Nogosari telah menguasi keenam aspek kemampuan berbicara. Kelemahan dari penelitian ini yaitu terdapat beberapa siswa yang mendapatkan nilai keterampilan berbicara di bawah KKM, oleh karena itu penelitian selanjutnya dalam pembelajaran menjadikan siswa lebih aktif dan termotivasi untuk memperoleh nilai baik.

  Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Hanifah Yuniarti (2013) tentang ”Penerapan Model Think Pair Share dengan Video Pembelajaran Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas III SDN Karanganyar 02 Semarang” juga mengukur keterampilan berbicara, namun cara pengukuran keterampilan berbicara, yakni menggunakan pemilihan kata, pelafalan kalimat, sikap siswa dan keberanian, ketepatan isi yang dibicarakan, dan kelancaran saat berbicara. Dari hasil pengukuran nampak terjadi peningkatan keterampilan berbicara dari siklus 1 sebesar rata-rata keterampilan berbicara 2,4 meningkat menjadi 2,6 di siklus 2, dan siklus 3 mengalami peningkatan menjadi 2,72 melalui pembelajaran model TPS. Kelebihan dari penelitian ini yaitu meningkatkan keterampilan guru, aktifitas siswa dan keterampilan 179 berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas III. Kelemahan dari penelitian ini yaitu dalam pelaksanaan pembelajaran guru kurang tegas terhadap anak yang melakukan kesalahan; bimbingan yang di berikan guru masih kurang, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya guru harus tegas menghadapi anak yang melakukan kesahaan agar tidak mengulangi perbuatanya dan guru lebih belajar lagi sebelum melakukan pembelajaran agar dapat membimbing siswa.

2.3 Kerangka Pikir

  Dalam kenyataannya guru dalam proses pembelajaran senang menggunakan model konvensional melalui metode ceramah dan pembelajaran berpusat pada guru (teacher center). Aktivitas guru dalam pembelajaran adalah menjelaskan materi, menulis catatan, memberi soal, dan dalam memberi tugas pembelajaran, hanya duduk diam dan mendengarkan guru berbicara. Kegiatan pembelajaran ini yang membuat siswa tidak bersemangat untuk belajar dan bosan. Sehingga siswa menjadi lebih pasif, dan kurang kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran seperti meminta siswa untuk aktif membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Kegiatan belajar di dalam kelas siswa untuk terampil berbicara. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal, yaitu dengan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran melalui keterampilan berbicara.

  Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengkomunikasikan pesan secara alami kepada orang lain, melalui latihan berbicara yang terdiri dari aspek kebahasaan (pengucapan, pengembangan kosa kata, pembentukan kalimat dan isi bicara) dan aspek non kebahasaan (keberanian, kelancaran, dan ekspresi). Melalui latihan berbicara aspek non kebahasaan yakni berani menyampaikan secara lisan rumusan masalah, dengan lancar, berani mengemukakan pendapat dalam diskusi; berani menyatakan hipotesis dengan lancar; berani menyampaikan pemecahan masalah dengan lancar dan berani membuat kesimpulan menyatakan dengan lancar. Setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka pembelajaran diupayakan dibentuk kelompok dan diminta untuk bekerja sama. Sehingga pendekatan dan model yang dipilih untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas yaitu dengan pembelajaran PI-MTPS.

  Pembelajaran PI-MTPS digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Besarnya keterampilan berbicara diukur melalui keberanian merumuskan masalah, mengekspresikan pendapat dalam diskusi, sharing skema siklus hidup hewan dengan lancar dan sharing slogan upaya pelestarian dengan lancar, dan penyampaian puisi pelestarian siklus hidup hewan berdasarkan lafal, intonasi dan ekspresi. PI-MTPS adalah pembelajaran yang menekankan siswa untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah dengan tema 6 Cita-Citaku subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku dan Berusaha Meraih Cita-Cita KD Melisankan puisi hasil karya pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri, melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) menyimak materi belajar siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya, 2) berfikir merumuskan masalah siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya, 3) berdiskusi merumuskan masalah siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya dengan pasangannya, 4) merumuskan hipotesis siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya, 5) membuat skema siklus hidup hewan, 6) sharing pembuktian hipotesis siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya dalam diskusi pleno, dan 7) melisankan puisi.

  Desain pembelajaran ini untuk mengukur keterampilan berbicara. Secara rinci pelaksanaan pembelajaran yang akan meningkatkan keterampilan berbicara disajikan melalui gambar 2.2 tentang peningkatan keterampilan berbicara melalui PI-MTPS berikut ini.

Gambar 2.2 Skema Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Tema 6 Cita-Citaku Subtema 2

  Berfikir merumuskan masalah siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya Menyimak materi siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya

  Melisankan puisi Berdiskusi merumuskan masalah dengan pasangannya siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya Merumuskan hipotesis siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya

  Membuat skema siklus hidup hewan Sharing pembuktian hipotesis siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya dalam diskusi pleno Tema 6 Cita-Citaku kelas 4 semester 2 Pembelajaran PI-MTPS

  Skor Keterampilan Berbicara Belum Ada Pembelajaran Konvensional Subtema 1Aku dan Cita-Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-

  Citaku Subtema 3 Giat Berusaha meraih Cita-Cita

  Skor keterampilan berbicara siswa Berani merumuskan masalah

Mengekspresikan dengan

tenang pendapat dalam

diskusi

  Sharing: 1) Skema siklus hidup hewan dengan lancar 2) Slogan upaya pelestariamn dengan lancar

  Penyampaian puisi pelestarian siklus hidup hewan berdasarkan lafal, intonasi dan ekspresi Rubrik Pengukuran

2.4 Hipotesis Tindakan

  Hipotesis penelitian ini adalah bahwa peningkatan keterampilan berbicara tema 6 Cita-Citaku subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku dan subtema 3 Giat Berusaha Meraih Cita-Cita diduga dapat diupayakan melalui PI-MTPS siswa kelas IV SDN Tembarak Temanggung semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD Nege

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD Nege

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD Nege

0 0 251

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dan PBL Ditinjau dari Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 5 SD

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dan PBL Ditinjau dari Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 5 SD

0 4 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dan PBL Ditinjau dari Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 5 SD

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dan PBL Ditinjau dari Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 5 SD

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dan PBL Ditinjau dari Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 5 SD

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dan PBL Ditinjau dari Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 5 SD

0 12 112

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Tematik Terpadu Melalui PI-MTPS Kelas IV SD Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 6