Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD Nege
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Peneliti akan menguraikan dua hal dalam bab ini, yaitu hasil penelitian yang
telah dilakukan berserta pembahasannya. Berikut adalah penjelasan dari hasil penelitian dan pembahasan:
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar dalam
Menyelesaikan Soal Cerita pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD Negeri Suruh 01 ini dilakukan dengan 2 siklus. Siklus pertama dilakukan pada tanggal 22- 24 Februari 2018. Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 01-03 Maret 2018.
Setiap siklus dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, jadi total pertemuan untuk kedua siklus ini adalah 6 kali. Data penelitian diperoleh melalui siklus pertama dan kedua yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut:
4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal
Pelaksanaan penelitian diawali dengan melakukan pengamatan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan awal kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika sebelum penerapan model pembelajaran
. Kondisi awal dijadikan sebagai bahan melaksanakan
Problem Based Learning tindakan pada siklus I dan siklus II.
1. Hasil Belajar
Peneliti menggunakan hasil belajar siswa pada materi Keliling dan Luas Bangun Datar kelas 4 SD Negeri Suruh 01 dua tahun terakhir sebagai data kondisi awal (pra siklus) dalam penelitian ini. Berikut ini data nilai siswa kelas 4 tahun ajaran 2015/2016 dan 2016/2017 pada materi Keliling dan Luas Bangun Datar.
Tabel 4.1. Nilai Materi Keliling dan Luas Bangun Datar Kelas 4 tahun ajaran 2015/2016 dan 2016/2017Nilai tahun ajaran 2015/2016 Nilai tahun ajaran 2016/2017 Data Tidak Tidak Tuntas Keseluruhan Tuntas Keseluruhan Tuntas Tuntas f (Frekuensi)
18
20
38
11
15
26 % (Persentase) 47,37% 52,63% 100% 42,31% 57,69% 100% 2340 1615 ∑ Nilai (Jumlah Nilai)
Rata-rata nilai 61,57 62,12 Rata-rata Nilai Tahun Ajaran 2015/2016 dan 61,85 2016/2017 Persentase Ketuntasan Tahun Ajaran 44,84% 2015/2016 dan 2016/2017
Tabel 4.1 menunjukkan data kondisi awal hasil belajar siswa kelas 4 tahun ajaran 2015/2016 dan 2016/2017 pada materi Keliling dan Luas Bangun Datardengan Kriteria Ketuntasan Minimal 70. Berdasarkan tabel tersebut pada tahun ajaran 2015/2016 terdapat 18 siswa dari 38 siswa yang tuntas atau berhasil mencapai KKM. Persentase ketuntasan siswa hanya mencapai 47,37%. Nilai rata- rata kelas juga masih di bawah KKM yaitu dengan rata-rata kelas 61,57. Data tersebut menunjukkan bahwa pada tahun pelajaran 2015/2016 hasil belajar siswa masih rendah. Kemudian pada data kondisi awal hasil belajar siswa kelas 4 tahun ajaran 2016/2017 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yang masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu 70 menunjukkan bahwa ada 11 siswa (42,31%) dari 26 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM, sedangkan siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM sebanyak 15 siswa (57,69%). Nilai rata-rata kelas juga masih di bawah KKM yaitu 62,12. Data tersebut menunjukkan bahwa pada tahun ajaran 2016/2017 hasil belajar matematika siswa juga masih rendah. Data hasil belajar dua tahun terakhir yang diperoleh peneliti tersebut kemudian didapatkan rata-rata nilai yaitu 61,85 dengan persentase ketuntasan 44,84%. Hasil belajar siswa separuh dan rata-rata hasil belajar yang belum mencapai KKM. Untuk daftar nilai hasil belajar siswa tahun ajaran 2015/2016 dan 2016/2017 dapat dilihat pada
lampiran 7 .
2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari hasil kuesioner yang dilakukan pada hari Rabu, 21 Februari 2018. Berdasarkan hasil kuesioner yang terdiri dari 21 pernyataan, dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung persentase dan jumlah siswa yang dianggap minimal cukup kritis di setiap indikatornya. Hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis sebelum tindakan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2. Data Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Awal (Pra Siklus)Siswa yang Minimal Skor No Indikator Nilai Kriteria Cukup Kritis Rata-rata Frekuensi Persentase
1 Mampu menganalisis 12,41 62,05 Tidak Kritis 19 52,78% argumen
2 Mampu bertanya 12,03 60,15 Tidak Kritis 16 44,44%
3 Mampu menjawab pertanyaan 11,92 59,6 Tidak Kritis 15 41,67%
4 Mampu memecahkan masalah 9,16 61,06 Tidak Kritis 17 47,22%
5 Mampu membuat kesimpulan 9,03 60,2 Tidak Kritis 15 41,67%
6 Mampu mengevaluasi atau 9,30
62 Tidak Kritis 16 44,44% menilai
7 Keseluruhan 63,86 60,82 Tidak Kritis 12 33,33%
Berdasarkan tabel 4.2 terdapat 6 indikator beserta jumlah siswa yang mampu berpikir kritis dan persentasenya yang dimasukkan ke dalam suatu kriteria. Tabel tersebut juga berisikan skor rata-rata yang diperoleh dari hasil kuesioner kondisi awal (pra siklus). Indikator pertama terdapat nilai 62,05 (tidak kritis). Indikator kedua didapatkan nilai sebesar 60,15 (tidak kritis). Indikator ketiga dengan nilai 59,6 (tidak kritis), sedangkan indikator keempat dengan nilai 61,06 (tidak kritis). didapatkan nilai 62 (tidak kritis). Pada keseluruhan indikator didapatkan nilai 60,82 (tidak kritis).
Kondisi awal pada indikator yang pertama terdapat 52,78% (sangat tidak kritis). Indikator yang kedua terdapat 44,44% (sangat tidak kritis). Indikator ketiga terdapat 41,67% (sangat tidak kritis). Indikator keempat terdapat 47,22% (sangat tidak kritis). Indikator kelima terdapat 41,67% (sangat tidak kritis), dan indikator keenam terdapat 44,44% (sangat tidak kritis). Pada keseluruhan sebanyak 33,33%. Berdasarkan kriteria dari skor rata-rata dapat disimpulkan bahwa dari keenam indikator tersebut, siswa dapat dikatakan belum kritis. Data kondisi awal (pra siklus) kemampuan berpikir kritis lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 29- 31.
Kondisi awal kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa juga dilihat dari hasil wawancara dengan guru kelas 4. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis siswa selama ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, peneliti mendapatkan fakta-fakta terkait permasalahan yang ada di kelas termasuk mengenai kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa yang masih rendah. Hasil wawancara lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 25.
4.1.2 Deskripsi Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dimulai dari hari Kamis, 22 Februari 2018 hingga hari Sabtu, 24 Februari 2018 di kelas 4 SD Negeri Suruh 01 tahun ajaran 2017/2018. Pelaksanaan siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, dengan alokasi waktu di setiap pertemuannya 3 x 35 menit.
4.1.2.1 Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan peneliti adalah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam penelitian. Peneliti mengkaji Kompetensi Dasar, indikator, dan materi pokok penelitian terlebih dahulu. Peneliti melanjutkan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar soal evaluasi, rubrik penilaian, dan media pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar. Selain itu peneliti juga menyusun lembar pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa selama pelaksanaan proses pembelajaran.
4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuannya 3 x 35 menit atau 3 jam pelajaran menyesuaikan jam pelajaran di SD Negeri Suruh 01 bahwa tiap jam pelajarannya beralokasikan 35 menit.
1. Pertemuan ke- 1
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 22 Februari 2018 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit atau 3 jam pelajaran. Pertemuan pertama membahas tentang materi Keliling Bangun Datar. Pelaksanaan pertemuan pertama siklus I memuat langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut: Guru membuka pembelajaran dengan menyapa dan menanyakan kabar siswa. Kemudian guru mengajak siswa berdoa bersama dengan salah seorang siswa diminta maju memimpin doa. Kemudian siswa bersama dengan guru menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dipimpin oleh salah seorang siswa. Guru kemudian melakukan presensi kepada siswa. Setelah melakukan presensi, guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar persegi, persegi panjang dan segitiga kepada para siswa. Kemudian siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hal-hal yang berkaitan dengan gambar tersebut.
Orientasi siswa pada masalah
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru memberikan informasi atau pengetahuan kepada siswa sebelum memasuki materi pembelajaran. Siswa kemudian diberi motivasi oleh guru untuk terlibat aktif dalam aktivitas pemecahan masalah.
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Siswa kemudian menyimak penjelasan materi dari guru mengenai keliling bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga melalui power point. Guru memberikan contoh soal kepada siswa mengenai materi yang diajarkan dengan mengenai pangkat dua dan akar pangkat dua melalui power point. Guru kemudian memberikan contoh kepada siswa mengenai materi yang diajarkan dengan menggunakan alat peraga dan melakukan tanya jawab.
Siswa bersama dengan guru kemudian menyimpulkan hasil pembelajaran dan siswa diminta guru untuk mempelajari materi selanjutnya dirumah. Kemudian siswa bersama guru menyanyikan lagu wajib “Halo-halo Bandung” sebelum mengakhiri pembelajaran. Kelas kemudian ditutup dengan doa bersama dipimpin oleh salah seorang siswa.
2. Pertemuan ke- 2
Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Jumat, 23 Februari 2018 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit atau 3 jam pelajaran. Pada pertemuan kedua, siswa mengerjakan tugas mengenai materi Keliling Bangun Datar yang diberikan oleh guru. Pelaksanaan pertemuan kedua siklus I memuat langkah- langkah model pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut: Guru membuka pembelajaran dengan menyapa dan menanyakan kabar siswa. Kemudian guru mengajak siswa berdoa bersama dengan salah seorang siswa diminta maju memimpin doa. Kemudian siswa bersama dengan guru menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dipimpin oleh salah seorang siswa. Guru kemudian melakukan presensi kepada siswa. Setelah melakukan presensi, guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar persegi, persegi panjang dan segitiga. Kemudian siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hal-hal yang berkaitan dengan gambar tersebut.
Membimbing pengalaman individual atau kelompok
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Guru memberikan permasalahan kepada setiap kelompok dalam bentuk soal cerita di Lembar Kerja Siswa 1. Setiap kelompok dibimbing oleh guru untuk menyelesaikan permasalahan dalam soal cerita yang telah diberikan. Setiap kelompok maju menyampaikan hasil pekerjaan kelompok mereka dan kelompok lain memberikan tanggapan kemudian membahas bersama-sama jawaban yang tepat dengan bimbingan guru.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Setiap kelompok kemudian mendapatkan Lembar Kerja Siswa 2 dan alat bahan dari guru berupa selembar karton berbentuk persegi dengan panjang sisi 30 cm, gunting dan penggaris. Setiap kelompok diminta untuk memotong karton tersebut menjadi beberapa persegi dengan panjang sisi 10 cm. Setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas. Setelah itu siswa memberikan pertanyaan dan argumen tentang presentasi hasil pekerjaan yang dipresentasikan oleh kelompok lain.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Siswa kemudian menyimpulkan konsep materi dari proses menemukan solusi permasalahan yang telah mereka lakukan. Siswa lalu melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dalam menyajikan hasil karya. Setelah itu siswa bersama dengan guru melakukan refleksi kegiatan yang telah dilakukan.
Siswa bersama dengan guru kemudian menyimpulkan hasil pembelajaran dan siswa diminta guru untuk mempelajari materi selanjutnya dirumah. Kemudian siswa bersama guru menyanyikan lagu wajib “Maju Tak Gentar” sebelum mengakhiri pembelajaran. Kelas kemudian ditutup dengan doa bersama dipimpin oleh salah seorang siswa.
3. Pertemuan ke- 3
Pertemuan ketiga pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Februari 2018 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit atau 3 jam pelajaran. Pada pertemuan ketiga, siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I mengenai materi Keliling Bangun Datar. Pelaksanaan pertemuan ketiga siklus I memuat langkah-langkah sebagai berikut:
Guru membuka pembelajaran dengan menyapa dan menanyakan kabar siswa. Kemudian guru mengajak siswa berdoa bersama dengan salah seorang siswa diminta maju memimpin doa. Kemudian siswa bersama dengan guru menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dipimpin oleh salah seorang siswa. Guru kemudian melakukan presensi kepada siswa. Setelah melakukan presensi, guru melakukan pada pertemuan sebelumnya. Siswa kemudian melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Evaluasi Siklus I
Guru membagikan soal evaluasi siklus I kepada siswa. Siswa kemudian mengerjakan soal evaluasi siklus I yang dibagikan oleh guru sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Siswa bersama dengan guru menyimpulkan hasil pembelajaran. Siswa kemudian diminta guru untuk mempelajari materi selanjutnya di rumah. Selanjutnya, s iswa bersama dengan guru menyanyikan lagu wajib “Satu Nusa Satu Bangsa” sebelum mengakhiri pembelajaran. Kelas ditutup dengan doa bersama dipimpin oleh seorang siswa.
4.1.2.3 Observasi
Kegiatan mengamati atau observasi proses pembelajaran dilakukan untuk mengetahui perkembangan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa setelah melakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning. Hasil belajar siswa dapat diketahui dari nilai evaluasi pada siklus
I. Sedangkan perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran matematika dilihat melalui data pada hasil kuesioner yang diberikan pada akhir siklus II dan data hasil observasi kemampuan berpikir kritis yang dilakukan di setiap siklus untuk memperkuat data hasil kuesioner. Observasi terhadap siswa untuk mengukur kemampuan berpikir kritis berpedoman pada lembar observasi kemampuan berpikir kritis. Lembar observasi kemampuan berpikir kritis berguna untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa ketika mengikuti proses pembelajaran.
1. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa didapatkan dari nilai evaluasi yang dilakukan di akhir siklus I dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Data hasil belajar siswa pada evaluasi siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3. Hasil Nilai Evaluasi Siklus I Data Tuntas Tidak Tuntas Keseluruhanf (Frekuensi)
25
11
36 % (Persentase) 69,44% 30,56% 100% ∑ Nilai
2485 (Jumlah Nilai) Rata-rata nilai
69 Berdasarkan tabel 4.3 jumlah keseluruhan siswa sebanyak 36 siswa didapatkan jumlah nilai 2485 dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas 4 sebesar 69. Ada 25 siswa dari 36 siswa (69,44%) yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 11 siswa dari 36 siswa (30,56%) yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Data hasil nilai evaluasi siklus I secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 16-17.
2. Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis siswa ketika mengikuti pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Peneliti dibantu oleh guru dalam melakukan observasi. Observasi kemampuan berpikir kritis dilakukan pada saat proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning diterapkan. Tabel 4.4 merupakan hasil perhitungan pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa ketika proses pembelajaran.
Tabel 4.4. Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I4
95 Cukup Kritis Nilai Rata-rata 2,6 Jumlah rata- rata setiap siswa dibagi jumlah seluruh siswa Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis secara keseluruhan 63,89% Jumlah siswa yang minimal cukup kritis dibagi jumlah seluruh siswa
97 Cukup Kritis Jumlah Rata-rata Skor Seluruh Siswa
12 1 8% 56% 33% 3%
20
3
21 11 11% 58% 31% 0% 101 Cukup Kritis 6. Mampu mengevaluasi atau menilai
4
90 Tidak Kritis 5. Mampu membuat kesimpulan
10 6 11% 44% 28% 17%
16
4
92 Tidak Kritis 4. Mampu memecahkan masalah
12 4 11% 44% 33% 11%
16
18 13 14% 50% 36% 0% 100 Cukup Kritis 3. Mampu menjawab pertanyaan
Indikator Frekuensi Alternatif Jawaban Persentase Alternatif Jawaban Jumlah Skor Kriteria
5
90 Tidak Kritis 2. Mampu bertanya
12 4 6% 50% 33% 11%
18
2
Mampu menganalisis argumen
1 1.
2
3
4
1
2
3
4
Berdasarkan tabel 4.4 skor untuk indikator pertama didapatkan hasil 90 dengan kategori tidak kritis. Skor untuk indiaktor kedua didapatkan hasil 100 dengan kategori cukup kritis. Skor untuk indikator ketiga didapatkan hasil 92 dengan kategori tidak kritis. Kemudian skor untuk indikator keempat didapatkan hasil 90 dengan indikator tidak kritis. Skor untuk indikator kelima didapatkan hasil 101 dengan kategori cukup kritis. Sedangkan skor untuk indikator keenam didapatkan hasil 97 dengan kategori cukup kritis. Dan untuk indikator secara keseluruhan didapatkan skor sebesar 95 dengan kategori cukup kritis. Kemampuan berpikir kritis siswa siklus I secara keseluruhan jika dilihat dari hasil pengamatan, tersebut didapatkan dari rata-rata skor seluruh siswa dibagi jumlah seluruh siswa. Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis secara keseluruhan pada siklus I yaitu 63,89% atau sebanyak 23 siswa yang termasuk ke dalam kriteria minimal cukup kritis. Data hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis siklus I dapat dilihat pada lampiran 46.
4.1.2.4 Refleksi
Setelah melaksanakan pembelajaran siklus I, peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Refleksi ini berguna untuk memperbaiki kendala atau kekurangan yang terjadi di siklus I. Refleksi yang dilakukan peneliti mencakup dua aspek yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
1. Proses Pembelajaran
Siklus I dilaksanakan selama tiga pertemuan yaitu tanggal 22 – 24 Februari 2018 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit (3 jam pelajaran) setiap pertemuannya. Pertemuan pertama siklus I membahas tentang materi Keliling Bangun Datar dengan menggunakan power point dan media pembelajaran. Kegiatan secara keseluruhan pada pertemuan pertama sudah cukup sesuai dengan RPP dan berjalan dengan baik. Kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran antara lain saat sedang diterangkan materi pembelajaran, ada beberapa siswa yang mengganggu teman yang lain dan ribut sendiri sehingga sedikit mengganggu proses pembelajaran karena guru perlu memperingatkan beberapa siswa tersebut untuk beberapa kali.
Pada pertemuan kedua siklus I, siswa dibentuk ke dalam kelompok kemudian mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru pada Lembar Kerja Siswa yang telah disediakan. Siswa juga melakukan praktik menggunakan alat dan bahan yang telah disediakan oleh guru. Kondisi siswa pada pertemuan kedua sudah mulai mudah diatur dan cukup baik saat bekerjasama dengan kelompok. Kendala pada pertemuan kedua adalah ketika setiap kelompok diminta untuk presentasi di depan kelas, beberapa kelompok masih regu-ragu dan tidak percaya diri, namun guru kemudian memberikan motivasi kepada para siswa agar percaya diri dalam sudah cukup sesuai dengan RPP dan berjalan dengan baik meskipun ada beberapa langkah dalam RPP yang belum terlaksana.
Pada pertemuan ketiga siklus I, siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I yang diberikan oleh guru. Kegiatan secara keseluruhan pada pertemuan ketiga sudah sesuai dengan RPP dan berjalan dengan baik. Langkah-langkah pada pertemuan ketiga pun juga sudah dilaksanakan dengan baik dan lancar.
2. Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar pada siklus I terdapat peningkatan dari kondisi awal sebelum penelitian dan hasil yang didapatkan setelah siklus I. Selain perolehan rata-rata hasil belajar dan persentase ketuntasan yang meningkat, berdasarkan hasil belajar yang didapatkan pada siklus I, masih perlu dilakukan perbaikan pembelajaran agar hasil yang didapatkan semakin baik lagi. Hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I pun akan menjadi patokan apakah terjadi peningkatan pada siklus II atau tidak. Maka dari itu untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I, maka penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II dengan harapan agar kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diperbaiki pada siklus II.
4.1.3 Deskripsi Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dimulai pada hari Kamis, 01 Maret 2018 – Sabtu, 03 Maret 2018 di kelas 4 SD Negeri Suruh 01 tahun ajaran 2017/2018. Pelaksanaan siklus II dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dengan alokasi waktu di setiap pertemuannya 3 x 35 menit (3 jam pelajaran) sesuai dengan alokasi waktu yang sudah diterapkan di tempat penelitian.
4.1.3.1 Perencanaan
Siklus kedua dilaksanakan dengan melanjutkan materi. Setelah siklus I dilaksanakan, peneliti kembali berdiskusi dengan guru untuk menanyakan hal-hal yang perlu direvisi. Kemudian peneliti kembali mempersiapkan instrumen pembelajaran yang telah dibuat berupa RPP, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal evaluasi serta media pembelajaran. Semua perangkat yang telah peneliti buat direvisi kembali agar pada siklus kedua pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan RPP.
4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuannya 3 x 35 menit atau 3 jam pelajaran menyesuaikan jam pelajaran di SD Negeri Suruh 01 bahwa tiap jam pelajarannya beralokasikan 35 menit.
1. Pertemuan ke- 1
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 01 Maret 2018 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit atau 3 jam pelajaran. Pertemuan pertama membahas tentang materi Luas Bangun Datar. Pelaksanaan pertemuan pertama siklus II memuat langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut: Guru membuka pembelajaran dengan menyapa dan menanyakan kabar siswa. Kemudian guru mengajak siswa berdoa bersama dengan salah seorang siswa diminta maju memimpin doa. Kemudian siswa bersama dengan guru menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dipimpin oleh salah seorang siswa. Guru kemudian melakukan presensi kepada siswa. Setelah melakukan presensi, guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan bingkai berbentuk persegi, buku berbentuk persegi panjang dan penggaris berbentuk segitiga. Kemudian siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hal-hal yang berkaitan dengan benda tersebut.
Orientasi siswa pada masalah
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru memberikan informasi atau pengetahuan kepada siswa sebelum memasuki materi pembelajaran. Siswa diberi motivasi oleh guru untuk terlibat aktif dalam aktivitas pemecahan masalah.
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Siswa kemudian menyimak penjelasan materi dari guru mengenai luas bangun datar persegi, persegi panjang, dan segitiga melalui power point. Guru memberikan contoh soal kepada siswa mengenai materi yang diajarkan dengan menggunakan alat peraga dan melakukan tanya jawab. Siswa kemudian menyimak penjelasan materi dari guru mengenai pangkat dua dan akar pangkat dua melalui
power point . Guru kemudian memberikan contoh kepada siswa mengenai materi
yang diajarkan dengan menggunakan alat peraga dan melakukan tanya jawab.Siswa bersama dengan guru kemudian menyimpulkan hasil pembelajaran dan siswa diminta guru untuk mempelajari materi selanjutnya dirumah. Kemudian siswa bersama guru menyanyikan lagu wajib “Satu Nusa Satu Bangsa” sebelum mengakhiri pembelajaran. Kelas kemudian ditutup dengan doa bersama dipimpin oleh salah seorang siswa.
2. Pertemuan ke- 2
Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada hari Jumat, 02 Maret 2018 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit atau 3 jam pelajaran. Pada pertemuan kedua, siswa mengerjakan tugas mengenai materi Luas Bangun Datar yang diberikan oleh guru. Pelaksanaan pertemuan kedua siklus II memuat langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut: Guru membuka pembelajaran dengan menyapa dan menanyakan kabar siswa. Kemudian guru mengajak siswa berdoa bersama dengan salah seorang siswa diminta maju memimpin doa. Kemudian siswa bersama dengan guru menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dipimpin oleh salah seorang siswa. Guru kemudian melakukan presensi kepada siswa. Setelah melakukan presensi, guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan kertas lipat berbentuk persegi, kalender berbentuk persegi panjang dan kain berbentuk segitiga. Kemudian siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hal-hal yang berkaitan dengan benda-benda tersebut.
Membimbing pengalaman individual atau kelompok
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Guru memberikan permasalahan kepada setiap kelompok dalam bentuk soal cerita di Lembar Kerja Siswa 1. Guru meminta setiap kelompok untuk berdiskusi dan menyelesaikan permasalahan dalam soal cerita pada lembar kerja yang telah dibagikan. Setiap kelompok dibimbing oleh guru untuk menyelesaikan permasalahan dalam soal cerita yang telah diberikan. Setiap kelompok maju menyampaikan hasil pekerjaan kelompok mereka dan kelompok lain memberikan tanggapan kemudian membahas bersama-sama jawaban yang tepat dengan
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Setiap kelompok kemudian mendapatkan Lembar Kerja Siswa 2 dan alat bahan dari guru berupa selembar karton berbentuk persegi dengan panjang sisi 20 cm, gunting dan penggaris. Setiap kelompok diminta untuk memotong karton tersebut menjadi beberapa persegi panjang dengan panjang 10 cm dan lebar 5 cm. Setiap kelompok diminta untuk mengembangkan dan menyajikan hasil karya berkaitan dengan luas bangun datar. Setiap siswa dalam kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas tersebut. Setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas. Setelah itu siswa memberikan pertanyaan dan argumen tentang presentasi hasil pekerjaan yang dipresentasikan oleh kelompok lain.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Siswa kemudian menyimpulkan konsep materi dari proses menemukan solusi permasalahan yang telah mereka lakukan. Siswa kemudian melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dalam menyajikan hasil karya. Setelah itu siswa bersama dengan guru melakukan refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Guru melakukan pembenaran dan pelurusan jawaban.
Siswa bersama dengan guru kemudian menyimpulkan hasil pembelajaran dan siswa diminta guru untuk mempelajari materi selanjutnya dirumah. Kemudian siswa bersama guru menyanyikan lagu wajib “Halo-halo Bandung” sebelum mengakhiri pembelajaran. Kelas kemudian ditutup dengan doa bersama dipimpin oleh salah seorang siswa.
3. Pertemuan ke- 3
Pertemuan ketiga pada siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 03 Maret 2018 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit atau 3 jam pelajaran. Pada pertemuan ketiga, siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II mengenai materi Luas Bangun Datar. Pelaksanaan pertemuan ketiga siklus II memuat langkah-langkah sebagai berikut: Guru membuka pembelajaran dengan menyapa dan menanyakan kabar siswa. Kemudian guru mengajak siswa berdoa bersama dengan salah seorang siswa diminta maju memimpin doa. Kemudian siswa bersama dengan guru menyanyikan melakukan presensi kepada siswa. Setelah melakukan presensi, guru melakukan apersepsi dengan mengajak siswa mengingat kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Siswa kemudian melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Evaluasi Siklus II
Guru membagikan soal evaluasi siklus II kepada siswa. Siswa kemudian mengerjakan soal evaluasi siklus II yang dibagikan oleh guru sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Siswa bersama dengan guru menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini. Siswa diminta guru untuk mempelajari materi selanjutnya di rumah. Siswa bersama dengan guru menyanyikan lagu wa jib “Maju Tak Gentar” sebelum mengakhiri pembelajaran. Kemudian kelas ditutup dengan doa bersama dipimpin oleh seorang siswa.
4.1.3.3 Observasi Peneliti juga melakukan pengamatan pada proses pembelajaran siklus II.
Pengamatan dilakukan dengan observasi pada saat siklus II sedang berlangsung dan memberikan kuesioner berpikir kritis kepada siswa setelah proses pembelajaran siklus II selesai. Pengamatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil evaluasi siklus II. Sedangkan pengamatan untuk melihat kemampuan berpikir kritis dilihat melalui data pada hasil kuesioner yang diberikan setelah siklus II dan lembar observasi pada saat siklus II sedang berlangsung untuk memperkuat data kuesioner.
1. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa didapatkan dari nilai evaluasi yang dilakukan di akhir siklus II dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Data hasil belajar siswa pada evaluasi siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5. Hasil Nilai Evaluasi Siklus II Data Tuntas Tidak Tuntas Keseluruhanf (Frekuensi)
32
4
36 % (Persentase) 88,89% 11,11% 100%
2869 ∑ Nilai (Jumlah Nilai) Berdasarkan tabel 4.5 jumlah keseluruhan siswa sebanyak 36 siswa didapatkan jumlah nilai 2869 dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas 4 sebesar 80. Ada 32 siswa dari 36 siswa (88,89%) yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 4 siswa dari 36 siswa (11,11%) yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Data hasil nilai evaluasi siklus II secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 22-23.
2. Kemampuan Berpikir Kritis
17
Mampu memecahkan masalah
12
18
5
1 33% 50% 14% 3% 113 Cukup Kritis 5.
Mampu membuat kesimpulan
16
3 44% 47% 8% 0% 121 Kritis 6.
17
Mampu mengevaluasi atau menilai
16
14
6 44% 39% 17% 0% 118 Kritis Jumlah Rata-rata Skor Seluruh Siswa
115,5 Kritis Nilai Rata-rata
3,2 Jumlah rata- rata setiap siswa dibagi jumlah seluruh siswa Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis secara keseluruhan
83,33% Jumlah siswa yang minimal cukup kritis dibagi jumlah
8 31% 47% 22% 0% 111 Cukup Kritis 4.
Kemampuan berpikir kritis siswa ketika mengikuti pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk memperkuat data kuesioner pada akhir siklus II. Tabel 4.6 merupakan hasil perhitungan pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa ketika proses pembelajaran.
Tabel 4.6. Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II Indikator Frekuensi Alternatif Jawaban Persentase Alternatif Jawaban Jumlah Skor Kriteria1 1.
4
3
2
1
4
3
2
Mampu menganalisis argumen
Mampu menjawab pertanyaan
10
19
7 28% 53% 19% 0% 111 Cukup Kritis 2.
Mampu bertanya
17
13
6 47% 36% 17% 0% 119 Kritis 3.
11 Berdasarkan tabel 4.6 skor untuk indikator pertama didapatkan hasil 111 dengan kategori cukup kritis. Skor untuk indiaktor kedua didapatkan hasil 119 dengan kategori kritis. Skor untuk indikator ketiga didapatkan hasil 111 dengan kategori cukup kritis. Kemudian skor untuk indikator keempat didapatkan hasil 113 dengan indikator cukup kritis. Skor untuk indikator kelima didapatkan hasil 121 dengan kategori kritis. Sedangkan skor untuk indikator keenam didapatkan hasil 118 dengan kategori kritis. Dan untuk indikator secara keseluruhan didapatkan skor sebesar 115,5 dengan kategori kritis. Kemampuan berpikir kritis siswa siklus II secara keseluruhan jika dilihat dari hasil pengamatan, didapatkan rata-rata sebesar 3,2 (kritis). Rata-rata secara keseluruhan tersebut didapatkan dari rata-rata skor seluruh siswa dibagi jumlah seluruh siswa. Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis secara keseluruhan pada siklus II yaitu 83,33% atau sebanyak 30 siswa yang termasuk ke dalam kriteria minimal cukup kritis. Data hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis siklus II dapat dilihat pada lampiran 47.
Peneliti juga menggunakan kuesioner untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa yang diberikan di akhir siklus II. Hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis siswa pada masing-masing indikator dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7. Data Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir (Akhir Siklus II)Siswa yang Minimal Skor No Indikator Nilai Kriteria Cukup Kritis Rata-rata Frekuensi Persentase
1 Mampu menganalisis argumen 14,47 72,35 Cukup Kritis 29 80,56%
2 Mampu bertanya 14,25 71,25 Cukup Kritis 27 75%
3 Mampu menjawab pertanyaan 14,83 74,15 Cukup Kritis 30 83,33%
4 Mampu memecahkan masalah 11,72 78,13 Cukup Kritis 29 80,56%
5 Mampu membuat kesimpulan 11,13 74,2 Cukup Kritis 29 80,56%
6 Mampu mengevaluasi atau 11,5 76,67 Cukup Kritis 30 83,33% menilai
7 Keseluruhan 77,92 74,21 Cukup Kritis 30 83,33%
Berdasarkan tabel 4.7 terdapat 6 indikator beserta jumlah siswa yang mampu tersebut juga berisikan skor rata-rata yang diperoleh dari hasil kuesioner kondisi akhir siklus II. Indikator pertama terdapat nilai 72,35 (cukup kritis). Indikator kedua didapatkan nilai sebesar 71,25 (cukup kritis). Indikator ketiga dengan nilai 74,15 (cukup kritis), sedangkan indikator keempat dengan nilai 78,13 (cukup kritis). Indikator kelima didapatkan nilai sebesar 74,2 (cukup kritis), dan indikator keenam didapatkan nilai 76,67 (cukup kritis). Pada keseluruhan indikator didapatkan nilai 74,21 (cukup kritis). Berdasarkan kategori dari skor rata-rata dapat disimpulkan bahwa dari keenam indikator tersebut, dikatakan cukup kritis.
Kondisi di akhir siklus II pada indikator yang pertama terdapat 80,56% (kritis). Indikator yang kedua terdapat 75% (cukup kritis). Indikator ketiga terdapat 83,33% (kritis). Indikator keempat terdapat 80,56% (kritis). Indikator kelima terdapat 80,56% (kritis), dan indikator keenam terdapat 83,33% (kritis). Pada keseluruhan sebanyak 83,33%. Berdasarkan kategori dari skor rata-rata dapat disimpulkan bahwa dari keenam indikator tersebut, dikatakan cukup kritis. Data hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis kondisi akhir siklus II lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 34-36.
4.1.3.4 Refleksi
Setelah melaksanakan pembelajaran siklus II, peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Refleksi yang dilakukan peneliti mencakup dua aspek yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
1. Proses Pembelajaran
Siklus II dilaksanakan selama tiga pertemuan yaitu tanggal 01 – 03 Maret 2018 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit (3 jam pelajaran) setiap pertemuannya. Pertemuan pertama siklus II membahas tentang materi Luas Bangun Datar dengan menggunakan power point dan media pembelajaran. Kegiatan secara keseluruhan pada pertemuan pertama sudah sesuai dengan RPP dan berjalan dengan baik. Kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran antara lain saat diterangkan materi pembelajaran ada beberapa siswa yang mengganggu teman yang lain dan ribut sendiri sehingga sedikit mengganggu proses pembelajaran namun lebih bisa
Pada pertemuan kedua siklus II, siswa dibentuk ke dalam kelompok kemudian mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru pada Lembar Kerja Siswa yang telah disediakan. Siswa juga melakukan praktik menggunakan alat dan bahan yang telah disediakan oleh guru. Kondisi siswa pada pertemuan kedua sudah dapat diatur dan cukup baik dalam bekerjasama dengan kelompok. Tingkat kepercayaan diri siswa terutama ketika presentasi di depan kelas sudah meningkat dan sudah semakin percaya diri. Kegiatan secara keseluruhan pada pertemuan kedua sudah sesuai dengan RPP dan berjalan dengan baik, seluruh langkah dalam RPP pun sudah terlaksana dengan baik.
Pada pertemuan ketiga siklus II, siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II yang diberikan oleh guru. Kegiatan secara keseluruhan pada pertemuan ketiga sudah sesuai dengan RPP dan berjalan dengan baik. Langkah-langkah pada pertemuan ketiga pun juga sudah dilaksanakan dengan baik dan lancar.
2. Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar pada siklus II terdapat peningkatan dari kondisi awal sebelum penelitian dan semakin meningkat sampai pada siklus II. Peningkatan hasil belajar terlihat dari kondisi awal dengan rata-rata yang tergolong masih rendah kemudian meningkat. Selain perolehan rata-rata hasil belajar yang meningkat berdasarkan hasil yang didapatkan pada siklus I kemudian dilakukan perbaikan pembelajaran baik itu dalam proses pembelajaran ataupun hasil yang didapatkan. Kekurangan- kekurangan dari siklus I diperbaiki pada saat penerapan siklus II. Kemampuan berpikir kritis siswapun juga mengalami peningkatan dari awal hingga pada akhir siklus II dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran dan dilihat dari hasil kuesioner yang diisi oleh siswa.
4.2 Analisis Komparatif Data
Analisis komparatif data membandingkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Negeri Suruh 01 pada pra siklus, siklus I, dan siklus II untuk mengetahui peningkatan yang terjadi.
4.2.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Kondisi Awal dan Akhir
Peningkatan kemampuan berpikir kritis diperoleh dari hasil kuesioner yang model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Agar dapat mengetahui pencapaian dan peningkatan yang terjadi dalam penelitian ini, peneliti menuliskan hasil kuesioner dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Kondisi Awal dan Akhir dengan Menggunakan Kuesioner5. Mampu Membuat Kesimpulan 60,2 Tidak
30 83,33%
60,82 Tidak Kritis 12 33,33% 74,21 Cukup Kritis
30 83,33% 7. Keseluruhan Indikator
62 Tidak Kritis 16 44,44% 76,67 Cukup Kritis
6. Mampu Mengevaluasi atau Menilai
Kritis 15 41,67% 74,2 Cukup Kritis 29 80,56%
Kritis 17 47,22% 78,13 Cukup Kritis 29 80,56%
Indikator Berpikir Kritis Kondisi Awal (Pra Siklus) Kondisi Akhir Siklus II Nilai Kriteria Frekuensi Persentase Nilai Kriteria Frekuensi Persentase 1.
4. Mampu Memecahkan Masalah 61,06 Tidak
Kritis 15 41,67% 74,15 Cukup Kritis 30 83,33%
Mampu Menjawab Pertanyaan 59,6 Tidak
16 44,44% 71,25 Cukup Kritis 27 75% 3.
2. Mampu Bertanya 60,15 Tidak Kritis
Kritis 19 52,78% 72,35 Cukup Kritis 29 80,56%
Mampu Menganalisis Argumen 62,05 Tidak
Berdasarkan tabel 4.8 pada indikator pertama terjadi peningkatan sebanyak 10,3 dari nilai kondisi awal yaitu 62,05 (tidak kritis) menjadi 72,35 (cukup kritis) pada kondisi akhir. Indikator kedua terjadi peningkatan sebanyak 11,1 dari nilai kondisi awal yaitu 60,15 (tidak kritis) menjadi 71,25 (cukup kritis) pada kondisi akhir. Selanjutnya pada indikator ketiga juga mengalami peningkatan sebanyak 14,55 dari nilai kondisi awal yaitu 59,6 (tidak kritis) menjadi 74,15 (cukup kritis) pada kondisi akhir. Indikator keempat juga terjadi peningkatan dari nilai kondisi awal yaitu 61,06 (tidak kritis) menjadi 78,13 (cukup kritis) pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebanyak 17,07. Pada indikator kelima juga terlihat ada peningkatan sebanyak 14 dari kondisi awal 60,2 (tidak kritis) menjadi 74,2 (cukup kritis) pada kondisi akhir. Indikator keenam juga masih terdapat peningkatan dari nilai kondisi awal sebesar 62 (tidak kritis) menjadi 76,67 (cukup kritis) pada kondisi kondisi awal sebesar 60,82 (tidak kritis) meningkat menjadi 74,21 (cukup kritis) dan terjadi peningkatan sebanyak 13,39.
Selain dilihat dari nilai, peningkatan kemampuan berpikir kritis juga dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang kritis. Indikator pertama terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 52,78% (sangat tidak kritis) menjadi 80,56% (kritis) pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 27,78%. Indikator kedua terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 44,44% (sangat tidak kritis) menjadi 75% (cukup kritis) pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 30,56%. Indikator ketiga juga terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 41,67% (sangat tidak kritis) menjadi 83,33% (kritis) pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 41,66%. Indikator keempat terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 47,22% (sangat tidak kritis) menjadi 80,56% (kritis) pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 38,89%. Indikator kelima juga masih terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 41,67% (sangat tidak kritis) menjadi 80,56% (kritis) pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 38,89%. Indikator keenam juga terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 44,44% (sangat tidak kritis) menjadi 83,33% (kritis) pada kondisi akhir atau terjadi peningaktan sebesar 38,89%. Sedangkan secara keseluruhan peningkatan persentase kondisi awal sebesar 33,33% (sangat tidak kritis) menjadi 83,33% (kritis) pada kondisi akhir.
Dari uraian diatas, disajikan perbandingan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis setiap indikator untuk mengetahui peningkatan yang terjadi dari kondisi awal ke kondisi akhir pada gambar 4.1 berikut ini:
4.1.1
90 Grafik Hasil Penelitian Berpikir Kr
78,13 76,67
80 74,15 74,2 74,21 72,35
71,25
70 62,05
62 61,06 60,82 60,2 60,15
59,6
60
50
40
30
20
10 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Keseluruhan
Kondisi Awal (Pra Siklus) Kondisi Akhir Siklus II
Gambar 4.1. Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir KritisSedangkan perbandingan persentase kemampuan berpikir kritis siswa untuk mengetahui peningkatan persentase dari kondisi awal ke kondisi akhir dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini:
90,00% 83,33% 83,33% 83,33% 80,56% 80,56% 80,56%
80,00% 71,25%
70,00% 60,00% 52,78%
47,22%
50,00%
44,44% 44,44%
41,67% 41,67%
40,00% 33,33%
30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Keseluruhan
Kondisi Awal (Pra Siklus) Kondisi Akhir Siklus II
Gambar 4.2. Persentase Jumlah Siswa yang KritisPeneliti juga melakukan pengamatan untuk memperkuat data peningkatan berpikir kritis dari hasil kuesioner. Pengamatan dilakukan di pertemuan 1 dan 2 pada setiap siklus. Hasil pengamatan oleh peneliti terdapat pada tabel 4.9 agar dapat
Tabel 4.9. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis menggunakan Pengamatan Siklus I dan IISiklus I Siklus II Frekuensi Frekuensi Peningkatan Indikator Alternatif Jumlah Alternatif Jumlah Kriteria Kriteria Jumlah Skor Jawaban Skor Jawaban Skor
4
3
2
1
4
3 2 1 Tidak Cukup 1 2 1812
4
90