ORGANISASI DAN ADMINSTRASI INTERNASIONAL (1)
ORGANISASI DAN ADMINSTRASI INTERNASIONAL
KELOMPOK 3
(EUROPIAN UNION IN REALISM PERSPECTIVE)
Nama Kelompok :
1. Purwa Hananta K.W.R.
2. Ghina Khansa Izzati
3. Shintia Erleni
4. Mega Ulfa
5. Widya Michella Nur Syahida
6. Fatma meidi yana
7. Titus Cahyo
8. Hana Diah Lestari
9. Hasya Novizsa
10.
Linda Rosalia
(1516071015)
(1516071035)
(1516071037)
(1516071041)
(1516071051)
(1516071095)
(1516071097)
(1516071099)
(1516071103)
(1516071117)
A. Sejarah Singkat EU
Uni Eropa (UE) merupakan organisasi internasional yang dibentuk oleh
negara-negara di benua Eropa. Uni Eropa memiliki tujuan awal yaitu mengakhiri
perang yang sering terjadi antar negara tetangga, yang memuncak pada Perang
Dunia Kedua.1 Treaty on European Union (TEU) yang ditandatangani di
Maastricht pada tanggal 7 Februari 1992 dan mulai berlaku tanggal 1 November
1993, mengubah European Communities (EC) menjadi European Union (EU). TEU
mencakup, memasukkan, dan juga memodifkasi traktat-traktat yang ada
terlebih dahulu (ECSC, Euratom dan EEC). Jika Treaties establishing European
Community (TEC) memiliki karakter integrasi dan kerjasama ekonomi yang
sangat kuat, maka TEU menambahkan karakter lain, yaitu kerjasama
dibidang Common Foreign and Security Policy (CFSP) dan Justice and Home
Affairs (JHA).2 Dibawah perjanjian Maastricht, UE menjadi sebuah kawasan yang
bebas diduduki oleh seluruh warga negara Eropa, oleh karena itu seluruh warga
negara Eropa bebas untuk hidup, bekerja, dan juga belajar di negara manapun di
Eropa. Tujuan lain dari UE adalah untuk mengimplementasikan Economic and
Monetary Union (EMU) dengan memperkenalkan satu mata uang eropa yaitu
Euro untuk semua negara anggota UE. Pada tahun 2002, mata uang Euro ini
telah menggantikan 18 mata uang negara anggota UE. 3
B. Pengertian dan Konsep Realisme
Pengertian Realisme
Realisme adalah tradisi hubungan internasional yang berpusat pada empat ide
utama.4
1
https://europa.eu/european-union/about-eu/history_en
http://www.indonesianmission-eu.org/website/page943418664200310095958555.asp
3
repository.unpas.ac.id/2162/3/Chapter%202.docx
4
Jack Donnelly, "The Ethics of Realism", in Christian Reus-Smit, Duncan Snidal (eds.), The
Oxford Handbook of International Relations, Oxford University Press, 2008, p. 150
2
1. Sistem internasional bersifat anarki.
Tidak ada aktor di atas negara yang mampu mengatur interaksinya;
negara harus membina sendiri hubungan dengan negara lain, tidak
diatur oleh entitas yang lebih tinggi.
Sistem internasional ada dalam keadaan antagonisme tetap
2. Negara adalah aktor terpenting.
3. Semua negara di dalam sistem adalah aktor tunggal yang rasional
Negara cenderung mengejar kepentingan pribadi.
Kelompok berusaha meraup sumber daya sebanyak mungkin
(lihat keunggulan relatif).
4. Masalah utama bagi setiap negara adalah kelangsungan hidup (survival).
Negara membangun militer untuk bertahan hidup, sehingga bisa
menciptakan security dilemma.
Konsep dari Realisme
Realisme menganut tiga konsep, yakni statisme, survival, serta self-help.
“Pengertian dari masing-masing konsep tersebut adalah tidak adanya
aktor yang kuasanya bisa menyaingi negara, oleh karena itu realisme juga
bisa disebut sebagai state centric approach. Selain itu, menurut Immanuel
Kant salah satu tokoh realis, World Government seperti halnya United
Nations (UN) memiliki sentralisasi kekuasaan yang bertentangan dengan
konsep statisme. Pengertian atas konsep survival sendiri yaitu suatu
negara harus mampu bertanggung jawab untuk bertahan dan menjaga
bangsanya sendiri. Sedangkan self-help adalah negara harus bisa
menolong dirinya sendiri, dengan kata lain tidak bergantung pada negaranegara lain.”5
C. Kebijakan-kebijakan Uni Eropa dikaji menurut pandangan
realisme.
Morgenthau juga menyatakan bahwa Politik internasional merupakan
perjuangan untuk kekuasaan. Uni Eropa ini dibentuk untuk mencapai
kepentingan dari masing-masing negara, Uni Eropa juga bahkan dijadikan alat
untuk memudahkan mereka dalam mencapai kepentingannya. Pada awalnya
pembentukan kerjasama ekonomi Negara-negara Eropa, hanya 6 negara Eropa
yang ikut berpartisipasi didalamnya. Keenam Negara tersebut diantaranya
adalah Belgia, Jerman, Perancis, Italia, Luxembourg dan Belanda yang kemudian
keenam Negara tersebut dianggap sebagai Negara-negara pendiri Uni Eropa.
Sejak bergabungnya Krotia pada tanggal 1 Juli 2013, Uni Eropa saat ini telah
memiliki 28 Negara Anggota. Ini menunjukkan bahwa institusi ini memerlukan
banyak anggota untuk mencari kekuatan di dalamnya. Dalam memperluas
anggotapun institusi, mereka tidak main-main, mereka merekrut harus sesuai
dengan syarat-syarat yang disebut dengan kriteria kophagen yang
mensyaratkan adanya pemerintahan demokratis stabil yang menghormati
aturan hukum, dan kebebasan serta institusi terkait di dalam suatu negara dan
5
http://anggreita-shaskia-fsip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-74585TeoriHubunganInternasional-RealismedalamStudiHubunganInternasional.html. Diakses
pada pukul 22.25 WIB
syarat itupun semata-mata untuk dapat meraup keuntungan dari masing-masing
negara yang menjadi anggota di dalamnya.
a. Kebijakan-kebijakan Uni Eropa
Kebijakan yang perlu dipahami dari Uni Eropa adalah kebijakan yang
berhubungan dengan warga negara, keadilan, ekonomi, moneter, masyarakat,
budaya, dan ilmu pengetahuan.
Pertama, kebijakan mengenai masyarakat dan keadilan di kawasan
Eropa.
Isu utama yang menjadi perhatian adalah permasalahan migrasi dan
imigrasi. Uni Eropa berperan dalam membuat regulasi mengenai perpindahan
dari masyarakat Uni Eropa terkait juga permasalahan suaka dan imigrasi
(Hansen, 2007)6.
Ada empat poin kebijakan yang ditekankan oleh Uni Eropa terkait permasalahan
warga negara, masyarakat dan keadilan.
1. Pertama, Uni Eropa mendorong terciptanya kebijakan yang tepat dalam
mengatasi permasalahan pencari suaka dan imigran.
2. Kedua, 13 negara anggota Uni Eropa menghapuskan batas antar negara
dan menerapkan kebijakan visa bersama.
3. ketiga, Konvensi Dublin telah membatasi adanya pergerakan dari pencari
suaka di kawasan Uni Eropa.
4. Keempat, negara-negara anggota Uni Eropa telah membuat kebijakan
untuk mengatasi permasalahan imigrasi dengan menentukan negara
tujuan dan transit (Hansen, 2007)7.
Dari poin diatas menurut kelompok kami, kebijakan Uni Eropa sebenarnya
memiliki tujuan lain yang mengatasnamakan HAM serta keadilan di masyarakat
sehingga dengan diberlakukan 4 poin kebijakan itu maka masyarakat di uni
eropa dapat berpindah dan bertempat tinggal di semua kawasan Uni Eropa,
dapat menyampaikan petisi dan keluhan, serta adanya konsulat bagi masyarakat
Uni Eropa yang tinggal di luar negara-negara Uni Eropa. Menurut pandangan
realis itu semua hanyalah motif untuk memasuki negara-negara anggotanya
untuk mencapai kepentingannya.
Kedua berkaitan dengan kondisi ekonomi dan moneter di Eropa.
Kemunculan European Union (EU) tidak terlepas dari tujuan ekonomi yang
telah dibahas dalam Treaty of Rome pada tahun 1957 yang setidaknya
mencakup empat hal utama, yaitu bebasnya arus perdagangan, buruh, modal,
dan pelayanan dalam Eropa. Kebebasan ini sekaligus menghilangkan hambatanhambatan yang ada pada setiap negara. Integrasi antar-negara Eropa tersebut
kemudian membentuk suatu single market dengan beberapa ketentuan yang
ada. Perkembangan selanjutnya, European Union membentuk single currency,
yaitu penggunaan mata uang yang sama pada setiap negara 8. Adanya single
market merupakan integrasi yang kemudian membuat negara-negara EU tunduk
6
Hansen, Randall. 2007. Migration Policy dalam Colin Hay dan Anand Menon (Eds),
European Politics. Oxford: Oxford University Press.
7
ibid
8
Thompson, Grahame F. et. Al. 2007. Part Three Public Policies of Europe dalam Colin
Hay dan Anand Menon (Eds), European Politics. Oxford: Oxford University Press.
pada satu peraturan umum dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. Sehingga
memudahkan untuk mencapai keuntungan maksimal di dalamnya.
Ketiga, kebijakan yang berkaitan dengan budaya dan ilmu pengetahuan
di kawasan Eropa.
Uni Eropa berusaha mengolah budaya yang dimilikinya menggunakkan
program-program pengembangan ekonomi. Hal ini wajar mengingat Uni Eropa
lahir karena latar belakang kerjasama ekonomi antar negara di Eropa. Salah satu
warisan budaya yang hingga kini masih dipegang teguh oleh masyarakat Uni
Eropa adalah warisan budaya dan spiritual dari zaman Yunani dan Romawi.
Warisan budaya ini membawa pengaruh terhadap budaya politik Uni Eropa
mengenai Humanisme, modernitas dan juga sosialisme (Berting, 2006: 52) 9.
Terlihat dari bagaimana pengelolaan museum dan proyek Uni Eropa dalam
melestarikan budayanya yang begitu terasa kemudian pada Kebijakan dalam
ilmu pengetahuan di Uni Eropa dilakukan melalui European Research Area, yang
merupakan sistem yang mengintegrasikan sumber daya ilmiah negara anggota
dan bertindak sebagai "pasar bersama" untuk penelitian dan inovasi. Melalui ERA
ini, diharapkan bahwa Uni Eropa akan menjadi sebuah wilayah terpadu dan
terbuka untuk dunia, di mana pengetahuan ilmiah, teknologi dan peneliti beredar
bebas.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Uni Eropa merupakan bentuk
nyata dari kesuksesan suatu kawasan membentuk organisasi yang
mengintegrasi seluruh kegiatan ekonomi, budaya, politik dan sosial dari masingmasing negara anggota. Uni Eropa memiliki latar belakang dari sektor ekonomi
untuk membentuk pasar bebas di wilayah Eropa dan berlanjut ke berbagai sektor
lainnya. Uni Eropa terus memberikan akses bagi negara lain di kawasan Eropa
untuk bergabung dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan. Uni Eropa
memiliki berbagai institusi yang mengatur segala aspek kehidupan masyarakat
Uni Eropa yang diterapkan dalam berbagai kebijakan ekonomi, budaya, warga
negara, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Uni Eropa juga
memiliki kelebihan dan kekurangannya dalam perkembangannya. Kelebihan dari
Uni Eropa tentunya memberikan integrasi yang mudah bagi anggotanya untuk
melakukan kegiatan ekonomi, namun apabila terjadi krisis pada salah satu
negara anggota terlihat Uni Eropa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Isu terkait negara yang akan keluar dari Uni Eropa juga
membuktikan bahwa Uni Eropa belum solid seutuhnya, karena beberapa negara
juga belum menaati segala peraturan yang ditetapkan oleh Uni Eropa.
Pemenuhan segala aspek di dalam Uni Eropa semata-mata karena ada
kepentingan di dalamnya. Mereka rela mengikuti segala kebijakan di Uni Eropa
demi meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungan, negara besar
akan lebih banyak menerima hasilnya dibanding negara-negara kecil yang habis
dikeruk sumber dayanya. Uni Eropa akan tetap bertahan sepanjang tiap negaranegara mempunyai kepentingan (primary interest) maka mereka akan
cenderung mempertahankan organisasi itu.
D. EU Dalam Pandangan Realisme
Realisme beranggapan bahwa uni eropa adalah sebuah organisasi yang
gagal hal terbukti dalam beberapa kasus seperti yang terjdi di Yunani, Pada tiga
tahun terakhir ini, terjadi gejolak di dalam perekonomian Uni Eropa. Hal ini tidak
9
Berting, Jan. 2007. Europe: A Heritage, A Challenge, A Promise dalam Colin Hay dan
Anand Menon (Eds), European Politics. Oxford: Oxford University Press.
lain dikarenakan efek domino yang disebabkan oleh krisis keuangan Yunani.
Pemerintah Yunani tidak mampu melunasi utang yang menumpuk hingga
mencapai defsit keuangan. Ketidakmampuan pemerintah Yunani mengatasi
krisis keuangan di dalam negerinya ini kemudian berimbas pada negara-negara
lain di kawasan Eropa. Irlandia, Portugal, Spanyol, Italia, Perancis, dan beberapa
negara lain turut terkena dampak dari krisis Yunani ini. Efek domino ini dapat
terjadi salah satunya diakibatkan oleh keterikatan negara-negara Eropa tersebut
di dalam sistem eurozone. Krisis keuangan yang tidak kunjung selesai dan justru
berdampak ke negara Eropa lainnya ini juga berimbas pada merosotnya pasar
saham di beberapa negara di dunia. Hal ini kemudian menjadi isu global yang
hangat diperbincangkan.
Krisis ini tentu kemudian mendapat tanggapan serius oleh Uni Eropa
sebagai organisasi kawasan yang juga membawahi Yunani. Uni Eropa bersama
negara-negara anggotanya berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
mengatasi gejolak krisis yang tengah dihadapi oleh negara-negara anggotanya.
Pengaruh perpolitikan turut pula mewarnai penyelesaian masalah krisis
keuangan ini. Kucuruan dana pinjaman menjadi salah satu opsi yang ditawarkan
Uni Eropa untuk mengatasi permasalahan ini. Namun, pinjaman atau bailout
untuk Yunani ini sendiri masih menuai sejumlah kontroversi dan perdebatan di
antara negara-negara Uni Eropa tersebut. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
Yunani untuk mengembalikan pinjaman ini dan melakukan pengetatan anggaran
di dalam negerinya. Krisis keuangan yang melanda Eropa ini kemudian turut pula
menghadapi hambatan dan tantangan di dalam penyelesaiannya. Untuk itulah di
dalam tulisan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai permasalahan krisis Yunani,
perbedaan di dalam penyelesaiannya, serta hambatan dan tantangan yang
tengah dihadapi dalam penyelesaian tersebut.
E. Studi Kasus
Nasib Keanggotaan Turki di Uni Eropa.
Keanggotaan Turki di Uni Eropa masih terganjal hingga kini akibat penentangan
keras negara-negara barat.
Para analis politik memandang sepak terjang
pemerintahan Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa terkesan ganjil dan tidak
berprinsip. Sejatinya, di tengah upaya para politisi Turki meloloskan negara ini
menjadi anggota Uni Eropa selama lebih dari lima dekade lalu, kebijakan Partai
Keadilan dan Pembangunan (AKP) dengan politisi Turki lainnya sangat berbeda.
AKP yang mengendalikan roda pemerintahan turki saat ini bersedia menebus
mahal penentangan terhadap keanggotaan Turki di Uni Eropa, asalkan undangundang penumpasan terorisme tidak ratifkasi di parlemen. Memiliki rekam jejak
perundingan Turki dan Barat, implementasi penuh seluruh persyaratan
keanggotaan Turki di Uni Eropa tidak akan bisa dipastikan. Sebab sebelum ini,
sejumlah politisi barat, menyebut Uni Eropa tidak akan bisa dipastikan. Sebab
sebelum ini, sejumlah politisi Barat, menyebut Uni Eropa sebagai klub Kristen.
Oleh karena itu, mereka selalu mencari cara untuk menjegal keanggotaan Turki
di Uni Eropa.
Isu keanggotaan Turki di Masyarakat Eropa, yang menjadi cikal bakal Uni Eropa
untuk pertama kalinya mengemuka di tahun 1964. Secara resmi, Turki
menyampaikan permohonan menjadi anggota Uni Eropa pada 14 April 1987. Lalu
12 tahun kemudian, Turki secara resmi menjadi kandidat anggota Uni Eropa.
Perundingan mengenai keanggotaan Turki di Uni Eropa dimulai sejak 3 oktober
2005. Sejak awal, proses keanggotaan penuh Turki di Uni Eropa telah melalui
satu periode 10 tahun. Tapi hingga kini, harapan orang-orang Turki ini hanya
tinggal angan-angan setidaknya dalam satu dekade ke depan 10.
Dari kasus diatas dapat dikaji melalui pandangan realisme dalam memandang
Uni Eropa terhadap negara Turki. diantaranya adalah :
1. Secara geografs mayoritas wilayah Negara Turki terletak di Asia, kecuali
Istanbul dan sekitarnya.
Turki secara geografs dan historis lebih dekat ke Asia, khususnya kawasan
Timur Tengah. Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy menggunakan hal ini sebagai
argumen untuk menolak keanggotaan Turki dalam Uni Eropa. Dalam sebuah
berita yang dirilis oleh okezone.com 11, Sarkozy berkta “Saya rasa wilayah Turki
bukanlah di Eropa, Turki adalah negara yang berada di wilayah Asia,” seperti
yang kita ketahui, Uni Eropa adalah organisasi internasional yang bersifat
regional. Uni Eropa hanya melakukan penerimaan anggota terhadap negaranegara yang secara geografs terletak di Eropa. Pendefnisian regional adalah
masalah utama yang muncul dalam organisasi internasional yang bersifat
regional(Archer,2001)12. Masalah pendifnisian wilayah regional ini adalah
hambatan yang nyata bagi Turki
2. Populasi Turki sebanyak 74 juta jiwa merupakan ancaman tersendiri bagi
negara-negara besar anggota Uni Eropa. Hal ini didasarkan pada sistem
polling di Uni Eropa yang menguntungkan negara berpopulasi besar.
Uni Eropa menganut sistem poling atau aklamasi dalam mengambil keputusan.
Dari segi jumlah penduduk, Turki berada di urutan kedua setelah Jerman. Turki
akan memiliki posisi yang sangat strategis dalam setiap pembuatan keputusan
yang dilakukan oleh Uni Eropa.Tidak heran memang, Jerman dan Prancis dua
negara besar anggota Uni Eropa, merupakan negara-negara yang menolak
keanggotan Turki dalam Uni Eropa. Turki selain bisa jadi mitra yang hebat, juga
bisa menjadi kompetitor yang berbahaya bagi Prancis dan Jerman. Pihak Jerman
dan Prancis selalu mencari alasan untuk menolak keanggotan Turki. Alasan
seperti ideologi, agama,kemiskinan (Koran Muslim, 2011) 13, bahkan mengungkit
kejadian masa lalu seperti kasus genosida di Armenia yang dilakukan Kesultanan
Turki Ottoman pada Perang Dunia Pertama kerap dijadikan sebagai ‘senjata’
untuk menjegal langkah Turki. Selain itu komposisi penduduk Turki yang besar
ditakutkan akan melahirkan arus imigrasi yang besar ke negara-negara Eropa.
Saat ini, ketika Turki belum menjadi anggota Uni Eropa telah ada sekitar 10 juta
imigran Turki yang telah menetap di Jerman dan di beberapa negara Eropa
lainnya. Muncul kekhawatiran di antara negara-negara Eropa, akan tercipta
rivalitas domestik dalam perebutan lapangan pekerjaan yang ditakutkan akan
berakhir pada konfik antar etnik yang pernah melanda Eropa di masa lalu.
10
http://indonesian.irib.ir/editorial/fokus/item/109873-nasib-keanggotaan-turki-diuni-eropa. Diakses pada 21/12/2016 (01.20).
11
Akbar, Aulia (2011). Saran Prancis Untuk PBB Dikecam Uni Eropa. Okezone.com.
Diakses pada 21/12/2016 (01.20).
12
Archer, Clive (2001). Intenational Organizations.Third ed. New York : Routledge
Koran Muslim (2011). Turki : Myoritas Warga Austria Tolak Turki Bergabung dengan Uni
Eropa.
13
3. Ketidakpastian politik dalam negeri Turki. Terdapat fraksi pro islam yang
ditakuti oleh sebagian besar negara Eropa akan berkuasa dan
mengendalikan pemerintahan di Turki.
Turki menganut sistem multipartai. Namun, secara garis besar partai-partai.
Turki dapat dibedakan ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok nasionalissekuler yang didukung penuh oleh pihak militer dan kelompok pro Islam. Sejak
tahun 2002 Partai Keadilan Pembangunan (PKP) mnjadi partai yang berkuasa.
PKP adalah partai yang beraliran Islam Sunni. Partai ini masih berkuasa sampai
sekarang. Saat ini Turki dipimpin oleh salah satu pentolan PKP, PM Erdogan.
Secara perlahan-lahan arah kebijakan luar negeri Turki mulai berubah sedikit
demi sedikit . Turki memulai hubungan persahabatan yang baik dengan negaranegara Islam. Turki mulai berani untuk menentang rezim Israel di Kawasan Timur
Tengah. Turki mulai berani mempertanyakan kebijakan-kebijakan PBB yang
terlalu banyak dikendalikan oleh lima negara anggota tetap DK PBB. Melihat
kondisi yang seperti ini, Turki akan semakin sulit untuk diterima sebagai anggota
Uni Eropa. Ketika dalam kasus permintaan Palestina agar diakui oleh PBB
sebagai negara. Turki melalui PM Erdogan mendukung penuh keanggotan
Palestina di PBB sebagai negara yang berdaulat, sebaliknya Uni Eropa seperti
halnya Amerika Serikat, menolak permintaan Palestina kepada PBB. Perbedaan
orientasi politik Uni Eropa dengan Turki secara umum semakin terlihat. Prancis,
salah satu anggota Uni Eropa menawarkan solusi dalam kasus Palestina ini,
Prancis
menawarkan
satus
sebagai
negara
pengamat
kepada
Palestina(BBCIndonesia,2011)14. Kasus ini menjelaskan bahwa Uni Eropa tidak
mentolerir sikap politik yang berseberangan dengan sikap yang diambil oleh Uni
Eropa. Sulit bagi Uni Eropa menerima negara yang memiliki orientasi politik luar
negeri yang berbeda dengan Uni Eropa. Hal ini hanya akan menimbulkan konfik
internal di tubuh Uni Eropa. Corak politik Turki yang pro Islam saat ini menjadi
hambatan untuk menjadi anggota penuh Uni Eropa
4. Terdapat masalah bilateral yang cukup serius antara Yunani dengan Turki
terkait dengan status Negara Siprus.
Yunani adalah negara yang paling keras menolak keanggotaan Uni Eropa bagi
Turki yang dilatarbelakangi terkait negara Siprus. Turki telah menduduki bagian
Utara siprus sejak tahun 1974, pada 15 November 1983 berdirilah Turkish
Republic
of
Northen
Cyprus
yang
diakui
oleh
Turki
sebagai
negara(Hidayat,1999)15. Pada tanggal 27 Januari 1997 dimulailah proses
integrasi Siprus Utara ke Negara Turki. Di lain Pihak Siprus-Yunani yang lebih
diakui oleh dunia internasional berhasil menjadi anggota Uni Eropa pada tanggal
1 Mei 2004. Yang diakui sebagai anggota adalah Siprus-Yunani saja, sedangkan
Siprus-Turki tidak diakui sebagai anggota Uni Eropa. Maka Turki mengancam
untuk tidak mengakui Siprus Selatan, Turki hanya mengakui Siprus Utara(SiprusTurki). Jika ini terjadi, hubungan Turki-Uni Eropa akan berada di titik yang
rendah, selain menganggu proses penerimaan Turki, hal ini juga akan berimbas
pada permasalahan yang lebih kompleks antara Turki dengan Uni Eropa.
5. Kriteria Kopenhagen 1993 belum sepenuhnya bisa dipenuhi oleh Turki.
14
BBC Indonesia (2011). Prancis Usulkan Palestina jadi Negara Pengamat di PBB.
Hidayat, Dadang (1999). Prospek Keangootaan Turki dalam Uni Eropa :sebuah tinjauan
politik. Published Thesis (M.Si). Universitas Indonesia
15
Di dalam Kriteria Kopenhagen terdapat beberapa kriteria yaitu kriteria politik,
kriteria ekonomi, dan kriteria lainnya. kriteria politik berisi beberapa hal yaitu,
landasan demokrasi, supremasi hukum, keefektifan lembaga-lembaga negara,
menghargai HAM dan menghormati hak-hak minoritas di negara tersebut.
Kriteria ekonomi terdiri atas berfungsinya sistem ekonomi pasar, sistem
keuangan yang bagus dan daya saing ekonomi yang minimum. Kriteria lainnya
berisi kesediaan negara calon menerima Treaty on European Union, persiapan
transformasi mata uang menuju mata uang bersama yaitu Euro, memiliki bank
sentral yang independen, serta melaksanakan acquis communitaure yaitu
penyesuaian hukum-hukum Uni Eropa ke Hukum di tingkat Nasional.
Pejabat Ankara mengklaim telah memenuhi 69 syarat dari 72 syarat yang telah
ditetapkan Uni Eropa mengenai keanggotaan Turki di organisasi negara anggota
Eropa itu. Pada saat yang sama, Uni Eropa menekankan perubahan kebijakan
Turki, seperti undang-undang penumpasan terorisme yang menjadi salah satu
syarat terpenting keanggotaan Turki di Uni Eropa. Meskipun Uni Eropa
menegaskan masalah tersebut, tapi presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
mengatakan Ankara tidak bersedia memenuhi permintaan Eropa mengenai
perubahan undang-undang pemberantasan terorisme. Erdogan mengungkapkan
urgensi penyusunan undang-undang baru mengenai sistem presidensial, seraya
menegaskan bahwa Eropa memiliki jalan masing-masing dan Turki melanjutkan
jalannya sendiri.
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor yang membuat Turki
sulit diterima sebagai anggota Uni Eropa, Bahkan hubungan antara Turki dan Uni
Eropa kurang baik. Sangat kecil sekali kemungkinan Turki akan menjadi anggota
Uni Eropa dengan adanya penolakkan dari Prancis dan Jerman terang-terangan
serta berbagai argumen mereka lontarkan untuk menjegal langkah Turki. Jika
dilihat dari Institusi Uni Eropa sudah terlihat sangat realis sekali bahwa negaranegara takut akan kehadiran Turki yang dapat menghalangi kepentingan
masing-masing negara didalamnya kemudian khawatir nantinya negara-negara
besar akan berkurang eksistensinya di dalam Uni Eropa. Jika dilihat dari sudut
pandang negara Turki sudah terlihat jelas, Turki sangat mati-matian ingin masuk
ke dalam Uni Eropa karena ingin mencapai kepentingan nasionalnya misalnya
dengan diberlakukannya visa bersama maka dengan mudahnya perdagangan
gelap dan TOC di negara-negara antar kawasan. Serta. memperluas
eksistensinya di negara-negara anggotanya dll. Yang pada akhirnya institusi Uni
Eropa hanya dijadikan alat dalam memfasilitasi negara-negara untuk mencapai
kepentingannya masing-masing.
F. Kesimpulan
Menurut kelompok kami, EU merupakan suatu jalan pintas bagi negaranegara yang bergabung didalamnya untuk memenuhi kepentingan nasionalnya.
Tidak menutup kmungkinan bahwa negara-negara yang tergabung dalam EU
hanya ingin berkoalisi sehingga negara mereka tidak terancam oleh negara
besar yang letak geografsnya berdekatan dengan negara mereka seperti yang
kita ketahui sebagai strategi Bandwagoning. Dalam kebijakannya, EU pun kami
nilai sangat realis. Hal ini terlihat dari cara mereka dalam merekrut anggotanya,
yaitu dengan syarat-syarat tertentu yang justru dapat dianggap sebagai siasat
untuk dapat meraup keuntungan dari masing-masing negara yang menjadi
anggota di dalamnya. Sepeti kasus Turki yang sudah lama ingin menjadi anggota
namun dianggap kurang memenuhi kriteria, dari situ kita dapat melihat bahwa
ada sesuatu yang dicari didalam perekrutan anggota itu sendiri. Selain itu
terdapat peraturan-peraturan didalam EU yang sangat mengekang negara
anggotanya. Kami berpendapat bahwa kebijakan-kebijakan didalam EU seperti
tidak adanya batas negara diatara negara-negara anggota menjadi salah satu
tujuan yang searah dengan kepentingan suatu negara, yaitu memasuki bahkan
ikut campur dengan kedaulatan negara.
Menurut kelompok kami, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh EU ini
juga terkadang terlalu di dominasi oleh negara-negara pemimpin seperti
Perancis dan Luxembourg. Sehingga terkadang negara-negara kecil menjadi
kurang mendapatkan keuntungan yang sama. Dan hal tersebut tidak jarang
memunculkan konfik-konfik. Dimana menurut realis konfik selalu terjadi. Hal ini
membuktikan asumsi realis yang mengatakan bahwa dunia ini konfiktual.
Bahkan konfik acapkali terjadi didalam suatu organisasi.
KELOMPOK 3
(EUROPIAN UNION IN REALISM PERSPECTIVE)
Nama Kelompok :
1. Purwa Hananta K.W.R.
2. Ghina Khansa Izzati
3. Shintia Erleni
4. Mega Ulfa
5. Widya Michella Nur Syahida
6. Fatma meidi yana
7. Titus Cahyo
8. Hana Diah Lestari
9. Hasya Novizsa
10.
Linda Rosalia
(1516071015)
(1516071035)
(1516071037)
(1516071041)
(1516071051)
(1516071095)
(1516071097)
(1516071099)
(1516071103)
(1516071117)
A. Sejarah Singkat EU
Uni Eropa (UE) merupakan organisasi internasional yang dibentuk oleh
negara-negara di benua Eropa. Uni Eropa memiliki tujuan awal yaitu mengakhiri
perang yang sering terjadi antar negara tetangga, yang memuncak pada Perang
Dunia Kedua.1 Treaty on European Union (TEU) yang ditandatangani di
Maastricht pada tanggal 7 Februari 1992 dan mulai berlaku tanggal 1 November
1993, mengubah European Communities (EC) menjadi European Union (EU). TEU
mencakup, memasukkan, dan juga memodifkasi traktat-traktat yang ada
terlebih dahulu (ECSC, Euratom dan EEC). Jika Treaties establishing European
Community (TEC) memiliki karakter integrasi dan kerjasama ekonomi yang
sangat kuat, maka TEU menambahkan karakter lain, yaitu kerjasama
dibidang Common Foreign and Security Policy (CFSP) dan Justice and Home
Affairs (JHA).2 Dibawah perjanjian Maastricht, UE menjadi sebuah kawasan yang
bebas diduduki oleh seluruh warga negara Eropa, oleh karena itu seluruh warga
negara Eropa bebas untuk hidup, bekerja, dan juga belajar di negara manapun di
Eropa. Tujuan lain dari UE adalah untuk mengimplementasikan Economic and
Monetary Union (EMU) dengan memperkenalkan satu mata uang eropa yaitu
Euro untuk semua negara anggota UE. Pada tahun 2002, mata uang Euro ini
telah menggantikan 18 mata uang negara anggota UE. 3
B. Pengertian dan Konsep Realisme
Pengertian Realisme
Realisme adalah tradisi hubungan internasional yang berpusat pada empat ide
utama.4
1
https://europa.eu/european-union/about-eu/history_en
http://www.indonesianmission-eu.org/website/page943418664200310095958555.asp
3
repository.unpas.ac.id/2162/3/Chapter%202.docx
4
Jack Donnelly, "The Ethics of Realism", in Christian Reus-Smit, Duncan Snidal (eds.), The
Oxford Handbook of International Relations, Oxford University Press, 2008, p. 150
2
1. Sistem internasional bersifat anarki.
Tidak ada aktor di atas negara yang mampu mengatur interaksinya;
negara harus membina sendiri hubungan dengan negara lain, tidak
diatur oleh entitas yang lebih tinggi.
Sistem internasional ada dalam keadaan antagonisme tetap
2. Negara adalah aktor terpenting.
3. Semua negara di dalam sistem adalah aktor tunggal yang rasional
Negara cenderung mengejar kepentingan pribadi.
Kelompok berusaha meraup sumber daya sebanyak mungkin
(lihat keunggulan relatif).
4. Masalah utama bagi setiap negara adalah kelangsungan hidup (survival).
Negara membangun militer untuk bertahan hidup, sehingga bisa
menciptakan security dilemma.
Konsep dari Realisme
Realisme menganut tiga konsep, yakni statisme, survival, serta self-help.
“Pengertian dari masing-masing konsep tersebut adalah tidak adanya
aktor yang kuasanya bisa menyaingi negara, oleh karena itu realisme juga
bisa disebut sebagai state centric approach. Selain itu, menurut Immanuel
Kant salah satu tokoh realis, World Government seperti halnya United
Nations (UN) memiliki sentralisasi kekuasaan yang bertentangan dengan
konsep statisme. Pengertian atas konsep survival sendiri yaitu suatu
negara harus mampu bertanggung jawab untuk bertahan dan menjaga
bangsanya sendiri. Sedangkan self-help adalah negara harus bisa
menolong dirinya sendiri, dengan kata lain tidak bergantung pada negaranegara lain.”5
C. Kebijakan-kebijakan Uni Eropa dikaji menurut pandangan
realisme.
Morgenthau juga menyatakan bahwa Politik internasional merupakan
perjuangan untuk kekuasaan. Uni Eropa ini dibentuk untuk mencapai
kepentingan dari masing-masing negara, Uni Eropa juga bahkan dijadikan alat
untuk memudahkan mereka dalam mencapai kepentingannya. Pada awalnya
pembentukan kerjasama ekonomi Negara-negara Eropa, hanya 6 negara Eropa
yang ikut berpartisipasi didalamnya. Keenam Negara tersebut diantaranya
adalah Belgia, Jerman, Perancis, Italia, Luxembourg dan Belanda yang kemudian
keenam Negara tersebut dianggap sebagai Negara-negara pendiri Uni Eropa.
Sejak bergabungnya Krotia pada tanggal 1 Juli 2013, Uni Eropa saat ini telah
memiliki 28 Negara Anggota. Ini menunjukkan bahwa institusi ini memerlukan
banyak anggota untuk mencari kekuatan di dalamnya. Dalam memperluas
anggotapun institusi, mereka tidak main-main, mereka merekrut harus sesuai
dengan syarat-syarat yang disebut dengan kriteria kophagen yang
mensyaratkan adanya pemerintahan demokratis stabil yang menghormati
aturan hukum, dan kebebasan serta institusi terkait di dalam suatu negara dan
5
http://anggreita-shaskia-fsip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-74585TeoriHubunganInternasional-RealismedalamStudiHubunganInternasional.html. Diakses
pada pukul 22.25 WIB
syarat itupun semata-mata untuk dapat meraup keuntungan dari masing-masing
negara yang menjadi anggota di dalamnya.
a. Kebijakan-kebijakan Uni Eropa
Kebijakan yang perlu dipahami dari Uni Eropa adalah kebijakan yang
berhubungan dengan warga negara, keadilan, ekonomi, moneter, masyarakat,
budaya, dan ilmu pengetahuan.
Pertama, kebijakan mengenai masyarakat dan keadilan di kawasan
Eropa.
Isu utama yang menjadi perhatian adalah permasalahan migrasi dan
imigrasi. Uni Eropa berperan dalam membuat regulasi mengenai perpindahan
dari masyarakat Uni Eropa terkait juga permasalahan suaka dan imigrasi
(Hansen, 2007)6.
Ada empat poin kebijakan yang ditekankan oleh Uni Eropa terkait permasalahan
warga negara, masyarakat dan keadilan.
1. Pertama, Uni Eropa mendorong terciptanya kebijakan yang tepat dalam
mengatasi permasalahan pencari suaka dan imigran.
2. Kedua, 13 negara anggota Uni Eropa menghapuskan batas antar negara
dan menerapkan kebijakan visa bersama.
3. ketiga, Konvensi Dublin telah membatasi adanya pergerakan dari pencari
suaka di kawasan Uni Eropa.
4. Keempat, negara-negara anggota Uni Eropa telah membuat kebijakan
untuk mengatasi permasalahan imigrasi dengan menentukan negara
tujuan dan transit (Hansen, 2007)7.
Dari poin diatas menurut kelompok kami, kebijakan Uni Eropa sebenarnya
memiliki tujuan lain yang mengatasnamakan HAM serta keadilan di masyarakat
sehingga dengan diberlakukan 4 poin kebijakan itu maka masyarakat di uni
eropa dapat berpindah dan bertempat tinggal di semua kawasan Uni Eropa,
dapat menyampaikan petisi dan keluhan, serta adanya konsulat bagi masyarakat
Uni Eropa yang tinggal di luar negara-negara Uni Eropa. Menurut pandangan
realis itu semua hanyalah motif untuk memasuki negara-negara anggotanya
untuk mencapai kepentingannya.
Kedua berkaitan dengan kondisi ekonomi dan moneter di Eropa.
Kemunculan European Union (EU) tidak terlepas dari tujuan ekonomi yang
telah dibahas dalam Treaty of Rome pada tahun 1957 yang setidaknya
mencakup empat hal utama, yaitu bebasnya arus perdagangan, buruh, modal,
dan pelayanan dalam Eropa. Kebebasan ini sekaligus menghilangkan hambatanhambatan yang ada pada setiap negara. Integrasi antar-negara Eropa tersebut
kemudian membentuk suatu single market dengan beberapa ketentuan yang
ada. Perkembangan selanjutnya, European Union membentuk single currency,
yaitu penggunaan mata uang yang sama pada setiap negara 8. Adanya single
market merupakan integrasi yang kemudian membuat negara-negara EU tunduk
6
Hansen, Randall. 2007. Migration Policy dalam Colin Hay dan Anand Menon (Eds),
European Politics. Oxford: Oxford University Press.
7
ibid
8
Thompson, Grahame F. et. Al. 2007. Part Three Public Policies of Europe dalam Colin
Hay dan Anand Menon (Eds), European Politics. Oxford: Oxford University Press.
pada satu peraturan umum dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. Sehingga
memudahkan untuk mencapai keuntungan maksimal di dalamnya.
Ketiga, kebijakan yang berkaitan dengan budaya dan ilmu pengetahuan
di kawasan Eropa.
Uni Eropa berusaha mengolah budaya yang dimilikinya menggunakkan
program-program pengembangan ekonomi. Hal ini wajar mengingat Uni Eropa
lahir karena latar belakang kerjasama ekonomi antar negara di Eropa. Salah satu
warisan budaya yang hingga kini masih dipegang teguh oleh masyarakat Uni
Eropa adalah warisan budaya dan spiritual dari zaman Yunani dan Romawi.
Warisan budaya ini membawa pengaruh terhadap budaya politik Uni Eropa
mengenai Humanisme, modernitas dan juga sosialisme (Berting, 2006: 52) 9.
Terlihat dari bagaimana pengelolaan museum dan proyek Uni Eropa dalam
melestarikan budayanya yang begitu terasa kemudian pada Kebijakan dalam
ilmu pengetahuan di Uni Eropa dilakukan melalui European Research Area, yang
merupakan sistem yang mengintegrasikan sumber daya ilmiah negara anggota
dan bertindak sebagai "pasar bersama" untuk penelitian dan inovasi. Melalui ERA
ini, diharapkan bahwa Uni Eropa akan menjadi sebuah wilayah terpadu dan
terbuka untuk dunia, di mana pengetahuan ilmiah, teknologi dan peneliti beredar
bebas.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Uni Eropa merupakan bentuk
nyata dari kesuksesan suatu kawasan membentuk organisasi yang
mengintegrasi seluruh kegiatan ekonomi, budaya, politik dan sosial dari masingmasing negara anggota. Uni Eropa memiliki latar belakang dari sektor ekonomi
untuk membentuk pasar bebas di wilayah Eropa dan berlanjut ke berbagai sektor
lainnya. Uni Eropa terus memberikan akses bagi negara lain di kawasan Eropa
untuk bergabung dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan. Uni Eropa
memiliki berbagai institusi yang mengatur segala aspek kehidupan masyarakat
Uni Eropa yang diterapkan dalam berbagai kebijakan ekonomi, budaya, warga
negara, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Uni Eropa juga
memiliki kelebihan dan kekurangannya dalam perkembangannya. Kelebihan dari
Uni Eropa tentunya memberikan integrasi yang mudah bagi anggotanya untuk
melakukan kegiatan ekonomi, namun apabila terjadi krisis pada salah satu
negara anggota terlihat Uni Eropa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Isu terkait negara yang akan keluar dari Uni Eropa juga
membuktikan bahwa Uni Eropa belum solid seutuhnya, karena beberapa negara
juga belum menaati segala peraturan yang ditetapkan oleh Uni Eropa.
Pemenuhan segala aspek di dalam Uni Eropa semata-mata karena ada
kepentingan di dalamnya. Mereka rela mengikuti segala kebijakan di Uni Eropa
demi meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungan, negara besar
akan lebih banyak menerima hasilnya dibanding negara-negara kecil yang habis
dikeruk sumber dayanya. Uni Eropa akan tetap bertahan sepanjang tiap negaranegara mempunyai kepentingan (primary interest) maka mereka akan
cenderung mempertahankan organisasi itu.
D. EU Dalam Pandangan Realisme
Realisme beranggapan bahwa uni eropa adalah sebuah organisasi yang
gagal hal terbukti dalam beberapa kasus seperti yang terjdi di Yunani, Pada tiga
tahun terakhir ini, terjadi gejolak di dalam perekonomian Uni Eropa. Hal ini tidak
9
Berting, Jan. 2007. Europe: A Heritage, A Challenge, A Promise dalam Colin Hay dan
Anand Menon (Eds), European Politics. Oxford: Oxford University Press.
lain dikarenakan efek domino yang disebabkan oleh krisis keuangan Yunani.
Pemerintah Yunani tidak mampu melunasi utang yang menumpuk hingga
mencapai defsit keuangan. Ketidakmampuan pemerintah Yunani mengatasi
krisis keuangan di dalam negerinya ini kemudian berimbas pada negara-negara
lain di kawasan Eropa. Irlandia, Portugal, Spanyol, Italia, Perancis, dan beberapa
negara lain turut terkena dampak dari krisis Yunani ini. Efek domino ini dapat
terjadi salah satunya diakibatkan oleh keterikatan negara-negara Eropa tersebut
di dalam sistem eurozone. Krisis keuangan yang tidak kunjung selesai dan justru
berdampak ke negara Eropa lainnya ini juga berimbas pada merosotnya pasar
saham di beberapa negara di dunia. Hal ini kemudian menjadi isu global yang
hangat diperbincangkan.
Krisis ini tentu kemudian mendapat tanggapan serius oleh Uni Eropa
sebagai organisasi kawasan yang juga membawahi Yunani. Uni Eropa bersama
negara-negara anggotanya berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
mengatasi gejolak krisis yang tengah dihadapi oleh negara-negara anggotanya.
Pengaruh perpolitikan turut pula mewarnai penyelesaian masalah krisis
keuangan ini. Kucuruan dana pinjaman menjadi salah satu opsi yang ditawarkan
Uni Eropa untuk mengatasi permasalahan ini. Namun, pinjaman atau bailout
untuk Yunani ini sendiri masih menuai sejumlah kontroversi dan perdebatan di
antara negara-negara Uni Eropa tersebut. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
Yunani untuk mengembalikan pinjaman ini dan melakukan pengetatan anggaran
di dalam negerinya. Krisis keuangan yang melanda Eropa ini kemudian turut pula
menghadapi hambatan dan tantangan di dalam penyelesaiannya. Untuk itulah di
dalam tulisan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai permasalahan krisis Yunani,
perbedaan di dalam penyelesaiannya, serta hambatan dan tantangan yang
tengah dihadapi dalam penyelesaian tersebut.
E. Studi Kasus
Nasib Keanggotaan Turki di Uni Eropa.
Keanggotaan Turki di Uni Eropa masih terganjal hingga kini akibat penentangan
keras negara-negara barat.
Para analis politik memandang sepak terjang
pemerintahan Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa terkesan ganjil dan tidak
berprinsip. Sejatinya, di tengah upaya para politisi Turki meloloskan negara ini
menjadi anggota Uni Eropa selama lebih dari lima dekade lalu, kebijakan Partai
Keadilan dan Pembangunan (AKP) dengan politisi Turki lainnya sangat berbeda.
AKP yang mengendalikan roda pemerintahan turki saat ini bersedia menebus
mahal penentangan terhadap keanggotaan Turki di Uni Eropa, asalkan undangundang penumpasan terorisme tidak ratifkasi di parlemen. Memiliki rekam jejak
perundingan Turki dan Barat, implementasi penuh seluruh persyaratan
keanggotaan Turki di Uni Eropa tidak akan bisa dipastikan. Sebab sebelum ini,
sejumlah politisi barat, menyebut Uni Eropa tidak akan bisa dipastikan. Sebab
sebelum ini, sejumlah politisi Barat, menyebut Uni Eropa sebagai klub Kristen.
Oleh karena itu, mereka selalu mencari cara untuk menjegal keanggotaan Turki
di Uni Eropa.
Isu keanggotaan Turki di Masyarakat Eropa, yang menjadi cikal bakal Uni Eropa
untuk pertama kalinya mengemuka di tahun 1964. Secara resmi, Turki
menyampaikan permohonan menjadi anggota Uni Eropa pada 14 April 1987. Lalu
12 tahun kemudian, Turki secara resmi menjadi kandidat anggota Uni Eropa.
Perundingan mengenai keanggotaan Turki di Uni Eropa dimulai sejak 3 oktober
2005. Sejak awal, proses keanggotaan penuh Turki di Uni Eropa telah melalui
satu periode 10 tahun. Tapi hingga kini, harapan orang-orang Turki ini hanya
tinggal angan-angan setidaknya dalam satu dekade ke depan 10.
Dari kasus diatas dapat dikaji melalui pandangan realisme dalam memandang
Uni Eropa terhadap negara Turki. diantaranya adalah :
1. Secara geografs mayoritas wilayah Negara Turki terletak di Asia, kecuali
Istanbul dan sekitarnya.
Turki secara geografs dan historis lebih dekat ke Asia, khususnya kawasan
Timur Tengah. Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy menggunakan hal ini sebagai
argumen untuk menolak keanggotaan Turki dalam Uni Eropa. Dalam sebuah
berita yang dirilis oleh okezone.com 11, Sarkozy berkta “Saya rasa wilayah Turki
bukanlah di Eropa, Turki adalah negara yang berada di wilayah Asia,” seperti
yang kita ketahui, Uni Eropa adalah organisasi internasional yang bersifat
regional. Uni Eropa hanya melakukan penerimaan anggota terhadap negaranegara yang secara geografs terletak di Eropa. Pendefnisian regional adalah
masalah utama yang muncul dalam organisasi internasional yang bersifat
regional(Archer,2001)12. Masalah pendifnisian wilayah regional ini adalah
hambatan yang nyata bagi Turki
2. Populasi Turki sebanyak 74 juta jiwa merupakan ancaman tersendiri bagi
negara-negara besar anggota Uni Eropa. Hal ini didasarkan pada sistem
polling di Uni Eropa yang menguntungkan negara berpopulasi besar.
Uni Eropa menganut sistem poling atau aklamasi dalam mengambil keputusan.
Dari segi jumlah penduduk, Turki berada di urutan kedua setelah Jerman. Turki
akan memiliki posisi yang sangat strategis dalam setiap pembuatan keputusan
yang dilakukan oleh Uni Eropa.Tidak heran memang, Jerman dan Prancis dua
negara besar anggota Uni Eropa, merupakan negara-negara yang menolak
keanggotan Turki dalam Uni Eropa. Turki selain bisa jadi mitra yang hebat, juga
bisa menjadi kompetitor yang berbahaya bagi Prancis dan Jerman. Pihak Jerman
dan Prancis selalu mencari alasan untuk menolak keanggotan Turki. Alasan
seperti ideologi, agama,kemiskinan (Koran Muslim, 2011) 13, bahkan mengungkit
kejadian masa lalu seperti kasus genosida di Armenia yang dilakukan Kesultanan
Turki Ottoman pada Perang Dunia Pertama kerap dijadikan sebagai ‘senjata’
untuk menjegal langkah Turki. Selain itu komposisi penduduk Turki yang besar
ditakutkan akan melahirkan arus imigrasi yang besar ke negara-negara Eropa.
Saat ini, ketika Turki belum menjadi anggota Uni Eropa telah ada sekitar 10 juta
imigran Turki yang telah menetap di Jerman dan di beberapa negara Eropa
lainnya. Muncul kekhawatiran di antara negara-negara Eropa, akan tercipta
rivalitas domestik dalam perebutan lapangan pekerjaan yang ditakutkan akan
berakhir pada konfik antar etnik yang pernah melanda Eropa di masa lalu.
10
http://indonesian.irib.ir/editorial/fokus/item/109873-nasib-keanggotaan-turki-diuni-eropa. Diakses pada 21/12/2016 (01.20).
11
Akbar, Aulia (2011). Saran Prancis Untuk PBB Dikecam Uni Eropa. Okezone.com.
Diakses pada 21/12/2016 (01.20).
12
Archer, Clive (2001). Intenational Organizations.Third ed. New York : Routledge
Koran Muslim (2011). Turki : Myoritas Warga Austria Tolak Turki Bergabung dengan Uni
Eropa.
13
3. Ketidakpastian politik dalam negeri Turki. Terdapat fraksi pro islam yang
ditakuti oleh sebagian besar negara Eropa akan berkuasa dan
mengendalikan pemerintahan di Turki.
Turki menganut sistem multipartai. Namun, secara garis besar partai-partai.
Turki dapat dibedakan ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok nasionalissekuler yang didukung penuh oleh pihak militer dan kelompok pro Islam. Sejak
tahun 2002 Partai Keadilan Pembangunan (PKP) mnjadi partai yang berkuasa.
PKP adalah partai yang beraliran Islam Sunni. Partai ini masih berkuasa sampai
sekarang. Saat ini Turki dipimpin oleh salah satu pentolan PKP, PM Erdogan.
Secara perlahan-lahan arah kebijakan luar negeri Turki mulai berubah sedikit
demi sedikit . Turki memulai hubungan persahabatan yang baik dengan negaranegara Islam. Turki mulai berani untuk menentang rezim Israel di Kawasan Timur
Tengah. Turki mulai berani mempertanyakan kebijakan-kebijakan PBB yang
terlalu banyak dikendalikan oleh lima negara anggota tetap DK PBB. Melihat
kondisi yang seperti ini, Turki akan semakin sulit untuk diterima sebagai anggota
Uni Eropa. Ketika dalam kasus permintaan Palestina agar diakui oleh PBB
sebagai negara. Turki melalui PM Erdogan mendukung penuh keanggotan
Palestina di PBB sebagai negara yang berdaulat, sebaliknya Uni Eropa seperti
halnya Amerika Serikat, menolak permintaan Palestina kepada PBB. Perbedaan
orientasi politik Uni Eropa dengan Turki secara umum semakin terlihat. Prancis,
salah satu anggota Uni Eropa menawarkan solusi dalam kasus Palestina ini,
Prancis
menawarkan
satus
sebagai
negara
pengamat
kepada
Palestina(BBCIndonesia,2011)14. Kasus ini menjelaskan bahwa Uni Eropa tidak
mentolerir sikap politik yang berseberangan dengan sikap yang diambil oleh Uni
Eropa. Sulit bagi Uni Eropa menerima negara yang memiliki orientasi politik luar
negeri yang berbeda dengan Uni Eropa. Hal ini hanya akan menimbulkan konfik
internal di tubuh Uni Eropa. Corak politik Turki yang pro Islam saat ini menjadi
hambatan untuk menjadi anggota penuh Uni Eropa
4. Terdapat masalah bilateral yang cukup serius antara Yunani dengan Turki
terkait dengan status Negara Siprus.
Yunani adalah negara yang paling keras menolak keanggotaan Uni Eropa bagi
Turki yang dilatarbelakangi terkait negara Siprus. Turki telah menduduki bagian
Utara siprus sejak tahun 1974, pada 15 November 1983 berdirilah Turkish
Republic
of
Northen
Cyprus
yang
diakui
oleh
Turki
sebagai
negara(Hidayat,1999)15. Pada tanggal 27 Januari 1997 dimulailah proses
integrasi Siprus Utara ke Negara Turki. Di lain Pihak Siprus-Yunani yang lebih
diakui oleh dunia internasional berhasil menjadi anggota Uni Eropa pada tanggal
1 Mei 2004. Yang diakui sebagai anggota adalah Siprus-Yunani saja, sedangkan
Siprus-Turki tidak diakui sebagai anggota Uni Eropa. Maka Turki mengancam
untuk tidak mengakui Siprus Selatan, Turki hanya mengakui Siprus Utara(SiprusTurki). Jika ini terjadi, hubungan Turki-Uni Eropa akan berada di titik yang
rendah, selain menganggu proses penerimaan Turki, hal ini juga akan berimbas
pada permasalahan yang lebih kompleks antara Turki dengan Uni Eropa.
5. Kriteria Kopenhagen 1993 belum sepenuhnya bisa dipenuhi oleh Turki.
14
BBC Indonesia (2011). Prancis Usulkan Palestina jadi Negara Pengamat di PBB.
Hidayat, Dadang (1999). Prospek Keangootaan Turki dalam Uni Eropa :sebuah tinjauan
politik. Published Thesis (M.Si). Universitas Indonesia
15
Di dalam Kriteria Kopenhagen terdapat beberapa kriteria yaitu kriteria politik,
kriteria ekonomi, dan kriteria lainnya. kriteria politik berisi beberapa hal yaitu,
landasan demokrasi, supremasi hukum, keefektifan lembaga-lembaga negara,
menghargai HAM dan menghormati hak-hak minoritas di negara tersebut.
Kriteria ekonomi terdiri atas berfungsinya sistem ekonomi pasar, sistem
keuangan yang bagus dan daya saing ekonomi yang minimum. Kriteria lainnya
berisi kesediaan negara calon menerima Treaty on European Union, persiapan
transformasi mata uang menuju mata uang bersama yaitu Euro, memiliki bank
sentral yang independen, serta melaksanakan acquis communitaure yaitu
penyesuaian hukum-hukum Uni Eropa ke Hukum di tingkat Nasional.
Pejabat Ankara mengklaim telah memenuhi 69 syarat dari 72 syarat yang telah
ditetapkan Uni Eropa mengenai keanggotaan Turki di organisasi negara anggota
Eropa itu. Pada saat yang sama, Uni Eropa menekankan perubahan kebijakan
Turki, seperti undang-undang penumpasan terorisme yang menjadi salah satu
syarat terpenting keanggotaan Turki di Uni Eropa. Meskipun Uni Eropa
menegaskan masalah tersebut, tapi presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
mengatakan Ankara tidak bersedia memenuhi permintaan Eropa mengenai
perubahan undang-undang pemberantasan terorisme. Erdogan mengungkapkan
urgensi penyusunan undang-undang baru mengenai sistem presidensial, seraya
menegaskan bahwa Eropa memiliki jalan masing-masing dan Turki melanjutkan
jalannya sendiri.
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor yang membuat Turki
sulit diterima sebagai anggota Uni Eropa, Bahkan hubungan antara Turki dan Uni
Eropa kurang baik. Sangat kecil sekali kemungkinan Turki akan menjadi anggota
Uni Eropa dengan adanya penolakkan dari Prancis dan Jerman terang-terangan
serta berbagai argumen mereka lontarkan untuk menjegal langkah Turki. Jika
dilihat dari Institusi Uni Eropa sudah terlihat sangat realis sekali bahwa negaranegara takut akan kehadiran Turki yang dapat menghalangi kepentingan
masing-masing negara didalamnya kemudian khawatir nantinya negara-negara
besar akan berkurang eksistensinya di dalam Uni Eropa. Jika dilihat dari sudut
pandang negara Turki sudah terlihat jelas, Turki sangat mati-matian ingin masuk
ke dalam Uni Eropa karena ingin mencapai kepentingan nasionalnya misalnya
dengan diberlakukannya visa bersama maka dengan mudahnya perdagangan
gelap dan TOC di negara-negara antar kawasan. Serta. memperluas
eksistensinya di negara-negara anggotanya dll. Yang pada akhirnya institusi Uni
Eropa hanya dijadikan alat dalam memfasilitasi negara-negara untuk mencapai
kepentingannya masing-masing.
F. Kesimpulan
Menurut kelompok kami, EU merupakan suatu jalan pintas bagi negaranegara yang bergabung didalamnya untuk memenuhi kepentingan nasionalnya.
Tidak menutup kmungkinan bahwa negara-negara yang tergabung dalam EU
hanya ingin berkoalisi sehingga negara mereka tidak terancam oleh negara
besar yang letak geografsnya berdekatan dengan negara mereka seperti yang
kita ketahui sebagai strategi Bandwagoning. Dalam kebijakannya, EU pun kami
nilai sangat realis. Hal ini terlihat dari cara mereka dalam merekrut anggotanya,
yaitu dengan syarat-syarat tertentu yang justru dapat dianggap sebagai siasat
untuk dapat meraup keuntungan dari masing-masing negara yang menjadi
anggota di dalamnya. Sepeti kasus Turki yang sudah lama ingin menjadi anggota
namun dianggap kurang memenuhi kriteria, dari situ kita dapat melihat bahwa
ada sesuatu yang dicari didalam perekrutan anggota itu sendiri. Selain itu
terdapat peraturan-peraturan didalam EU yang sangat mengekang negara
anggotanya. Kami berpendapat bahwa kebijakan-kebijakan didalam EU seperti
tidak adanya batas negara diatara negara-negara anggota menjadi salah satu
tujuan yang searah dengan kepentingan suatu negara, yaitu memasuki bahkan
ikut campur dengan kedaulatan negara.
Menurut kelompok kami, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh EU ini
juga terkadang terlalu di dominasi oleh negara-negara pemimpin seperti
Perancis dan Luxembourg. Sehingga terkadang negara-negara kecil menjadi
kurang mendapatkan keuntungan yang sama. Dan hal tersebut tidak jarang
memunculkan konfik-konfik. Dimana menurut realis konfik selalu terjadi. Hal ini
membuktikan asumsi realis yang mengatakan bahwa dunia ini konfiktual.
Bahkan konfik acapkali terjadi didalam suatu organisasi.