KONDUKTIVITAS DAN KETAHANAN API BATAKO P

KONDUKTIVITAS DAN KETAHANAN API BATAKO PAPERCRETE SEBAGAI
MATERIAL DINDING BANGUNAN
Fadiel Imam Nugroho
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil 2009
Email: [email protected]
ABSTRACT
Indonesia is a country that is located on the equator thus causing almost all of big
cities in this country have a high temperatures, which is reaching 33°C. The hot
temperatures make the people that is on activity becoming uncomfortable. To keep the
temperature remains comfortable, the AC (air conditioner) can be used. The more AC
which are used resulting damage to the ozone of the earth's atmosphere. Another side
effect of the AC is AC requires considerable electrical energy and requires a large cost for
the operating cost. Operational costs requires to pay a technician for controling the
leakage on the AC annually.
There is an alternative options using insulators materials on the wall of the
building. The wall efforts are made to be able to withstand of extreme heat, has an
appropriate value of compressive strength and fireproof when there is a fire. Therefore
papercrete was made, papercrete is a concrete that consist paper in it. Considering paper
has a bad effect against heat conductivity. The papercrete composition on this research is
1:2:2, 1:2:3 and 1:2:4. That number is a value ratio of cement : sand : paper with a
specified water-cement ratio at 0,6. The specimen consisted in 5 pieces cylinder of

compressive strength test per variant, 5 piece of brick wich is used for heat conductivity
test per variant and 9 pieces of brick wich is compiled into a wall so that can be tested for
a fireproof test. The cylinder specimen has 15 cm diameter and 30 cm of its height. The
brick specimen size is 40 x 20 x 10 (cm) per variant. The heat conductivity test will be
performed after reaching 7 days of concrete age.
Based on the heat conductivity test results, the variant 1:2:2 was resulting 2,715
W/m°C and the average heat reduction which happened was 92,12°C, the variant 1:2:3
was resulting 2,476 W/m°C and the average heat reduction which happened was
100,972°C and the variant 1:2:4 was resulting 2,288 W/m°C and the average heat
reduction which happened was 109,972°C. This explains that the more papers were
contained would decrease the conductivity value. The results from compressive strength
test variant 1:2:2 and 1:2:4 was 45,922 kg/𝑐𝑚2 and 22,378 kg/𝑐𝑚2 . As for the variant 1:2:3
was 19,411 kg/𝑐𝑚2 . Only variant 1:2:2 and 1:2:4 which included in SNI, which was above
than 21 kg/𝑐𝑚2 . Fireproof wall test results that variant 1:2:2 were performed with the
temperature 763°C with the temperature from the other side of the wall was 80,9°C, the
fireproof wall from the variant 1:2:3 was performed with temperature 748°C with the
temperature from the other side of the wall was 79°C. The result from variant 1:2:4 were
performed with 708°C with the temperature from the other side of the wall is 54,7°C.
During the test, the fire only damages at the focused area of the fire. The fire were causing
the wall becomes porous.

Keywords: Papercrete, pulp, heat conductivity, compressive strength and fireproof wall

1

Material yang bisa digunakan

PENDAHULUAN

menjadi insulator adalah Hebel (batako
ringan)

Latar Belakang

dan

alternatif

lain

adalah


Indonesia adalah negara yang

Papercrete. Pada penelitian ini, penulis

terletak pada garis khatulistiwa sehingga

mencoba meneliti material Papercrete

menyebabkan hampir seluruh kota-kota

dengan ide dasar untuk memanfaatkan

besar di negara ini memiliki temperatur

bahan kertas yang tidak terpakai dan

yang tinggi yaitu mencapai 33°C. Hal ini

memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat.


menyebabkan ketidaknyamanan warga
masyarakat ketika sedang beraktivitas di

TINJAUAN PUSTAKA

dalam ruangan. Untuk menjaga suhu
ruangan agar tetap nyaman maka

AC

Papercrete (Beton Kertas)
Beton papercrete (beton kertas)

(air conditioner) dapat digunakan.
Fasilitas penyejuk ruangan juga

adalah beton yang dibuat dari campuran

memiliki efek samping terhadap manusia.


antara semen, pasir dan kertas daur ulang

Secara tidak langsung penyejuk ruangan

(Samsudin dan Santoso, 2010).

menggunakan

Menurut

Bermansyah

(2011),

yang

berfungsi

yang


berakibat

kertas dengan jenis HVS hasil sisa dari

merusak lapisan ozon bumi. Sehingga

aktifitas perkantoran dapat digunakan

dapat disimpulkan bahwa AC tidak

sebagai agregat pengisi dari Papercrete.

ramah lingkungan. Dalam kondisi proses

Tinta yang terkandung dalam kertas

menyala, AC juga membutuhkan energi

dianggap diabaikan. Pada penelitian milik


listrik yang cukup besar. Selain itu

Bermansyah juga menggunakan pozzolan

dibutuhkan biaya operasional yang cukup

alam

besar setiap tahunnya untuk membayar

alumina. Yang membedakan dengan

teknisi

milik peneliti yaitu penelitian yang milik

sebagai

freon


pendingin

guna

memeriksa

terjadinya

kebocoran pada AC (Ferdika, 2011).
Salah satu cara mengurangi efek
dari AC adalah dengan membuat dinding

yang

Bermansyah

mengandung

menggunakan


silika

dan

campuran

komposisi pasir sebesar 1 : 3,5 dimana
faktor air semen sebesar 0,35.

di luar bangunan yang berasal dari bahan

Gunarto (2008) juga menjelaskan

yang bersifat insulator. Insulator adalah

bahwa beton kertas memiliki beberapa

material yang berfungsi untuk mencegah


kelebihan, yaitu:

terjadinya penghantaran panas.
2

Tidak mengalami perubahan bentuk

mikroskopik dan dalam jumlah banyak

selama proses pengeringan dan tahan

sehingga dapat disebut sel mikroskopis.

dalam berbagai tingkat temperatur.

Sel

2.

Tidak mudah retak jika dipaku.


mengurangi efek penyaluran panas secara

3.

Tidak mudah terbakar (tergantung

radiasi. Efek radiasi tersebut dipatahkan

pada jumlah semen, yaitu semakin

sehingga gelombang radiasi yang panjang

banyak

menjadi pendek. Pendeknya gelombang

1.

4.

semen

semakin

tahan

ini

juga

mampu

terhadap api).

radiasi panas dapat diserap udara yang

Mudah dicetak, untuk pembuatan

terjebak dalam material insulasi.
Sebagai

beton ringan.
5.

mikroskopis

dasar

dari

pengujian

pada

penelitian

Tahan terhadap gangguan binatang

Konduktivitas

ini,

pengerat dan serangga.

digunakan prinsip pada hukum Fourrier.
Adapun formula yang digunakan sebagai
berikut:

Konduktivitas
Menurut
konduksi

adalah

Susanto
perpindahan

(2012),
panas

melalui benda padat. Panas tersebut
bergerak dari partikel yang lebih panas ke
molekul yang lebih dingin. Akan tetapi
perpindahan panas ini tidak menyebabkan
perpindahan molekul benda. Kecepatan
aliran panas pada suatu benda padat
ditunjukkan

dari

nilai

nilai konduktivitas termal suatu material
maka material tersebut semakin baik
memindahkan

sebaliknya.
memiliki

Material
konduktivitas

panas,
insulasi
termal

dan
panas
yang

rendah sehingga dapat menahan aliran
kalor. Aliran kalor ditahan oleh udara
yang terjebak dalam material insulasi.
Udara

yang terjebak

∆𝑇
∆𝑥

Q = Daya (W)
k = Konduktivitas (W/mºC)
A = Luasan Benda Uji (m2 )
ΔT = Selisih suhu (°C)

Δx = Tebal Benda Uji (m)

konduktivitas

termal material tersebut. Semakin besar

dalam

Keterangan:

𝑄 = 𝑘𝐴 ×

dalam ukuran

Kuat Tekan
Pada penelitian papercrete milik
Gunarto

(2008),

papercrete

pada

penelitiannya mempunyai kuat tekan
antara 1,23-2,48 Mpa dan berat volume
berkisar 814,97-967,57 kg/𝑚3 . Gunarto

menggunakan

variasi

perbandingan

antara semen dengan kertas, yaitu 1 : 2
sampai dengan 1 : 4 dan juga variasi
penggunaan gula sebagai bahan tambah.
3

Hasil pengujian kuat tekan beton kertas

beton dapat dilihat pada formula dibawah

yang diperoleh adalah sebesar 13,31 MPa

ini:

untuk variasi 0%, 8,59 MPa untuk variasi
15%, 10,15 MPa untuk variasi 30% dan
Keterangan ;

11,40 MPa untuk variasi 45% dari

𝑃
𝐴

f’c = Kuat tekan beton (kg/cm2 )

agregat keseluruhan.

P = Beban maksimum (kg)

Standar prosedur pengujian kuat

A = Luas penampang benda uji (cm2 )

tekan pada penelitian milik peneliti

Adapun syarat fisis menurut SNI

adalah SNI 03-1974-1990 untuk benda

03-0349-1989 yang harus dipenuhi dapat

uji silinder dan persamaan umum yang

dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

dipakai untuk menghitung kuat tekan

Tabel 1

f’c =

Persyaratan SNI 03-0349-1989

Syarat Fisis

1. Kuat Tekan bruto
rata-rata minimum
2. Kuat tekan bruto
masing-masing

Tingkat Mutu Beton

Tingkat Mutu Bata

Pejal

Beton Berlubang

Satuan
I

II

III

IV

I

II

III

IV

Kg/𝑐𝑚2

100

70

40

25

70

50

55

20

Kg/𝑐𝑚2

90

65

35

21

65

45

30

17

%

25

35

-

-

25

35

-

-

benda uji minimum
3. Penyerapan air ratarata maksimum
(Sumber: SNI 03-0349-1989)
terdiri dari suhu pada dinding yang

Dinding Tahan Api
Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui

ketahanan

langsung dibakar dengan api dengan suhu

papercrete

pada sisi dinding sebaliknya. Selain itu,

terhadap api (kebakaran). Output yang

kerusakan yang terjadi akibat proses

dihasilkan adalah gambar Grafik yang

pembakaran dapat dilihat secara visual.
4

Pengujian

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian
bahan-bahan

ini

yaitu

menggunakan

semen

Portland

Pozzolan (PVC) dengan merk semen
Gresik., agregat halus berupa pasir alam
yang berasal dari sungai boyong, kertas
koran

yang

tidak

lagi

digunakan

(kandungan tinta yang ada dalam kertas

menggunakan

alat

Koper

Konduktivitas dan Termometer Digital.
Pembacaan suhu dilakukan pada 5 titik
pada masing-masing sisi benda uji.
Sebagai pembanding papercrete maka
pada

pengujian

ini

dilakukan

juga

pengujian konduktivitas terhadap Hebel
dan Batako Merapi.

diabaikan) dan yang terakhir adalah air
yang

digunakan

berasal

PAM

Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik

Pada penelitian ini terdapat 3 jenis
varian papercrete. Tiga jenis varian
tersebut dihasilkan dengan metode trial
(coba-coba). Varian tersebut adalah 1:2:2,
1:2:3 dan 1:2:4. Angka tersebut adalah
perbandingan dari semen, pasir dan bubur
Fas

yang

digunakan

pada

penelitian ini sebesar 0.6. Jumlah sampel
dan bentuk benda uji yang dibuat
tergantung

pada

pengujian

yang

dilakukan. Parameter yang digunakan
adalah

Pengujian
menggunakan

FTSP UII.

kertas.

Pengujian Dinding Kuat Tekan

pengujian

kuat

tekan

beton

Compressing

Test

Machine. Mesin tersebut dinyalakan dan
baca tekanannya dan masukkan kedalam
form pendataan pada setelah umur beton
28 hari. Benda uji yang dibuat berbentuk
silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi
30 cm. Setiap varian terdiri atas 5 sampel
benda uji. Disamping itu, benda uji
silinder

dipasang

papercrete

kompressometer

beserta

dial

yang

berfungsi untuk pengujian teganganregangan.

konduktivitas,

pengujian kuat tekan dan pengujian

Pengujian Dinding Tahan Api
Papercrete yang telah berbentuk

dinding tahan api.

batako 40 x 20 x 10 (cm) disusun
menjadi

Pengujian Konduktivitas
Pengujian ini dilakukan setelah
umur beton mencapai 7 hari. Benda uji
yang digunakan berupa batako dengan
ukuran 40 x 20 x 10 (cm) dengan jumlah
5

sampel

untuk

setiap

variannya.

dinding

kemudian

diplester

setebal 1 cm. Terdapat 3 buah dinding
yang dibuat pada pengujian ini. Setelah
dinding
tahapan

batako

telah

selanjutnya

berdiri
yaitu

maka
dengan

membakar batako dengan menggunakan
5

“Pistol Api”. Pistol api dalam penelitian
ini adalah suatu alat yang berfungsi

HASIL PENGUJIAN

menembakan api secara langsung, pada

Berikut

dasarnya pistol api memiliki prinsip yang

adalah

hasil

setiap

pengujian pada penelitian milik peneliti.

sama dengan pistol las. Selama proses
pembakaran

berlangsung,

dilakukan

Pengujian Konduktivitas

pembacaan terhadap suhu yang ada pada

Dari hasil pengujian konduktivitas

kedua sisi dinding. Masing-masing sisi

maka diperoleh grafik nilai konduktivitas

terdiri atas 7 titik, pembacaan dilakukan

dengan

dengan

hebel dan Batako Merapi sebagai benda

menggunakan

Infrared

membandingkan

papercrete,

uji. Untuk lebih jelas, lihat Gambar 1.

Thermometer.

Konduktivitas (W/m°C)

3.300
3.100
2.900
2.700

Varian 1:2:4

2.500

Varian 1:2:3
Varian 1:2:2

2.300

Hebel

2.100

Batako Merapi

1.900
1.700
1

2

3

4

5

No Sampel

Gambar 1

Grafik Nilai Konduktivitas Papercrete, Hebel dan Batako Merapi

Hasil perbandingan nilai konduktivitas

3,048 W/m°C dan didasar perbandingan

antara papercrete, hebel dan batako

adalah hebel dengan nilai konduktivitas

merapi dapat dilihat pada Gambar 5.11.

sebesar 2,047 W/m°C.

Konduktivitas papercrete berada diantara
batako merapi dengan hebel. Dengan

Pengujian Kuat Tekan
Pada papercrete varian 1:2:2

nilai konduktivitas rerata untuk campuran
1:2:2

adalah

2,715

W/m°C,

untuk

memiliki kuat tekan beton rerata sebesar
Kg/𝑐𝑚2

campuran 1:2:3 adalah 2,476 W/m°C,

45,922

sedangkan 1:2:4 sebesar 2,288 W/m°C.

memiliki kuat tekan beton rerata sebesar

Dipuncak perbandingan terdapat batako

22.378 Kg/𝑐𝑚2 . Kedua varian tersebut

merapi dengan nilai konduktivitas rerata

dan

varian

1:2:4

telah sesuai dengan syarat SNI yang
6

ditentukan yaitu lebih besar dari 21

bentuk kurva regresi dan dari setiap titik

Kg/𝑐𝑚2 . Sedangkan papercrete varian

variannya

1:2:3

tidak

sesuai

dengan

menghubungkan

yang

disyaratkan yaitu sebesar 19,411 Kg/𝑐𝑚2 .
Hasil dari pengujian kuat tekan setiap
variannya

kemudian

diolah

diberi

trendline

ke

varian

yang
lainnya

sehingga garis y = 41.63x-0.71 terbentuk.
Untuk lebih jelas lihat Gambar 2.

kedalam

55

Kuat Desak (kg/cm2)

50
45
40

y = 41.63x-0.71

35
30
25
20
15
10

1:2:2

1:2:3

1:2:(3+X) 1:2:4

Varian Papercrete

Gambar 2

Syarat SNI

Kuat Tekan Papercrete dengan Varian Optimum

Pada Gambar 5.2, garis y = 41.63x-0.71

diketahui varian kuat tekan optimum

terlihat bersinggungan dengan Syarat SNI

pada penelitian ini adalah 1 : 2 : 3.67.

yang kemudian apabila ditarik garis lurus
akan membentuk varian 1:2:(3+X) yang
memiliki nilai optimum terhadap kuat

Pengujian Dinding Tahan Api
Berikut

ini

akan

dijelaskan

tekan papercrete. Varian 1 : 2 : (3+X)

mengenai data hasil pengujian dinding

dapat

melakukan

tahan api yang kemudian diolah menjadi

perbandingan

dalam bentuk grafik seperti dilihat pada

dihitung

pendekatan

dengan

terhadap

segitiga. Nilai X pada varian optimum

Gambar 3.

adalah sebesar 0.67 sehingga dapat

7

900

Sisi Dinding yang
Terkena Api (1:2:2)
Sisi Dinding Sebalik
nya (1:2:2)
Sisi Dinding yang
Terkena Api (1:2:3)
Sisi Dinding Sebalik
nya (1:2:3)
Sisi Dinding yang
Terkena Api (1:2:4)
Sisi Dinding Sebalik
nya (1:2:4)

Suhu Rata-rata (oC)

800
700
600
500
400
300
200
100
0
0

15

Gambar 3

30

45
60
75
Waktu (Menit)

90

105

120

Hubungan antara Waktu dan Suhu pada dinding Papercrete pada Setiap
Varian.

Suhu yang terbesar berhasil diciptakan

mempengaruhi nilai konduktivitas

oleh pistol api pada dinding papercrete

yang terjadi. Hal ini terlihat pada

varian 1:2:2 adalah 763°C dengan suhu

perolehan nilai rerata konduktivitas

pada sisi sebaliknya sebesar 81,1°C.

yang terjadi pada varian 1:2:2 adalah

Sedangkan

papercrete

2,715 W/m°C, untuk campuran 1:2:3

varian 1:2:3 adalah 748°C dengan suhu

adalah 2,476 W/m°C, sedangkan

pada sisi dinding sebaliknya sebesar

1:2:4

79°C. Suhu terbesar yang dihasilkan oleh

Dibandingkan dengan Batako Merapi

pistol api pada dinding papercrete varian

yang memiliki nilai konduktivitas

1:2:4

rerata

pada

adalah

dinding

708°C

dengan

suhu

sebaliknya sebesar 54,7°C.

sebesar

sebesar

2,288

3,048

W/m°C.

W/m°C,

papercrete masih lebih unggul nilai
konduktivitasnya.

Akan

tetapi

apabila dibandingkan dengan hebel

SIMPULAN
penelitian

dengan nilai konduktivitas sebesar

tentang Konduktivitas dan Ketahanan Api

2,047 W/m°, kualitas dari papercrete

Batako Papercrete

masih dibawah hebel.

Berdasarkan

hasil

Sebagai

Material

Dinding Bangunan yang telah dilakukan,

2.

Hasil pengujian kuat tekan pada

dapat dilakukan beberapa simpulan yaitu

papercrete varian 1:2:2 memiliki

sebagai berikut:

kuat tekan beton rerata sebesar

1.

45,922 Kg/𝑐𝑚2 dan varian 1:2:4

Penggunaan kertas sebagai pengganti
agregat

pada

penelitian

ini

memiliki kuat tekan beton rerata

8

Kg/𝑐𝑚2 .

Kedua

Bagian dinding pada sisi sebaliknya

varian tersebut telah sesuai dengan

tidak mengalami kerusakan sama

syarat SNI yang ditentukan yaitu

sekali.

sebesar

lebih

22,378

besar

dari

Kg/𝑐𝑚2 .

21

Sedangkan papercrete varian 1:2:3

3.

DAFTAR PUSTAKA
Antoni

dan

Nugraha,

tidak sesuai dengan yang disyaratkan

Teknologi

Beton.

yaitu sebesar 19,411 Kg/𝑐𝑚2 .

Offset. Yogyakarta.

Paul,

2007.

Penerbit

Andi

Berdasarkan pengujian dinding tahan

Bermansyah, Surya, dkk, 2011,

api selama 2 jam, dihasilkan suhu

Analisis Kuat Tarik Belah Dan

pada varian 1:2:2 adalah 763°C

Kuat Tarik Lentur Papercrete

dengan suhu pada sisi sebaliknya

Menggunakan Pozzolan Alam,

sebesar 81,1°C. Selanjutnya suhu

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

terbesar pada dinding papercrete

Teknik, Universitas Syiah Kuala.

varian 1:2:3 adalah 748°C dengan

Direktorat

Penyelidikan

suhu pada sisi dinding sebaliknya

Bangunan,

sebesar 79°C. Dan yang terakhir,

Umum

suhu

Bandung.

terbesar

papercrete
708°C

pada

varian

dengan

dinding

1:2:4

suhu

adalah

sebaliknya

1982,
Bahan

Masalah
Persyaratan
Bangunan,

Ferdika, Gede, 2011, Dampak Freon AC
Terhadap Ozon, Online,

sebesar 54,7°C. Semakin banyak

Scribd.com,

volume

(http://www.scribd.com/doc/4565

kertas

yang

terkandung

dalam batako membuktikan bahwa

4079/Dampak-Freon-AC-

kertas bersifat insulator, dimana

Terhadap-Ozon. Diakses 22

buruk ketika menghantarkan panas.

Oktober 2013)

Selain itu kondisi dinding masih utuh

Gunarto, A., 2008, Pemanfaatan Limbah

meskipun telah diuji selama 2 jam

Kertas Koran Untuk Pembuatan

dengan suhu yang relatif extreme

Panel Papercrete, Program Studi

yakni 700°C. Kerusakan dinding

Teknik Sipil Magister Teknologi

hanya terjadi pada bagian yang

Bahan

terkena api berwarna merah. Hal ini

Teknik, Universitas Gadjah Mada,

mengakibatkan

Yogyakarta.

getas

dan

dinding

keropos.

menjadi

Bangunan,

Fakultas

Kerusakan

tersebut dialami oleh ke-3 benda uji.
9

Kusuma, Gideon, 1993, Grafik Pedoman

Standar

Nasional

Indonesia,

Pekerjaan Beton Seri beton 2,

Metode

Pengujian

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Saringan

agregat

Mehta, Kumar, P., dan Monteiro, Paulo,
J.

1986. Concrete –

M.,

Microstructure, Properties

and

McGraw-Hill,

New

Materials.
York.
Moran,

Michael,
Howard.

1990,
Analisa

Halus

dan

Agregat Kasar (SNI 03-19681990), Bandung.
Standar

Nasional

Indonesia,

1990,

Metode Pengujian Berat Jenis
dan Penyerapan Agregat Halus

J.,

dan

Shapiro,

N.,

2004.

(SNI 03-1970-1990), Bandung.
Standar Nasional Indonesia, 1990,

Termodinamika Teknik Jilid 1.

Metode Pengujian Kuat Tekan

Penerbit Erlangga. Jakarta.

Beton (SNI 03-0349-1989),

Nawy, E. G., 1990, Beton bertulang
Suatu Pendekatan Dasar, Cetakan
Pertama.

Terjemahan

Bambang

Suryoatmono,

oleh
PT.

Eresco, Bandung.

Bandung.
Standar

Nasional

Metode

Pengujian

Jumlah

(SNI

03-4142-1996),

Bandung.
Standar

2010, Beton Ringan dengan

1996,

Agregat Yang Lolos saringan
No.200

Samsudin, Muchamad, dan Santoso, P.B.,

Indonesia,

Nasional

Indonesia,

1998,

Agregat Kasar Buatan dari

Metode Pengujian Berat Isi Padat

Limbah Kertas Koran, Jurusan

dan Gembur Agregat Halus (SNI

Teknik Sipil, Fakultas Teknik

03-4804-1998,. Bandung.
Susanto, Eka, P., dkk. 2012, Studi

Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia,

Penggunaan

Yogyakarta.

Concrete (FC) dalam Efisiensi

Somayaji, Shan., 2001, Civil Engineering

Energi

Dinding

dan

Foam

Biaya

untuk

Materials, Prentice Hall, New

Pendinginan

Udara

(Air

Jersey.

Conditioner),

Magister

Teknik

Standar

Nasional

Indonesia,

1989,

Sipil,

Manajemen

Metode Pengujian Bata Beton

Konstruksi,

Institut

Untuk Pasangan Dinding (SNI

Bandung, Bandung.

Rekayasa
Teknologi

03-0349-1989), Bandung.

10