pengaruh aktivitas belajar siswa dalam p

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SMAN 1 KANDANGHAUR INDRAMAYU SKRIPSI

Diajukan guna Memenuhi sebagian dari syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Bahiyatul Firdausy Assayidiyah NPM: 842050110014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS WIRALODRA

2014

Motto “Aku hanya akan hidup hari ini karena itu, aku selalu berusaha

membunuh setiap waktu kosong dengan pisau kesibukan”

“ Ya Allah, kepada-Mu kuadukan lemahnya kekuatanku, kekurangan siasatku, dan ketidakberdayaanku menghadapi manusia. Wahai Dzat Yang Maha diantara para

pengasih, Rabb orang-orang yang lemah. Engkau Rabb-ku. Kepada siapa hendak Kau serahkan diriku? Kepada saudaraku yang bermuka masam padaku? Atau kepada musuh yang Kau kuasakan urusanku padanya? Jika Engkau tidak marah kepadaku, maka aku tidak peduli (apa pun sikap orang kepadaku). Hanya saja ampunan-Mu lebih luas bagi diriku. Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang menyinari kegelapan , sehingga dengannya menjadi baik urusan dunia dan akhirat, dari kemarahan-Mu kepadaku atau tidak terima-Mu atas diriku. Milik-Mulah keridhaan hingga Kamu ridha. Tidak ada daya dan upaya selain dengan-Mu ”

(Rasulullah, di lembah Naklah)

Skripsi ini ku persembahkan untuk kedua orang tua, kakak dan adik tercinta sebagai motivator yang selalu memberikan Do’a dan motivasi dalam hidup saya

ABSTRAK

Bahiyatul Firdausy Assayidiyah. 842050110014. Pengaruh Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Pencemaran Lingkungan Di SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu. Skripsi. 2014. Indramayu: Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. Universitas Wiralodra Indramayu

Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, oleh karena itu telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pencemaran lingkungan di SMAN 1 Kandanghaur Indramayu. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan desain penelitian yang digunakan yaitu desain penelitian kausal dengan teknik analisis regresi dan korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu yang berjumlah 287 siswa dengan sampel satu kelas yaitu kelas X SSN-1 yang berjumlah 32 siswa dengan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan teknik tes tertulis berupa 6 soal essai terbuka, dan lembar pengamatan aktivitas siswa. Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data diperoleh persam aan regresi Ŷ = 06747 + 3,0288X dengan nilai r xy == 0,694

dan nilai t hitung = 27,961 t tabel(0,05)(29) =2,045. Karena t hitung >t tabel maka terima H a , artinya aktivitas belajar siswa dalam pembelajarn problem based learning berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pencemaran lingkungan di SMAN 1 Kandanghaur Indramayu. Saran untuk penelitian selanjutnya mengenai kemampuan pemecahan masalah agar menggunakan strategi pembelajaran dan materi serta jenjang yang berbeda seperti startegi inquiri dengan materi sistem respirasi pada tingkat SMP.

Kata kunci : Pengaruh, Problem Based Learning, Kemampuan Pemecahan Masalah, Pencemaran Lingkungan

ii

ABSTRACT

Bahiyatul Firdausy Assayidiyah. 842050110014. The Influence Of Students Learning Activity in Based Learning Model Toward Problem Solving Ability On Environmental Pollution Materials In SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu. Skripsi. 2014. Indramayu: Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. Universitas Wiralodra Indramayu

The ability of students problem solving in the learning process was still lacking. Therefore, this research aims to know the influence of students learning activity in based learning model towards problem solving ability on environmental pollution material in SMAN 1 Kandanghaur Indramayu. The type of this research is a quantitative method and used causal research design with regression analysis and correlation techniques. The population in this research were all students of class X SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu, amounting to 287 students with a sample of the class X class SSN-1, amounting to 32 students with cluster random sampling technique. Technique instruments of this research are written test about 6 essays, and sheets of students' activities observation. After processing and analysing of the data obtained by the regression equation Y = 06 747 + 3,0288X with r xy = 0.694 and t = 27,961 t table (0.025) (29) =

2.045. Because t count > t table then accept H a . That's why this learning activity students of problem based learning model is influence for students' problem solving ability on environmental pollution material in SMA 1 Kandanghaur Indramayu. Suggestions for further research on the problem-solving ability to use instructional strategies and materials as well as different levels such as the inquiry strategy with material respiratory system at junior level.

Keywords: Influence, Problem Based Learning, Problem Solving Ability,

Environmental Pollution

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil„alamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala kenikmatan, kesehatan, rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Pencemaran Lingkungan Di SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu ”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Wiralodra Indramayu. Dalam proses penyusunan skripsi ini. Penlis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik materil maupun moril. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua yang tersebut berikut ini,

Kepada Bapak Drs. Aan Juhana Senjaya, M.Pd., M.M., selaku Dekan FKIP Universitas Wiralodra Indramayu dan Penguji I pada sidang skripsi yang telah memberikan saran dan solusinya serta kebijakan-kebijakan yang membawa banyak manfaat untuk penulis. Ibu Sri Lelis M., S.Pd., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang senantiasa memberikan pelayanan terbaik untuk mahasiswanya. Bapak Drs. M. Muflih Muhadjir,M.Si., selaku Pembimbing

I dan Ibu Dra. H. Uus Uslicha S., selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta memberikan dukungan, motivasi dan saran kepada penulis selama pembuatan skripsi. Bapak Drs. H. Agus Yadi, M.I.L selaku Penguji I pada seminar proposal dan sebagai Penguji II pada sidang skripsi, Bapak H. Syamsuni, M.Pd selaku Penguji II pada seminar proposal

iv iv

Kepada Bapak Dr. H. Ahmad, M.Ag., selaku kepala SMA Negeri 1 Kandanghaur, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan pembelajaran sebagai aplikasi dari penelitian ini. Bapak Mohammad Fatikhin, S.T., selaku guru bidang studi biologi yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengajar dikelas X SSN-1, serta kepada siswa-siswa kelas X SSN-1 yang mau bekerja sama dalam penelitian ini.

Kepada seluruh dosen Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Wiralodra Indramayu yang telah memberikan pengetahuan akademis dan non akademis kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Bapak Santoso Eureka selaku staf TU yang telah memberikan kemudahan pada penulis untuk melengkapi administrasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2010 yang saling membantu dan memberikan motivasi. Serta Semua pihak tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan. Teriring doa semoga Allah SWT, memberikan balasan yang terbaik bagi semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini,. Amin

Indramayu, Juli 2014

Penulis

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Problem Based Learning

15 Tabel 3.1

29 Tabel 3.2

Jadwal Kegiatan Penelitian

31 Tabel 3.3

Kisi-Kisi Soal Kemampuan Pemecahan Masalah

41 Tabel 3.4

Contoh Ringkasan ANAVA

42 Tabel 4.1

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

46 Tabel 4.2

Hasil Uji Coba Instrumen

47 Tabel 4.3

Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen

48 Tabel 4.4

Hasil Pengolahan Aktivitas Siswa

Distribusi Frekuensi Aktivitas Siswa

Tabel 4.5 Frekuensi Perolehan Skor Total Tingkat Keaktifan

49 Tabel 4.6

Rata-rata Skor Total Aspek Kegiatan dan Indikator

50 Aktivitas Siswa

Tabel 4.7 Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

52 Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

Tabel 4.9

Frekuensi Perolehan Skor totaltingkat kemampuan pemecahan masalah

Tabel 4.10

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Tiap

54 Indikator

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Persamaan Regresi

Tabel 4.12 Hasil Uji Linieritas

Tabel 4.13 Regresi Hasil Uji Hipotesis dan KP

DAFTAR GAMBAR

Pencemaran air oleh limbah domestik

Pencemaran saluran drainase oleh limbah cair pabrik kerupuk di Desa Kenanga

20 Indramayu

Gambar 2.3 Pencemaran saluran drainase oleh limbah

domestik di Desa Kenanga Indramayu

Gambar 2.4 Contoh eutrofikasi pada danau

21 Gambar 2.5

24 Gambar 3.1

Kerangka berpikir

28 Gambar 3.2

Desain analisis

Prosedur penelitian

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perangkat Pembelajaran

74 Lampiran B Instrumen Penelitian

86 Lampiran C Hasil Uji Instrumen

106 Lampiran D Hasil Analisis Data

136 Lampiran E Dokumentasi

150 Lampiran F

Surat-surat 153 Lampiran G

Tabel-tabel 161

xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Biologi bagian dari Sains, dan dalam pendidikan Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat sekolah menengah atas. Materi dan konsep-konsep pembelajaran biologi banyak berhubungan dengan gejala dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran biologi SMA-MA, Mata Pelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analistis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar.

Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat, seperti yang dikatakan secara ringkas oleh Made Wena (2011:53) bahwa kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masa depannya. Menurut Utami Dewi dkk (2014:3), “Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan permasalahan melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif p emecahan, dan memilih pemecahan yang paling efektif”.

“Kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran biologi di SMAN 24 Bandung pada tahun 2009 tergolong kategori cukup yaitu

sebesar 66,95 %” (Rhida, 68:2009). Sedangkan penelitian di Indramayu 1 mengenai kemampuan pemecahan masalah siswa dalam mata pelajaran

biologi belum banyak dilakukan. Realita yang mendasari alasan tersebut adalah adanya pengalaman penulis pada waktu PPL, masih ditemukannya penilaian yang dilakukan oleh guru hanya mengukur kognitif siswa pada tingkat ingatan dan pemahaman belum mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi terutama kemampuan memecahkan masalah. Model pembelajaran yang digunakan beberapa guru belum mengarah pada pembelajaran yang meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa karena masih menggunakan pembelajaran klasik atau ceramah.

Guru menjadi sumber informasi dan pengetahuan sehingga membuat proses belajar lebih banyak menekan siswa ke arah pemahaman konsep. Guru juga jarang mengajak siswa untuk aktif dalam bertanya atau berpendapat di dalam kelas, hal ini terlihat pada saat diberikan pertanyaan, hanya beberapa siswa saja yang menjawab pertanyaan dari guru.

“Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar ” (Ahmad Fauzan, 2013:9), tetapi peran serta siswa dalam proses pembelajaran di sekolah masih kurang yakni hanya sedikit siswa yang menunjukkan keaktifan berpendapat dan bertanya. . Pendapat dan pertanyaan yang dibuat siswa juga belum mengarah kepada pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.

Kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa dan aktivitas belajar dalam proses pembelajaran, dikarenakan guru belum menggunakan pembelajaran berbasis masalah untuk melatih siswa dalam memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari.

Menurut Wina Sanjaya (2008:15-16) secara ringkas, sebagai perencana guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana dan desain pembelajaran. Selain itu, harus bisa memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. “Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangnya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning ” (Rusman: 2013:229).

Menurut Woods (2000) yang dikutip oleh Taufiq Amir (2013:13), Problem Based Learning (PBL) dapat membantu peserta didik membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim dan berkomunikasi. Sejalan dengan pendapat Siswanto dkk (2012:54), Problem Based Learning dikembangkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan intelektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk bertanggung jawab pada proses pembelajaran mandiri sekaligus mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah.

Pemilihan materi pencemaran lingkungan merupakan salah satu materi yang membahas mengenai masalah yang ada pada lingkungan terutama masalah pembuangan limbah oleh beberapa pabrik kerupuk dan pabrik tahu di wilayah Indramayu. Melihat kondisi demikian perlu adanya penerapan materi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam memberikan solusi untuk menunjang hasil belajar dan menjadikan proses belajar mengajar optimal agar tujuan pembelajaran tercapai.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran

Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan Di SMAN 1 Kandanghaur

Indramayu ”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1) Masih ditemukan penilaian mata pelajaran biologi yang bersifat kognitif pada tingkat ingatan dan pemahaman.

2) Masih ditemukan model pembelajaran klasik atau ceramah dan belum mengarah pada pembelajaran yang meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

3) Belum banyak dilakukan penelitian mengenai kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran biologi di Indramayu.

4) Proses belajar banyak menekan siswa ke arah pemahaman konsep, siswa belum dihadapkan dengan permasalahan pada kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah.

5) Peran serta siswa dalam proses pembelajaran kurang menunjukan keaktifan berpendapat dan bertanya.

6) Pendapat dan pertanyaan yang dikemukakan siswa dalam pembelajaran belum mengarah kepada pemecahan masalah.

7) Belum ada proses pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada konsep pencemaran lingkungan di SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu.

1.3. Batasasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini dapat terarah dan dipahami perlu adanya batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1) Aktivitas belajar yang diukur dalam penelitian ini dibatasi pada dimensi visual activities , motor activities, emotional activities, listening activities, oral activities , writing activities, mental activities dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) sebagai model pembelajaran.

2) Indikator kemampuan pemecahan masalah yang diukur dalam penelitian ini dibatasi pada indikator mendefinisikan masalah, mendiagnosis 2) Indikator kemampuan pemecahan masalah yang diukur dalam penelitian ini dibatasi pada indikator mendefinisikan masalah, mendiagnosis

3) Materi biologi pada penelitian ini dibatasi pada materi pencemaran lingkungan air khususnya pada sumber, dampak, dan cara menanggulanginya yang sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

4) Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap Tahun Ajaran 2013/2014 di SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalahnya adalah “Apakah aktivitas siswa dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pencemaran di SMAN 1 Kandanghaur Indramayu?”

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pencemaran lingkungan di SMAN 1 Kandanghaur Indramayu.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu terdiri dari, manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa informasi bahwa Problem Based Learning dapat dijadikan salah satu inovasi pembelajaran bagi perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada pengembangan ilmu pengetahuan dan proses pembelajaran untuk mengukur pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan berpikir siswa.

Manfaat praktis dari hasil penelitian, bagi siswa yaitu dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran biologi, mengajarkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok, memecahkan masalah bersama, berpendapat dan bertanggung jawab. Sedangkan bagi Guru yaitu dapat menambah wawasan tentang model pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran, dan memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran biologi khususnya yang terkait dengan kemampuan memecahkan masalah. Adapun bagi institusi yaitu, memberikan masukan atau saran dalam upaya mengembangkan suatu proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa di Indramayu sehinggga meningkatkan sumber daya pendidikan untuk menghasilkan output yang berkualitas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kemampuan Pemecahan Masalah

Menurut W. Gulo (2008:113) dan Wina Sanjaya (2011:216) secara ringkas, hakikat masalah ialah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dengan kondisi yang diinginkan, atau antara kenyataan dengan apa yang diharapkan. “Masalah dapat mendorong keseriusan, inquiry, dan berpikir dengan cara yang bermakna dan sangat kuat atau powerful” (Rusman, 2013:230).

Penyelesaian masalah didefinisikan secara ringkas oleh W.Gulo (2008:113) adalah proses memikirkan dan mencari jalan keluar bagi masalah tersebut. Sedangkan menurut Paidi (2010:2) secara ringkas, adalah proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.

“Menyelesaikan masalah dilakukan dengan berpikir” (Tabrani Gani dkk, 2011:2). Menurut Devi (2012:22) secara ringkas, ada empat ketrampilan berpikir, yaitu menyelesaikan masalah (problem solving), membuat keputusan (decision making), berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Semuanya bermuara pada ketrampilan berpikir tingkat tinggi yang meliputi aktivitas seperti analisis, sintesis dan evaluasi.

Hakikat kemampuan pemecahan masalah menurut Made Wena (2011:52) adalah “Melakukan operasi prosedural urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistematis, sebagai seorang pemula (novice) memecahkan suatu masalah”. Menurut Paidi (2010:2-3) secara ringkas, kemampuan untuk

melakukan pemecahan masalah bukan saja terkait dengan ketepatan solusi yang diperoleh, melainkan kemampuan yang ditunjukkan sejak mengenali masalah, menemukan alternatif-alternatif solusi, serta mengevaluasi jawaban yang telah diperoleh. Ada banyak langkah pendekatan dalam memecahkan masalah.

Abdul Majid (2013:213) mengemukakan secara ringkas bahwa langkah yang digunakan dalam pemecahan masalah adalah merumuskan masalah, merumuskan jawaban sementara (hipotesis), mengumpulkan dan mencari data/fakta, menarik kesimpulan atau melakukan generalisasi, dan mengaplikasikan temuan ke dalam situasi baru. Sedangkan Wina Sanjaya (2011:217) secara ringkas mengemukakan lima langkah penyelesaian masalah melalui kegiatan kelompok, yaitu mendefinisikan masalah, mendiagnosis masalah, merumuskan alternatif strategi, menentukan dan menerapkan strategi pilihan, dan melakukan evaluasi keberhasilan strategi.

“Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang dikaji” (Wina Sanjaya, 2011:217). Menurut W.Gulo (2008:117) secara ringkas mengemukakan bahwa mendefinisikan masalah

dari suatu peristiwa bukanlah pekerjaan yang mudah dan penyelesaian masalah sangat tergantung pada pemahaman terhadap masalah itu sendiri.

“Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor” (Wina Sanjaya, 2011:218). Menurut W. Gulo (2008:117), “Suatu masalah muncul karena dua faktor baik

faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah”.

“Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas” (Wina Sanjaya, 2011:218).

Untuk itu menurut W. Gulo (2008:120) secara ringkas dalam merumuskan alternatif strategi harus kreatif, berpikir secara divergen, memahami pertentangan di antara berbagai ide, dan memiliki daya temu yang tinggi. Setiap alternatif harus dapat diperinci dengan jelas.

“Menentukan dan menerpakan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan” (Wina Sanjaya, 2011:218). Sedangkan secara ringkas menurut W. Gulo (2008:121) pada tahap ini, penyelesaian memiliki dua aspek yaitu: pengambilan keputusan (decision making) dan penerapan keputusan (decision

implementation ). Pengambilan keputusan yaitu proses menetukan suatu pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Sedangkan penerapan keputusan yaitu proses untuk menentukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan keputusan.

Melakukan evaluasi keberhasilan strategi , menurut Wina Sanjaya (2011:218), “Terdapat dua evaluasi dalam tahap ini yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan”.

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas, langkah penyelesaian masalah seperti mendefinisikan masalah, mendiagnosis masalah, merumuskan alternatif strategi, menentukan dan menerapkan strategi pilihan, serta melakukan evaluasi keberhasilan strategi adalah langkah-langkah yang digunakan penulis sebagai indikator pemecahan masalah.

2.2. Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Problem Based Learning

2.2.1. Aktivitas Belajar Siswa

Menurut Hamdani (2011:47) secara ringkas, pembelajaran pasti mempunyai tujuan yaitu membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku manusia. Secara ringkas Djamarah (2008: 38) mengemukakan bahwa aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik.

Sardiman (2011: 22) mengemukakan belajar adalah, “Suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep atau pun teori”.

Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh siswa baik fisik maupun mental/non fisikdalam proses pembelajaran atau suatu bentuk interaksi (guru dan siswa) untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut kognitif, afektik dan psikomotor dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Sardiman (2011:101) menyatakan bahwa jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah antara lain sebagai berikut:

“(1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; (2) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, musik, pidato; (3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan; uraian, percakapan, diskusi, angket, menyalin; (4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin; (5) Drawing activities, misalnya megambar, membuat grafik, peta, diagram; (6) Motor activities, yang termasuk didalam antara lain : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak; (7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan; (8) Emotional ectivities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup”.

Jadi dengan klasifikasi aktivitas, menunjukan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Dari jenis –jenis aktivitas belajar yang dikemukakan maka dijadikan sebagai pedoman membuat lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

2.2.2. Pengertian Model Problem Based Learning

“Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar” (Agus Suprijono, 2013:46). Sedangkan pendapat Rusman (2013:132) bahwa, “Model

pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa”.

Menurut Made Wena (2011:91) secara ringkas, PBL merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan- permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Sama halnya dengan pendapat Rusman (2013:230) yang secara ringkas, PBL membantu untuk meningkatkan perkembangan ketrampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. PBL memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan ketrampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain.

Berdasarkan pendapat para ahli, penulis menyimpulkan bahwa model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang membantu peserta didik untuk mengembangkan keaktifan dalam kegiatan penyelidikan. Selain itu model PBL dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam upaya menyelesaikan masalah.

2.2.3. Karakteristik Problem Based Learning

Karakteristik problem based learning Menurut Wina Sanjaya (2011:214) yaitu,

“Ciri utama strategi pembelajaran berdasarkan masalah yang pertama adalah rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah dan menghafal namun dititikberatkan pada kegiatan peserta didik dalam berpikir, berkomunikasi, mengolah data dan menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, dalam proses pembelajaran perlu adanya masalah yang diteliti. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah, berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir melalui tahapan-tahapan tertentu sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah

berdasarkan pada data fakta yang jelas.”

Menurut Richard I. Arends (terj, Helly Prajitno dkk, 2008:42), “Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki karakteristik yaitu pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin,

menghasilkan produk dan mempublikasikan, serta kolaborasi”. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli, penulis menyimpulkan bahwa karakteristik model pembelajaran berdasarkan masalah adalah menekankan pada upaya penyelesaian permasalahan. Siswa dituntut aktif

penyelidikan

autentik,

untuk mencari informasi dari segala sumber berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi. Hasil analisis peserta didik nantinya digunakan sebagai solusi permasalahan yang dikomunikasikan.

2.2.4. Langkah Proses Problem Based Learning

Menurut Richard I. Arends (terj, Helly Prajitno, 2008:57), sintaks untuk model Problem Based Learning (PBL) dapat disajikan pada Tabel

Tabel 2.1 Sintaks Model Problem Based Learning (PBL)

Fase

Indikator

Tingkah laku guru

1 Memberikan orientasi Menjelaskan tujuan tentang

pembelajaran,

permasalahannya mendeskripsikan logistik kepada siswa

yang

diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

2 Mengorganisasikan

siswa siswa untuk meneliti

Membantu

mendefinikan

dan mengorganisasikan

tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya

3 Membantu investigasi Mendorong siswa untuk mandiri dan kelompok mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan dan solusi

4 Mengembangkan dan Membantu siswa dalam mempresentasikan

dan hasil karya (artefak menyiapkan karya yang dan exhibit)

merencanakan

sesuai

seperti laporan,

video, dan membantu mereka untuk menyampaikannya

rekaman

kepada

orang lain.

5 Menganalisis

siswa untuk mengevaluasi proses melakukan refleksi atau pemecahan masalah

dan Membantu

evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

Sintaks yang dikemukakan di atas sudah jelas. Secara umum langkah pembelajarannya diawali dengan pengenalan masalah kepada

siswa. Selanjutnya siswa diorganisasikan dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi pemecahan dan penyelesaian masalah. Hasil dari analisis kemudian dipresentasikan kepada kelompok lain. Akhir pembelajaran guru melakukan klarifikasi mengenai hasil penyelidikan siswa.

2.2.5. Keunggulan Problem Based Learning

Keunggulan model Problem Based Learning menurut Wina Sanjaya (2011: 220) diantaranya adalah teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran, dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, dapat membantu siswa mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata, dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya, dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran merupakan cara berpikir yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja, dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus

menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir, dan PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

Menurut Taufiq Amir (2013:27) PBL mempunyai peluang untuk membangun kecakapan hidup (life skillI) siswa, siswa terbiasa mengatur dirinya sendiri (self directed), berpikir metakognitif (reflektif dengan pikiran dan tindakannya), berkomunikasi dan berbagai kecakapan terkait, seperti meningkatnya kecakapan pemecahan masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkat pemahamannya, meningkat pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktik, mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerja sama, kecakapan belajar dan memotivasi siswa.

2.3. Pencemaran

2.3.1. Definisi Pencemaran lingkungan

Pencemaran lingkungan menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup No 32 Tahun 2009 adalah “Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan ”. Menurut Kus Dwiyatmo (2007:10) “Pencemaran ialah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat pencemar, atau komponen lain ke dalam lingkungan, sehingga menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi sesuai dengan pembentukkannya ”.

2.3.2. Macam-macam Pencemaran

Menurut Kus Dwiyatmo (2007:11-12) Berdasarkan sifat zat yang mencemari, pecemaran lingkungan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

“Pencemaran fisik adalah pencemaran yang disebabkan oleh zat padat, zat gas, zat cair dan gas. Contohnya pencemaran fisik antara lain, pembuangan limbah industri atau asap

kendaraan bermotor. Pencemaran biologis adalah pencemaran yang disebabkan oleh mikroba penyebab penyakit. Contohnya pada tempat pembuangan sampah akhir selain pencemaran fisik juga pencemaran biologis. Pencemaran kimiawi adalah pencemaran yang disebabkan oleh zat-zat kimia. Contoh pencemaran kimiawi ini antara lain, tercemarn ya oleh senyawa DDT”

“Pencemaran dapat dibedakan menjadi pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air” (Kus Dwiyatmo, 2007: 11-12). Namun, dalam penelitian ini hanya menjelaskan tentang pencemaran air

2.3.3. Pencemaran Air

Menurut Kus Dwiyatmo (2007:15), “Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga menyebabkan kualitas air turun dan tidak dapat digunakan s esuai dengan fungsinya”. Materi yang akan disajikan pada penelitian ini adalah sumber pencemaran air, penyebab pencemaran air, dampak pencemaran air, dan cara penanggulangan pencemaran air. Khususnya pencemaran air di daerah industri kerupuk Indramayu.

Sumber pencemaran air. “Pada umumnya, pencemaran air disebabkan oleh aktivitas manusia” (Ricki, 2005:46). Secara ringkas

menurut Kus Dwiyatmo (2007:17) dan Tresna (2009:124), berdasarkan jenis kegiatannya sumber pencemaran air dibedakan menjadi: (1) limbah industri pengolahan berupa limbah cair berasal dari pembuangan sisa produksi, lahan pertanian, peternakan; (2) sumber domestik atau limbah rumah tangga.

Menurut Kus Dwiyatmo (2007:17), “Yang dimaksud dengan limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari rumah tangga, kantor, hotel, restoran, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar, perkantoran, dan rumah sakit”. Tresna (2009:123) mengemukakan secara ringkas bahwa sumber domestik terdiri atas zar organik baik berupa zat padat atau zat cair, bahan berbahaya dan beracun (B3), serta bakteri contohnya E.coli. Adapun contoh pencemaran air yang berasal dari limbah domestik atau limbah rumah tangga dapat terlihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Pencemaran Air Oleh Limbah Domestik (Sumber: http://sentanaonline.com/public/images/news

/gallery/19072012_113204.jpg)

Menurut Hamdani Abdulgani (2013:12) secara ringkas bahwa,

“Sumber limbah cair pada industri kerupuk di dapat dari proses pembuatan kerupuk ikan yang berasal dari sisa air pencucian ikan dan air es yang sudah mencair dari proses pembaceman serta dari pencucian alat – alat produksi kerupuk. Limbah cair tersebut dibuang tanpa pengolahan ke saluran drainase. Keadaan ini diperburuk dengan warga yang membuang limbah domestik dan rumah tangga juga ke saluran drainase.

Contoh saluran drainase yang tercemar dapat dilihat pada Gambar

2.2 dan 2.3

Gambar 2.2 Pencemaran Saluran Drainase Oleh Limbah Cair Pabrik Kerupuk Di Desa Kenanga Indramayu (Jumat, 16/05/2014)

Gambar 2.3 Pencemaran Saluran Drainase

Oleh Limbah Domestik

Di Desa Kenanga Indramayu (Jumat, 16/05/2014)

Penyebab pencemaran air . Menurut Kus Dwiyatmo (2007:17-

18) secara ringkas, penyebab pencemaran air secara umum dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Adapun pencemar air terdiri dari: pencemar fisik, pencemar biologis, pencemar kimia dan pencemar radioaktif.

Dampak pencemaran air. Menurut Kus Dwiyatmo (2007:21) bahwa, “Air yang tercemar akan berdampak bagi kehidupan

makhluk hidup, karena air merupakan sumber dari segala kehidupan. Pencemaran air yang terjadi berdampak sangat luas, diantaranya dapat meracuni sumber makanan makhluk hidup, menyebabkan gangguan kesehatan dan berdampak ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, kerusakan hutan akibat hujan asam. Akibat kegiatan pertanian dalam pemberian pupuk yang berlebihan dapat menimbulkan dampak pada tumbuhan yang mengalami pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali atau eutrofikasi”

Contoh eutrofikasi pada danau dapat dilihat pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Contoh Eutrofikasi Pada Danau (Sumber: http://www.scienceclarified.com/images/

uesc_05_img0239.jpg)

“Dampak yang terjadi terhadap lingkungan hidup akibat dari limbah cair industri kerupuk di Desa Kenanga diantaranya adalah dampak

terhadap air permukaan, dampak terhadap sosial dan estetika ” (Hamdani Abdulgani, 2013:13).

Cara menanggulangi pencemaran air. Menurut Kus Dwiyatmo (2007:46) cara menanggulangi pencemaran air dapat dilakukan antara lain: “(1) mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap

hari dengan cara mendaur ulang (recycle), dan mendaur pakai (reuse); (2) memperhatikan bahan kimia yang kita buang setelah kita pakai; (3) menggunakan instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah yang dioperasikan dan dipelihara baik, sehingga mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar; (4) memanfaatkan mikroorganisme atau pengolahan secara biologis yaitu pengolahan secara aerob, pengolahan secara anaerob dan pengolahan fakultatif”.

2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan yang dapat dijadikan rujukan untuk memperkuat penelitian yang akan penulis lakukan. Adapun penelitian yang relevan terhadap penelitian ini meliputi:

Muchamad Afcariono (2008), dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi ”, menyatakan penerapan PBL pada mata pelajaran Biologi ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa kelas X-A SMAN 1 Ngantang. Hal ini dapat dilihat melalui adanya perubahan pada pola pikir siswa berdasarkan tingkatan kognitif. Kemampuan bertanya dan menjawab siswa meningkatkan dari kemampuan berpikir tingkat rendah menjadi berpikir tingkat tinggi.

Utami Dewi dkk (2014), dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika

melalui Pengendalian Bakat Numerik Siswa SMP ”, dengan hasil nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang belajar dengan model PBL lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung. Pada siswa yang belajar dengan model PBL mampu menunjukan pemahaman konsep yang jelas terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang berkaitan dengan masalah, siswa juga sangat mampu dalam mengidentifikasi variabel kemudian menyatakannya dalam bentuk-bentuk simbol.

Siswanto dkk (2012), dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Kelas VII SMPN 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 ”, menyatakan penerapan PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah biologi dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kognitif di SMP Negeri 14 Surakarta.

2.5. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan paradigma penelitian atau kerangka berpikir dengan memfokuskan variabel-variabel penelitian sebagai pola hubungan antara variabel yang akan diteliti. Paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah

yang perlu dijawab melalui penelitian. Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir paradigma dalam penelitian ini yaitu dapat dilihat pada Gambar 2.5

Ada tidaknya

Aktivitas Belajar Siswa

Kemampuan dalam Pembelajaran

pengaruh

Pemecahan Masalah

Siswa (Y)

Problem Based Learning

(X)

Lembar Postes Materi

Observasi Pencemaran

Teknik Analisis Regresi

Tidak Ada Ada Pengaruh

Pengaruh

Kemampuan

Korelasi Pearson Koefisien

Pemecahan

Product Momen

Determinasi

Masalah Siswa

Sumbangan efektif variabel X

terhadap variabel Y

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir Pengaruh Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan Di SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu

Gambar 2.5 menjelaskan bahwa model pembelajaran problem based learning akan memberikan dampak berupa aktivitas belajar siswa dapat dilihat melalui penilaian lembar observasi. Kemampuan pemecahan masalah akan diperoleh dari tes tertulis (postes) yang penerapannya berjumlah 6 soal

essay terbuka. Model pembelajaran problem based learning akan diteliti pengaruhnya terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pencemaran lingkungan air di SMA Negeri 1 Kandanghaur dengan teknik analisis regresi sederhana. Dengan menggunakan uji korelasi akan diketahui ada tidaknya pengaruh aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Jika terdapat pengaruh maka akan dihitung besarnya pengaruh dengan menghitung koefisien determinasinya, sehingga dapat diketahui apakah aktivitas belajar siswa model pembelajaran problem based learning berpengaruh tinggi atau rendah terhadap kemampuan pemecahan masalah.

2.6. Definisi Operasional

Menurut Azrul Azwar dan Joedo Prihartono (2003:43), definisi operasional yakni rumusan pengertian variabel yang akan dipakai sebagai pegangan dalam pengumpulan data. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu kemampuan pemecahan masalah siswa sebagai variabel terikat (variabel dependen) dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai variabel bebas (variabel independen).

Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan pengajaran dengan masalah – masalah pada pencemaran air khususnya sumber pencemaran air, penyebab pencemaran air, dampak pencemaran air, dan cara penanggulangan pencemaran air yang sesuai dengan Standar Kompetensi (SK)

dan Kompetensi Dasar (KD), pembelajaran ini baik digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dan aktivitas belajar siswa.

Aktivitas belajar siswa yang diperhatikan pada penelitian ini adalah: (1) memperhatikan apa yang disampaikan guru; (2) bekerja sama dengan satu kelompok; (3) kesungguhan siswa berdiskusi dalam memecahkan masalah; (4) mengamati kegiatan presentasi; (5) bertanya dan mengemukakan pendapat pada kegiatan presentasi; (6) mengerjakan postes; (7) membuat kesimpulan.

Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam penelitian ini ialah kemampuan individu pada ranah kognitif dengan menggunakan proses berpikir untuk memecahkan masalah pada masalah pencemaran air setelah pembelajaran menggunakan Problem Based learning.

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan asumsi yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran problem based learning berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pencemaran lingkungan di SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, menurut Sugiyono (2012:14) metode kuntitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode kuantitatif disebut juga dengan metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis (Sugiyono, 2012:13).

3.2. Desain Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian kausal dengan menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain (Husein Umar, 2008:10), dengan desain analisisnya sebagai berikut:

X Y Gambar 3.1 Desain analisis

(Sugiyono, 2012:66) Keterangan:

X : aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Y : Penilaian kemampuan pemecahan masalah setelah dilakukan pembelajaran PBL r

: pengaruh aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PBL dengan nilai kemampuan pemecahan masalah setelah PBL

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generlisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:117). Sedangkan sampel ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012:118). Sampel yang diambil harus mewakili dari suatu populasi atau bersifat representatif.

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-SSN SMA Negeri 1 Kandangahaur Indramayu. Terdapat 9 kelas dengan jumlah 287 siswa. Terdiri dari 88 siswa laki-laki dan 199 siswa perempuan.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini, peneliti mengambil satu kelas yaitu kelas X SSN-1 di SMAN 1 Kandanghaur Indramayu, dengan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 siswa. Terdiri dari 10 siswa laki- laki dan 22 siswa perempuan.

3.3.3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara cluster random sampling . Cluster random sampling ialah teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengundi kelas untuk dijadikan sampel (Fransisca, 2006:5). Dari seluruh kelas X di SMA Negeri

1 Kandangahur Indramayu yang terdiri dari 9 (sembilan) kelas yang kemudian melakukan pengundian dan terpilih satu kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas X SNN-1.

3.4. Waktu dan Tempat Penelitian