EJAAN DAN TATA BAHASA MAKALAH
EJAAN DAN TATA BAHASA
MAKALAH
Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Oleh :
Intan Faoziyah
:
2013143011
Jaidi Yusuf
:
2013141323
Moh. Ridwan Haqi
:
2013141834
Wendi Saputra
:
201314
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta langit dan
bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayangNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tanpa ada halangan
apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.. Tak lupa pula shalawat dan salam
penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah diutus ke bumi
sebagai lentara bagi hati manusia, Nabi yang telah membawa manusia dari zaman
kebodohan menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan yang luar biasa seperti saat
ini.
Makalah yang berjudul ”EJAAN DAN TATA BAHASA” disusun sebagai salah
satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia pada Jurusan Teknik Informatika, Fakultas
Teknik, Universitas Pamulang.
Selama proses penulisan makalah ini, penulis mengalami beberapa hambatan
maupun kesulitan yang terkadang membuat penulis berada di titik terlemah. Maka
selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Kasih, M.Pd selaku pembimbing
2. Ayah dan ibu penulis yang telah memberi doa restu, dan dorongan yang tak
pernah putus.
3. Teman-teman 04 TPLP C yang selalu memberi semangat, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan
makalah ini yang tak luput dari kekurangan. Sehingga dibutuhkan saran dan kritik yang
membangun untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Semoga Allah SWT menilai ibadah yang penulis kerjakan dan senantiasa membimbing
kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Amien.
Pamulang , April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
1.4 Manfaat...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Tinjauan Studi........................................................................................4
2.2 Landasan Teori.......................................................................................5
2.2.1 Hakikat Ejaan...............................................................................5
2.3 Ejaan.......................................................................................................5
2.3.1 Pengertian Ejaan...........................................................................5
2.3.2 Perkembangan Ejaan, Persamaan Dan Perbedaan Ejaan.............8
2.3.3 Fungsi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)...............................11
2.3.4 Penggunaan Huruf Kapital.........................................................12
2.3.5 Penulisan Tanda Baca.......................................................................17
2.3.6 Penulisan Akronim dan Singkatan....................................................29
2.3.7 Penulisan Angka dan Lambang.........................................................30
2.3.8 Penulisan Kata Asing atau Huruf Miring..........................................33
2.3.9 Penulisan Kata...................................................................................34
BAB III PENUTUP................................................................................................4
3.1 Kesimpulan...........................................................................................39
3.2 Saran.....................................................................................................39
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Huruf Abjad..................................................................................6
Tabel 1.2 Hueur Vokal.................................................................................6
Tabel 1.3 Huruf Konsonan...........................................................................7
Tabel 1.4 Huruf Diftong...............................................................................8
Tabel 1.5 Pemakaian Huruf Di Tiga Ejaan................................................11
Tabel 1.6 Kata Ganti Orang.......................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam pemakaian Bahasa Indonesia sering kali kita jumpai kata-kata yang dieja
atau diucap dengan tidak tepat. Kesalahan dalam pengejaan atau pengejaan kata-kata
tertentu sering kita baca dan kita dengar. Kesalahan pengucapan kata-kata itu kadang
terdapat di kesalahan ejaan.
Dalam pemakaian Bahasa Indonesia dalam situasi resmi, salah eja atau salah
ucap hendaknya dihindari. Dengan kata lain sebaiknya dalam situasi resmi kita
menggunakan ejaan yang baku. Salah eja atau salah ucap kadang terjadi karena
pengaruh tata bahasa atau dialek. Misalkan Senin, Rabu, Kamis, Nomor, sering dieja
atau diucap Senen, Rebo, Kemis, Nomer. Kadang ejaan sudah benar tetapi diucap
dengan tidak benar.
Salah eja sering dijumpai dalam penulisan kata-kata yang berasal dari bahasa
asing contoh: sistim, kongkrit, kwitansi, resiko. Ejaan yang benar pada kata-kata
tersebut adalah sistem, konkrit, kuitansi, risiko. Ejaan digunakan agar pembaca lebih
memahami makna kata, untuk membedakan atau diskriminasi dalam makna, dan lain
sebagainya.
Sedangkan tata bahasa merupakan hal yang penting karena dengan tata bahasa
yang baik dan benar akan memperlihatkan karakter seseorang atau pribadi dalam
berinteraksi satu sama lain.
Tata bahasa dipandang dari segi waktu dapat dibedakan atas tata bahasa sejarah
(historical grammer) dan tata bahasa deskriptif (descriptive grammer). Jika dipandang
dari segi penggarapan bahan, tata bahasa dapat dibagi menjadi tata bahasa tradisional
(traditional grammer) dan tata bahasa modern (modern grammer).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tim penyusun mengajukan
beberapa rumusan masalah, di antaranya:
1. Apakah EYD itu?
2. Apa saja macam ejaan yang ada dalam Bahasa Indonesia?
3. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam EYD?
4. Bagaimakah penggunan tanda baca yang sesuai dengan kaidah yang berlaku
dalam EYD?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh tim penyusun adalah:
1. Mengetahui pengertian EYD.
2. Mengetahui jenis-jenis ejaan.
3. Mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku dalam EYD.
4. Mengetahui dan memahami tanda baca yang ada di dalam Bahasa
Indonesia dan cara penggunaannya yang baik.
1.4
Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah keilmuan pada bidang studi Bahasa Indonesia
khususya mengenai Ejaan dan Tata Bahasa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Makalah Ejaan dan Tata Bahasa ini sebagai jawaban dari perumusan
masalah yang penulis uraikan lebih mendalam. Serta sebagai acuan untuk
memperbaiki karya yang penulis buat.
b. Bagi Pembaca
Supaya makalah ini dapat memberi atau menambah wawasan anda akan
pentingnya ejaan dan tata bahasa yang baik dan benar. Serta membuat
pembaca
lebih mudah dalam
memahami
bacaan.
Pembaca dapat
belajarbagaimana cara membuat ejaan yang benar.
c. Bagi Dunia Pendidikan
Untuk memberi pembelajaran dalam bertata bahasa dan pengejaan dalam
situasi yang formal. Serta diharap dapat memberi motivasi lebih kepada
kalangan peserta didik mengenai ejaan.
d. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini diharapkan penulis dapat menjadi bahan pijakan atau
referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai ejaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Tinjauan Studi
Dalam penelitian ilmiah atau membuat sebuah makalah pengertiaan ejaan
sangatlah beragam. Dalam makalah ini peneliti mengambil dua buku sebagai tinjauan
studi.
Dalam buku
PENGAJARAN EJAAN BAHASA INDONESIA yang ditulis
Prof. Dr. Henry Guntur Taringan menyebutkan bahwa Ejaan adalah cara atau aturan
menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa.
Sedangkan dalam buku BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN
TINGGI cetakan pertama disebutkan Ejaan merupakan keseluruhan peraturan
melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata huruf,
dan tanda baca.
Kalau kita berbicara mengenai tunjuan, tidak dapat disangkal bahwa tujuan yang
tersebar luas dan dapat diterima umum bagi pengajaran adalah membantu menulis katakata yang diperlukan dalam menyajikan karya tulis.
Bidang lain yang erat hubungannya dengan perbaikan atau peningkatan
kemampuan mengeja, antara lain:
a. Kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan perkamusan apa yang hendak
dikembangkan;
b. Kaidah-kaidah dan generasi ortografis lainya yang hendak dipelajari;
c. Pengetahuan fonik apa yang diperoleh;
d. Penekanan apa yang harus diutamakan pada koreksi cetak cobaan (proof
reading);
e. Seberapa jauh perhatian yang harus diperhatikan pada makna dan derivisi
kata;
f. Seberapa jauh harus menyadarkan diri pada pelajaran yang insidental dan
seberapa banyak pula pengajaran langsung (Horn, 1957 1339).
Ejaan dan tata bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, ditambah
lagi jika salah mengeja menyebabkan pembaca salah pemahaman. Walaupun pengajaran
ejaan relatif sederhana bila dibanding pengajaran bidang studi lain.
2.2
Landasan Teori
2.2.1
Hakikat Ejaan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) mendapat penjelasan sebagai
berikut:
Ejaan merupakan cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf; Misalnya:
kata “huruf” dahulu dalah “hoeroef” (Henry dalam Poerwadarminta; 2009:2).
Dalam Ensiklopedia Indonesia (jilid 2) dapat dibaca penjelasan sebagai berikut:
Ejaan merupakan cara menulis kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa (Henry
dalam Shadily;2009:2)
Sedangkan menurut (Alex; 2010:259) ejaan adalah keseluruhan peraturan
melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata huruf,
dan tanda baca.
Dari rangkaian diatas maka penulis menyimpulkan Ejaan adalah aturan
pelambangan bunyi ujaran tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf,
kata, dan tanda baca sebagai sarananya menurut disiplin ilmu bahasa.
2.3
Ejaan
2.3.1
Pengertian Ejaan
Pemahaman ejaan merupakan suatu aspek penting dalam mendukung
penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Penulis melakukan pembahasan ini melalui
referensi dari berbagai sumber, baik dari buku pelajaran maupun media elektronik.
Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu
1.
aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan
penyusunan abjad.
Nama
Huruf
Nama
Huruf
a
a
J
j
je
S
s
es
B
b
be
K
k
ka
T
t
te
C
c
ce
L
l
el
U
u
u
D
d
de
M
m em
V
v
ve
E
e
e
N
n
en
W
w we
F
f
ef
O
o
o
X
x
eks
G
g
ge
P
p
pe
Y
y
ye
H
h
ha
Q
q
ki
Z
z
zet
I
i
i
R
r
er
Huruf
A
Tabel 1.1
Huruf Vokal
Nama
Huruf Abjad
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal
Di tengah
Di akhir
A
api
padi
lusa
e
enak
petak
sore
i
itu
simpan
murni
o
oleh
kota
radio
u
ulang
bumi
ibu
Tabel 1.2
Huruf konsonan
Huruf Vokal
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal
Di tengah
Di akhir
B
bahasa
sebut
adab
c
cakap
kaca
-
d
dua
ada
abad
f
fakir
kafan
maaf
g
guna
tiga
balig
h
hari
saham
tuah
j
jalan
manja
mikraj
k
kami
paksa
politik
l
lekas
alas
kesal
m
maka
kami
diam
n
nama
anak
daun
p
pasang
apa
siap
q
Quran
Furqan
-
r
raih
bara
putar
s
sampai
asli
lemas
t
tali
mata
rapat
v
varia
lava
-
w
wanita
hawa
-
x
xenon
-
-
y
yakin
payung
-
z
zeni
lazim
Juz
Tabel 1.3
Huruf Diftong
Huruf Konsonan
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal
Di tengah
Di akhir
Ai
Ain
syaitan
pandai
au
aula
saudara
harimau
oi
-
boikot
amboi
Tabel 1.4
Huruf Diftong
2. aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis atau kata
jadian.
Misal:
dj
jarum ↔
j
jarum
tj
tjut
c
cut
nj
njawa ↔
ny
nyawa
↔
3. aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
2.3.2
Perkembangan Ejaan, Persamaan Dan Perbedaan Ejaan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku
sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi.Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh
Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut
mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli
dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan.
Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun
1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi
bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk
sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku
panduan pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang
lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No.
0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan sistem
ejaan, yaitu:
1. Ejaan Van Ophuysen
2. Ejaan Suwandi
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
2.3.2.1
Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna
bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A.
Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901).
Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
1. Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang
dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang
mirip dengan tuturan Belanda,
Antara:
Huruf (u) ditulis (oe).
Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata.
Misalnya: bapa’, ta’
2. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas
akhiran itu diberi tanda trema (”)
3. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
4. Kata ulang diberi angka 2,
Misalnya: janda2 (janda-janda)
5. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
6. Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa
huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan
Bahasa Belanda sampai saat ini.
7. Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab
yang dikenal sebagai tulisan Jawi.
2.3.2.2
Ejaan Republik/ Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini
disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin
untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k)
Misal: kata’ menjadi katak.
4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus,
Misalnya: ejaan, seekor, dsb.
5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
Misalnya : Berlari-larian ↔ Berlari2-an
6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara.
Misalnya : Tata laksana ↔ Tata-laksana ↔ Tatalaksana
7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam
Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah,
Misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
2.3.2.3
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan
Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan
buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972
(Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut
direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
Ejaan
Yang Ejaan Republik
Ejaan Van Ophuijsen
Disempurnakan (EYD)
Khusus
(Ejaan Soewandi)
Chusus
Choesoes
Jumat
Djum’at
Djoem’at
Yakni
Jakni
Ja’ni
Tabel 1.5 Perubahan Pemakaian Huruf Dalam Tiga Ejaan Bahasa Indonesia
2.3.3
Fungsi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan yang sebelumnya.
Fungsi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sebagai alat pemersatu dan
menjadi tolak ukur bagi benar-tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok
orang.
Tujuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) antara lain:
1. Menciptakan penggunaan bahasa yang baik dan benar
2. Menghindarkan salah tafsir
3. Mempermudah pengucapan
Yang harus diperhatikan dalam EYD antara lain:
1. Penulisan huruf: huruf kapital, huruf kecil, dan huruf miring.
2. Penulisan kata: kata dasar, gabungan kata, kata ulang, kata ganti, kata depan, kata
turunan (berimbuhan), kata sandang, partikel, singkatan atau akronim, dan lambang
bilangan.
3. Penulisan unsur: menyerap unsur dari berbagai bahasa lain baik dari bahasa daerah
maupun dari bahasa asing seperti sansekerta, arab, poertugis, belanda, atau inggris.
4. Penulisan tanda baca: tanda titik, tanda koma, tanda tanya, tanda seru, tanda titik
koma, tanda titik dua, tanda elipsis, tanda garis miring, tanda apostrof, tanda petik
tunggal, dan tanda petik.
5. Pemakaian huruf: huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, dan
gabungan huruf konsonan.
2.3.4
Penggunaan Huruf Kapital
Istilah huruf kapital yang digunakan disini bersinonim dengan huruf besar.
Dalam bahasa Inggris, kedua istilah itu disebut capital letter. Memang, bagi orang
tertentu huruf besar bersifat ambiguitas, mengandung makna taksa atau berarti dua.
Dengan demikian, dapat terjadi seperti dibawah ini:
Huruf besar berarti huruf yang besar (big letter) atau
Huruf besar berarti huruf kapital (capital letter)
Harus kita sadari benar bahwa tidak semua huruf besar meruupakan huruf
kapital. Bisa jadi ukuran hurufnya kecil tetapi itu merupakan huruf kapital atau ukuran
hurufnya besar tetapi merupakan bentuk huruf kecil.
Dari penjelasan diatas, dapat kita pahami mengapa beberapa ahli lebih
menyetujui penggunaan istilah huruf kapital dari pada huruf besar. Penulis juga setuju
dengan hal ini.
Berikut kita bicarakan pemakaian huruf kapital dalam bahasa Indonesia.
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misal:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,“ katanya.
“Besok pagi,” kata Ibu, “dia akan berangkat”.
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
Misal:
Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih,
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misal:
Sultan Hasanudin, Haji Ilham Fauzan, Imam Syafi’i, Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misal:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misal:
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta, Profesor
Soepomo,
Sekretaris Jendral Depertemen Pertanian.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang tidak diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misal:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Krisantyo dilantik menjadi mayor jenderal.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misal:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Bambang Pamungkas, Ivan Koles.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misal:
Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misal:
Bangsa Indonesia, suku Jawa, bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misal:
mengindonesiakan kata asing, keinggris-inggrisan.
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Misal:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Desember, hari Lebaran, Perang Candu,
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa peristiwa sejarah
yang tidak dipakai sebagai nama.
Misal:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misal:
Asia Tenggara, Bukit Barisan, Jalan Diponegoro, Gunung Sibayak, Laut Jawa,
Selat Malak, Danau Toba, Cilacap, Kebumen.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yanng tidak
menjadi unsur nama diri.
Misal:
Berlayar ke teluk, mandi di kali, pergi ke arah tenggara.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Misal:
Garam inggris, gula jawa, pisang ambon.
j. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama semua unsur nama
negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi
kecuali seperti kata dan.
Misal:
Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Piagam Jakarta, Kerajaan Iran.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi negara,
lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misal:
Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, menurut undang-undang
yang berlaku.
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah, dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misal:
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan kecuali seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
Misal:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Dia agen surat kabar dari Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdana”.
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misal:
Dr. Doktor, M.A. Master of Arts, Ir. Insinyur, M.Sc. Master of Science, Ny.
Nyonya, Sdr. Saudara, Prof. Profesor
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik dan paman yang dipakai
dalam penyapaan atau pengacuan.
Misal:
“Kapan Bapak berangkat?” Tanya Haro.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima
Mereka pergi ke rumah Pak Camat
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipaki dalam pengacuan atau penyapaan.
Misal:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misal:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
2.3.5
Penulisan Tanda Baca
Pada paragraf diatas telah dibahas mengenai pemakaian huruf, penulisan huruf,
penulisan kata, dan sebagainya. Kali ini penulis akan membahas tentang tanda baca.
Tanda baca yang akan dibahas secara berurutan disertai contoh pemakaianya masing-
masing dengan harapan agar pembaca makalah ini trampil memakainya dalam
kehidupan sehari-hari. Tanda baca yang akan dibahas sebagai berikut:
a. Tanda titik (.)
1. Tanda titik digunakan pada akhir kalimatyang bukan pernyataan atau seruan.
Misal:
Ibu saya orang Ngawi.
Tanggal 1 Mei adalah hari lahir saya.
2. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan nama orang.
Misal:
S. Takdir Ali Syahbana
Moh. Hatta
3. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan.
Misal:
Prof. Profesor
P.M. Perdana Menteri
4. Tanda titik digunakan pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat
umum. Pada singkatan terdiri atas tiga huruf atau lebih hanta dipakai satu
titik.
Misal:
a.n.
atas nama
dkk.
dan kawan kawan
5. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Misal:
1. Tinjauan Umum
1.1 Keterampilan berbahasa
1.1.1
Hubungan antara Menyimak dan Berbicara
1.1.2
Hubungan antara Menyimak dan Membaca
6. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang
menunjukkan waktu.
Misal:
Pukul 1.25.10 (pukul 1 lewat 25 menit 10 detik)
7. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukan jangka waktu.
Misal:
2.10.8 jam (2 jam, 10 menit, 8 detik)
8. Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan
seterusnya yang tidak menunjukan jumlah.
Misal:
Ayah Budi meninggal dunia tahun 2005 saat Budi berumur 7 tahun.
Nomor giro ayah saya 0788899 di Bogor.
9. Tanda titik tidak digunakan dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf
awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Misal:
UUD
Undang-Undang Dasar
Sekjen
Sekretaris Jenderal
10. Tanda titik tidak digunakan dalam singkatan lambang kimia, satuan, ukuran,
takaran, timbangan, mata uang.
Misal:
H
Hidrogen
cc
sentimeter kubik
11. Tanda titik tidak digunakan judul yang merupakan kepala karangan, atau
kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.
Misal:
Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia
Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia
12. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim dan tanggal surat,
atau nama dan alamat penerima surat.
Misal:
Jalan Bhayangkara 7
Jakarta
1 April 2015
b. Tanda koma (,)
Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya :
Saya membeli kertas, pena, dan tinta
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan,
sedangkan, dan kecuali.
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar
kalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
Misalnya:
Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik,
atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
Wah, bukan main!
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
8. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
9. Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian bagian alamat,
tempat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
10. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
11. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau
catatan akhir.
Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2
(Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
12. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya:
Ny. Khadijah, M.A.
13. Tanda koma dipakai di muka angka desimal.
Misalnya:
12,5 m
Rp 75,25
14. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
15. Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–
di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
c. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya;
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam
kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum
perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
-
berkewarganegaraan Indonesia;
-
berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata
hubung.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan
jeruk.
d. Tanda Titik Dua (:)
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan mengenai penggunaan tanda titik dua
adalah sebagai berikut:
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya:
Ketua
: Ahmad Wijaya
Sekretaris
: Siti Nurbaya
4. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu
:
Sinjo
“Sapu lantainya, Nak!”
:
“Baik, Bu”
5. Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, bab dan ayat
dalam kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
e. Tanda Hubung (-)
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan tanda hubung adalah
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya:
Selain mengajar, Benjamin juga melakukan kegiatan peneliti-an yang berkaitan
dengan maslah peternakan di NTT.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Tandah pada ternak sapi merupakan alat pertahan-an tubuh yang dipakai untuk
menghancurkan musuh.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Angka 2 pada kata
ulang tidak bisa pakai dalam teks karangan resmi.
Misalnya:
bapak-bapak (tidak ditulis bapak 2)
kadang-kadang (tidak ditulis kadang 2)
berulang-ulang (tidak ditulis ber-ulang2)
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagianbagian tanggal.
Milslnya:
k-e-l-u-r-a-h-a-n
02-03-2011
5. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata
atau ungkapan, dan (b) penghilangan bagian-bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
sepuluh-ribuan
Tanggung jawab- dan kesetiakawanan-sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf besar, (b) ke- dengan angka, c) angka dengan –an,
(d) singkatan berhuruf besar dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan
rangkap.
Misalnya:
se-Undana
tahun 2000-an
mem-PHK-kan
Sinar-X
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-upgrade, di-cut off
f. Tanda Pisah (-)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata yang memberi penjelasan di luar
bangun kalimat.
Misalnya:
Dengan bekerja bersama -berdasarkan pengalaman saya selama bertahun-tahunsemua target organisasi dapat dicapai.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Temuan Esintain -gaya gravitasi- telah meletakan landasan yang kuat dalam
pengembangan bidang penerbangan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan
arti ‘sampai’ atau ‘sampai dengan’.
Misalnya:
1998-2011
Tanggal 25-04-1965
Kupang-Soe-Kefa
g. Tanda Elipsis (…)
1. Tanda elpisis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu …, ya, tidak perlu dirisaukan lagi.
2. Tanda elpisis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Dan, perjuangan pergerakan kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu … bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur.
Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai empat titik, tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu buah
untuk menandai akhir kalimat.
h. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya
dipakai pada akhir kalimat tanya, dan
untuk menandai
bagian kalimat atau pernyataan yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
Apakah Anda dalam keadaan sehat?
Memangnya kamu dari Australian?
2. Tanda tanya digunakan diantara kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenaranya.
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1833 (?) di Kabanjahe.
Seminar itu berlangsung di Cilato selama 74 hari (?).
i. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
Misalnya:
Alangkah malangnya nasib pemuda itu!
Keluar dari rumahku sekarang juga!
Merdeka!
j. Tanda Kurung ((…))
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Dokumen usulan ini dilengkapi dengan lampiran-lampiran (daftar nama anggota,
ijasah, surat keterangan berkelakuan baik, dan hasil wawancara) seperti yang
disyaratkan.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Setiap tahun, ratusan peselancar dari berbagai negara mengadu keahlian dalam
Kompetisi Selancar Rote Ndao di Nemberala (pantai yang memiliki gulungan
ombak terbaik nomor 2 di dunia)
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Misalnya:
Bajak laut itu berasal dari (pulau) Alor
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan
keterangan.
Misalnya:
Produktivitas menyangkut aspek (a) masukan, (b) proses, dan (c) luaran
k. Tanda Kurung Siku ([…])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Melindungi satwa li[a]r tidaklah mudah.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung (…).
Misalnya:
Rumput kume adalah rumput unggul lokal (asli NTT [bernama latin Sorghum
plumosum] khususnya terdapat di Timor, Rote, Sabu, Sumba) yang memiliki
nilai gizi tinggi.
l. Tanda petik (“…”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lainnya. Kedua pasang tanda petik ini, ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris
Misalnya:
“Saya mandi dulu, ya” kata Andri, “Silahkan duduk dulu”
Ada pepatah yang berbunyi “rajin belajar, pangkal pandai”
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Misalnya:
Puisi “Aku” digubah oleh W.S.Rendra
Modul “Tanda Baca dan Ejaan” terdapat pada halaman 2-20.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Cara menyusun ransum ayam dapat dilakukan dengan metode “coba-coba”.
Model potongan rambut acak dikenal dengan nama “punk”.
4. Tanda petik digunakan untuk penutup kalimat atau bagian kalimatnya
ditempatkan dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan
yang digunakan dengan arti khusus.
Misalnya:
Karena selalalu banyak bicara dan angkuh maka Selena mendapat juukan “si
Mulut Besar”
m. Tanda petik tunggal (‘…’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Kata ayah, “tidakkah kamu dengar bunyi ‘tok…tok… tok’ di pintu?”
2. Tanda petik tunggal mengapit makna terjemahan, atau penjelasan kata
ungkapan asing.
Misalnya:
Sustainable ‘berkelanjutan’
n. Tanda garis miring ( / )
1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun tawim.
Misalnya:
No. 124/Fpt/III/2011
Perumahan Dosen Undana Blok D/5
Tahun Akademik 2010/2011
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya:
Bapak/Ibu/Saudara
Biaya pendidikan sebesar Rp 5 juta/semester
Sebuah alinea hanya boleh memilik satu buah gagasan/ide pokok.
o. Tanda Penyingklat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingklat atau apsotrof menunjuk penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Misalnya:
Engkau ’kan berhasil asalkan tidak menyerah (‘kan = akan)
Maret ’11 (’11 = 2011)
2.3.6
Penulisan Akronim dan Singkatan
a. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan dan pangkat diikuti
dengan tanda titik.
Misal:
Muh. Yamin Suman
S.E.
Sarjana Ekonomi
Bpk.
Bapak
Kol.
Kolonel
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata di
tulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misal:
DPR
Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia
3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik, namun bila menyingkat dua kata, diikuti dua titik.
Misal:
dll.
Dan lain-lain
hlm.
Halaman
a.n.
atas nama
u.p.
untuk perhatian
4. lambang kimia, singkatan satu ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Misal:
Cu
kuprum
Kg
kilogram
kVA
kilovolt-ampere
b. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukansebagai
kata.
1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Misal:
SIM
Surat Izin Mengemudi
ABRI
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata, ditulis dengan huruf kapital.
Misal:
Akabri
Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Iwapi
Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang singkat
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misal:
2.3.7
pemilu
pemilihan umum
tilang
bukti pelanggaran
rudal
peluru kendali
Penulisan Angka dan Lambang
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai penulisan angka dan lambang.
a.
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaianya diatur
lebih lanjut dalam uraian-uraian berikut ini.
Angka Arab
: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi
: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, L(50), C(100), D(500),
M(1000), V(5000), M(1.000.000)
b.
Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (ii)
satuan waktu; (iii) nilai uang;(iv) kuantitas.
Misal:
0,5 sentimeter, 5 kilogram, 4 meter, 10 liter
1 jam 20 menit, pukul 08.00, tahun 1945, 17Agustus 1945
Rp. 5.000,00; 2.000 rupiah; US $75
c.
Angka lazim digunakan untuk menomori jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat.
Misal:
Jalan Bhayangkara 5 Kebunjahe
Kode Pos: 7/KBY SS
Postbus 95152300 RA Leiden
Kamar 117, Sahida Inn
Telepon 782087
d.
Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan atas bagiannya.
Misal:
BAB IX,Pasal 3, halaman 117
Halaman 57, baris 11
e.
Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Misal:
Bilangan utuh
:
Dua belas
117
:
seratus tujuh belas
Bilangan pecahan
2⅔
1%
f.
:
:
:
⅓
12
sepertiga
dua dua pertiga
satu persen
Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara cara berikut
Misal:
Paku Buwono X, Paku Buwono ke-10, Paku Buwono kesepuluh
BAB III, BAB ke-3, BAB ketiga
g.
Penulisan kata bilangan yang mendapatakhir-an
Misal:
Tahun 20-an atau tahun dua puluhan
Sepuluh uang 500-an atau sepuluh uang lima ratusan
h.
Lambang bilangan yang dinyatakan dengan satu atau dua kataditulis dengan
huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan digunakan secara beruntut.
Misal:
Sampai lima kali saya membangunkanya tadi.
Di antara 50 anggota yang terdaftar, 26 wanita dan 24 orang pria.
i.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Misal:
Sepuluh orang istri kepala suku.
Bukan: 10 orang istri kepala suku
j.
Angka yang menunjukan bilangan bulat yang besar, dapat dieja sebagaian
supaya lebih mudah dibaca.
Misal:
Luas Republik Rakyat Cina kira-kira 9,7 juta kilometer persegi; penduduknya
787 juta jiwa
k.
Dokumen resmi seperti akta dan kuitansi, bilangan tidaj perlu ditulis dengan
angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Misal:
Dalam asrama itu tinggal lima puluh orang mahasiswa.
Bukan: Dalam asrama itu tinggal 50 orang mahasiswa.
l.
Kalau bilangan dilambangkan dengan angka atau huruf, maka penulisanya harus
tepat.
Misal:
Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp. 3.330,00 (tiga ributiga ratus tiga
puluh rupiah)
2.3.8
Penulisan Kata Asing atau Huruf Miring
Dalam percakapan sehari-hari, antara karyawan percetakan dan penerbit istilah
huruf miring ini biasa diganti dengan huruf kursif. Perlu kita ingat bahwa dalam tulisan
tangan atau ketikkan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis
dibawahntya.
Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk:
a.
Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Misal:
Saman karya Ayu Utami
Majalah Horison
Kamus Ungkapan karya Komarudin
Surat kabar kompas
b.
Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misal:
Huruf pertama kata lari adalah l.
Bab ini khusus membicarakan huruf miring.
c.
Menuliskan nama-nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaan.
Misal:
Kata language acquisition kita terjemahkan dengan pemerolehan bahasa.
Buah manggis nama ilmiahnya ialah Garcinia mangontana
d.
Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya
diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misal:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring
digarisbawahi.
2.3.9
Penulisan Kata
Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia merupakan sebuah urgensi yang tak
boleh lepas dari sistem penulisan. Karena tiap karya sastra Bahasa Indonesia terbentuk
dari kata-kata. Membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya
berupa kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata
sandang, partikel, singkatan akronim, angka dan lambang bilangan.
Di antara poin penting penulisan kata dalam EYD ialah:
a.
Kata Dasar
Kata dasar yang berupa kata dasar dan ditulis sebagai kesatuan. Kata yang sudah
mewakili sebuah arti tanpa imbuhan apapun.
Misalnya :
Kantor pos sangat ramai. Buku itu sudah saya baca. Adik naik sepeda baru.
(ketiga kalimat tersebut di bangun dengan kata dasar)
b.
Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) di tulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Misalnya:
bergeletar, dikelola, penatapan, pendidikan, mempermainkan.
2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya, kalau bentuk dasarnya berupa gabungan
kata.
Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan
akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
dipertanggungjawabkan,
Menggarisbawahi,
disalahgunakan,
menandatangani
4. Salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai
Misalnya:
Asusila, dwitunggal, dwibahasa, nonstop, tunaaksara, pancaindra
c.
Bentuk Ulang
Merupakan kata yang ditulis berulang, baik bermakna tunggal, jamak maupun
berulang. Bentuk kata berulang ini dihubungkan dengan lambang (-)
Kata ulang dalam bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi untuk menunjukkan
jamak, tapi juga berfungsi antara lain :
Menyatakan benda yang menyerupai kata dasar itu. Misalnya: anak-anakan,
orang-orangan.
Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali.
Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
Menyatakan makna lebih (intensitas). Misalnya: cepat-cepat, baik-baik.
Macam-Macam Kata Ulang:
1. Kata Ulang Dwipurwa yaitu ulangan atas suku kata awal. Vokal dari suku kata awal
mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet.
Misal:
Tatanaman
>
tetanaman
Tatangga
>
tetangga
Luluhur
>
leluhur
Lalaki
>
lelaki
Luluasa
>
leluasa
Titirah
>
tetirah
2. Kata Ulang Utuh yaitu ulangan atas seluruh bentuk dasar.
Kata ulang utuh terbagi 2:
a. Kata ulang dwilingga, ulangan atas bentuk dasar yang berupa kata dasar.
Misalnya:
rumah-rumah
buah-buah
anak-anak
b. Kata ulang kata jadian berimbuhan, yaitu ulangan atas bentuk dasar berupa kata
jadian berimbuhan.
Misalnya:
perbuatan > perbuatan-perbuatan
timbangan > timbangan-timbangan
pengumuman > pengumuman-pengumuman
c. Kata Ulang Dwilingga Salin Suara yaitu ulangan yang terjadi atas seluruh suku
kata, namun pada salah satu lingganya terjadi perubahan suara pada satu fonem
atau lebih.
Misalnya:
gerak-gerak > gerak-gerik
sayur-sayur > sayur-mayur
porak-porak > porak-parik
tegap-tegap > tegap-begap
d. Kata Ulang Berimbuhan yaitu ulangan yang mendapat imbuhan baik pada lingga
pertama maupun pada lingga kedua.
Misalnya:
bermain-main
berjalan-jalan
berpukul-pukulan
gunung-gemunung
tarik-menarik.
d.
Gabungan Kata
1.
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
bagian umumnya ditulis terpisah
Misal
MAKALAH
Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Oleh :
Intan Faoziyah
:
2013143011
Jaidi Yusuf
:
2013141323
Moh. Ridwan Haqi
:
2013141834
Wendi Saputra
:
201314
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta langit dan
bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayangNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tanpa ada halangan
apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.. Tak lupa pula shalawat dan salam
penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah diutus ke bumi
sebagai lentara bagi hati manusia, Nabi yang telah membawa manusia dari zaman
kebodohan menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan yang luar biasa seperti saat
ini.
Makalah yang berjudul ”EJAAN DAN TATA BAHASA” disusun sebagai salah
satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia pada Jurusan Teknik Informatika, Fakultas
Teknik, Universitas Pamulang.
Selama proses penulisan makalah ini, penulis mengalami beberapa hambatan
maupun kesulitan yang terkadang membuat penulis berada di titik terlemah. Maka
selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Kasih, M.Pd selaku pembimbing
2. Ayah dan ibu penulis yang telah memberi doa restu, dan dorongan yang tak
pernah putus.
3. Teman-teman 04 TPLP C yang selalu memberi semangat, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan
makalah ini yang tak luput dari kekurangan. Sehingga dibutuhkan saran dan kritik yang
membangun untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Semoga Allah SWT menilai ibadah yang penulis kerjakan dan senantiasa membimbing
kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Amien.
Pamulang , April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
1.4 Manfaat...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Tinjauan Studi........................................................................................4
2.2 Landasan Teori.......................................................................................5
2.2.1 Hakikat Ejaan...............................................................................5
2.3 Ejaan.......................................................................................................5
2.3.1 Pengertian Ejaan...........................................................................5
2.3.2 Perkembangan Ejaan, Persamaan Dan Perbedaan Ejaan.............8
2.3.3 Fungsi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)...............................11
2.3.4 Penggunaan Huruf Kapital.........................................................12
2.3.5 Penulisan Tanda Baca.......................................................................17
2.3.6 Penulisan Akronim dan Singkatan....................................................29
2.3.7 Penulisan Angka dan Lambang.........................................................30
2.3.8 Penulisan Kata Asing atau Huruf Miring..........................................33
2.3.9 Penulisan Kata...................................................................................34
BAB III PENUTUP................................................................................................4
3.1 Kesimpulan...........................................................................................39
3.2 Saran.....................................................................................................39
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Huruf Abjad..................................................................................6
Tabel 1.2 Hueur Vokal.................................................................................6
Tabel 1.3 Huruf Konsonan...........................................................................7
Tabel 1.4 Huruf Diftong...............................................................................8
Tabel 1.5 Pemakaian Huruf Di Tiga Ejaan................................................11
Tabel 1.6 Kata Ganti Orang.......................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam pemakaian Bahasa Indonesia sering kali kita jumpai kata-kata yang dieja
atau diucap dengan tidak tepat. Kesalahan dalam pengejaan atau pengejaan kata-kata
tertentu sering kita baca dan kita dengar. Kesalahan pengucapan kata-kata itu kadang
terdapat di kesalahan ejaan.
Dalam pemakaian Bahasa Indonesia dalam situasi resmi, salah eja atau salah
ucap hendaknya dihindari. Dengan kata lain sebaiknya dalam situasi resmi kita
menggunakan ejaan yang baku. Salah eja atau salah ucap kadang terjadi karena
pengaruh tata bahasa atau dialek. Misalkan Senin, Rabu, Kamis, Nomor, sering dieja
atau diucap Senen, Rebo, Kemis, Nomer. Kadang ejaan sudah benar tetapi diucap
dengan tidak benar.
Salah eja sering dijumpai dalam penulisan kata-kata yang berasal dari bahasa
asing contoh: sistim, kongkrit, kwitansi, resiko. Ejaan yang benar pada kata-kata
tersebut adalah sistem, konkrit, kuitansi, risiko. Ejaan digunakan agar pembaca lebih
memahami makna kata, untuk membedakan atau diskriminasi dalam makna, dan lain
sebagainya.
Sedangkan tata bahasa merupakan hal yang penting karena dengan tata bahasa
yang baik dan benar akan memperlihatkan karakter seseorang atau pribadi dalam
berinteraksi satu sama lain.
Tata bahasa dipandang dari segi waktu dapat dibedakan atas tata bahasa sejarah
(historical grammer) dan tata bahasa deskriptif (descriptive grammer). Jika dipandang
dari segi penggarapan bahan, tata bahasa dapat dibagi menjadi tata bahasa tradisional
(traditional grammer) dan tata bahasa modern (modern grammer).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tim penyusun mengajukan
beberapa rumusan masalah, di antaranya:
1. Apakah EYD itu?
2. Apa saja macam ejaan yang ada dalam Bahasa Indonesia?
3. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam EYD?
4. Bagaimakah penggunan tanda baca yang sesuai dengan kaidah yang berlaku
dalam EYD?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh tim penyusun adalah:
1. Mengetahui pengertian EYD.
2. Mengetahui jenis-jenis ejaan.
3. Mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku dalam EYD.
4. Mengetahui dan memahami tanda baca yang ada di dalam Bahasa
Indonesia dan cara penggunaannya yang baik.
1.4
Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah keilmuan pada bidang studi Bahasa Indonesia
khususya mengenai Ejaan dan Tata Bahasa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Makalah Ejaan dan Tata Bahasa ini sebagai jawaban dari perumusan
masalah yang penulis uraikan lebih mendalam. Serta sebagai acuan untuk
memperbaiki karya yang penulis buat.
b. Bagi Pembaca
Supaya makalah ini dapat memberi atau menambah wawasan anda akan
pentingnya ejaan dan tata bahasa yang baik dan benar. Serta membuat
pembaca
lebih mudah dalam
memahami
bacaan.
Pembaca dapat
belajarbagaimana cara membuat ejaan yang benar.
c. Bagi Dunia Pendidikan
Untuk memberi pembelajaran dalam bertata bahasa dan pengejaan dalam
situasi yang formal. Serta diharap dapat memberi motivasi lebih kepada
kalangan peserta didik mengenai ejaan.
d. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini diharapkan penulis dapat menjadi bahan pijakan atau
referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai ejaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Tinjauan Studi
Dalam penelitian ilmiah atau membuat sebuah makalah pengertiaan ejaan
sangatlah beragam. Dalam makalah ini peneliti mengambil dua buku sebagai tinjauan
studi.
Dalam buku
PENGAJARAN EJAAN BAHASA INDONESIA yang ditulis
Prof. Dr. Henry Guntur Taringan menyebutkan bahwa Ejaan adalah cara atau aturan
menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa.
Sedangkan dalam buku BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN
TINGGI cetakan pertama disebutkan Ejaan merupakan keseluruhan peraturan
melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata huruf,
dan tanda baca.
Kalau kita berbicara mengenai tunjuan, tidak dapat disangkal bahwa tujuan yang
tersebar luas dan dapat diterima umum bagi pengajaran adalah membantu menulis katakata yang diperlukan dalam menyajikan karya tulis.
Bidang lain yang erat hubungannya dengan perbaikan atau peningkatan
kemampuan mengeja, antara lain:
a. Kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan perkamusan apa yang hendak
dikembangkan;
b. Kaidah-kaidah dan generasi ortografis lainya yang hendak dipelajari;
c. Pengetahuan fonik apa yang diperoleh;
d. Penekanan apa yang harus diutamakan pada koreksi cetak cobaan (proof
reading);
e. Seberapa jauh perhatian yang harus diperhatikan pada makna dan derivisi
kata;
f. Seberapa jauh harus menyadarkan diri pada pelajaran yang insidental dan
seberapa banyak pula pengajaran langsung (Horn, 1957 1339).
Ejaan dan tata bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, ditambah
lagi jika salah mengeja menyebabkan pembaca salah pemahaman. Walaupun pengajaran
ejaan relatif sederhana bila dibanding pengajaran bidang studi lain.
2.2
Landasan Teori
2.2.1
Hakikat Ejaan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) mendapat penjelasan sebagai
berikut:
Ejaan merupakan cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf; Misalnya:
kata “huruf” dahulu dalah “hoeroef” (Henry dalam Poerwadarminta; 2009:2).
Dalam Ensiklopedia Indonesia (jilid 2) dapat dibaca penjelasan sebagai berikut:
Ejaan merupakan cara menulis kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa (Henry
dalam Shadily;2009:2)
Sedangkan menurut (Alex; 2010:259) ejaan adalah keseluruhan peraturan
melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata huruf,
dan tanda baca.
Dari rangkaian diatas maka penulis menyimpulkan Ejaan adalah aturan
pelambangan bunyi ujaran tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf,
kata, dan tanda baca sebagai sarananya menurut disiplin ilmu bahasa.
2.3
Ejaan
2.3.1
Pengertian Ejaan
Pemahaman ejaan merupakan suatu aspek penting dalam mendukung
penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Penulis melakukan pembahasan ini melalui
referensi dari berbagai sumber, baik dari buku pelajaran maupun media elektronik.
Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu
1.
aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan
penyusunan abjad.
Nama
Huruf
Nama
Huruf
a
a
J
j
je
S
s
es
B
b
be
K
k
ka
T
t
te
C
c
ce
L
l
el
U
u
u
D
d
de
M
m em
V
v
ve
E
e
e
N
n
en
W
w we
F
f
ef
O
o
o
X
x
eks
G
g
ge
P
p
pe
Y
y
ye
H
h
ha
Q
q
ki
Z
z
zet
I
i
i
R
r
er
Huruf
A
Tabel 1.1
Huruf Vokal
Nama
Huruf Abjad
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal
Di tengah
Di akhir
A
api
padi
lusa
e
enak
petak
sore
i
itu
simpan
murni
o
oleh
kota
radio
u
ulang
bumi
ibu
Tabel 1.2
Huruf konsonan
Huruf Vokal
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal
Di tengah
Di akhir
B
bahasa
sebut
adab
c
cakap
kaca
-
d
dua
ada
abad
f
fakir
kafan
maaf
g
guna
tiga
balig
h
hari
saham
tuah
j
jalan
manja
mikraj
k
kami
paksa
politik
l
lekas
alas
kesal
m
maka
kami
diam
n
nama
anak
daun
p
pasang
apa
siap
q
Quran
Furqan
-
r
raih
bara
putar
s
sampai
asli
lemas
t
tali
mata
rapat
v
varia
lava
-
w
wanita
hawa
-
x
xenon
-
-
y
yakin
payung
-
z
zeni
lazim
Juz
Tabel 1.3
Huruf Diftong
Huruf Konsonan
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal
Di tengah
Di akhir
Ai
Ain
syaitan
pandai
au
aula
saudara
harimau
oi
-
boikot
amboi
Tabel 1.4
Huruf Diftong
2. aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis atau kata
jadian.
Misal:
dj
jarum ↔
j
jarum
tj
tjut
c
cut
nj
njawa ↔
ny
nyawa
↔
3. aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
2.3.2
Perkembangan Ejaan, Persamaan Dan Perbedaan Ejaan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku
sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi.Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh
Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut
mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli
dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan.
Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun
1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi
bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk
sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku
panduan pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang
lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No.
0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan sistem
ejaan, yaitu:
1. Ejaan Van Ophuysen
2. Ejaan Suwandi
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
2.3.2.1
Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna
bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A.
Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901).
Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
1. Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang
dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang
mirip dengan tuturan Belanda,
Antara:
Huruf (u) ditulis (oe).
Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata.
Misalnya: bapa’, ta’
2. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas
akhiran itu diberi tanda trema (”)
3. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
4. Kata ulang diberi angka 2,
Misalnya: janda2 (janda-janda)
5. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
6. Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa
huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan
Bahasa Belanda sampai saat ini.
7. Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab
yang dikenal sebagai tulisan Jawi.
2.3.2.2
Ejaan Republik/ Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini
disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin
untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k)
Misal: kata’ menjadi katak.
4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus,
Misalnya: ejaan, seekor, dsb.
5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
Misalnya : Berlari-larian ↔ Berlari2-an
6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara.
Misalnya : Tata laksana ↔ Tata-laksana ↔ Tatalaksana
7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam
Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah,
Misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
2.3.2.3
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan
Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan
buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972
(Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut
direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
Ejaan
Yang Ejaan Republik
Ejaan Van Ophuijsen
Disempurnakan (EYD)
Khusus
(Ejaan Soewandi)
Chusus
Choesoes
Jumat
Djum’at
Djoem’at
Yakni
Jakni
Ja’ni
Tabel 1.5 Perubahan Pemakaian Huruf Dalam Tiga Ejaan Bahasa Indonesia
2.3.3
Fungsi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan yang sebelumnya.
Fungsi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sebagai alat pemersatu dan
menjadi tolak ukur bagi benar-tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok
orang.
Tujuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) antara lain:
1. Menciptakan penggunaan bahasa yang baik dan benar
2. Menghindarkan salah tafsir
3. Mempermudah pengucapan
Yang harus diperhatikan dalam EYD antara lain:
1. Penulisan huruf: huruf kapital, huruf kecil, dan huruf miring.
2. Penulisan kata: kata dasar, gabungan kata, kata ulang, kata ganti, kata depan, kata
turunan (berimbuhan), kata sandang, partikel, singkatan atau akronim, dan lambang
bilangan.
3. Penulisan unsur: menyerap unsur dari berbagai bahasa lain baik dari bahasa daerah
maupun dari bahasa asing seperti sansekerta, arab, poertugis, belanda, atau inggris.
4. Penulisan tanda baca: tanda titik, tanda koma, tanda tanya, tanda seru, tanda titik
koma, tanda titik dua, tanda elipsis, tanda garis miring, tanda apostrof, tanda petik
tunggal, dan tanda petik.
5. Pemakaian huruf: huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, dan
gabungan huruf konsonan.
2.3.4
Penggunaan Huruf Kapital
Istilah huruf kapital yang digunakan disini bersinonim dengan huruf besar.
Dalam bahasa Inggris, kedua istilah itu disebut capital letter. Memang, bagi orang
tertentu huruf besar bersifat ambiguitas, mengandung makna taksa atau berarti dua.
Dengan demikian, dapat terjadi seperti dibawah ini:
Huruf besar berarti huruf yang besar (big letter) atau
Huruf besar berarti huruf kapital (capital letter)
Harus kita sadari benar bahwa tidak semua huruf besar meruupakan huruf
kapital. Bisa jadi ukuran hurufnya kecil tetapi itu merupakan huruf kapital atau ukuran
hurufnya besar tetapi merupakan bentuk huruf kecil.
Dari penjelasan diatas, dapat kita pahami mengapa beberapa ahli lebih
menyetujui penggunaan istilah huruf kapital dari pada huruf besar. Penulis juga setuju
dengan hal ini.
Berikut kita bicarakan pemakaian huruf kapital dalam bahasa Indonesia.
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misal:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,“ katanya.
“Besok pagi,” kata Ibu, “dia akan berangkat”.
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
Misal:
Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih,
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misal:
Sultan Hasanudin, Haji Ilham Fauzan, Imam Syafi’i, Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misal:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misal:
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta, Profesor
Soepomo,
Sekretaris Jendral Depertemen Pertanian.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang tidak diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misal:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Krisantyo dilantik menjadi mayor jenderal.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misal:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Bambang Pamungkas, Ivan Koles.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misal:
Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misal:
Bangsa Indonesia, suku Jawa, bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misal:
mengindonesiakan kata asing, keinggris-inggrisan.
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Misal:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Desember, hari Lebaran, Perang Candu,
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa peristiwa sejarah
yang tidak dipakai sebagai nama.
Misal:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misal:
Asia Tenggara, Bukit Barisan, Jalan Diponegoro, Gunung Sibayak, Laut Jawa,
Selat Malak, Danau Toba, Cilacap, Kebumen.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yanng tidak
menjadi unsur nama diri.
Misal:
Berlayar ke teluk, mandi di kali, pergi ke arah tenggara.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Misal:
Garam inggris, gula jawa, pisang ambon.
j. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama semua unsur nama
negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi
kecuali seperti kata dan.
Misal:
Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Piagam Jakarta, Kerajaan Iran.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi negara,
lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misal:
Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, menurut undang-undang
yang berlaku.
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah, dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misal:
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan kecuali seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
Misal:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Dia agen surat kabar dari Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdana”.
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misal:
Dr. Doktor, M.A. Master of Arts, Ir. Insinyur, M.Sc. Master of Science, Ny.
Nyonya, Sdr. Saudara, Prof. Profesor
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik dan paman yang dipakai
dalam penyapaan atau pengacuan.
Misal:
“Kapan Bapak berangkat?” Tanya Haro.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima
Mereka pergi ke rumah Pak Camat
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipaki dalam pengacuan atau penyapaan.
Misal:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misal:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
2.3.5
Penulisan Tanda Baca
Pada paragraf diatas telah dibahas mengenai pemakaian huruf, penulisan huruf,
penulisan kata, dan sebagainya. Kali ini penulis akan membahas tentang tanda baca.
Tanda baca yang akan dibahas secara berurutan disertai contoh pemakaianya masing-
masing dengan harapan agar pembaca makalah ini trampil memakainya dalam
kehidupan sehari-hari. Tanda baca yang akan dibahas sebagai berikut:
a. Tanda titik (.)
1. Tanda titik digunakan pada akhir kalimatyang bukan pernyataan atau seruan.
Misal:
Ibu saya orang Ngawi.
Tanggal 1 Mei adalah hari lahir saya.
2. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan nama orang.
Misal:
S. Takdir Ali Syahbana
Moh. Hatta
3. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan.
Misal:
Prof. Profesor
P.M. Perdana Menteri
4. Tanda titik digunakan pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat
umum. Pada singkatan terdiri atas tiga huruf atau lebih hanta dipakai satu
titik.
Misal:
a.n.
atas nama
dkk.
dan kawan kawan
5. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Misal:
1. Tinjauan Umum
1.1 Keterampilan berbahasa
1.1.1
Hubungan antara Menyimak dan Berbicara
1.1.2
Hubungan antara Menyimak dan Membaca
6. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang
menunjukkan waktu.
Misal:
Pukul 1.25.10 (pukul 1 lewat 25 menit 10 detik)
7. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukan jangka waktu.
Misal:
2.10.8 jam (2 jam, 10 menit, 8 detik)
8. Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan
seterusnya yang tidak menunjukan jumlah.
Misal:
Ayah Budi meninggal dunia tahun 2005 saat Budi berumur 7 tahun.
Nomor giro ayah saya 0788899 di Bogor.
9. Tanda titik tidak digunakan dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf
awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Misal:
UUD
Undang-Undang Dasar
Sekjen
Sekretaris Jenderal
10. Tanda titik tidak digunakan dalam singkatan lambang kimia, satuan, ukuran,
takaran, timbangan, mata uang.
Misal:
H
Hidrogen
cc
sentimeter kubik
11. Tanda titik tidak digunakan judul yang merupakan kepala karangan, atau
kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.
Misal:
Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia
Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia
12. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim dan tanggal surat,
atau nama dan alamat penerima surat.
Misal:
Jalan Bhayangkara 7
Jakarta
1 April 2015
b. Tanda koma (,)
Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya :
Saya membeli kertas, pena, dan tinta
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan,
sedangkan, dan kecuali.
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar
kalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
Misalnya:
Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik,
atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
Wah, bukan main!
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
8. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
9. Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian bagian alamat,
tempat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
10. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
11. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau
catatan akhir.
Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2
(Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
12. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya:
Ny. Khadijah, M.A.
13. Tanda koma dipakai di muka angka desimal.
Misalnya:
12,5 m
Rp 75,25
14. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
15. Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–
di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
c. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya;
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam
kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum
perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
-
berkewarganegaraan Indonesia;
-
berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata
hubung.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan
jeruk.
d. Tanda Titik Dua (:)
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan mengenai penggunaan tanda titik dua
adalah sebagai berikut:
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya:
Ketua
: Ahmad Wijaya
Sekretaris
: Siti Nurbaya
4. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu
:
Sinjo
“Sapu lantainya, Nak!”
:
“Baik, Bu”
5. Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, bab dan ayat
dalam kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
e. Tanda Hubung (-)
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan tanda hubung adalah
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya:
Selain mengajar, Benjamin juga melakukan kegiatan peneliti-an yang berkaitan
dengan maslah peternakan di NTT.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Tandah pada ternak sapi merupakan alat pertahan-an tubuh yang dipakai untuk
menghancurkan musuh.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Angka 2 pada kata
ulang tidak bisa pakai dalam teks karangan resmi.
Misalnya:
bapak-bapak (tidak ditulis bapak 2)
kadang-kadang (tidak ditulis kadang 2)
berulang-ulang (tidak ditulis ber-ulang2)
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagianbagian tanggal.
Milslnya:
k-e-l-u-r-a-h-a-n
02-03-2011
5. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata
atau ungkapan, dan (b) penghilangan bagian-bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
sepuluh-ribuan
Tanggung jawab- dan kesetiakawanan-sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf besar, (b) ke- dengan angka, c) angka dengan –an,
(d) singkatan berhuruf besar dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan
rangkap.
Misalnya:
se-Undana
tahun 2000-an
mem-PHK-kan
Sinar-X
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-upgrade, di-cut off
f. Tanda Pisah (-)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata yang memberi penjelasan di luar
bangun kalimat.
Misalnya:
Dengan bekerja bersama -berdasarkan pengalaman saya selama bertahun-tahunsemua target organisasi dapat dicapai.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Temuan Esintain -gaya gravitasi- telah meletakan landasan yang kuat dalam
pengembangan bidang penerbangan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan
arti ‘sampai’ atau ‘sampai dengan’.
Misalnya:
1998-2011
Tanggal 25-04-1965
Kupang-Soe-Kefa
g. Tanda Elipsis (…)
1. Tanda elpisis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu …, ya, tidak perlu dirisaukan lagi.
2. Tanda elpisis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Dan, perjuangan pergerakan kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu … bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur.
Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai empat titik, tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu buah
untuk menandai akhir kalimat.
h. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya
dipakai pada akhir kalimat tanya, dan
untuk menandai
bagian kalimat atau pernyataan yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
Apakah Anda dalam keadaan sehat?
Memangnya kamu dari Australian?
2. Tanda tanya digunakan diantara kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenaranya.
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1833 (?) di Kabanjahe.
Seminar itu berlangsung di Cilato selama 74 hari (?).
i. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
Misalnya:
Alangkah malangnya nasib pemuda itu!
Keluar dari rumahku sekarang juga!
Merdeka!
j. Tanda Kurung ((…))
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Dokumen usulan ini dilengkapi dengan lampiran-lampiran (daftar nama anggota,
ijasah, surat keterangan berkelakuan baik, dan hasil wawancara) seperti yang
disyaratkan.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Setiap tahun, ratusan peselancar dari berbagai negara mengadu keahlian dalam
Kompetisi Selancar Rote Ndao di Nemberala (pantai yang memiliki gulungan
ombak terbaik nomor 2 di dunia)
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Misalnya:
Bajak laut itu berasal dari (pulau) Alor
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan
keterangan.
Misalnya:
Produktivitas menyangkut aspek (a) masukan, (b) proses, dan (c) luaran
k. Tanda Kurung Siku ([…])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Melindungi satwa li[a]r tidaklah mudah.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung (…).
Misalnya:
Rumput kume adalah rumput unggul lokal (asli NTT [bernama latin Sorghum
plumosum] khususnya terdapat di Timor, Rote, Sabu, Sumba) yang memiliki
nilai gizi tinggi.
l. Tanda petik (“…”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lainnya. Kedua pasang tanda petik ini, ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris
Misalnya:
“Saya mandi dulu, ya” kata Andri, “Silahkan duduk dulu”
Ada pepatah yang berbunyi “rajin belajar, pangkal pandai”
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Misalnya:
Puisi “Aku” digubah oleh W.S.Rendra
Modul “Tanda Baca dan Ejaan” terdapat pada halaman 2-20.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Cara menyusun ransum ayam dapat dilakukan dengan metode “coba-coba”.
Model potongan rambut acak dikenal dengan nama “punk”.
4. Tanda petik digunakan untuk penutup kalimat atau bagian kalimatnya
ditempatkan dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan
yang digunakan dengan arti khusus.
Misalnya:
Karena selalalu banyak bicara dan angkuh maka Selena mendapat juukan “si
Mulut Besar”
m. Tanda petik tunggal (‘…’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Kata ayah, “tidakkah kamu dengar bunyi ‘tok…tok… tok’ di pintu?”
2. Tanda petik tunggal mengapit makna terjemahan, atau penjelasan kata
ungkapan asing.
Misalnya:
Sustainable ‘berkelanjutan’
n. Tanda garis miring ( / )
1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun tawim.
Misalnya:
No. 124/Fpt/III/2011
Perumahan Dosen Undana Blok D/5
Tahun Akademik 2010/2011
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya:
Bapak/Ibu/Saudara
Biaya pendidikan sebesar Rp 5 juta/semester
Sebuah alinea hanya boleh memilik satu buah gagasan/ide pokok.
o. Tanda Penyingklat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingklat atau apsotrof menunjuk penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Misalnya:
Engkau ’kan berhasil asalkan tidak menyerah (‘kan = akan)
Maret ’11 (’11 = 2011)
2.3.6
Penulisan Akronim dan Singkatan
a. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan dan pangkat diikuti
dengan tanda titik.
Misal:
Muh. Yamin Suman
S.E.
Sarjana Ekonomi
Bpk.
Bapak
Kol.
Kolonel
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata di
tulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misal:
DPR
Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia
3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik, namun bila menyingkat dua kata, diikuti dua titik.
Misal:
dll.
Dan lain-lain
hlm.
Halaman
a.n.
atas nama
u.p.
untuk perhatian
4. lambang kimia, singkatan satu ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Misal:
Cu
kuprum
Kg
kilogram
kVA
kilovolt-ampere
b. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukansebagai
kata.
1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Misal:
SIM
Surat Izin Mengemudi
ABRI
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata, ditulis dengan huruf kapital.
Misal:
Akabri
Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Iwapi
Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang singkat
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misal:
2.3.7
pemilu
pemilihan umum
tilang
bukti pelanggaran
rudal
peluru kendali
Penulisan Angka dan Lambang
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai penulisan angka dan lambang.
a.
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaianya diatur
lebih lanjut dalam uraian-uraian berikut ini.
Angka Arab
: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi
: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, L(50), C(100), D(500),
M(1000), V(5000), M(1.000.000)
b.
Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (ii)
satuan waktu; (iii) nilai uang;(iv) kuantitas.
Misal:
0,5 sentimeter, 5 kilogram, 4 meter, 10 liter
1 jam 20 menit, pukul 08.00, tahun 1945, 17Agustus 1945
Rp. 5.000,00; 2.000 rupiah; US $75
c.
Angka lazim digunakan untuk menomori jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat.
Misal:
Jalan Bhayangkara 5 Kebunjahe
Kode Pos: 7/KBY SS
Postbus 95152300 RA Leiden
Kamar 117, Sahida Inn
Telepon 782087
d.
Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan atas bagiannya.
Misal:
BAB IX,Pasal 3, halaman 117
Halaman 57, baris 11
e.
Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Misal:
Bilangan utuh
:
Dua belas
117
:
seratus tujuh belas
Bilangan pecahan
2⅔
1%
f.
:
:
:
⅓
12
sepertiga
dua dua pertiga
satu persen
Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara cara berikut
Misal:
Paku Buwono X, Paku Buwono ke-10, Paku Buwono kesepuluh
BAB III, BAB ke-3, BAB ketiga
g.
Penulisan kata bilangan yang mendapatakhir-an
Misal:
Tahun 20-an atau tahun dua puluhan
Sepuluh uang 500-an atau sepuluh uang lima ratusan
h.
Lambang bilangan yang dinyatakan dengan satu atau dua kataditulis dengan
huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan digunakan secara beruntut.
Misal:
Sampai lima kali saya membangunkanya tadi.
Di antara 50 anggota yang terdaftar, 26 wanita dan 24 orang pria.
i.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Misal:
Sepuluh orang istri kepala suku.
Bukan: 10 orang istri kepala suku
j.
Angka yang menunjukan bilangan bulat yang besar, dapat dieja sebagaian
supaya lebih mudah dibaca.
Misal:
Luas Republik Rakyat Cina kira-kira 9,7 juta kilometer persegi; penduduknya
787 juta jiwa
k.
Dokumen resmi seperti akta dan kuitansi, bilangan tidaj perlu ditulis dengan
angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Misal:
Dalam asrama itu tinggal lima puluh orang mahasiswa.
Bukan: Dalam asrama itu tinggal 50 orang mahasiswa.
l.
Kalau bilangan dilambangkan dengan angka atau huruf, maka penulisanya harus
tepat.
Misal:
Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp. 3.330,00 (tiga ributiga ratus tiga
puluh rupiah)
2.3.8
Penulisan Kata Asing atau Huruf Miring
Dalam percakapan sehari-hari, antara karyawan percetakan dan penerbit istilah
huruf miring ini biasa diganti dengan huruf kursif. Perlu kita ingat bahwa dalam tulisan
tangan atau ketikkan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis
dibawahntya.
Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk:
a.
Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Misal:
Saman karya Ayu Utami
Majalah Horison
Kamus Ungkapan karya Komarudin
Surat kabar kompas
b.
Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misal:
Huruf pertama kata lari adalah l.
Bab ini khusus membicarakan huruf miring.
c.
Menuliskan nama-nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaan.
Misal:
Kata language acquisition kita terjemahkan dengan pemerolehan bahasa.
Buah manggis nama ilmiahnya ialah Garcinia mangontana
d.
Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya
diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misal:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring
digarisbawahi.
2.3.9
Penulisan Kata
Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia merupakan sebuah urgensi yang tak
boleh lepas dari sistem penulisan. Karena tiap karya sastra Bahasa Indonesia terbentuk
dari kata-kata. Membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya
berupa kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata
sandang, partikel, singkatan akronim, angka dan lambang bilangan.
Di antara poin penting penulisan kata dalam EYD ialah:
a.
Kata Dasar
Kata dasar yang berupa kata dasar dan ditulis sebagai kesatuan. Kata yang sudah
mewakili sebuah arti tanpa imbuhan apapun.
Misalnya :
Kantor pos sangat ramai. Buku itu sudah saya baca. Adik naik sepeda baru.
(ketiga kalimat tersebut di bangun dengan kata dasar)
b.
Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) di tulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Misalnya:
bergeletar, dikelola, penatapan, pendidikan, mempermainkan.
2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya, kalau bentuk dasarnya berupa gabungan
kata.
Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan
akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
dipertanggungjawabkan,
Menggarisbawahi,
disalahgunakan,
menandatangani
4. Salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai
Misalnya:
Asusila, dwitunggal, dwibahasa, nonstop, tunaaksara, pancaindra
c.
Bentuk Ulang
Merupakan kata yang ditulis berulang, baik bermakna tunggal, jamak maupun
berulang. Bentuk kata berulang ini dihubungkan dengan lambang (-)
Kata ulang dalam bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi untuk menunjukkan
jamak, tapi juga berfungsi antara lain :
Menyatakan benda yang menyerupai kata dasar itu. Misalnya: anak-anakan,
orang-orangan.
Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali.
Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
Menyatakan makna lebih (intensitas). Misalnya: cepat-cepat, baik-baik.
Macam-Macam Kata Ulang:
1. Kata Ulang Dwipurwa yaitu ulangan atas suku kata awal. Vokal dari suku kata awal
mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet.
Misal:
Tatanaman
>
tetanaman
Tatangga
>
tetangga
Luluhur
>
leluhur
Lalaki
>
lelaki
Luluasa
>
leluasa
Titirah
>
tetirah
2. Kata Ulang Utuh yaitu ulangan atas seluruh bentuk dasar.
Kata ulang utuh terbagi 2:
a. Kata ulang dwilingga, ulangan atas bentuk dasar yang berupa kata dasar.
Misalnya:
rumah-rumah
buah-buah
anak-anak
b. Kata ulang kata jadian berimbuhan, yaitu ulangan atas bentuk dasar berupa kata
jadian berimbuhan.
Misalnya:
perbuatan > perbuatan-perbuatan
timbangan > timbangan-timbangan
pengumuman > pengumuman-pengumuman
c. Kata Ulang Dwilingga Salin Suara yaitu ulangan yang terjadi atas seluruh suku
kata, namun pada salah satu lingganya terjadi perubahan suara pada satu fonem
atau lebih.
Misalnya:
gerak-gerak > gerak-gerik
sayur-sayur > sayur-mayur
porak-porak > porak-parik
tegap-tegap > tegap-begap
d. Kata Ulang Berimbuhan yaitu ulangan yang mendapat imbuhan baik pada lingga
pertama maupun pada lingga kedua.
Misalnya:
bermain-main
berjalan-jalan
berpukul-pukulan
gunung-gemunung
tarik-menarik.
d.
Gabungan Kata
1.
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
bagian umumnya ditulis terpisah
Misal