Jurnal SANTIAJI PENDIDIKAN Diterbitkan o

Diterbitkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar

JSP

Jilid 1

Nomor 2

Halaman

Denpasar Juli 2011

JURNAL SANTIAJI PENDIDIKAN (JSP)

Jilid 1, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 111- 213

DAFTAR ISI

1 Improving students’ speaking skill through jigsaw type 111-120 cooperative learning of class XI IA2 students of SMA N 1 Blahbatuh Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni, Ida Ayu Martini, dan Cok Istri W.

Anggarini

2 Upaya meningkatkan apresiasi sastra murid kelas V SD Negeri 121-130

4 sesetan denpasar pada bacaan cerita melalui lokakarya membaca

I Ketut Adnyana Putra

3 Pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran Agama 131-145

Hindu di SMA I Nengah Dugdug

4 Peningkatan kemampuan memahami cerita dongeng melalui 146-157

metode diskusi pada Siswa kelas V SD Negeri 10 Sanur Ni Luh Sukanadi dan Ida Ayu Made Wedaswari

5 Assessing the acquisition of information questions in English 158-169 made by the eleventh grade students of SMK Saraswati Denpasar

in Academic Year 2009/2010 Dewa Gede Agung Gana Kumara

6 Pengajaran “English for guiding” berbasis pendekatan sosiokultural 170-178

I Nengah Astawa

7 Upaya meningkatkan kemampuan berpidato dengan menggunakan 179-187 metode demontrasi siswa kelas VI SD Negeri 1 Kukuh Kerambitan

Tahun pelajaran 2009/2010 Ni Made Sueni, I Wayan Nardi, Ni Kadek Ria Padmadewi

8 Analisis pertanyaan guru dalam interaksi belajar-mengajar Bahasa 188-203

Indonesia pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 7 Susut, Bangli Tahun Pelajaran 2007/2008

I Nyoman Diarta

9 Metode homeschooling, model alternatif pendidikan anak usia dini di 204-213 masyarakat

Ida Bagus Nyoman Wartha

Jurnal Santiaji Pendidikan, 2011, 1(2):121-130 ISSN 2087-9016

UPAYA MENINGKATKAN APRESIASI SASTRA MURID KELAS V SD NEGERI 4 SESETAN DENPASAR PADA BACAAN CERITA MELALUI LOKAKARYA MEMBACA

I Ketut Adnyana Putra Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ABSTRACT

This class action research's objective is to develop the students literature appreciation year 5, to the story reading through reading workshop which focus on the developing of emotive response to the content of the story and the developing response at the character and event in the story. This research took place at SD 4 Sesetan Denpasar in two cyclus, in every cycle hare are two meeting. This subject research is year 5 teacher. The research data is collected using observation, interview, and document analyzing technique. The data is analyzed qualitatively which refers to ongoing analysis principle. The result of the research Indicates that through reading workshop activity, rind the. procedure (1) mini lessons, that is introduction of the story book, selection of the story books based on the student’s interest, (2) continued to the silent residing, (3) making dialogue journal, and at last (4) sharing, literature appreciation students year 5 elementary school to the story reading covers emotive response to the story contents, and the response to the character and event at the story develop.

Key words: Literature appreciation, story reading, and reading workshop

PENDAHULUAN

Pembelajaran sastra, khususnya menyangkut apresiasi sastra dipermasalahkan pengamat pendidikan dan sastrawan karena dirasakan tidak memenuhi harapan (Suharianto, dalam Dadan, 1998). Keluhan dan kekurangan pembelajaran sastra tersebut karena pembelajaran sastra hanya berkisar pada sejarah dan teori sastra, bukan pada apresiasi karya sastra. Para murid kurang diajak mengakrabi dan mengapresiasi karya sastra, padahal sesuai dengan pengertian karya sastra, adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.

Di sekolah dasar, pembelaiaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan murid mengapresiasi karya sastra. Kegiatan

Jurnal Santiaji Pendidikan, 2011, 1(2):121-130 ISSN 2087-9016

mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup (Depdikbud 1994:10). Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Huck dkk. (1987) bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberikan pengalaman pada murid yang akan berkonstribusi pada 4 (empat) tujuan, (1) pencarian kesenangan pada buku (discovering delight in books), (2) menginterpretasi bacaan sastra (interpreting literature), (3) mengembangkan kesadaran bersastra (literary awarness), dan (4) mengembangkan apresiasi (developing apreciation ).

Untuk tercapainya apresiasi sastra seperti yang diinginkan/disarankan Rosenblatt (dalam Gani, 1988:13) beberapa prinsip sebagai berikut.

1) Murid harus diberikan kebebasan menampilkan respon dan reaksinya terhadap bacaan.

2) Murid harus diberikan kesempatan mempribadikan dan mengkristalisasikan rasa pribadinya terhadap cerita yang dibacanya.

3) Peranan guru harus merupakan daya dorong saat murid mengadakan eksplorasi. Apresiasi murid pada bacaan cerita di SD (terteliti) selama ini masih kurang optimal. Kesan itu diperoleh dari hasil pengamatan di kelas V SD terteliti bahwa kegiatan apresiasi masih kurang optimal. Data penelitian pendahuluan ini memperlihatkan hasil sebagai berikut.

1) Guru belum mencoba memanfaatkan bacaan otentik. Teks yang digunakan

hanya terpaku pada buku ajar, disajikan berupa penggalan yang ada pada buku ajar, tidak mencoba memanfaatkan bacaan secara utuh. Padahal SD terteliti memiliki buku cerita cukup banyak.

2) Saat pembelajaran apresiasi, kurang terlihat adanya pengoptimalan keterampilan berbahasa murid secara terpadu (membaca, menyimak, berbicara, dan menulis).

3) Murid kurang terlibat pada buku yang dibacanya. Hal ini ditandai dengan

tidak terlibatnya emosi anak-anak pada kejadian cerita, tokoh cerita, dan isi cerita. Beberapa murid yang diwawancarai tentang sikapnya terhadap tokoh cerita dan emosinya terhadap kejadian cerita jawabannya tidak menampakkan hal yang emosional. Berbeda pada waktu ditanya tokoh cerita televisi mereka sangat antusias.

Jurnal Santiaji Pendidikan, 2011, 1(2):121-130 ISSN 2087-9016

Pembelajaran apresiasi sebagaimana dimaksudkan Kurikulum 1994 sangatlah perlu dilakukan. Dalam konteks persekolahan terutama pendidikan dasar, apresiasi merupakan salah satu wahana yang dapat mengembangkan dan membina emosi anak-anak. Salah satu alternatif cara yang dapat diupayakan dalam meningkatkan apresiasi murid pada bacaan cerita yaitu melalui Loka Karya Membaca (Reading Workshop).

Bertolak pada latar belakang tersebut, serta atas dasar pemikiran dan alasan-alasan itu, penelitian ini dilakukan.

METODE

Rancangan Penelitian

Adapun metode penelitian diorientasikan pada metode penelitian tindakan. Penggunaan metode penelitian tindakan dilakukan dengan mengidentifikasi gagasan umum yang dispesifikasikan sesuai dengan tema penelitian. Spesifikasi gagasan tersebut selanjutnya digarap melalui dua tahapan secara berdaur mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (perenungan, pemikiran, dan evaluasi) (Kemmis dan McTaggart dalam Tomskins, 1993).

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 4 Sesetan Denpasar Selatan dengan subjek penelitian siswa kelas V yang berjumlah 29 orang. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama empat minggu efektif.

Rancangan Tindakan

Rancangan tindakan pembelajaran Apresiasi Sastra pada bacaan cerita melalui lokakarya membaca didasarkan pada masalah penelitian meliputi: (a) prosedur lokakarya membaca yang bagaimanakah yang dapat meningkatkan tanggapan emotif siswa pada isi cerita, dan (b) prosedur loka karya membaca yang bagaimanakah yang dapat meningkatkan tanggapan pada pelaku dan peristiwa dalam cerita. Selanjutnya perencanaan pembelajaran tersebut dilakukan dalam dua siklus dengan dua kali pertemuan untuk setiap siklusnya.

Jurnal Santiaji Pendidikan, 2011, 1(2):121-130 ISSN 2087-9016

Perencanaan Tindakan Siklus I

Tujuan pembelajaran khusus pertemuan pertama lokakarya ini adalah agar siswa dapat mengungkapkan tanggapan emotif pada isi cerita, yang dapat dirinci menjadi :

1) Menyampaikan kesan tentang cerita yang telah dibacanya dalam bentuk jurnal dialog.

2) Memberikan alasan tentang kesan cerita yang telah dibacanya dalam bentuk jurnal dialog.

3) Mengungkapkan bagian cerita yang paling disukai/menarik dalam bentuk jurnal dialog.

4) Mengungkapkan alasan tentang bagian cerita paling disukai/menarik dalam bentuk jurnal dialog. Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua siklus I difokuskan pada tujuan pembelajaran agar siswa dapat mengungkapkan tanggapan tentang pelaku dan peristiwa dalam cerita, yang dirinci berikut ini.

1) Dapat menghubungkan peristiwa atau pelaku dalam cerita dengan pengalaman kehidupannya dalam bentuk jurnal dialog

2) Dapat mengemukakan pendapat tentang rasa simpatik pada pelaku yang paling disukainya dalam bentuk jurnal dialog.

3) Dapat memerankan pelaku pada suatu peristiwa yang ada dalam cerita.

Perencanaan Tindakan Siklus II

Perencanaan tindakan siklus II yang berbentuk satuan pelajaran tidak banyak mengalami perubahan dari perencanaan siklus I. Tujuan kelasnya tetap, yakni agar siswa mampu menyerap isi cerita serta dapat memberikan tanggapan. Demikian pula tujuan pembelajaran khususnya tetap mengacu pada dua fokus yaitu (1) agar siswa dapat memberikan tanggapan emotif pada isi cerita, dan (2) agar siswa dapat mengungkapkan tanggapan tentang pelaku dan peristiwa dalam cerita. Perubahan yang terjadi hanya pada kegiatan pembelajarannya, sebagai hasil dari refleksi siklus I.

Kegiatan belajar pertemuan kedua siklus II sebagai berikut: (1) guru bertanya jawab tentang pelaku dan peristiwa dalam cerita, (2) guru bersama murid membaca dalam hati, (3) siswa membuat jurnal dialog sesuai dengan tuntutan dalam tujuan pembelajaran, (4) siswa bersama dengan guru

Jurnal Santiaji Pendidikan, 2011, 1(2):121-130 ISSN 2087-9016

melakukan pertemuan kelompok, untuk selanjutnya mempersiapkan pemeranan, (5) siswa melakukan pemeranan tokoh cerita.

Pelaksanaan Tindakan

Siklus I dan Siklus II penelitian ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Proses tindakan pada pertemuan pertama siklus I dan II berupa kegiatan pembelajaran tanggapan emotif pada isi cerita, dilakukan dengan prosedur lokakarya yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Demikian pula tindakan pertemuan kedua siklus I dan II yakni tanggapan siswa terhadap pelaku dan peristiwa dalam cerita juga dlakukan atas dasar perencanaan yang telah ditetapkan bersama oleh peneliti dan praktisi.

Pengamatan dan Refleksi

Kegiatan ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dan praktisi. Pada kegiatan pengamatan bila yang melakukan pembelajaran adalah guru, maka peneliti bertindak sebagai pengamat demikian juga sebaliknya.

Kegiatan refleksi dilakukan setiap kegiatan pembelajaran berakhir. Pada kegiatan inilah temuan dan hasil pengamatan peneliti ditriangulasi dengan pendapat praktisi. Bila diperoleh hasil yang belum optimal, peneliti bersama praktisi mencari upaya untuk memaksimalkannya.

Teknik Pengumpulan Data

Ada empat teknik yang digunakan mengumpulkan data penelitian ini, yaitu (1) pengamatan, (2) wawancara, (3) catatan lapangan, dan (4) penggunaan dokumen.

Data dan Sumher Data

Data penelitian ini berupa (1) catatan tentang pelaksanaan atau prosedur loka karya yang terus diperbaiki sampai hasil dan prosesnya optimal, (2) deskripsi proses dan temuan selama lokakarya membaca, yaitu hasil observasi dan wawancara berupa kata verbal maupun nonverbal, (3) hasil selama lokakarya membaca yaitu jurnal dialog berupa kata verbal tulis.

Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas V SDN. No. 4 Sesetan Denpasar berjumlah 29 orang. Berdasarkan pelaksanaan tindakan dari 29 siswa

Jurnal Santiaji Pendidikan, 2011, 1(2):121-130 ISSN 2087-9016

tercatat 25 siswa yang mengikuti tindakan secara rutin. Dengan demikian sumber data penelitian ini digunakan ke-25 siswa tersebut.

Analisis Data

Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini dianalisis melalui kegiatan penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses analisa dilakukan dengan mengacu pada prinsip ongoing analysis. Sesuai dengan prinsip di atas, analisis data dilakukan sejak data awal terkumpul sampai pengumpulan data salesai dilakukan. Oleh karena itu setelah data pada siklus I terkumpul mulai tahap 1 dan 2, peneliti sudah melakukan analisis. Dan saat keseluruhan data terkumpul yakni mulai siklus I dan II maka diakukan pengkategorian dan pengkodean data untuk selanjutnya dimaknai.

Triangulasi Data

Triangulasi dilakukan dengan teknik triangulasi metodologis dengan mengacu pada penggunaan teknik wawancara, pengamatan, dan analiais hasil tulisan siswa. Terkait dengan temuan hasil, triangulasi dilakukan peneliti dalam hal ini dengan guru dan teman sejawat sehingga diperoleh penemuan hasil yang optimal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasi1 Tindakan Lokakarya Membaca (LKM)

Dari ke 29 siswa kelas V SD No. 4 Sesetan Denpasar yang dijadikan subjek penelitian ini, pada kenyataannya hanya 25 siswa yang benar-benar mengikuti tindakan pada siklus I dan siklus II. Oleh karena itu paparan hasil tindakan ini juga mengacu pada hasil kerja atau data dari ke 25 siswa tersebut.

Kemampuan Memberikan Tanggapan Emotif pada Isi Cerita

Target hasil yang harus dicapai apresiasi tanggapan emotif pada isi cerita adalah: (a) Siswa dapat menyampaikan kesan tentang cerita setelah membaca, (b) Siswa dapat memberikan alasan tentang perasaan yang dikemukakannya tersebut, (c) Siswa dapat mengungkapkan bagian cerita yang paling disukainya, dan (d) Siswa dapat memberikan alasan tentang bagian cerita yang paling disukainya tersebut.

Jurnal Santiaji Pendidikan, 2011, 1(2):121-130 ISSN 2087-9016

Kemampuan memberikan tanggapan secara emotif bila dirinci menggunakan rambu-rambu kemampuan apresiasi dapat disusun dalam tabel berikut ini.

Tabel Hasil Kemampuan Memberikan Tanggapan Emotif Kualifikasi

Siklus I

Siklus II

Sangat baik

22 siswa Baik

16 siswa

3 siswa Cukup

- Sangat kurang

1 siswa

Memperhatikan tabel di atas tampak bahwa pada pelaksanaan tindakan siklus I, diperoleh hasil 16 orang siswa berkualifikasi sangat baik, 7 orang baik, 1 orang cukup, dan 1 orang lagi kurang.

Hasil tanggapan siswa secara emotif pada siklus II secara umum lebih baik dari siklus I. Siswa yang berkualifikasi sangat baik mencapai jumlah 22 siswa, sedangkan 3 siswa telah mencapai kualifikasi baik. Hal ini berarti dari

25 siswa yang dijadikan subjek penelitian ini, ke-25 siswa telah mampu memberikan tanggapan secara emotif terhadap bacaan cerita sesuai dengan isinya, dan telah mampu menunjukkan bagian cerita yang menarik serta yang kurang menarik, beserta alasan-alasannya yang terurai dengan sangat rapi, lugas, ekspresif.

Kemampuan Memberikan Tanggapan pada Pelaku dan Peristiwa Cerita

Berdasarkan pengamatan, hasil unjuk kerja siswa pada siklus I, dapat dikatakan bahwa secara umum siswa telah mampu memberikan tanggapan pada pelaku dan peristiwa dalam cerita dengan baik. Mereka telah mampu menuangkan pengalamannya yang mirip dengan cerita yang dibacanya. Kemampuan memberikan tanggapan pada pelaku dan peristiwa dalam cerita dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Jurnal Santiaji Pendidikan, 2011, 1(2):121-130 ISSN 2087-9016

Tabel Hasil Kemampuan Memberikan Tanggapan Pelaku dan Peristiwa dalam Cerita

Kualifikasi

Siklus I

Siklus II

Sangat baik

21 siswa Baik

18 siswa

4 siswa Cukup

- Dari tabel di atas pada siklus I kegiatan LKM untuk tujuan

1 siswa

meningkatkan kemampuan siswa memberikan tanggapan pada pelaku dan peristiwa dalam cerita rnenghasilkan 18 siswa berkualifikasi sangat baik, 3 siswa berkualifikasi baik, 3 siswa berkualifikasi cukup, dan 1 siswa berkualifikasi kurang.

Atas dasar hasil kerja siswa pada siklus I, peneilti bersama guru selaku praktisi berdiskusi untuk mencari alternatif lain sebagai upaya peningkatan pembelajaran apresiasi pada bacaan cerita. Dengan mengadakan beberapa perubahan kegiatan pembelajaran melalui lokakarya membaca tersebut, peneliti bersama praktisi kembali melakukan tindakan yaitu siklus II, yang akhirnya diperoleh hasil siswa yang berkualifikasi sangat baik meningkat menjadi 21 orang, dan 4 siswa lainnya berkualifikasi baik. Oleh karena adanya peningkatan hasil yang cukup berarti atas tindakan lokakarya membaca tersebut peneliti akhirnya mengambil kesimpulan untuk menghentikan tindakan.

Pembahasan

Lokakarya membaca yang diperkenalkan pertama kali oleh Nancie Atwell (1987) adalah suatu pendekatan whole language yang mengintegrasikan pengajaran mini, membaca dalam hati dan tanggapan tertulis terhadap bacaan dalam bentuk jurnal dialog.

Lokakarya membaca menyediakan waktu yang konsisten untuk membaca terutama membaca dalam hati, karena ada keyakinan bahwa anak- anak belajar membaca harus bergaul langsung dengan bacaan bukan lewat teori. Kegiatan membaca otentik yang dilakukan dalam penelitian inipun didukung oleh pendapat Holdaway (1980) yang mengatakan bahwa kegiatan

Jurnal Santiaji Pendidikan, 2011, 1(2):121-130 ISSN 2087-9016

membaca yang menguntungkan para siswa adalah membaca dengan cara alamiah dan bahan otentik, bukan penggalan atau sinopsis cerita.

Belajar mengadakan pemilihan buku secara pribadi sesuai dengan minatnya atau siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memilih sendiri bacaannya akan menumbuhkan perkembangan pengetahuan sastra dan meningkatkan kefasihan membaca serta kebiasaan membaca. Namun demikian perlu diketahui oleh para guru, bahwa upaya membaca individu bisa berhasil bila guru benar-benar sadar akan keadaan para muridnya sebagai pembaca. Kemampuan guru dalam mengamati murid-muridnya membaca dalam hati, akan memberikan asesmen yang akan bisa mendorong guru untuk mengambil keputusan yang tepat.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah:

1) Melalui kegiatan lokakarya membaca kemampuan murid membuat tanggapan isi cerita pada umumnya sangat baik.

2) Melalui kegiatan lokakarya membaca kemampuan murid membuat tanggapan pada pelaku dan peristiwa dalam cerita umumnya sangat baik. Dengan perkataan lain pembelajaran apresiasi sastra melalui kegiatan lokakarya membaca dapat membuat murid berinteraksi apresiatif pada bacaan cerita.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas dapat diajukan saran sebagai berikut:

3) Agar murid tidak bosan karena pembelajaran membaca hanya bersumber dari buku paket, buku cerita yang ada di perpustakaan sekolah dapat dimanfaatkan guru lewat kegiatan lokakarya membaca.

4) Tuntutan apresiasi bukan hanya pada produk tetapi juga proses. Untuk itu guru sebaiknya tidak hanya mementingkan hasil, tetapi juga memantau proses apresiasi murid melalui jurnal dialog, atau dialog membaca.

Jurnal Santiaji Pendidikan, 2011, 1(2):121-130 ISSN 2087-9016

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1996. Pengajaran Melalui Penelitian Area Isi Teks Naratif. Malang: PPS IKIP Malang.

--------. 1997. Pemahaman dan Penikmatan Bacaan Sastra Bagi Anak Usia Sekolah Dasar. Malang : PPS IKIP Malang.

Atwell, Nancie. 1987. In the Middle : Writing, Reading, and Learning with Adolescents . United States: Cook Publisher Inc.

Beach, R. 1991. Teaching Literature in the Secondary School. San Diego : Harcourt Brace Inovovich.

Combs, Martha. 1996. Developing Competent Readers and Writers in the Premary Grade . Ohio: Merrill Prentice Hall.

Dadan, J. 1996. “Sastra Anak Sebagai Landas Tumpu Pembelajaran Lintas Kurikulum”. Makalah disajikan dalam Seminar Program Studi PGSD. Malang: PPS.

Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar; Landasan Program dan Pengembangan. Jakarta : Depdikbud.

Gani, Rizanur. 1988. Respon dan Analisis. Padang : Dian Dinamika Press. Holdaway, Don. 1980. Independence in Reading. Sydney : Ashton Scholastic. Hopkins, 1933. A Teacher’s Guide To Classroom. Philadelphia : Open

University Press. Syafi’ie, Imam. 1995. “Pendekatan Whole Language dalam Pembelajaran

Bahasa. Dalam Bahasa dan Seni. Tahun 23. No. 2 Agustus 1995. Sutherland, Z. dan M-N. Arbuthnot. 1991. Children and Books. New York :

Harper Collins Publhiser. Wasena. 1994. Wawasan dan Konsep Dasar Penelitian Tindakan Pendidikan.

Makalah disampaikan dan dibahas pada Pelatihan Penelitian Tindakan yang Diselenggarakan di IKIP Yogyakarta, tanggal 9-12 Januari 1994.

Weseman, D.L. 1992. Learning to Read with Literature. US : Allyn and Bacon.

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AGAMA HINDU DI SMA

I Nengah Dugdug SMA (SLUA) Saraswati Denpasar ABSTRACT

The implementation of Hindu education in 1994 was still dominated by cognitive achievement rather than affective and psychomotor ability in learning objectives. In 2003 The National Education Department through National Education Standard Institution comprised national competency-based curriculum for Hindu subject. Competency-based Curriculum in Senior High School level needs further improvement through educational unit level curriculum because it will improve human sources quality especially teacher in developing syllabi and lesson plan. Based on the above fact, the writer formulates three problems as follows: (1) what are the steps of developing syllabus and lesson plan in Senior High School; (2) what are the factors that may affect the process of developing Hindu subject syllabus and lesson plan in Senior High School; (3) What efforts are needed in developing Hindu subject syllabus and lesson plan in Senior High School. The steps of developing Hindu subject syllabus and lesson plan can be independently or collaboratively in deliberation of subject teacher. The factors that encourage the development of the syllabus and lesson plan, that is, interest to the duties, responsibilities of the task, learning facilities, the attention of the head master, community demand and teachers’ administrative demand. These efforts which were done in developing syllabus and lesson plan was discussion, following seminar, workshop, and upgrading program as well as providing facilities and infrastructures. The Hindu Subject syllabus and lesson plan are expected to be applied in Senior High School.

Keywords: syllabus, lesson plan, Hindu.

PENDAHULUAN

Secara kronologis kurikulum tahun 1978, 1984, dan tahun 1994 kurang mengetengahkan acuan standar yang lebih jelas tentang kemampuan yang harus dikembangkan pada peserta didik. Kurikulum pendidikan Agama Hindu tahun 1994 telah mempertimbangkan kemampuan afektif dan psikomotor dalam rumusan tujuan pembelajaran. Implementasinya dirasakan masih terasa didominasi pencapaian kognitif dari pada psikomotor, dan afektif. Kurikulum pendidikan Agama Hindu tahun 1994 kurang mengakomodasi keragaman kebutuhan daerah. Penjabaran pelajaran Agama Hindu banyak diluar jangkauan manusia, akibatnya pelajaran Secara kronologis kurikulum tahun 1978, 1984, dan tahun 1994 kurang mengetengahkan acuan standar yang lebih jelas tentang kemampuan yang harus dikembangkan pada peserta didik. Kurikulum pendidikan Agama Hindu tahun 1994 telah mempertimbangkan kemampuan afektif dan psikomotor dalam rumusan tujuan pembelajaran. Implementasinya dirasakan masih terasa didominasi pencapaian kognitif dari pada psikomotor, dan afektif. Kurikulum pendidikan Agama Hindu tahun 1994 kurang mengakomodasi keragaman kebutuhan daerah. Penjabaran pelajaran Agama Hindu banyak diluar jangkauan manusia, akibatnya pelajaran

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 pasal 20 dinyatakan perencanaan proses pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (SNP, 2007:13).

Dalam pernyataan tersebut, guru dalam proses pembelajaran Agama Hindu hendaknya mampu mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Agama Hindu. Namun kenyataannya di berbagai sekolah banyak guru belum mampu mengembangkan silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meskipun telah menerapkan KTSP.

Pandangan masyarakat terhadap pengembangan silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Agama Hindu di sekolah, selama ini adalah belum adanya keseimbangan dengan prilaku yang dikehendaki oleh masyarakat.

Tuntutan masyarakat global terhadap pengembangan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Agama Hindu mampu menghasilkan keseimbangan antara pengetahuan teoritis dengan pengetahuan prakris yakni apa yang diajarkan di sekolah ada relevansinya dengan kehidupan nyata setelah peserta didik terjun ke masyarakat. Pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Agama Hindu disekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan Sradha peserta didik kehadapan Brahman melalui penghayatan dan pengamalan ajaran Agama, menjadi Hindu yang dharmika dan mampu mewujudkan cita-cita luhur Moksrtham Jagadhita (Depdiknas, 2003:6). Orang tua siswa sangat mengharapkan agar anaknya setelah tamat dapat menjadi primer-primer pembangunan atas dasar konsep yang tangguh dan dapat bekerja secara profesional serta mampu menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha yaitu manacika (berpikir), wacika (berkata), dan kayika (berbuat).

Pengembangan silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Agama Hindu adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh keimanan dan bhakti kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta dapat meningkatkan potensi spiritual sesuai dengan ajaran Agama.

PEMBAHASAN Langkah-langkah Pengembangan Silabus

Pengembangan Silabus dilakukan secara sistematis, dan mencakup komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapaai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus merupakan penjabaran standar Kompetensi dan kompetensi dasar kedalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar(Mulyasa, 2007:190)

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyebutkan silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (BSNP, 2006:14).

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pengembangan silabus diserahkan sepenuhnya kepada sekolah atau satuan pendidikan (Mulyasa, 2007:191). Setiap satuan pendidikan atau sekolah diberikan kebebasan, keleluasaan dalam mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah masing- masing dengan mengacu pada kurikulum nasional atu standar nasional.

Langkah-langkah pengembangan silabus dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut :

1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada standar isi dengan memperhatikan :

a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu atau tingkat kesulitan Materi.

b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata Pelajaran b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata Pelajaran

2. Mengidentifikasi materi pokok. pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan :

a. Potensi potensi peserta didik.

b. Relevansi dengan karakteristik daerah.

c. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan

d. spiritual peserta didik.

e. Kebermanfaatan bagi peserta didik.

f. Struktur keilmuwan.

g. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran.

h. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik, tuntutan lingkungan dan, alokasi waktu.

3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal - hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut : a) kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara professional,

b) kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar, c) penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran, d) rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa dan materi.

4. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi.

Indikator merupakan indikasi pencapaian kompetensi dasar. Pencapaian kompetensi dasar ditandai dengan perubahan perilaku yang terukur yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah. Indikator dirumuskan dalam kata kerja operasionalyang terukur dan atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

5. Penentuan jenis penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis, lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas proyek dan produk, penggunaan portopolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkeseinambungan. Penilaian memberi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian :

a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

b. Penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dan bukan menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.

c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum serta untuk mengetahui kesulitan siswa.

d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut tersebut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remidi bagi peserta didik yang memilih kompetensi dibawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.

e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi dalam bentuk keterampilan proses, mencari informasi di lapangan dengan teknik wawancara atau observasi.

6. Menentukan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar. Penentuan alokasi waktu didasarkan pada jumlah minggu efektif dan waktu yang diperoleh untuk setiap mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu untuk kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik dengan kemampuan yang beragama.

7. Menentukan rujukan, objek, dan bahan sebagai sumber belajar dalam Kegiatan pembelajaran.

Sumber belajar yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/ pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi (BSNP, 2006:12).

Langkah-langkah Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan komponen yang paling penting dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Terkait dengan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tugas guru dalam kurikulum yang berbasis KTSP adalah menjabarkan silabus ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang lebih operasional dan rinci dalam pembelajaran.

Dalam pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, guru diberi kebebasan untuk mengubah, memodifikasi, dan menyesuaikan silabus dengan kondisi sekolah dan daerah serta karakteristik peserta didik (Mulyasa, 2007:212).

Menurut Mulyasa (2007:324) langkah-langkah yang patut dilakukan guru Menurut Mulyasa (2007:324) langkah-langkah yang patut dilakukan guru

Langkah kedua adalah mengembangkan materi standar yang merupakan isi kurikulum yang diberikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Materi standar mencakup tiga komponen utama, yaitu ilmu pengetahuan, proses, dan nilai-nilai. Tiga komponen utama tersebut dapat dirinci sesuai dengan kompetensi dasar visi dan misi sekolah. Sehubungan dengan itu guru sebagai manajer kurikulum di Sekolah dapat memilih dan mengembangkan materi standar sesuai dengan kebutuhan, perkembangan jaman, minat, kemampuan, dan perkembangan peserta didik.

Langkah ketiga adalah menentukan metode dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penentuan metode pembelajaran ada kaitan dengan pemilihan strategi pembelajaran yang paling efisien dan efektif dalam memberikan pengalaman belajar yang diperlukan untuk membentuk kompetensi dasar. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan guru dalam melakukan proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Strategi pembelajaran dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan. Setiap pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Guru dapat menggunakan berbagai metode, dan berbagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru dapat memilih dan menggunakan berbagai metode dan media pembelajaran yang dapat menumbuhkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik.

Langkah keempat pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah merencanakan penilaian. Sejalan dengan KTSP yang berbasis kompetensi penilaian hendaknya dilakukan berdasarkan apa yang dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Oleh karena itu, penilaian Langkah keempat pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah merencanakan penilaian. Sejalan dengan KTSP yang berbasis kompetensi penilaian hendaknya dilakukan berdasarkan apa yang dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Oleh karena itu, penilaian

Faktor-faktor Pendorong dalam Pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Faktor-faktor yang mendorong dalam pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Agama Hindu dapat dipilih-pilih menjadi enam faktor yaitu : minat terhadap tugas, tanggung jawab terhadap tugas, sarana dan prasarana, perhatian dari Kepala Sekolah, tuntutan masyarakat, dan tuntutan administrasi guru.

Minat Terhadap Tugas

Menurut Slameto (2003:37) menyebutkan minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Demikian pula minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan Nawawi dalam Mulyasa (2007:230) mengungkapkan minat dan kemampuan terhadap suatu pekerjaan berpengaruh terhadap moral kerja. Minat merupakan dorongan untuk memilih suatu obyek berupa kegiatan atau pekerjaan yang diekspresikan dengan perasaan suka. Guru dalam mengembangkan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Agama Hindu di sekolah tentu dipengaruhi oleh minat yang ada dalam dirinya. Jika guru mempunyai minat sesuai dengan peranannya, maka guru akan berusaha melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan upaya pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara optimal. Faktor minat dapat mendorong untuk menjadikan sikap profesional guru. Sikap profesional guru dalam pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yaitu : a) sukarela, b) dapat menyesuaikan diri dan sabar, c) memiliki sikap yang konstruktif dan rasa tanggung jawab, d) berkemauan untuk melatih diri, dan e) memberikan semangat untuk memberikan layanan kepada Sekolah dan masyarakat.

Tanggung Jawab Terhadap Tugas

Guru memiliki tanggung jawab terhadap sejumlah tugas yang harus dilakukan sesuai dengan profesinya. Berat ringannya beban, tugas guru akan mempengaruhi usaha-usahanya dalam bekerja sesuai kemampuannya, serta berkaitan dengan kuantitas dan kualitas tugas yang dikerjakannya. Pemberian tanggung jawab secara individual, merupakan kesempatan bagi guru untuk mengoptimalkan segenap potensi yang dimiliki dengan kegiatan pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Tanggung jawab merupakan tuntutan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, sehingga guru yang bertanggung jawab akan berusaha melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik. Dalam kaitannya dengan pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk menyukseskan implementasi KTSP. Sujana dalam Mulyasa (2007:229) mengungkapkan, bahwa tanggung jawab mengembangkan kurikulum mengandung arti guru dituntut untuk selalu mencari gagasan baru, dan menyempurnakan praktek pembelajaran. Guru dalam mengembangkan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dipengaruhi oleh beban tugas yang menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan guru dalam kegiatan sehari-hari. Beban tugas dalam pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terkait dengan peran guru sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, melalui kegiatan mengajar, membimbing dan melaksanakan administrasi sekolah.

Sarana dan Prasarana Pembelajaran

Sarana dan prasarana merupakan alat bantu untuk memudahkan guru dalam pengembangan silabus dan RPP. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat, dan berbagai media pengajaran yang lain. Sedangkan prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, dan ruang kesenian. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:249).

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pada bab VII pasal 42 ayat 1 dan 2 menyebutkan: (1) setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pada bab VII pasal 42 ayat 1 dan 2 menyebutkan: (1) setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,

Dalam pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran agama Hindu sarana dan prasarana tetap diperlukan dan memegang peranan penting. Perlengkapan sarana dan prasarana diperlukan untuk dapat menciptakan sekolah yang bersih rapi, indah dan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru dan murid. Hafidz dalam Muhammad Joko Susilo (2007) menyebutkan sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan secara langsung dipergunakan dalam menunjang proses pendidikan khususnya dalam pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Perhatian dari Kepala Sekolah

Menurut Gazali dalam Slameto (2003:56) menyebutkan perhatian adalah keaktifan jiwa yang tertuju kepada suatu obyek. Perhatian kepala sekolah terhadap guru sangat penting untuk meningkatkan profesionalisme kinerja guru (Mulyasa, 2007:234).

Perhatian dari Kepala Sekolah terhadap guru sangat diperlukan untuk memotivasi kinerja guru terkait dengan pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Kepala Sekolah memfasilitasi guru dengan menyediakan layanan perpustakaan dan memberikan kepada guru untuk mengikuti pelatihan, workshop, dan penataran. Profesional guru dalam pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diperlukan kecermatan untuk menentukan langkah sabar, ulet, telaten, serta tanggap setiap kondisi sehingga akan membuahkan suatu hasil yang memuaskan.

Tuntutan Masyarakat

Pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Agama Hindu di kembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat yang ada di sekitar Sekolah merupakan masyarakat homogen atau heterogen. Masyarakat belajar, petani, pedagang, dan pegawai. Sekolah melayani aspirasi-aspirasi yang ada dimasyarakat. Perkembangan dunia usaha yang ada dimasyarakat mempengaruhi pengembangan kurikulum khususnya pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, karena sekolah mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada dimasyarakat menuntut persiapan di Sekolah. Pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Agama Hindu adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Nana Syaodih Sukmadianata, 2006:159).

Pada dasarnya pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran memberi berbagai pengaruh positif dari luar atau dari peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Dengan demikian, peserta didik diharapkan dapat mengantisipasi perubahan masyarakat agraris ke industri, pengembangan IPTEK, pengangguran intelek, terbatasnya lapangan pekerjaan, masyarakat yang kompleks tetapi bersifat individualistis, pengaruh globalisasi, dan adanya revolusi atau reformasi (Dakir, 2004:84).

Tuntutan Administrasi Guru

Sebagai administrator pendidikan sebenarnya guru secara terus menerus terlibat dalam pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran pada sistem dan proses pendidikan. Karena siswa tidak mungkin bisa belajar sendiri tanpa bimbingan guru, maka guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 20 menyebutkan perencanaan proses pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Standar Nasional Pendidikan, 2006:13).

Guru sebagai pendidik profesional, bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengembangkan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Upaya –upaya Pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Agama Hindu.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah 1) melakukan diskusi, 2) mengikuti pelatihan, 3) menyediakan sarana dan prasarana.

Melakukan Diskusi

Diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat. Kamus Bahasa Indonesia menyebutkan diskusi yaitu melibatkan orang saling tukar pendapat secara lisan, teratur, dan untuk mengekspresikan pikiran tentang pokok pembicaraan tertentu (Trianto, 2007:117).

Menurut Suryosubroto dalam Trianto (1997:179) diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. Pemanfaatan diskusi mempunyai arti yang sangat penting. Guru yang satu dengan yang lainnya saling bertukar pendapat dalam pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di sekolah.

Mengikuti Pelatihan, Workshop, dan Penataran

Guru dalam pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diawali dengan mengikuti pelatihan, workshop dan penataran yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Kebijakan Departemen Pendidikan Nasional memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru yang memiliki pengalaman dalam penyusunan silabus (BSNP,2006:15).

Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-sama pada musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) pada tingkat satuan pendidikan untuk satu ssekolah atau Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-sama pada musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) pada tingkat satuan pendidikan untuk satu ssekolah atau

1) Ilmiah yaitu keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuwan. Untuk mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus selayaknya dilibatkan para pakar dibidang keilmuwan masing-masing mata pelajaran. Hal ini dimaksudkan agar materi pelajaran yang disajikan dalam Silabus (Valid).

2) Relevan yaitu cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

3) Sistematis yaitu komponen-komponen silabus saling berhubungan

secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

4) Konsisten yaitu adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

5) Memadai yaitu cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

6) Aktual dan kontekstual yaitu cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

7) Fleksibel yaitu keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolah dan tuntutan masyarakat.

8) Menyeluruh yaitu komponen silabus mencakup keseluruhan ranah

kompetensi(kognitif, afektif, psikomotor) (Masnur Muslich,2007:26) Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran

lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Silabus bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran. Misalnya lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Silabus bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran. Misalnya

Menyediakan Sarana dan Prasarana

Kinerja guru dalam pengembangan silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diawali dengan upaya menyediakan sarana dan prasarana. Muhamad Joko Susilo (2007:65) menyebutkan sarana adalah peralatan dan yang secara langsung dipergunakan dalam proses pendidikan, sedangkan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran.

Dalam pengembangan silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sarana dan prasarana yang diperlukan adalah tempat, buku acuan, buku-buku pelajaran, jurnal, kalender pendidikan, brosur. Semua sumber tersebut menunjukkan seluruh katagori aktifitas pendidikan selama satu tahun dan dirinci dalam semesteran, bulanan dan mingguan.

SIMPULAN

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS VALIDITAS BUTIR SOAL UJI PRESTASI BIDANG STUDI EKONOMI SMA TAHUN AJARAN 2011/2012 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBE

1 50 16

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA CERPEN-CERPEN KARYA SISWA SMP DALAM MAJALAH HORISON DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMP

2 33 89

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI TANJUNG KARANG PERKARA NO. 03/PID.SUS-TPK/2014/PT.TJK TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DANA SERTIFIKASI PENDIDIKAN

6 67 59

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SUMATERA SELATAN

3 52 68