Pandangan Islam Dalam JUal Beli Valas

KARYA ILMIAH
“PANDANGAN ISLAM DALAM JUAL BELI VALUTA ASING”

Ditulis Oleh :
Nama

: ARLAND PRATAMA WIJAYA

Kelas

:G

NIM

: 17101101

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM TAZKIA
2017

PANDANGAN ISLAM DALAM JUAL BELI VALUTA ASING


Ditulis Oleh :
Nama

: ARLAND PRATAMA WIJAYA

Kelas

:G

NIM

: 17101101

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM TAZKIA
2017

i

LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis yang berjudul “Pandangan Islam Dalam Jual Beli Valuta Asing”,

disusun oleh,
Nama : Arland Pratama Wijaya
NIM

: 17101101

Telah diujikan dan telah disahkan pada tanggal _______________ sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh nilai UAS mata kuliah Bahasa Indonesia di Sekolah
Tinggi Ekonomi Islam Tazkia.

Dosen Penguji
Sopyan Munawar, M.Pd

ii

MOTTO

“Jalani, Pelajari, Syukuri”.

Karya ini dipersembahkan untuk

Seluruh Masyarakat
2017

iii

PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul “Pandangan
Islam Dalam Jual Beli Valuta Asing” beserta isinya adalah benar-benar karya saya
sendiri. Dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang
tidak sesuai berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada
klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bogor, Sabtu 22 Desember 2017
Yang membuat pernyataan

Arland Pratama Wijaya
17101101


iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Pandangan Islam Dalam Jual Beli Valuta Asing” sebagai tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia.
Dalam penyusunan karya tulis ini saya telah berusaha dengan kemampuan
yang sebaik-baiknya. Meskipun hasilnya masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Kritik dan saran dari para pembaca sangat saya butuhkan agar karya
tulis ini menjadi lebih baik dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Ucapan terimak kasih saya sampaikan kepada Bapak Sopyan Munawar,
M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia. Saya berharap
semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, 22 Desember 2017
Penulis

v


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... ii
MOTTO................................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN.........................................................................iv
KATA PENGANTAR.................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................. vi
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................2
1.3.1 Tujuan Penelitian....................................................................2
1.3.2 Manfaat Penelitian..................................................................2
1.4 Hipotesis dan Kerangka Teori.......................................................3
1.4.1 Hipotesis................................................................................. 3
1.4.2 Kerangka Teori........................................................................3
1.5 Metode dan Teknik Penelitian.......................................................5
1.5.1 Metode Penelitian...................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................. 7

2.1 Penjelasan..................................................................................... 7
BAB 3 PENUTUP.................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan................................................................................. 13
3.2 Saran.......................................................................................... 13

vi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jual beli valuta asing (valas) dalam transaksi keuangan saat ini sudah
menjadi bagian dari kebutuhan hidup. Sama halnya kebutuhan umat manusia
kepada uang yang berfungsi sebagai nilai tukar. Tak hanya bank
konvensional, sebagian bank lslam juga berperan dalam hal ini.
Yang dimaksud dengan valuta asing adalah mata uang luar negeri
seperti dolar Amerika, poundsterling Inggris, euro, dolar Australia, ringgit
Malaysia dan sebagainya. Apabila antara negara terjadi perdagangan
internasional maka tiap negara membutuhkan valuta asing sebagai alat
pembayaran luar negeri yang dalam dunia perdagangan disebut devisa.
Misalnya eksportir Indonesia akan memperoleh devisa dari hasil ekspornya,

sebaliknya importir Indonesia memerlukan devisa untuk mengimpor dari luar
negeri.
Dalam kamus bahasa arab, jual beli valuta asing di istilahkan dengan
al-sharf yang berarti valuta asing, sedangkan menurut istilah bahasa inggris
yaitu money changer. Dalam jurnal karangan Muhammad Sulhan menurut
Taqiyuddin An-Nabhani al-sharf didefinisikan dengan memperoleh harta
dengan harta lain, dalam bentuk emas dan perak, yang sejenis dengan
menyamakan emas dengan emas lainnya, atau perak dengan perak lainnya
(atau berbeda dengan jenisnya) seperti emas dengan perak, dengan
menyamakan atau melebihkan antara satu dengan jenis lainnya. (Thaher :
2008).
Namun terdapat syarat-syarat dalam melakukan transaksi al-sharf
tersebut. Para ulama telah menetapka bagaimana mekanisme yang dibenarkan
oleh Islam dalam melakukan jual beli valuta asing (valas). Bertitik tolak pada
pemikiran diatas, maka penulis menyampaikan judul karya ilmiah
“Pandangan Islam Dalam Jual Beli Valuta Asing”.

1

2


1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan permasalahan yang ada adalah :
1. Apa saja tipe-tipe dan pelaku dalam transaksi jual beli valuta asing ?
2. Apa saja norma-norma yang dibenarkan dalam Islam dalam transaksi jual
beli valuta asing ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui tipe-tipe dan pelaku dalam transaksi jual beli valuta
asing.
2. Untuk mengetahui norma-norma yang dibenarkan dalam Islam dalam
transaksi jual beli valuta asing.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun penelitian dilakukan oleh penulis dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi Penulis :
A. Untuk

meningkatkan


wawasan

penulis

dan

memberikan

pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan teori-teori yang
didapatnya selama perkuliahan.
B. Meningkatkan kemampuan penulis untuk berpikir secara ilmiah
dan menuangkan kedalam bentuk yang sistematis.
C. Agar dapat memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih baik
mengenai transaksi jual beli valuta asing dalam pandangan Islam.
2. Bagi Pelaku Transaksi dan Masyarakat Umum
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
tambahan untuk bahan mempertimbangkan dalam transaksi jual beli valuta
asing yang terintregasi dalam norma-norma Islam. Praktek langsung dalam
kehidupan masyarakat dalam membangun kehidupan jual beli sesuai

syariat-syariat Islam.

3

1.4 Hipotesis dan Kerangka Teori
1.4.1 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara yang mungkin benar
dan mungkin salah. Hipotesis ditolak jika salah dan diterima jika ada fakta
yang mendukungnya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada yang mengatur Variabel X (Norma-Norma Islam) dengan
Variabel Y (Jual Beli Valuta Asing).
Ha : Ada yang mengatur Variabel X (Norma-Norma Islam) dengan Variabel
Y (Jual Beli Valuta Asing).
1.4.2 Kerangka Teori
A. Al-Sharf
1. Definisi Al-Sharf
Definisi al-sharf menurut Heri Sudarsono (2008 : 87) : “Sharf
adalah perjanjian jual-beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Beli mata
uang asing (valas) dilakukan baik dengan sesama mata uang yang
sejenis, misalnya rupiah dengan rupiah maupun yang tidak sejenis,

misalnya rupiah dengan dolar atau sebaliknya”.
Definisi

al-sharf

menurut

Tim

Pengembangan

Institut

Bankir Indonesia (2001 : 237) :
“Sharf adalah jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya untuk
melakukan transaksi valuta asing menurut prinsip-prinsip Sharf yang
dibenarkan secara syari'ah”.
Definisi al-sharf menrut Muhammad Syafii Antonio (2001 : 196) :
“Perdagangan valuta asing dapat dianalogikan dengan pertukaran antara
emas dan perak (sharf)”.
2. Unsur-Unsur Al-Sharf
Unsur-unsur Al-Sharf Abdul Al-Rahman Al-Jazairi (2003 : 140)
adalah : “Unsur-unsur al-sharf

tersebut disebut rukun, yang mana

pertukaran mata uang asing dapat dikatakan sah apabila terpenuhi
rukun-rukunnya, dan masing-masing rukun tersebut memerlukan syarat
yang harus terpenuhi juga. Dalam pertukaran mata uang asing yaitu
memiliki 4 (empat) rukun :

4

1. Serah terima sebelum iftirak (berpisah) :
Maksudnya yaitu transaksi tukar menukar dilakukan
sebelum kedua belah pihak berpisah. Hal ini berlaku pada
penukaran mata uang yang berjenis sama maupun yang berbeda,
oleh karena itu kedua belah pihak harus melakukan serah terima
sebelum keduanya berpisah meninggalkan tempat transaksi dan
tidak boleh menunda pembayaran salah satu antara keduanya.
2. Al-Tamatsul (sama rata) :
Pertukaran uang yang nilainya tidak sama rata maka
hukumnya haram, syarat ini berlaku pada pertukaran uang yang
satu atau sama jenis. Sedangkan pertukaran uang yang jenisnya
berbeda, maka dibolehkan.
3. Pembayaran Dengan Tunai :
Tidak sah huukumnya apabila di dalam transaksi
pertukaran

uang

terdapat

penundaan

pembayaran,

baik

penundaan tersebut berasal dari satu pihak atau disepakati oleh
kedua belah pihak.
4. Tidak Mengandung Akad Khiyar Syarat :
Apabila terdapat khiyar syarat pada akad al-sharf baik
syarat tersebut dari sebelah pihak maupun dari kedua belah
pihak, maka menurut jumhur (Mayoritas) ulama hukumnya
tidak sah. Sebab salah satu syarat sah transaksi adalah serah
terima, sementara khiyar syarat menjadi kendala untuk
kepemilikan sempurna.Hal ini tentunya dapat mengurangi
makna kesempurnaan serah terima. Menurut ulama Hambali,
al-sharf dianggap tetap sah, sedangkan khiyar syaratnya menjadi
sia-sia.

5

B. Valuta Asing
1. Definisi Valuta Asing
Definisi valuta asing menurut Hamdy Hadi (1997 : 15) : “Valuta
asing merupakan sebuah mata uang asing yang dipakai sebagai alat
pembayaran untuk membuayai transaksi ekonomi keuangan internasioal
serta memiliki catatan kurs remi pada bank sentral”.
Definisi valuta asing menurut Heli Charisma Berlianta (2005 : 1) :
“Valuta asing atau yang disingkat dengan kata valas secara bebas dapat
diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat
pembayaran yang sah di negara lain”.
Definisi valuta asing menurut Jose Rizal Joesoef (2008 : 4) :
“Valuta asing adalah mata uang asing atau alat pembayaran luar negeri”.
2. Pasar Valuta Asing
Definisi pasar valuta asing menurut Mandala Manurung (2004 :
72) : “Pasar di mana mata uang asing diperjualbelikan”.
Definisi pasar valuta asing menurut Sawaldjo Puspopranoto (2004 :
203) : “Tempat di mana bermacam-macam uang dari berbagai negara
dijualbelikan”.
1.5 Metode dan Teknik Penelitian
1.5.1 Metode Penelitian
Metodologi penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Ditinjau dari karakteristik masalah,
penelitian ini termasuk dalam penelitian yang bersumber dari parah pakar dan
teori-teori. Penelitian ini memberikan gambaran secara teoritis terhadap
pandangan jual beli valuta asing dalam hukum Islam. Sedangkan tujuan dari
penelitian ini adalah menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.

6

1.5.2 Teknik Penelitian
Adapun teknik penelitian serta informasi yang dikumpulkan oleh penulis
dalam penyusunan karya tulis ini yaitu dengan cara :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian

Kepustakaan

dilakukan

sebagai

usaha

guna

memperoleh data bersifat teori sebagai landasan data dalam penelitian.
Data tersebut diperoleh dari literatur, dan tulisan lain yang berhubung
dengan penelitian.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penjelasan
Menurut Dahlan Siamat (1999 : 181-182) jual beli valas dilihat dari
jenis transaksinya dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu spot
transaction (transaksi spot), forward transaction (transaksi berjangka), swap
transaction (transaksi barter), dan Option Transaction (Transaksi Opsi).
1. Spot Transaction (Transaksi Spot)
Spot transaction adalah pembelian dan penjualan valuta asing
untuk

pembayaran

pada

saat

itu

(over

the

counter)

atau

pembayarannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari.
Penyerahan dana dalam transaksi spot pada dasarnya dapat dilakukan
dalam beberapa cara berikut ini:
a) Value today, yaitu penyerahan dana dilakukan pada tanggal (hari)
yang sama dengan tanggal (hari) diadakannya transaksi (kontrak).
b) Value tomorrow, yaitu penyerahan dana dilakukan pada hari kerja
berikutnya atau hari keja setelah diadakannya kontrak.
c) Value spot, yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah
tanggal transaksi.
2. Forward Transaction (Transaksi Berjangka)
Forward transaction adalah transaksi

mata uang tertentu

terhadap mata uang lainnya dengan penyerahan di waktu yang akan
datang. Kurs ditetapkan pada waktu kontrak dilakukan, tetapi
pembayaran dan penyerahan baru dilakukan pada saat kontrak jatuh
tempo (akhir waktu). Transaksi berjangka ini biasanya sering
digunakan untuk tujuan hedging dan spekulasi. Hedging atau
pemagaran resiko yaitu transaksi yang dilakukan semata-mata untuk
menghindari resiko kerugian akibat terjadinya perubahan kurs.
3. Swap Transaction (Transaksi Barter)

7

8

Swap transaction adalah transaksi sejumlah mata uang negara
yang berbeda dengan cara kedua pihak melakukan kombinasi terhadap
dua mata uang yang bersangkutan secara tunai yang diikuti dengan
membeli dan menjual kembali mata uang yang sama secara tunai dan
tunggak-tunai, dan tunggak tersebut dilakukan secara simultan dengan
batas waktu yang berbeda-beda. Transaksi seperti ini banyak dilakukan
oleh bank jika bank tersebut mengalami kelebihan jenis suatu mata
uang.
Transaksi seperti ini, di satu sisi sama dengan sistem gadai,
tetapi disisi lain berbeda. Perbedaan yang dimaksud terletak pada
keharusan salah satu pihak untuk membayar premi pada waktu
transaksi mendatang.
4. Option Transaction (Transaksi Opsi)
Option transaction adalah kontrak untuk memperoleh hak
dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus
dilakukan atau sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu
atau tanggal akhir tertentu. Di tinjau dari jenis hak yang diberikan
Option transaction dibagi menjadi 2 jenis, yaitu opsi call dan opsi put.
Opsi call sendiri ialah dimana pemegang hak untuk membeli
mata uang dengan nilai tukar yang sudah disepakati. Sementara opsi
put adalah memberi hak kepada pembelinya untuk menjual mata uang
pada strike price (nilai tukar). Para pemegang hak-hak ini akan
menggunakan hak tersebut jika dalam kondisi yang menguntungkan
untuk dirinya sendiri.
Transaksi yang terjadi dalam jual beli valuta asing dapat dibedakan
menjadi 2 golongan, yaitu tansaksi antar bank (wholesale market) dan
transaksi antar klien (retail market). Transaksi yang terjadi dalam lingkungan
wholesale market biasanya berjumlah dengan besar dan dalam kelipatan
jutaan dolar. Sementara transaksi retail market berjumlah relatif kecil dengan
nilai tertentu.

9

Adapun partisipam dalam melakukan transaksi jual beli valuta asing
yang aktif melakukan pada tingkat kedua pasar tersebut dapat dikategorikan
menjadi 5 partisipan, yaitu (Yuliati : 2002):
1. Dealer valuta asing bank dan non bank.
Dealer bank dan non bank beroperasi di kedua pasar antar
bank dan nasabah. Mereka ini memperoleh kenuntungan dengan
membeli sesuai dengan harga permintaan dan menjualnya kembali
dengan harga yang sedikit lebih tinggi dari harga penawaran.
2. Perusahaan dan individu
Perusahaan dan individu melakukan transaksi jual beli valuta
asing untuk mempermudah transfer investasi dan komersil. Kelompok
ini terdiri dari para importir, investor internasional, dan perusahaan
multifisional.
3. Spekulator dan arbitrase
Mereka ini melakukan kegiatan transaksi jual beli valuta asing
untuk memperoleh keuntungan semata. Dimana mereka membeli
valuta asing di suatu pusat keuangan kemudian menjual kembali di
pusat keuangan yang lain untuk memperoleh keuntungan. Kegiatan ini
dilakukan karena cepat dan mudahnya transaksi dengan menggunakan
alat telegrafik antara pusat keuangan satu dengan pusat keuangan
lainnya.
4. Bank sentral
Bank sentral menggunakan pasar ini untuk memperoleh
cadangan devisa dan mempengaruhi harga dimana mata uangnya
diperdagangkan. Bank sentral mungkin melakukan langkah-langkah
yang semata-mata untuk mendukung dan mendongkrak nilai mata
uang itu sendiri. Kebijakan ini banyak di ambil oleh bank-bank sentral.
5. Pialang valuta asing
Pialang valuta asing berfungsi sebagai perantara antar penjual
dan pembeli terhadap mata uang tertentu. Mereka mendapat komisi
atas jasanya tersebut. Agar menjalankan fungsinya dengan baik

10

biasanya perusahaan pialang mempunyai akses langsung dengan
dealer maupun bank sentral.
Pada prinsipnya praktek al-sharf (jual beli valuta asing) di bolehkan
oleh Islam berdasarkan firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 275 : ”…
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”,.
Disamping itu, ada beberapa hadits Rasulullah mengenai kegiatan al-sharf.
1. Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh
dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)” (HR alBaihaqqi dan Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
2. Dari Ubadah bin Shamit, Rasululah SAW bersabda : “(Juallah) emas
dengan emas, perak degan perak, gandum dengan gandum, sya’ir
dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan
syarat harus) sama dan sejenis secara tunai. Jika jenisnya berbeda,
maka juallah sekehendakmu dan dilakukan secara tunai” (HR. Muslim,
Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah).
3. Dari Umar bin Khattab, Rasulullah SAW bersabda : “(jual beli) emas
dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai” (HR.
Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah).
4. Dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda : “janganlah
kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan
janganlah menambahkan sebagian atas sebagian lainnya, janganlah
menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan jangan
menambahkan sebagian atas sebagian lainnya. Dan jangan menjual
emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai” (HR.
Muslim).
5. Dari Bara bin Azib dan Zaid bin Arqam : “Rasulullah SAW melarang
menjual emas dengan perak secara piutang (tidak tunai)” (HR.
Muslim).

11

Pada Prisnsip syariahnya, praktek jual beli valuta asing dapat
dianalogikan dan dikategorikan dengan pertukaran emas dan perak atau
dikenal dengan terminologi fiqh dengan istilah al-sharf. Dari beberapa hadits
diatas dapat dijelaskan bahws praktek al-sharf boleh dilakukan atas dasar
kerelaan antar kedua belah pihak dan secara tunai. Serta tidak boleh adanya
penambahan dari transaksi yang sejenis karena itu termasuk riba al-fadl yang
sudah jelas dilarang oleh Islam.
Namun bila berbeda jenisnya seperti emas dan perak atau dalam mata
uang sekarang seperti Rupiah dengan Dolar maka dapat ditukarkan
(exchange) sesuai dengan harga pasar (market rate) dengan catatan harus
kontan (spot). Adapun ketentuan kontan atau tunai dikembalikan kepada
kelaziman pasar meskipun hal itu melewati waktu penyelesaian proses
transaksi (settlement). Harga atas pertukaran antara penjual dan pembeli dapat
di tentukan bedasarkan kesepakatan atau harga pasar (market rate). Kriteria
tunai dalam praktek al-sharf

berdasarkan hadits diatas adalah untuk

menghindari riba nasyi’ah.
Aktivitas perdagangan valuta asing harus terbebas dari unsur
riba, ,maisir, dan gharar. Dalam prakteknya harus lah memperhatikan
beberapa batasan-batasan. Menurut pakar ekonomi syariah Muhammad Syafii
Antonio (2001 : 197) batasan-batasan tersebut ialah :
a. Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai (spot), artinya masingmasing pihak harus menerima/menyerahkan masing-masing mata uang
pada saat yang bersamaan.
b. Motif pertukaran adalah dalam rangka mendukung transaksi komersial,
yaitu transaksi perdagangan barang dan jasa antar bangsa, bukan dalam
rangka spekulasi.
c. Harus dihindari jual beli bersyarat. Misalnya, A setuju membeli barang
dari B hari ini dengan syarat B harus membelinya kembali pada tanggal
tertentu di masa mendatang.
d. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini
mampu menyediakan valuta asing yang dipertukarkan.

12

e. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau dengan
kata lain tidak dibenarkan jual beli tanpa hak kepemilikan (bai’ alfadhuli).
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional No: 28/DSN-MUI/III/2002
tentang batasan al-sharf dijelaskan bahwa dari beberapa jenis transaksi jual
beli valuta asing hanya transaksi spot (spot transaction) yang diperbolehkan.
Sedangkan untuk tipe transaksi forward, swap, dan option tidak
diperbolehkan karena mengandung unsur maisir (spekulasi).
Tujuan dari keharusan tunai dalam akad al-sharf adalah untuk
menghindari hal-hal yang diharamkan dalam batasan transaksi al-sharf.
Dengan adanya transaksi al-sharf secara tunai maka gharar yang terdapat
dalam riba al-fadl (pertukaran antar barang sejenis) akan hilang karena time
of settlement-nya dilakukan pada saat itu juga secara tunai. Sedangkan untuk
nilai barang yang sejenis haruslah sama dalam hal kualitas dan kuantitas,
dalam transaksi jual beli valuta asing nilai tukar dikembalikan pada kurs yang
berlaku saat itu sehingga transaksi dilakukan secara simultan (taqabud).
Sebagai salah satu variasi jual beli, al-sharf juga harus memenuhi
persyaratan sah nya jual beli seperti bai’ mutlak dan muqayyadah. Karena
agar jual beli itu terbentuk dan terpenuhinya syarat sah jual beli secara hukum
(syariat). Dengan demikian hukum tentang al-sharf atau biasa diartikan
sebagai jual beli valuta asing tidak diragukan lagi kebolehannya dari sudut
fiqh Islam.
Pada akhirnya pelaku dalam transaksi jual beli valuta asing harus
memperhatikan batasan-batasan agar transaksi sesuai dalam syariat Islam.
Terdapat beberapa tingkah laku perdagangan yang dewasa ini biasa dilakukan
dalam pasar valuta asing konvensional yang harus dihindari, seperti
perdagangan tanpa penyerahan (future non-delivery trading atau margin
trading), melakukan penjualan melebihi jumlah yang dimiliki atau dibeli
(oversold), serta jual beli valas bukan dengan transaksi komersial (arbitrase).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisa penulis mengenai Pandangan Jual
Beli Valuta Asing Dalam Islam telah dilakukan dengan baik, hal ini
berdasarkan pada keterangan sebagai berikut :
1. Jual beli valuta asing jika dilihat dari jenis transaksinya dapat
dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu spot transaction, forward
transaction, swap transaction dan option transaction.
2. Dilihat dari jenis transaksinya partisipan jual beli valuta asing dapat
dikategorikan menjadi 5 kelompok, yaitu dealer valuta asing bank dan
non-bank, perusahaan dan individu, spekulator dan arbitrase, bank
sentral, serta pialang valuta asing.
3. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa syariat-syariat (hukum) Islam
juga mengatur dalam kegiatan jual beli valuta asing (al-sharf).
Terdapat banyak sumber-sumber hukum yang berasal dari Al-Qur’an
dan hadits-hadits Rasulullah SAW mengenai al-sharf.
4. Dalam bertransaksi al-sharf juga terdapat norma-norma agar transaksi
al-sharf terhindar dari unsur riba, maisir, dan gharar. Karena banyak
praktek jual beli valuta asing dewasa ini mengandung unsur yang
diharamkan oleh syariat Islam.
3.2 Saran
Dari data-data yang telah didapat dalam penelitian ada beberapa saran
yang mungkin bermanfaat bagi masyarakat, yaitu :
1. Agar lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatan transaksi jual beli
khususnya jual beli valuta asing. Karena dalam praktek transaksi jual
beli valuta asing juga terdapat hal-hal yang diharamkan oleh Islam.

13

14

2. Khusus bagi para penjual agar menjual nilai mata uang sesuai dengan
kurs yang berlaku, tidak menambahkan nilai secara berlebih karena
dapat merugikan salah satu pihak dan terjerumus dalam riba.
3. Bertransaksi al-sharf hendaknya sesuai dengan norma-norma yang di
anjurkan serta memperhatikan batasan-batasan oleh majelis yang
bertanggung jawab dalam hal kesyariatan agama Islam.
4. Lebih banyak belajar tentang hukum-hukum jual beli agar semua jenis
transaksi yang kita lakukan sesuai dengan ajaran Islam dan selalu
dalam rahmat Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. Syafii. 2001. BANK SYARIAH Dari Teori Ke Praktik. Jakarta : Gema
Insani.
MUI. 2001. Fatwa No: 28/DSN-MUI/III/2002 Batasan-Batasan Al-Sharf.
Jakarta : MUI
Parna. 2012. Analisis Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Penggajian Dalam
Rangka Meningkatkan Pengendalian Intern. Jakarta : STIE Kusuma Negara.
Qustoniah. 2014. Transaksi Valuta Asing Dalam Hukum Islam. Riau : Universitas
Islam Indragiri.
Salim, Agus. 2009. Dinamika Pemikiran Ekonomi Islam. Jambi : IAIN Jambi
Sulhan, Muhammad. 2008. Transaksi Valuta Asing (Al-Sharf) Dalam Perspektif
Islam. Malang : UIN Malang.