ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH (4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TAX
COMPLIANCE WAJIB PAJAK BADAN PADA PERUSAHAAN TRAVEL AGENT DI
SURABAYA
Moh Turmudi (1)
Drs. Saruwi, MBA., Ak. (2) & Afifuddin, SE., M.SA., Ak (3)
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang
email : www.anti_garing@yahoo.co.id (1), afifudin26@gmail.com (3)
ABSTRACT
The objective of the research was to analyze the corporate tax compliance, especially
small and medium size travel agency service corporation in Surabaya, east Java. The
research used primary data in whice the data were gathered by using questionnaire as
instrument. The Respondents of the study are management corporate who handled financial
manager in travel agency corporation. One hundred and twenty five manager of 94 travel
agency participated in this study. The data analyzed model in this study was Structural
Equation Modeling (SEM) with AMOS version 22.
The findings of this study show that, the effect of: (1) perceived behavioral control on
management

intention is positive and significant; (2) perceived behavioral control on

corporate tax compliance is negative and significant; (3) management intention on corporate

tax compliance is positive and significant; (4) perceived corporate financial condition on
corporate tax compliance is positive and significant; (5) perceived corporate facilities on
corporate tax compliance is positive and significant; and (6) perceived organizational
climate on corporate tax non compliance is negative and significant.

Keywords : Perceived behavioral control, management intention, perceived corporate
financial condition, perceived corporate facilities, perceived organizational
climate, corporate tax compliance.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Sektor pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara yang secara
bertahap mengalami peningkatan disetiap tahunnya, Berdasarkan Laporan Penerimaan Pajak
Tahun 2013 Direktorat Jenderal Pajak, realisasi penerimaan pajak tahun 2013 adalah sebesar
Rp 916.299,57 Miliar Rupiah, dimana angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 13,3%

dibandingkan dengan realisasi penerimaan pajak tahun 2012 sebesar 835.255,12 Miliar
Rupiah. hal ini menandakan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kewajiban perpajakan
mulai meningkat.
Penelitian mengenai kepatuhan pajak sudah sering dilakukan. Sebagian besar peneliti
menggunakan kerangka model Theory of Planned Behavior (TPB) untuk menjelaskan

perilaku kepatuhan wajib pajak dengan responden Tax Profesional (Mustikasari, 2007;
Harinurdin, 2008) pada perusahaan industri manufaktur strata menengah dan besar,
sedangkan penelitian ini lebih berfokus pada pengelola travel agent yang bergerak dibidang
jasa (non manufaktur) dimana wajib pajak yang bergerak dibidang non manufaktur
cenderung lebih tidak patuh dibandingkan dengan wajib pajak yang bergerak dalam industri
manufaktur (Santoso, 2008).
Dalam sistem perpajakan, sebagian besar pemungutannya menggunakan self
assessment system sehingga tingkat pemahaman terhadap self assessment system akan
mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak (tax compliance). Tax Compliance diartikan sebagai
kondisi ideal wajib pajak yang memenuhi peraturan perpajakan serta melaporkan
penghasilannya secara akurat dan jujur. Dalam meneliti tax compliance wajib pajak badan di
perusahaan travel agent, perilaku individu akan menjadi lebih dominan ketika perusahaan ini
berbentuk perusahaan keluarga dengan tipe family bussiness enterprise (FBE). Dengan
demikian, kepatuhan pajak di perusahaan travel agent selain mempertimbangkan perilaku
kepatuhan individu dan organisasi, juga mempertimbangkan tentang kondisi keuangan,
fasilitas perusahaan dan iklim organisasi.
Mengingat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting bagi
peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, khususnya wajib pajak badan.
1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah kontrol keperilakuan
yang dipersepsikan mempengaruhi niat pengelola travel agent untuk berperilaku patuh
pajak?, (2) Apakah kontrol keperilakuan yang dipersepsikan mempengaruhi pengelola travel
agent untuk melakukan tax compliance?, (3) Apakah niat berperilaku patuh pajak
mempengaruhi pengelola travel agent untuk melakukan tax compliance?, (4) Apakah
persepsi tentang kondisi keuangan mempengaruhi pengelola travel agent untuk melakukan
tax compliance?, (5) Apakah persepsi tentang fasilitas perusahaan mempengaruhi pengelola
travel agent untuk melakukan tax compliance?, (6) Apakah persepsi tentang iklim organisasi

mempengaruhi pengelola travel agent untuk melakukan tax compliance?
1.3. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menjelaskan pengaruh kontrol keperilakuan yang
dipersepsikan terhadap niat pengelola travel agent untuk berperilaku patuh pajak, (2)
Menjelaskan pengaruh kontrol keperilakuan yang dipersepsikan oleh pengelola travel agent
terhadap tax compliance, (3) Menjelaskan pengaruh niat pengelola travel agent berperilaku
patuh terhadap tax compliance, (4) Menjelaskan pengaruh persepsi pengelola travel agent
tentang kondisi keuangan perusahaan terhadap tax compliance, (5) Menjelaskan pengaruh
persepsi pengelola travel agent tentang fasilitas perusahaan terhadap tax compliance, (6)
Menjelaskan pengaruh persepsi pengelola travel agent tentang iklim organisasi terhadap tax
compliance.

Kontribusi dari penelitian ini diharapkan dapat (1) menjadi sumber referensi dan bahan
perbandingan dalam rangka pengembangan penelitian bagi peneliti selanjutnya selanjutnya,
(2) memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama mengenai studi
tentang tax compliance wajib pajak badan, (3) memberikan kontribusi kepada pembuat
kebijakan peraturan perpajakan dalam mengantisipasi perilaku wajib pajak dalam berperilaku
tidak patuh pajak yang nantinya berpengaruh kepada penerimaan Negara dari sektor pajak.
2. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Pengaruh Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan Terhadap Niat Berperilaku
Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dalam konteks perpajakan adalah seberapa
kuat tingkat kendali yang dimiliki seorang wajib pajak dalam menampilkan perilaku tertentu,
seperti melaporkan penghasilannya lebih rendah, mengurangkan beban yang seharusnya tidak
boleh dikurangkan ke penghasilan, dan perilaku ketidakpatuhan lainnya (Bobek dan Hatfield,
dalam Mustikasari, 2007). Ajzen (2005) mengatakan bahwa kontrol keperilakuan
mempengaruhi niat didasarkan atas asumsi bahwa kontrol keperilakuan yang dipersepsikan
oleh individu akan memberikan implikasi motivasi pada orang tersebut. Dalam arti bahwa,
niat akan terbentuk apabila individu merasa mampu untuk menampilkan perilaku.
Mustikasari (2007), Harinurdin (2008) dan Pangestu (2012) dalam penelitiannya telah
membuktikan bahwa pengaruh kontrol keperilakuan yang dipersepsikan signifikan terhadap
niat berperilaku. Hipotesa penelitian yang diajukan adalah:
H1 : Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan berpengaruh positif terhadap niat pengelola

travel agent untuk berperilaku patuh.

2.2. Pengaruh Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan Terhadap Tax Compliance
Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan mempengaruhi secara langsung maupun tidak
langsung (melalui niat) terhadap perilaku (Ajzen, 2005). Pengaruh langsung dapat terjadi jika
terdapat actual control di luar kehendak individu sehingga mempengaruhi perilaku. Semakin
besar kontrol perilaku seseorang, maka semakin kuat niat seseorang untuk memunculkan
perilaku tertentu. Pada kenyataan dilapangan, perilaku yang dimunculkan bisa jadi
bertentangan dengan niat individu tersebut, hal ini disebabkan karena kondisi dilapangan
tidak memungkinkan seseorang untuk memunculkan perilaku yang telah diniatkan
sebelumnya sehingga dengan cepat mempengaruhi perceived behavioral control individu
tersebut (Mustikasari, 2007).
Hasil penelitian empiris Mustikasari (2007) menemukan bahwa kontrol keperilakuan
yang dipersepsikan mempunyai pengaruh negatif terhadap ketidakpatuhan pajak, sedangkan
Harinurdin (2008) menemukan bahwa kontrol

keperilakuan yang dipersepsikan tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak. Hipotesa penelitian yang diajukan
adalah:

H2 : Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan berpengaruh negatif terhadap tax compliance.
2.3. Pengaruh Niat Berperilaku terhadap Terhadap Tax Compliance
Niat adalah keadaan pikiran seseorang yang diarahkan untuk melakukan suatu tindakan,
niat memainkan peranan yang khas dalam mengarahkan tindakan, yakni menghubungkan
antara pertimbangan yang mendalam yang diyakini dan diinginkan oleh seseorang dengan
tindakan tertentu (Ajzen, 2005). Niat yang baik akan mendorong timbulnya motivasi untuk
berbuat baik. Jika ini terus diulang-ulang, terinternalisasi dan persistent dalam diri seseorang,
maka akan terciptalah pribadi dengan perilaku yang baik, begitu pula sebaliknya (Suharto,
dalam Miladia, 2010). Niat wajib pajak untuk patuh merupakan suatu keadaan dimana
seorang wajib pajak memiliki kecenderungan atau keputusan untuk berperilaku patuh pada
ketentuan perpajakan. Kecenderungan adalah kecondongan atau tendensi pribadi wajib pajak
untuk patuh atau tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Mustikasari (2007), Harinurdin (2008) dan Pangestu (2012) dalam penelitiannya telah
membuktikan secara empiris bahwa niat berperilaku mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kepatuhan pajak. Hipotesa penelitian yang diajukan adalah:
H3 : Niat berperilaku berpengaruh positif tax compliance.
2.4. Pengaruh Kondisi Keuangan terhadap Terhadap Tax Compliance
Kondisi keuangan dapat didefinisikan sebagai kemampuan keuangan perusahaan yang

tercermin dari tingkat profitabilitas (profitability) dan arus kas (cash flow) (Mustikasari,

2007). Profitabilitas perusahaan (firm profitability) telah terbukti merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kepatuhan perusahaan dalam mematuhi peraturan perpajakan karena
profitabilitas akan menekan perusahaan untuk melaporkan pajaknya (Slemrod; Bradley; dan
Siahaan, dalam Mustikasari, 2007). Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi
cenderung melaporkan pajaknya dengan jujur dari pada perusahaan yang mempunyai
profitabilitas rendah.
Mustikasari (2007),

Harinurdin (2008), Miladia (2010) dan Laksono (2011) telah

membuktikan secara empiris bahwa kondisi keuangan perusahaan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kepatuhan pajak. Hipotesa penelitian yang diajukan adalah:
H4 : persepsi tentang kondisi keuangan perusahaan berpengaruh positif tax compliance.
2.5. Pengaruh Fasilitas Perusahaan terhadap Terhadap Tax Compliance
Fasilitas merupakan segala hal yang sangat penting dan menunjang untuk memudahkan
pelaksaaan kegiatan dalam suatu perusahaan. keputusan perusahaan untuk mempekerjakan
karyawan yang memiliki keahlian di bidang perpajakan harus didukung dengan tersedianya
fasilitas perusahaan. Fasilitas yang diberikan perusahaan diharapkan dapat memberikan
kemudahan kepada dalam menyajikan semua informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan di bidang perpajakan.

Mustikasari (2007), Harinurdin (2008) dan Miladia (2010) dalam penelitiannya telah
membuktikan secara empiris bahwa fasilitas perusahaan mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kepatuhan pajak. Hipotesa penelitian yang diajukan adalah:
H5 : persepsi tentang fasilitas perusahaan berpengaruh positif tax compliance.
2.6. Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Terhadap Tax Compliance
Menurut Lussier (2005:486) iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai
kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif dirasakan oleh anggota organisasi
yang kemudian akan mempengaruhi perilaku mereka berikutnya. Perilaku individu
dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut berada. Diduga, keputusan untuk
mematuhi peraturan perpajakan bagi suatu perusahaan dipengaruhi oleh iklim perusahaan.
Reichers dan Schneider (dalam Mustikasari, 2007) mengatakan bahwa iklim keorganisasian
merupakan persepsi bersama dari kebijakan-kebijakan organisasi, praktik-praktik dan
prosedur-prosedur, baik formal maupun tidak formal.
Mustikasari (2007), Harinurdin (2008), dan Miladia (2010) telah membuktikan secara

empiris bahwa iklim organisasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak.
Hipotesa penelitian yang diajukan adalah:
H6 : persepsi tentang iklim organisasi berpengaruh positif tax compliance.
2.7. Model Penelitian
Model yang dibangun dalam studi ini melibatkan 6 variabel laten yang diidentifikasi

mempengaruhi perilaku pengelola perusahaan jasa travel agent, yaitu: (1) kontrol
keperilakuan yang dipersepsikan (KTR), (2) persepsi tentang kondisi keuangan (KEU), (3)
persepsi tentang fasilitas perusahaan (FAS), (4) persepsi tentang iklim organisasi (IKL), (5)
niat pengelola perusahaan untuk berperilaku patuh (NIA) dan (6) tax compliance wajib pajak
badan. Hubungan antar variabel yang diteliti disajikan dalam lampiran: Gambar 2.7.1 Model
Penelitian.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh pengelola travel agent di Surabaya. Alasan
pemilihan travel agent adalah karena travel agent merupakan perusahaan non manufaktur
dimana wajib pajak yang bergerak dibidang non manufaktur cenderung lebih tidak patuh
dibandingkan dengan wajib pajak yang bergerak dalam industri manufaktur (Santoso, 2008).
Sedangkan Alasan pemilihan pengelola perusahaan adalah: (1) pengelola perusahaan
dianggap paling mengetahui tentang kondisi perusahaan secara keseluruhan, dan (2)
pengelola perusahaan memiliki wewenang yang luas untuk menentukan kebijakan dalam
mematuhi perpajakan pada perusahaan yang berskala kecil dan menengah.
Data-data yang diperoleh dari survei lapangan dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan model Structural Equation Modeling (SEM). Oleh karena itu, ukuran sampel
yang sesuai jika menggunakan teknik Maximum Likelihood Estimation dalam pemodelan ini
antara 100 – 200 sampel (Latan, 2013).

Teknik pengambilan sampel adalah menggunakan non probiliy sampling yaitu Quota
sampling dimana jumlah responden ditetapkan terlebih dahulu yaitu 200 responden.
Pemilihan responden berdasarkan kemudahan yaitu responden yang mudah ditemui dan
memenuhi persyaratan sebagai sumber data. sampel dalam penelitian ini adalah pengelola
travel agent dengan kriteria: (1) jabatan minimal kepala bagian keuangan atau administrasi.
dan (2) pernah mengisi SPT.

3.2. Definisi Operasional Variabel
3.2.1.

Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan
Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dalam konteks perpajakan adalah seberapa

kuat tingkat kendali yang dimiliki seorang wajib pajak untuk tidak menampilkan perilaku
ketidakpatuhan pajak. Variabel ini diteliti dengan menggunakan kerangka Theory of Planned
Behavior (TPB). Indikator kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dalam penelitian ini
merupakan modifikasi dari instrumen penelitian Mustikasari (2007) yang antara lain: (1)
kemungkinan diperiksa pihak fiskus, (2) kemungkinan dikenai denda, dan (3) kemungkinan
pelaporan pihak ketiga. Ketiga indikator tersebut diukur dengan menggunakan instrumen
kuesioner dengan skala Likert 5 point.

3.2.2.

Persepsi tentang Kondisi Keuangan Perusahaan
Persepsi tentang kondisi keuangan perusahaan adalah persepsi pengelola travel agent

tentang kemampuan keuangan perusahaan yang dikelolanya. Variabel ini diukur melalui
item-item pernyataan menggunakan skala Likert 5 poin yang merupakan modifikasi dari
instrumen penelitian Mustikasari (2007) dan Harinurdin (2008) yang berkaitan dengan (1)
Arus kas perusahaan, (2) Laba bersih sebelum pajak dan (3) Rasio Lancar Perusahaan.
3.2.3.

Persepsi tentang Fasilitas Perusahaan
Persepsi tentang fasilitas perusahaan adalah persepsi pengelola travel agent tentang

sumber daya yang dimiliki perusahaan, termasuk di dalamnya tersedianya informasi
keuangan dan operasi. Pengukuran variabel ini menggunakan data primer yang berasal dari
kuesioner dengan skala Likert 5 poin yang memodifikasi instrumen yang digunakan dalam
penelitian Mustikasari (2007) dan Harinurdin (2009) yang terdiri dari tiga pertanyaan yang
berkaitan dengan (1) Kecukupan Tax Profesional, (2) Perpustakaan, dan (3) Sistem
Informasi.
3.2.4.

Persepsi tentang Iklim Organisasi
Persepsi tentang iklim organisasi adalah persepsi pengelola travel agent yang

merefleksikan tentang harapannya dalam organisasi, rutinitas lingkungan kerja, dan perilaku
kerja yang didukung dan dihargai oleh organisasi. Pengukuran iklim organisasi yang
digunakan dalam penelitian berasal dari kuesioner dengan skala Likert 5 poin yang
merupakan modifikasi dari instrumen penelitian Mustikasari (2007) dan Harinurdin (2008)
yang terdiri dari lima pertanyaan yang berkaitan dengan (1) struktur, (2) reward and
punishment, (3) dukungan, (4) risiko, dan (5) kewajiban.

3.2.5.

Niat Berperilaku Patuh
Niat untuk berperilaku patuh adalah keadaan pikiran seseorang yang diarahkan untuk

melakukan perilaku kepatuhan (pajak). Responden akan dimintai pendapatnya tentang 3
pertanyaan yang mewakili 3 variabel indikator niat, pengukuran variabel ini menggunakan
data primer yang berasal dari kuesioner yang dinilai dengan skala Likert 5 poin dengan
memodifikasi instrumen yang digunakan oleh Mustikasari (2007) dan Pangestu (2012) yang
berkaitan dengan (1) Kecenderungan, (2) Keputusan, dan (3) Usaha.
3.2.6.

Tax Compliance
Tax compliance wajib pajak badan adalah suatu sifat yang disebabkan oleh

terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh perusahaan. Variabel laten ini diukur dengan
menggunakan instrumen dari penelitian Harinurdin (2007) dan sesuai dengan definisi
kepatuhan pajak IRS yang terdiri dari 3 variabel indikator, yaitu: (1) Kepatuhan penyerahan
SPT (filing compliance), (2) Kepatuhan pembayaran (payment compliance), dan (3)
Kepatuhan pelaporan (reporting compliance). Ketiga variabel kepatuhan mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 74/PMK.03/2012 Pasal 2 Tentang
Tata Cara Penetapan Dan Pencabutan Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu
Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.
3.3. Alat Analisis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis multivariat Structural
Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan program Amos 22. Dengan menggunakan
teknik SEM, peneliti sekaligus bisa melakukan analisis faktor, model struktural dan analisis
jalur.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif
Kuesioner didistribusikan ke responden baik dikirim langsung maupun dengan
menggunakan pos (mail survey). Dari tabel 4.1.1 yang disajikan dalam lampiran dapat dilihat
jumlah kuesioner yang didistribusikan, kembali, dan diolah.
4.2. Pembahasan
Hasil pengujian koefisien jalur secara rinci disajikan pada tabel 4.2.1: Estimasi
Parameter Model Struktural dalam lampiran.

4.2.1. Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis pertama menyatakan bahwa kontrol keperilakuan yang dipersepsikan
berpengaruh positif terhadap niat untuk berperilaku patuh. Hasil uji terhadap parameter
estimasi (standardizad regression weight) antara kontrol keperilakuan yang dipersepsikan
terhadap niat untuk berperilaku patuh menunjukkan adanya hubungan positif sebesar 0,692.
Nilai critical ratio (CR) sebesar 6,198, nilai C.R. tersebut di atas nilai kritis 1,96 atau dengan
melihat nilai p-value berada di bawah nilai signifikan 0,05 yaitu ditunjukkan dengan tanda
(***). Dengan demikian hipotesis pertama, kontrol keperilakuan yang dipersepsikan
berpengaruh positif terhadap niat untuk berperilaku patuh dapat diterima karena signifikan.
Penerimaan hipotesis pertama (H1) mengindikasikan bahwa semakin tinggi
pengendalian dalam menampilkan perilaku patuh oleh wajib pajak akan meningkatkan niat
wajib pajak untuk berperilaku patuh. Begitu pula sebaliknya, jika pengendalian dalam
menampilkan perilaku patuh rendah, maka niat untuk berperilaku patuh akan rendah. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mustikasari (2007) bahwa semakin tinggi
persepsi atas kontrol perilaku yang dimiliki akan mendorong seseorang berniat patuh. Hasil
ini juga serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Harinurdin (2008) dan Pangestu (2011)
bahwa niat untuk berperilaku patuh dipengaruhi oleh kontrol keperilakuan yang
dipersepsikan.
4.2.2. Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis kedua menyatakan bahwa kontrol keperilakuan yang dipersepsikan
berpengaruh negatif terhadap tax compliance. Hasil uji terhadap parameter estimasi
(standardizad regression weight) antara kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap
tax compliance menunjukkan adanya hubungan negatif sebesar 0,358. Nilai critical ratio
(CR) sebesar 2,434, nilai C.R. tersebut di atas nilai kritis 1,96 atau dengan melihat nilai pvalue berada di bawah nilai signifikan 0,05 yaitu 0,015. Dengan demikian hipotesis kedua,
kontrol keperilakuan yang dipersepsikan berpengaruh negatif terhadap tax compliance dapat
diterima karena signifikan.
Penerimaan hipotesis kedua (H2) mengindikasikan bahwa semakin tinggi pengendalian
dalam menampilkan perilaku oleh wajib pajak akan mendorong wajib pajak untuk
berperilaku tidak patuh. Kaitannya dengan temuan hipotesis 1 yang arahnya terbalik dengan
temuan ini memperkuat pendapat Ajzen (2005) bahwa niat seseorang belum tentu
diwujudkan dalam perilakunya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mustikasari (2007) bahwa kontrol keperilakuan berpengaruh negatif terhadap kepatuhan.

4.2.3. Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa niat berperilaku patuh berpengaruh positif terhadap
tax compliance. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardizad regression weight)
antara niat berperilaku patuh terhadap tax compliance menunjukkan adanya hubungan positif
sebesar 1,042. Nilai critical ratio (CR) sebesar 5,554, nilai C.R. tersebut di atas nilai kritis
1,96 atau dengan melihat nilai p-value berada di bawah nilai signifikan 0,05 yaitu
ditunjukkan dengan tanda (***). Dengan demikian hipotesis ketiga, niat berperilaku patuh
berpengaruh positif terhadap tax compliance dapat diterima karena signifikan.
Penerimaan hipotesis ketiga (H3) mengindikasikan bahwa semakin tinggi niat wajib
pajak untuk berperilaku patuh, maka akan semakin tinggi pula tingkat kepatuhan wajib pajak
yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mustikasari
(2007) bahwa semakin tinggi niat seseorang untuk patuh, maka kepatuhan pajaknya juga
akan semakin tinggi. Hasil penelitian ini juga serupa dengan temuan dari Harinurdin (2008),
Miladia (2010), dan Pangestu (2011) bahwa niat berperilaku mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kepatuhan pajak.
4.2.4. Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis keempat menyatakan bahwa persepsi tentang kondisi keuangan berpengaruh
positif terhadap tax compliance. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardizad
regression weight) antara persepsi tentang kondisi keuangan terhadap tax compliance
menunjukkan adanya hubungan positif sebesar 0,359. Nilai critical ratio (CR) sebesar 4,22,
nilai C.R. tersebut di atas nilai kritis 1,96 atau dengan melihat nilai p-value berada di bawah
nilai signifikan 0,05 yaitu ditunjukkan dengan tanda (***). Dengan demikian hipotesis
keempat, persepsi tentang kondisi keuangan berpengaruh positif terhadap tax compliance
dapat diterima karena signifikan.
Penerimaan hipotesis keempat (H4) mengindikasikan bahwa jika pengelola perusahaan
mempunyai persepsi bahwa kondisi keuangan perusahaannya baik, maka pengelola akan
patuh dalam menjalankan kewajiban perpajakan perusahaannya. Hasil Penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mustikasari (2007) bahwa semakin baik persepsi
tentang kondisi keuangan, maka akan semakin tinggi pula kepatuhan pajak yang
dilakukannya. Hasil penelitian ini juga serupa dengan temuan dari Harinurdin (2008),
Miladia (2010), dan Laksono (2011) bahwa persepsi tentang kondisi keuangan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan pajak.

4.2.5. Pengujian Hipotesis 5
Hipotesis kelima menyatakan bahwa persepsi tentang fasilitas perusahaan berpengaruh
positif terhadap tax compliance. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized
regression weight) antara persepsi tentang fasilitas perusahaan terhadap tax compliance
menunjukkan adanya hubungan positif sebesar 0,245. Nilai critical ratio (CR) sebesar 3,19,
nilai C.R. tersebut di atas nilai kritis 1,96 atau dengan melihat nilai p-value berada di bawah
nilai signifikan 0,05 yaitu 0,001. Dengan demikian hipotesis kelima, persepsi tentang fasilitas
perusahaan berpengaruh positif terhadap tax compliance dapat diterima karena signifikan.
Penerimaan hipotesis kelima (H5) mengindikasikan bahwa jika pengelola perusahaan
mempunyai persepsi bahwa fasilitas yang ada pada perusahaannya baik dan memadai dalam
mengakomodir pelaksanaan kewajiban perpajakan, maka pengelola akan patuh dalam
menjalankan kewajiban perpajakan perusahaannya. Hasil Penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Harinurdin (2008) dan Miladia (2010) bahwa semakin baik
persepsi tentang fasilitas perusahaan, maka akan semakin tinggi pula kepatuhan pajak yang
dilakukan oleh wajib pajak.
4.2.6. Pengujian Hipotesis 6
Hipotesis keenam menyatakan bahwa persepsi tentang iklim organisasi berpengaruh
positif terhadap tax compliance. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardizad
regression weight) antara persepsi tentang iklim organisasi terhadap tax compliance
menunjukkan adanya hubungan positif sebesar 0,275. Nilai critical ratio (CR) sebesar 3,574,
nilai C.R. tersebut di atas nilai kritis 1,96 atau dengan melihat nilai p-value berada di bawah
nilai signifikan 0,05 yaitu ditunjukkan dengan tanda (***). Dengan demikian hipotesis
keenam dapat diterima karena signifikan.
Penerimaan hipotesis keenam (H6) mengindikasikan bahwa jika pengelola perusahaan
mempunyai persepsi bahwa iklim yang ada pada perusahaannya baik dan cenderung
mewujudkan kepatuhan perpajakan, maka pengelola akan patuh dalam menjalankan
kewajiban perpajakan perusahaannya. Hasil Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mustikasari (2007), Harinurdin (2007), dan Miladia (2010) bahwa semakin
baik persepsi tentang fasilitas perusahaan, maka akan semakin tinggi pula kepatuhan pajak
yang dilakukan oleh wajib pajak.

5. SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
Simpulan yang bisa ditarik dari hasi kajian ini adalah: (1) Kontrol keperilakuan yang
dipersepsikan berpengaruh signifikan terhadap niat pengelola perusahaan jasa untuk
berperilaku patuh pajak, (2) Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan berpengaruh signifikan
terhadap tax compliance wajib pajak badan pada perusahaan jasa, (3) Niat pengelola
perusahaan untuk berperilaku patuh berpengaruh signifikan terhadap tax compliance wajib
pajak badan pada perusahaan jasa, (4) Persepsi pengelola perusahaan tentang kondisi
keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax compliance wajib pajak badan
pada perusahaan jasa, (5) Persepsi pengelola perusahaan tentang fasilitas perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap tax compliance wajib pajak badan pada perusahaan jasa dan
(6) Persepsi pengelola perusahaan tentang iklim organisasi berpengaruh signifikan terhadap
tax compliance wajib pajak badan pada perusahaan jasa.
4.2. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah: (1) Instrument yang dipakai dalam
penelitian ini hanya menggunakan kuesioner. sehingga simpulan yang dapat diambil hanya
berdasarkan data yang dikumpulkan melalui kuesioner, (2) Variabel eksogen yang
berpengaruh terhadap niat berperilaku patuh dalam penelitian ini hanya terbatas pada kontrol
keperilakuan yang dipersepsikan, (3) Responden yang digunakan adalah pengelola travel
agent yang mempunyai pengetahuan perpajakan yang terbatas
4.3. Saran
Bagi Pemerintah: (1) Pemerintah perlu menggalakkan program e-tax agar pelaksanaan
kewajiban perpajakan bagi wajib pajak lebih mudah dilakukan, sehingga tax compliance
wajib pajak akan meningkat, (2) Pemerintah perlu meningkatan hubungan dan kerjasama
dengan konsultan pajak untuk memberikan penyuluhan di bidang perpajakan agar wajib
pajak badan yang masih berskala kecil lebih memahami sistem perpajakan.
Bagi Peneliti yang akan datang: (1) Menggunakan seluruh strata perusahaan jasa mulai
dari strata kecil, menengah dan besar sehingga perbandingan tax compliance perusahaan jasa
berdasarkan strata dapat diketahui, (2) Skop penelitian diperluas sehingga bisa diketahui
perilaku kepatuhan pajak badan pada perusahaan jasa seluruh Indonesia, (3) Meneliti
variabel-variabel lain, menerapkan teori lain, ataupun model lain dengan harapan
menghasilkan temuan yang bermanfaat bagi pengembangan teori perilaku dibidang
perpajakan.

DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality, And Behavior. New York: Open University Press.
Chau, P.Y.K and Hu, P.J.-H. 2002. “Examining a model for information technology
acceptance by individual professional: An Exploratory study. Journal Management
Information Systems. 2002.
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta:
Prenada Media Group.
Ghozali, Imam. & Fuad 2005. Struktural Equation Modelling: Pengantar. Semarang: BP
______. 2008. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos 16.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hair, J.F., 1995. Multivariate Data Analysis, 4 th. edition. Tokyo: McGraw Hill Kogakusha.
Harinurdin, Erwin. 2008. “Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan”. Jurnal Ilmu
Administrasi dan Organisasi. Vol 16 No.2 Mei-Agustus 2009.
Laksono, Jati Purbo. 2011. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Badan pada Perusahaan Industri Manufaktur di Semarang”. Skripsi.
Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Laporan Penerimaan Pajak Tahun 2013. Direktorat
http://www.pajak.go.id/ (Diakses 1 Mei 2014).

Jenderal

Pajak.

(Online)

Latan, Hengky. 2013. Model Persamaan Struktural, Teori dan Implementasi AMOS 21.0.
Bandung: Alfabeta
Lestari, Puji. 2010. Analisis Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Badan Terhadap Pelaksanaan
Self Assessmen System dalam Pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh)
Badan di KPP Pratama Denpasar Timur. Skripsi. Denpasar: Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana.
Lussier, Robert N. 2005. Human Relations In Organization, Irwin, USA.
Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta: Andi.
Miladia, Novita. 2010. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Tax Compliance Wajib
Pajak Badan Pada Perusahaan Industri Manufaktur di Semarang. Skripsi. Semarang:
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Muchlis, H. Mas’ud. 2012. “Pengaruh Sikap, Norma-norma Subyektif dan Kontrol Perilaku
Yang Dipersepsikan Terhadap Keinginan Untuk Menggunakan Automatic Teller
Machine (ATM) Bank BCA di Kota Malang”. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Vol
1 no. 3 2012.
Mustikasari, Elia 2007. “Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajb Pajak Badan di Perusahaan
Industri Pengolahan di Surabaya. Simposium Nasional Akuntansi X 1-42 2007.

Pangestu, Ferdyant. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tax
Compliance Penyetoran SPT Masa, Survei pada PKP yang Terdaftar di KPP
Pratama Purwokerto. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal
Soedirman.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012 Tentang Tata Cara Penetapan Wajib
Pajak dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pembayaran Pajak.
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Santoso, Singgih. 2014. Konsep Dasar dan Aplikasi SEM dengan AMOS 22. Jakarta: Elex
Media Computindo
Santoso, Wahyu 2008. "Analisis Resiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak Sebagai Dasar
Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak". Jurnal Keuangan Publik Vol.5 No.1 85-137
2008.
Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Siahaan, Fadjar O.P., 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kepatuhan Tax
professional dalam Pelaporan Pajak Badan pada Perusahaan Industri Manufaktur di
Surabaya. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga.
Susanto,
A.B.
"Budaya
Perusahaan
Keluarga"
(Online)
http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/family-business/budayaperusahaan-keluarga-2 (diakses 1 Mei 2014).
Soetopo, Hendyat (2010). Perilaku Organisasi; Teori dan Praktek di Bidang Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sofyan, Marcus Taufan. (2005). Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di
Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar. Skripsi.
Tangerang.
Susyanti, Jeni dan Ahmad Dahlan. 2013. Perpajakan. Malang: bpfe UNISMA.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas
Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
UNISMA, FE. 2013. Panduan Usulan Penelitian & Penulisan Skripsi. Badan penerbit
Fakultas Ekonomi: Malang
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Yamin, S. dan Kurniawan, H., 2009, Structural Equation Modeling: Belajar Lebih Mudah
Teknik Analisis Data Kuesioner dengan LISREL-PLS. Buku Seri Kedua, Jakarta:
Salemba Infotek.
Zain, Mohammad. 2007. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

LAMPIRAN
Gambar 3.2.1
MODEL PENELITIAN

Tabel 2.7.1
DISTRIBUSI KUESIONER
Jumlah
Kuesioner dibagikan
200
Kuesioner kembali
158
Kuesioner ditolak/tidak kembali
42
Kuesioner yang dapat diproses
125
Kuesioner tidak dapat diproses
33

%
100%
79%
21%
63%
17%

Tabel 4.2.1
ESTIMASI PARAMETER MODEL STRUKTURAL
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
S.E.
C.R.
P Label
NIA