MITOS DALAM MASYARAKAT PENGETAHUAN NON I

1

MITOS DALAM MASYARAKAT: PENGETAHUAN NON ILMIAH
SEBAGAI ALASAN PERILAKU ILMIAH DAN KONTROL SOSIAL

MAKALAH

Diajukan guna memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar

Oleh

Miftakhuddin
NIM 120210204163

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014


2

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat yang sudah dilimpahkan berupa kemampuan berfikir dan nikmat
kesehatan yang sudah diberikan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah untuk mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar dengan judul “MITOS
DALAM MASYARAKAT : PENGATAHUAN NON ILMIAH SEBAGAI
ALASAN PERILAKU ILMIAH DAN KONTROL SOSIAL” dengan tepat waktu.
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang secara
tidak langsung telah membantu terselesaikannya makalah ini dalam bentuk
sumber rujukan dan referensi. Tidak lupa juga saya ucapakan terimakasih banyak
kepada Drs. Nuriman, Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Kealaman
Dasar dan pembimbing untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang hubungan antara mitos dengan teori ilmiah yang
merupakan hasil dari penelitian ilmiah. Semoga apa yang ada didalam makalah ini
dapat memeberikan manfaat bagi khalayak umum khususnya untuk kalangan
akademisi yang mampu memberikan banyak kontribusi untuk perubahan.
Segala hal tidak ada yang sempurna, pasti memiliki kekurangan, begitu

juga dengan makalah ini. Penulis sangat mengharapakan kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat konstruktif demi memperbaiki pembuatan karya tulis yang
akan datang.

Jember, 20 Mei 2014

Penulis

3

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..........................................................................................................i
Kata Pengantar ........................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat...........................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Mitos..................................................................................................................3
2.2 Pengetahuan Ilmiah............................................................................................3
2.3 Pengetahuan Non Ilmiah....................................................................................4
2.4 Kontrol Sosial.....................................................................................................5
BAB III Metode Penelitian
3.1 Observasi............................................................................................................6
3.2 Studi Pustaka......................................................................................................6
3.3 Wawancara.........................................................................................................6
BAB IV Pembahasan
4.1 Mitos Sebagai Pengetahuan Non Ilmiah............................................................7
4.2 Pengetahuan Non Ilmiah Sebagai Perilaku Ilmiah.............................................8
4.3 Pengetahuan Non Ilmiah Sebagai Kontrol Sosial..............................................9
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan......................................................................................................12
5.2 Saran.................................................................................................................13
Daftar Pustaka

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Mitos merupakan sebuah pengetahuan dan kepercayaan yang nyata dan jelas

hidup dalam masyarakat. Pengetahuan yang merupakan mitos diperoleh dengan
berbagai cara, bisa dengan pengalaman sendiri yang nantinya akan menambah
mitos / pengetahuan dan bisa juga diperoleh melalui keturunan (dengan
diturunkan dalam silsilah keluarga / masyarakat). 1Mitos dapat diterima oleh
masyarakat karena keterbatasan pengetahuan, keterbatasan penalaran, dan hasrat
ingin tahunya terpenuhi. Sebagian besar masyarakat yang menjadikan mitos
sebagai pengetahuan paten (pengetahuan pokok) adalah masyarakat uneducated,
karena mereka hanya mengandalkan pengetahuan non ilmiah yang diwariskan dari
generasi terdahulu.
Mitos erat kaitannya dengan kepercayaan dan dapat tumbuh dalam
masyarakat karena keterbatasan indera manusia yang tidak dapat menjangakau
sampai ke sebab atas terjadinya suatu hal. Mitos seringkali dijadikan alasan
seseorang dalam bertindak dan tidak bertindak karena dalam mitos yang

bersangkutan tidak membolehkan. Misalkan masyarakat Jawa mengatakan untuk
tidak bersiul ketika malam hari karena akan mengundang setan, hal ini sebenarnya
tidak ada sangkut pautnya dengan hal ghaib, hanya saja yang namanya bersiul itu,
apalagi di malam hari jelas tidak sesuai dengan etika sosial (mengganggu orang
yang sedang tidur), mengingat bahwa malam hari adalah waktunya untuk
beristirahat. Sama halnya dengan mitos yang mengatakan bawa tidak boleh
berdiam diri dibawah pohon pada malam hari karena rohnya akan diambil
sementara oleh mahluk gaib. Penjelasan atas hal ini adalah, pada siang hari
tumbuhan menghirup CO2 sedangakan pada malam hari menghirup O2, dan kita
tahu bahwa manusia bernafas membutuhkan O2 maka jika terlalu lama dibawah
pohon pada malam hari seseorang akan sesak nafas dan akan mengakibatkan
1

Disampaikan oleh Drs. Nuriman, Ph.D dalam kuliah wajib mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar di
PGSD - FKIP Universitas Jember tahun akademik 2013/2014.

5

orang itu pingsan. Pada hakekatnya manusia dianugerahi rasa ingin tahu dan
menuntut manusia itu sendiri untuk melegakan /memuaskan rasa ingin tahu itu,

dan inilah yang menjadi dasar beberapa mitos yang dulunya hanya missteri
menjadi terpecahkan. Segala hal pasti ada sebabnya, tidak akan ada C jika tidak
ada B, dan tidak akan ada B jika tidak ada A, begitu seterusnya sampai pada
Prima Causa, yaitu Tuhan sebagai pencipta segala hal. Mitos dijadikan sebagai
acuan/pedoman dalam bertindak oleh masyarakat tanpa mengetahui alasan secara
ilmiah, akan tetapi hal itu akan mengarah pada kebaikan dalam konteks sosial dan
bermuara pada keimpulan logis dan melalui proses yang kritis sehingga menjadi
pengetahuan ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah
Mitos dan teori ilmiah memang jauh berbeda, mitos adalah sebuag anggapan
atau kejadian yang tidak diketahui asal muaslanya secara ilmiah, sedangkan teori
ilmiah adalah kesimpulan dari sebuah konsep dan teori yang sudah melalui kajian
kritis dan ekseperimen yang berulang kali. Namun teori ilmiah yang muncul
disebebakan karena adanya mitos terlebih dahulu. Yang menjadi permasalahan
adalah :
1. Apa fungsi mitos, sebelum dan sesudah terungkap menjadi teori ilmiah?
2. Apakah mitos yang sudah terungkap secara ilmiah masih tetap bisa
dihormati oleh masyarakat awam?


1.3 Tujuan dan Manfaat
Mitos adalah suatu misteri yang menjadi kepercayaan masyarakat
uneducated,

hal ini menjadikan menjadikan peradaban manusia sulit untuk

berkembang karena pola pikir manusia terperangakap dalam kepercayaan mistis
tanpa ada penjelasan yang logis, kritis, dan real. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara mitos dengan pemikiran kritis dan logis serta
perilaku sosial yang mempercayai mitos.
Dengan diketahuinya hubungan mitos dengan teori ilmiah maka akan
mendukung perkembangan teknologi untuk memajukan peradaban manusia.

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mitos
Mitos adalah kepercayaan, kepercayaan mengenai segala sesuatu yang
belum diketahui alasan dan sebabnya secara ilmiah. Dalam kehidupan masyarakat

tradisional mitos menjadi pedoman dalam hidup bermasyarakat. Di pulau Jawa
yang sebagaian besar masyarakat tradisional dan sebagai keturunan dari zaman
kerajaan mitos dijadikan sebagai alat untuk menanamkan nilai kepada
generasinya. Hal ini bertujuan untuk tetap menjaga sopan santun, menjaga
kelestarian lingkungan, menjaga diri sendiri dan menghormati kepentingan orang
lain. Misalkan orang Jawa mengatakan bahwa wanita tidak boleh duduk didepan
pintu, hal ini mengajarkan tentang sopan santun dan bagaimana menjaga diri
sendiri. Mungkin ajaran ini diberikan pada jaman dahulu sebelum wanita
diperbolehkan menggunaka celana. Dahulu wanita hanya diperbolehkan untuk
memakai rok, sedangkan pintu adalah jalan keluar - masuknya orang / tamu,
dengan demikian jika wanita duduk didepan pintu maka akan jelas terlihat apa
yang ada didalam rok. Hal ini mengajarkan tentang pentingnya sopan santun dan
menjaga diri sendiri.
Dalam perkembangan taraf hidup manusia mitos ini kemudian akan
semakin berkurang karena dalam perkembangan pola pikir manusia yang pasti ada
sebuah rasa ingin tahu akan mengubah mitos menjadi konsep / teori yang memang
logis dan kritis (ilmiah), dan karena mitos ini mengalami perubahan cara pandang
dari masyarakat maka juga akan merubah perilaku masyarakat.

2.2 Pengetahuan ilmiah

Pengetahuan ilmiah adalah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari hasil
kajian dan eksperimen berulang kali dengan metode metode tertentu. Pengetahuan
ilmiah ini berdasar dari mitos dan mejadi dasar atas perkembangan teknologi
untuk kemajuan peradaban manusia. Perkembangan pengetahuan ilmiah ini
dimulai pada tahun 2980 SM ketika pembangunan pramid di Mesir. Kemudian

7

orang orang filsuf dari Yunani mulai bermunculan untuk menyebarkan ilmu
pengetahuan seperti Socrates, Aristoteles, dll.
Perilaku ilmiah adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh manusia yang
ingin membuktikan kebenaran atas sesuatu dan mencari penyelesaian atas rasa
penasarannya dengan menggunakan metode metode tertentu dan hingga akhirnya
akan menghasilkan kesimpulan sebagai teori ilmiah. Perilaku ilmiah ini dapat
muncul dengan berbagai sebab, bisa dengan stimulus berupa mitos yang menuntut
pemecahan sebuah misteri / fenomena aneh, bisa juga dengan fakta yang memang
belum ditemukan solusi untuk pemecahannya.

2.3 Pengetahuan Non Ilmiah
Pengetahuan non ilmiah meruapakan sebuah kepercayaan. Seseorang

dianggap tahu tentang suatu hal, namun dia tidak mengetahui atau belum
diketahui apa dasar dan bagaimana prosesnya terjadinya suatu hal, maka
pengetahuan itu dikatakan sebagai penegtahuan yang non ilmiah. Pengetahuan
non ilmiah ini dapat berupa wahyu, perasaan, intuisi, ramalan, dan mitos.
Meskipun pengetahuan ini non ilmiah (belum diketahui lebih spesifik) namun
tetap saja banyak manusia yang percaya dan menggunakannya sebagai pedoman
dalam bertindak dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat yang menggunakan pengetahuan non ilmiah / mitos ini
biasanya memiliki tingkat sopan santun yang baik dan karena apa yang mereka
yakini pasti mengarah pada kebaikan dan mengajarkan tentang bagaimana tata
cara bermasyarakat. Mitos dalam masyarakat ini terkadang juag beruapa ramalan,
dan ramalan yang diyakini sebagain besar masyarakat adalah baik.
Menurut Adhi Soetardjo (1999) dalam Ibnu S.Karim menegaskan, bahwa
ramalan yang baik adalah ramalan yang mengandung catur pitutur (empat petuah)
yaitu:
1. pitutur: memberikan nasihat bagaimana harus menjalani hidup dalam
zaman yang selalu berubah, agar dapat tabah menghadapi berbagai godaan dan
cobaan kehidupan;

8


2. pituduh: mengarahkan agar kehidupan dapat berjalan dengan aman dan
tenteram. Tidak salah arah dan tidak tersesat, sehingga dapat sampai pada tujuan
yang diinginkan;
3. pitulungan: menjadikan dan menjanjikan pertolongan di saat menghadapi
kebingungan, kesulitan, dan ancaman; sehingga terhindar dari marabahaya;
4. pituah: memberikan daya kekuatan dan kesaktian yang dapat memberikan
keselamatan. Pituah dapat menumbuhkan keyakinan dan ketegaran dalam
menghadapi persoalan hidup (Ibnu S. Karim, 2009: 2 – 3).
2.4 Kontrol Sosial
Masyarakat adalah kumpulan individu yang menempati suatu tempat
dalam kurun waktun yang cukup lama dan diatur oleh norma norma sosial dan
menghormati nilai nilai sosial, norma sosial yang ada masyarakat akan menjadi
adat istiadat dan dalam masyarakat yang sangat tradisional antara adat istiadat dan
mitos tidak dapat dibedakan.
Kehidupan sosial adalah kehidupan yang dinamis dan fleksibel dimana
bisa memanipulasi keadaan dan membentuk komunitas komunitas maupun
kelompok kelompok dengan kepentingan yang sama. Masyarakat yang
kehidupannya memang benar benar diatur oleh adat istiadat seperti masnyarakat
Bali, akan lebih menghormati mitos sebagai segala sesuatu yang hidup dan
mengatur kehidupan masyarakat.
Masyarakat yang sudah terpaku dan berpedoman dalam adat istiadat
mereka akan sulit sekali untuk menerima teknologi hasil dari ilmu pengetahuan
yang sudah terverifikasi, jangankan ilmu pengetahuan, bahkan mereka tidak mau
menurut pada ideologi negara. Padahal mereka tinggal dalam kawasan suatu
negara, dan sebagai warga negara yang baik mereka terkadang melalaikan bahkan
menentang aturan aturan bernegara dan lebih menurut pada pemangku adat yang
dianggap sebagai orang yang lebih penting daripada kepala negara.
Dengan demikian kontrol sosial dalam masyarakat dapat dengan 2 cara,
yaitu : 1) dengan mitos / adat istiadat. 2) dengan konstitusi / kenegaraan.

9

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Observasi
Dalam penelitian ini penulis menggunakan berbagai metode untuk
pengumpulan data, salah satunya adalah observasi. Metode ini dipilih karena
dianggap akan memberikan data yang objektif dan faktual. Dengan demikian data
ynag diperoleh pun juga valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pengamatan yang dilakukan penulis dilaksanakan mulai setelah tugas ini
diberikan yaitu sejak awal perkuliahan mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar
semester genap tahun akademik 2013/2014 di PGSD FKIP Universitas Jember.
Objek yag diamati adalah perilaku masyarakat baik di wilayah Jember,
Banyuwangi, maupun mahasiswa yang berada di Universitas Jember.

3.2 Studi Pustaka
Studi pustaka juga merupakan metode yang dipilih untuk mengumpulkan
data kualitatif dengan mengkaji berbagai sumber yang ada, baik dari internet,
referensi dari dosen dan buku buku tentang ilmu sosial dan ilmu pengetahuan.
Studi pustaka selain dapat memeberikan data yang akurat juga berfungsi sebagai
penguat pendapat dan pembanding antara pendapat yang dikemukakan oleh
penulis dengan pendapat dari buku referensi.

3.3 Wawancara
Wawancara dipilih sebagai metode penelitian karena dianggap penting
untuk mengumpulkan data subjektif dan kemudian nantinya akan diambil
kesimpulan dari wawancara tersebut. Wawancara pun dilakaukan bersamaan
dengan observasi yang dilakukan dengan fleksibel, artinya dilakukan sambil lalu
dengan tujuan tidak tergesa tergesa dan data yang diperoleh pun juga relevan.
Wawancara ini dilakukan pada orang orang tua / pemangku adat dan masyarakat
awam bahkan mahasiswa yang masih menjadikan mitos sebagai dasar dalam
hidup bermasyarakat. Dengan demikian penulis mendapatkan banyak referensi.

10

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Mitos Sebagai Pengetahuan Non Ilmiah
Pengetahuan dalam masyarakat ada 2 macam, yaitu ilmiah dan non ilmiah.
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara merumuskan
hipotesis dan menguji hipotesis kemudian ditarik kesimpulan dari percobaan /
eksperimen mengenai hipotesis yang sudah dirumuskan, apakah hipotesis dapat
diterima atau tidak, jika hipotesis dapat diterima maka akan menjadi sebuah teori
ilmiah / pengetahuan ilmiah dan bukan lagi menjadi misteri / mitos. Sedangkan
pengetahuan non ilmiah adalah pengetahuan yang didapatkan tidak dari hasil
eksperimen menggunakan metode metode ilmiah. Pengetahuan ini dapat
bersumber dari intuisi, perasaan, naluri, dan wahyu. Sumber sumber untuk
mendapatkan pengetahuan non ilmiah ini memang secara ilmiah sangat diragukan
kebenarannya, karena belum melalui metode ilmiah dan pembuktian. Banyak
sekali ilmuan yang sama sekali tidak menghiraukan rambu rambu yang sudah
duberikan dari adat istiadat / mitos dalam masyarakat tradisional mekipun sudah
banyak bukti yang menunjukkan bahwa kebenaran atas mitos adalah benar
adanya, namun ilmuan masih bertanya bertanya tentang proses terjadinya
fenomena. Jika masyarakat awam memandang suatu fenomena sebagai suatu
mitos atau pertanda dari dewa atau yang lainnya, maka ilmuan akan memandang
itu sebagai fenomena yang pasti ada sebab dan akibatnya, untuk itu ilmuan
melakukan penelitian guna mencari tahu bagaimana mitos ini bisa muncul hingga
nantinya mitos ini tidak lagi menjadi mitos melainkan akan menjadi sebuah cerita
yang logis.
Mitos merupakan pengetahuan yang hidup dalam masyarakat dan
dipercayai sebagai aturan yang hampir setara dengan adat istiadat, bedanya adat
istiadat memiliki konteks yang lebih luas, sendangkan mitos hanya pada hal hal
hal tertentu. Mitos ini bersumber dari keterbatasan indera manusia yang kemudian
menjelama menjadi sebuah kepercayaan yang hidup di tengah tengah masyarakat.
Mitos dan kepercayaan ada hubungan sebab-akibat, kepercayaan akan adanya

11

kekuatan gaib dan adanya kekuatan gaib dalam suatu tempat dan suatu benda
meruapakan kepercayaan (animisme dan dinamisme).
Pengetahuan bersifat dinamis, begitu juga dengan mitos (pengetahuan non
ilmiah), mitos ini akan mengalami pergeseran ke arah logika ketika apa yang
dianggap masyarakat sebagai suatu hal yang tidak mungkin diketahui alasan
muncul dan terjadinya suatu hal sudah dipecahkan oleh seseorang. Akan tetapi
ketika sebuauh mitos sudah berhasil dipecahkan maka akan muncul atau
setidaknya akan memicu timbulnya mitos baru. Contoh yang paling gampang
adalah sejarah terbentuknya tatasurya dan dicetuskannya teori Heliosentris oleh
Nicolas Copernicus.

4.2 Pengetahuan Non Ilmiah Sebagai Alasan Berperilaku Ilmiah
Mitos memicu banyak hal dalam kehidupan manusia, baik tindakan yang
bersifat logis maupun tidak logis, banyak sekali fenomena yang tidak logis
dilakukan manusia karena mereka bertemu dengan sebuah mitos yang tidak
mereka ingini, misalkan dalam 1 RT di kelilingi burung gagak hitam, maka akan
ada 1 warga di RT yang akan meninggal, kemudian untuk merespon mitos
tersebut masyarakat akan melakukan slametan. Namun demikian, adakalanya
mitos itu benar adanya dan adakalanya juga mitos itu tidak terjadi pada salah satu
orang disebuah RT. Sama halnya dengan mitos yang mengatakan bahwa hujan
adalah air dari surga. Anggapan bahwa hujan adalah air dari surga mulai muncul
sejak 10.000 tahun sebelum masehi. Menurut kepercayaan orang orang pada masa
itu (animisme dan dinamisme), surga berada diatas dan neraka berada dibawah,
ketika ada benda yang jatuh dari angakasa maka itu adalah benda benda yang
jatuh dari surga.
Hujan dianggap sebagai air surga, begitu anggapan orang orang pada masa
itu. Namun manusia pasti memiliki rasa ingin tahu, jika keterbatasan mereka
dalam hal panca indera menghalangi mereka untuk melampiaskan rasa ingin
tahunya, maka mereka pasti memerlukan waktu yang lebih lama dan
menggunakan otak untuk berfikir lebih keras seperti menemukan masalah,
merumuskan hipotesis, menguji hipotesis dengan menggunakan logika, metode

12

metode ilmiah yang logis dan kritis dan menarik kesimpulan, sehingga sampai
pada akhirnya manusia menemukan jawaban dan alasan bahwa hujan / air yang
jatuh dari langit bukanlah air dari surga melainkan bagian dari siklus hidrologi
yang merupakan peristiwa alam. Degan demikian bisa ditarik kesimpulan bahwa
yang awalnya hanya mitos kini bukan lagi menjadi mitos karena misteri sudah
berhasil dipecahkan. Mitos dapat memicu atau dapat sebagai stimulus untuk
berperilaku ilmiah bagi manusia. Dengan adanya mitos akan banyak sekali
dilakukan penelitian penelitian yang menyangkut pautkan hal hal diluar nalar
menjadi hal yang benar benar logis sehingga akan ditemukan jawaban dan
kesimpulan yang logis.
Hilangnya mitos sebagai pengetahuan non ilmiah menjadi peristiwa logis
juga akan membuat manusia menciptakan teknologi untuk memanipulasi alam
dan peristiwa alam. Misalkan hujan yang sudah diketahui sebagai salah satu dari
serangkaian siklus hidrologi yang berasal dari awan, maka dengan kemampuan
otaknya dan kodrat manusia yang tidak pernah merasa puas, manusia pada masa
sekarang bisa memanipulasi hujan dengan membuat hujan buatan dengan cara
menaburkan garam pada awan yang ada diangkasa melalui pesawat terbang.

4.3 Pengetahuan Non Ilmiah Sebagai Kontrol Sosial
Dalam kehidupan masyarakat, mitos terkandung didalam adat istiadat,
sedangkan adat istiadat itu sendiri bersumber dari norma norma sosial dan nilai
nilai sosial yang sudah mengkristal dan dijadikan sebagai pedoman untuk
bermasyarakat. Kaitan antara mitos dengan kontrol sosial adalah sebagai pengatur
(handle). Artinya masyarakat –terutama masyarakat tradisional- mengagung
agungkan adat istiadat diatas segalanya. Bahkan sampai mengalahkan peraturan
perundang undangan (sistem konstitusi) dan ideolegi sebuah negara. Hal itu tidak
dibisa dianggap salah bahkan juga tidak bisa disalahkan oleh aparat negara. Di
negara Indonesia semua orang punya hak, dan hak hanya bisa didapatkan jika
sudah menjalanankan kewajiban (secara administratif) kemudian jika kewajiban
tidak dijalankan maka yang bersangkutan akan mendapat sanksi.

13

Agama merupakan pengetahuan yang bisa juga dikatakan sebagai
pengetahuan non ilmiah karena berasal dari wahyu dan beberapa tidak dapat
terverifikasi dengan lengkap. Dalam agama islam dikenal hukum qisas yaitu
hukuman cambuk dan ranjam bagi orang yang berzina. Di Nanggroe Aceh
Darussalam, hukum itu benar benar dilaksanakan dengan baik. Ketika ada
sepasang orang yang belum menikah kemudian melakukan hukuman badan maka
akan dihukum cambuk 100 kali dan diasingkan selama 1 tahun. Hal ini
mengindikasikan bahwa pengetahuan non ilmiah dapat sebagi kontrol sosial untuk
selalu berakhlak baik dan berbudi pekerti luhur (tidak berzina), orang islam
percaya bahwa jika berzina maka akan mendapat dosa besar, dan setiap dosa pasti
akan mendapat balasan sama halnya dengan pahala yang didapat jika berbuat
baik. Sama halnya dengan perbuatan perbuaan yang tidak baik lainya, menurut
orang islam semua yang tidak baik / melanggar norma agama adalah dosa dan
setiap dosa pasti akan mendapat balasan diakhirat. Dari sini sangat jelas bahwa
pegetahuan non ilmiah dapat sebagagai kontrol sosial (mengendalikan perilaku
individu dalam bermasyarakat).
Agama Hindhu orthodoks juga mengajarkan demikian, namun terdapat
perbedaan strata dan ukuran dalam hal hukuman bagi para penganutnya. Dalam
agama Hindhu ada kasta Brahmana, Kstaria, Waisya, dan Sudra, kaeta tersebut
sudah urut dari kasta yang paling tinggi sampai pada kasta yang paling rendah,
kasta teringgi adalah kasta yag paling dekat dengan dewa karena mereka pendeta
dan kasta yang terendah adalah kaum budak. Misalkan kaum Sudra mencuri ayam
maka hukumannya akan sangat ringan atau bahkan mungkin langsung dilepaskan
tapi jika yang mencuri ayam adalah kaum Brahmana maka bisa dihukum mati,
karena mereka adalah kaum yang paling dekat dengan dewa, sehingga jika mereka
melakukan kesalahan / melanggar norma agama maka dewa akan merasa sangat
malu dan murka, sehingga untuk menebus dosanya dia harus dihukum mati agar
kaumnya tidak mendapat murka dari dewa. Begitulah kepercayaan dari agama
Hindhu ortodok. Degan demikian mitos merupakan salah satu sarana kontrol
sosial yang menjadi pegendali bagi kehidupan masyarakat.

14

Didalam masyarakat yang tidak begitu fanatik pada agama memiliki mitos
tersendiri, misalkan ayamnya akan mati jika makan tidak dihabiskan. Dalam hal
yang sangat sempit dan sederhana sama sekali tidak ada hubungannya antara
makan tidak dihabiskan dan matinya ayam peliharaan, justru jika dinalar dengan
logika maka kebalikkanya, ayam akan tetap hidup karena makanan yang tidak
habis akan diberikan kepada ayam.
Dalam pemikiran teori dan praktik semuanya punya dasar, dengan
berdasarkan dari pengetahuan non ilmiah yang sangat sederhana ini manusia mau
mepercayai dan bisa menjadi pedoman dalam kehidupan sehari hari bahwa kalau
makan itu harus dihabiskan. Hal ini mengajarkan untuk bersyukur bahwa diluar
sana ada banyak sekali orang yang tidak makan berhari hari dan kita tidak boleh
menyianyiakan makanan, mengajarkan untuk berhemat (mengambil sesuatu
secukupnya saja, agar tidak ada yang terbuang / mubadzir).
Inilah yang dimaksud pengetahuan non ilmiah sebagai kontrol sosial dan
sebagai salah satu sarana untuk penanaman nilai dalam kehidupan masyarakat.

15

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Mitos sebelum terungkap menjadi sebuah teori ilmiah berfungsi sebagai
keyakianan dan sebagai kontrol sosial. Menurut versi penulis, mitos dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu mitos ilmiah dan mitos keyakinan. Mitos ilmiah adalah
mitos yang bisa mengubah perilaku manusia dalam bermasyarakat dan mengelola
alam. Contoh : hujan. Sebelum diketahui hujan adalah salah satu dari serangkaian
siklus hidrologi maka manusia hanya berpasrah menunggu air dari surga jika
sedang tidak ada hujan, namun setelah hujan diketahui sebab sebabnya dan
diiringi dengan perkembangan teknologi maka manusia dapat membuat hujan
buatan. Sedangkan mitos keyakinan adalah mitos yang tidak dapat mengubah
perilaku manusia dalam bermasyarakat dan mengolah alam. Contoh : agama.
Mulai dari awal sampai akhir agama tidak akan bisa diverifikasi karena ini
berkaitan dengan keyakian dan Tuhan, sedangkan manusia tidak akan tahu
bagaimana kelanjutan dari hidupnya bahkan ramalan pun tidak bisa menembus
kehendak Tuhan. Sehingga manusia hanya percaya pada mitos ini (keyakinan dari
agama) dan tidak akan pernah berubah selama seseorang masih menganut agama
tersebut.
Didalam lingkungan masyarakat yang tidak terlalu fanatik terhadap agama
mereka mempunyai mitos sendiri dan biasa disebut sebagai mitos daerah. Mitos in
tidak bisa disalahkan, karena dari kacamata sosiologi, mitos yang timbul juga
berasal dari kebudayaan. Lagipula mitos ini tidak merugikan orang lain dan tidak
mengajarkan pada keburukan.
Seringkali orang orang yang religius yang benar benar fanatik pada agama
mengatakan mitos itu adalah hal yang salah dan bertentangan dengan agama, hal
itu adalah salah, karena sejatinya mitos ini merupakan salah satu kontrol sosial
sebagai pendamping dari nilai dan norma sosial. Mitos muncul dan berkembang
dalam masyarakat bukan tanpa alasan, malainkan untuk mengendalikan perilaku
manusia agar bertindak baik.

16

5.2 Saran
Mitos seringkali dianggap sebagai tahayul yang tidak ada benarnya dan
hanya untuk menakut nakuti, namun demikian tidak semua mitos memliki
deskripsi sesempit itu, banyak sekali yang belum diketahui banyak orang
mengenai mitos yang berkembang di masyarakat. Bahwasannya mitos
mengajarkan pada orang yang mempercayainya untuk berlaku baik dan mentaati
norma norma sosial, maka dari itu adabaiknya sebagai manusia yang mampu
berfikir tidak memandang sebuah mitos sebagai hal yang buruk dan merusak
peradaban manusia, jika mau percaya silakan dan jika tidak mau percaya juga
tidak masalah asalkan tidak menghalangi orang lain untuk menjalankan hak dan
kewajibannya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Setiap individu sebagai bagian dari masyarakat memiliki kebebasan
beragama dan memiliki keyakinan sesuai dengan kepercayaan yang dia anggap
yang terbaik. Ketika ada orang lain yang memabatasi kebebeasan itu maka itu hal
yang salah, baik menurut mitos, kebudyaan, kepercayaan, maupun menurut
peraturan perundang-undangan (secara konstitusional). Hak setiap orang harus
dihargai dan pelanggar hak juga harus diberi sanksi dari kesepakatan masyrakat.
Mitos ilmiah dapat meningkatkan taraf hidup manusia, untuk itu ada
baiknya jika mitos ilmiah yang belum terpecahkan dapat dipecahkan seperti
misteri segitiga bermuda yang banyak menelan korban. Segitiga bermuda adalah
mitos yang belum terpecahkan sampai sekarang dan tidak ada sangkut pautnya
dengan agama / keyakinan, maka mitos ini akan mampi merubah kehidupan
manusia jika mitos ini terpecahkan, dan ini adalah tugas bagi para pemuda
khususnya yang sedang kuliah di universitas universitas diseluruh dunia untuk
memecahkan misteri itu untuk meningkatkan taraf hidup peradaban manusia.

17

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu S. Karim, 2009. Ramalan Jangka Jayabaya Dalam Realitas
Kehidupan.Yogyakarta: Sahabat Setia.
Nuriman, 2014.Perkenalan Dengan IPA.Jember:FKIP
Hamid, ahmad abu. 2014. RAMALAN JAYABAYA: APAKAH DAPAT
MENGHAMBAT

PEMBANGUNAN

NUKLIR.Yogyakarta : FMIPA UNY

PUSAT

LISTRIK

TENAGA