Masyarakat Nelayan Desa Hajoran Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah 1982 – 1990

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul dalam istilah
ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai
prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain,
masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama.Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki
keempat ciri yaitu: Interaksi antar warga-warganya, Adat istiadat, Kontinuitas
waktu, Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga. 1
Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh, dan
berkembang dikawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat
dan laut.2 Sedangkan menurut M.Khalil Mansyur mengatakan bahwa masyarakat
nelayan dalam hal ini bukan berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya
mencari ikan di laut untuk menghidupi keluarganya akan tetapi juga orang-orang
yang integral dalam lingkungan.
Sedangkan desa secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta
“deca” yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif
geografis, desa atau village yang diartikan sebagai “ a groups of houses or shops
1


Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta, 2009, hlm. 115-

118.
2

Kusnadi, Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Politik. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media, 2009, hlm. 27.

12
Universitas Sumatera Utara

in a country area, smaller than and town “.Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya
berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan
Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Menurut Sutardjo Kartohadikusuma
desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
pemerintahan sendiri.3
Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan dan memiliki
potensi lautan yang cukup besar seharusnya mampu mensejahterahkan kehidupan

masyarakat nelayan yang mengguntungkan hidup pada potensi kelautan (maritim)
tersebut. Sebagai negara kepulauam yang memiliki 17.500 pulau besar dan kecil
dan memiliki pantai bahkan diapit oleh dua Samudera yakni Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia dengan
letak yang sangat strategis serta merupakan kawasan paling dinamis dalam
keamanan dan pertahanan.4
Ribuan jenis terumbu karang terhampar luas di Samudera. Ikan-ikan dari
seluruh penjuru dunia berebut posisi untuk menjadi simpanan kekayaan kita.
Manusia yang sebagai makhluk memiliki akal dan pikiran, seharusnya mampu
mengelola kekayaan itu dengan baik dan bijak. Masyarakat pesisir didefenisikan
sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan
perekonomiannya bergantung pada sumber daya laut dan pesisir.
Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera
Utara dengan luas wilayah 2.194,98 km² meliputi darat dan laut dengan hamparan
3

Abu Ahmadi, dkk. Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991, hlm. 241.
Yuswar Zainul Basri, Bunga Rampai pembangunan Ekonomi Pesisir. Jakarta:
Universitas Trisakti, 2007, hlm. 5.
4


13
Universitas Sumatera Utara

gunung, pantai dan laut.5 Kondisi topografi Kabupaten Tapanuli Tengah sebagian
besar berbukit-bukit dengan ketinggian 0-1.266 meter di atas permukaan laut.
Sebagian lagi adalah dataran dan terdapat banyak daerah aliran sungai. Kabupaten
Tapanuli Tengah terbagi atas beberapa desa yang berkecamatan Pandan, salah
satunya adalah Desa Hajoran.
Desa Hajoran merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan wilayahnya yang sebagian besar
berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di pulau-pulau kecil.
Adapun penduduk asli dari Desa Hajoran ini yaitu etnis Batak yang berkerja
sebagai Nelayan.
Nelayan adalah masyarakat yang hidup dari hasil menangkap ikan dan
bermukim disepanjang pesisir pantai serta mempunyai kehidupan yang keras
sesuai dengan lingkungannya. Nelayan sebuah sebutan yang diberikan kepada
kelompok masyarakat yang bermukim disekitar wilayah pesisir dengan aktifitas
mengolah, memanfaatkan sumber daya pesisir dan perairan yang bersifat milik
semua orang.


Bekerja sebagai nelayan adalah salah satu ciri khas masyarakat yang
berada di Desa Hajoran. Namun, Desa Hajoran ini pada tahun 1930-an masih
terbilang hutan yang berada di pinggir laut. Sehingga desa tersebut di kenal
sebagai “Harajoan” yang berasal dari bahasa batak mempunyai arti sebagai
5

Arsip BPS Kabupaten Tapanuli Tengah Dalam angka 1990.

14
Universitas Sumatera Utara

“Tempat Penyesalan”.Di katakan sebagai tempat penyesalan karena belum adanya
kehidupan pada desa tersebut. Jika pun ada penduduk nya masih terbilang
sedikit.6
Bentuk dari rumah masyarakat desa ini masih seperti pondok yang terbuat
dari kayu/ papan. Seiring berjalannya waktu Desa Hajoran ini pun mulai sedikit
berkembang dengan kedatangan Etnis Bugis. Kedatangan Etnis Bugis di
perkirakan sejak tahun 1970-an. Dimana etnis ini berimigrasi dengan tujuan untuk
memperbaiki kehidupan ekonomi mereka. Adapun cara mereka menetap untuk

tinggal di Desa Hajoran ini dengan menumpang di rumah-rumah masyarakat
sekitar.
Kedatangan mereka di sambut baik oleh para masyarakat desa tersebut.
Dan mereka

mulai bergabung dengan Etnis Batak atau penduduk asli desa

tersebut dengan bekerja sebagai Nelayan. Hanya saja beda nya masyarakat asli
penduduk Desa Hajoran bekerja sebagai nelayan menggunakan perahu dayung,
sedangkan Etnis bugis mulai memperkenalkan pembuatan bagan pancang.

Bagan pancang adalah salah satu alat untuk menangkap ikan yang ada di
laut dengan memanfaatkan nibung serta tali pegikat kayu yang masih sederhana.
Mereka memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Dengan begitu masyarakat
Desa Hajoran yang melihat bagan pancang tersebut pun mulai mengikuti dan
membuat bagan pancang mereka. Setelah ada nya kemajuan pada Desa Hajoran
6

Wawancara,Makmun Limbong, Desa Hajoran, pada tanggal 3 Februari 2017.


15
Universitas Sumatera Utara

ini yang di kembangkan oleh Etnis Bugis mulailah etnis-etnis lain berdatangan
dan bertempat tinggal di Desa Hajoran tersebut. Adapun etnis-etnis tersebut yaitu
etnis Nias, Jawa, Etnis Batak dan lainnya. Dengan begitu, desa ini pun mulai
ramai dan mempunyai kehidupan yang baru.
Sekitar tahun 1982 desa ini mulai di ramaikan oleh para Etnis Bugis di
bandingkan etnis-etnis lain. Mereka yang berdatangan mulai bertempat tinggal
dengan cara menyewa tanah dan membangun rumah di sekitar pantai tersebut.
Selain membangun rumah mereka juga menyusul membuat bagan pancang seperti
yang dilakukan Etnis Bugis sebelumnya dan lambat laun hasil tangkapan
masyarakat Desa Hajoran semakin baik dan pendapatan mereka banyak sehingga
mereka berinisiatif untuk mengolah hasil tangkapan mereka menjadi ikan asin,
ikan teri dan merebus ikan-ikan tertentu yang selanjutnya dijual disekitaran desa
tersebut.
Dengan banyak nya hasil tangkap mereka dan olahan masyarakat sekitar,
maka Desa Hajoran ini mulai terkenal dengan penghasil ikan terbanyak. Sehingga
para konsumen atau permintaan ikan mulai berdatangan dari luar desa maupun
kota. Dengan begitu, desa ini pun di juluki para pendatang sebagai “Desa Dollar”.

Hal inilah yang membuat penulis tertarik melakukan penelitian ke Desa Hajoran
tersebut.
Dari penjelasan di atas, maka penelitian ini diberi judul “Masyarakat
Nelayan Desa Hajoran Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah
(1982-1990)”.

Tahun

1982

dijadikan

sebagai

batasan

awal

penelitian


16
Universitas Sumatera Utara

dilatarbelakangi karena etnis Bugis mulai banyak memasuki desa Hajoran dan
berniat untuk bertempat tinggal disana. Sehingga pada saat itu, desa Hajoran
diberi nama “Kampung Bugis”.
Tahun 1990 dijadikan sebagai batasan akhir penelitian dilatarbelakangi
karena pada saat itu desa Hajoran sudah berada di tingkat perekomian yang baik
dalam hal kehidupannya, mulai dari penduduk, pendidikan dan tempat tinggalnya.
Dimana desa Hajoran sudah mulai mengirim hasil tangkapan para nelayan berupa
ikan seperti ikan asin, ikan teri dan lain sebagainya ke daerah serta kota-kota
seperti Kota Medan, Jawa, Jakarta, Palembang dan lainnya sehingga desa Hajoran
di kenal sebagai “Desa Dollar”.
1.2 Rumusan Masalah
Di dalam melakukan suatu penelitian, rumusan masalah menjadi landasan
utama yang sangat penting dari sebuah penelitian karena akan memudahkan
peneliti dalam proses pengumpulan data dan analisis data. Dari latar belakang
yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini mencoba menjelaskan tentang
Kehidupan Masyarakat Nelayan Desa Hajoran Kecamatan Pandan Kabupaten
Tapanuli Tengah 1983-1990. Penjabaran permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian ini akan dipandu melalui pertanyaan-pertanyaan utama sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi kehidupan nelayan Desa Hajoran Kecamatan
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 1982-1990 ?
2. Bagaimana cara pengelolaan hasil nelayan

Desa Hajoran

Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 1990 ?

17
Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian merupakan cara yang digunakan untuk menjawab masalah yang
kita rumuskan. Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat yang penting tentunya,
bukan hanya bagi peneliti tetapi juga bagi masyarakat umum. Tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi kehidupan nelayan Desa Hajoran
Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 19821990.
2. Untuk mengetahui cara pengelolaan hasil nelayan Desa Hajoran

Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 1990.

Adapun manfaat dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagi Ilmu Sejarah, yaitu dapat menambah referensi dan khasanah
penelitian terhadap sejarah maritim.
2. Bagi masyarakat, yaitu dapat memberikan informasi mengenai
sistem

kehidupan

masyarakat

yang

berpengaruh

terhadap

kehidupan para nelayan di desa tersebut.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

salah satu desa yang perekonomiannya semakin meningkat dengan
adanya bagan pancang. Selain itu penelitian ini juga memberikan
informasi mengenai perkembangan yang terjadi di desa tersebut.
1.4 Tinjauan Pustaka

18
Universitas Sumatera Utara

Yuswar Zainul Basri Bunga Rampai Pembangunan Ekonomi Pesisir
(2007), menjelaskan tentang Indonesia yang memiliki kepulauan dengan dua
pertiga wilayahnya berupa perairan laut yang luasnya 3,1 juta km2. Selain itu buku
ini juga menjelaskan mengenai Indonesia mempunyai hak pengelolaan dan
pemanfaatan ikan.
Buku ini memiliki hubungan dengan Desa Hajoran sebagaimana desa ini
mempunyai banyak sumber daya laut yang dapat di manfaatkan oleh banyak
masyarakat sehingga mereka miliki hak atas sumber daya laut tersebut. Dengan
demikian buku ini akan membantu peneliti untuk mengetahui bahwa dengan
adanya sumber daya laut yang banyak dan dapat di manfaatkan, bagi mereka
kekayaan laut sangat membantu dalam ekonomi masyarakat nelayan.

Deny Hidayati, dkk dalam Adaptasi dan Mitigasi Masyarakat Pesisir
Dalam Menghadapi Perubahan Iklim Dan Degradasi Sumber Daya Laut (2011),
menjelaskan tentang Pemahaman masyarakat pesisir yang membahas adanya
perubahan iklim yang masih terbatas. Pemahaman perubahan iklim ini biasanya di
miliki setiap para nelayan. Dimana mereka dapat mengetahui perubahan iklim
dengan melihat kondisi dari cuaca dan lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat
di wilayah pesisir pemukiman masyarakat nya berada di sepanjang garis pantai.
Dengan bermukim di sepanjang garis pantai membuat mereka sanagt bergantung
pada sumber daya laut.

19
Universitas Sumatera Utara

Mulyadi S dalam Ekonomi Kelautan (2005), menjelaskan tentang
gambaran umum dari nelayan dan wilayah pesisir. Dimana buku ini menceritakan
banyak nya masalah-masalah yang sering di hadapi dari masyarakat nelayan.
Seperti halnya dengan masalah krisis ekonomi yang sering di hadapi masyarakat
nelayan.
H. Abu Ahmadi dkk dalam Ilmu Sosial Dasar (1991), menjelaskan tentang
masyarakat pedesaan dimana masyarakat ini mempunyai hubungan-hubungan
dalam kehidupan bersama dan tidak di batasi oleh lingkungan, bangsa, dan
sebagainya. Di samping itu juga buku ini menceritakan perbedaan antara
masyarakat perkotaan dengan masyarakat pedesaan.

Mubyarto dalam Nelayan dan kemiskinan: Studi Ekonomi Antropologi di
Dua Desa Pantai (1984), menjelaskan tentang masalah ekonomi pada masyarakat
nelayan. Dalam buku ini terdapat analisa mengenai masalah pembangunan di dua
desa nelayan. Dengan demikian, buku ini dapat peneliti jadiakn sebagai
perbandingan masalah ekonomi di beberapa desa nelayan.

1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah, metode itu
sendiri berarti cara, jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Oleh
karena itu, metode sejarah dalam pengertiannya yang umum adalah penyelidikan
atas suatu masalah dengan mengaplikasikan jalan pemecahannya dari perspektif

20
Universitas Sumatera Utara

sejarah.7 Setiap melakukan penelitian, metode penelitian wajib digunakan sebagai
pedoman untuk tahap – tahap melakukan sebuah penelitian.
Metode penelitian adalah sekumpulan prinsip dan aturan sistematis yang
dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha untuk
mengumpulkan bahan – bahan sejarah, kemudian menilainya secara kritis untuk
selanjutnya menyajikannya dalam suatu sintesis dari hasil-hasilnya yang biasanya
dibentuk dalam tulisan. Dalam penerapannya, metode sejarah menggunakan
empat tahapan, yaitu Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi.

Tahap

yang

pertama

adalah

Heuristik.

Heuristik

yaitu

proses

mengumpulkan dan menemukan sumber di dalam suatu penelitian. Metode yang
digunakan dalam tahap heuristik ini adalah studi pustaka dan studi lapangan. Studi
pustaka ini dilakukan untuk mengumpulkan sumber – sember atau data – data
beradasarkan buku – buku, skripsi, disertasi, tesis, jurnal dan yang lainnya.
Dalam melaksanakan tahap heuristik ini peneliti telah mengunjungi
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas Negeri
Medan, Perpustakaan dan Arsip Tapanuli Tengah. Selain studi pustaka peneliti
juga telah melakukan studi lapangan melalui wawancara. Wawancara ini
dilakukan agar peneliti dapat menemukan informasi dari informan yang
bersangkutan dengan subjek yang telah diteliti.
Setelah pengumpulan sumber, maka tahap selanjutnya adalah kritik
sumber baik secara intern dan ekstern.Kritik intern yaitu suatu langkah untuk
7

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,Ciputat: PT.Logos Wacana Ilmu,

1999.

21
Universitas Sumatera Utara

menilai isi dari sumber yang memang kita hendaki. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan kredibiltas sumber tersebut, apakah sumber itu dapat dipercaya atau
tidak. Kritik ekstern yaitu dimaksudkan untuk menguji sumber guna mengetahui
otentisitas sumber, kritik ini menyangkut dokumen – dokumennya.

Tahapan selanjutnya yaitu tahap interpretasi. Interpretasi merupakan tahap
dimana peneliti berusaha menghubungkan data-data yang di dapat di lapangan
dengan fakta yang ada. Dalam menganalisa sumber yang diperoleh diperlukan
analisa yang lebih bersifat objektif dan ilmiah terhadap objek yang telah diteliti.
Tahapan yang terakhir adalah historiografi. Historiografi adalah proses
mensintesakan fakta atau proses menceritakan rangkaian fakta dalam suatu bentuk
tulisan yang kritis – analitis dan bersifat ilmiah.

22
Universitas Sumatera Utara