Masyarakat Nelayan Desa Hajoran Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah 1982 – 1990

BAB II
GAMBARAN UMUM DESA HAJORAN KECAMATAN PANDAN
KABUPATEN TAPANULI TENGAH
2.1 Latar Belakang Historis
Desa Hajoran merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan mayoritas penduduk nya bertempat
tinggal di pesisir pantai dan berprofesi sebagai nelayan.
Setiap desa pada umumnya memiliki sejarah atau asal-usul nama desa.
Nama Hajoran, menurut cerita masyarakat sekitar yang menetap di desa tersebut,
mengatakan bahwa nama Hajoran di ambil dari kata HARAJOAN yang berasal
dari bahasa Batak dan mempunyai arti sebagai “Tempat Penyesalan”. Di katakan
Harajoan sebab pada saat dulu banyak penyamun di sekitaran Desa Hajoran
tersebut.8
Setiap orang yang melewati desa ini selalu merasakan penyesalan di
akibatkan banyak nya kejadian yang terjadi seperti adanya perampokan dan
persugihan. Jadi, jika jam sudah mendekati pukul 16.00 WIB maka tidak ada
seorangpun yang berani melewati kawasan desa ini lagi. 9 Hajoran cukup terkenal
sebagai desa yang memiliki cerita mistis karena adanya kuburan yang cukup
banyak di pinggir hutan yang dijadikan sebagai tempat orang-orang melakukan
pesugihan.


8
9

Wawancara,Syahril, Desa Hajoran, pada tanggal 20 Maret 2017.
Wawancara, Samsudin, Desa Hajoran, pada tanggal 09 April 2017.

23
Universitas Sumatera Utara

Keadaan Desa Hajoran pada awalnya masih hutan belantara. Banyak nya
pohon-pohon tinggi dan kuburan membuat desa ini sangat di kenal mistis. Namun,
mistis nya Desa Hajoran bukan berarti masyarakatnya tidak ada. Desa ini di huni
dari 5-8 orang masyarakat yang berumah tangga. Adapun masyarakat asli dari
Desa Hajoran yaitu Etnis Batak yang memiliki marga Sitompul dan Panggabean.
Etnis Batak bekerja sebagai nelayan yang hanya menggunakan alat tangkap
sederhana seperti perahu dayung.
Penduduk Desa Hajoran yang cukup di kenal masyarakat sekitar ada 3
orang yaitu :
1. Tindi Pasaribu
2. Ondolan Sitompul

3. Sabidin Sitompul
Mereka bertiga adalah orang orang yang mempunyai harta benda dan
memiliki beberapa tanah di Desa Hajoran. Sehingga siapapun yang menetap dan
ingin membangun rumah di desa tersebut, akan membeli tanah kepada mereka.10
Selain itu, adapun nama-nama kepala desa di Desa Hajoran yaitu :
1. Djailani Chaniago

(1945-1948)

2. Aruman Siregar

(1948-1971)

3. Kamaludin Gea

(1971-1973)

4. Abdul Rahman siregar (1973-1984)
5. Maratua Siregar


(1984-1989)

6. Makmur Pasaribu

(1989-2000)

10

Wawancara, Rohana, Desa Hajoran, pada tanggal 14 April 2017.

24
Universitas Sumatera Utara

Kepemimpinan kepala desa mencakup 3 desa yaitu mulai dari Desa
Kalangan, Hajoran, dan Muaranibung. Dimana pemilihan kepala desa masih
menggunakan pemilihan dari suara masyarakat. Adanya kepemimpinan kepala
desa ini di mulai sejak tahun 1945- 2002. Meskipun sudah mulai memiliki kepala
desa, namun di Desa Hajoran masih belum terdapat kehidupan. Lain halnya
dengan Desa Kalangan dan Desa Muaranibung yang sudah memiliki kehidupan
bermasyarakat. Sehingga tidak heran lagi, jika orang-orang yang berdatangan dan

menetap di Desa Hajoran memilih untuk tinggal di desa tersebut.
2.1.1 Kedatangan Etnis Bugis
Etnis Bugis adalah salah satu etnis yang bertempat tinggal di Sulawesi
Selatan. Menjadi perantau merupakan salah satu ciri khas dari etnis tersebut. Etnis
Bugis perantauan dikenal sebagai etnis yang cepat melakukan adaptasi dengan
penduduk asli. Sehingga tidak heran jika etnis ini banyak yang menerima mereka
di tempat perantauannya.
Salah satu etnis yang merantau ke Kabupaten Tapanuli Tengah adalah
Etnis Bugis. Sumatera Utara perantau Bugis umumnya bermukim di Sibolga dan
Tapanuli Tengah. Namun, Tapanuli Tengah tepatnya di Desa Hajoran merupakan
pilihan tempat tinggal mereka.
Pada tahun 1971 Desa Hajoran sudah mulai di huni oleh Etnis Bugis salah
satu nya bernama Daeng Matahari.11 Kedatangan Daeng Matahari ke Desa
Hajoran melalui Jalur darat dengan mengendarai sebuah bus. Dimana Daeng
11

Wawancara, Samsudin, Desa Hajoran, pada tanggal 14 April 2017.

25
Universitas Sumatera Utara


Matahari ini berpindah tempat tinggal dari Padang. Mengingat kehidupan dan
pendapatan di Padang sudah tidak tentu maka beliau memutuskan untuk pindah
tempat tinggal. Sehingga dengan keputusan bersama keluarga, beliau memutuskan
untuk berpindah ke Tapanuli Tengah yaitu Desa Hajoran.
Daeng Matahari menetap di Desa Hajoran dengan membawa rombongan
keluarganya. Kedatangannya di sambut baik oleh masyarakat asli Desa Hajoran.
Kebetulan di sebelah desa tersebut (desa Kalangan) ada keluarga dari Daeng
Matahari, sehingga memudahkannya untuk menetap dan tinggal di Desa Hajoran.
Daeng Matahari menetap atau tinggal di desa tersebut satu atap dengan
masyarakat asli Desa Hajoran. Mengingat di Desa Hajoran belum banyak
pemukiman atau masyarakat lain, maka Daeng Matahari dan keluarga nya untuk
sementara satu atap dengan salah satu rumah masyarakat nelayan tersebut. Selama
menetap di Desa Hajoran, Daeng Matahari bekerja sebagai nelayan sama halnya
dengan

pekerjaan

masyarakat


asli

Desa

Hajoran. 12Perbedaannya

hanya

masyarakat asli Desa Hajoran menggunakan alat tangkap ikan yang masih
sederhana yaitu jaring atau pancing. Namun, Daeng Matahari lebih memilih untuk
membuat sebuah bagan pancang yang pendapatannya lebih menjanjikan atau
meningkat.
Seiring berjalannya waktu desa ini mulai di ramaikan oleh para Etnis
Bugis yang bertujuan menetap di desa tersebut. Mereka beranggapan bahwa Desa
Hajoran memiliki sumber daya alam yang banyak dan dapat di manfaatkan untuk

12

Wawancara, Samsudin, Desa Hajoran, pada tanggal 14 April 2017.


26
Universitas Sumatera Utara

mempertahankan kehidupan mereka. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk
hidup dan bekerja di Desa Hajoran dengan mengandalkan sumber daya alam yang
ada.13
Kedatangan Etnis Bugis ini pun di sambut baik oleh masyarakat desa dan
mengijinkan Etnis Bugis untuk tinggal bersama dengan mereka satu atap. Tinggal
atau menetap dengan satu atap bersama masyarakat asli Desa Hajoran sekitar ± 4
bulan lama nya. Lama mereka menetap satu atap karena mereka menunggu ijin
dari kepala desa untuk dapat membangun rumah di tanah kosong yang masih di
penuhi pepohonan kelapa dan lainnya untuk di tempati.
Sistem kepemilikan tanah di Desa Hajoran masih tergolong bebas untuk
siapa saja yang ingin membangun rumah. Kebebasan membangun rumah di Desa
Hajoran karena pada saat itu desa ini masih di penuhi oleh pepohonan dan
kuburan yang berada di pinggir laut. Sehingga untuk mendukung adanya
kehidupan di desa tersebut, maka kepala desa pun mengijinkan para perantau
untuk membangun rumah di atas tanah yang masih kosong. Namun, mereka yang
berumah tangga tetap di kenakan Pajak rumah tangga pertahunnya dengan biaya
sebesar ± Rp 100.000. 14

Sejak Etnis Bugis memperkenalkan bagan pancang di Desa Hajoran,
perekonomian mayarakat nelayan pun mulai semakin meningkat. Peningkatan
yang di maksud adalah awalnya masyarakat nelayan bekerja sebagai nelayan yang
menggunakan sampan dayung atau jaring berpenghasilan tidak terlalu banyak
13
14

Wawancara, Samsudin, Desa Hajoran, tanggal 09 April 2017.
Wawancara, Abdul Rahman siregar, Desa Hajoran, pada tanggal 12 April 2017.

27
Universitas Sumatera Utara

sekitar ± Rp 200.000/ minggu tergantung dengan hasil tangkapan para nelayan.
Namun, semenjak mulai adanya bagan pancang pendapatan mereka mulai
meningkat sekitar ± Rp 700.000/ minggu.
Etnis bugis menyesuaikan diri dengan masyarakat Desa Hajoran secara
berinteragsi dengan baik dan sopan serta berbagi pengalaman melaut jika sedang
berduduk santai pada saat tidak bekerja. Tahun 1982 Etnis Bugis pun mulai
membangun rumah di atas laut dan sebagian lainnya di pingggir laut. Namun, para

Etnis bugis pemukimannya tidak bergabung dengan etnis lainnya. Mereka
membuat sebuah “Lorong bugis”.
Selain di kenal sebagai etnis yang sering merantau dan menguasai laut,
Etnis bugis juga cukup di kenal sebagai etnis yang sangat kuat dalam membuat
hubungan atau komunitas sendiri. Dengan kedatangan Etnis Bugis yang cukup
banyak pada tahun tersebut, maka mereka memutuskan untuk membuat sebuah
lorong atau kampung, dimana sebutan lorong ini di sebut sebagai “Kampung
Bugis”. Adapun yang membuat nama lorong bugis ini menjadi Kampung Bugis
adalah para masyarakat desa yang mana mereka tidak berkeberatan dalam ada nya
persatuan pemukiman Etnis Bugis. 15
Kampung Bugis ini di buat pada tahun 1983 16 dan sudah terkenal dengan
masyarakat luar Desa Hajoran bahwa desa tersebut mempunyai Etnis Bugis yang
banyak dan memiliki sebutan spesial sebagai Kampung Bugis. Meskipun
perbedaan tempat tinggal Etnis Bugis dengan etnis lainnya memiliki perbedaan,
namun bukan berarti mereka tidak saling tolong menolong atau berinteraksi.
15
16

Wawancara, Rawana, Desa Hajoran, pada tanggal 16 April 2017.
Wawancara, Ratu Langit, Desa Hajoran, pada tanggal 16 April 2017.


28
Universitas Sumatera Utara

Hubungan dan ineraksi mereka di desa tersebut terjalin sangat baik tanpa adanya
perbedaan. Selain itu, mayoritas agama di Kampung Bugis adalah mayoritas
pemeluk agama Islam.
2.1.2 Kedatangan Etnis Nias
Pulau Nias yang terletak di sebelah Barat Pulau Sumatra lebih tepatnya
terletak kurang lebih 85 mil laut dari Sibolga, daerah Provinsi Sumatera Utara ini
dihuni oleh suku Nias. Salah satu etnis yang banyak merantau ke Kabupaten
Tapanuli Tengah adalah Etnis Nias. Masyarakat perantau Nias merupakan
komunitas sosial yang berasal dari pulau Nias. Migrasi masyarakat Nias ke luar
dari daerah asalnya bukanlah merupakan gerakan spontan, karena keadaan
geografis Nias yang berbukit-bukit menyebabkan mata pencaharian masyarakat
yaitu masyarakat yang tinggal di pesisir pantai berpenghidupan dari perikaanan
(nelayan).
Kemiskinan menjadi salah satu pendorong yang membuat warga Nias
banyak yang keluar dari Nias dan merantau ke berbagai daerah luar Nias. Salah
satu nya adalah merantaunya Etnis Nias ke Desa Hajoran. Kedatangan etnis ini

sejak tahun 1974 yang berjumlah ± 6 orang. Mereka memilih dan menetap di
Desa Hajoran karena selain tanah nya masih kosong dan belum banyak penghuni
nya, maka mereka memilih untuk lebih membangun rumah di atas tanah kosong
tersebut dengan ijin dari Kepala Desa.17Setelah mendapat ijin mereka ikut serta

17

Wawancara, Amhar Lase, Desa Hajoran, pada tanggal 17 April 2017

29
Universitas Sumatera Utara

berprofesi sebagai nelayan. Alat tangkap yang mereka gunakan masih sederhana
yaitu perahu dayung.
Masyarakat Nias agar dapat berinteraksi dengan baik dan demi
kelangsungan hidup, Etnis Nias harus bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Adaptasi perlu agar manusia atau kelompok masyarakat
dapat bertahan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada ditempat baru.
Masyarakat Nias dapat bertahan hidup dan memilih tinggal menetap di Desa
Hajoran kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah karena mereka telah
mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan yang ada.
Kedatangan mereka di sambut baik oleh masyarakat sekitar dengan
maksud agar kehidupan di Desa Hajoran sama dengan desa-desa sebelah.
Masyarakat hajoran mempunyai keinginan untuk menghidupkan Desa Hajoran
layaknya sebuah desa yang di huni banyak masyarakat. Sehingga siapapun yang
datang dan menetap di desa tersebut selalu di terima tanpa ada permasalahan .
Mayoritas agama Etnis Nias yang datang beragama Kristen dan sebagian lainnya
Islam. Meskipun mempunyai perbedaan mereka tetap bisa hidup secara
berdampingan damai dan harmonis.
Seiring berjalannya waktu, Desa Hajoran semakin berkembang akibat dari
banyak nya etnis-etnis lain yang sudah memasuki desa pada tahun 1980. Selain
kedatangan etnis-etnis lain seperti Jawa, Aceh, Mandailing dan lainnya, mereka
juga memilih dan menetap di Desa Hajoran dengan tujuan yang sama yaitu untuk
memperbaiki kehidupan terutama dalam pendapatan.

30
Universitas Sumatera Utara

Berkembangnya desa tersebut membuat Etnis Nias untuk memilih sebagai
buruh nelayan.18Ketidakberdayaan ekonomi mereka, maka dengan terpaksa
mereka bekerja sebagai buruh nelayan di salah satu tauke yang mempunyai bagan
pancang. Mengingat pendapatan dari bagan pancang cukup besar, maka Etnis
Nias beramai-ramai bersedia bekerja sebagai buruh nelayan.
Tahun 1986 yang menjadi tauke terkenal dari Etnis Nias adalah Palatona
Waruwu yang berasal dari Nias Selatan. Beliau menjadi tauke yang mempunyai 3
bagan pancang. Beliau juga membangun rumah di pinggir laut sedangkan lokasi
untuk pengelolaan ikan di bangun tepat di atas permukaan laut.
Palatona Waruwu datang ke Desa Hajoran melalui jalur laut. Dimana
beliau memilih untuk menaiki kapal demi menuju tempat tujuannya. Awal
kedatangannya melalui saudara nya yang berasal di desa seberang yaitu Desa
Muaranibung.
2.1.3 Desa Hajoran Sebagai Desa dollar
Desa Hajoran merupakan salah satu desa yang terkenal di Kabupaten
Tapanuli Tengah dengan pengolah ikan hasil tangkapan yang cukup banyak. Desa
Hajoran pada mula nya tidak begitu terkenal di Tapanuli Tengah karena belum
terdapat kehidupan dan juga masyarakat yang bertempat tinggal di desa tersebut
masih sedikit. Namun, memasuki tahun 1971 sejak kedatangan Etnis Bugis
perlahan-lahan Desa Hajoran sudah mulai memiliki kehidupan.

18

Wawancara, ibid.

31
Universitas Sumatera Utara

Tahun 1982 Etnis Bugis dan di susul etnis lainnya mulai datang dan
menetap di Desa Hajoran. Beragam jenis asal-usul mereka yang berpindah dari
berbagai daerah. Ciri khas profesi dari Desa Hajoran adalah masyarakatnya
berprofesi sebagai nelayan. Etnis asli dari Desa Hajoran menggunakan perahu
dayung, namun sejak Etnis Bugis datang maka etnis lainnya mengikuti jejak dari
bugis untuk menggunakan alat tangkap seperti bagan pancang.
Pada tahun 1983an masyarakat nelayan Desa Hajoran mulai mengolah
hasil tangkapan mereka dan mengirimi olahan mereka ke luar desa maupun kota.
Dari hasil tangkapan masyarakat nelayan inilah yang membuat perekonomian
mereka semakin meningkat. Dengan mulai di buatnya bagan pancang, para
masyarakat nelayan mulai menangkap ikan dengan menggunakan cara kerja
berkelompok ataupun sendiri. Selain bagan pancang, bagan bot juga di gunakan
para masyarakat pendatang. Bagan bot ini di perkenalkan ke Desa Hajoran sekitar
tahun 1982an yang di bawa oleh orang pendatang yang berasal dari Batahan,
Mandailing Natal.19
Kedatangan bagan pancang dan bagan bot inilah yang sangat mendukung
oleh para masyarakat nelayan dalam perekonomian mereka. Sehingga
menyusullah masyarakat nelayan lainnya mempunyai bagan bot dan bagan
pancang. Namun, disini dapat di lihat bahwa yang paling identik tauke pada Desa
Hajoran ini bukanlah masyarakat asli Desa Hajoran, melainkan orang pendatang
yang menetap di desa tersebut.20

19
20

Wawancara, Ratu Langi, Desa Hajoran, pada tanggal 16 April 2017.
Wawancara, Makmun Limbong, Desa Hajoran, pada tanggal 3 Februari 2017.

32
Universitas Sumatera Utara

Banyak nya orang yang berdatangan dan menetap ke Desa Hajoran sangat
membawa keuntungan besar bagi masyarakat sekitar. Sehingga perekonomian
para masyarakat nelayan desa tidak dapat di katakan kurang mampu karena
banyak nya sumber daya alam yang masih melimpah di desa ini.
Tahun 1984 kehidupan masyarakat nelayan semakin meningkat. Para
masyarakat nelayan di desa mulai membeli kebun, tanah dan membangun rumah
di pinggir pantai. Selain membeli kebun. tanah dan membangun rumah,
masyarakat nelayan sudah mempunyai harta benda seperti memiliki sepeda motor
bahkan setiap terang bulan, istri dari nelayan juga selalu membeli emas ke Toko
Roma yang berada di Sibolga. Di samping itu, para anak-anak dari masyarakat
nelayan sudah mulai bersekolah dan mengenal pendidikan.
Memasuki tahun 1990 dengan seiring berjalannya waktu desa ini semakin
terkenal dari hasil tangkapan dan olahan mereka. Sehingga pada tahun inilah desa
tersebut di juluki sebagai “Desa Dollar”. Julukan ini di berikan oleh orang-orang
yang berdatangan ke desa untuk membeli hasil tangkapan dan olahan mereka.
Pada tahun 1990 memang perekonomian di Desa Hajoran sangat meningkat
secara drastis.
Selain dari hasil tangkapan, olahan ikan yang mereka olah pun semakin
banyak permintaan dari para konsumen. Sehingga putaran uang di tahun tersebut
tidak pernah berhenti dalam sehari. Dalam sehari mereka para tauke yang rata-rata
mempunyai langganan tetap mendapatkan keuntungan sebanyak ± Rp 5.000.000/

33
Universitas Sumatera Utara

hari nya. Sehingga para anggota tauke mendapatkan bagian ataupun gaji dengan
membawa hasil ke rumah sebanyak ± Rp 200.000/ hari. 21
Adapun hasil tangkapan olahan yang banyak di minta para konsumen
adalah ikan asin dan ikan teri. Olahan hasil tangkapan masyarakat nelayan ini di
kirim ke luar kota seperti Jambi, Palembang, Medan, Jawa, Padang, Taurutung,
dan lain sebagainya. Namun, masa kejayaan desa ini tidak berlangsung lama.
Sekitar tahun 2000 desa ini sudah mulai kesulitan dalam perekonomian.
Hal ini terjadi karena alat tangkap pukat harimau sudah mulai masuk ke Desa
Hajoran sehingga alat tangkap ini merusak ekosistem laut dan ikan. Dengan
masuknya pukat harimau ke Desa Hajoran maka minimlah ekonomi atau
pendapatan dari para masyarakat nelayan.

Di samping itu juga, para tauke yang dulu banyak mempunyai bagan bot
dan bagan pancang sudah mulai bangkrut karena ekosistem di laut sudah mulai
rusak. Sehingga para tauke mulai berhenti dalam menanagkap dan mengelola ikan
dan berpindah profesi sebagai petani. Bahkan para etnis bugis yang awalnya
memperkenalkan bagan pancang sudah banyak berpindah rumah ataupun tidak
menetap di Desa Hajoran lagi karena banyak nya ekosistem laut yang sudah tidak
dapat di manfaatkan oleh mereka lagi.
2.2 Letak Geografis
Desa Hajoran secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan
Pandan yang berada di Kabupaten Tapanuli Tengah. Kabupaten Tapanuli tengah
21

Wawancara, Ibnu Hajar Hasibuan, Desa Hajoran, pada tanggal 12 April 2017.

34
Universitas Sumatera Utara

merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera, wilayahnya
berada 0-1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada 1 11 00 - 2 22 00
Lintang Utara dan 98 07 - 98 12 Bujur Timur.22
Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki batas-batas wilayah :
Sebelah Utara

: Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kabupaten
Aceh Barat, Kabupaten Aceh singkil.

Sebelah Selatan

: Kabupaten Tapanuli Selatan

Sebelah timur

: Kabupaten Tapanuli Utara

Sebelah Barat

: Samudera Indonesia

Kecamatan Pandan memiliki luas wilayah 62,23 km 2 dan berada di atas
permukaan laut 0-800 Meter. Kecamatan Pandan ini berjarak dari kantor camat ke
kantor Bupati 0,25km2.23 Kecamatan pandan terletak antara 01 33 Lintang Utara
dan 99 08 Bujur timur, dan memiliki batas-batas wilayah yaitu :
Sebelah Utara

: Kecamatan Sarudik

Sebelah Selatan

: Kecamatan Badiri

Sebelah Barat

: Samudera Indonesia

Sebelah Timur

: Kecamatan Tukka

Sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah
berbatasan dengan lautan, sehingga berpengaruh pada suhu udara yang tergolong
daerah beriklim tropis. Dalam perioede bulan Januari - Desember suhu udara

22
23

Arsip BPS Kabupaten Tapanuli Tengah Dalam angka 1990.
Arsip BPS Kabupaten Tapanuli Tengah Dalam angka 1990.

35
Universitas Sumatera Utara

maksimum bisa mencapai 31,50 C dan suhu minimum mencapai 21,51 C. Ratarata suhu udara di Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 25,98 C.
Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, Kabupaten Tapanuli Tengah
mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya
terjadi pada bulan Juni-September dan musim penghujan biasanya terjadi pada
bulan November-Maret.
2.3 Kondisi Demografis
Dalam perencanaan pembangunan data kependudukan memegang peran
yang penting. Semakin lengkap dan akurat data kependudukan yang tersedia maka
semakin mudah dan tepat rencana pembangunan itu di buat. Sebagai contoh dalam
perencanaan pedidikan diperlukan data mengenai jumlah penduduk dalam usia
sekolah, dan para pekerja dalam bidang kesehatan masyarakat memerlukan
informasi tentang tinggi rendahnya angka kematian dan angka penduduk.
Demografi24 mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah
struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya (perubahannya).Struktur
penduduk meliputi jumlah, persebaran dan komposisi penduduk.25 Struktur
penduduk ini selalu berubah-ubah dan perubahan tersebut disebabkan karena
proses demografi yaitu kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Tiap-tiap
24

Philip M.Hauser dan Duddley Duncan (1959) mengatakan bahwa demografi
merupakan sesuatu yang mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposis penduduk serta
perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu yang biasanya timbul karena natalitas
(fertilitas), mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status).
25
Yang di maksud dengan penduduk dalam Undang-Undang RI No.10 tahun 1992 adalah
orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan
himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada
waktu tertenu.

36
Universitas Sumatera Utara

negara ingin mengetahui jumlah penduduk di negara masing-masing, terutama
mengenai struktur dan proses.
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Desa Hajoran Tahun 1971 - 1990
No

Etnis

Rumah Tangga

Jumlah Penduduk
Laki – Laki

Perempuan

1.

Batak

100

60

40

2.

Bugis

300

215

85

3.

Nias

95

50

45

4.

Mandailing

6

4

2

5.

Aceh

4

2

2

6.

Padang

3

2

1

Jumlah

508

Sumber

: Diolah dari hasil wawancara dengan Abdul Rahman
Siregar

37
Universitas Sumatera Utara