Analisis Struktur Teks, Makna dan Melodi Onang-onang Pada Adat Perkawinan Mandailing di Penyabungan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke
dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia.1 Musik tersusun oleh
elemen musik, yang terdiri dari melodi, rhythm, dan harmoni. Setiap elemen musik
tersebut menunjukkan suatu ciri khas sebuah kebudayaan. Musik juga mempunyai
pengaruh besar dalam kehidupan manusia sehari-hari. Setiap kebudayaan
menggunakan musik sebagai fungsi ritual, adat istiadat, upacara perkawinan, hiburan
dan juga ada yang menggunakannya sebagai fungsi pariwisata yakni dalam upacara
penyambutan para turis ataupun tamu penting yang datang berkunjung.
Musik tradisional masyarakat Sumatera Utara adalah musik yang berakar pada
tradisi suku-suku atau kelompok etnis yang ada di Sumatera Utara, yakni: Suku Batak
Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing, dan Angkola Sipiriok, Suku Melayu
(termasuk Langkat, Deli, Serdang, Asahan, Kota Pinang, Batubara), Pesisir dan Nias.
(Suku lainnya, seperti Jawa, Minang, Aceh, Sunda, Tamil, dan lainnya tidak
dimasukkan karena dianggap sebagai pendatang di Sumatera Utara).
1

Pono Banoe, Kamus Musik, (Yogyakarta: PT. Kanisius, 2003), hal 288.
Musik merupakan salah satu cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke dalam

pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia.

Universitas Sumatera Utara

Tradisi adalah suatu struktur kreativitas yang sudah mapan, yang memberikan
gambaran mentalitas, prinsip-prinsip ekspresif, dan nilai-nilai estetik, tradisi,
walaupun dipresentasikan secara kekinian tetapi tidak terpisahkan dengan masa lalu.2
Bahkan bisa saja sebaliknya, tradisi adalah sesuatu yang menghadirkan masa lalu
pada masa kini. Masyarakat Sumatera Utara memiliki kekayaan dari beragam musik
vokal sampai ragam musik instrumental solo maupun yang berbentuk ensambel.
Masing-masing ensambel musik memiliki karakter yang spesifik, baik dari sisi
formasi instrumentasi maupun dari sisi komposisi musiknya. Sebagai contoh, di Suku
Mandailing terdapat ensambel musik Gordang Sambilan.
Pada zaman animisme, Gordang Sambilan merupakan suatu upacara adat
yang sakral, bahkan dipandang berkekuatan gaib yang dapat mendatangkan roh nenek
moyang untuk memberi pertolongan melalui medium atau semacam shaman yang
dinamakan Sibaso. 3 Selain itu dipergunakan pula untuk upacara perkawinan yang
dinamakan Horja Godang Markaroan Boru dan untuk upacara kematian yang
dinamakan Horja Mambulungi.
Gordang Sambilan sebagai instrumen musik kesenian tradisional Mandailing,

maka alat musik ini sudah digunakan untuk berbagai keperluan diluar konteks
2

Achmad Maulana dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta:Absolut, 2008), hal. 507.
Sibaso merupakan medium yang melalui suatu upacara ritual tertentu dapat dirasuki
oleh roh leluhur untuk memberi petunjuk guna mengatasi bala(malapetaka).
3

Universitas Sumatera Utara

upacara adat Mandailing. Misalnya menyambut kedatangan tamu agung, perayaan
nasional dan acara pembukaan berbagai upacara besar serta hari raya Idul Fitri. Etnis
Mandailing juga mempunyai beberapa lagu daerah yang sangat populer, salah satu
nya adalah Onang onang.
Onang-onang

4

adalah sebuah nyanyian pengiring tor-tor pada adat


perkawinan Mandailing. Akan tetapi tidak jarang pula digunakan dalam acara
seremonial adat masyarakat Mandailing. Nyanyian ini mengandung makna pujian
atau do‟a-do‟a ataupun harapan yang dilaksanakan dalam acara yang dimaksud dan
kembali kepada Sang Pencipta (adat yang

berdasarkan dari ketentuan agama).

Dengan kata lain, Onang-onang dapat terbagi atas dua bentuk, yaitu Onang-onang
dalam konteks sukacita atau siriaon dan bentuk Onang-onang dalam konteks
dukacita atau siluluton.
Onang-onang lazimnya dipergunakan dalam konteks ritual perkawinan,
dimana Onang-onang memberikan petuah atau pesan kehidupan kepada individu
yang melakukan perkawinan, Onang-onang juga dapat dipergunakan sebagai bentuk
petuah orangtua kepada anak-anaknya.

Nyanyian ini sama halnya seperti yang dikatakan Bruno Nettle “musik memainkan satu
peranan yang sangat penting dalam kosmologi, filsafat dan kehidupan seremonial” (Nettle 1964:3-4).
4

Universitas Sumatera Utara


Satu hal yang menjadi kekhususan onang-onang ini adalah dimana lirik yang
dinyanyikan oleh penyanyi (Mandailing : Paronang-onang) pada acara perkawinan
ini dilakukan secara spontan saat acara berlangsung tanpa ada penulisan lirik dan
nyanyian harus sesuai isinya setelah mereka mendapatkan deskripsi tentang “bayo
pangoli” dan “boru na nioli” dan mengungkapkan status sosial penarinya
(Mandailing : Panortor) dan suasana saat acara berlangsung.
Onang-onang mulai dinyanyikan setelah acara pembukaan atau disebut
dengan panaek gondang. 5 Onang-onang memiliki ritmis yang tetap dan berulangulang. Onang-onang selalu dimulai oleh bunyi dari alat musik suling kemudian di
lanjutkan oleh nyanyian pengiring tor-tor (Mandailing : Onang-onang) yang
dinyanyikan penyanyi (Mandailing : Paronang-onang).
Onang-onang memiliki makna kiasan yang terdapat pada teks nyanyian.
Makna tersebut memiliki keterkaitan antara kalimat sebelumnya dengan kalimat
sesudahnya. Pada lirik juga terdapat kata tambahan yang sebenarnya tidak memiliki
arti, namun fungsinya untuk mengikuti iringan musik agar tidak terjadi kejanggalan
atau tertinggal.

5

Panaek gondang adalah dimana setelah acara pembukaan selesai, dan kedua pengantin

biasanya manortor sebelum pengantin wanitanya dibawa ke rumah pengantin pria. Dan sama halnya
nanti di tempat pengantin pria pun jika ada onang-onang, itu pun dilakukan saat kedua pengantin
manortor beserta keluarganya.

Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai adat perkawinan Mandailing dan
etnis kebudayaan Mandailin. Akan tetapi penelitian yang diangkat lebih mendalami
tentang struktur teks dan melodi onang-onang pada adat perkawinan Mandailing di
Panyabungan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah
1) Bagaimanakah struktur teks onang-onang pada adat perkawinan di
Panyabungan ?
2) Bagaimanakah makna teks onang-onang pada adat perkawinan di
Panyabungan?
3) Bagaimanakah analisis melodi onang-onang pada adat perkawinan di
Panyabungan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mendeskripsikan struktur teks onang-onang pada adat perkawinan di
Panyabungan
2) Untuk mendeskripsikan makna teks onang-onang pada adat perkawinan di
Panyabungan

Universitas Sumatera Utara

3) Untuk menganalisis musik onang-onang pada adat perkawinan di
Panyabungan
1.4 Manfaat Penelitian
Melalui hasil penelitian ini pembaca akan mengetahui dan memahami salah
satu genre musikal yang ada di tanah air dalam hal ini nyanyian suku suku
Mandailing di Sumatera Utara. Selain itu, dari hasil penelitian ini pembaca juga
diharapkan akan dapat memahami eksistensi masyarakat Mandailing melalui musik
sebagai produksi dari tata-tingkah laku masyarakatnya.
Dengan adanya tulisan ini, peneliti berharap bisa menambah pengetahuan
penulis, untuk menambah koleksi buku bacaan tentang budaya, untuk memperdalam
ilmu budaya disuatu daerah. Terutama agar masyarakat Mandailing maupun dari
daerah lain bisa mengetahui makna yang terkandung dalam onang-onang.
1.5 Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan topik dalam penelitian ini, perlu
dilakukan tinjauan pustaka terhadap buku-buku atau tulisan-tulisan yang telah
dilakukan sebelumnya. Selain itu, tinjauan pustaka juga dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang dapat digunakan sebagai pendukung untuk melengkapi
data-data yang diperoleh selama penelitian. Untuk itu akan diketengahkan beberapa

Universitas Sumatera Utara

sumber tulisan yang akan dijadikan sebagai acuan berkaitan dengan onang-onang
secara umum.
Pada penelitian ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan teks onang-onang
dari segi struktur dan gaya bahasa yang digunakan. Namun perlu dijelaskan bahwa
onang-onang yang dibahas dalam tulisan ini ialah onang-onang yang ada pada adat
Mandailing di Panyabungan.
Untuk itu, penelitian ini akan berusaha mengungkapkan hal-hal yang
berkaitan dengan kedua aspek di atas, sekaligus menjadi kritik, pembenaran, maupun
penolakan terhadap hasil penelitian tersebut. Adapun beberapa tulisan yang
mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut:
Alan P. Meriam, dalam bukunya The Antrhopologi of music (Chicago: North
Western University Press, 1964). Buku ini mengemukakan fungsi musik yang

berhubungan dengan masyarakat pendukung kemudian unsure kebudayaan dalam
masyarakat sebagai sarana memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu dalam
kehidupan. Selain itu, juga menjelaskan 10 fungsi musik, antara lain; pengungkapan
emosional, kepuasan estetis, hiburan, sarana komunikasi, persembahan simbolis,
respon fisik, fungsi musik sebagai keserasian norma masyarakat, pengukuhan
institusional, dan upacara agama, sarana kelangsungan dan stabilitas kebudayaan,

Universitas Sumatera Utara

serta fungsi integritas masyarakat. Buku ini bermanfaat dalam menjelaskan fungsi
musik Gondang sebagai alat musik onang-onang dan buku ini akan membantu dalam
penulisan pada bab III.
Koentjaraningrat, dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta:
Aksara Baru, 1979). Di samping sebagai acuan bab II, buku ini juga berguna sebagai
pedoman dalam melakukan pendekatan-pendekatan di dalam penelitan di lapangan.
Leon Stein, dalam bukunya Structure & Style : The Study and Analysis of
Musical Froms (Summy: Birchard Music); Netll dalam bukunya Theory and Method
in Ethnomusicology. New York, 1964; Nettl dalam bukunya. The Study of
Ethnomusicology: Twenty-nine Issues and Concepts. Urbana, Illinois, Chicago,
London: University of Illinois Press, 1983. Buku ini membahas tentang cara

menganalisis dari struktur dan bentuk musiknya.
Tesis Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Jurusan
Ilmu-ilmu Humaniora pada Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2002 yang
berjudul “Ende-Ende Merkejemen: Nyanyian Ratap Penyadap Kemenyan Di Hutan
Rimba Pakpak-Dairi Sumatera Utara Analisis Semiotik Teks dan Konteks” oleh
Torang Naiborhu. Pembahasan dalam tesis Torang Naiborhu ini membahas tentang

Universitas Sumatera Utara

nyanyian hiburan untuk diri sendiri yang di mana setiap teksnya memiliki makna dan
waktu yang ditentukan. Tesis ini sangat membantu dalam menganalisis struktur teks
pada onang-onang.
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran pada UNP yang berjudul “Nilai-Nilai
Edukatif dalam Lirik Nyanyian Onang-Onang Pada Acara Pernikahan Suku Batak
Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara” oleh Ismail Rahmad
Daulay. Pembahasan dalam jurnal Ismail Rahmad Daulay, membahas tentang nilainilai edukatif yang terkandung dalam lirik nyanyian onang-onang. Baik dari segi nilai
religius, nilai edukatif ketangguhan, nilai edukatif kepedulian, dan nilai edukatif
kejujuran. Hubungannya dengan tesis yang diangkat adalah tentang pengembangan
makna yang terkadung dalam onang-onang. Bahan- bahan tersebut akan menambah
referensi bagi tesis yang diangkat.

Selain tulisan-tulisan di atas, juga digunakan buku-buku yang dianggap cukup
relevan dengan topik permasalahan dalam penelitian ini, terutama yang menyangkut
pada analisis teks (lirik) lagu. Buku-buku tersebut antara lain ialah, Parumpamaan di
Hata Angkola-Mandailing, karya Ali Hanafiah, 1980; Horja Adat Istiadat Dalihan
Natolu, karya Bersama Parsadaan Marga Harahap Dohot Anakboruna, 1993; Adat
Hangoluan Mandailing, karya Drs. H. Syahmerdan Lubis Gelar Baginda Raja Muda,

Universitas Sumatera Utara

1997; Adat Mandailing Dalam Tantangan Zaman, karya H. Pandapotan Nasution,
SH, 2005; Kamus Bahasa Mandailing, tulisan Drs. Mhd. Bakhsan Parinduri, 2009;
Fungsi dan Peran Gordang Sambilan Pada Masyarakat Mandailing, karya Dra. Sri
Hartini, dkk, 2012; Kesenian Daerah Tapanuli Bahagian Selatan Gondang Tor-tor
Gordang Sambilan Angkola-Sipirok Padang Lawas Mandailing, karya Ch. Sutan
Tinggi Barani Perkasa Alam, 2013; Semiotika Untuk Kajian Sastra dan Al-Qur’an,
karya Wildan Taufiq, M.Hum, 2016.
1.6 Konsep dan Landasan Teori
1.6.1

Konsep

Menurut Ch. Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam, Onang-onang adalah

nyanyian yang diorbitkan seorang dengan suara dan gaya yang bebas di luar
perkampungan, dan dengan suara yang agak tinggi. Bila secara terpimpin dan teratur,
dalam waktu-waktu tertentu boleh dikumandangkan di rumah atau dalam kampung.
Seperti dalam upacara Mahorja, Marbodong, yaitu pada pesta Upacara Adat.6

6

Ch. Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam, Seni Budaya Tradisional Daerah Tapanuli Selatan
(Padangsidimpuan, 1984) 11.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Aspan Matondang

7

Onang-onang adalah sebuah nyanyian

Mandailing yang mengandung makna sinta-sinta atau pujian atau do‟a-do‟a ataupun
harapan terhadap acara yang dilaksanakan dan kembali kepada Sang Pencipta (adat
yang

berdasarkan dari ketentuan agama). Pada umumnya onang-onang adalah

nyanyian adat masyarakat Mandailing dalam mengiringi tor-tor, baik dalam acara
perkawinan maupun acara adat. Dimana isi dari nyanyian itu adalah nasehat dan do‟a.
Tekstual merupakan hal-hal yang berkaitan dengan teks atau tulisan atau isi
dari suatu karangan. Dalam musik vokal, teks disebut dengan lirik.8 Lirik merupakan
susunan kata dalam suatu nyanyian yang berisi curahan perasaan.9 Lirik tersebut akan
menghasilkan makna yang tersirat. Pada tulisan yang diangkat akan melihat apa yang
menjadi isi dari lirik yang terdapat pada nyanyian onang-onang. Kemudian peneliti
akan menganalisis makna yang terkandung di dalamnya.
Musik ialah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke
dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia. Musik tersusun oleh
elemen musik, yang terdiri dari melodi, rhythm, dan harmoni. Setiap elemen musik
tersebut menunjukkan suatu ciri khas sebuah kebudayaan. Musik juga mempunyai

7

Paronang-onang dari Hulupungkut Kotanopan yang sudah dikenal dan sering diundang pada
acara seremonial adat sampai keluar kota. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 23 Juni 2015.
8
KBBI
9
KBBI edisi kedua 1995

Universitas Sumatera Utara

pengaruh besar dalam kehidupan manusia sehari-hari. Setiap kebudayaan
menggunakan musik sebagai fungsi ritual, adat istiadat, upacara perkawinan, hiburan
dan juga ada yang menggunakannya sebagai fungsi pariwisata yakni dalam upacara
penyambutan para turis ataupun tamu penting yang datang berkunjung.
1.6.2

Landasan teori
Berbagai teori dan metode keilmuan sangatlah diperlukan untuk mengungkap

permasalahan yang berkaitan dengan teks dalam konteks budaya atau musik sebagai
produksi dari tata tingkah laku (the product of the behaviour) masyarakat.
Musik (onang-onang) merupakan bagian penting pada upacara pernikahan
adat Mandailing. Menurut Merriam (1964:6), suara musik adalah hasil proses
perilaku manusia yang terbentuk berdasarkan nilai-nilai, sikap dan kepercayaan dari
masyarakat yang berbeda di dalam suatu kebudayaan. Demikian juga halnya dengan
onang-onang yang dibentuk oleh adat istiadat, peradaban dan budaya suku
Mandailing. Sehingga untuk dapat memahami kebudayaan Mandailing, kita dapat
belajar dari kebudayaan musiknya (onang-onang).
Dalam menganalisis tekstual disini, penulis tidak hanya mencari apa yang
menjadi arti dari lirik yang dinyanyikan. Namun mencari makna yang terkandung
dalam onang-onang dan melihat karakteristik dari kebudayaannya. Oleh karena itu,

Universitas Sumatera Utara

menurut Mennheim dalam Bustan 10 agar dapat mengungkapkan makna, perlu
dibedakan beberapa pengertian antara lain: (1) penerjemah atau translation, (2) tafsir
atau interpretasi, (3) ekstrapolasi dan (4) pemaknaan atau meaning. Menurut
Mennheim,
“Terjemah merupakan upaya mengemukakan materi atau substansi
yang sama dengan media berbeda. Mengacu pada materi terjemahan,
dibuat penafsiran untuk mencari latar belakang dan konteksnya guna
menemukan konsep yang lebih jelas. Ekstrapolasi bertujuan
menangkap berbagai fenomena di balik yang tersajikan berdasarkan
kemampuan daya pikir manusia pada tataran empirik logik.
Ekstrapolasi identik dengan pemaknaan, namun pemaknaan adalah
upaya lebih jauh dari penafsiran karena, selain memerlukan
kemampuan integratif manusia berupa kemampuan inderawi,
kemampuan daya pikir, dan kemampuan akal budi, pemaknaan
menjangkau hal-hal yang bersifat etik dan transendental.”
Hal ini juga sepaham dengan teori semiotik Roland Barthes yang memahami
suatu teks (segala teks narasi) dengan membedah teks, baris demi baris melalui lima
sistem kode. Kelima kode itu adalah (1) kode kelakuan, (2) kode teka-teki, (3) kode
budaya, (4) kode konotatif, dan (5) kode simbolik (2000:145-149). Dalam bukunya
SZ (1974), Barthes pertama-tama membedah teks baris demi baris. Baris demi baris

artikel “Linguistik oleh Fransiskus Bustan dengan judul Makna Lagu Ara Dalam Ritual
Penti Pada Guyup Tutur Etnik Manggarai Di Flores”. Vol 15, No 28. Maret 2008
10

Universitas Sumatera Utara

itu dikonkretisasikan menjadi satuan-satuan makna tersendiri dengan pembacaan
heuristik dan hermeneutik.11
Nyanyian memiliki sesuatu untuk diekspresikan dan melalui nyanyian (teks
lisan) ada pesan-pesan yang disampaikan. Pesan tersebut berasal dari teks lisan yang
diekspresikan sehingga membawa makna tersendiri yang terkadang tersembunyi.
Dengan mengetahui pesan dari teks lisan (dalam hal ini nyanyian) maka akan lebih
mudah melihat maknanya.
Onang-onang adalah nyanyian yang memiliki isi tentang doa, nasehat,
menceritakan latar belakang keluarga. Melalui isi nyanyian ini dapat dilihat konteks
yang terdapat pada onang-onang. Oleh karena itu, mekanisme penafsiran makna teks
harus selalu mengacu pada konteks sosial budaya.
Untuk mendeskripsikan upacara perkawinan, penulis memakai teori unsurunsur pendukung upacara seperti yang dikemukakan oleh Koenjtaraningrat.
(1985:243) yang menyatakan bahwa upacara terbagi atas empat komponen yaitu :
(1) Tempat upacara
(2) Saat upacara
(3) Benda- benda dan alat upacara
(4) Pemimpin dan peserta upacara
11

Rina Ratih, Teori dan Aplikasi Semiotik Michael Riffaterre, (Yogyakarta, 2016) 2.

Universitas Sumatera Utara

Untuk itu, dalam memahami makna-makna yang terkandung dalam lirik
onang-onang digunakan teori semiotika sebagai analisis untuk membedah isi dan
makna lirik tersebut.
Sejak kira-kira tahun 1970 minat terhadap musik yang berfungsi sebagai suatu
bentuk komunikasi atau sebagai sistem komunikasi dapat dilihat dengan
perkembangan, apa yang disebut „semiotik musikal‟ atau semiologi musicale. Dari
definisi-definisi bidang ilmu yang dikemukakan oleh Nattiez (1974) dapat diketahui
bahwa lapangan ini adalah sebuah disiplin yang mencoba menggunakan model-model
yang terdapat dalam linguistik untuk melakukan analisis musikal, atau studi musik
sebagai suatu sistem lambang (signs).12
Dari definisi dan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa semiotik
mempunyai pengertian yang sangat luas, oleh karena itu dalam tulisan ini analisis
semiotik yang dilakukan dibatasi pada aspek pembacaan heuristik dan hermeneutik
saja. Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan sistem semiotik tingkat
pertama berdasarkan struktur bahasa atau arti gramatikalnya (denotatif), sedangkan
pembacaan hermeneutik disebut juga retroaktif adalah pembacaan dengan pemberian

12

Jean Jaques Nattiez, Music and Discourse. Toward a Semiology of Music (Princeton, New
Jersey: Princeton University Press, 1990).

Universitas Sumatera Utara

makna (arti dari arti) atau memberi tafsiran atas teks tersebut berdasarkan sistem
semiotik tingkat kedua (konotatif).13
Hermeneutik mencakup dalam dua fokus perhatian yang berbeda dan saling
berinteraksi yaitu (1) peristiwa pemahaman teks, dan (2) persoalan yang lebih
mengarah mengenai apa pemahaman dan interpretasi itu. Ada tiga bentuk kata kerja
dari hermeneutik, yaitu: (1) mengungkapkan kata-kata; (2) menjelaskan, seperti
menjelaskan situasi; (3) menerjemahkan, seperti di dalam transliterasi bahasa asing.
Untuk mendeskripsikan musiknya, penulis menggunakan pendekatan Bruno
Nettl (1964:98) dan Alan P. Meriam (1964) tentang transkripsi dimana dikatakan
bahwa ada dua hal yang dilakukan dalam mendeskripsikan musik, yaitu (1) kita
mendengar dan mendeskripsikan musik, (2) kita dapat menuliskannya dalam bentuk
tulisan dan mendeskripsikan apa yang kita lihat.
1.7 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode
kualitatif didefenisikan 14 sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi
manusia (Catherine Marshal: 1995).
13

Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000), 119.
Jonathan Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . (Yogyakarta : Penerbit
Graha Ilmu, 2006), 193.
14

Universitas Sumatera Utara

Model Desain Riset Kualitatif
Menentukan Masalah

Teknik Sampling

Menentukan Jenis Data

Menentukan Instrumen
Pengambilan Data

Menentukan Metode
Pengambilan Data

Menentukan Teknik Analisis
Data

15

Penjelasan tabel di atas :
Pernyataan masalah : Rumuskan masalah yang akan diteliti sesuai dengan
ketentuan sebelum melakukan tahapan lain karena tahapan berikutnya dalam
15

Ibid.,

200-202

Universitas Sumatera Utara

penelitian akan ditentukan oleh masalah yang sudah dirumuskan. Masalah jelas dan
tidak bermakna ganda sehingga menimbulkan berbagai interpretasi.
Teknik sampling : Pertimbangan pertama dalam menentukan sampel ialah
bahwa untuk penelitian kualitatif kita menggunakan apa yang disebut dengan teknik
non probabilitas, yaitu teknik mengambil sampel yang tidak didasarkan pada
formulasi statistik. Teknik tersebut meliputi a) kesesuaian (convenience); b) penilaian
(judgment); dan c) bola salju (snowball). Pertimbangan kedua ialah penentuan
kualitas responden.
Jenis data : Primer dan sekunder dalam bentuk selain angka. (1) Data
primer 16 adalah data yang berasal dari sumber asli. Data ini tidak tersedia dalam
bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui
narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan
obyek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatakan informasi
ataupun data.; (2) Data sekunder ialah data atau informasi yang diperoleh melalui
studi kepustakaan dengan mengumpulkan informasi yang sebanyak-banyaknya dari
berbagai bahan bacaan yang terkait dengan topik penelitian ini, antara lain video,
rekaman audio dan foto. Dalam penelitian kualitatif data yang berupa suara dan

16

Jonathan Sarwono, op. cit., 124-129.

Universitas Sumatera Utara

gambar berguna untuk pembuktian-pembuktian dalam ilmu hukum, kepolisian dan
intelejen. Data sekunder juga memerlukan beberapa pertimbangan, diantaranya
sebagai berikut :
a. Jenis data harus sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah kita tentukan
sebelumnya.
b. Data sekunder yang dibutuhkan bukan merupakan pada jumlah tetapi pada
kualitas dan kesesuaian, oleh karena itu peneliti harus selektif dan hati-hati
dalam memilih dan menggunakannya.
c. Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer, oleh
karena itu kadang-kadang kita tidak dapat hanya menggunakan data
sekunder sebagai satu-satunya sumber informasi untuk menyelesaikan
masalah penelitian.
Instrumen pengambilan data : Wawancara mendalam (in depth interview).
Metode pengambilan data : Melakukan observasi, dan wawancara. Hal
pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, yaitu meliputi
melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek
yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang

Universitas Sumatera Utara

sedang dilakukan. 17 Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti
mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tehap selanjutnya peneliti
harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai peneliti dapat menemukan
pola-pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah
diketemukan, maka peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan diteliti.
Selanjutnya yang dilakukan adalah wawancara. Teknik wawancara dalam
penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga kategori, yaitu 1) wawancara dengan cara
melakukan pembicaraan informal (informal conversational interview), 2) wawancara
umum yang terarah (general interview guide approach), dan 3) wawancara terbuka
yang standar (standardized open-ended interview). 18 (Patton, 1990:280-290 dikutip
oleh Catherine Marshal, 1995: hal 80).
Teknik analisis data: Prosedur analisis data kualitatif dibagi dalam lima
langkah, yaitu :
1) Mengorganisasi data
2) Membuat kategori, menentukan tema, dan pola
3) Menguji hipotesis yang muncul menggunakan data yang ada
17
18

Jonathan Sarwono, op. cit., 224.
Jonathan Sarwono, op. cit., 224-225.

Universitas Sumatera Utara

4) Mencari eksplanasi alternatif data
5) Menulis laporan
1.8 Sistematika Penulisan
Pada bab satu (I) penulis mulai menuliskan tesis dimulai dari pengantar, di
mana isi setiap sub bab nya meliputi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan
sistematika Penulisan. Di halaman bab dua (II) penulis mulai membahas tentang
masyarakat Mandailing dan budaya musikalnya, di mana bagiannya meliputi aspek
kebudayaan Mandailing, upacara adat dalam masyarakat Mandailing. Dalam upacara
adat masyarakat Mandailing dapat dijelaskan pada setiap bagiannya mulai dari
upacara adat siriaon dan upacara adat siluluton. Dalam bab tiga (III) penulis
menjelaskan tentang

onang-onang dengan beberapa aspeknya, meliputi : fungsi

onang-onang dalam upacara adat perkawinan, hubungan onang-onang dengan tor-tor,
Keadaan onang-onang pada masa sekarang, onang-onang dan paronang-onang,
beberapa aspek tekstual onang-onang. Sementara di bab empat (IV) penulis
menjelaskan proses perkawinan adat Mandailing di Panyabungan, meliputi : dalian na
tolu, mencari dan melamar calon istri, pesta adat pemberangkatan boru, pesta
memperkenalkan anak dengan menantu. Pada bab lima (V) penulis mulai

Universitas Sumatera Utara

menjabarkan analisis struktur teks dan musik onang-onang,yang meliputi : analisis
struktur heuristik isi teks onang-onang, analisis hermeneutik isi teks onang-onang,
analisis struktur musik onang-onang. Berikut pada bab terakhir yaitu bab enam (VI)
penulis mulai menyimpulkan tulisan pada bagian penutup, meliputi : simpulan dan
saran.
Lampiran-lampiran.

Universitas Sumatera Utara