ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUN

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGUNGKAPAN MANAJEMEN RISIKO
(Studi Empiris pada Laporan Tahunan Perusahaan-Perusahaan
Non-Keuangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010)
WINDI GESSY ANISA
ANDRI PRASTIWI, SE., Msi., Akt.

ABSTRACT
This research purpose to get emprical proof about the factors which
inluential risk disclosure in the risk management report that is , leverage degree,
type of industry, profitability degree, firm size and public ownership structure.
This research use purposive sampling in carry out sample selection. There
are 77 non-finances firms which is listed in BEI ( Bursa Efek Indonesia) at 2010
is become sample in this research. Stakeholder theory and agency theory is used
to explain connection inter variable. Act of risk disclosure in this research use
content analysis based on the identification of setences act of risk disclosure in
the annual report. Statistic method is use for examine hypothesis is bifilar
regression.
The result of this research find leverage degree and firm size are positife
related significant with risk disclosure on firm, where as kond of type of industry,
profitability degree and public ownership structure does not has significant

influence with act of risk disclosure. However that totaly factors has influence
toward act of risk disclosure. Other invention in this research is kind of risk wich
is more to disclosure is money risk.
Keywords : Risk, risk disclosure, risk management, kind of risk, characteristic of
disclosure, stakeholder theory and agency theory.
1

2

1. PENDAHULUAN
Kasus yang menimpa Enron dan World com yang melibatkan kantor
akuntan publik yang terkenal Arthur Andersen sangat mengejutkan para pengguna
laporan keuangan di seluruh dunia. Dampak dari kasus Enron dan World com
menyebabkan kepercayaan investor dan pengguna laporan keuangan berkurang
terhadap kelengkapan dan keandalan angka-angka akuntansi dalam laporan
keuangan. Laporan keuangan dianggap hanya disusun sesuai dengan standar dan
aturan akuntansi, tetapi tidak memberikan gambaran yang sesuai serta akurat
tentang kondisi suatu perusahaan. Perusahaan diharapkan untuk dapat lebih
transparan dalam mengungkapkan informasi keuangan perusahaannya, sehingga
dapat membantu para pengambil keputusan seperti investor, kreditur, dan pemakai

informasi lainnya dalam mengantisipasi kondisi ekonomi yang semakin berubah
(Almilia dan Retrinasari, 2007). Hal ini menimbulkan banyak permintaan kepada
perusahaan publik untuk memperluas praktik pengungkapan dalam laporan
tahunan.
Dalam melakukan suatu investasi pada umumnya investor dihadapkan
pada suatu kenyataan yaitu “high risk bring about high return ”, artinya jika ingin
memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar
pula. Dengan adanya risiko dalam setiap kegiatan usaha, perusahaan dituntut
untuk mampu mengendalikan dan memberikan solusi sebagai salah satu cara
untuk mengelola risiko agar tidak merugikan perusahaan dan para investor.
Kemampuan perusahaan dalam mengelola risiko ini diharapkan dapat mengurangi
dampak risiko atau bahkan menghilangkannya. Salah satu aspek penting dalam
pengelolaan risiko ini adalah pengungkapan risiko.
Pengungkapan informasi risiko harus memadai agar dapat digunakan
sebagai alat pengambilan keputusan yang cermat dan tepat. Pengungkapan
informasi risiko perusahaan perlu dilakukan secara berimbang artinya informasi
yang disampaikan bukan hanya yang bersifat positif saja namun termasuk
informasi yang bersifat negatif terutama yang terkait dengan aspek risiko
manajemen. Permintaan para pemegang saham terhadap pengungkapan


yang

3

lebih transparan dalam laporan keuangan membuat perusahaan-perusahaan
melakukan perluasan terhadap wilayah pengungkapannya dalam laporan tahunan,
dengan membuat pengungkapan

mengenai informasi-informasi nonkeuangan

yang dianggap lebih relevan dan transparan sebagai bentuk pertimbangan dalam
pembuatan keputusan.
Pengungkapan risiko mulai menjadi topik utama sejak tahun 1998 ketika
Institute

of Chartered

Accountants

in


England

and

Wales

(ICAEW)

mempubikasikan sebuah discussion paper berjudul “ Financial Reporting of Risk
– Proposals for a Statement of Business Risk”. ICAEW menyarankan kepada
perusahaan untuk menyajikan informasi pengungkapan mengenai risiko bisnisnya
dalam laporan tahunan untuk memfasilitasi para stakeholders membuat keputusan
(Linsley dan Shrives, 2006 dalam Amran et al, 2009).
Perkembangan dalam permintaan pengungkapan ini telah menyebabkan
ketertarikan para peneliti untuk meneliti praktik pengungkapan yang terjadi di
dalam perusahaan dalam bidang-bidang seperti corporate social responsibility,
corporate governance, intelectual capital dan manajemen risiko. Namun

demikian, pengungkapan dalam bidang manajemen risiko merupakan topik yang

paling sedikit diteliti (Linsley dan Shrives, 2006 dalam Amran et al, 2009) meski
topik tentang manajemen risiko telah banyak dibicarakan.
Kurangnya penelitian mengenai pengungkapan manajemen risiko di
Indonesia dan tingginya permintaan tentang pengungkapan manajemen risiko oleh
investor dan pemegang saham membuat penelitian mengenai manajemen risiko
ini menarik untuk diteliti di Indonesia. Pengungkapan manajemen risiko yang
akan diteliti adalah pengungkapan risiko pada laporan tahunan. Penelitian ini
mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Amran et al (2009) dengan
menggunakan objek sampel yang diambil perusahaan-perusahaan nonkeuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis ingin mengetahui
apakah tingkat leverage, jenis industri, tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan

4

dan struktur kepemilikkan publik memiliki pengaruh dengan pengungkapan risiko
perusahaan di Indonesia yang terdaftar di BEI tahun 2010. Oleh karena itu penulis
memberikan judul penelitian ini “Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Manajemen Risiko (Studi Empiris pada Laporan Tahunan
Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010)”.


2. TELAAH PUSTAKA
2.1. Teori Stakeholder
Teori stakeholder menjelaskan bahwa perusahaan tidak hanya beroperasi
untuk pencapaian tujuannya saja tetapi harus memberikan manfaat bagi para
stakeholdernya. Stakeholder yang dimaksud adalah pemegang saham, kreditur,
konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat dan pihak lainnya yang ikut serta
dalam proses pencapaian tujuan perusahaan. Dengan kata lain kemakmuran suatu
perusahaan sangat bergantung kepada dukungan dari para stakeholder nya.
Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya
sendiri, dan untuk mendapatkan dukungan dari stakeholder perusahaan harus
memberikan manfaat bagi para stakeholder nya. Definisi stakeholder menurut
Freeman dan McVea (2001) adalah setiap kelompok atau individu yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi. Perusahaan
harus menjaga hubungan dengan stakeholder nya dengan mengakomodasi
keinginan dan kebutuhan stakeholder , terutama stakeholder yang mempunyai
kekuatan terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas
operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan
lain-lain (Chariri dan Ghozali, 2007). Salah satu strategi untuk menjaga hubungan
dengan para stakeholder perusahaan adalah dengan melaksanakan pengungkapan

risiko.

5

Menurut Amran et al (2009) pengungkapan risiko perusahaan diantaranya:
1. Risiko keuangan merupakan risiko yang berkaitan dengan instrumen
keuangan perusahaan seperti risiko pasar, kredit, likuiditas, serta tingkat
bunga atas arus kas.
2. Risiko operasi merupakan risiko yang berkaitan dengan kepuasan
pelanggan, pengembangan produk, pencarian sumber daya, kegagalan
produk, dan lingkungan.
3. Risiko kekuasaan merupakan risiko yang berkaitan dengan sumberdaya
manusia dan kinerja para karyawan.
4. Risiko tekhnologi dan pengolahan informasi merupakan risiko yang
berkaitan dengan akses, ketersediaan, dan infrastruktur tekhnologi dan
informasi yang dimiliki perusahaan.
5. Risiko integritas merupakan risiko yang berkaitan dengan kecurangan
manajemen dan karyawan, tindakan ilegal, dan reputasi.
6. Risiko strategi merupakan risiko yang berkaitan dengan pengamatan
lingkungan, industri, portofolio bisnis, pesaing,


peraturan, politik dan

kekuasaan.
2.2. Agency Theory
Jensen dan Mackling (dalam Slamet Haryono, 2005) mendefinisikan
hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih principal
(pemilik) menggunakan orang lain agen (manajer) untuk menjalankan aktifitas
perusahaannya. Di dalam teori keagenan yang dimaksud sebagai principal adalah
pemegang saham atau pemilik perusahaan, sedangkan yang dimaksud sebagai
agen adalah manajemen yang berkewajiban mengelola harta pemilik. Principal
menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasional perusahaan,
sedangkan agen sebagai pengelola berkewajiban untuk mengelola perusahaan
sebagaimana yang dipercayakan oleh principal untuk meningkatkan kemakmuran

6

principal melalui peningkatan nilai perusahaan (Slamet Haryono, 2005). Sebagai

imbalan dari principal, agen akan diberikan bonus, kenaikan gaji, kompensasi

serta promosi jabatan.
Dalam praktik nyata di dalam perusahaan, agen sering melanggar kontrak
yang telah mereka sepakati bersama oleh principal yaitu bertanggung jawab
dalam mensejahterahkan perusahaan dan meningkatkan kemakmuran para
pemegang saham, tetapi dalam kenyataan agen justru lebih mementingkan
peningkatan kesejahteraan untuk diri mereka sendiri. Para manajemen perusahaan
mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya
dengan biaya ditanggung oleh pihak lain (Sanjaya, 2004 dalam Slamet Haryono,
2005).
Konflik di dalam teori agency biasanya disebabkan oleh para pengambil
keputusan yang tidak ikut serta dalam menanggung risiko sebagai akibat dari
kesalahan pengambilan keputusan. Menurut para pengambil keputusan risko
tersebut seharusnya ditanggung oleh oleh para pemilik saham. Hal inilah yang
menimbulkan ketidaksinkronan antara pihak pengambilan keputusan (manajer)
dengan para pemilik saham.
Konflik antara pemilik saham dengan pihak manajemen perusahaan dapat
diminimalkan dengan cara, manajer harus menjalankan perusahaan sesuai dengan
kepentingan para pemegang saham begitupula dalam pengambilan keputusan oleh
manajer harus disesuaikan dengan kepentingan pemegang saham. Dalam
menjalankan perusahaan manajer juga dapat dimonitor oleh para pemegang

saham. Tetapi pada kenyataannya tidak semua tindakan manajer dapat dimonitor
oleh pemegang saham karena kompleknya aktifitas perusahaan serta semakin
besarnya ukuran perusahaan.

7

Menurut Slamet Haryono (2005) terdapat tiga macam biaya dalam teori agency
yaitu :
1. Biaya monitoring yang dikeluarkan oleh principal untuk mengawasi
aktifitas dan perilaku manajer antara lain membayar auditor untuk
mengaudit laporan keuangan dan premi asuransi untuk melindungi asset
perusahaan.
2. Biaya bonding yang ditanggung manajer untuk memberikan jaminan
kepada pemilik bahwa manajer tidak melakukan tindakan yang merugikan
perusahaan.
3. Residual loss adalah biaya yang ditanggung oleh principal untuk
mempengaruhi keputusan manajer supaya meningkatkan kesejahteraan
principal.

2.3. Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko,
serta membentuk strategi untuk mencegah terjadinya risiko. Menurut Smith
(1990) manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran,
dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan
dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau
kerugian pada perusahaan tersebut.
Tindakan manajemen risiko diambil perusahaan untuk

merespon

bermacam-macam risiko. Dalam melakukan respon risiko yang dilakukan oleh
manajemen risiko adalah dengan cara mencegah dan memperbaiki. Tindakan
mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer risiko
pada tahap awal proyek konstruksi. Menurut Darmawi (2005) manfaat manajemen
risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori
utama yaitu :
1. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.
2. Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.

8

3. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
4. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya
perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non-material bagi
perusahaan itu.
5. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena
kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang
dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public
image.

2.4. Pengungkapan Risiko
Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau
kehancuran. Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya
hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam
kehidupan sehari-hari risiko sering dikaitkan dengan konotasi negatif seperti
bahaya, ancaman, atau kerugian. Risiko juga dapat disebut sebagai ketidakpastian
yang dapat menimbulkan perubahan. Perubahan yang terjadi dari risiko ternyata
bukan hanya perubahan yang bersifat negatif tapi juga yang bersifat positif.
Pengertian risiko menurut Silalahi (dalam Husien Umar, 2001) adalah:
-

Risiko adalah kesempatan timbulnya kerugian

-

Risiko adalah probabilitas timbulnya kerugian

-

Risiko adalah ketidakpastian

-

Risiko adalah penyimpangan aktual dari yang diharapkan

-

Risiko adalah probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan

Pengungkapan risiko dalam laporan keuangan dikelompokkan menjadi dua
yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum
yang diisyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Sedangkan pengungkapan

9

sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk meberikan
informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk
pengambilan keputusan oleh investor dan pengguna laporan keuangan.
2.5. Kerangka Pemikiran
Untuk memberikan pemahaman mengenai variabel independen yaitu,
tingkat leverage, jenis industri, tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan dan
struktur kepemilikkan publik berpengaruh positif terhadap variabel dependen
yaitu, pengungkapan risiko, maka disajikan skema kerangka pemikiran pada
gambar 2.1.

Pengungkapan
Risiko

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

10

2.6. Hipotesis
2.6.1. Tingkat Leverage Terhadap Pengungkapan Risiko
Ketika sebuah perusahaan memiliki tingkat utang yang lebih tinggi di
bandingkan struktur modal, kreditur dapat memaksa perusahaan untuk
mengungkapkan informasi lebih lanjut (Ahn dan Lee, 2004 dalam Amran et al,
2009). Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai oleh hutang.
Menurut teori stakeholder , perusahaan diharapkan mengungkap lebih banyak
risiko dengan tujuan untuk menyediakan penilaian dan penjelasan mengenai apa
yang terjadi pada perusahaan (Amran et al, 2009).
H1 = Tingkat leverage memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan risiko
2.6.2. Jenis Industri Terhadap Pengungkapan Risiko
Jenis industri menggunakan variabel dummy, yaitu perusahaan high
profile industry diberikan nilai 1, karena perusahaan high profile industry

merupakan perusahaan yang rawan terhadap risiko. Hal ini dikarenakan
perusahaan high profile industry memiliki tingkat sensivitas yang tinggi pada
lingkungan, risiko politik tinggi atau tingkat persaingan yang ketat (Robert, 1992
dalam Hackston dan Milne, 1996). Sedangkan perusahan low profile industry
diberikan nilai 0 karena, low profile industry adalah perusahaan yang memiliki
aktivitas operasi yang sederhana dan mempunyai nilai penjualan pertahun yang
kecil.
H2 = Jenis industri memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan risiko
2.6.3. Tingkat Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Risiko
Berdasarkan agency theory tingkat profitabilitas merupakan suatu
indikator kemajuan perusahaan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu
perusahaan maka akan menyebabkan ketertarikan principal untuk membeli saham
perusahaan tersebut. Semakin tinggi institutional investor maka akan semakin
kuat kontrol eksternal perusahaan tersebut dan mengurangi biaya keagenan.

11

H3 = Tingkat profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan
Risiko
2.6.4. Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risiko
Ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan risiko.
Perusahaan besar akan mengungkapkan risiko lebih banyak dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Agency theory menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki
biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Jensen dan Meckling,
1976 dalam Almilia dan Retrinasari, 2007). Perusahaan besar mungkin akan
mengungkapkan informasi yang lebih luas dibanding perusahaan kecil sebagai
upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut.
H4 = Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan
risiko
2.6.5. Struktur Kepemilikkan Publik Terhadap Pengungkapan Risiko
Adanya

konsentrasi

kepemilikkan

perusahaan

oleh

pihak

luar

menimbulkan pengaruh dari pihak luar sehingga mengubah pengelolaan
perusahaan yang semula berjalan sesuai keinginan perusahaan itu sendiri menjadi
memiliki keterbatasan (Hilmi dan Ali, 2008). Sehingga, permintaan para
stakeholder akan pengungkapan yang lebih luas, menuntut perusahaan untuk

mengungkapkan informasi khususnya informasi mengenai risiko secara
transparan dan lengkap. Menurut teori stakeholder , dengan mengungkapkan
informasi risiko secara lebih mendalam dan luas menunjukkan bahwa perusahaan
berusaha untuk memuaskan kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan oleh para
stakeholder.
H5 = Struktur kepemilikkan publik berpengaruh positif terhadap pengungkapan
Risiko

12

3. METODE PENGUMPULAN DATA
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.1.1. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengungkapan risiko. Pengungkapan risiko adalah pemberian informasi kepada
pengguna laporan perusahaan dan stakeholder , di dalamnya menjelaskan tentang
peluang atau hambatan perusahaan yang akan mempengaruhi maupun yang telah
mempengaruhi kegiatan dan tujuan perusahaan. Laporan mengenai pengungkapan
risiko biasanya disajikan dalam laporan tahunan perusahaan. Risiko yang di
ungkapkan dalam laporan tahunan adalah risiko yang bersifat umum atau tidak
spesifik pada jenis risiko tertentu.
Pengukuran variabel dependen ini dengan menggunakan jumlah
pengungkapan risiko yang disajikan dalam laporan tahunan perusahaan.
Pengungkapan risiko ini dikelompokkan kedalam 6 (enam) jenis risiko yang
diungkapkan

oleh

manajemen

risiko

dan

kemudian

di

dalam

tabel

pengelompokkan risiko akan diberikan nilai 1 (satu) jika perusahaan tersebut
melakukan pengungkapan risiko, dan jika tidak melakukan pengungkapan risiko
diberikan nilai 0 (nol).
3.1.2. Variabel Bebas (Independen)
3.1.2.1. Tingkat Leverage
Leverage adalah penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan

tersebut perusahaan harus menutupi dengan biaya tetap atau beban tetap. Tingkat
leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt to ratio.

Pengukuran leverage menggunakan debt to asset ratio didasarkan pada alasan
bahwa ratio leverage telah digunakan sebagai proksi risiko dalam beberapa studi
pengungkapan (Ahn dan Lee dalam Amran et al., 2009). Debt to asset ratio
ditemukan berpengaruh signifikan untuk mewakili tingkat leverage dalam
pengungkapan risiko yang dilakukan oleh Hassan, 2009.

13

Formula yang digunakan untuk mengitung debt to ratio, menurut Endrian (2010)
yaitu :
Total Kewajiban
Total Asset
3.1.2.2 Jenis Industri
Pengukuran jenis industri menggunakan variable dummy. Perusahaan yang
masuk kedalam kelompok high profile industry yang mempunyai jenis usaha di
bidang minyak dan pertambangan, kimia, perhutanan, kertas, otomotif,
penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman,
media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan, transportasi dan
pariwisata (Zuhroh dan Sukmawati, 2003) diberikan nilai 1 (satu), sedangkan
perusahaan yang masuk ke dalam kelompok low profile industry yang mempunyai
jenis usaha di bidang bangunan, keuangan dan perbankan, pemasok alat-alat
kesehatan, properti, perusahaan pengecer, tekstil dan produk tekstil, produk
personal, dan produk rumah tangga (Dirgantari, 2002) di berikan nilai 0 (nol).
3.1.2.3 Tingkat Profitabilitas
Definisi profitabilitas adalah salah satu penilaian kinerja manajemen dalam
mencapai tujuan perusahaan yaitu kenaikan laba, sedangkan definisi tingkat
profitabilitas adalah suatu cara untuk menggambarkan posisi laba perusahaan.
Tingkat profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan net profit
margin. Penggunaan pengukuran ini di dasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Fitriani (2001), net profit margin ditemukan berhubungan positif secara signifikan
dengan kelengkapan pengungkapan perusahaan. Formula yang digunakan untuk
menghitung net profit margin adalah jumlah laba bersih terhadap jumlah
penjualan bersih (Endrian, 2010) :
Laba Bersih
Penjualan Bersih

14

3.1.2.4 Ukuran Perusahaan
Pengertian ukuran perusahaan adalah tingkatan perusahaan yang di
dalamnya terdapat kapasitas tenaga kerja, kapasitas produksi dan kapasitas modal.
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan total asset.
Hal ini didasarkan pada penelitian Alsaeed (2006), total asset untuk mengukur
ukuran

perusahaan

ditemukan

berhubungan

signifikan

dengan

tingkat

pengungkapan sukarela di Saudi Arabia.
3.1.2.5 Struktur Kepemilikkan Publik
Definis struktur kepemilikkan adalah komposisi kepemilikkan saham yang
berasal dari pihak internal maupun pihak eksternal yang bersama-sama dalam
memajukan perusahaan. Struktur kepemilikkan dalam penelitian ini menggunakan
ukuran persentase (%) saham yang dimiliki oleh publik. Kepemilikkan saham ini
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu kepemilikkan saham oleh publik (eksternal) dan
kepemilikkan saham oleh perusahaan (internal). Formula yang digunakan untuk
menghitung struktur kepemilikkan publik (Abraham dan Cox, 2007) adalah :
Saham yang dimiliki publik
Total Saham
3.2. Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi yang diperoleh sebanyak 356 laporan
tahunan nonkeuangan pada tahun 2010, dari jumlah total laporan perusahaan
sebanyak 409 yang terdaftar di BEI. Setelah itu untuk mendapatkan sampel,
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel dipilih
berdasarkan ketersediaan informasi dan kesesuaian dengan kriteria yang telah di
tentukan dalam penelitian ini.
Kriteria-kriteria sampel penelitian ini yaitu :
1. Sampel yang dipilih adalah perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI
pada tahun 2010.

15

2. Sampel yang dipilih adalah perusahaan yang mempublikasikan laporan
tahunan 2010 secara lengkap.
3. Sampel yang dipilih adalah perusahaan yang memiliki data-data lengkap
yang terkait dengan variabel penelitian.
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel tersebut, maka sampel akhir yang didapat
berjumlah 77 perusahaan nonkeuangan tahun 2010.
3.3. Metode Analisis Data
Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif,
untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai ratarata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis,
dan skewness. Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah data dalam
penelitian telah memenuhi kriteria asumsi klasik, uji asumsi klasik ini
menggunakan uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.
Pengujian autokorelasi tidak digunakan dalam penelitian ini karena uji
autokorelasi hanya tepat untuk digunakan dalam penelitian yang menggunakan
data time series. Dalam pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji
koefisien determinasi R2, uji signifikansi simultan (uji statistik F), dan uji statistik
t. Model regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pengungkapan Resiko = α0 + β1DTA + β2HLPI + β3NPM + β4TA + β5SKP + ε
Keterangan :
α0

=

intercerpt

β1DTA

=

Debt To Asset Ratio

β2HLPI

=

High / Low Profile Industry

β3NPM

=

Net Profit Margin

β4TA

=

Total Asset

16

β5SKP

=

Struktur Kepemilikkan Publik

ε

=

Error Term

4. HASIL DAN ANALISIS
4.1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2006). Hasil

SPSS dari statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

DTA

77

.05

.84

.4711

.19671

HLPI

77

0

1

.57

.498

NPM

77

.01

.51

.1225

.12239

TA

77

323419685

5.E13

3.90E12

8.275E12

SKP

77

1.67

81.29

28.4592

19.70607

Jumlah Pengungkapan

77

1

6

3.18

1.335

Risiko
Valid N (listwise)

77

Sumber : Data setelah diolah dengan SPSS, 2011
Berdasarkan tabel 4.1. dapat disimpulkan bahwa tingkat leverage yang
menggunakan pengukuran debt to asset (DTA) , memiliki nilai minimum sebesar
0.05 dan nilai maksimum sebesar 0.84. Mean yang dimiliki oleh tingkat leverage
sebesar 0.4711 dengan standar deviasi sebesar 0.19671.

17

Jenis industri mempunyai mean sebesar 0,57 dan deviasi standarnya 0.498.
Jumlah perusahaan yang termasuk kedalam high profile industri dalam penelitian
ini sebanyak

45 perusahaan dan jumlah perusahaan

low profile industry

sebanyak 32 perusahaan. Sehingga rata-rata sampel penelitian ini adalah high
profile industry.

Tingkat profitabilitas yang di dalam pengukurannya menggunakan Net
Profit Margin (NPM), memiliki nilai minimum sebesar 0.01 dan nilai maksimum

sebesar 0.51 sedangkan

mean tingkat

profitabilitas sebesar 0.1225 dengan

standar deviasinya sebesar 0.122239.
Ukuran
pengukurannya.
323.419.685.000

perusahaan
Nilai

menggunakan

minimum

(dalam

rupiah)

total

sampel
dan

asset

ukuran
nilai

dalam

melakukan

perusahaan

maksimumnya

sebesar
sebesar

52.818.187.000.000 (dalam rupiah) , sedangkan mean sebesar 3.896.548.364.275
(dalam rupiah).
Struktur kepemilikkan publik pada tabel 4.1 memiliki nilai minimum
sebesar 1.67 % nilai maksimumnya sebesar 81.29 %, sedangkan mean
kepemilikkan saham publik sebesar 28.45 % dan nilai standar deviasinya sebesar
19.70607.
4.2. Hasil Uji Asumsi Klasik
4.2.1 Hasil Uji Normalitas

Sumber : Data yang telah diolah SPSS, 2011
Gambar 4.1.. Grafik Histogram Hasil Uji Normalitas

18

Pada gambar 4.1. dapat disimpulkan bahwa model regresi penelitian
memenuhi uji normalitas karena hasil analisis grafik menunjukkan grafik
histogram mempunyai pola distribusi tidak menceng (skewness) ke samping
kanan maupun ke samping kiri.

Tabel 4.2.
Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Pada Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters

77
a,,b

Mean
Std. Deviation

Most Extreme Differences Absolute

.0000000
1.23040456
.092

Positive

.075

Negative

-.092
.809

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

.529

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber : Data yang telah diolah SPSS, 2011
Di dalam tabel 4.2. dapat dilihat bahwa model regresi pada uji analisis
statistik telah memenuhi uji normalitas, hal ini dapat dilihat dari hasil SPSS yang
menunjukan nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0.809 dan nilai Asymp. Sig. (2tailed) sebesar 0.529, kedua hasil ini menunjukkan nilai diatas signifikan yaitu

lebih besar dari 0.05.
4.2.2. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF). Pengukuran uji multikolonieritas dapat dilihat dengan

menggunakan nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10. Hasil dari pengujian
multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.3

19

Tabel 4.3.
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1

B
2.161

.597

DTA

1.653

.819

HLPI

.157

NPM

.115
4.036E-14
.000

TA
SKP

Standardized
Coefficients

Std. Error

(Constant)

a

Beta

Collinearity
Statistics
t

Sig.

Tolerance

VIF

3.618

.001

.244

2.018

.047

.822

1.217

.305

.059

.514

.609

.921

1.086

1.310

.011

.087

.931

.829

1.206

.000

.250

2.204

.031

.928

1.077

.008

-.010

-.086

.932

.935

1.070

a. Dependent Variable: Jumlah Pengungkapan Risiko

Sumber : Data yang telah diolah SPSS, 2011
Dari hasil pengujian pada tabel 4.3. diketahui bahwa model regresi lolos
uji multikolinieritas, hal ini dikarenakan keseluruhan model regresi menunjukkan
nilai tolerance > 0.10 dan nilai VIF < 10.
4.2.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Data yang telah diolah SPSS, 2011
GAMBAR 4.2. Hasil SPSS Uji Scatterplot

20

Dari hasil SPSS uji Scatterplot pada gambar 4.2. menunjukkan terlihat
bahwa titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y hal ini menandakan bahwa model regresi ini tidak terdapat
heterokedastisitas, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi
variable dependen berdasarkan variable independen.
TABEL 4.4.
Hasil SPSS Uji Glejser
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1

B

Standardized
Coefficients

Std. Error

(Constant)

.772

.338

DTA

.219

.463

HLPI

.081

NPM
TA

a

Beta

t

Sig.

2.286

.025

.060

.472

.638

.173

.056

.467

.642

-.506

.741

-.087

-.683

.497

-6.124E-15

.000

-.071

-.591

.556

.006

.004

.158

1.314

.193

SKP

a. Dependent Variable: abs_res

Sumber : Data yang diolah SPSS, 2011
4.3. Hasil Pengujian Hipotesis
4.3.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
TABEL 4.5.
Hasil SPSS Uji Koefisien Determinasi R2
Model Summary

Model R
1

.388a

Adjusted R
R Square Square

Std. Error of the Estimate

.151

1.273

.091

a. Predictors: (Constant), SKP, NPM, TA, HLPI, DTA

21

4.3.2. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
TABEL 4.6.
Hasil SPSS Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAb
Sum of
Mean
Squares df Square F

Model
1

Regression 20.398

5

2.518 .037a

4.080

Residual

115.056 71 1.621

Total

135.455 76

Sig.

a. Predictors: (Constant), Struktur Kepemilikan
Publik, Tingkat Profitabilitas, Ukuran Perusahaan
(Rp), Jenis Industri, Tingkat Leverage
b. Dependent Variable: Jumlah Pengungkapan Risiko
Sumber : Data yang diolah SPSS, 2011
4.3.3. Hasil Uji Parsial ( uji t )
TABEL 4.7.
Hasil SPSS Uji Parsial (Uji t)
Coefficients

Unstandardized
Coefficients
Model
1

B
2.161

.597

DTA

1.653

.819

HLPI

.157

NPM

.115
4.036E-14
.000

SKP

Standardized
Coefficients

Std. Error

(Constant)

TA

a

Beta

t

Sig.

3.618

.001

.244

2.018

.047

.305

.059

.514

.609

1.310

.011

.087

.931

.000

.250

2.204

.031

.008

-.010

-.086

.932

a. Dependent Variable: Pengungkapan Risiko

Sumber : Data yang diolah SPSS, 2011

22

4.4. Interpretasi Hasil
4.4.1 Pengaruh Tingkat Leverage Terhadap Pengungkapan Risiko
Pengukuran tingkat leverage dengan menggunakan debt to asset (DTA),
berdasarkan tabel 4.7. memiliki nilai signifikansi sebesar 0.047 (sig < 0.05)
sehingga dapat disimpulkan model regresi tingkat leverage memiliki pengaruh
terhadap pengungkapan risiko, tingkat leverage juga mempunyai hubungan yang
positif terhadap pengungkapan risko hal ini dibuktikan dari hasil Unstandardized
Coefficients B sebesar 1.653, sehingga

dapat disimpulkan tingkat leverage

memiliki pengaruh yang positif terhadap pengungkapan risiko.
Hubungan positif yang signifikan antara tingkat leverage perusahaan
dengan pengungkapan risiko konsisten dengan teori stakeholder, perusahaan
diharapkan mengungkap lebih banyak risiko dengan tujuan untuk menyediakan
penilaian dan penjelasan mengenai apa yang terjadi pada perusahaan (Amran et
al, 2009).

4.4.2 Pengaruh Jenis Industri Terhadap Pengungkapan Risiko
Pengukuran jenis industri menggunakan variabel dummy, untuk sampel
perusahaan yang termasuk kedalam high profile industry diberikan nilai 1 (satu)
dan untuk sampel perusahaan yang termasuk kedalam kelompok low profile
industry diberikan nilai 0 (nol). Jenis industri memiliki nilai signifikan sebesar

0.609 (sig > 0.05) dan nilai Unstandardized Coefficients B sebesar 0.157 sehingga
dapat disimpulkan bahwa jenis industri tidak secara signifikan memiliki hubungan
positif terhadap pengungkapan risiko.
Hasil pengujian ini tidak sesuai dengan teori stakeholder yang diajukan
yaitu, perusahan bukan entitas yang hanya bertujuan untuk pencapaian tujuannya
saja tetapi juga harus memberikan manfaat kepada para stakeholder nya,
pengungkapan risiko dapat memuaskan stakeholder terhadap kebutuhan informasi
yang dibutuhkan untuk membantu pengambilan keputusan.

23

4.4.3 Pengaruh Tingkat Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Risiko
Tingkat profitabilitas diukur dengan menggunakan net profit margin, net
profit margin

digunakan untuk mengukur kemapuan perusahaan untuk

menghasilkan laba pada tingkat penjualan. Hasil pengujian tingkat profitabilitas
memiliki nilai signifikan sebesar 0.931 (sig > 0.05) dan Unstandardized
Coefficients B sebesar 0.115, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin

tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka akan semakin rendah pengungkapan
risikonya atau H0 diterima dan H1 ditolak.
Hasil pengujian ini tidak sesuai dengan teori agency yang diajukan yaitu,
semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan akan menimbulkan
ketertarikan principal untuk membeli saham di perusahaan tersebut dan semakin
kuat kontrol eksternal perusahaan tersebut dan mengurangi biaya keagenan.
Perbedaan antara hasil pengujian dengan teori yang diajukan dikarenakan
perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang rendah akan lebih beresiko
karena kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya
menjadi sangat sulit (Prodham dan Haris, 1989 dalam Aljifri dan Hussainey,
2007).
4.4.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risiko
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan total asset. Hasil
pengujian ukuran perusahaan memiliki nilai signifikan sebesar 0.031 (sig < 0.05)
dan Unstandardized Coefficients B sebesar 4.036, hal ini berarti ukuran
perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pengungkapan
risiko atau H0 ditolak dan H1 diterima.
Hasil pengujian ini sesuai dengan teori agency yang menyatakan bahwa
perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar dibandingkan
perusahaan kecil (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Almilia dan Retrinasari,
2007), untuk mengurangi biaya keagenan perusahaan besar akan memberikan
informasi yang lebih luas dibandingkan perusahaan kecil. Hubungan positif yang

24

signifikan konsisten dengan hipotesis yang diajukan yaitu semakin besar ukuran
perusahaan maka akan semakin banyak pula pengungkapan risikonya.
4.4.5 Pengaruh Kepemilikkan Saham Publik Terhadap Pengungkapan
Risiko
Pengukuran variabel kepemilikkan saham publik menggunakan jumlah
persentase kepemilikkan suatu saham didalam perusahaan yang dimiliki oleh
pihak eksternal atau publik. Hasil pengujian penelitian menunjukkan nilai
signifikan yang diperoleh sebesar 0.932 (sig > 0.05) dan Unstandardized
Coefficients B sebesar 0.000, hal ini berarti struktur kepemilikkan saham publik

memiliki hubungan positif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan risiko.
Hasil pengujian tidak konsisten dengan teori stakeholder yang diajukan.
Hal ini mungkin disebabkan karena mayoritas kepemilikkan saham di dalam
sampel penelitian ini dipegang oleh pihak internal atau pihak perusahaan,
berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif yang menunjukkan bahwa rata-rata
proporsi kepemilikkan saham oleh publik dalam penelitian ini kecil. Sampel
struktur kepemilikkan publik yang kecil tidak mampu menjelaskan mengenai
keseluruhan populasi dan akan mengalami pembiasan (Sudarmadji dan Sularto,
2007).
5. PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada 77 laporan tahunan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 dengan menggunakan
regresi linear berganda maka dapat disimpulkan:
1. Jenis pengelompokkan risiko ada 6 yaitu risiko keuangan, risiko operasi,
risiko kekuasaan, risiko tekhnologi dan pengolahan

informasi, risiko

integritas dan risiko strategi. Dari 6 jenis risiko tersebut ditemukan bahwa
risiko keuangan merupakan risiko yang paling sering diungkapkan adalah

25

risiko keuangan, sedangkan risiko tekhnologi dan pengolahan informasi
merupakan risiko yang paling sedikit diungkapkan oleh perusahaan .
2. Letak pengungkapan risiko paling banyak ditemukan adalah di dalam tata
kelola perusahaan.
3. Variabel independen penelitian ini yaitu tingkat leverage, jenis industri,
tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur kepemilikkan publik
dapat menjelaskan variabel independen yaitu pengungkapan risiko sebesar
9.1% berdasarkan adjusted R square dan sisanya dapat dijelaskan oleh
variabel-variabel lain.
4. Variabel independen tingkat leverage dan ukuran perusahaan ditemukan
berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen pengungkapan
risiko.
5. Variabel jenis industri ditemukan tidak berpengaruh positif secara
signifikan terhadap pengungkapan risiko, hal ini disebabkan tipe
perusahaan high profile industry memiliki tingkat persaingan yang lebih
ketat dibandingkan dengan low profile industry, pengungkapan risiko yang
lebih luas akan menguntungkan para pesaing dalam melihat sisi
kelemahan perusahaan.
6. Variabel tingkat profitabilitas ditemukan tidak berpengaruh positif secara
signifikan terhadap pengungkapan risiko, hal ini dikarenakan tingkat
profitabilitas yang tinggi membuat perusahaan lebih diperhatikan oleh
pemegang saham sehingga perusahaan akan lebih sedikit melakukan
pengungkapan risiko.
7. Variabel struktur kepemilikkan saham publik memiliki pengaruh positif
yang tidak signifikan, hal ini dikarenakan struktur kepemilikkan saham
publik dalam penelitian menunujukkan bahwa rata-rata proporsi
kepemilikkan saham oleh publik dalam penelitian ini kecil, sehingga tidak
mampu menjelaskan populasi penelitian dan mengalami pembiasan

26

5.2. Keterbatasan Penelitian
Di dalam penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yaitu:
1. Nilai koefisian determinasi (adjusted R2) menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu tingkat leverage, jenis industri, tingkat profitabilitas,
ukuran perusahaan dan struktur kepemilikkan publik

hanya dapat

menjelaskan variabel dependen pengungkapan risiko sebesar 9.1%,
sedangkan sisanya sebesar 90.9% dapat dijelaskan oleh variabel lain.
2. Penelitian ini menggunakan content analysis yang seharusnya dilakukan
oleh lebih dari 1 orang , tetapi di dalam penelitian ini hanya dilakukan oleh
1 orang, hal ini menyebabkan adanya tingkat subyektivitas pada hasil
analisis pengungkapan risiko yang dilakukan perusahaan.

5.3 Saran Penelitian
Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan tersebut, maka diberikan saran untuk
penelitian selanjutnya :
1. Di dalam nilai koefisien determinasi (adjusted R2) hanya menghasilkan
nilai sebesar 9.1%, hal menggambarkan bahwa variabel independen di
dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan variabel

dependen

sebesar 9.1 %. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya disarankan
untuk menyajikan variabel independen yang lebih bervariasi untuk
meningkatkan nilai koefisien determinasi.
2. Pelaksanaan penelitian yang menggunakan content analysis

pada

penelitian selanjutnya disarankan dilakukan oleh lebih dari 1 orang ,
untuk mengurangi adanya subyektivitas dalam pengukuran variabel
kalimat pengungkapan pengungkapan risiko.

27

DAFTAR PUSTAKA
Abraham, Santos and Paul Cox. 2007. “Analysing of Determinants Narative Risk
Information in UK FTSE 100 Annual Reports”. The British Accounting
Review, Vol. 39, Page 227-248.

Aljifri, Khaled and Khaled Hussainey. 2007.”The Determinants of ForwarLooking Information in Annual Reports of UAE Companies”.
Managerial Auditing Journal, Vol. 22, No. 9, Page 881-894

Almilia, Luciana S. dan Ikka Retrinasari. 2007. “Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan
Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”. Proceeding
Seminar Nasional Inovasi dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan
Bisnis FE Universitas Trisakti. Jakarta, 9 Juni, 2007

Alsaeed, Khalid. 2006. “The Association Between Firm-specific Characteristics
and Disclosure : The Case of Saudi Arabia”. Managerial Auditing
Journal. Vol.21, No.5, Page 476-496
Amran, Azlan. A. M. Rosli bin B. C. H. Modh Hassan. 2009. “Risk Reporting :
An Exploratory Study on Risk Management Disclosure in Malaysia
Annual Reports”. Managerial Auditing Journal, Vol. 24, No. 1, Page
39-57
Anggraini, Reni Retno. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan
Keuangan Tahunan : Study Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang
Terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi 9
Padang : Universitas Sanata Dharma Yogya , Page 1-21

Barreta, S. And Bonzzolan, S. 2008. “Quality versus Quantity : The Case of
Forward-Looking Disclosure”. Journal of Accounting, Auditing and
Finance, Vol. 15 (3), Page 333-375

28

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi, Edisi Pertama, Alih Bahasa
Marwata, SE.Akt., Salemba Empat Jakarta
Clarkson, M. 1994. ”A Risk Based of Stakeholder Theory : Toronto”.
Proceedings of the Second Toronto Coference on Stakeholder Theory,
Center for Corporate Social Performance and Ethics, University of
Toronto. Toronto

Darmawi, H. 2005. Manajemen Risiko. Jakarta. Bumi Aksara
Dirgantari, Novi. 2002. “Analisis Terhadap Perbedaan Ekstensifikasi Praktek
Social Disclosure Pada Perusahaan-perusahaan Emiten di Bursa Efek
Jakarta Berdasarkan Tipe Industri dan Ukuran Perusahaan”. Thesis
tidak dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

Endrian,

Wahyu.

2010.

“Belajar

Studi

Kelayakkan

Usaha”

http://belajarstudikelayakan.blogspot.com/2011. Diakses tanggal 14
Oktober 2011
Financial Committe of the Institute of Chartered Accountants in England and
Wales. 2002. “No Suprieses : The Case for Better Risk Reporting”.
Balance sheet 10, Vol. 4, Page 18-21

Fitriani. 2001. “Signifikansi Perbedaan Tingkat Pengungkapan Wajib dan
Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung
Freeman, RE and MCVea. 2001.”A Stakeholder Approach to Strategic
Management”. Darden Business School Working Paper , Vol. 01-02
Ghozali, imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Edisi 3. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam . 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Cetakan IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

29

Gray, Rob dan Simon Lavers. 1995. “Corporate Social and Evironmental
Reporting : A Review of the Literature and a Longitudinal Study of UK
Disclosure”. Accounting Auditing and Accountability Journal. Vol. 8,
No. 2, Page 47-77
Hackston, David and Markus J. Milne. 1996. “Some Determinants of Social and
Environmental Disclosure in New Zealand Companies”. Accounting,
Auditing and Accountability Journal, Vol. 9, No. 1, Page 77-108

Haryono, Slamet. 2005.”Struktur Kepemilikkan dalam Bingkai Teori Keagenan”.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 5, No. 1, Page 63-71

Hassan, Mustofa Kamal .2009. “UAE Corporations-specific Characteristic and
Level of Risk Disclosure”. Managerial Auditing Journal, Vol. 24,
No.27, Page 668-687
Jensen, Michael C. 1986. “Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance
and Takeovers”. American Economic Review 76, Page 323-339
Lazili, Kaouthar and Daniel Zeghal. 2005. ”A Content Analysis of Risk
Management Disclosures in Canadian Annual Reports” . Canadian
Journal of Administrative Sciences, Vol. 2004, No. 2, Page 125-142

Linsley, Philip M. And Philip J. Shrives. 2006. “Risk Reporting : A Study of Risk
Disclosure in the Annual Reports of UK Companies”. The Bristish
Accounting Review, Vol. 38, Page, 387- 404

Marwata. 2000. “Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas
Ungkapan Sukarela dalam Laporan Perusahaan Publik di Indonesia.
Tesis. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Murtanto dan Elvina. 2005. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang
Terdaftar dala BEJ”, Ekonomi dab Bisnis UNISSULA, Vol. 6, No. 1,
Page 47-57

30

Rosmasita, Hardina. 2007.“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur di BEJ”. http:/
rac.uii.ac.id/server/document/Public.

Diakses

pada

tanggal

11

September 2011
Simanjuntak, B.H., dan L. Widiastuti, 2004. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia , Vol. 7, No. 3,September 2004, Hal 351-366

Smith, C.W., Jr. 1990.”Corporate Risk Management : Theory and Practice”.
Journal De-rivatieves, Vol. 2, No. 4, Page 21-30

Sudarma, Made. 2003. “Pengaruh Kepemilikkan Saham, Faktor intern, Faktor
Ekstern Terhadap Struktur Modal dan Nilai Perusahaan”. Disertasi
Universitas Brawijaya Malang

Sudarmadji, A. M. dan Lana Sularto. 2007.”Pengruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikkan Perusahaan Terhadap
Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”. Proceeding
Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek dan Sipil Auditorium Kampus
Gunadarma . Jakarta 21-22 Agustus, 2007

Umar, Husien. 2001. ”Manajemen Risiko Bisnis Pendekatan Finasial dan NonFinansial”. http://sovi70-ovi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 02
Oktober 2011
Yularto, P.A., dan A. Chariri, 2003, “ Analisis Luas Pengungkapan Sukarela
dalam Laporan Perusahaan yang Terdaftar di BEJ Sebelum Krisis dan
Pada Perisode Krisis”, Jurnal Maksi, Vol. 2, Januari 2003, Hal 1-21
Zuhroh, Diana dan I Putu Pande Heri Sukmawati. 2003. “Analisis Pengaruh Luas
Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap
Reaksi Investor”. Simposium Nasional Akuntansi IV, 2003